• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta"

Copied!
531
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN BANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI LINGKARAN KELAS

VIII H SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Triastuti Sanda NIM: 131414035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka

hal itu akan diberikan kepadamu.” Markus 11:24

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.”

Pengkhotbah 3:1

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang

memelihara kamu.” 1 Petrus 5:7

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tua dan kedua kakak

Seluruh keluarga besar dan sahabat

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Triastuti Sanda. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Bantuan Alat Peraga Pada Materi Lingkaran Kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika pada materi lingkaran. Pengembangan perangkat menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Latar belakang penelitian ini yaitu pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih didominasi oleh metode ceramah dan hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematika, keterlaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran matematika, serta respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran.

Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk, dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu silabus, RPP, bahan ajar, LKS, instrumen penilaian, dan alat peraga. Silabus, RPP, bahan ajar, dan LKS dikembangkan dengan menggunakan tahap-tahap pada PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Sedangkan instrumen penilaian dikembangkan berdasarkan penilaian yang ada pada PPR yaitu competence,

conscience, dan compassion. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta dan objek dari penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil validasi perangkat pembelajaran oleh ahli adalah 3,67 dengan kategori baik. Keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama memperoleh skor 4,4, pertemuan kedua 4,5, pertemuan ketiga 4,4, pertemuan keempat 4,5, dan pertemuan kelima 4,4. Keterlaksanaan pembelajaran untuk lima pertemuan tersebut termasuk dalam kategori “sangat baik”. Kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan PPR memperoleh skor yaitu 109,3 dari interval skor 30-150 dan termasuk dalam kategori “baik”.

(8)

viii ABSTRACT

Triastuti Sanda. 2017. Development of Mathematics Teaching Administration by Using Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) With Problem Based Learning Model and Props Assistance On Circle Topic In Class VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is a research development that develop the teaching administration of mathematics in circle topic. The teaching administration development used Reflective Pedagogy Paradigm approach (PPR) and Problem Based Learning (PBL) model. The background of this research is the implementation of "one way teaching method" which is being dominated at schools and the learning only enhances the students cognitive capability. The purpose of this research is to describe the steps of development of mathematics teaching administration, the implementation of teaching administration and also the response to it.

The teaching administration development were based on research and development steps according to Sugiyono which are: (1) Potentials and Problems, (2) Data gathering, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Testing, and (7) Product Revision. The teaching adminstration developed in this research were syllabus, lesson plans, learning materials, the students practice sheet, assessment, and props. Syllabus, lesson plans, learning materials, and the students practice sheet is developed by using the steps in the reflective pedagogy paradigm which are context, experience, reflection, action, and evaluation. Whereas the assessment instrument is developed based on existing assessment on reflective pedagogy paradigm which are competence, conscience, and compassion. Subjects in this study were students of class VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta and the object of this study was all teaching administration developed. Data collection techniques used in this study were interviews, observation, and questionnaires.

The result shows that the teaching administration validation result by experts is 3.67 with good category. The implementation in the first meeting scored 4.4, second meeting 4.5, third meeting 4.4, fourth meeting 4.5,and 4.4 in the fifth meeting. The implementation of learning for those five meetings are included in the category “very good”. Student‟s questionnaire response on learning process with the reflective pedagogy paradigm approach scored 109.3 of interval score 30-150 and included in "good category".

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan menyusun tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR) Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning

dan Bantuan Alat Peraga Pada Materi Lingkaran Kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta” dengan baik. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakulitas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

(10)

x

5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc., selaku dosen ahli yang telah bersedia menjadi validator instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 6. Ibu Dra. Y. Niken Sasanti selaku Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta yang

telah memberikan izin penelitian di SMP Negeri 1 Yogyakarta.

7. Ibu Maria Roostika, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah bersedia manjadi validator perangkat pembelajaran sekaligus mengujicobakan perangkat pembelajaran yang telah dirancang oleh penulis.

8. Siswa kelas VIII khususnya kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah bersedia menjadi subjek dalam penulisan ini.

9. Kedua orang tua, Dominggus Batu Randan dan Agustina Palayukan yang senantiasa memberikan motivasi, nasehat, dan doa bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

10.Kedua kakak, Yulianus Ta‟dung dan Junianto Sanda yang selalu memberikan

semangat, dorongan, dan doa bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. 11.Sahabat-sahabat terkasih: Emi, Dora, Dina, Dhevin, Ipo, Gerar, dan Cahyo

yang memberikan bantuan, masukan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

12.Teman-teman satu bimbingan skripsi: Yuna, Mensi, Dela, Gora, Kress, dan Rendi.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Pembatasan Masalah ... 9

F. Penjelasan Istilah ... 10

G. Manfaat Penelitian ... 11

H. Spesifikasi Produk ... 12

BAB II Landasan Teori ... 18

A. Kajian Pustaka ... 18

1. Belajar dan Mengajar Matematika ... 18

2. Pengembangan ... 20

3. Paradigma Pedagogi Reflektif... 26

4. Perangkat Pembelajaran ... 38

(13)

xiii

6. Lingkaran ... 48

B. Kerangka Berpikir ... 60

C. Penelitian yang Relevan ... 63

BAB III Metode Penelitian ... 66

A. Jenis Penelitian ... 66

B. Prosedur Pengembangan ... 66

C. Subjek Penelitian ... 69

D. Objek Penelitian ... 69

E. Tempat Penelitian... 69

F. Waktu Penelitian ... 70

G. Bentuk Data ... 70

H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 71

I. Teknik Analisis Data ... 83

BAB IV Hasil Penelitian, Pembahasan, Dan Keterbatasan Penelitian ... 90

A. Hasil Penelitian ... 90

B. Pembahasan ... 119

C. Keterbatasan Penelitian ... 191

BAB V Penutup ... 192

A. Kesimpulan ... 192

B. Saran ... 194

DAFTAR PUSTAKA ... 196

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning ... 48

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 73

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Setelah Uji Coba Produk ... 75

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 77

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Kuesioner Respon SiswaTerhadap Pembelajaran Matematika ... 79

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Kuesioner Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Dengan Pendekatan PPR ... 79

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 80

Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Validasi Instrumen Penelitian ... 82

Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Pendekatan PPR ... 85

Tabel 3.9 Kategori Penilaian Kualitas Hasil Validasi ... 86

Tabel 3.10 Acuan Pemberian Skor Kuesioner ... 87

Tabel 3.11 Kategori Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika .... 88

Tabel 3.12 Kategori Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PPR ... 89

Tabel 4.1 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 1 ... 105

Tabel 4.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 2 ... 105

Tabel 4.3 Kisi-kisi Penilaian Sikap Conscience dan Compassion ... 106

Tabel 4.4 Hasil Validasi Produk Perangkat Pembelajaran ... 109

Tabel 4.5 Revisi Desain Produk ... 110

Tabel 4.6 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 111

Tabel 4.7 Hasil Penyebaran Nilai THB 1 ... 170

Tabel 4.8 Hasil Analisis Tiap Soal THB 1 ... 171

Tabel 4.9 Hasil Penyebaran Nilai THB 2 ... 172

Tabel 4.10 Hasil Analisis Tiap Soal THB 2 ... 173

Tabel 4.11 Hasil Penyebaran Nilai Remedial THB 1 ... 174

(15)

xv

Tabel 4.13 Hasil Penyebaran Nilai Remedial THB 2 ... 175

Tabel 4.14 Hasil Analisis Tiap Soal Remedial THB 2 ... 175

Tabel 4.15 Penilaian Conscience Pertemuan Pertama ... 176

Tabel 4.16 Penilaian Conscience Pertemuan Kedua ... 177

Tabel 4.17 Penilaian Conscience Pertemuan Ketiga ... 177

Tabel 4.18 Penilaian Conscience Pertemuan Keempat ... 178

Tabel 4.19 Penilaian Conscience Pertemuan Kelima ... 179

Tabel 4.20 Penilaian Compassion Pertemuan Pertama ... 180

Tabel 4.21 Penilaian Compassion Pertemuan Kedua ... 180

Tabel 4.22 Penilaian Compassion Pertemuan Ketiga ... 181

Tabel 4.23 Penilaian Compassion Pertemuan Keempat ... 181

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sketsa desain alat peraga lingkaran... 17

Gambar 2.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ... 22

Gambar 2.2 Tahap-tahap Pelaksanaan PPR ... 35

Gambar 2.3 Lingkaran dan Unsur-Unsur Lingkaran ... 50

Gambar 2.4 Apotema ... 51

Gambar 2.5 Tembereng ACB ... 52

Gambar 2.6 Lintasan perputaran roda ... 54

Gambar 2.7 Menghitung luas lingkaran ... 54

Gambar 2.8 Sudut pusat lingkaran ... 55

Gambar 2.9 Sudut pusat AOB ... 56

Gambar 2.10 Dua sudut pusat lingkaran ... 57

Gambar 2.11 Tembereng ADB ... 57

Gambar 2.12 Sudut pusat dan sudut keliling ... 58

Gambar 2.13 Pembuktian sifat (a) ... 58

Gambar 2.14 Pembuktian sifat (b) ... 59

Gambar 2.15 Pembuktian sifat (c) ... 60

Gambar 2.16 Pembuktian sifat (d) ... 60

Gambar 2.17 Skema kerangka berpikir... 63

Gambar 3.1 Skema penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan .. 67

Gambar 4.1 Alat peraga yang digunakan pada penelitian ... 108

Gambar 4.2 Guru menayangkan gambar benda-benda berbentuk lingkaran ... 128

Gambar 4.3 Guru mengarahkan siswa untuk mengamati masalah ... 130

Gambar 4.4 Guru membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah ... 132

Gambar 4.5 Salah satu siswa mempresentasikan hasil ... 135

(17)

xvii

Gambar 4.7 Guru mengarahkan siswa untuk mengukur benda berbentuk

lingkaran ... 141

Gambar 4.8 Siswa mempresentasikan hasil diskusi... 143

Gambar 4.9 Siswa berdiskusi menentukan luas lingkaran ... 148

Gambar 4.10 Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban siswa ... 151

Gambar 4.11 Guru memberikan contoh sudut pusat dan sudut keliling ... 156

Gambar 4.12 Guru mengkonfirmasi jawaban siswa ... 160

(18)

xviii LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Sudah Penelitian ... 201

Lampiran 2 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan... 202

Lampiran 3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Setelah Uji Coba ... 203

Lampiran 4 Hasil Validasi Pedoman Observasi ... 204

Lampiran 5 Hasil Validasi Kuesioner... 205

Lampiran 6 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Penelitian ... 207

Lampiran 7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 214

Lampiran 8 Hasil Scanning Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran .... 221

Lampiran 9 Hasil Observasi Proses Pembelajaran ... 269

Lampiran 10 Hasil Olah Data Kuesioner Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 279

Lampiran 11 Hasil Olah Data Kuesioner Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Pendekatan PPR ... 286

Lampiran 12 Silabus ... 288

Lampiran 13 RPP ... 302

Lampiran 14 Bahan Ajar ... 317

Lampiran 15 LKS ... 327

Lampiran 16 Soal THB 1 dan Pedoman Penskoran ... 351

Lampiran 17 Soal THB 2 dan Pedoman Penskoran ... 354

Lampiran 18 Soal Remedial THB 1 dan Pedoman Penskoran ... 358

Lampiran 19 Soal Remedial THB 2 dan Pedoman Penskoran ... 361

Lampiran 20 Penilaian Conscience dan Compassion ... 365

Lampiran 21 Hasil Penilaian Conscience dan Compassion ... 367

Lampiran 22 Hasil Scanning Lembar Observasi Pembelajaran ... 377

Lampiran 23 Hasil Scanning LKS ... 407

Lampiran 24 Hasil Scanning Lembar Jawab THB 1 ... 431

Lampiran 25 Hasil Scanning Lembar Jawab THB 2 ... 436

Lampiran 26 Hasil Scanning Lembar Jawab Remedial THB 1 ... 439

(19)

xix

Lampiran 28 Hasil Scanning Lembar Refleksi Siswa ... 441

Lampiran 29 Aksi Siswa ... 446

Lampiran 30 Wawancara Analisis Kebutuhan ... 450

Lampiran 31 Observasi Analisis Kebutuhan ... 453

Lampiran 32 Wawancara Setelah Uji Coba... 454

Lampiran 33 Wawancara Siswa ... 457

Lampiran 34 Transkripsi Uji Coba Produk ... 462

Lampiran 35 Daftar Nilai Siswa ... 487

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang di dunia karena merupakan investasi jangka panjang dalam kehidupan. Melalui pendidikan, pengetahuan dan karakter setiap orang akan dibentuk dan berkembang. Kesejahteraan suatu bangsa dapat ditentukan melalui pendidikan yang ada di dalam bangsa tersebut. Oleh sebab itu hampir seluruh bangsa dewasa ini menjadikan pendidikan sebagai perhatian yang utama. Sukmadinata (2009: 4) menyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk membantu siswa dalam pengembangan dirinya, yaitu mengembangkan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif. Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai keterampilan tetapi mengembangkan potensi yang telah dimiliki oleh siswa. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Samani 2012: 7), pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Ketiganya tidak boleh dipisahkan, agar anak dapat tumbuh dengan sempurna.

(21)

Proses pembelajaran yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah pembelajaran konvensional yang diterapkan hampir disemua jenjang pendidikan baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Pembelajaran yang terjadi di kelas hanya menekankan pada aspek kognitif saja sedangkan aspek lainnya tidak begitu diperhatikan. Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran kurang memperhatikan konteks belajar siswa baik diri siswa, lingkungan siswa, dan tempat belajar siswa. Guru tidak mengaitkan pembelajaran dengan kejadian-kejadian dalam kehidupan siswa sehari-hari yang mungkin sudah menjadi pengalaman siswa. Sehingga siswa kurang mengetahui manfaat dari materi yang dipelajarinya di sekolah. Nilai-nilai kemanusiaan juga belum menjadi perhatian yang penting bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Menurut Dominuco (dalam Hartana dkk, 2016: 766), proses pembelajaran yang seharusnya terjadi adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap materi ajar sehingga para siswa tidak hanya berkembang sisi kompetensinya (competence), tetapi juga terolah sisi hati nuraninya (conscience) dan sisi bela rasanya kepada sesama (compassion). Ketiga hal inilah yang menjadi perhatian utama dalam proses pembelajaran dengan paradigma pedagogi ignatian (reflektif).

(22)

Materi yang dipelajari pun bertingkat dan menuntut siswa agar dapat berpikir logis, kritis dan abstrak. Semakin tinggi jenjang pendidikan siswa materi matematika yang dipelajari semakin kompleks. Hal ini membuat motivasi dan minat siswa dalam mempelajari matematika menjadi menurun dan sampai saat ini matematika masih menjadi momok bagi siswa dan menjadi mata pelajaran yang paling sering dihindari siswa. Selain itu metode yang diterapkan guru matematika dalam proses pembelajaran masih cenderung sama yaitu ceramah, pemberian teori atau rumus-rumus, dan pemberian tugas dalam bentuk soal latihan sehingga terkesan hanya kemampuan kognitif yang ingin dikembangkan dalam diri siswa. Menurut Mulyana (2011: 179) pembelajaran matematika yang ideal semestinya mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai komponen esensial dan pembelajaran matematika yang disertai oleh pengembangan nilai, moral, dan etika diyakini mampu menumbuhkan potensi peserta didik melebihi apa yang dicapai dalam pengajaran konvensional.

(23)

mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yang berkaitan dengan cara memecahkan suatu masalah.

Menurut Arends (dalam Trianto 2011: 92), Problem Based Learning

merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Problem Based Learning memiliki karakteristik diantaranya : (1) pengajuan pertanyaan atau masalah, (2) berfokus pada keterkaitan antardisiplin, (3) penyelidikan autentik, (4) menghasilkan suatu produk tertentu, (5) kolaborasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

(24)

dan psikomotorik dilakukan oleh guru bidang studi yang lainnya. Namun sesungguhnya penilaian afektif dan psikomotorik sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran matematika karena dalam proses pembelajaran matematika kemampuan siswa yang seharusnya dikembangkan mencakup 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Penelitian yang dilakukan oleh Melati (2016) dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan

Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Group Investigation di Kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta” memperoleh hasil yakni rata-rata

pencapaian skor aspek competence siswa adalah 62,86% sedangkan aspek

conscience adalah 82,86% dan aspek compassion adalah 94,05%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dapat dapat menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu mengembangkan kemampuan competence, conscience, dan

compassion siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk mengembangkan kemampuan competence siswa, proses pembelajaran juga dapat didukung dengan penggunaan media pembelajaran salah satunya yaitu dengan menggunakan alat peraga.

(25)

PPR menyatukan materi yang diajarkan dengan nilai-nilai kemanusian dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan siswa dapat berkembang secara utuh baik dalam competence, conscience, dan compassion. Oleh karena itu perlu disusun sebuah perangkat pembelajaran matematika yang menggunakan PPR untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang menggunakan paradigma pedagogi reflektif melalui tahap-tahap yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

Hasil wawancara dengan guru di SMP Negeri 1 Yogyakarta ditemukan bahwa siswa belum terbiasa melakukan refleksi setelah proses pembelajaran. Refleksi yang dilakukan belum optimal dan belum mengarah kepada siswa. Guru mengajak siswa berefleksi hanya untuk mengetahui respon siswa terhadap cara mengajar guru. Namun refleksi tentang apa yang didapatkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung belum dilakukan.

(26)

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang berjudul “Penerapan strategi pembelajaran

paradigma pedagogi ignatian (reflektif) terhadap peningkatan hasil belajar dan motivasi berprestasi belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) siswa kelas V Sekolah Dasar” oleh Albertus Hartana, Punaji Setyosari, Dedi Kuswandandi

dalam jurnal pendidikan. Selain itu penelitian ini juga relevan dengan

penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta” oleh Clara Prasetyawati Prabaningrum. Sedangkan

model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian relevan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang berjudul “Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu” oleh Muhammad Fachri Baharuddin Paloloang.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Bantuan Alat Peraga Pada Materi Lingkaran Kelas VIII-H SMP Negeri 1 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

(27)

1. Pembelajaran matematika di kelas masih menggunakan metode konvensional (ceramah).

2. Matematika masih menjadi pelajaran yang ditakuti siswa.

3. Aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran hanya kognitif (competence).

4. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika pada materi lingkaran belum optimal.

5. Refleksi dalam proses pembelajaran matematika belum optimal dilakukan. C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta?

2. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta?

(28)

problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran di kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

2. Untuk mendeskripsikan proses terlaksananya pembelajaran dengan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

3. Untuk mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang menerapkan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning bantuan alat peraga pada materi lingkaran di kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

E. Pembatasan Masalah

(29)

1. Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan model pembelajaran problem based learning

2. Penelitian ini hanya membahas tentang proses pembelajaran matematika dengan materi lingkaran dan menggunakan alat peraga

3. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi silabus, RPP, bahan ajar, LKS, instrumen penilaian, dan alat peraga F. Penjelasan Istilah

Di bawah ini merupakan penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan istilah digunakan untuk menghindari kesalahan konsep atau definisi dari istilah tersebut.

1. Penelitian pengembangan adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menciptakan atau mengembangkan suatu produk tertentu yang telah diuji keefektifannya sehingga dapat digunakan secara umum.

2. Paradigma pedagogi reflektif adalah suatu pendekatan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pribadi siswa secara menyeluruh.

3. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian.

(30)

masalah dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta berguna untuk mengarahkan siswa berpikir tingkat tinggi.

5. Lingkaran adalah adalah suatu kurva tertutup sederhana dimana titik-titik pada kurva tersebut memiliki jarak sama terhadap suatu titik tertentu. 6. Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

menerangkan atau mejelaskan konsep sehingga membantu siswa dalam memahami konsep tersebut.

G. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang paradigma pedagogi reflektif (PPR) dan dapat merancang perangkat pembelajaran yang menggunakan paradigma pedagogi reflektif (PPR).

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah sebagai perencanaan dan pengembangan program pendidikan siswa khususnya kelas VIII-H.

3. Bagi Guru

(31)

4. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini siswa diharapkan dapat mengembangkan aspek

competence, conscience, dan compassion secara utuh. H. Spesifikasi Produk

1. Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada silabus yang digunakan guru di sekolah dan dikembangkan menurut pendekatan PPR. Berikut ini adalah kerangka silabus yang digunakan:

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan PPR dan model pembelajaran problem based learning serta memanfaatkan alat peraga atau media pembelajaran. Dalam RPP ini tahap-tahap PPR dan problem based learning diwujudkan melalui kegiatan pembelajaran yang terdiri

SILABUS LINGKARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Yogyakarta

Kelas/Semester : VIII/2 Mata Pelajaran : Matematika

(32)

atas pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut adalah kerangka RPP yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran khususnya materi lingkaran. Bahan ajar disesuaikan juga dengan pendekatan PPR dan model pembelajaran problem based

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Negeri 1 Yogyakarta

Kelas/Semester : VIII/2 Mata Pelajaran :Matematika Materi Pokok :

F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan Pembelajaran

2. Model Pembelajaran 3. Metode Pembelajaran G. Nilai Kemanusiaan/Karakter H. Kegiatan Pembelajaran

I. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran 1. Sumber

2. Media J. Life Skill

(33)

learning. Berikut ini kerangka bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini.

4. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa (LKS) yang digunakan mengacu pada pendekatan PPR dan memperhatikan model pembelajaran yang digunakan yaitu problem based learning. LKS yang dibuat akan menyajikan suatu masalah dan mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dalam kelompok dengan menggunakan alat peraga. Berikut adalah kerangka LKS yang dibuat dalam penelitian ini.

BAHAN AJAR LINGKARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Yogyakarta Kelas/Semester : VIII/2

Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : Lingkaran

A. Konteks B. Pengalaman

1. Definisi lingkaran dan unsur-unsur lingkaran 2. Keliling dan luas lingkaran

3. Sudut pusat 4. Sudut Keliling

5. Sifat-sifat sudut pusat dan sudut keliling 6. Panjang Busur

7. Luas Juring 8. Luas Tembereng C. Refleksi

(34)

5. Instrumen Penilaian

Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada 3 aspek PPR yaitu competence, conscience, dan compassion. Penilaian

competence menyangkut kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa sedangkan penilaian conscience dan compassion

menyangkut nilai-nilai kemanusiaan yang diperoleh dari pengamatan sikap dan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Berikut ini adalah kerangka instrumen penilaian yang akan dibuat pada penelitian ini.

LEMBAR KEGITAN SISWA (LKS)

LKS :

Standar Kompetensi : Kompentensi Dasar : Alokasi Waktu : Nama Kelompok :

A. Judul Kegiatan B. Tujuan Pembelajaran C. Petunjuk

D. Kegiatan Siswa

1. Konteks, fase PBL orientasi siswa pada masalah

(35)

PENILAIAN COMPETENCE

Penilaian competence berdasarkan pada hasil pengerjaan soal essay berupa tes hasil belajar 1 dan 2 yang dikembangkan mengikuti kompetensi dasar yaitu:

1. Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran 2. Menghitung keliling dan luas lingkaran

3. Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah

Materi Pokok : Hari/Tanggal :

No Nama Nilai Keterangan

*)kolom keterangan diisi dengan tuntas, tuntas dengan remidi, atau belum tuntas.

PENILAIAN CONSCIENCE

Materi Pokok : Hari/Tanggal :

No Nama

Aspek Penilaian Conscience

Tanggung

Jawab Teliti

Percaya Diri 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Keterangan: 1 : Kurang. 2 : Cukup. 3 : Baik.

(36)

6. Alat Peraga

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga Lingkaran. Alat peraga tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan unsur-unsur lingkaran, keliling lingkaran, dan menemukan luas lingkaran. Berikut adalah desain alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini.

PENILAIAN COMPASSION

Materi Pokok : Hari/Tanggal :

No Nama

Aspek Penilaian Compassion

Saling

Menghargai Peduli 1 2 3 1 2 3

Keterangan: 3 : Kurang. 2 : Cukup. 1 : Baik.

*)kolom penilaian yang sesuai diisi dengan tanda 

(37)

18 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Belajar dan Mengajar Matematika a. Belajar Matematika

Hudojo (1988: 1) menjelaskan bahwa belajar merupakan proses pembentukan dan perkembangan pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang. Orang dikatakan belajar bila dalam diri seseorang terjadi suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan disertai dengan usaha. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku tersebut itulah merupakan proses belajar sedangkan perubahan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.

(38)

untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap secara bertahap sejak dari bayi hingga masa tua.

Menurut Hudojo (1988: 3) pola tingkah laku manusia yang tersusun menjadi suatu model sebagai prinsip-prinsip belajar diaplikasikan ke dalam matematika. Belajar matematika haruslah secara bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar matematika dilakukan secara kontinu. Di dalam proses belajar matematika, terjadi juga proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir bila orang tersebut melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika harus melakukan kegiatan mental.

b. Mengajar Matematika

Mengajar adalah suatu kegiatan di mana pengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki kepada siswa. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Karena itu, mengajar yang baik hanya bila hasil belajar siswa juga baik. Hal ini dapat dipenuhi bila pengajar mampu memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga dapat terjadi proses belajar yang baik (Hudojo 1988: 5).

(39)

untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya.

Menurut Hudojo apabila proses belajar matematika itu baik, maka siswa yang belajar matematika dapat memahami matematika dengan baik pula dan dengan mudah dapat mempelajari matematika selanjutnya dan dapat mengaplikasikannya ke situasi baru, yaitu dapat menyelesaikan masalah baik dalam ilmu matematika maupun ilmu lainnya atau dalam kehidupan sehari-hari. Dalam belajar matematiaka, pengajar matematika harus menguasai bahan matematika yang diajarkan dan dapat memahami teori belajar sehingga belajar matematika menjadi bermakna bagi siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar matematika yaitu siswa (peserta didik), pengajar, pra sarana dan sarana, dan penilaian.

2. Penelitian Pengembangan

(40)

Menurut Seels & Richey (dalam Setyosari, 2010: 195) penelitian pengembangan sebagaimana dibedakan dengan pengembangan pembelajaran yang sederhana, didefinisikan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal. Sedangkan menurut Sukmadinata (2008: 164) yang dimaksud penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan sutu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk baru yang dikembangkan tidak selalu berupa perangkat keras (hardware), tetapi bisa juga perangkat lunak (software).

Sejalan dengan pendapat di atas, Sugiyono (2010: 407) berpendapat bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan untuk menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi di masyarakat luas, sehingga diperlukan penelitian unuk menguji keefektifan produk tersebut.

(41)

untuk menciptakan atau mengembangkan suatu produk tertentu yang telah diuji keefektifannya sehingga dapat digunakan secara umum.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2010: 298) adalah berikut ini.

Berikut ini penjelasan mengenai langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2010: 298).

a. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah ini dapat diatasi melalui R&D yaitu Potensi dan

Masalah

Pengumpulan data

Desain Produk

Validasi Desain Revisi

Desain Ujicoba

Produk

Revisi Produk

Ujicoba Pemakaian

Revisi Produk

Produksi Masal

(42)

dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan model, pola, atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Model, pola, dan sistem ini akan ditemukan dan dapat diaplikasikan secara efektif jika dilakukan melalui penelitian dan pengembangan. Tahap pertama adalah melakukan penelitian untuk menghasilkan informasi dengan metode penelitian yang dapat digunakan yaitu metode survei atau kualitatif. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain yang masih up to date.

b. Pengumpulan Data

Setelah tahap menemukan potensi dan masalah maka selanjutnya perlu dikumpulkan informasi-informasi yang terkait dengan masalah tersebut. Informasi-informasi yang didapatkan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk melakukan perencanaan dalam merancang produk yang akan dikembangkan. c. Desain produk

(43)

d. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk baru seperti perangkat pembelajaran yang baru dirancang lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi yang dilakukan masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional tetapi belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain produk baru tersebut sehingga dapat diketahui kelemahan dari desain produk yang dibuat.

e. Revisi desain

Jika validasi desain telah dilakukan maka kelemahan-kelemahan dari desain produk yang baru yang ditemukan saat validasi dapat dikurangi dengan cara merevisi atau memperbaiki desain produk. Perbaikan desai dilakukan oleh peneliti yang telah merancang desai produk tersebut.

f. Uji coba produk

(44)

produk untuk tahap terbatas ini sudah selesai dan dilanjutkan dengan revisi produk.

g. Revisi produk

Dari hasil uji coba produk yang dilakukan pada tahap sebelumnya dapat ditemukan kelemahan-kelemahan pada produk yang diujikan sehingga sebelum diproduksi untuk kalangan luas produk terlebih dahulu perlu direvisi agar menghasilkan produk yang dapat diterima dikalangan luas.

h. Uji coba pemakaian

Setelah uji coba terhadap produk berhasil dan telah merevisi kekurangan pada produk yang dibuat, maka produk yang dibaut tersebut telah siap untuk diterapkan dalam kondisi luas pada lingkup yang luas. Dalam pengujian pemakaian produk tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul yang berguna untuk perbaikan lebih lanjut.

i. Revisi produk

(45)

j. Pembuatan produk masal

Pembuatan produk masal dilakukan jika produk yang telah diujicoba dan direvisi dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Agar dapat diproduksi masal maka peneliti yang membuat produk perlu untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang terkait dengan produk yang dihasilkan atau dapat pula mempublikasikan produk yang dibuat dengan cara menyampaikan melalui forum.

3. Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Suparno (2015: 18), Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pedagogi bukan sekedar metode pembelajaran. Pedagogi yang dimaksud adalah suatu cara yang digunakan guru dalam mendampingi siswa sehingga siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang utuh.

(46)

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa PPR adalah suatu pendekatan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pribadi siswa secara menyeluruh. Nilai-nilai kemanusiaan yang dikembangkan tersebut diharapkan mampu membentuk suatu pribadi yang dapat bertindak secara benar demi kehidupan yang lebih baik. Pater Kolvenbach (dalam Subagya, 2012: 22) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan dengan PPR adalah membentuk pribadi manusia yang berkompeten (competence) dalam bidangnya, memiliki hati nurani yang benar (conscience) dan memiliki kepedulian terhadap sesama (compassion).

Competence (pengetahuan) berarti siswa memiliki kemampuan (kognitif) yang baik sesuai dengan bidangnya dalam akademik. Siswa dapat menguasai keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menjadi cerdas dan berkompeten dalam bidang akademik. Kemampuan kognitif siswa yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang lingkaran.

(47)

akan dikembangkan dalam diri siswa melalui proses pembelajaran dengan pendekatan PPR pada tahap pengalaman. Berikut ini adalah penjelasan sikap-sikap tersebut.

a. Tanggung jawab

Menurut Suparno (2003: 14) tanggung jawab berarti keberanian, kesiapan, dan keteguhan hati untuk menerima konsekuensi-konsekuensi atas putusan dan tindakan yang dipilih. Seseorang dikatakan bertanggung jawab apabila dirinya dengan sadar mengambil keputusan, menjalankan keputusan tersebut, dan mau menghadapi serta menerima konsekuensi apapun dari keputusan yang diambil tersebut.

Menurut Kesuma dkk. (2011: 67) tanggung jawab berarti kemampuan untuk merespon yang berorientasi terhadap orang lain, mencurahkan perhatian terhadap orang lain, merespon kebutuhan orang lain. Tanggung jawab juga dapat diartikan dengan dapat dipercaya dan tidak membiarkan orang lain mengalami kekecewaan. Tanggung jawab berarti pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas baik dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja yang dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan kita.

(48)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah suatu sikap yang dilakukan oleh seseorang dengan sadar untuk melaksanakan suatu kewajiban bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

b. Percaya diri

Menurut Samani dan Hariyanto (2012: 130) percaya diri berarti percaya pada kemampuan dan kecakapan diri sendiri. Percaya diri berarti suatu sikap mental yang percaya sepenuhnya dan bertanggung pada kemampuan sendiri.

Menurut Gouw dan Rusli (2011: 39) percaya diri berarti menyadari kualitas-kualitas terbaik dalam diri, merasa nyaman dengan diri sendiri, memancarkan kharisma dan aura yang positif, dan mempercayai diri sendiri bahwa dirinya bisa, mampu, memiliki kekuatan, energi, potensi untuk mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam hidup.

Menurut Taylor (2009: 19) orang yang percaya diri merasa bahwa dirinya aman dengan mengetahui bakatnya, sangat rilek dan ingin mendengar dan belajar dari orang lain. Percaya diri berarti merasa rilek, nyaman, aman, dan yakin kepada diri sendiri.

(49)

c. Teliti

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teliti berarti cermat; saksama atau berhati-hati. Menurut Hamzah (2017: 87) teliti berarti berhati-hati tidak gegabah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa teliti berarti mengerjakan sesuatu hal atau melaksanakan suatu tugas tertentu dengan berhati-hati

Compassion (bela rasa) berarti siswa memiliki rasa kepedulian terhadap sesama dan mampu berbuat baik kepada sesama sehingga siswa merasa perlu menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bela rasa ditunjukan dengan sikap siswa untuk saling membantu dan saling menghargai satu sama lain. Sikap compassion yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu peduli dan saling menghargai. Sikap-sikap tersebut diharapkan tampak saat siswa melakukan diskusi pada tahap pengalaman. Berikut ini penjelasan mengenai kedua sikap tersebut.

a. Peduli

Menurut Zubaedi (2011: 79) peduli adalah kemampuan menunjukkan pemahaman terhadap orang lain dengan memperlakukan orang lain secara baik, dengan belas kasih, bersikap dermawan, dan dengan semangat memaafkan.

(50)

terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama, mau terlibat dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk lain, setia, cinta damai dalam menghadapi persoalan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peduli adalah suatu sikap seseorang untuk memperlakukan orang lain dengan baik, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan secara ikhlas.

b. Saling menghargai

Arliani (2012: 3) berpendapat bahwa saling menghargai merupakan bentuk pengendalian diri. Orang yang menghargai orang lain tidak akan menyakiti siapapun baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, tahu berterima kasih, memahami orang lain, peduli dengan keadaan sekeliling, dan senang membantu oran lain.

Menurut Kesuma dkk (2011: 26) saling menghargai adalah suatu perbuatan menghormati orang lain dan tidak merendahkannya. Saling menghargai berarti memperlakukan semua orang bahkan yang tidak disukai sebagai orang yang memiliki martabat dan hak-hak yang sama dengan kita.

(51)

dengan orang lain. Saling menghargai ditandai dengan sikap pengakuan bahwa ada orang lain yang perlu diperhatikan selain dirinya sendiri. Sikap saling menghargai yang ditunjukan pada sesama, merupakan sikap yang tumbuh dan berkembang dari sikap menghargai terhadap diri sendiri.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa saling menghargai adalah suatu sikap untuk dapat menerima dan memperlakukan orang lain sama seperti diri sendiri. Saling menghargai berarti dapat menerima perbedaan yang tercipta dalam suatu kebersamaan dengan orang lain.

Ketiga tujuan dalam pendidikan dengan PPR tersebut (competence,

conscience, dan compassion) akan membentuk pribadi manusia secara penuh (utuh) yaitu suatu proses pembentukan yang menuntut keunggulan yang meliputi bidang intelektual, akademik, dan lainnya (Subagya 2012: 23).

a. Tahap-Tahap Pelaksanaan PPR

(52)

pembelajaran dengan menggunakan PPR melalui 5 tahapan yaitu sebagai berikut.

1) Konteks

Guru dalam menjalankan pembelajaran yang berbasis PPR diharapkan sungguh-sungguh mengetahui sebanyak mungkin konteks belajar siswa. Dalam tahap konteks ini, guru memfasilitasi setiap siswa untuk mencermati pelbagai macam konteks dalam hidupnya. Tujuan utamanya adalah agar setiap siswa dapat lebih cermat mendeteksi pelbagai macam kemungkinan yang ada dan yang berpotensi mendukung atau menghambat siswa dalam proses pembelajaran (Hartana dkk, 2016: 769).

Seorang guru perlu memahami dunia siswa, termasuk cara-cara hidup keluarga, teman-teman, kelompok baya, kebudayaan (adat), tekanan sosial, kehidupan sekolah, politik, ekonomi, agama, media, seni, musik dan hal-hal lainnya yang berdampak pada dunia siswaa dan mempengaruhi siswa kea rah yang baik atau buruk (Subagya 2012: 41).

2) Pengalaman

(53)

Pengalaman yang dialami siswa digunakan untuk menumbuhkembangkan persaudaraan, solidaritas, dan saling memuji dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang ramah, sopan, penuh tenggang rasa dan akrab (Tim Redaksi Kanisius).

3) Refleksi

Refleksi berarti mencermati kembali materi yang disampaikan guru, pengalaman, ide, usul-usul, ataupun reaksi spontan agar siswa dapat menangkap makna materi yang diajarkan secara lebih mendalam (Subagya 2012: 53). Refleksi merupakan inti dari pembelajaran dengan berbasis PPR. Melalui refleksi yang dilakukan siswa diharapkan siswa dapat memahami arti dan nilai tentang apa yang sedang dipelajari dan dapat dapat menerapkannya dalam sebuah tindakan dalam kehidupan.

(54)

4) Aksi

Aksi merupakan hasil dari pengalaman belajar yang telah diperoleh dan kemudian direfleksikan. Setelah melakukan refleksi guru dapat memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi untuk membantu siswa membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksi. Dengan begitu siswa dapat membentuk pribadinya dan secara perlahan dapat menerapkan nilai-nilai yang direfleksikannya.

5) Evaluasi

Evaluasi diberikan untuk mengukur ketercapaian siswa dalam proses pembelajaran dari sisi akademik. Selain itu evaluasi juga perlu dilakukan terhadap dampak penerapan PPR dalam proses pembelajaran baik terhadap suasana kelas maupun terhadap sikap-sikap yang ditunjukkan oleh siswa di sekolah.

KONTEKS PENGALAMAN

COMPETENCE CONSCIENCE COMPASSION

AKSI REFLEKSI

EVALUASI

Gambar 2.2 Tahap-tahap Pelaksanaan PPR

(55)

b. Pembelajaran Berpola PPR

Tim Redaksi Kanisius (2008: 51) menyatakan bahwa pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini proses pembelajaran disesuaikan dengan

konteks siswa dan nilai-nilai kemanusian ditumbuhkembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi serta evaluasi yang menjadi akhir dari dinamika proses pembelajaran.

Cara-cara yang dapat dilakukan agar pembelajaran biasa dapat dimodifikasi menjadi pembelajaran berpola PPR menurut Tim Redaksi Kanisius (2008: 54) adalah sebagai berikut.

1) Menyesuaikan kompetensi yang ingin dicapai dan materi yang akan diajarkan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Jika metode atau strategi pembelajaran dan materi yang disampaikan tidak sesuai dan relevan bagi siswa akan mengakibatkan siswa gagal belajar. Proses pembelajaran yang gagal juga akan menyebabkan pola PPR gagal. Sehingga sangat penting bagi guru dalam memperhatikan dan memperhitungkan konteks siswa yang menjadi syarat dalam keberhasilan pembelajaran berpola PPR. 2) Menggunakan metode kerja sama dalam pembelajaran. Dengan

(56)

menghargai sehingga siswa dapat mengalami sendiri makna persaudaraan.

3) Setelah mendapatkan pengalaman mengalami sendiri, guru memfasilitasi siswa dengan memberikan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman yang diperoleh. Sehingga siswa menyadari sendiri manfaat dan makna pembelajaran bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.

4) Langkah selanjutnya adalah guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa melakukan aksi sehingga membentuk niat siswa yang diharapkan akan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang didasari oleh niat dan kemauannya sendiri.

5) Selanjutnya melakukan evaluasi yang berkaitan dengan dampak pada sikap dan perilaku siswa, dampak pada teman kelas dan komunitas sekolah, serta dampak pada orang tua dan keluarga siswa.

c. Kelebihan-Kelebihan PPR

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki PPR jika diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah menurut Tim Redaksi Kanisius (2008: 57) antara lain sebagai berikut.

(57)

2) PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum karena paradigma ini tidak menuntut adanya penambahan bidang studi maupun jam pelajaran.

3) Melalui PPR perkembangan siswa menjadi pribadi yang dewasa dan manusiawi akan lebih cepat terlihat.

4. Perangkat Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah tidak terlepas dari perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian. Keberhasilan seorang guru dalam proses pembelajaran salah satunya dapat dipengaruhi oleh perangkat pembelajaran yang dibuat. Perangkat pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan kurikulum yang sedang diterapkan. Sehingga perangkat pembelajaran menjadi media bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berikut adalah perangkat pembelajaran yang dipersiapakan oleh guru untuk mengajar di dalam kelas.

a. Silabus

(58)

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Salim (dalam Majid, 2009: 38) menyatakan bahwa istilah silabus dapat didefinisikan sebagai “Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau

pokok-pokok isi atau materi pelajrana”. Menurut Majid (2009: 38) silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokkan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah bagian dari perangkat pembelajaran yang berisikan pokok-pokok perencanaan pembelajaran yang meliputi kompetensi yang akan dicapai, materi pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan pada suatu mata pelajaran tertentu. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(59)

pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

Menurut Hosnan (2014: 99) RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk sekali pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan berdasarkan silabus yang telah disusun untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Trianto (2012: 108) berpendapat bahwa RPP adalah rencana yang mengembangkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa RPP adalah suatu panduan berupa rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mencapai kompetensi dasar yang mengacu pada silabus.

c. Bahan Ajar

(60)

Menurut Trianto (2009: 227) bahan ajar merupakan panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, konsep, dan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Materi ajar berisikan garis besar bab, istilah yang digunakan, tujuan pembelajaran, uraian materi yang harus dipelajari, bagan atau gambar yang mendukung dalam proses pembelajaran. Sehingga bahan ajar adalah panduan bagi guru dan siswa dalam melaksankan proses pembelajaran yang berisikan materi pelajaran, konsep, dan kaitan materi dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut pendapat-pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa bahan ajar adalah suatu pedoman yang membantu guru maupun siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran yang memuat pokok materi yang akan dipelajari oleh siswa.

d. Lembar Kegiatan Siswa

(61)

kontekstual kemudian berusaha memecahkan masalah tersebut dan menemukan konsep dengan sendirinya. LKS yang digunakan akan berbeda-beda dalam setiap pertemuan.

e. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar menurut Trianto (2009: 235) adalah butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes hasil belajar dibuat dengan mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai dan dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar serta disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya.

Tes menurut Majid (2014: 37) merupakan seperangkat alat yang berisi tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap suatu materi. Tes merupakan suatu alat ukur yang sering digunakan dalam penilaian pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah suatu bentuk tes yang dirancang secara khusus untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

f. Penilaian

(62)

terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah

Menurut Arikunto (2010: 6), penilaian yang dilakukan dalam dunia pendidikan memiliki makna yang ditinjau dari berbagai segi yaitu:

1) makna bagi siswa

Penilaian dilakukan agar siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ada 2 kemungkinan yaitu memuaskan atau tidak memuaskan.

2) makna bagi guru

Hasil penilaian yang diperoleh berguna bagi guru untuk mengetahui siswa mana yang sudah dapat melanjutkan pelajarannya karena sudah menguasai bahan, maupun mengetahui siswa mana yang belum berhasil menguasai bahan.

Melalui penilaian guru akan mengetahui materi yang diajarkan sudah tepat atau belum bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu mendatang tidak perlu diadakan perubahan.

(63)

3) makna bagi sekolah

Apabila guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswanya dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin dari kualitas suatu sekolah. Informasi yang diberikan dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

g. Alat Peraga

Menurut Ali (dalam Sundayana 2015: 7), alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Menurut Ruseffendi (dalam Sundayana 2015: 7), alat peraga adalah alat yang dapat mewujudkan konsep matematika sedangkan menurut Pramudjono (dalam Sundayana 2015: 7), alat peraga matematika adalah suatu benda konkret yang dibuat secara sengaja dan digunakan untuk membantu dalam pemahaman konsep matematika.

(64)

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam menerangkan atau mejelaskan konsep sehingga membantu siswa dalam memahami konsep tersebut.

Menurut Rusefendi (dalam Sundayana 2015: 18) ada beberapa persyaratan alat peraga matematika yaitu antara lain:

1) tahan lama,

2) bentuk dan warnanya menarik, 3) sederhana dan mudah dikelola, 4) ukurannya sesuai,

5) dapat menyajikan konsep matematika dengan baik, 6) sesuai dengan konsep matematika,

7) dapat memperjelas konsep matematika,

8) peragaan yang dilakukan sebagai dasar tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi siswa,

9) menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga,

10)bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak), 5. Model Pembelajaran Problem Based Learning

(65)

berpikir tingkat tinggi, dan mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Menurut Sani (2013: 140), PBL merupakan model pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan yang berguna untuk mengembangkan kemandirian siswa dalam pemecahan masalah.

Menurut Ward dan Stepien (dalam Ngalimun 2012: 89), PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Menurut Ngalimun (2012: 89), PBL adalah model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa melalui pemecahan masalah.

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti menyimpulkan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta berguna untuk mengarahkan siswa berpikir tingkat tinggi.

a. Tujuan PBL

(66)

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa melainkan PBL memiliki tujuan yaitu:

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah

2) Mendorong siswa untuk memahami peran orang yang diamati atau orang yang diajak berdialog

3) Menjadikan siswa sebagai pembelajar mandiri b. Ciri-Ciri PBL

Problem based learning (PBL) memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut (dalam Rusman, 2013: 232).

1) Permasalahan merupakan poin penting dalam pembelajaran. 2) Permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan yang ada

di dunia nyata.

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda.

4) Permasalahan yang diajukan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa baik sikap dan kompetensi.

5) Proses pengarahan diri siswa menjadi hal yang utama. 6) Memanfaatkan pengetahuan yang beragam.

7) Proses belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif. 8) Keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah dibutuhkan dalam

PBL.

(67)

10)PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dalam proses belajar.

c. Sintaks PBL

Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan model pembelajaran PBL menurut Ibrahimm dan Nur (dalam Trianto, 2009: 98) terdiri atas 5 langkah utama seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalaah. Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan..

6. Lingkaran

Gambar

Gambar 1.1 Sketsa desain alat peraga lingkaran
Gambar 2.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan
Gambar 2.2 Tahap-tahap Pelaksanaan PPR
Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data susenas tahun 2012, yuat datz pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan, pengeluaran

Tujuan kajian ini adalah untuk meninjau pandangan Bapak/Ibu terhadap motivasi berprestasi sikap terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan dan kinerja guru di sekolah

Dalam kaitan dengan masalah tanggung jawab, kebebasan eksistensial tidak hanya berarti bahwa yang diputuskan seseorang tak boleh dibebankan pada orang lain, tetapi sikap

Dalam mendukung terlaksananya program-program tersebut dilakukan revitalisasi dan peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggara program pendidikan masyarakat, khususnya melalui

Variabel yang digunakan adalah kinerja ekspor suatu komoditas terhadap total ekspor di wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk di

ADMIN PENDAFTARAN Pasien Dokter Membuat Rekam Medis Membuat Transaksi Rawat Jalan Memiliki Memiliki APOTEK DATA OBAT Mengelola Memiliki *Id_admin user pass *Id_pasien

merupakan lembaga atau organisasi ekonomi yang paling sesuai dengan prinsip.. demokasi, kebebasan, kesamaan, kekeluargaan da keadilan sosial