• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN PT MERPATI NUSANTARA DI MEDIA ONLINE (Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Tentang Pailit PT Merpati Nusantara di Media Online Tempo.Com).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN PT MERPATI NUSANTARA DI MEDIA ONLINE (Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Tentang Pailit PT Merpati Nusantara di Media Online Tempo.Com)."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

(Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Tentang Pailit PT Merpati

Nusantara di Media Online Tempo.Com)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

DI SUSUN OLEH

Simon Agus Pratama Rumbewas

NPM 0943010204

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMURFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Media Online Tempo.Com)

Disusun Oleh :

Simon Agus Pratama Rumbewas 0943010204

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skr ipsi

Menyetujui, PEMBIMBING

Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 370069400351

Mengetahui, DEKAN

(3)

Disusun Oleh :

Simon Agus Pr atama Rumbewas

NPM 0943010204

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur Pada Tanggal 12 Juni 2014

Menyetujui,

Pembimbing: Tim Penguji :

1. Ketua

Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si J uwito S.Sos, M.Si

NPT. 370069400351 NPT. 36704 95 00361

2. Sekr etaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 196412251993092001 3. Anggota

Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 370069400351 Mengetahui,

(4)

berjudul :

OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN PT MERPATI

NUSANTARA DI MEDIA ONLINE

.

Penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri. Semua

proses kelancaran pada saat pembuatan skripsi ini tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya.

Selama melakukan penulisan penelitian ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih pada bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si. sebagai

dosen pembimbing yang telah membantu penulis selama menyelesaikan ini. Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga penulis

mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, Mp, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim

3. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

(5)

kasih atas doa restu dan semangat yang diberikan selama ini. 2. Adik dan kakak serta seluruh keluarga yang tak henti-hentinya

memberikan dukungan kepada penulis.

3. Teman dan sahabat seperjuangan yang sudah banyak membantu memberi masukan dan saran kepada penulis

4. Dan seluruh pihak yang sudah membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini, terima kasih sebesar-besarnya semoga segala bantuan yang sudah diberikan dicatat sebagai amal yang baik oleh

Allah SWT. Amin

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 9 Juni 2014

(6)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 12

2.1 Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Landasan Teori ... 20

2.2.1 Pengertian Media Massa dan Komunikasi Massa ... 20

2.2.2 Berita ... 24

2.3 Pers Dalam Kaidah Jurnalistik ... 31

2.4 Objektifitas Berita ... 36

2.5 Konsep Penyajian Berita... 40

(7)

3.1.1 Pailit PT. Merpati Nusantara Airlines ... 45

3.1.2 Bagaimana Pemberitaan Mengenai Pailit PT. Merpati Di Tempo.com ... 48

3.2 Kategorisasi Obyektifitas Pers ...52

3.2.1 Akurasi Pemberitaan ... 52

3.2.2 Fairnes dan Ketidakberpihakan Pemberitaan ... 54

3.2.3 Validitas Keabsahan Pemberitaan ... 54

3.3 Prinsip Objektivitas ... 56

3.4 Popolasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ...62

3.4.1 Popolasi ...62

3.4.2 Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel ...62

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.6 Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. .65

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian...65

4.1.1. Sejarah Tempo.com.………...65

4.2. Penyajian Data...66

4.3. Analisa Data ……….………...69

4.3.1. Penyajian Data dan Analis Data Berita 1………..70

4.3.2. Penyajian Data dan Analis Data Berita 2………..76

4.3.3. Penyajian Data dan Analis Data Berita 3………..80

(8)

5.2.Saran...92

(9)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektifitas berita pada media online tempo.com dalam pemberitaan mengenai pailit yang dialami oleh PT. Merpati Nusantara.

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar, Karakteristik Surat Kabar online, Pengertian Dan Fungsi Pers, teori kebebasan pers, objektifitas berita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset kuantitatif, yang menggunakan analisis yang telah dirinci oleh Rachma Ida. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh berita yang di tampilkan di media online tempo.com tentang pailit PT. Merpati Nusantara.

Hasil dari penelitian ini adalah pemberitaan di tempo.com mengenai pailit PT. Merpati Nusantara tidak objektif.

Kata Kunci : analisis isi berita, objektifitas, rachma ida, PT. Merpati, Tempo.com

ABST RACT

Simon Agus Pratama Rumbewas. The Objectivity news PT. Merpati Nusantara in online media. (Content Analysis of Objectivity Coverage On Bankrupt PT. Merpati Nusantara Online Media Tempo.com).

The purpose of this study was to determine the objectivity of news on online media in news reporting tempo.com in reporting on bankruptcy experienced by PT. Merpati Nusantara.

Theoretical basis used in this study is Newspaper, Newspapers Characteristics, Definition And Function Press, theory of press freedom, news objectivity. The method used in this study is a quantitative research method, which uses the analysis that has been specified by Rachma Ida. The population in this study were all in the show in the news media about reporting online tempo.com in reporting on bankruptcy experienced by PT. Merpati Nusantara.

The results of this study are in kompas.com news reporting about the in reporting on bankruptcy experienced by PT. Merpati Nusantara is not objective

(10)

1.1 Lata r Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan utama manusia adalah informasi, dalam perkembangan

yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan

informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan

juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi

mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum

bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)

Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak

adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam

proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari relita yang ada saat ini banyak

koran-koran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa. Masing-masing

media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar lebih

terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda dengan

penyajian informasi pada media televisi, di media televisi kita harus berada di depan

(11)

disukai. Karena berita di surat kabar lebih terdokumen maka efek negatifnya akan

lebih termemori (apabila pemberitaan tersebut negatif), begitu juga sebaliknya.

Semakin banyaknya jumlah dan beragamnya jenis surat kabar yang beredar di

masyarakat saat ini dapat memberi dampak maupun pengaruh pada penerbit surat

kabar maupun pembaca. Pengaruh akan banyaknya penerbit adalah konsumen /

pembaca akan lebih selektif dalam pemilihan surat kabar, sedangkan untuk penerbit

mereka harus selalu berupaya memperbaiki dan meningkatkan penyajian

berita-beritanya.

Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers

dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan

informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya

aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar

yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,

sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan seleb. Surat kabar dapat

memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu

menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut

menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama

sekali.

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda

(12)

sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media

dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan

informasi kepada masyarakat.

Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu

berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat

atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil,

dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini

sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki

power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus

memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat

2006 : 47). Untuk melihat objektivitas berita yanga ada dalam berita mengenai Pailit

PT. Merpati di media online Tempo.com, berikut rangkuman cuplikan berita :

(Sumber : Tempo.com edisiRabu, 22 Januari 2014 | 09:32 WIB). Utang besar

yang melilit maskapai pelat merah PT Merpati Nusantara Airlines membuat

pemerintah pusing. Berbagai cara diusahakan untuk menghidupkan kembali maskapai

yang punya kekhususan penerbangan jalur perintis ini. Namun, tak terduga opsi

dibangkrutkan mengemuka demi menghapus utang-utang Merpati.Direktur Jenderal

Perhubungan Udara Harry Bakti menuturkan bahwa dalam rencana bisnis yang

dirembuk oleh PT Perusahaan Pengelola Aset dan Kementerian Badan Usaha Milik

(13)

Namun, kata dia, hal ini belum menjadi kebijakan yang pasti. Artinya masih

akan dirapatkan bersama-sama Kementerian Perekonomian. Menurut direktur

utamanya, business plan-nya sudah disiapkan dan sudah dibahas di Kementerian

BUMN. Nanti tinggal menunggu rapat bersama BUMN, Kemenhub, Merpati dan

semua yang terkait.

(Sumber : Tempo.com Senin, 03 Februari 2014 | 06:32 WIB). Berita

selanjutnya mengenai Direktur Operasional PT Merpati Nusantara Airlines, Daryanto

mengatakan bahwa maskapai meniadakan penerbangan mulai 1 sampai 5 Februari

2014. Selain itu, semua izin penerbangan Merpati akan disuspen hingga akhir

Februari 2014. Langkah tersebut diambil karena pendapatan maskapai semakin

menurun seiring dengan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat.

Sebelumnya untuk menekan biaya operasional, Merapti sudah mengurangi

rute penerbangan sejak 27 Januari 2014. Daryanto mengatakan maskapai mempunyai

beberapa masalah antara lain tanggungan asuransi yang harus dilunasi pada 11

Februari 2014 dan 28 Februari 2014, sistem reservasi harus di bayar pada 31 Januari

2014 lalu.Selain itu ada tuntutan gaji yang harus dipenuhi, ketidakmampuan membeli

bahan bakar, dan pengembalian uang tiket yang tidak sedikit. Flight hanya 2 Boeing,

3 MA60, 1 Cassa dan 2 Dhc6. Akan tetapi itupun tidak bisa dijalankan. Sehingga

sampailah ke titik dimana tidak mampu melakukan kegiatan operasional sebagai

(14)

(Sumber : Tempo.com Senin, 03 Februari 2014 | 06:38 WIB). Merpati tetap

menjalankan proses kerja sama operasi (KSO) dengan sejumlah pemerintah daerah

dan melaksanakan restrukturisasi perusahaan.Sementara proses KSO tetap

berlangsung, pembentukan anak perusahaan, divestasi aset juga dilakukan, dan

langkah debt to equity (mengalihkan utang menjadi saham) masih dalam kerangka

restrukturisasi dan revitalisasi.

Selain itu, untuk para karyawan yang jumlahnya sebanyak 2.300, dan belum

digaji hampir selama tiga bulan, Merpati menyatakan tetap akan mengusahakan

pembayarannya.Dalam situasi dan kondisi sulit ini kami juga tetap concern

menyampaikan ke top manajemen agar segera terpenuhinya hak normatif yang

tertunda. Merpati menyatakan sementara menghentikan penerbangannya dan

membekukan semua rutenya hingga akhir Februari 2014. Manajemen menyatakan

akan terbang lagi bila telah ada kesiapan dan kondisinya telah kondusif.

(Sumber : Tempo.com Senin, 03 Februari 2014 | 09:43 WIB). Selain itu,

Kementerian Perhubungan menyatakan belum menerima laporan dari PT Merpati

Nusantara Airlinesmengenai penghentian penerbangan maskapai itu.Kalau dalam 21

hari tidak juga menerima laporan dari manajemen maskapai, izin rutenya bisa

diberikan kepada airline lain. Jika Merpati menyampaikan laporan mengenai

penghentian penerbangan itu, pemerintah akan memberi waktu hingga 30 hari

sebelum pencabutan izin rute dilakukan. Namun, apabila tidak melapor, maskapai

(15)

ingin beroperasi kembali, maskapai harus mengajukan ulang izin rute yang akan

dilayani.

Kementerian Perhubungan tidak pernah men-suspend izin rute, itu Merpati

sendiri yang melakukan,Penurunan pemasukan serta kepercayaan masyarakat dan

agen menyebabkan Merpati menghentikan penerbangan. Padahal maskapai pelat

merah itu sudah melakukan pemangkasan rute pada 27 Januari 2014 dan hanya

mengoperasikan dua Boeing, tiga pesawat MA60, satu pesawat Cassa, serta dua

pesawat twin otter DHC-6. "Kami terhindar dari not otherwise classified (NOC) 28

Januari, tapi masih ada tanggungan asuransi yang harus dibayar lagi tanggal 11

Februari dan 28 Februari. Ada lima kendala yang dihadapi oleh Merpati. Pertama,

sistem reservasi harus dibayar pada 31 Januari 2014. Kedua, tuntutan gaji karyawan

yang harus dipenuhi. Ketiga, maskapai wajib melunasi dan melakukan pembayaran

untuk termin selanjutnya. Keempat, keterbatasan kemampuan membeli bahan bakar.

Kelima, biaya pengembalian tiket.

Oleh karena itu, Merpati meniadakan penerbangan hingga 5 Februari

mendatang. Selain itu, maskapai itu pun men-suspend semua izin rute hingga akhir

Februari 2014. Namun, Merpati akan segera beroperasi kembali di rute-rute tersebut

apabila sudah ada kesiapan.

Berita di atas merupakan kutipan dari media online Tempo.com, dalam

beberapa kali upload pada tanggal 22 Januari 2014. Dalam penulisan berita tersebut

(16)

mengenai Pailit PT. Merpati Nusantara. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita yang

ditulis dengan huruf ukuran besar pada judulnya merupakan berita utama atau berita

istimewa. Berita utama dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan

redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui oleh masyarakat

pada saat itu.

Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana

dapat dijelaskan bahwa berita yang objektif adalah berita yang menyajikan fakta,

tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut

mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam

sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan

untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing

dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya objektif. Meskipun

demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak objektif”.

Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh

dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi

informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita

yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur

objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian

sebuah berita. Penyajian berita yang tidak objektif dapat menimbulkan banyak

ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada

(17)

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun

harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa

pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara

fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai

pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat

sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers

juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta

bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert

tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

Sebuah berita bisa dikatakan obyektif bila memenuhi beberapa unsur,

diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada

tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang

disajikan belum memenuhi unsur-unsur objektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita

tersebut tidak objektif. Suatu berita yang disajikan tidak objektif hanya akan

menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain.Dimensi-dimensi

objektifitas menurut Rachma Ida terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas

pemberitaan, dalam akurasi pemberitaan dituliskan bahwa harrus ada kesesuaian

judul dengan isi berita. (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 :

154-155).

Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda,

(18)

time yang berbeda dengan media cetak. karena sifatnya yang langsung (live),maka

yang dimaksud dengan real time oleh media elektronik adalah seketika disiarkan,

seketika itu juga pemberitaan sampai ke pemirsa (Burhan,2008:197) prinsip dari

sebaran media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau

pembaca berdasarkan pada agenda media.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah berita analisis isi

sehingga diperoleh pemahaman yang akurat dan penting.analsisnya adalah berita di

surat kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan –pesan di media

(Flournoy,1986:12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh

secara tepat implementasi dilapangan atas obyektifvitas pemberitaan dari surat kabar

yang mejadi subyek penelitian (McQuail,1994:179).

Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi penulis sengaja memilih

media online Tempo.com. Media online Tempo.com dipilih sebagai obyek penelitian

karenaTempo.com merupakan salah satu media online yang selalu up to date dalam

mengupload berita terbaru, penulis memilih media online Tempo.com karena Tempo

merupakan salah satu media terbesar di Indonesia sehingga dampak dari berita yang

dikeluarkan oleh Tempo dalam hal iniTempo.com akan luas membentuk opini publik

secara Nasional. Alasan kedua penulis memilih media online Tempo.com karena

menyajikan pemberitaan mengenai kasus Pailit PT. Merpati Nusantara dengan

(19)

Ini menjadi sebuah berita yang istimewa, berita ini diupdate dengan jarak

waktu yang singkat, dalam sehari pemberitaan ini diulas dengan berbagai versi, inilah

yang menjadikan pertimbangan penulis untuk memilih media online Tenpo.com

menjadi objek penilitian.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga

diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat

kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy,

1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat

implementasi di lapangan atas objektivitas pemberitaan dari surat kabar yang menjadi

subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).

1.2. Per umusa n Ma salah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian

ini, maka judul penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah

Objektivitas Pemberitaan PT. Merpati dalam media online Tempo.com”

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimanakah objektivitas Objektivitas Pemberitaan PT. Merpati

(20)

1.4. Manfa at penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan

penelitian objektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa

menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi

redaksi Tempo.com dalam memberitakan Objektivitas berita PT. Merpati

dalam media online Tempo.com tidak memihak, transparan, dan sumber

(21)

2.1. PenelitianTer da hulu

Penelitianinimenggunakanjurnaltentangobjektivitas pemberitaan di media

onlinedanskripsi yangsamadenganvariabelyangditeliti.Penulismengadakanpenelitian

berdasarkanpenelitianterdahulu.Penelitian yangpenulisjadikanreferensi adalah

penelitian yang dilakukan oleh Birgitta Bestari Puspitadengan judul “Objektivitas

Pemberitaan Epidemi Virus H5N1 dalam International Herald Tribune Online”.

Dan skripsi oleh Hendrika Windaryati dengan judu “Objektivitas Berita Lingkungan Hidup

Di Harian Kompas”. Kedua penulis tersebutsebelumnya menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikJurusan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa, Surat kabar harus obyektif dalam

menyajikan berita kepada audiens, riset ini inginmengukur kecenderungan

obyektivitas berita tentang virus H5N1 yang melanda Indonesia dan menganalis

objektivitas berita lingkungan hidup di harian kompas dengan menggunakan

kategorisasi Rahma Ida, berikut hasil masing – masing penelitian dari kedua skripsi

(22)

“Objektivitas Pemberitaan Epidemi Virus H5N1 dalam International Herald Tribune

Online”

Hasil penelitian pemberitaan virus H5N1 (flu burung) dalam pers asing

International Herald Tribune Online, terdapat 10 berita (58,8%) dari 17 berita yang

meggunakan fakta psikologis dalam pemberitaannya. Tingginya persentase fakta

psikologis, menunujukkan bahwa wartawan menyususn berita - berita tersebut bukan

dengan bahan baku yang berupa peristiwa/kejadian nyata/faktual melainkan dengan

bahan baku berupa interpretasi subjektif (pernyataan/opini) terhadap fakta/gagasan.

Terutama ditemukan dalam pemuatan pernyataan - pernyataan yang berasal dari

kalangan elit politik atau praktisi medis. Hal tersebut menunjukkan bahwa, seperti

yang dikatakan Sumadiria, berita yang diturunkan kepada khalayak merupakan

realitas tangan kedua (second hand reality) yang sangat rentan terhadap intervensi

dan manipulasi. (Sumadiria, 2005).

Intervensi dan manipulasi tersebut dapat saja terjadi karena wartawan sebagai

pengumpul fakta bisa jadi memandang suatu peristiwa dengan cara pandangnya

sendiri yang diwujudkan dalam teks berita yang ditulisnya. Berita tersebut merupakan

hasil interaksinya dengan peristiwa itu sendiri dan juga interaksinya dengan nara

sumber. Interaksi ini yang dapat mempengaruhi kembali cara pandangnya terhadap

realita yang sudah dilihatnya dan memunculkan interpretasi – interpretasi subjektif

wartawan yang kemudian dituangkan ke dalam teks berita. Kelengkapan unsur

(23)

kepada khalayak dengan memasukkan keenam unsur, what, who, when, where, why,

dan how, dalam pemberitaannya.

Apabila keenam unsur tersebut terpenuhi dalam setiap pemberitaaannya,

maka media tersebut mampu menghadirkan informasi yang lengkap kepada khalayak

sebagai salah satu syarat objektivitas pemberitaan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa International Herald Tribune Online sudah cukup baik dalam menghadirkan

informasi - informasi yang dibutuhkan oleh khalayak. Hal ini terbukti dengan

terpenuhinya unsur what, who, when ,where, dan why pada keseluruhan berita

International herald TribuneOnline dengan persentase 100%. Sedangkan unsur

yang belum lengkap terpenuhi dalam pemberitaan International Herald Tribune

Online adalah unsur how. Ketidaklengkapan unsur how yang menjelaskan bagaimana

jalannya peristiwa tersebut dan bagaimana menanggulanginya, dapat mengurangi

kelengkapan informasi yang diterima oleh khalayak. Kurangnya informasi tersebut

dapat berpengaruh pada pemahaman khalayak yang utuh dan benar terhadap teks

berita tersebut. Unit analisis dimensi berita digunakan untuk mengukur dimensi truth.

Media massa memang leluasa untuk memilih apakah semuamasalah dapat

menjadi cakupan pemberitaannya atau hanya memilih masalah tertentu saja untuk

diberitakan (Siregar, 1998), namun berdasarkan prinsip completeness dalam

objektivitas sebuah beritayang baik akan berusaha memasukkan dimensi berita

selengkap mungkin dalam pemberitaannya, sehingga khalayak dapat memperoleh

(24)

Melalui hasil penelitian diketahui bahwa International Herald Tribune

Online masih belum dapat memenuhi hal tersebut. Terbukti bahwa hanya ada satu

dimensi saja yang mendapat porsi tinggi dalam pemberitaannya, yaitu dimensi

kesehatan. Hasil di atas menunjukkan bahwa International Herald Tribune Online

belum dapat menghadirkan kelengkapan dimensi dalam pemberitaannya mengenai

virus H5N1 (flu burung) yang melanda Indonesia sehingga khalayak tidak dapat

mengetahui secara lengkap apa dampak dan relasi peristiwa yang diberitakan dengan

bidang - bidang lain dalam kehidupan dan lingkungan khalayak selain dimensi

kesehatan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagaian besar berita

mengenai virus H5N1 (flu burung) yang melanda Indonesia dalam International

Herald Tribune mengandung nilai berita yang mengarah pada significance, yang

artinya berita – berita tersebut dimuat karena mengandung informasi yang layak dan

penting unruk diketahui masyarakat. Nilai berita significance, timeliness dan

magnitude tersebar secara merata dalam pemberitaan International Herald tribune

Online.

Dengan demikian International Herald tribune Online telah menghadirkan

berita yang penting dan layak kepada khalayak, karena semakin berita tersebut

mengandung nilai berita significance makinpenting pula berita tersebut bagi

khalayak dan makin relevan pula informasi yang terkandung di dalamnya bagi

khalayak yang membacanya. Dari segi relevance, hasil penelitian menunjukkan

(25)

terbukti dengan seluruh item berita atau100% mengandung pernyataan – pernyataan

nara sumber yang relevan dengan topik berita, yaitu berkaitan, merujuk pada

headline, teras berita, atau paragraf dan kalimat sebelum atau sesudah pernyataan itu

ditempatkan.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa International Herald Tribune banyak

menggunakan tipe liputan multi sisi dalam pemberitaannya.Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa International Herald Tribune sudah cenderung memegang prinsip

objektivitas dalam meliput sebuah peristiwa.Dengan lebih banyak berita yang

menggunakan tipe liputan multi sisi, International Herald Tribune sudah

berusahamemberikan porsi yang seimbang untuk semua pihak atau aktor dengan

berbagai pandangan yang berbeda yang terlibat dalam suatu peristiwa.Neutral

presentation berarti bahwa sebuah berita harus netral, dan tidak berpihak pada salah

satu aktor, sebab berita bukan merupakan opini yang mengijinkan reporter untuk

berpihak..International Herald Tribune sebagai media internasional pun masih

menghadirkan berita - berita yang mengandung evaluasi negatif terhadap Indonesia.

KESIMPULAN

International Herald Tribune Online memenuhi dengan baik 7 kategori yang

diteliti yaitu jenis fakta, kelengkapan 5W dan IH, dimensi berita yang diangkat, nilai

berita, relevansi pernyataan nara sumber, tipeliputan, dan netralitas pemberitaan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa International Herald Tribune Online cenderung

(26)

periode Januari 2005 - Desember 2006.Meskipun demikian masih dibutuhkan

perhatian serius pada sifat fakta, dimensi berita dan tipe liputan yang diangkat dalam

pemberitaan.

“Objektivitas Berita Lingkungan Hidup Di Harian Kompas”

Media Massa dan Lingkungan

Media massa baik cetak, elektronik maupun media online melalui produk

jurnalisme yang ada menjadi jembatan informasi bagi masyarakat untuk mengetahui

apa yang terjadi dengan lingkungan baik tempat tinggalnya maupun secara psikologis

dekat dengan mereka. Menurut Puspita (2012: 4), dari pengamatan media yang yang

memiliki produk jurnalisme masih jarang ditemui liputan terkait isu lingkungan yang

tidak hanya sekedar menginformasikan tetapi juga memberikan solusi sehingga

dibutuhkan produk jurnalisme yang ideal sebagai sumber berita bagi masyarakat.

Berita lingkungan hidup yang ideal bisa dilihat dari beberapa kategori, salah satu

diantaranya adalah objektivitas dari berita tersebut. Mendasari penelitian ini maka

dibutuhkan teori dan konsep yang mendukung penelitian diantaranya:

Berita Lingkungan Hidup

Media massa memiliki peran yang strategis untuk memupuk kesadaran

maupun kepedulian dari publik melalui pemberitaannya agar peduli terhadap masalah

lingkungan.

(27)

“Pada hakekatnya berita lingkungan hidup sama saja dengan berita lainnya seperti

berita kriminal, berita politik dan sebagainya yang membedakannya adalah realitas

yang menjadi bahan bakunya.”(Abrar, 1993: 7).

Dari definisi di atas bisa menjelaskan bahwa berita-berita lingkungan hidup

adalah berita yang memuat persoalan atau permasalahan lingkungan hidup di

dalamnya.Abrar menyatakan bahwa selain itu berita lingkungan juga bisa

mengundang konflik kepentingan berbagai pihak. Sehingga dalam penerapannya

berita lingkungan hidup selain membutuhkan ketrampilan jurnalistik yang standar,

juga membutuhkan pengetahuan yang cukup komperhensif tentang hubungan alam,

manusia, pembangunan dan ekonomi secara holistik, dampak fisik dan sosial

kerusakan lingkungan hidup termasuk bagaimana cara menanggulangi kerusakan

lingkungan hidup tersebut (Abrar, 1993: 9). Selain hal-hal yang disampaikan oleh

Abrar, Noviriyanti menekankan pada pentingnya objektivitas dalam menyajikan

berita lingkungan hidup (Noviriyanti, 2006: 104).

Objektivitas Berita Lingkungan

Rivers William dan Matthews menyatakan bahwa:

“Objektivitas dalam melaporkan berita adalah tujuan lainnya yang merupakan tanda

seorang professional yang berpengalaman.Tidak ada alasan bagi ketidakbenaran atau

(28)

Pemberitaan yang tidak memperhatikan kaidah objektivitas bisa bertentangan

dengan tujuan dari jurnalisme sendiri yaitu dalam hal pemberian informasi dan

menunjukkan kebenaran serta mencerdaskan masyarakat (Noviriyanti, 2006: 60).

Sebagai salah satu prinsip penilaian, objektifitas dikatakan hanya memiliki

cakupan kecil jika dibandingkan dengan prinsip lain namun objektifitas memiliki

fungsi yang tidak boleh dianggap remeh, dalam kaitannya dengan kualitas informasi

(McQuail, 1987: 129). Objektivitas berita termasuk berita-berita lingkungan dapat

diukur dengan menggunakan beberapa metode jurnalistik pada umumnya diantaranya

metode Rahma Ida yang digunakan untuk mengukur objektivitas dalam penelitian ini.

KESIMPULAN

Kerangka konsep memuat dimensi, unit analisis dan kategorisasi. Masing-masing unit analisis ini akan digunakan untuk menganalisis baik tidaknya penerapan objektivitas berita lingkungan hidup khususnya mengenai berita kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia yang diterbitkan surat kabar harian Kompas periode Februari - September 2012.

Judul Berita

Akurasi Fairness validitas

(29)

Tabel Kategorisasi Rahma Ida

2.2 Landasan Teor i

2.2.1. Penger tia n Media Ma ssa dan Komunikasi Massa

Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser dan Gramsci dalam

Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau

aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara.

Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang merupakan

perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan ermasyarakat dan bernegara,

dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan yang lain,

misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan keberlangsungan lapangan

pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.

Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha

mempengaruhi khlayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan penting

dalamusaha memberikan informasi penting bagi masyarakat, pengetahuan yang dapat

memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas ketegangan, dan yang tidak

kalah pentingnya adalah peranan media sebagai kontrol sosial untuk memberikan

kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah agara memotivasi masyarakat.

Lingkungan Hidup Di

Harian Kompas

(30)

Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi dan

distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah ciri-ciri

yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif maju untuk

produksi (massal) dan penyebaran pesan, mempuyai organisasi yang sistematis dan

aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada audiens dalam jumlah

besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima pesan yang disampaikan,

atau malah menolaknya. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroprasi

dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi reguler dari berbagai

pesan yang mendapat persetujuan sodial dan dikehendaki oleh banyak individu.

Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada

komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak

komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa, kelima komponen

tersebut adalah:

1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang

mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.

2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan

kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat

heterogen dan anonim.

3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya

adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari

(31)

4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: 1) Komunikasi

massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari

sumber ke penrima dan tidak secara langsung dikembalikan kecuali

dalam bentuk umpan balik tertunda. 2) Komunikasi massa merupakan

proses dua arah (Proses seleksi). Baik media ataupun khalayak

melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima

menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka

ikuti.

5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial.

Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial

masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni, 2003 : 4-5)

Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karekateristik

yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering

digunakan pada media massa yaitu:

1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang

melibatkan khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog

interaktif, namun itu hanya untuk kepentingan terbatas.

2. Selalu ada proses seleksim misalnya, setiap media memilih

khalayaknya, demikian juga dengan khlayak yang juga menyeleksi

medianya, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk

(32)

3. Menjangkau khalayak secara luas. Dengan adanya satuu stasiun

pemancar pesan atau informasi dapat disampaikan dalam cakupan satu

negara. Namun dalam karakteristik ini sistem ekonomi dan sosial juga

ikut berperan.

4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan

harus menarik minat orang-orang sehingga informasi tersebut

disalurkan kepada orang lain

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap

kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara

media dan masyarakat. Untuk memahami sebuah masyarakat kita

harus menelaah latar belakang, asumsi dan keyakinan-keyakinan

dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologi,

ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami sebuah masyarakat secara

benar. (Rivers, 2004 :18)

Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda,

komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan secara

segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar terbuka yang

menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara langsung, diadakannya

(33)

2.2.2. Ber ita

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,

menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala

seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Berita berasal dari

bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti

sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Writta,

artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karya

Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa

yang hangat.

Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) berita merupakan sesuatu yang

bersifat metafistik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan

kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita

bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah

menonjolkannya sendiri.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah

dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan

penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai

dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (panuju, 2005 :

(34)

Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan

dari kejadian yang penting atau peristiwa hangat, dapat menarik minat atau perhatian

para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian

terpenting dari tabloid atau surat kabar.

Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita paling tidak harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1. Menjaga objektivitas dalam pemberitaan.

2. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa hingga tinggal sebagian

saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur-unsur yang membuat

suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang,

Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.

Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam

cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan waratwan kepada

pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Nilai berita ini menjadi

menentukan berita layak berita. Menurut Ishwara (2005 : 53) peristiwa-peristiwa

yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan

(35)

seks, dan aneka nilai lainnya.Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang

gampang meleleh, bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang.

Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwa itu

terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.

1. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan

pembaca akan menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak

hanya kedekatan secara geografis tapi juga kedekatan emosional.

2. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent

names) memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya

sebatas nama orang saja, demikian pula dengan tempat-tempat

terkenal,

3. Dampak,

Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria ( 2005 : 69-71 ) dalam

dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok :

1. Elementary yaitu :

a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu

peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang

(36)

b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan

Straight News report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi

dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi

tambahan untuk peristiwa itu sendiri.

c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat

menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba

menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan

cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

2. Intermediate yaitu :

a. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan

depth news . berita interpretative biasanya memfokuskan pada sebuah

isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Dalam jenis

laporan ini reporter menganalisis dan menjelaskan.

b. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang

menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis

mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature

lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya

informasi yang disajikan.

(37)

a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,

tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau

aktual.dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan

mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu

persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.

b. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda

dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan

pada sejumlah masalah dan kontroversi. Dalam laporan investigatif

waratawan melakukan penyelidikan untuk memeperoleh fakta yang

tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis

c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan

sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini

yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi

pendapat umum

Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya

adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari

suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran. Berita

mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide.

(38)

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain

telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta

tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart

operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (jurnal mata kuliah

dasar-dasar jurnalistik).

Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan.

2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian

saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Berdasarkan pasal dari kode etik jurnalistik milik AJI (pasal 3/14 Maret

2006) dijabarkan melalui sebagai berikut :

a. Menguji informasi berarti melakukan cek dan re-cek tentang kebenaran

informasi.

b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing-masing

pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan.

d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi

(39)

Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat

menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang factual dari

apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda

tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita.

Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara

judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca

yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus

mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak

melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi.

Kesesuaian judul dengan isi berita juga merupakan salah satu bentuk

kejujuran jurnalis. Bila ingin berita laku keras, maka haruslah para jurnalis

mencuri berita yang memiliki nilai penting dimata khalayak, bukannya melalui

mengarang judul berita yang se bombastis mungkin sedangkan tidak tercermin

pada isi beritanya.

Pada jurnal mata kuliah jurnalistik, dikatakan fungsi judul berita adalah :

1. Memberikan identitas pada berita

2. Mempermudah pembaca untuk memilih berita

(40)

Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan

gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk

memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini

sangat penting atas pertimbangan berikut :

1. Foto, gambar, table, dan ilustrasi merupakan unsure berita yang pertama kali

menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn (yang dikutip dari

jurnal jurnalistik media cetak) menjelaskan bahwa data pendukung berita di

atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari

unsure berita yang disajikan.

2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca

yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu

menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal.

2.3. Per s Da la m Kaida h J ur nalistik

Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut

berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas yang

berbeda-beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan inilah pers

menjadi sangat penting untuk menjaga sistem politik. Pers juga menjadi sumber

informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan.

(41)

Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas.

Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid

mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa

cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya

jurnalistik. ( Effendy, 2000:90)

Jadi secara tegas, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang

menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik

dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud,

konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Desangkan jurnalistik adalah

aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi

aspek pers itu sendiri.

Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang

No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No.

21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam

Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut:

”Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan

nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media

komunikasi massa, yang bersifat umum berupa penerbitan

yang teratur waktu terbitnya dilengkapi atau tidak

(42)

percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin stencil atau

alat-alat tehnik lainnya.”

Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus

mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan

nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial.

Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan

kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu,

menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Informatif

Yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak dengan cara

yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berhuna dan penting

bagiorang banyak dan kemudian menuliskan dengan kata-kata. Pers

memberitakan suatu kejadian pada saat itu dan tidak menutup

kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang

peristiwa yang diduga akan terjadi.

2. Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )

Pers harus memberitakan apa yang berjalan dengan baik dan tidak

(43)

pers daripada oleh kelompok organisasi masyarakat lain seperti LSM, dan

lain sebagainya.

3. Fungsi Interpretatif dan Direktif

Pers harus menceritakan kepada masyarkat tentang arti suatu kejadian

(biasanya melalui tajuk rencana atau tulisan latar belakang) dan jika

diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil

oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak.

4. Fungsi Menghibur

Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak

ketahui (humor, drama serta musik) meskipun kisah itu tidak terlalu

penting.

5. Fungsi Regeneratif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru

terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan

yang lebih muda dengan cara menceritakan bagaimana sesuatu itu

dilakukan dimasa lampau, bagaimana dunia dijalankan sekarang,

bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau

salah.

(44)

Pers harus menjaga baik-baik jangan sampai timbul tirani golongan

mayoritas dimana golongan mayoritas itu menguasai dan menekan

golongan mayoritas. Pers harus bekerja berdasarkan teori tanggung jawab

dan menjami hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penenrangan

sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal khalayak

hendaknya diberi kesempatan untuk menulis kritik dalam media terhadap

segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan

juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri.

7. Fungsi Ekonomi

Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani

sistem ekonomi melalui iklan

8. Fungsi Swadaya

Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk

memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah

kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. (

Kusumaningrat, 2005 : 27-29 )

Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem

pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling

(45)

2.4. Objektifita s Ber ita

Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realisasi

dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada dibenak khalayak – the

world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan informasi

media massa tidak kontekstual dengan realitas. Secara ideal, setiap berita yang

disajikan dalam suatu media harus memenuhi unsure objektifitas.

Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan

cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana

pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari konsep objektifitas. Oleh karena itu jika terdapat sebuah

paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma

yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.

Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang

obyektif, yaitu “reporting format that generally spates fact from pinion

present an emotionally detached view of the news, and strives for

fairness and balanced” (DeFleur, 1994 : 635).

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun

harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa

pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara

(46)

pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat

sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers

juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta

bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert

tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

Jurgen Westerstahl menjabarkan konsep objektifitas pada bagan berikut :

Bagan 1. Konsep Objektivitas Westerstahl (Westerstahl, 1983 : 405)

Westerstahl mengajukan komponen utama objektifitas berita dalam

observasinya “maintaining objectivity in the dissemination of news can, it seems to

me, most easily be defined as” adherence to certain norm or standards” (Charllote,

2006 : 7 – 8 yang dikutip dari Westerstahl, 1983 : 403).

Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau

pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa Object ivit y

Fakt ualit y Impart ialit y

Trut h Relevance Balance /

non

Neut ral

(47)

komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan/reporter, suatu

sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian

sasaran yang diinginkan. Hanya saja, ada jurnalis yang menempatkan objektifitas

sebagai simbol keyakinan di dalam pekerjaannya, dan ada pula jurnalis yang

mengoperasionalisasikan objektifitas dalam rutinitas tugas serta tanggungjawabnya

sehari-hari ( Charilote, 2006 : 3).

Objektifitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh

media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik Jurnalistik

yang dikeluarkan oleh AJI 14 Maret 2006 dikatakan “wartawan Indonesia selalu

menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan

opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.

Rachma Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektifitas pers

sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek

penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama

(Kriyantono, 2006 : 224). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur Objektifitas

pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi

objektifitas yang terdiri dari aktualitas, fainess dan validitas pemberitaan, berikut

kategorisasi objektifitas menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam

(48)

a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang

meliputi:

1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita.

2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian

yang ditampilkan.

4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta

dengan opini wartawan yang menulis berita.

b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut

keseimbangan penulisan berita yang meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan.

2) Ketidahberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom.

c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :

1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas

maupun dalam upaya konfirmasi atau check dan re check).

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan

informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi

peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi

kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar

(49)

Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan

pelaku langsung.

Objektifitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers.

Objektifitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial, hal ini

penting mengingat signifikasi efek media terhadap khalayak.

2.5. Konsep Penyajian Ber ita

Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas

yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan

suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas

waktu dalam sebuah penyajian berita.

Dalam sebuah berita yang idealnya mengambil bentuk piramida terbalik

yang diurutkan dengan menjelaskan mulai dari bagian berita yang terpenting

sampai pada yang kurang penting, letak tanggal terjadinya peristiwa umumnya

terletak pada bagian teras berita. Bentuk penulisan Piramida Terbalik (Inverted

Pyramid), seperti pada gambar berikut :

J U D U L

LEAD (5W + 1H)

TUBUH Rincian lead, latar belakang

dan informasi lanjutan

Sangat

(50)

(Gambar Piramida Terbalik 5W+ 1H)

Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat

lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini

mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu :

a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi

b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi

c. When : Kapan peristiwa itu terjadi

d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi

e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut

f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi

Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan

sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau

mendukung tulisan pada paragraf pertama.

Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain

susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan

adalah:

a. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi

(51)

b. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang dipakai dapat dimengerti oleh

semua pihak, baik kalangan atas atau bawah bahkan pula yang tidak

berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang

bersifat heterogen.

c. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk

mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat.

d. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release walaupun

mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun

haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa.

e. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu

mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations

sebagai sumber informasi.

f. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya

sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu dihindari penggunaan

kata yang berbelit-belit.

Bagian terakhir dalam penyajian berita namun bagiannya merupakan hal

yang tidak kalah penting yaitu berhubungan dengan persyaratan adanya

fakta-fakta yang siap untuk diverifikasi, data terbuka untuk diadakan penelusuran,

narasumber yang memberikan informasi mudah dikenali serta berbagai

(52)

Narasumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas

media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal nara sumber berkaitan

erat dengan kelanjutan adanya penuntutan bilamana ada pihak yang merasa

dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah nara sumber, jurnalis

dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.

2.6. Ker angka Ber pikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang

berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang

tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai

perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen :

bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga

membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Demikian halnya dengan berita tentang pailit PT. Merpati di media

Tempo.com yang memiliki sudut pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas

yang ada. Pemuatan berita-berita mengenai pemberitaan tentang pailit PT. Merpati di

media online khususnya Tempo.com, dipilih penulis sebagai subyek penelitian.

Beritamengenai tentang pailit PT. Merpatiyang muncul di media

onlineTempo.com tersebut dianalisis menggunakan analisis isi atau objektivitas

pemberitaan menurut Rahmad Ida (Kriyantono, 2006 : 244). Yang terdiri dari tiga

(53)

validitas keabsaan. Ketiga struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat

mewujudkan analisis isi atau objektivitas pemberitaan dari suatu media.

Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini.

Berita

1. Akurasi Pemberitaan :

1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita

2. Pencantuman Waktu

Terjadinya Suatu Peristiwa

3. Penggunaan Data Pendukung, Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan

1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan

2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan

3. Validitas Keabsahan:

1. Atribusi

(54)

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metodologi riset kuantitatif yang mengharuskan peneliti mersikap obyektif dan memisahkan diri dari data, karena

riset ini menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.

Berdasarkan metodologi di atas, penelitian ini menggunakan metode

analisi isi. Analisis isi digunakan untuk menganlisis isi pesan yang tampak, dengan cara sistematik dan obyektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis

penelitian deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematik, faktual, akurat tentang fakta serta sifat yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.

3.1.1. Pailit PT. Mer pati Nusantar a Air lines

Awal november 1958, Perdana Menteri Indonesia Ir. H. Djuanda secara resmi membuka “Jembatan Udara Kalimantan” yang menghubungkan dearah-daerah terpencil di kalimantan, dimana transportasi lain sangat sulit dipergunakan.

Sebagai perkembangan yang berikut, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1962, maka pada tanggal 6 September 1962, ditetapkan pendirian

(55)

Tahun 1963, ketika Irian Barat pindah dari tangan Belanda ke tangan Pemerintah Indonesia, NV De Kroonduif, yaitu perusahaan penerbangan Belanda

di Irian Jaya diserahkan kepada Garuda Indonesia Airways (GIA). Karena garuda memusatkan perhatiannya pada pengembangan flag carrier, maka semua konsesi penerbangan di Irian Jaya dan fasilitas teknisnya diberikan kepada Merpati.

Pada tahun 1974 ”Penerbangan Perintis” yang disubsidi pemerintah secara resmi diserahkan kepada Merpati. Dengan suksesnya perluasan jaringan

transportasi udara, Merpati memberikan dampak positif kepada perkembangan nasional. Berkat prestasi itu, pemerintah menaruh kepercayaan kepada merpati,

dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 1971, status Merpati dialihkan, dari Peusahaan Negara (PN) menjadi Persero, yakni PT.Merpati Nusantara Airlines.

Untuk menunjang kelancaran operasional penerbangan PT. Merpati Nusantara Airlines, maka pada tahun 1989 dibangunlah fasilitas perawatan bagi

pesawat-pesawat milik PT. Merpati Nusantara Airlines yang dinamakan Merpati Maintenance Facitity. Pada mulanya fasilitas perawatan ini akan dibangun di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, tetapi sesuai instruksi Presiden, lokasinya

dialihkan ke Bandara IR. H. Djuanda, Surabaya.

Utang besar yang melilit maskapai pelat merah PT Merpati Nusantara Airlines membuat pemerintah pusing. Berbagai cara diusahakan untuk

Gambar

Tabel Kategorisasi Rahma Ida

Referensi

Dokumen terkait

Istilah kemampuan/bakat biasanya digambarkan sebagai kemapuan yang menguntungkan dari pendidikan atau pelatihan dalam suatu bidang yang ditunjuk, sedangkan prestasi

Hasil penelitian dilihat dari beberapa indikator: (1) kondisi kelembagaan menunjukkan, sekolah umumnya mempunyai pengelola khusus kelengkapan surat ijin dalam

Obyek wisata dapat berkembang dengan peran desa adat sebagai pihak pengelola serta peran dinas pariwisata yang dapat mendukung sarana, prasaran serta infrastruktur yang

Bahan yang digunakan pada sistem pakar diagnosa penyakit kulit akibat virus dengan metode Teorema Bayes adalah sebagai berikut:.. Data pasien dan pemeriksaan diperoleh dari

Dari hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,345 yang berarti variable Pengamalan Keagamaan Siswa dapat

PELATIHAN DESIGN GRAFIS CORELDRAW X4 SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN BAGI GURU PADA SMAN 1 SUNGAI TABUK.. Mayang Sari, Auliya Rahman dan Fitrah Yuridka Fakultas Teknologi

Yang dimaksud dengan narcotic adalah a drug that dulls the sense, relieves pain, induces sleep, and can produce addiction in varying degrees (Sudargo, 1981). Yang

Adsorpsi adalah proses yang terjadi pada permukaan suatu zat padat yang. berkontak dengan suatu larutan dimana terjadi akumulasi