• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS TRIGEMINAL NEURALGIA INDONESIA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI DAN MENGEDUKASI MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TRIGEMINAL NEURALGIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS TRIGEMINAL NEURALGIA INDONESIA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI DAN MENGEDUKASI MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TRIGEMINAL NEURALGIA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS TRIGEMINAL NEURALGIA INDONESIA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI DAN MENGEDUKASI MASYARAKAT

TENTANG PENYAKIT TRIGEMINAL NEURALGIA

SKRIPSI

Oleh :

AFIDA NOOR FAJ ARINA NPM. 0943010210

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS TRIGEMINAL NEURALGIA INDONESIA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI DAN MENGEDUKASI MASYARAKAT

TENTANG PENYAKIT TRIGEMINAL NEURALGIA

Oleh :

AFIDA NOOR FAJ ARINA NPM. 0943010210

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “

Veteran “ J awa Timur Pada Tanggal 19 J uli 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dr a. HERLINA SUKSMAWATI, M,Si Ir . H. DIDIEK TRANGGONO, M, Si. NIP 196412251993092001 NIP. 1 9581 225199 001 1001

2. Sekretar is

Dr a. DYVA CLARETTA, M,Si. NPT 3 6601 94 00251

3. Anggota

Dr a. HERLINA SUKSMAWATI, M,Si

NIP 196412251993092001 Mengetahui,

DEKAN

(3)

STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS TRIGEMINAL NEURALGIA INDONESIA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI DAN MENGEDUKASI MASYARAKAT

TENTANG PENYAKIT TRIGEMINAL NEURALGIA

Disusun Oleh : AFIDA NOOR FAJ ARINA

NPM. 0943010210

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyutujui,

Pembimbing Utama

Dra. HERLINA SUKSMAWATI, Msi NIP 196412251993092001

Mengetahui, D E K A N

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T., karena atas segala limpahan Rahmat-Nya dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dra. Herlina Suksmawati, Msi selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan dan masukan hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang mendalam atas bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .

3. Orang Tua, keluarga, kakak dan adik yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan, baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas studi dengan baik

4. Dr. Lilih Dwi Priyanto, selaku pendiri Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia dan informan utuk penelitian ini.

5. dr. M. Sofyanto, Sp.BS, Dokter spesialis bedah saraf yang membantu penulis dalam memberikan informasi.

(5)

7. Teman – teman mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur, terima kasih atas dukungan semangat dan kerjasama yang telah diberikan.

8. Serta pihak lainnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas partisipasi, dukungan dan kerjasama yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam Tugas Akhir masih jauh dari kesempurnaan karena segala keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun agar Tugas Akhir ini menjadi lebih sempurna. Terakhir penulis harapkan agar Tugas Akhir ini dapat berguna sebagai salah satu fasilitas dari bahan informasi bagi penulis lain maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Juli 2013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJ UAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

ABST RAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA.13 2.1. Landasan Teori ... 13

2.1.1. Penelitian Terdahulu ... 13

2.1.2. Komunikasi ... 15

2.1.3. Strategi Komunikasi ... 16

2.1.4. Tujuan Strategi Komunikasi ... 19

2.1.5.Perencanaan dan Perumusan Strategi dalam Proses Komunikasi. ... 20

(7)

2.1.7. Komunikasi Kesehatan ... 26

2.1.8. Komunitas ... 27

2.1.9.Trigeminal Neuralgia ... 29

2.2. Model Komunikasi Wilbur Schramm ... 30

2.3. Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1. Definisi Konseptual ... 34

3.2. Tipe Penelitian ... 35

3.3. Lokasi Penelitian ... 35

3.4. Kriteria Informan ... 35

3.5. Unit Analisis ... 37

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.7. Teknik Pengolahan Data ... 38

3.8. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

4.2 Penyajian Data ... 42

4.2.1 Informan 1 (Dr. Lilih Dwi Priyanto, M.MT) ... 43

4.2.2 Informan 2 (dr. M. Sofyanto, Sp.BS) ... 44

4.2.3 Informan 3 (Drs. Ec. H. Tri Harsono) ... 44

(8)

4.3 Analisis Data ... 45

4.3.1 Awal Mula Pendirian Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia (KTNI) ... 45

4.3.2 Trigeminal Neuralgia ... 46

4.3.3 Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia (KTNI) dan Program-Program yang Dijalankan ... 50

4.3.4 Strategi Komunikasi Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia (KTNI) dalam Menyebarkan Informasi dan Mengedukasi Masyarakat ... 52

4.4 Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPUL AN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(9)

ABSTRAK

Afida Noor Fajar ina. STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS TRIGEMINAL

NEURALGIA INDONESIA DALAM MENYEBARKAN INFORMASI SERTA

MENGEDUKASI MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TRIGEMINAL

NEURALGIA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia dalam menyebarluaskan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang penyakit Trigeminal Neuralgia.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif serta analisis deskriptif sebagai metode analisis datanya. Selain itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori model komunikasi kedua dari Wilbur Schramm yang membahas tentang kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomuikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Penulis menggunakan teori tersebut dikarenakan relevan dan dapat diinterpretasikan pada masalah yang ditelitioleh penulis. Penelitian ini membahas tentang ketidakpahaman masyarakat akan penyakit trigeminal neuralgia dan bagaimana peran komunitas trigeminal neuralgia indonesia dalam menyebarkan informasi serta mengedukasi masyarakat mengenai penyakit trigeminal neuralgia menggunakan strategi komunikasi yang ada.

Hasil penelitian ini adalah, strategi komunikasi yang digunakan komunitas trigeminal neuralgia indonesia dalam menyebarkan informasi serta mengedukasi masyarakat terhadap penyakit trigeminal neuralgia yaitu memanfaatkan pengalaman pribadi serta media cetak (koran) maupun elektronik seperti televisi, radio maupun internetsebagai bekal dalam penyampaian informasi tentang trigeminal neuralgia. Kemudian membagikan buletin secara gratis dengan cara mengirim buletin ke beberapa anggota komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia dan mengadakan seminar, gathering dan kegiatan sosial lainnya. Dan juga selalu membekali pasien dengan dua majalah apabila telah selesai menjalani perawatan di rumah sakit, hal tersebut dikarenakan apabila ada yang membutuhkan informasi dapat diberikan salah satu dari majalah tersebut serta memperkuat informasi yang ada pada website komunitas.

(10)

ABSTRACT

Afida Noor Fajar ina. COMMUNICATION STRATEGIES OF INDONESIA TRIGEMINAL NEURALGIA COMMUNITY TO SPREAD AN INFORMATION AND EDUCATING PEOPLE ABOUT TRIGEMINAL NEURALGIA DISEASE.

This study aims to identify and descr ibe how the communication str ategies used by the Tr igeminal Neur algia Indonesian Community in disseminating infor mation and educating the public about the Tr igeminal Neur algia disease.

In this r esearch, r esear chers used qualitative r esear ch methods as well as adescr iptive analysis of the methods of data analysis. In addition, the theory used in this study is the second communication the or etical model of Wilbur Schr ammth at discusses the similar ities in the field of r esour ce and exper ience the r eal tar get to communicate,aspar t of the signal that is shar ed equally by the sour ce and the tar get. The author uses the theor y, because this theor y is r elevant and can be inter pr eted due to the issues examined by the author . This study discusses about the pub lic misunder standing of the disease tr igeminal neur algia and how the r ole of the tr igeminal neur algia Indonesian community in disseminating infor ma tion and educating the public about the disease tr igeminal neur algia using existing communication str ategies.

The r esult is, the communication strategies used by tr igeminal neur algia Indonesian community in disseminating infor mation and educating the public on the disease tr igeminal neur algia is utilizing personal exper ience as well as the pr int media (newspaper s) and electronics such a s television, r adio and the Inter net as a pr ovision in the delivery of infor mation about tr igeminal neur algia. And then distr ibuted for fr ee newsletter by sending a bulletin to some community member s spread all over Indonesia and holding seminar s, gather ings and other social events. And also always provide patients with two magazines if they have completed tr eatment at the hospital, it is because if ther e is a need of infor ma tion can be given any of the magazine as well as str engthen the existing infor mation on the community website.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak pertama manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu hidup dengan manusia lainnya yang satu dengan yang lain saling membutuhkan, untuk tetap melangsungkan kehidupannya manusia perlu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik itu komunikasi verbal (bahasa) maupun nonverbal (simbol, gambar atau media komunikasi yang lain).

Komunikasi mempunyai banyak makna, namun dari sekian banyak definisi yang pernah diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan maknanya yang hakiki yaitu komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000 : 13).

(12)

ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Deddy Mulyana, 2002:45)

Komunikasi merupakan ilmu yang multidisplin, tidak hanya terbatas pada studi media dan simbol. Namun, juga dapat diaplikasikan pada komunikasi pendidikan, birokrasi, kesehatan, dan lain sebagainya. Komunikasi dalam dunia medis ataupun kesehatan perlu dilakukan secara efektif. Hal tersebut bertujuan agar apabila ada perkembangan baru mengenai dunia kesehatan, masyarakat dapat mengetahuinya secara merata. Informasi yang berhubungan dengan kesehatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena akan mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.

Sebagai bidang yang langsung berhadapan secara personal, kesehatan juga memerlukan strategi komunikasi. Agar pasien mudah untuk mendapatkan informasi serta memiliki rasa kepercayaan terhadap tempat yang menjadi rujukkan berobat.

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan (Effendy,2000:301).

Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Salah satu fungsi strategi komunikasi yaitu menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. (Effendy, 2000 :300)

(13)

perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Komunikator harus menimbulkan daya tarik, pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source attractiveness).(Effendy, 2000:304)

Dokter merupakan salah satu orang yang sangat berperan dalam dunia kesehatan. Adanya keterikatan pada komunikasi antara dokter dan pasien akan menjadi salah satu faktor kesembuhan bagi pasien. Adanya pola komunikasi yang terbuka dari pasien kepada dokter tentang keluhan penyakit yang diderita, akan membantu dokter dalam mendiagnosa serta membantu bagaimana mengobati penyakit tersebut.

Komunikasi interpersonal yang terjalin antara pasien dan dokter sejatinya merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kesembuhan pasien, karena akan membantu tingkat kesadaran emosional pada pasien untuk terus mempunyai semangat akan kesembuhannya.

Jonseph A. Devito (dalam Fajar, 2009:78) dalam bukunya ”The Interpersonal Communication Book” mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai: ”Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.

(14)

Komunikasi interpersonal juga penting bagi kabahagian hidup manusia. Menurut Johnson dalam Supratiknya (1995:9) beberapa peranan yang disumbangkan oleh kamunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan kebahagian hidup manusia sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial manusia. Perkembangan manusia sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan pada orang lain. Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran komunikasi menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial manusia sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi dengan orang lain.

2. Identitas atau jati diri manusia terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya.

3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Tenu saja pembandingan sosial semacam itu hanya dapat dilakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

(15)

Berkomunikasi tidak hanya digunakan dalam pendidikan, organisasi ataupun kehidupan pertemanan saja. Dalam dunia kesehatan dibutuhkan adanya alur komunikasi yang berguna untuk mengikuti terus perkembangan ilmu kesehatan. Dewasa ini, banyak sekali jenis penyakit yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Hal tersebut dikarenakan, kurangnya informasi yang sampai kepada mereka. Salah satunya adalah penyakit Trigeminal Neuralgia (TN).

Apakah Trigeminal Neuralgia itu? Trigeminal Neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang. Serangan TN dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai menit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, terkadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat terkena sengatan listrik.(G. Pramono, dr.SpBS)

Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107,5 persen pada pria dan 200,2 persen pada wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Kendati demikian, ada juga penderita dibawah usia 40 tahun yang terkena penyakit ini, yaitu hanya 10% (Anugoro,Dito,Apa itu Trigeminal Neuralgia.

www.kompasiana.com)

(16)

hanya belasan yang dicabut tapi keseluruhan giginya sampai ompong. Tapi lagi-lagi, semua itu tak akan mampu menghilangkan sakit.

Munculnya TN semata-mata karena adanya perlengketan dan penekanan saraf nomor 5 oleh pembuluh darah. Karena itu tidak ada tindakan medis lain yang bisa dilakukan untuk memisahkan perlengketan antara keduanya kecuali hanya dengan pembedahan menggunakan metode operasi Microsurgery. Pemberian obat, injeksi, pijat serta tusuk jarum, tidak memungkinkan untuk bisa menyembuhkan.

Trigeminal Neuralgia atau nyeri wajah, gusi dan gigi masih jarang dikenal baik di masyarakat maupun kalangan medis, di sisi lain penderita sangat membutuhkan pertolongan karena sifat nyeri yang luar biasa dan amat sulit dibayangkan. Di dunia maya penyakit ini disebut dengan istilah : “Suicide disease alias Penyakit Bunuh Diri”. Istilah tersebut sebenarnya tidak berlebihan karena efek dari penyakit ini memang sangat luar biasa hebat. Secara fisik penderita terlihat bugar, namun secara tiba-tiba dan tanpa sebab rasa sakit tersebut muncul.

Di Indonesia penderita Trigeminal Neuralgia(TN) jumlahnya cukup banyak namun informasi yang menjelaskan bagaimana TN benar-benar bisa disembuhkan sangat minim sekali. Bukan hanya dimasyarakat, dikalangan medis sendiri pun masih banyak yang belum memahami apa itu penyakit TN. Hal tersebut terbukti dari banyaknya pasien yang datang setelah menjalani berbagai pengobatan panjang ataupun operasi karena kekeliruan diagnosa.

Ketidakpahaman masyarakat mengenai penyakit ini, disebabkan kurangnya penyampaian informasi. Dunia kedokteran pun sampai saat ini belum banyak yang memahami apa itu

(17)

Karena kesalahan diagnosa tersebut, banyak pasien yang berobat sampai ke luar negeri untuk menjalani pengobatan. Tetapi, sampai berbulan-bulan bahkan ada yang sampai bertahun-tahun, pengobatan tersebut tidak membuahkan hasil. Hal tersebut dikarenakan kurangnya informasi yang tersalurkan yang menyebabkan kesalahan diagnosa.

Di Surabaya, hanya ada beberapa dokter yang mampu menangani penyakit ini. Sehingga selalu menjadi rujukan pasien penderita penyakit ini. Beberapa dokter spesialis bedah tersebut yaitu dr. Ananda Haris Sp.BS, dr. Gigih Pramono Sp.BS, dr. M. Sofyanto Sp.BS. Namun, dokter-dokter tersebut masih kesulitan untuk menyebarkan informasi serta mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai penyakit ini. Berbagai cara dilakukan, salah satunya yaitu membentuk suatu komunitas yang dinamakan Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia.

Komunitas ini terdiri dari orang-orang yang pernah mengalami penderitaan dari penyakit ini. Komunitas yang berdiri sejak Januari tahun 2009 ini bertujuan untuk saling menyebarkan informasi dan edukasi bersama-sama mantan penderita yang sudah bebas dari penyakit nyeri yang menakutkan, membantu mempercepat penyembuhan dan memperpendek penderitaan.

Keberadaan komunitas yang berjumlah lebih dari 100 orang anggota ini sangat membantu bagi para penderita penyakit ini, terutama bagi penderita yang tidak memahami betul apa itu trigeminal neuralgia. Anggota komunitas ini terdiri dari 80 persen dari seluruh mantan penderita

trigeminal neuralgia dan beberapa dokter spesialis bedah syaraf. (Dr. Lilih Dwi Priyanto, M.MT)

(18)

masyarakat yang masih belum memahami apa itu Trigeminal Neuralgia dan bagaimana cara penyembuhannya.

Dalam menjalankan perannya memberikan informasi serta mengedukasi masyarakat, komunitas ini telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya membuat buletin setiap enam bulan sekali, membuat website yang dapat diakses melalui internet dan mengadakan gathering rutin dengan para dokter, mantan penderita maupun masyarakat umum yang belum memahami apa itu penyakit trigeminal neuralgia.

Seperti yang dikatakan oleh Dr. Lilih Dwi Priyanto, M.MT selaku pendiri komunitas trigeminal neuralgia indonesia, Buletin yang diterbitkan merupakan buletin yang khusus membahas tentang penyakit trigeminal neuralgia serta pengalaman-pengalaman dari beberapa pasien yang pernah mengalaminya. Setiap penerbitan, buletin dicetak sebanyak 25.000 eksemplar dan didistribusikan secara gratis kepada masyarakat melalui anggota komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia.

Keberadaan website bertujuan agar memudahkan masyarakat mendapatkan informasi mengenai penyakit ini. Karena pada saat ini, masyarakat lebih memilih menggunakan internet sebagai media mencari informasi dibandingkan dengan media lain disebabkan karena kemudahan dalam penggunanannya. Sedangkan gathering bertujuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan anggota komunitas.

(19)

Penulis memfokuskan penelitian ini pada strategi komunikasi apa saja yang digunakan komunitas trigeminal neuralgia indonesia guna mencapai tujuannya untuk menyebarkan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang penyakit trigeminal neuralgia dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menggunakan teori komunikasi yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm.

Wilbur Schramm berpendapat bahwa sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik pesan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu artinya bila tidak ada pengalaman yang bersama, maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh berbeda maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang lainnya (Mulyana,2001:140)

Penelitian ini dilakukan di Surabaya, karena di kota ini tempat komunitas trigeminal neuralgia indonesia berada. Dan di Surabaya pula pertama kalinya di Indonesia penyakit

trigeminal neuralgia dapat disembuhkan, melalui bantuan dokter-dokter ahli bedah saraf ternama yang ada di Surabaya.

1.2. Per umusan Masalah

(20)

Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia dalam menyebarluaskan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang penyakit Trigeminal Neuralgia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan oleh Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia dalam menyebarluaskan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang penyakit Trigeminal Neuralgia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai strategi komunikasi komunitas trigeminal neuralgia indonesia dalam memberikan informasi serta mengedukasi masyarakat mengenai penyakit trigeminal neuralgia ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak, berupa :

(1). Secara akademis, penelitian ini mampu memberikan tambahan referensi dalam kajian ilmu komunikasi khususnya pada komunikasi intrapersonal.

(21)
(22)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1. Penelitian Ter dahulu

Dalam penilitan ini penulis menggunakan dua penelitian terdahulu untuk digunakan sebagai referensi pendukung pembuatan penelitian ini. Keduanya penulis mendapatkan dari dua jurnal buku yang mempunyai materi yang tidak jauh berbeda dengan yang saat ini penulis gunakan, yaitu mengenai strategi komunikasi.

Dalam penelitian terdahulu yang pertama dengan judul Strategi Komunikasi dalam Pemberdayaan Masyarakat Korban Konflik Poso. Penelitian tersebut membicarakan tentang berbagai konflik sosial bernuansa agama baik sesama pemeluk ajaran satu agama maupun yang berbeda keyakinan. Seringkali mewarnai kehidupan setiap insan beragama. Manusia saling menyalahkan satu sama lain, klaim kebenaran sebagai kebenaran mutlak, hakim menghakimi sehingga saling membunuh satu sama lain atas nama agama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi yang selama ini dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat korban konflik Poso berbasis agama dan budaya.

(23)

modal sosial. Ketiga, strategi komunikasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu komunikasi antarpersonal dalam bentuk negosiasi, komunikasi kelompok, dan organisasi dalam bentuk pembentukkan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan komunikasi massa berbasis budaya seperti halnya publikasi pelaksanaan Festival Danau Poso (FDP).

Penelitian terdahulu yang kedua berjudul Strategi Komunikasi E-Goverment di Kabupaten Tulungagung. Penelitian tersebut membahas tentang kemajuan dan perkembangan teknologi, khususnya telekomunikasi, multimedia dan teknologi informasi (telematika) pada akhirnya merubah tatanan organisasi dan hubungan sosial kemasyarakatan. Telematika telah membuktikan perannya sebagai alat bantu yang memudahkan aktivitas kehidupan. Pemerintah menargetkan pada tahun 2005 seluruh administrasi pemerintahan mulai dari tingkat kecamatan sampai pusat sudah terjangkau internet dengan electronic government (e-government).

Perkembangan dari kebijakan ini masih belum berhasil, karena keterbatasan akan teknologi informasi dan rendahnya pengetahuan akan teknologi informasi, termasuk di kabupaten Tulungagung. Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif, yang memiliki karakteristik pokok yaitu mementingkan makna, konteks dan perspektif emik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu model kebijakan e-government di kabupaten Tulungagung harus dibangun berdasarkan kejelasan visi dan misi dari pemerintah kabupaten Tulungagung.serta perlu mempertimbangkan rasionalitas ekonomi dan rasionalitas birokrasi.

(24)

2.1.2Komunikasi

Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandan mereka masing-masing, Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Sebelumnya Weaver (1949) pernah mengemukakan bahawa komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. (Fajar, 2009:32)

Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah dan mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.

Secara teoritis komunikasi dibagi menjadi verbal dan non verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari. Berikut penjelasannya :

1. Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan, sedangkan bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaaan, dan maksud kita.

Pesan verbal terpisah-pisah, artinya orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapanpun komunikator akan mengakhirinya. Komunikasi verbal, kata-kata umumnya digunakan untuk menyampaikan fakta, pengetahuan atau keadaan.

(25)

Pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Potter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

2.1.3Str ategi Komunikasi

Sondang P. Siagian (1985:21) berpendapat bahwa strategi adalah cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dan oleh suatu hubungan untuk mecapai suatu tujuan dan berbagai sasaran dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungannya yang pasti akan dihadapi.

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan (Effendy,2000:301).

(26)

Dalam srategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting. Strategi komunikasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Komunikator harus menimbulkan daya tarik, pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source attractiveness).(Effendy, 2000:304)

gejala psikis komunikan sangat perlu diketahui oleh seorang komunikator. Gejala-gejala psikis tersebut biasanya dapat dipahami bila diketahui pula lingkungan pergaulan komunikan yang dalam hal ini biasanya disebut situasi sosial. Jika sudah mengetahui sifat-sifat komunikan, dan tahu pula efek apa yang dikehendaki dari mereka. Memilih cara mana yang diambil untuk berkomunikasi sangatlah penting, karena ada kaitannya dengan media yang harus digunakan.

Cara bagaimana kita berkomunikasi (how to communicate). Pertama, dengan cara komunikasi tatap muka, kedua dengan cara komunikasi bermedia. Komuniksi tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behaviour change) dari komunikan. Mengapa demikian? Karena pada saat berkomunikasi memerlukan umpan balik langsung ( immediate feedback). Dengan saling melihat, sebagai komunikator bisa mengetahui saat berlangsungnya komunikasi apakah komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang disampaikan. Jika terjadi umpan balik yang positif maka cara komunikasi yang digunakan dapat dipertahankan. Jika sebaliknya maka perlu adanya perubahan teknik komunikasi sehingga komunikasi dinyatakan berhasil. (Effendi, 2008:32)

(27)

sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal dan menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Berbicara tentang strategi komunikasi, berarti berbicara tentang bagaimana sebuah perubahan diciptakan pada khalayak dengan mudah dan cepat. Perubahan merupakan hasil proses komunikasi yang tak terelakkan. Semua pihak yang berkomunikasi, mau tidak mau pasti mengalami perubahan baik perubahan kecil maupun perubahan besar. (Arifin, 1994:10)

Menurut Effendy (1981:44) efek komuikasi yang timbul pada komunikan seringkali di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Efek Kognitif : terkait dengan pikiran nalar atau rasio. Misalnya komunikasn yang semula tidak tahu, tidak mengerti menjadi mengerti atau tidak sadar menjadi sadar.

b. Efek Afektif : efek yang berkaitan dengan perasaan. Misalnya komunikasn yang semula merasa tidak senang menjadi senang.

c. Efek Konatif : efek yang berkaitan dengan timbulnya keyakinan dalam diri komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator berdasarkan pesan atau message yang ditransmisikan, sikap dan perilaku komunikan pasca proses komunikasi juga tercermin dalam efek konatif.

2.1.4 Tujuan Str ategi Komunika si

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Communication, menyatakan bahwa tujuan strategi komunikasi adalah :

(28)

2. To establish acceptance, bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik 3. To motive action, penggiatan untuk memotivasi

4. The goals which the communicator sought to achieve, bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikastor tersebut.

2.1.5 Per encanaan dan Per umusan Strategi Dalam Pr oses Komunikasi

Komunikasi merupakan proses yang rumit. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dalam memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. (Effendy, 2007 : 35)

1. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak mempunyai kepentingan yang sama. Tanpa persamaan kepentingan, komunikasi tak mungkin berlangsung terutama dalam pesan, metoda dan media. Mengenal khalayak hendaknya dilakukan melalui observasi, penjajakan atau penelitian.

2. Menyusun Pesan

(29)

Dalam hal ini, Wilbur Schramm (1955) mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut :

a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.

b. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.

d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.

3. Menetapkan Metoda

Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian/mempengaruhi itu dapat dilihat dalam dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Menurut cara pelaksanaannya dapat diwuudkan dalam dua bentuk yaitu metode redudancy (repetition) dan

Canalizing. Sedangkan menurut bentuk isinya dikenal dengan metode informatif, persusasif, edukatif dan kursif.

a. Redudancy (repetition)

Metode redudancy atau repetition adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ngulang pesan kepada khalayak. Metode ini bermanfaat bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal yang penting yang disampaikan berulang-ulang itu.

(30)

Untuk mempengaruhi khalayak haruslah terlebih dahulu mengerti tentang kerangka referensi dan lapangan pengalaman dari khalayak tersebut dan kemudian menyusun pesan dan metode yang sesuai dengan itu.

Hal tersebut dapat dimaksudkan, agar khalayak tersebut pada permulaan dapat menerima pesan yang dilontarkan kepadanya, kemudian secara perlahan-lahan dirubah pola pemikiran dan sikapnya yang telah ada, ke arah yang dikehendaki. Dalam metode canalizing

menjelaskan bahwa komunikator menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif yang ada pada diri khalayak.

c. Informatif

Memberi bentuk terhadap isi suatu pesan pada khalayak tertentu, dengan sendirinya akan menghasilkan efek tertentu pula. Dalam dunia publisistik atau komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberi penerangan.

Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Seperti yang ditulis oleh Jawoto (1959:7) :

1. Memberikan informasi tentang facts semata-mata, juga facts bersifat kontroversial 2. Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah suatu pendapat.

d. Persuasif

Persuasif berarti mempengaruhi dengan jalan membujuk. Metode persuasif dengan demikian merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau dapat khalayak dapat terpengaruh secara tidak sadar.

(31)

Metode edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat berwujudkan dalam bentuk pesan yang akan berisi pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman.

Mendidik berarti memberikan suatu idea kepada khalayak apa sesungghnya, di atas fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya, dengan disengaja, teratur dan berencana. Dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.

f. Kursif

Kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih banyak lagi untuk menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang dilontarkan.

4. Seleksi dan Penggunaan Media

Penggunaan medium sebagai alat penyalur idea, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat, dalam dunia akhir abad ke-20 ini adalah suatu hal yang merupakan keharusan. Sebab, selain media massa dapat menjangkau jumlah besar khalayak, agaknya alat-alat itu kini betul-betul telah muncul sebagai alat komunikasi massa sejati yang selain berfungsi sebagai alat penyalur, juga mempunyai fungsi sosial yang kompleks. (Fajar, 2009 :184)

2.1.6Komunikasi Inter per sonal

(32)

dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.

Berdasarkan definisi tersebut, komunikasi interpersonal dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu pertemuan. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis, dimana selalu lebih baik daripada secara monologis. monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak terdapat interaksi.(Fajar, 2009:78)

Kebanyakan komunikasi antar personal berbentuk verbal dan disertai ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. Cara tertulis diambil sejauh diperlukan, misalnya memo, surat atau catatan. (Hardjana, 2003)

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk memberikan stimuli sebagai daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih pun.

(33)

1. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial manusia. Perkembangan manusia sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan pada orang lain. Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran komunikasi menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial manusia sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi dengan orang lain.

2. Identitas atau jati diri manusia terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya.

3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Tenu saja pembandingan sosial semacam itu hanya dapat dilakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

4. Kesehatan mental sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokok-tokoh signifikan dalam hidup kita. Bila komunikasi kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustasi.

2.1.7 Komunikasi Kesehatan

(34)

yang mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi bisnis, komunikasi kelompok, komunikasi politik, dan lain sebagainya). Lebih jelasnya komunikasi kesehatan adalah seni dan tehnik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens yang mengatur perhatian pada kesehatan. (Liliweri, 2007:45-46)

Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika.

2.1.8 Komunitas

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia terdapat pengertian tentang komunitas yaitu suatu kelompok organisme (orang, dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di suatu daerah tertentu.

Dalam buku Community Development oleh Jim Ife dan Frank Toseriero (2008) menjelaskan bahwa komunitas sebagai suatu bentuk organisasi sosial yang dicirikan dalam beberapa hal berikut :

1. Skala Manusia

Sebuah komunitas melibatkan interaksi-interaksi pada suatu skala yang mudah dikendalikan dan digunakan oleh setiap individu. Jadi, skalanya terbatas pada orang yang akan saling mengenal atau akan saling berinteraksi dalam komunitas itu sendiri.

(35)

Bagi kebanyakan orang, kata komunitas akan memasukkan sebentuk perasaan ‘memiliki’, atau perasaan diterima dan dihargai dalam lingkup kelompok tersebut. Hal ini disebabkan adanya penamaan anggota komunitas. Konsep keanggotaan artinya memiliki, penerimaan oleh yang lain dan kesetiaan kepada tujuan-tujuan kelompok. Karena itu, komunitas adalah lebih dari sekedar suatu kelompok yang dibentuk untuk kemudahan administratif, tetapi memiliki beberapa ciri dari sebuah perkumpulan atau perhimpunan terhadap orang yang termasuk sebagai anggota dan dimana perasaan memiliki ini penting dan dengan jelas diakui.

Jadi, termasuk ke dalam suatu komunitas memberikan rasa identitas kepada seseorang. Komunitas tersebut dapat menjadikan bagian dari konsep diri seseorang, dan merupakan sebuah aspek penting dari bagaimana seseorang memandang tempatnya di dunia. Tidak adanya identitas pribadi seperti itu biasanya dianggap sebagai salah satu masalah dari masyarakat modern (Castells, 1997 ; Community and Family Commission, 1992)

3. Kewajiban-kewajiban

(36)

2.1.9Trigeminal Neuralgia

Apakah Trigeminal Neuralgia itu? Trigeminal Neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang. Serangan TN dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai menit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, terkadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat terkena sengatan listrik.(G. Pramono, dr.SpBS)

Menurut pendapat Sofyanto,dr.SpBS, Trigeminal Neuralgia (TN) disebabkan oleh sentuhan atau penekanan saraf nomor 5, yaitu saraf yang mengatur perasa wajah yang letaknya di sekitar batang otak. Ciri umum dari penderita TN yaitu daerah yang ada di kawasan gusi, gigi maupun kawasan mulut, dan wajah mengalami sakit luar biasa. Karena itu, selama ini penderita TN selalu menduga gigi sebagai pemicu utama sehingga rata-rata penderita tak keberatan saat gigi-giginya yang diduga sebagai biang masalah itu dicabut. Bahkan, ada beberapa pasien tak hanya belasan yang dicabut tapi keseluruhan giginya sampai ompong. Tapi lagi-lagi, semua itu tak akan mampu menghilangkan sakit.

Munculnya TN semata-mata karena adanya perlengketan dan penekanan saraf nomor 5 oleh pembuluh darah. Karena itu tidak ada tindakan medis lain yang bisa dilakukan untuk memisahkan perlengketan antara keduanya kecuali hanya dengan pembedahan menggunakan metode operasi Microsurgery. Pemberian obat, injeksi, pijat serta tusuk jarum, tidak memungkinkan untuk bisa menyembuhkan.

(37)

berlebihan karena efek dari penyakit ini memang sangat luar biasa hebat. Secara fisik penderita terlihat bugar, namun secara tiba-tiba dan tanpa sebab rasa sakit tersebut muncul.

Di Indonesia penderita Trigeminal Neuralgia (TN) jumlahnya cukup banyak namun informasi yang menjelaskan bagaimana TN benar-benar bisa disembuhkan sangat minim sekali. Bukan hanya dimasyarakat, dikalangan medis sendiri pun masih banyak yang belum memahami apa itu penyakit TN. Hal tersebut terbukti dari banyaknya pasien yang datang setelah menjalani berbagai pengobatan panjang ataupun operasi karena kekeliruan diagnosa.

2.2 Model Komunikasi Wilbur Schr amm

Penulis menggunakan model komunikasi yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm yang ada pada model kedua. Pada model tersebut Schramm mengenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomuikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. (Mulyana, 2007: 151)

Gambar 1. Model Komunikasi kedua Wolbur Schramm

(38)

Namun,mengambilaspek sosiologisterlibat dalam komunikasimenjadi pertimbangan, Schrammmenunjukkan bahwauntuk memahamiberlangsungantara sumber dantujuan, mereka harusmemiliki sesuatu yang sama.Jika sumberdanbidangdestinasipengalamantumpang tindih,

komunikasi dapat berlangsung

Jika tidak adatumpang tindih, atauhanya daerah kecilyang sama, komunikasi sulit. jika tidak mustahil.

Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu, artinya bila tidak ada pengalaman bersama, maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. bila wilayah yang berimpit itu kecil, artinya bila pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh berbeda, maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang lainnya. (Mulyana, 2007:153)

2.3 Ker angka Ber fikir

(39)

Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mengetahui strategi komunikasi Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia dalam Memberikan Informasi serta Mengedukasi Masyarakat tentang Penyakit Trigeminal Neuralgia. Penulis menggunakan teori model Schramm yang kedua untuk dapat diimplementasikan pada strategi komunikasi yang digunakan oleh komunitas ini yang selama ini telah digunakan.

Berdasarkan kajian pustaka tersebut maka dapat disajikan alur kerangka berfikir penilitian sebagai berikut :

Gambar 2

Kerangka Ber pikir Penelitian Strategi Komunikasi Komunitas Tr igeminal Neur algia Indonesia dalam Member ikan Infor masi Ser ta Mengedukasi Masyarakat Tentang

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Konseptual

Penulis mengambil penelitian ini karena ingin mengetahui mengenai strategi komunikasi interpersonal dari komunitas trigeminal neuralgia indonesia dalam mensosialisasikan serta mengedukasi masyarakat mengenai penyakit trigeminal neuralgia. Bagaimana orang-orang yang tergabung dalam komunitas tersebut mampu menyampaikan informasi yang selama ini masih banyak masyarakat khususnya penderita yang belum mengetahuinya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu. Penulis menggunakan tehnik wawancara mendalam (in depth interview) untuk memperoleh jawaban dari narasumber. Tehnik ini digunakan karena wawancara secara langsung antara peneliti dengan informan, jawaban yang didapat lebih murni, tidak dapat dimanipulasi, sebab dalam wawancara langsung bahasa yang muncul tidak hanya bahasa verbal, melainkan non verbal pun juga terlihat.

Penulis melakukan wawancara kepada narasumber atau informan dengan berpedoman pada pedoman wawancara (interview guide) yang dibuat berdasarkan adanya kenyataan dari latar belakang masalah yang ada, yakni kurangnya informasi yang tersalurkan dengan baik kepada masyarakat mengenai penyakit trigeminal neuralgia. Kurangnya penyampaian informasi tersebut yang menyebabkan banyak penderita yang mengalami kesalahan diagnosa, sehingga mendapatkan penanganan yang salah.

(41)

Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif, karena penulis ingin menggali informasi lebih dalam mengenai strategi apa saja yang digunakan oleh komunitas trigeminal neuralgia indonesia ini dalam mensosialisasikan serta mengedukasi masyarakat terhadap penyakit trigeminal neuralgia.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Surabaya, karena di kota ini merupakan tempat komunitas trigeminal neuralgia indonesia berada. Dan di Surabaya pula pertama kalinya di Indonesia penyakit trigeminal neuralgia dapat disembuhkan, melalui bantuan dokter-dokter ahli bedah saraf ternama yang ada di Surabaya. Salah satu lokasi yang menjadi tempat penelitiannya yaitu Rumah Sakit Bedah Surabaya Jl. Raya Manyar 9 Surabaya lantai 3 ruang 314, ini merupakan sekretariat dari komunitas trigeminal neuralgia indonesia.

3.4 Kr iter ia Infor man

Informan penelitian tidak ditentukan jumlahnya, akan tetapi dipilih informan yang di anggap memenuhi, memahami dan menjalani permasalahan yang terjadi sesuai isi penelitian ini.

Beberapa kriteria informan yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Pendiri Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia (KTNI), informan ini dipilih karena peneliti meneliti tentang strategi komunitas dalam menyebarkan informasi dan mengedukasi masyarakat. Sehingga peneliti mencari seseorang yang sangat berperan di dalam komunitas tersebut.

(42)

informan 1 untuk menunjuk informan kedua ini dikarenakan informan 2 adalah orang yang paham dengan ilmu tentang trigeminal neuralgia.

3. Yang menjadi kriteria selanjutnya untuk informan dalam penelitian ini yaitu mantan penderita trigeminal neuralgia. Informan ini dipilih karena memiliki pengalaman selama mengalami penderitaan trigeminal neuralgia.

4. Informan terakhir yang dipilih oleh peneliti yaitu masyarakat umum yang bukan penderita trigeminal neuralgia. Ini dipilih oleh peneliti dikarenakan peneliti ingin mengambil dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari pandangan masyarakat umum yang menilai tentang adanya trigeminal neuralgia.

3.5 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah narasi yang diperoleh dari in depth interview

(wawancara secara mendalam). Narasi yang dimaksud mencakup rangkaian tulisan atau paragraph yang disusun secara berurutan sesuai dengan wawancara yang telah dilakukan. Narasi ini merupakan data primer yang berisi pendapat, pengalaman, pengakuan dan deskripsi perilaku dari masing-masing informan yang kemudian dianalisis lebih lanjut dan diinterpretasikan oleh penulis.

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

(43)

Interview yang sering disebut dengan wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, dengan melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.(Mulyana, 2004:180)

Adapun dalam pelaksanaannya adalah wawancara semiterstruktur, jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategoriin-depth interview. Wawancara semiterstruktur dalam pelaksanaannya, lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.(Sugiyono, 2010:233)

b. Observasi

Observasi sering disebut dengan pengamatan yang diliputi kegiatan pemusatan perhatian pada suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.(Sugiyono, 2007:63)

Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung program-program yang berkaitan dengan masalah atau kondisi yang ada pada obyek penelitian, sehingga obyektifitas hasil penelitian dapat terjamin.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. (Sugiyono,2007:82)

(44)

mengoreksi data yang diperoleh dari interview dan observasi agar validitasnya tidak diragukan lagi.

3.7 Tehnik Pengolahan Data

Proses pengolahan data dimulai dari pengolahan hasil rekaman sebagai data primer. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa transkrip wawancara yang kemudian dikelompokkan menurut identitas individu agar lebih mudah dalam proses analisis data. Pada penelitian ini dipilih klasifikasi berdasarkan individu untuk memudahkan dalam menganalisis data.

3.8 Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori , menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memimlih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.(Sugiyono, 2007:89)

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Lokasi penelitian berada di kota Surabaya, karena kota ini merupakan tempat berdirinya Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia (KTNI) pertama kali. Surabaya juga merupakan pertama kalinyadi Indonesia, tempat penyakit Trigeminal Neuralgia (TN) dapat disembuhkan. Saat ini sekretariat KTNI berada di RS. Bedah Surabaya Jl. Raya Manyar 9 Surabaya lantai 3 ruang 314.

KTNI merupakan suatu komunitas yang terdiri dari beberapa mantan penderita penyakit TN. Karena kurang efektifnya informasi yang menjelaskan bahwa TN adalah penyakit yang berasal dari saraf ke 5 yang bersinggungan dengan pembuluh darah dan menyebabkan banyak masyarakat mengalami kekeliruan dalam diagnosa dari dokter, serta dengan berbagai latar belakang pengalaman yang menyedihkan, maka mantan penderita kini membentuk komunitas dengan mempunyai tujuan utama yaitu memberikan informasi serta mengedukasi kepada masyarakat tentang apa itu penyakit Trigeminal Neuralgia.

KTNI berdiri sejak Januari tahun 2009, melalui kerjasama antara para dokter spesialis bedah saraf dengan mantan penderita yang peduli dengan masyarakat yang belum memahami betul apa itu penyakit Trigeminal Neuralgia. KTNI akan selalu dengan senang hati memberikan informasi kepada masyarakat karena anggota komunitas yang terdiri dari mantan pasien ini mengerti benar bagaimana penderitaan yang dirasakan selama menderita penyakit tersebut.

(46)

membuat buletin yang khusus membahas tentang penyakit TN maupun penyakit saraf lainnya dan diterbitkan setiap 6 bulan sekali sebanyak 25.000 eksemplar. KTNI juga membuat website

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mencari informasi melalui internet, website ini diperbaharui setiap 1 sampai 2 bulan sekali. Kemudian KTNI juga seringkali mengadakan kegiatan gathering ataupun seminar di seluruh Indonesia maupun luar negri yang dihadiri oleh mantan penderita dan masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang penyakit ini.

KTNI saat ini bekerjasama dengan beberapa rumah sakit di Surabaya, diantaranya Rumah Sakit Bedah Surabaya, Rumah Sakit Royal Surabaya dan Rumah Sakit National Surabaya. Untuk menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat khususnya masyarakat yang tidak mampu, komunitas ini memberikan bantuan berupa operasi gratis dengan tidak mengurangi pelayanan yang diberikan. Karena mengingat bahwa Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit yang sangat menyiksa bagi penderitanya.

Seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya, Trigeminal Neuralgia(TN) merupakan gangguan yang disebabkan oleh adanya selingkuh antara saraf nomor lima yang berfungsi sabagai saraf perasa wajah dengan pembuluh darah di kawasan batang otak. Perlengketan tersebut akan menimbulkan sakit yang luar biasa pada pasien.

Selama ini baik di kalangan masyarakat maupun dikalangan medis masih banyak sekali yang membelum mengetahui penyakit ini. Trigeminal Neuralgiasangat bisa disembuhkan, bukan penyakit yang fatal yang berakibat kelumpuhan, bukan gigi sebagai penyebabnya, juga bukan karena fikiran dan stress. Penyakit ini hanya mampu disembuhkan dengan tindakan operasi

microsurgeryyang hanya memerlukan pembedahan 10 mm dan segera dapat mengatasi nyeri ini. Di Surabaya dari tahun 2010 sampe pertengahan tahun 2013 jumlah penderita penyakit

(47)

4.2 Penyajian Data

Data diperoleh saat peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, dan membaca artikel dari buletin dan website. Peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada beberapa informan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam wawancara ini peneliti mengambil empat orang informan yang tentunya memenuhi kriteria penelitian. Informan dalam penelitian ini dibatasi pada masyarakat yang mengetahui dengan benar tentang penyakit ini. Dan satu informan yang dipilih untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda yaitu masyarakat yang belum pernah mengalami penderitaan penyakit Trigeminal Neuralgia.

Peneliti mendatangi satu persatu informan dengan waktu yang telah disepakati bersama sebelumnya sehinggan informan dapat lebih leluasa dalam mendeskripsikan profil mereka dan diharapkan dapat pemahaman yang lebih mendalam terhadap objek permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yakni Bagaimanakah strategi komunikasi yang digunakan oleh Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia dalam menyebarluaskan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang penyakit Trigeminal Neuralgia.

(48)

4.2.1Infor ma n 1 (Dr . Lilih Dwi Pr iyanto, M.MT)

Informan yang pertama dari penelitian ini yaitu Dr. Lilih Dwi Priyanto, M.MT atau biasa dipanggil Pak Lilih. Pak lilih adalah pendiri komunitas trigeminal neuralgia indonesia dan sekaligus ketua dari komunitas brainspine. Sebelumnya, pak lilih pernah mengalami penderitaan yang disebabkan oleh penyakit saraf, namun bukan Trigeminal Neuralgia melainkan Hemafacial Spasm. Trigeminal Neuralgia dan Hemafacial Spasm merupakan dua penyakit yang disebabkan oleh gangguan saraf. Saat ini Pak Lilih bekerja sebagai pengawas di Dinas Pendidikan Surabaya dan banyak mengisi seminar di berbagai tempat.

4.2.2 Infor man 2 (dr . M. Sofyanto, Sp.BS.)

Informan kedua dalam penelitian ini adalah dokter sofyanto. Dokter spesialis bedah saraf ini lahir di Malang 29 November 1965 dan saat ini berdomisili di Surabaya. Mempunyai istri bernama Nunuk Yulia Arsiyanti yang juga berprofesi sebagai dokter. Dokter Sofyan pernah menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Airlangga yang lulus pada tahun 1989. Dan juga pernah menempuh pendidikan kedokteran di Perancis, Singapore dan Belgia. Dokter Sofyan telah 10 tahun menjadi spesialis bedah saraf, terhitung sejak tahun 2003. Saat ini, selain fokus dalam profesinya sebagai dokter spesialis bedah saraf, dokter sofyan juga aktif sebagai pembina di Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia. Karena adanya pemahaman yang baik tentang penyakit TN, dokter Sofyan selalu menjadi narasumber pada kegiatan gathering maupun seminar yang diadakan oleh komunitas tersebut.

(49)

Pak Tri merupakan mantan penderita penyakit Trigeminal Neuralgia. Laki-laki kelahiran Karanganyar 18 April 1962 ini telah merasakan penderitaan selama 3 tahun. Pak Tri menjalani operasi dibantu dengan dokter Sofyan pada tahun 2009, pada saat itu bertempat di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Pak Tri adalah seorang wiraswasta yang fokus pada bidang property. Pengalaman Pak Tri tentang penderitaan terhadap penyakit Trigeminal Neuralgia memiliki banyak cerita. Sama seperti penderita yang lain, awalnya Pak Tri mengira bahwa rasa sakit yang dideritanya berasal dari sakit gigi. Namun, setelah berkali-kali berobat ke dokter gigi dan dokter bedah mulut, Pak Tri tidak juga menemukan titik terang akan penyakitnya tersebut. Setelah berkonsultasi dengan Prof.drg. Coen Pramono D, SU, SpBM akhirnya Pak Tri disarankan untuk menemui dokter Sofyan, seorang spesialis bedah saraf. Dua jam setelah operasi dengan dokter Sofyan, rasa sakit yang dialami oleh pak Tri hilang dan tidak merasakan nyeri lagi.

4.2.4 Infor man 4 (Rina Kustiyowar ini)

Informan yang terakhir yaitu Rina Kustiyowarini. Wanita yang akrab disapa Rina ini adalah seorang pegawai bank BRI di Surabaya. Ibu Rina memiliki tiga anak laki-laki yang dua diantaranya kembar. Wanita kelahiran Palembang 28 Maret 1979 iniberdomisili di wilayah Surabaya Timur tepatnya di perumahan Gunung Sari Indah.Istri dari Bhakti Yudhantara ini adalah masyarakat umum yang tidak pernah menderita penyakit Trigeminal Neuralgia.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Awal Mula Pendir ian Komunitas Tr igeminal Neur algia Indonesia (KTNI)

(50)

Indonesia(KTNI) dalam menyebarkan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang penyakit

trigeminal neuralgia.

Pada informan 1 memberi penjelasan bahwa awal terbentuknya Komunitas Trigeminal Neuralgia Indonesia (KTNI) yaitu pada Januari tahun 2009, dengan anggota yang terdiri dari mantan pasien yang pernah menderita trigeminal neuralgia dan para dokter yang peduli dengan masyarakat yang menderita penyakit tersebut.

” Kalo’ nggak salah 2007 itu mulai ngobrol-ngobrolnya tapi ter jadinya tahun 2009. Begitu 2007 akhir saya mulai mer intis..ya J anuar i 2009 mulainya.. “

Komunitas ini berdiri berdasarkan inisiatif pribadi dari beberapa orang mantan pasien yang merasa peduli dengan adanya penyakit Trigeminal Neuralgia. Karena dari sekian banyak pasien yang mengalami semua mengatakan bahwa penyakit ini terasa sangat sakit seperti terkena sengatan listrik.

4.3.2 Tr igeminal Neur algia

Trigeminal Neuralgia (TN) disebabkan oleh sentuhan atau penekanan saraf nomor 5, yaitu saraf yang mengatur perasa wajah yang letaknya di sekitar batang otak. Ciri umum dari penderita TN yaitu daerah yang ada di kawasan gusi, gigi maupun kawasan mulut, dan wajah mengalami sakit luar biasa. Karena itu, selama ini penderita TN selalu menduga gigi sebagai pemicu utama sehingga rata-rata penderita tak keberatan saat gigi-giginya yang diduga sebagai biang masalah itu dicabut. Bahkan, ada beberapa pasien tak hanya belasan yang dicabut tapi keseluruhan giginya sampai ompong. Tapi lagi-lagi, semua itu tak akan mampu menghilangkan sakit.

(51)

memisahkan perlengketan antara keduanya kecuali hanya dengan pembedahan menggunakan metode operasi Microsurgery. Pemberian obat, injeksi, pijat serta tusuk jarum, tidak memungkinkan untuk bisa menyembuhkan.

Informan 1 paham dengan adanya penyakit trigeminal neuralgia karena sebelumnya pernah mengalami penyakit saraf. Menurut informan 1 masih banyak sekali masyarakat umum maupun dari kalangan medis tidak mengetahui tentang adanya penyakit ini. Berikut ini penjelasan mengenai trigeminal neuralgia melalui sudut pandang informan 1 selaku pendiri dari KTNI.

“ Ya adanya per lengketan pembuluh dar ah dengan saraf nomer 7 eh nomer 5. Nah itu menyebabkan sakit yang luar biasa seper ti disetr um listr ik dihantam mar til ya sakit sekali pokoknya..”

” saya ber fikir kalau banyak orang yang nggak tau gini kan jadi kasihan, ter us saya mencoba r undingan sama beberapa mantan pasien dan dokter nya untuk membuat komunitas ini..”

Dari penjelasan informan 1 trigeminal neuralgia yaitu adanya perlengketan pembuluh darah dengan saraf nomor lima dan menyebabkan sakit yang luar biasa. Hal tersebut dijadikan sebagai latar belakang mendirikan komunitas trigeminal neuralgia indonesia yang bekerja sama dengan beberapa mantan penderita trigeminal neuralgia dan dokter spesialis bedah saraf yang mengoperasi penyakit tersebut.

Informan 2 mempertegas pernyataan dari informan 1 yang menjelaskan tentang makna dari trigeminal neuralgia. Beliau menegaskan bahwa trigeminal neuralgia sebenarnya bukan penyakit, hanya murni dari variasi tubuh.

(52)

“Anatomi itu bukan kesalahan, itu var iasi nor mal atau bawa’an lahir . Karena pembuluh dar ah kan ada air nya, ada spacenya, jadi geser ..”

Informan 2 menjelaskan secara lebih terperinci bahwa trigeminal neuralgia merupakan variasi normal dari tubuh manusia yang bisa disebabkan salah satunya dari pembawaan pada saat lahir. Menurut dia pembuluh darah orang yang normal berbentuk lurus sedangkan pembuluh darah penderita trigeminal neuralgia menyikut atau membelok dari posisi seharusnya. Hal terssebut dikarenakan adanya jarak dan air didalam pembuluh darah yang dapat bergeser sewaktu-waktu.

Informan 3 yang berprofesi sebagai pengusaha di Surabaya ini pernah mengalami penderitaan trigeminal neuralgia selama tiga tahun. Awal mulanya informan 3 tidak mengetahui tentang rasa sakit yang di deritanya, dia hanya menganggap bahwa rasa sakit yang dirasakannya berasal dari gigi namun setelah beberapa kali berobat ke dokter gigi dan disarankan ke dokter saraf, rasa sakit yang dirasakan tidak kunjung sembuh. Setelah disarankan untuk berobat ke spesialis bedah saraf oleh dokter bedah mulut barulah diketahui bahwa sakit yang dirasakan berasal dari trigeminal neuralgia.

“ Keluhan yang saya r asakan itu, waktu itu sa kit sekali. Yang ber ada di sekitar pipi sebelah kir i, r asanya itu kayak disetr um kayak diir is gitu, dan itu intensitasnya semakin cepat.sehingga yang mula-mula 3 tahun itu intensitasnya seminggu sekali kemudian sekian lama nanti 3 har i sekali. Makin cepat sehingga tiap saat r asa sakitnya itu datang, kar ena sudah tidak kuat menahan r asa sakit itu dan sudah ber keliling ke beberapa dokter sehingga ketika saya datang ke dokter sofyan, dan apa yang dikatakan dokter sofyan itu pas dengan apa yang saya rasakan sehingga saya memutuskan untuk dilakukan operasi.. “

(53)

Informan 4 mengaku tidak mengetahui tentang trigeminal neuralgia, yang diketahuinya hanyalah sebatas bahwa trigeminal neuralgia merupakan penyakit saraf karena dilihat dari kata-katanya yaitu neuro.

“ Apa itu mbak? Belum.. Sar af tah ? Katanya ada dokter apik (bagus) ya disini?.. “ (yang dimaksud adalah di Sur abaya)

“ Hehe.. nebak aja dar i kata Neur onya, keinget pelajar an SMA dulu.. “ “ Katanya sih aku denger ada dokter bagus ya untuk sar af di Sur abaya?.. “

“ Dar i majalah mbak, kemar in nggak sengaja aku lihat dir umah, kayaknya adik saya itu yang bawa majalahnya hehe... nggak tau dapet dar imana.. “

Informan 4 mengaku hanya mengetahui bahwa trigeminal neuralgia sebatas penyakit saraf saja karena melihat dari kosa kata Neuro-nya. Namun, karena sempat membaca majalah atau buletin yang dibawa adiknya sebelum melakukan interview dengan peneliti, informan menjadi lebih paham. Dan dia juga mengetahui bahwa ada dokter spesialis saraf yang dapat membantu menyembuhkan trigeminal neuralgia di Surabaya.

Berdasarkan analisis dari peneliti melalui data yang diperoleh melalui informan 1, 2, 3 dan 4. Trigeminal neuralgia merupakan adanya suatu variasi normal pada saraf nomor 5 yang bersinggungan dengan pembuluh darah, hal ini dapat menyebabkan sakit yang luar biasa seperti tersengat listrik. Pada awalnya banyak masyarakat ataupun pasien yang tidak mengetahui tentang hal tersebut, banyak yang mengira sakit yang dirasakan berasal dari sakit gigi, karena letak dari saraf kelima tersebut berada di batang otang dekat rahang bagian pipi.

Gambar

Gambar 1. Model Komunikasi kedua Wolbur Schramm
Gambar 2
Gambar model kedua Wilbur Schramm
Gambar model kedua Wilbur Schramm
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebelumnya ustadz/ustadzah menjelaskan tujuan mempelajari ilmu tajwid beserta hukumnya kepada santri agar santri senantiasa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah

Nina Nurmasari, Tri Atmojo Kusmayadi, Riyadi, Analisis Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Materi Peluang Ditinjau dari Gender Siswa Kelas XI IPA

penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik-beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji. Harapannya

2 Dalam penelitian ini dilakukan studi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang kongkrit tentang mengamati tentang pengaruh pembelajaran berbasis proyek

Kebijakan perdagangan yang dilakukan pemerintah dengan tujuan menurunkan biaya produksi dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk luar negri

(6) Menyusun dan melaporkan Laporan Barang Milik Daerah per Triwulan, Semesteran maupun Laporan Pengguna Tahunan yang ada dalam penguasaannya kepada Satuan

Untuk mengetahui analisis tinjauan Hukum Ekonomi Islam terhadap pelaksanaan kebebasan sistem waralaba (franchise) dan sistem akad yang diterapkan pada produk es krim

Strategi interaktif yang dilakukan oleh petani untuk mereduksi risiko lebih ditekankan pada penggunaan teknologi usahatani yang sesuai dengan rekomendasi diantaranya : (1) jarak