• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN (STUDY KASUS PADA PT. PROFILIA INDOTECH SURABAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN (STUDY KASUS PADA PT. PROFILIA INDOTECH SURABAYA)."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan oleh :

LOUIS AGUNG WIDYARTO 0812010205/FE/EM

(2)

KERJA KARYAWAN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN

(STUDY KASUS PADA PT. PROFILIA INDOTECH SURABAYA)

Disusun Oleh :

LOUIS AGUNG WIDYARTO 0812010205 / FE / EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakults Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal, 25 Mei 2012

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Dra. Ec. Kustini, Msi Dr . Prasetyo Hadi, MM Sekretaris

Dra. Ec. Kustini, Msi Anggota

Drs. Ec. Supriyono, MM Mengetahui,

Dekan fakultas ekonomi

(3)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

LOUIS AGUNG WIDYARTO

0812010205/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(4)

KARYAWAN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN

(STUDY KASUS PADA PT. PROFILIA INDOTECH SURABAYA)

yang diajukan

LOUIS AGUNG WIDYARTO

0812010205/FE/EM

disetujui untuk ujian skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Kustini,MSI Tanggal : ………..

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(5)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan

hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

”Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Pada PT. Profilia Indotech Surabaya”dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunnan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat

penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr.Muhadjir Anwar,MM selaku Ketua Jurusan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra.Ec.Kustini,MSI selaku dosen pembimbing yang telah memberi

saran, nasehat, serta bantuan bimbingan skripsi kepada peneliti

sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsinya

4. Seluruh Dosen dan Staff dosen yang memberikan bekal ilmu

(6)

kekasih ku Titin Mariana yang tak henti-hentinya memberikan

dukungan terus menerus kepada penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Semua teman-teman dari Kosagrha Setiawan yang selalu membantu

memberi dukungan, dan semangat.

7. Bapak Alvin selaku manajerPT. Profilia Indotech Surabaya yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan observasi pada

karyawan bagian produksi PT. Profilia Indotech Surabaya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Surabaya,Mei 2012

(7)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

2.2.2. Kompensasi ... 12

(8)

2.2.3.2. Indikator-Indikator Motivasi... 16

2.2.4. Kepuasan Kerja ... 18

2.2.4.1. Pengertian Kepuasan Kerja dan PengukuranKepuasan Kerja ... 19

2.2.4.2. Indikator-Indikator Kepuasan Kerja ... 19

2.2.5. Kinerja... 21

2.2.5.1. Pengertian Kinerja... 21

2.2.5.2. Penilaian Kinerja... 22

2.2.5.3. Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan ... 23

2.2.5.4. Masalah Dalam Penilaian Kinerja... 25

2.2.5.5. Program-Program Penilaian Kinerja ... 28

2.2.5.6. Indikator-Indikator kinerja ... 28

2.2.6. Pengaruh Antar Variabel... 29

2.2.6.1. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja... 29

2.2.6.2. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja ... 29

2.2.6.3. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja... 30

2.2.6.4. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja... 31

2.2.6.5. Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi... 31

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional. ... 35

3.1.1. Definisi operasianal variabel... 35

3.2. Populasi dan Sampel ... 40

3.2.1. Populasi. ... 40

3.2.2. Sampel... 40

3.3. Teknik pengumpulan Data ... 41

3.4. Teknik Analis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 50

4.1.1. Sejarah Perusahaan... 50

4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan... 53

4.1.3. Visi Dan Misi ... 54

4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 56

4.1.5. Sistem Upah Karyawan... 65

4.1.6. Jaminan dan tunjangan social... 65

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

(10)

4.3.1. Uji Outlier ... 73

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 75

4.3.3. Uji Validitas ... 76

4.3.4. Evaluasi Construct Reability Dan Variance Extracted ... 77

4.3.5. Uji Normalitas... 78

4.3.6. Analisis Model SEM ... 79

4.3.7. Uji Kausalitas ... 82

4.4 Pembahasan ... 83

4.4.1. Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Kerja ... 83

4.4.2. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja ... 84

4.4.3. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja... 84

4.3.4. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja... 85

4.4.5. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja... 86

4.4.6. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 88

5.2. Saran ... 89

(11)

Tabel 1.1. Data Absensi Karyawan Bagian Produksi PT. Profilia Indotech ... 4

Tabel 1.2. Data Produksi PT. Profilia Indotech ... 5

Tabel 3.1. Goodness Of Indices...47

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...67

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status ...67

Tabel 4.3. Tanggapan Responden Atas Variabel Kompensasi ...68

Tabel 4.4. Tanggapan Responden Atas Variabel Motivasi...69

Tabel 4.5. Tanggapan Responden Atas Variabel Kepuasan Kerja ...70

Tabel 4.6. Tanggapan Responden Atas Variabel Kinerja...72

Tabel 4.7. Outlier Data...74

Tabel 4.8. Reabilitas Data...75

Tabel 4.9. Evaluasi Validitas ...76

Tabel 4.10. Construct Reability Dan Varience Extracted...77

Tabel 4.11. Normalitas Data ...78

Tabel 4.12 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One Step Approach – Base Model...80

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One Step Approach – Modifikasi ...81

Tabel 4.14. Uji Kausalitas...82

(12)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT.PROFILIA INDOTECH SURABAYA...56

Gambar 4.2. Model pengukuran dan Struktur One-step Approach Base Model. 80

(13)

(STUDY KASUS PADA PT. PROFILIA INDOTECH SURABAYA)

Oleh

Louis Agung Widyarto 0812010205/FE/EM

ABSTRAKSI

Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan kinerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satu cara agar dapat memperbaiki kinerja perusahaan adalah dengan melalui peningkatan kualitas sumber daya yang dimilikinya serta memberi motivasi kerja kepada karyawan. Pada PT Profilia Indotech Surabaya saat ini sedang mengalami penurunan kinerja dan peningkatan jumlah absensi karyawan. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kurangnya bentuk kompensasi yang diinginkan karyawan, dan manajemen memberikan tugas yang terlalu mudah atau terlalu sulit sehingga karyawan kurang termotivasi, serta adanya ketidakpuasan atas hal yang dilakukan oleh para karyawan. Atas dasar fenomena tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti mengenai pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan serta dampaknya pada kinerja karyawan(study kasus pada PT Profilia Indotech Surabaya).

Populasi dalam penelitian ini adalah 346 karyawan bagian produksi PT Profilia Indotech Surabaya. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 130 orang karyawan bagian produksi. Dengan teknik stratified random sampling yang merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi menurut lapisan-lapisan tertentu dan masing-masing lapisan memiliki jumlah sampel yang sama. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data berdasarkan kuesioner hasil

jawaban responden. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis Structural

Equation Modelling [SEM].

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat kompensasi berpengaruh terhadap tingkat motivasi kerja karyawan. Tingkat kompensasi tidak berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan. Tingkat motivasi tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Tingkat kompensasi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Tingkat kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja. Dan tingkat motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

(14)

1.1 Latar Belakang

Lingkungan bisnis dewasa ini yang tumbuh dan berkembang dengan

sangat dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan

efisien artinya dapat dengan mudah berubah atau menyesuaikan diri dan dapat

mengakomodasikan setiap perubahan baik yang sedang dan telah terjadi dengan

cepat, tepat dan terarah serta biaya yang murah. Dengan demikian, organisasi

sudah tidak lagi dipandang sebagai sistem tertutup (closed-system) tetapi

organisasi merupakan sistem terbuka (openedsystem) yang harus dapat merespon

dan mengakomodasikan berbagai perubahan eksternal dengan cepat dan efisien.

Krisis ekonomi yang berdampak pada lesunya iklim dunia usaha mengakibatkan

banyak perusahaan harus melakukan upaya perampingan atau konsolidasi internal

lainnya sebagai upaya penghematan keuangan untuk dapat mempertahankan

kelangsungan hidup (survive) dan mencapai pertumbuhan (growth) melalui

kinerja yang efektif dan efisien.

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu perusahaan bukan hanya

ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola keuangan yang berdasarkan pada

kekuatan modal atau uang semata, tetapi juga ditentukan dari keberhasilannya

mengelola sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya manusia yang

dimaksudkan adalah bahwa perusahaan harus mampu untuk menyatukan persepsi

(15)

tujuan perusahaan antara lain melalui pembentukan mental bekerja yang baik

dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya, memberikan

motivasi kerja,kompensasi,bimbingan, pengarahan dan koordinasi yang baik

dalam bekerja oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Menciptakan kepuasan kerja karyawan adalah tidak mudah karena

kepuasan kerja dapat tercipta jika variabel-variabel yang mempengaruhinya antara

lain motivasi kerja,kompensasi kepemimpinan dan budaya organisasi/ perusahaan

dapat diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua karyawan di dalam

suatu organisasi/perusahaan.

Gibson (1996) dalam Ermayanti (2001:3) dan Brahmasari (2005:96),

mengemukakan bahwa kinerja organisasi tergantung dari kinerja individu atau

dengan kata lain kinerja individu akan memberikan kontribusi pada kinerja

organisasi, artinya bahwa perilaku anggota organisasi baik secara individu

maupun kelompok memberikan kekuatan atas kinerja organisasi sebab

motivasinya akan mempengaruhi pada kinerja organisasi.

Sujak (1990) dalam Ermayanti (2001:3), mengemukakan bahwa

pemahaman motivasi, baik yang ada dalam diri karyawan maupun yang berasal

dari lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja. Dalam hal ini

seorang manajer perlu mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi (iklim)

organisasi melalui pembentukan budaya kerja atau budaya organisasi sehingga

para karyawan merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai

(16)

dan dapat diterima dengan baik oleh karyawan, karena motivasi tidak dapat

diberikan untuk setiap karyawan dengan bentuk yang berbeda beda.

Menurut Loeke (dalam Sule, 2002: 211), kepuasan atau ketidakpuasan

karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan. Sebaliknya,

apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan akan

menyebabkan karyawan tidak puas.

Dan Simamora (2004 : 456) menyatakan motivasi adalah dorongan

psikologis yang mengarahkan seseorang mencapai tujuan.

Selain itu salah satu hal yang bernilai penting dalam peningkatan kepuasan

dan kinerja selain motivasi kerja kepada para karyawan adalah kompensasi.

Menurut Dessler (2007 : 46) kompensasi merujuk pada semua bentuk bayaran

atau hadih bagi karyawan dan berasal dari pekerjaan mereka. Sedangkan menurut

Handoko, cara meningkatkan prestasi, motivasi dan kepuasan kerja adalah dengan

memberikan kompensasi (1993: 156). Oleh karena itu aspek pembinaan manusia

dan motivasi kerja merupakan fokus utama perhatian organisasi, motivasi yang

tinggi akan berdampak pada kinerja peningkatan produktivitas dan efisiensi.

Di dalam melaksanakan kegiatan kerja, karyawan secara mutlak

memerlukan kompensasi dan motivasi, apabila variabel tersebut telah terpenuhi

maka tingkat kinerja karyawan, kepuasan kerja, dan tingkat produktivitas

diharapkan akan meningkat.

Kualitas sumber daya manusia akan terpenuhi apabila kepuasan kerja

sebagai unsur yang berpengaruh terhadap kinerja dapat tercipta dengan sempurna.

(17)

kepuasannya maka setidak - tidaknya perusahaan selalu memperhatikan

lingkungan di mana karyawan melaksanakan tugasnya misalnya rekan kerja,

pimpinan, suasana kerja dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam menjalankan tugasnya. (Arfah dan Anshori, 2005 : 372)

mengemukakan bahwa betapapun sempurnanya rencana organisasi dan

pengawasan, bila karyawan tidak dapat menjalankan tugasnya maka tidak akan

mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat tercapai. Sehubungan dengan

pertimbangan itu maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan balas

jasa dan lingkungan atau kondisi kerja karyawan atau staf.

PT. PROFILIA INDOTECH merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang produksi tandon air dengan merk PROFIL TANK. Di mana saat ini

dihadapkan masalah menurunnya jumlah produksi, dan meningkatnya jumlah

absensi karyawan bagian produksi dapat dilihat pada data produksi dan absensi

karyawan bagian produksi tahun 2006 – 2010.

Tabel 1.1 Data absensi karyawan bagian produksi PT.PROFILIA INDOTECH

tahun 2006-2010

(18)

Tabel 1.2 Data produksi PT.PROFILIA INDOTECH tahun 2006-2010

Target produksi 8000 8000 8000 8000 8000

Produksi 8331 8455 7897 7785 7743

Produk Cacat 96 83 97 105 110

Sumber : PT. PROFILIA INDOTECH

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PT.PROFILIA INDOTECH

mengalami penurunan jumlah produksi dari tahun 2007-2010 dan peningkatan

jumlah absensi karyawan bagian produksi pada tahun 2006-2010. Diindikasikan

kondisi kerja para karyawan yg kurang baik karena rendahnya tingkat kompensasi

dan motivasi terhadap karyawan. Dapat dilihat dari jumlah kemangkiran

karyawan yg semakin meningkat hal ini disebabkan karena tidak terpenuhinya

jumlah kompensasi yang diharapkan oleh para karyawan,sehingga para karyawan

lebih cenderung memilih bolos atau mangkir untuk pekerjaan freelance yang

menghasilkan upah lebih besar. Selain itu kurangnya motivasi juga dapat

menyebabkan jumlah peningkatan kemangkiran para karyawan.

Motivasi sendiri berkaitan dengan perilaku individu yang menyangkut

perilaku yang dipilih seseorang bila terdapat beberapa alternatif , kekuatan

perilaku seseorang setelah melakukan pemilihan alternatif dan ketetapan perilaku

tersebut. Motivasi ditentukan oleh kebutuhan yang terdapat pada diri seseorang

dan tujuan dalam lingkungan yang berusaha dicapai. Menurut teori Hirarki

kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut: kebutuhan fisiologi (Physiological

(19)

kebutuhan penghargaan (esteem needs), kebutuhan aktualsasi diri (self

actualization needs).

Hal ini menunjukan bahwa kompensasi dan motivasi karyawan

berpengaruh terhadap kepuasan dan kinerja karyawan, maka dari itu setiap

perusahaan harus selalu berusaha agar para karyawannya mempunyai tingkat

kepuasan yang tinggi dan kegairahan kerja yang tinggi, sebab apabila perusahaan

mampu meningkatkan tingkat kepuasan karyawan maka akan diperoleh banyak

keuntungan, pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan dapat dikurangi,

absensi dapat diperkecil, kemungkinan perpindahan karyawan dapat diperkecil

seminimal mungkin, sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan lebih lagi.

Oleh karena itu untuk dapat membuktikan hal tersebut, maka peneliti

tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang Pengaruh Kompensasi Dan

Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Serta Dampaknya Pada Kinerja

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka masalah

yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah kompensasi mempunyai pengaruh terhadap motivasi kerja

karyawan PT.PROFILIA INDOTECH ?

2. Apakah kompensasi mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja

karyawan PT.PROFILIA INDOTECH ?

3. Apakah kompensasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan

PT.PROFILIA INDOTECH ?

4. Apakah motivasi mempunyai pengaruh terhadap kepuasan karyawan

PT.PROFILIA INDOTECH ?

5. Apakah motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja prusahaan

PT.PROFILIA INDOTECH ?

6. Apakah kepuasan kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja prusahaan

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap motivasi kerja karyawan

PT.PROFILIA INDOTECH.

2. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja

karyawan PT.PROFILIA INDOTECH.

3. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja perusahaan

PT.PROFILIA INDOTECH.

4. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan

PT.PROFILIA INDOTECH.

5. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja perusahaan

PT.PROFILIA INDOTECH.

6. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja perusahaan

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam mengetahui pengaruh

kompensasi dan motivasi terhadap kepuasan kerja yang berdampak pada

kinerja.

2.Bagi Penulis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebgai tambahan referensi

untuk penelitian selanjutnya khususnya penelitian yang berkaitan dengan

kompensasi, motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja.

3.Bagi Pihak Lain

Sebagai referensi dan memberikan sumbangan berupa ilmu pengetahuan,

(23)

2.1 Penelitian Sebelumnya

Achmad Arfah dan Muslich Anshori dengan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Kesesuaian kompensasi Terhadap Kinerja Dan kepuasan Kerja

Karyawan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam manajemen kinerja

(performance Management atau Management Employee performance) fokus

utama yang menjadi pusat perhatian dan obyek pembahasannya adalah prestasi

kerja, kinerja atau unjuk kerja karyawan. Prestasi atau kinerja merupakan tindakan

pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan seseorang dalam kurun waktu dan dapat

diukur. Hal ini dapat diperhatikan dengan jumlah kualitas dan kuantitas pekerjaan

yang dapat diselesaikan individu dalam kurun waktu tertentu. Ada beberapa cara

untuk mengukur prestasi kerja, yang secara umum antara lain: (I) kuantitas kerja,

(2) kualitas kerja, (3) pengetahuan tentang pekerjaan, (4) pendapat atau

pernyataan yang disampaikan, (5) keputusan yang diambil (6) perencanaan kerja,

dan (7) daerah kerja.

Gendut Sukarno dengan penelitian yang berjudul “Peran Kepuasaan Kerja

Sebagai Variabel Intervening Dalam Pengaruh gaya kepemimpinan Dan

Penghargaan Terhadap Motivasi Kerja” Motivasi sendiri berkaitan dengan

perilaku individu yang menyangkut perilaku yang dipilih seseorang bila terdapat

beberapa alternatif, kekuatan perilaku seseorang setelah melakukan pemilihan

alternatif dan ketetapan perilaku tersebut. Motivasi ditentukan oleh kebutuhan

(24)

dicapai. Motivasi sendiri dipengaruhi tiga faktor, yaitu faktor individual, faktor

pekerjaan, dan faktor suasana kerja. Interaksi dan ketiga faktor ini menghasilkan

dorongan motivasional pada setiap individu dalam suatu organisasi atau

perusahaan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia.

Perkembangan pesat yang dialami oleh manajemen baik sebagai ilmu

maupun sebagai metode kerja telah memaksa orang-orang yang terlibat

didalamnya untuk mulai berpikir tentang produktifitas, efiensi dan berbagai

perangkat teknis lainnya yang akan membawa perusahaan kearah perbaikan. Hal

ini mendasar yang juga terjadi adalah pola pikir manusia yang ada dalam

perusahaan. Dimana sejak beberapa waktu yang lalu tenaga kerja yang ada

diperusahaan tidak lagi dipandang sebagai factor produksi yang lain, tetapi lebih

“as a human resources”. Perubahan pandangan ini menunjukan betapa

pentingnya sumber daya manusia pada perusahaan.

Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam usaha organisasi

mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang organisasi untuk

mencapai keberhasilan.sumber daya manusia ini menunjang organisasi dengan

karya, bakat, kreatifitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi

dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat

tercapai. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah istilah modern untuk

menggantikan istilah manajemen personalia atau administrasi personalia, karena

(25)

sempit daripada manajemen sumber daya manusia. Seperti yang telah disebutkan

oleh Simamora (2001 ; 3) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia

adalah pendayagunaan, pemgembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan

pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.

Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan

implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan

karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan

hubungan perburuhan yang mulus. Manajemen sumber daya manusia melibatkan

semua keputusan dan praktek manajemen yang secara langsung mempengaruhi

sumber daya manusia, orang-orang yang bekerja bagi organisasi.

2.2.2 Kompensasi

(B. Siswanto Sastrohadiwiryo : Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, 181 -

182) Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa tentang yang diberikan oleh

perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah

memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut hasil penelitian tersebut, kepuasan atas kompensasi yang diterima

tenaga kerja dipengaruhi oleh:

1. Jumlah yang diterima dan jumlah yang diharapkan

2. Perbandingan dengan apa yang telah diterima oleh tenaga kerja lain

3. Pandangan yang keliru atas kompensasi yang diterima tenaga kerja lain.

4. Besarnya kompensasi intrinsik yang diterimanya untuk pekerjaan yang

(26)

2.2.2.1 Kriteria Kompensasi

(B. Siswanto Sastrohadiwiryo ; Manajernen Tenaga Kcrja Indonesia, 186 -

187) Edward E. Lawler memberikan sepuluh kriteria yang harus dimasukkan

antara lain:

1. Tujuan Sistem Kompensasi

Sistem imbalan harus memiliki tujuan. Sistem imbalan merupakan biaya

utama sehingga harus ada manfaatnya. Manfaat tersebut dapat berkisar dan

memberikan motivasi kerja sampai pada memperkuat suasana tertentu

dalam perusahaan.

2. Kebijakan Komunikasi

Hampir setiap perusahaan memiliki kebijakan komunikasi mengenai sistem

imbalannya. Perlu diberikan perhatian cermat pada kebijakan tersebut

karena memiliki pengaruh langsung penting pada efektivitas kompensasi.

3. Pendekatan/Ancangan Pengambilan Keputusan Pada Masalah Kompensasi.

Ada beberapa cara dalam pengambilan keputusan tentang imbalan pada

perusahaan. Perbedaan masing-masing cara tersebut terletak pada teknik

rnemutuskannya, dan bidang tersebut perlu menjadi bagian dari setiap

hakikat kompensasi.

4. Posisi Pasaran Yang Diinginkan

Harus diputuskan apakah suatu perusahaan bermaksud memberikan imbalan

yang tinggi, rendah, atau sedang, dan keputusan tersebut harus dibuat

(27)

mendesainkan apa yang harus diusahakan perusahaan untuk dicapai serta

bagaimana tujuan tersebut hendak dicapai.

5. Sentralisasi Dan Desentralisasi Dalam Penyusunan Dan Administrasi

Kebijakan Kompensasi

Perusahaan besar yang berlokasi dibeberapa tempat dan menjalankan

berbagai usaha niaga menghadapi beberapa masalah yang menarik dibidang

sentralisasi dan desentralisasi. Sebenarnya terdapat sejumlah besar strategi

yang dapat dipakai akan tetapi strategi manapun yang akan dipilih, segala

sesuatu akan lebih mudah apabila masalah ini didasarkan pada hakikat yang

dirumuskan dengan jelas.

6. Gabungan Yang Diinginkan Antara Tunjangan dan Uang Tunai

Setiap perusahaan berbeda-beda dalam menyediakan biaya kompensasi,

antara yang berupa uang tunai dan berupa tunjangan.

7. Peran Imbalan Berdasarkan Kinerja

Pada badan-badan atau lemabaga-lembaga pemerintah imbalan berdasarkan

kinerja hampir tidak ada. Sedangkan pada bidang industri sering dikatakan

bahwa hal ini dijalankan.

8. Pengukuran Kinerja

Kebanyakan perusahaan menggunakan pengukuran kinerja akan tetapi

sering tidak jelas

9. Mencocokkan Sistem Kompensasi Dengan hakikat manajemen Perusahaan

Sistem kompensasi dapat menguatkan dan mengoperasionalkan hakikat

(28)

10. Pendekatan/Ancangan Buat Pengubahan Dalam Kebijakan Dan Paktek

Kompensasi

Sistem kompensasi yang baik selalu berubah-ubah, perubahan tersebut dapat

ditangani dengan berbagai cara, diantaranya melalui proses partisipatif atau

melalui pendekatan/ancangan dari atas kebawah

2.2.2.2 Indikator-Indikator Kompensasi

Kompensasi (X1), yaitu segala sesuatu yang diterima oleh karyawan

sebagai balas jasa atas kerja mereka dengan jenis dan kondisi pekerjaannya (Arfah

dan Anshori : 2005 : 378 – 379) Mengemukakan bahwa Variabel ini merupakan

konstruk / variabel laten yang diukur dengan tiga indikator yang terukur (observed

variable) meliputi :

a) Kesesuaian gaji / upah (X1.1)

Gaji yaitu kesesuaian pembayaran jasa kerja untuk satuan jasa dalam waktu

tertentu.

b) Kesesuaian bonus (X1.2)

Kesesuaian pemberi balas jasa sebagai perangsang yang diberikan kepada

karyawan yang mempunyai prestasi kerja mencapai atau melampaui batas

yang telah ditetapkan perusahaan.

c) Kesesuaian tunjangan (X1.3)

Kesesuaian pemberian tambahan selain gaji yang dinilai dengan uang

kepada karyawan sebagai balas jasa sesuai dengan jenjang atau kepangkatan

(golongan) berdasarkan peraturan dan sistem yang digunakan dalam setiap

(29)

2.2.3 Motivasi

Manusia selalu ingin memenuhi keinginannya dan kebutuhannya, namun

agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan

apabila tanpa ada usaha yang maksimal. Mengingat setiap orang yang satu dengan

yang lain berbeda-beda dalam cara memenuhi kebutuhan. Dalam memenuhi

kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dirniliki

dan dasar perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam diri seseorang ada

kekuatan yang mengarahkan kepada tindakan. Teori motivasi merupakan konsep

yang bersifat memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang

serta menunjukkan arah tindakannya.

2.2.3.1 Pengertian motivasi

Menurut Stanford dalam mangkunegara (2005:93), motivation as an

energizing condition of the organism that serves to direct the organism toward the

goal of a certain class (Motivasi sebagai suatu kondisi yang rnenggerakkan

manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Kootz menyatakan bahwa motivasi

mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu

tujuan. Menurut Cascio, motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dan

keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya, misalnya: rasa apar, haus,

dan bermasyarakat (Hasibuan, 2001:219).

2.2.3.2 Indikator-Indikator Motivasi

David Mc CIelland dalam teori tiga kebutuhan (Robbins, 2002:61),

mengelompokkan tiga motif atau kebutuhan manusia yang dapat memotivasi

(30)

a. Kebutuhan akan prestasi (need for Achievement = n.Ach.) : Dorongan untuk

unggul, untuk rnencapai sederetan standar guna meraih kesuksesan.

b. Kebutuhan akan kekuasan (need for Power = n.Pow.): Kebutuhan untuk

membuat orang lain berperilaku dengan cara yang diinginkan.

c. Kebutuhan akan afiliasi (need for Afihiation = n.Aff): Hasrat akan hubungan

persahabatan dan kedekatan antar personal.

Pengertian motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya

penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunvai tujuan tertentu

yang ingin dicapai (Hasibuan, 2001:218). Menurut Moekijat dalam Hasibuan

(2001:218), motif adalah suatu pengertian yang mengandung semua alat

penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang

menyebabkan ia berbuat sesuatu.

Kebutuhan untuk berprestasi adalah dorongan .yang sangat kuat yang

dimiliki oleh eseoarang untuk sukses, namun mereka berusaha keras untuk meraih

prestasi perorangan daripada mendapat penghargaan karena keberhasilan yang

diraihnya. Dari penelitian mengenai kebutuhan untuk berprestasi, McClelland

(Robbins, 2002:61), menemukan bahwa orang-orang yang berprestasi

membedakan diri mereka dengan yang lainnya dan hasrat mereka untuk

melakukan segala sesuatu dengan Iebih baik. Mereka lebih suka bekerja untuk

rnasalah-masalah yang menantang dan menenima tanggung jawab pribadi derni

kesuksesan atau kegagalan daripada memberikan peluang kepada orang lain.

Mereka suka menetapkan tujuan yang realistis narnun sulit dicapai dan yang

(31)

seimbang antara kesuksesan dan kegagalan, ada kesempatan yang besar untuk

mendapatkan kepuasan dan perasaan berprestasi dan usaha yang mereka lakukan.

Kebutuhan akan kekuasan adalah hasrat untuk mendapatkan pengaruh dan

mengendalikan orang lain. Individu yang memiliki n.Power menikmati

kewenangan yang dimilikinya, berjuang untuk mempengaruhi orang lain, lebih

menyukai situasi persaingan dan berorientasi pada status, serta cenderung untuk

lebih menaruh perhatian yang besar terhadap prestise dan pengaruhnya terhadap

orang lain daripada kinerja yang efektif.

Kebutuhan ketiga adalah kebutuhan akan afiliasi. Kebutuhan ini dapat

disamakan dengan hasrat untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Individu

dengan n.Aff yang tinggi berusaha keras untuk persahabatan, lebih menyukai

situasi kooperatif dari pada kompetitif dan hubungan yang melibatkan tingkat

saling pengertian yang tinggi.

2.2.4 Kepuasan Kerja

Seseorang apabila dalam bekerjanya rnernperoleh kepuasan kerja sesuai

apa yang diinginkan maka akan merasa nyaman dan tinggi kesetiaannya pada

perusahaan diaman Ia berkerja. Makna dan kepuasan kerja bagi seorang pekerja

ada dua kata yaitu kepuasan dan kerja. Kepuasan adalah perasaan yang dialami

oleh seseorang, dimana apa yang diharapkan terpenuhi, sedangkan kerja

merupakan usaha seseorang untuk rnencapai tujuan dengan memperoleh

(32)

2.2.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja dan Pengukuran Kepuasan Kerja

Martoyo (2000:142), mendefinisikan kepuasan kerja (job statisfaction)

sebagai keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak tidak terjadi

titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan/organisasi dengan

tingkat balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Menurut Locke (Luthans, 2006:243), kepuasan kerja adalah keadaan ernosi yang

senang atau emosi positif yang berasal dan penilaian pekerjaan atau pengalaman

kerja seseorang.

Kepuasan kerja mempunyai pengukuran yang bervariasi, baik dan segi

analisa statistic maupun pengumpulan datanya. Dalarn pengumpulan data, metode

yang paling urnum digunakan adalah daftar pertanyaan dan wawancara. Pada

penelitian ini pengukuran kepuasan kerja mengacu pada teori Robbins (2002:36)

terdiri dan 4 faktor, meliputi pekerjaan yang secara mentalitas memberi tantangan,

penghargaan yang layak, kondisi kerja yang menunjang, dan rekan sekerja yang

mendukung. Pengukuran kepuasan kerja untuk karyawan melalui penyebaran

kuisioner.

2.2.4.2 Indikator-Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2002:36), ada beberapa factor yang mendorong kepuasan kerja,

yaitu:

a. Pekerjaan yang secara mentalitas menantang.

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan,

(33)

balik mengenai betapa baik mereka mengerjakannya. Pekerjaan yang kurang

menantang dapat menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak

menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan

yang sedang kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan.

b. Penghargaan yang layak.

Banyak karyawan yang menginginkan kebijakan sistem upah dan

promosi yang adil sesuai dengan pengharapannya. Bila penggajian dianggap

adil, berdasarkan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu. dan standar

gaji masyarakat, kemungkinan akan dihasilkan kepuasan kerja karyawan.

Banyak orang bersedia menenerima uang yang lebih kecil untuk bekerja di

lokasi yang lebih diinginkan atau pada pekerjaan yang kurang menuntut atau

mempunyai kekuasaan yang lebih besar dalam pekerjaan yang mereka lakukan

dan jam kerja. Tetapi kunci yang menautkan antara upah dan kepuasan

bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan, lebih penting lagi adalah persepsi

keadilan. Sama halnya pula, karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan

praktik promosi yang adil. Prornosi rnernberikan kesempatan untuk

pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak dan status sosial yang

meningkat.

c. Kondisi kerja yang menunjang.

Karyawan peduli kondisi kerja, baik untuk kenyamanan pribadi atau

untuk memudahkan mengejakan tugas yang baik. Studi-studi memeragakan

bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak

(34)

faktor-faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrim (terlalu banyak atau terlalu

sedikit) misalnya terlalu panas atau terlalu remang-remang. Di samping itu

kebanyakan karyawan lebih menyukai bekerja dekat dengan rumah dan dalam

fasilitas yang bersih dan relative modern serta peralatan yang memadai.

d. Rekan kerja yang mendukung.

Dukungan dan rekan sekerja (kelompok kerja) dapat menimbulkan

kepuasan kerja bagi karyawan. Hal ini disebabkan karena karyawan merasa

diterima dan dibantu dalam menyelesaikan tugasnya. Rekan sekerja yang

ramah dan mendukung merupakan sumber kepuasan kerja bagi karyawan

secara individual.

2.2.5 Kinerja

Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan sesebrang atau

kelompok dalam suatu organisasi serta tak lepas dalam pencapaian tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu. Fungsi pekerjaan atau kegiatan yang

dimaksudkan disini adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang

atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu

organisasi.

2.2.5.1 Pengertian Kinerja

Menurut Suntoro dalam Tika (2005:12 I), Kinerja adalah hasil kerja yang

dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam

rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Rivai dan Basri

(2005:14), mendefinisikan kinerja sebagai hasil atau tingkat keberhasilan

(35)

tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,

target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dulu dan telah

disepakati bersama. Prawiro Suntoro dalam tika (2005, 121), mengemukakan

bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam

waktu periode tertentu.

2.2.5.2 Penilaian Kinerja

Seseorang akan selalu mendambakan penghargaan terhadap hasil

pekerjaannya dan mengharapkan imbalan yang adil. Penilaian kinerja perlu

dilakukan seobyektif mungkin karena akan memotivasi karyawan dalarn

melakukan kegiatannya. Di samping itu pula penilaian kinerja dapat memberikan

informasi untuk kepentingan pemberian gaji, promosi, dan melihat perilaku

karyawan. Menurut Handoko (1995:1.35), penilaian kinerja adalah proses melalui

mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan rnemberikan

umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja yang diberikan oleh

atasan mereka. Umpan balik bagi karyawan ini diperlukan untuk mengetahui

sejauh mana mereka berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan dasar untuk

memperbaiki kinerja karyawan.

Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai kebutuhan untuk melakukan

penilaian kinerja pada setiap lini departemen yang dilakukan secara teratur atau

berkala, oleh karena penilaian kinerja karyawan dapat digunakan sebagai landasan

(36)

langkah yaitu: mendefinisikan pekerjaan, menilai kirerja, dan menyediakan

umpan balik. Mendefinisikan pekerjaan artinya memastikan bahwa anda dan

bawahan anda bersepakat atas hal-hal yang manajer harapkan tercapai oleh

karyawan bawahannya dan standar yang di gunakan untuk menilai kinerjanya.

Menilai kinerja artinya membandingkan atas prestasi sesungguhnya dari karyawan

dengan standar yang ditetapkan dalam langkah pertama. Selanjutnya, penilaian

kinerja biasanya rnengharuskan adanya pertemuan-pertemuan dimana dalam

kesempatan itu dibicarakan prestasi dan kemajuan bawahan, dan dalam

kesempatan itu juga dirancang rencana pengembangan yang mungkin diperlukan.

2.2.5.3 Tujuan Penilalan Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja karyawan pada umumnya dilakukan dengan tujuan

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya batas jasa serta kriteria didalam

menentukan seleksi dan penempatan karyawan.

Menurut Handoko (1995:135), kegunaan-kegunaan penilaian kinerja dapat

diperinci sebagai berikut :

a. Perbaikan prestasi kerja

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan

departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk

memperbaiki prestasi.

b. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

Evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan untuk menentukan

(37)

c. Keputusan-keputusan penempatan

Promosi, transfer dan demosi hiasanya didasarkan pada prestasi kerja masa

lalu atau antisipasinya.

Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa

lalu.

d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan

Prestasi kerja yang menurun rnungkin menunjukkan kebutuhan akan latihan.

Demikian juga prestasi yang baik, mungkin mencerminkan preatasi yang

harus dikembangkan.

e. Perencanaan dan pengembangan karir

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu

tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.

f. Penyimpangan proses stating

Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan

prosedur stafing departemen personalia.

g. Ketidakakuratan informasional

Potensi kerja yang jelek mungkin rnenunjukkan kesalahan-kesalahan dalarn

informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau

komponen-komponen lain system informasi personalia. Menggantungkan

diri pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan

(38)

h. Kesalahan-kesalahan dalam desain pekërjaan

Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda dalam desain

pekerjaan. Penilaian kinerja karyawan membantu diagnosa

kesalahan-kesalahan tersebut.

i. Kesempatan kerja yang adil

Penilaian kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa adanya diskriminasi.

j. Tantangan-tantangan eksternal

Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan

kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah pribadi

Iainnya. Dengan penilaian kinerja, departemen personalia mungkin dapat

menawarkan bantuan.

2.2.5.4 Masalah Dalam Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian yang baik sesuai dengan fungsinya akan sangat rnenguntungkan

organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan kinerja. Akan tetapi, dalarn proses

melakukan penilaian untuk kerja yang baik ini terdapat beberapa masalah atau

hambatan-hambatan. Menurut Hariandja (2002:201), hambatan-hambatan tersebut

antara lain dikarenakan proses penilaian tersebut tentu saja dilakukan oleh

manusia yang tidak pernah luput dan kesalahan-kesalahan yang dapat diakibatkan

oleh keterbatasan manusia dalam melihat sesuatu. Para ahli mengemukakan

beberapa kecenderungan kesalahan penilaian yang harus diperhatikan, yaitu:

a. hallo effect, yaitu penyimpangan yang terjadi karena pendapat

(39)

tersebut umumnya dipengaruhi oleh ciri-ciri pegawai yang mengesankan

seseorang sangat disukai atau tidak oleh penilai, misalnya sesorang pegawai

yang cantik mempengaruhi penilaian seseorang.

b. The error of central tendency, yaitu penilai tidak senang memberikan

penilaian baik atau jelek kepada pegawai, sehingga cenderung menilai

secara rata-rata.

c. The leniency and strictness biases, yaitu penilai terlalu lunak atau keras.

Terlalu lunak mengakibatkan penilai cenderung memberikan penilaian

terlalu tinggi dan terlalu keras mengakibatkan penilai memberikan nilai

terlalu rendah sehingga tidak mencerminkan pelaksanaan unjuk kerja yang

sesungguhnya.

d. Personal prejudice, yaltu penilaian didasarkan atau dipengaruhi oleh

prasangka-prasangka yang tidak baik terhadap suatu kelompok masyarakat,

rnisalnya suku atau jenis kelamin dan kelompok mana pegawai berasal.

e. The recency effect, yaitu penilai mendasarkan pada perilaku-perilaku kerja

yang paling akhir terjadi.

Ada beberapa sara yang biasa digunakan mengantisipasi terjadinya

rnasalah, seperti masalah tidak adanya standar biasa dihindari apabila sebelum

melakukan penilaian kinerja dibuat sebuah pedoman/acuan yang baku. Penilaian

kinerja biasa membuat para manajer yang akan menilai lebih mengarah dalam

melakukan penilaian dan memberikan landasan kuat bagi penilai kinerja itu

sendiri. Efek hal biasa dihindari dengan memberikan pelatihan kepada supervisor

(40)

memusat yaitu dengan menigkatkan karyawan sehingga tidak biasa dinilai

rata-rata karena harus ada peringkatnya. Penilaian dengan tujuan yang ditetapkan

bersarnya dengan memakai manajemen berdasarkan sasaran (MBO/Management

By Obyektive). Metode ini berupaya melibatkan dua pihak yaitu karyawati dan

pemimpin sehingga diperoleh penilaian yang obyektif. Pimpinan bukan sekedar

menilai, tetapi perlu bersama-sama dengan bawahan menentukan sasarannya. Dan

sasaran tersebut dapat dipakai sebagai acuan penilaian kerja sehingga karyawan

dapat mengendalikan diri untuk mencapai sasaran yang dirumuskan bersama

tersebut. Perlu didasari pula bahwa sasaran tersebut hanyalah acuan (guideline)

sehingga bila situasi dan kondisinya berubah maka diubah pula sasarannya.

Menurut Dessler ( 1993:325), permasalahan-permasalahan yang sering

terjadi dalam penilaian kinerja dapat diatasi dengan tindakan tindakan sebagai

berikut: memastikan bahwa penilai memahami betul apa permasalahan yang

terjadi, pemilihan teknik yang tepat meskipun tidak ada teknik yang paling

sempurna karena setiap teknik memiliki kelemahan dan kelebihan, serta adalah

penting bagi karyawan memandang penilaian sebagai hal yang adil dan dalam

kaitannya ini ada empat hal yang dapat dilakukan menilai kinerja karyawan secara

teratur; memastikan bahwa anda tahu kinerja karyawan anda; memastikan adanya

kesepakatan antara anda dan karyawan tentang tugas pekerjaannya; melibatkan

(41)

2.2.5.5 Program Penilaian Kinerja

a. Siapa yang harus menilai

Evaluasi kinerja dapat dilakukan oleh atasan langsung dan atasan tidak

Iangsung. Atau dapat ditunjuk orang tertentu yang menurut pimpinan

perusahaan memiliki keahilan dalam bidangnya (Rival dan Basil, 2005: 20).

b. Kapan harus menilai

Biasanya tergantung dan masing-masing kebijaksanaan perusahaan, dapat

dilakukan sekali atau dua kali dalam waktu satu tahun. Para karyawan baru

dinilai lebih sering dan karyawan lain. Yang perlu diperhatikan penilaian

tidak perlu diselesaikan dalam waktu satu hari. Jika jumlah karyawannya

banyak, penelitian dalam waktu satu hari akan memberikan beban yang

berat dan mungkin tidak memberikan penilaian yang baik.

2.2.4.6 Indikator-Indikator Kinerja

Menurut Dharma (2003:355), hampir semua cara pengukuran kinerja

mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesikan atau dicapai.

Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau

pelaksanaan kegiatan.

b. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan.

Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan

yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk

(42)

c. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran ketepatan waktu ruerupakan jenis khusus dan pengukuran kuantitatif

yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

2.2.6 Pengaruh Antar Variabel

2.2.6.1 Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja

Salah satu alasan mengapa motivasi harus dilakukan oleh pimpinan

terhadap bawahannya adalah untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja

kepada bawahannya (Hasibuan, 2001:217). Dalam hal ini motivasi mempunyai

peran penting dalam meningkatkan kepuasan kerja dapat di tunjukan dengan

arahan atau controlling atas kinerja karyawan sehingga mereka merasa di

perhatikan

Menurut McClelland dalam Hasibuan (2001:220), salah satu tujuan

pemberian motivasi adalah meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

2.2.6.2 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja

bawahannya, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua

kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada

dasamnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap,

dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan

untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan

keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak rnau

bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan

(43)

individu karyawan rnau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas

yang tinggi (Hasibuan, 200:216)

Manthis dan Jackson (2001:67). Kinerja yang dicari oleh perusahaan dan

seseorang tengantung dari kemampuan, motivasi dan dukungan individu yang

diterima. Meskipun demikian, motivasi sering menjadi variable yang terlupakan.

Motivasi merupakan hasrat didalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut

melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal yaitu

mencapai tujuan. Mengerti motivasi rnerupakan hal penting karena kinerja, reaksi

terhadap kompensasi, dan perhatian sumberdaya manusia lainnya behubungan

dengan motivasi tersebut (Mathis dan Jackson.2001 :89)

2.2.6.3 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Ketertarikan manajer terhadap kepuasan kerja cenderung berpusat pada

dampaknya terhadap kinerja karyawan. Para peneliti telah menangkap ketertarikan

tersebut, sehingga kita menemukan banyak penelitian yang dirancang untuk

menilai dampak kepuasan kerja terhadap produktivitas karyawan, keabsenan, dan

pengunduran diri (Robbins,2006: 105). Karyawan yang puas berkemungkinan

lebih besar untuk berbicara secara positif tentang organisasi, membantu rekan

kerja, dan berbuat kinrja pckerjaan mereka meIarnpau pcrkiraan normal (Robbins,

2006:109).

Menurut Martoyo (2000; 141). Salah satu sasaran penting manajemen

sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja

(44)

2.2.6.4 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan

Pada umumnya pemberian kompensasi tertuju pada jumlah nominal yang

diberikan pada karyawan, tetapi permasalahannya tidak semudah itu, sebab apa

yang dibenikan oleh perusahaan, belum tentu dirasakan lebih oleh karyawan yang

diberikan kompensasi tersebut.

Arfah dan Anshori (2005 ; 384)) menyatakan bahwa kesesuaian

kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan tingkat pelaksana dapat

diterima. Kompensasi bagi perusahaan adalah merupakan unsur pembiayaan,

dilain pihak bagi pekerja, kompensasi merupakan sumber penghidupan ekonomi,

dan dengan kompensasi tersebut sekaligus merupakan penentu status sosial dalam

lingkungan masyarakat. Ketepatan, tidak hanya terbatas dalam jumlah yang

diberikan, tetapi masih banyak faktor-faktor lainnya yang merupakan cakupan

kompensasi atau balas jasa, seperti pemberian bonus dan tunjangan. Beranjak dari

pemikiran diatas, penelitian ini berupaya memaparkan kesesuaian kompensasi

yang diberikan perusahaan yang dicermati dan tiga indikator, yaitu (1) Kesesuaian

gaji/upah, (2) kesesuaian bonus, (3) kesesuaian tunjangan.

2.2.6.5 Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan

Dessler (1997: 349 - 350) dalam jurnal Achmad Arfah dan Muslich

Anshori menyatakan bahwa “kompensasi pegawai berarti bahwa semua bentuk

penggajian atau ganjaran yang mengalir kepada pegawai dan timbul dari

kepegawaian mereka” selanjutnya dikatakan bahwa yang termasuk unsur-unsur

(45)

(direct financial payment) (2) kompensasi yang bersifat non finansial (indirect

financial payment).

Kedua unsur tersebut diatas dapat mendorong dan memotivasi para pekerja

atau karyawan untuk lebih produktif dalam melaksanakan tugasnya dengan baik,

sehingga dengan demikian akan menghasilkan produktivitas tenaga kerja maupun

produktivitas perusahaan.

2.5.6.6 Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan kerja

Hasil kerja yang berkualitas akan berdampak kepada peningkatan kinerja

organisasi yang akan memberi keuntungan kepada organisasi dan pegawai.

Pegawai yang kurang memperlihatkan prestasi kerja akan sulit mendorong

produktivitas organisasi yang optimal. Pimpinan hendaknya mengubah sikap dan

perilaku pegawai agar bersedia bekerja dengan giat dan berkeinginan mencapai

hasil yang baik.Herzberg (1959) mempertanyakan "Apa sesungguhnya yang

diinginkan seorang pegawai dari pekerjaannya?", jawaban atas pertanyaan

dimaksud didasarkan pada hubungan seseorang individu dengan pekerjaannya

sangat mendasar dan erat sekali, sehingga akan menentukan keberhasilan atau

kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor kepuasan dan ketidakpuasan

kerja pegawai mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Kepuasan kerja dapat

disebabkan oleh pencapaian prestasi, pengetahuan, tanggung jawab, kemajuan,

pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, dan kemungkinan untuk

berkembang, faktor-faktor dimaksud disebut sebagai motivator. Luthans

(1995:126) mengatakan bahwa kompensasi merupakan salah satu faktor yang

(46)

Mangkunegara (2004:84) mengatakan bahwa kompensasi yang diberikan

kepada pegawi sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja dan motivasi kerja

serta hasil kerja perusahaan yang memungkinkan pegawai bekerja dengan penuh

semangat. Pimpinan harus mampu memahami sifat dan motivasi kerja pegawai

yang mendorong pegawai untuk bekerja dengan baik.

2.7 Kerangka Konseptual

KOMPENSASI X1

MOTIVASI X2

KEPUASAN KERJA

Y1

(47)

2.8 Hipotesis

Berdasarkan rumusan teori diatas,maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Diduga motivasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan PT

PROFILIA INDOTECH

b. Diduga motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan PT

PROFILIA INDOTECH

c. Diduga kepuasan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan PT

PROFILIA INDOTECH

d. Diduga kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan PT

PROFILIA INDOTECH

e. Diduga kompensasi berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan

PT PROFILIA INDOTECH

f. Diduga kompensasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan

(48)

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan variabel - variabel yang diteliti dan model penelitian yang

telah disusun, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan penelitian ini menitikberatkan pada pengujian hipotesis,

mengukur variabel yang sedang diteliti dan akan menghasilkan kesimpulan yang

dapat digeneralisasikan.

1. Kompensasi (X1)

Berdasarkan model analisis dan hipotesis penelitian maka

variable-variable dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

Kompensasi (X1), yaitu segala sesuatu yang diterima oleh karyawan

sebagai balas jasa atas kerja mereka dengan jenis dan kondisi pekerjaannya (Arfah

dan Anshori : 2005 : 378 – 379) Mengemukakan bahwa Variabel ini merupakan

konstruk / variabel laten yang diukur dengan tiga indikator yang terukur (observed

variable) meliputi :

a) Kesesuaian gaji / upah (X1.1)

Gaji yaitu kesesuaian pembayaran jasa kerja untuk satuan jasa dalam waktu

(49)

b) Kesesuaian bonus (X1.2)

Kesesuaian pemberi balas jasa sebagai perangsang yang diberikan kepada

karyawan yang mempunyai prestasi kerja mencapai atau melampaui batas

yang telah ditetapkan perusahaan.

c) Kesesuaian tunjangan (X1.3)

Kesesuaian pemberian tambahan selain gaji yang dinilai dengan uang

kepada karyawan sebagai balas jasa sesuai dengan jenjang atau kepangkatan

(golongan) berdasarkan peraturan dan sistem yang digunakan dalam setiap

perusahaan.

2. Motivasi (X2)

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik sesuatu yang sama-sama mempengaruhi

tugas seseorang. Intensive intrinsic dan ekstinsik merupajan kesepakatan yang

ditetapkan dab berhubungan dengan psikologis seseorang ( Kinman and Russel,

2001)

Jadi tujuan pemberian motivasi kepada karyawan dalam suatu

perusahaan, sangat beraneka ragam tujuan seperti mendorong gairah kerja dan

semangat kerja karyawan sehingga moral dan kepuasan kerja karyawan dapat

mengkatkan produktivitas kerja mereka dengan kebutuhan akan prestasi,

kesuksesan dan afiliasi.

Indikator-indikator motivasi menurut Mc Clelland dalam Robbins

(50)

1. Kebutuhan akan prestasi (X2.1)

Dorongan untuk unggul, untuk mengatasi atau mengalahkan suatu

tantangan, untuk kemajuan prestasi.

2. Kebutuhan akan kesuksesan (X2.2)

Merupakan kebutuhan karyawan untuk mendapatkan kesempatan promosi

dan mendapatkan wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar.

3. Kebutuhan akan afiliasi (X2.3)

Merupakan kebutuhan karyawan untuk bersosialisasi dengan karyawan

lainnya.

3.Kepuasan Kerja (Y1)

Kepuasan kerja merupakan kegembiraan atau pernyataan emosi yang

positif dari penilaian salah satu pekerjaan atau pengalaman – pengalaman

pekerjaan (Testa, 1999) dan (Locke, 1983).

Kepuasan yang di dapat dalam suatu kinerja karyawan apabila suatu

karyawan berhasil dalam tugas yang diberikan oleh perusahaan dengan kesulitan

dalam hubungan antar karyawan untuk bekerja secara terkoordinasi.

Indikator – indikator kepuasan kerja menurut Robbins (2002:36)

1. Pekerjaan yang secara mentalitas memberi tantangan (Y1.1)

Yaitu pekerjaan yang memberi karyawan kesempatan untuk menggunakan

(51)

2. Penghargaan yang layak (Y1.2)

Yaitu sistem pemberian bonus, tunjangan, gaji, dan kebijakan promosi yang

sesuai dengan tingkat kemampuan karyawan.

3. Kondisi kerja yang menunjang (Y1.3)

Yaitu, lingkungan fisik yang aman, nyaman, bersih dan memiliki tingkat

gangguan minimum serta tersedianya sarana prasarana kerja yang memadai,

sehingga karyawan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.

4. Rekan kerja yang mendukung (Y1.4)

Yaitu rekan kerja yang ramah dan mendukung yang dimiliki oleh seorang

karyawan sehingga karyawan tersebut merasa diterima dan dibantu dalam

melaksanakan pekerjaan.

3. Kinerja (Z2)

Arfah dan Anshori kinerja karyawan (Z2), merupakan hasil dari suatu

proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang dihasilkan seseorang baik secara

individu maupun sebagai anggota dari suatu kelompok atau organisasi pada

periode tertentu berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

a) Kuantitas (Z1)

Merupakan jumlah produk/hasil pekerjaan karyawan yang dihasilkan dari

target yang ditetapkan, kesesuaian dengan yang diharapkan dan jumlah

(52)

b) Kualitas (Z2)

Merupakan tingkat kecermatan, ketelitian, ketepatan, kecepatan

karyawan dalam menggunakan metode/cara kerja, ketekunan, kecakapan,

inisiatif dan lain – lain.

c) Ketepatan waktu (Z3)

Pencapaian target waktu produksi barang/jasa yang dihasilkan oleh

karyawan dikaitkan standar yang ada dan ketuntasan hasil kerja yang

dibebankan.

Metode pengukuran variabel dengan menggunakan skala pengukuran

interval, sedangkan cara pembentukan pengukurannya menggunakan teknik

semantatic deferential yang mempunyai skala 7 point dengan pola: sangat jelek

sekali 1 sampai 7 sangat baik sekali. Jawaban dengan nilai 1 berarti cenderung

sangat jelek sekali, jawaban dengan nilai 7 berarti cenderung sangat baik sekali.

(53)

3.2. Populasi Dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang merupakan kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah karyawan PT. Profilia Indotech bagian

produksi yang berjumlah sebesar 346 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan katekteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Stratified Random Sampling yang merupakan sistem pengambilan sampel yang

dibagi menurut lapisan-lapisan tertentu dan masing-masing lapisan memiliki

jumlah sampel yang sama. Dan dimana yang menjadi responden sebanyak 130

responden.

Menurut Ferdinand (2002:48).

- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100-200

sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10

kali jumlah parameter yang diestimasi

- Karena terdapat 13 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah (13 X 10) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 130

(54)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis dan sumber data

Data Primer

Data yang diperoleh dari penelitian yang berdasarkan hasil jawaban dari

daftar pertanyaan (kuisioner) yang disebarkan kepada responden tentang

faktor – faktor yang berhubungan dengan obyek penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer

untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat

penting dalam metode ilmiah karena pada umumnya data yang dikumpulkan

harus valid untuk digunakan dalam penelitian ini digunakan beberapa metode

dalam membantu pengumpulan data yang lengkap sehingga dapat

mendukung landasan teori, memudahkan analisa dalam rangka pemecahan

masalah. Adapun teknik yang digunakan adalah:

3.4 Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang

memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model

pengukuran Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan menggunakan confirmatory factor analyses. Penaksiran pengaruh

masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan

(55)

contoh faktor variable kinerja karyawan dilakukan sebagai berikut : Persamaan

Dimensi variabel kinerja

Z1 = 1 Kinerja+ er_1

Z2 = 2 Kinerja+ er_2

Z3 = 3 Kinerja+ er_3

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran

model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis,

maka model pengukuran dengan contoh variabel kinerja karyawan akan nampak

sebagai berikut:

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Variabel Kinerja

Keterangan :

Z1= pertanyaan tentang kuantitas hasil kerja

Z2= pertanyaan tentang Kualitas hasil kerja

Z3= pertanyaan tentang Ketepatan waktu

er_j = error term Z1j

3.4.1 Outliers

Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik

secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik

unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi

lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui

(56)

munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat

kategori.

 Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam

memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8

diketik 80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang

jawaban responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan

menjadi sebuah nilai ekstrim.

 Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang

memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi

peneliti mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai

ekstrim itu.

 Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti

tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan

mengenai nilai ekstrim itu.

 Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila

dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau

sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

3.4.2 Evaluasi atas outliers

Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier

Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <

0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar

jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah

(57)

3.4.3 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini

dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan

dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini

koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of

significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai

pembentukan indikator.

3.4.4 Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal

dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu menghasilakan sebuah konstruk/ faktor laten yang

umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70

dan variance extracted≥ 0,5( Hair et. al., 1998 ).

3.4.5 Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam

analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah

adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang

biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.

Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan

(58)

Bila nilai –z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa

distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan

tingkat signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih

besar dari 2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari

distribusi pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan

adalah nilai kritis sebesar 1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak

pada tingkat signifikasi 0.05 (5%) Sumber (Augusty 2002: 95)

3.4.6 Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan

singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati

determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil

mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak

dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. (Augusty 2002 : 108). 3.4.7 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.

3.4.8 Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan

untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.6. Two-Step Approach

digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan

Gambar

Tabel 1.1 Data absensi karyawan bagian produksi PT.PROFILIA INDOTECH
Gambar 3.1 :  Contoh Model Pengukuran Variabel Kinerja
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

yang di dapat masih lebih kecil dari 0,05 sehingga menerima hipotesis yang menyatakan motivasi, kompensasi, dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan

yang di dapat masih lebih kecil dari 0,05 sehingga menerima hipotesis yang menyatakan motivasi, kompensasi, dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Hasil keseluruhan mendukung bahwa kompensasi dan motivasi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Yayasan Pendidikan Telkom Bandung sebesar

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan : 1) Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada manajemen pusat

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan : 1) Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada manajemen pusat

tingkat signifikansi t lebih kecil, maka H0 ditolak. Ini membuktikan bahwa kepuasan kerja karyawan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan,.. maka

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh kepuasan kerja, kompensasi dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap keinginan