• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN

KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyar atan memper oleh Gelar Sar jana pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

CHRISTANTI DESI BINARIKA NPM. 0641010064

YAYASAN KEJ UANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J URUSAN ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan proposal ini.

Penulisan laporan proposal ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi sebagai prasyarat untuk memenuhi ujian skripsi.

Laporan proposal yang dilaksanakan di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, berjudul “PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN”

Hasil penulisan ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Pudjo Adi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

Timur.

4. Kedua Orang Tuaku yang banyak memberikan dukungan selama menyelesaiakan laporan proposal.

5. Semua teman-temanku yang juga telah banyak membantuku dalam menyelesaikan laporan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai acuan pada penulisan yang akan datang. Harapan penulis semoga laporan proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Surabaya, Juli 2012

(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Konsep Partisipasi ... 14

2.2.1.1. Pengertian Partisipasi ... 14

2.2.1.2. Pengelompokan Partisipasi ... 15

2.2.1.3. Tingkatan Partisipasi ... 16

2.2.1.4. Bentuk Partisipasi... 18

2.2.1.5. Tahap-tahap Partisipasi ... 19

2.2.1.7. Keberhasilan Partisipasi ... 21

2.2.2 Konsep Pemberdayaan ... 22

2.2.2.1 Pengertian Pemberdayaan ... 22

2.2.2.2 Tingkatan Pemberdayaan ... 23

2.2.2.3 Langkah-langkah Pemberdayaan ... 23

(5)

2.2.3.2. Indikator Kemiskinan... 28

2.2.3.3. Penyebab Kemiskinan... . 30

2.2.3.4. Bentuk-bentuk Kemiskinan... 33

2.2.3.5. Perangkap Kemiskinan ... 35

2.2.4 Konsep Pendidikan... 37

2.2.4.1. Pengertian Pendidikan ... 37

2.2.4.2. Tujuan Pendidikan ... 38

2.2.5. Konsep Program Keluarga Harapan (PKH)... 38

2.3. Kerangka Berpikir... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Fokus Penelitian ... 45

3.3 Lokasi Penelitian ... 47

3.4 Sumber Data ... 47

3.5 Pengumpulan Data ... 49

3.6 Analisis Data ... 51

3.7 Keabsahan Data ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 56

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56

4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Latsari ... 56

4.1.2. Visi dan Misi Kelurahan Latsari ... 56

(6)

4.1.4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama dan

Kepercayaan ... 60

4.1.4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 61

4.1.4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 62

4.1.4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. 63 4.1.5. Struktur Organisasi Kantor Kelurahan Latsari ... 64

4.2. Hasil Penelitian ... 74

4.2.1. Partisipasi Anak RTSM dalam Meningkatkan Rata-rata Lama Sekolah ... 75

4.2.2. Partisipasi Anak RTSM dalam Satuan Pendidikan ... 79

4.2.3. Partisipasi Kehadiran Anak RTSM di Sekolah ... 83

4.3. Pembahasan ... 86

4.3.1. Partisipasi Anak RTSM dalam Meningkatkan Rata-rata Lama Sekolah ... 86

4.3.2. Partisipasi Anak RTSM dalam Satuan Pendidikan ... 91

4.3.3. Partisipasi Kehadiran Anak RTSM di Sekolah ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1. Kesimpulan ... 97

5.2. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA

(7)

CHRISTANTI DESI BINARIKA. PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN.

Penelitian ini didasarkan pada fenomena diketahui bahwa Program Keluarga Harapan (PKH) khususnya pada bidang pendidikan terlihat adanya tingkat partisipasi pendidikan yang tinggi jika dibandingkan dengan Kelurahan-kelurahan lain yang ada di Kecamatan Tuban.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang Program KeluargaHarapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kebupaten Tuban. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, dokumentasi, dan pengamatan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.

Informan dan responden dalam penelitian ini adalah pegawai Kelurahan Latsari, pendamping PKH Kelurahan Latsari, dan RTSM PKH Pendidikan Kelurahan Latsari.

Fokus dalam penelitian ini ada 3 yaitu: 1) partisipasi rata-rata lama sekolah bagi anak RTSM, 2) partisipasianak RTSM dalam satuan pendidikan (sekolah), dan 3) kehadiran anak RTSM di sekolah.

(8)

1.1.Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global.

Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkatan yang berbeda, tidak ada satupun Negara di jagat ini kebal dari kemiskinan. Semua Negara di dunia ini sepakat bahwa kemiskinan merupakan problema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban.

Persoalan kemiskinan merupakan permasalahan yang sering terjadi di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Setiap Negara mempunyai pandangan maupun persepsi yang berbeda dalam hal bentuk tolok ukur kemiskinan maupun ukuran kemiskinan. Artinya, pengkategorian kemiskinan antara suatu Negara dengan Negara lain bisa berbeda. (Edy Suharto, 2009:14) Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

(9)

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan,2010)

Dalam tata ukuran, menurut persepsi beberapa pakar, kemiskinan

adalah bentuk kehidupan yang berada dibawah standart atau tingkat kesejahteraan. Menurut Sajogyo dalam Mashoed (1987 ; 38), kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standart kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan, yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.

(10)

Artinya, kebijakan yang sasarannya untuk masyarakat miskin pada realitanya justru menambah kemiskinan. Tentu saja hal ini perlu dicarikan upaya yang lebih memberikan kesejukan pada program pengentasan kemiskinan.

Kemiskinan sebagai fenomena menghalangi orang-orang miskin mengambil bagian dalam kesempatan yang sebenarnya ada, termasuk

kesempatan memperoleh pendidikan, disebabkan oleh ketimpangan struktur institusional dalam masyarakat. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa kualitas SDM di Indonesia lebih jauh tertinggal dibanding Negara-negara lain di dunia. Upaya peningkatan kualitas pendidikan bukan masalah yang sederhana tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.

(11)

Keikutsertaan dan kesadaran masyarakat untuk memikul tanggung jawab pendidikan bukan sekedar harapan tetapi merupakan suatu tuntutan yang mendesak yang harus diwujudkan. Melihat betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan, maka perlu ditingkatkan lagi baik kualitas dan intensitasnya, bentuk pelibatan maupun jangkauannya yang

kesemua itu hanya akan terwujud apabila terdapat saling pengertian antara pihak-pihak yang terkait.

Masalah kemiskinan kemungkinan bisa sedikit diatasi dengan cara pemerintah melakukan kebijakan yang serius yang memihak pada keluarga miskin dan agar pemerintah melakukan pemberdayaan secara tepat untuk memulihkan masyarakat miskin dan senantiasa melakukan bimbingan sosial, pelatihan dan bimbingan keterampilan sehingga di dalam memberikan bantuan terhadap masyarakat miskin tidak tertanam dalam pikiran mereka untuk bergantung terhadap bantuan pemerintah sehingga menimbulkan rasa malas untuk bekerja dan sebaliknya agar tertanam rasa ingin hidup sedikit lebih maju dari sebelumnya dan sedikit termotivasi untuk hidup lebih baik dan membenahi perekonomian keluarga dengan hasil atau untung dari modal pemberian bantuan dari pemerintah.

(12)

kemiskinan selama ini sedikit berhasil mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia

Program bantuan tunai bersyarat atau Conditional Cash Transfers (CCT) saat ini banyak diadopsi di berbagai Negara sebagai strategi program bantuan sosial ( Rawlings dan Rubio, 2005). Karakteristik utama program

CCT adalah mensyaratkan perilaku yang harus dilakukan oleh penerima program. Perilaku tersebut umumnya terkait dengan upaya investasi sumber daya manusia (SDM), seperti pendidikan, kesehatan, dan perbaikan gizi anak-anak.

Program CCT pada skala besar di sejumlah Negara berpenghasilan menengah terbukti memenuhi tujuan dasar yaitu : (i) mengurangi kemiskinan, (ii) meningkatkan prestasi pendidikan, (iii) meningkatkan kesehatan ibu dan anak, (iv) mengurangi kekurangan gizi.

Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian terhadap program CCT. Pada tahun 2007, Indonesia melaksanakan uji coba Program Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah pemberian bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfers) bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Persyaratan

yang ditetapkan dalam PKH terkait dengan upaya peningkatan kualitas SDM, khususnya bidang pendidikan dan kesehatan. (BAPPENAS, 2009 ; 6)

(13)

kehadiran dalam proses belajar, minimal 85% dari hari efektif sekolah selama sebulan, selama tahun ajaran berlangsung. Meskipun berbagai strategi peningkatan akses sekolah kini telah tersedia, tetapi angka partisipasi sekolah di Indonesia, khususnya bagi anak-anak RTSM masih belum optimal. Dengan demikian, PKH Pendidikan menjanjikan peluang yang lebih baik bagi

anak-anak RTSM dalam mengakses pelayanan pendidikan (Buku pedoman operasional PKH Pendidikan, 2010).

Di Jawa Timur Program Keluarga Harapan (PKH) telah diselenggarakan di beberapa daerah Kabupaten dan Kota salah satunya adalah di Tuban, Kabupaten Tuban yang menerima bantuan PKH pada tahun 2010 dilaksanakan di 11 Kecamatan, yaitu Kecamatan Kenduruan, Kecamatan Bangilan, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Parengan, Kecamatan Rengel, Kecamatan Jenu, Kecamatan Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Grabagan, Kecamatan Widang, Kecamatan Tuban, dan Kecamatan Jatirogo.

Tabel 1.1

Data jumlah anak RTSM PKH Pendidikan yang mener ima bantuan di kecamatan Tuban

No Kelur ahan J umlah anak

RTSM

1 Kelurahan Sugiharjo 49

2 Kelurahan Sidorejo 43

3 Kelurahan Sumurgung 56

4 Kelurahan Kutorejo 47

5 Kelurahan Kingking 50

6 Kelurahan Perbon 47

7 Kelurahan Latsari 62

8 Kelurahan Doromukti 50

9 Kelurahan Ronggomulyo 58

10 Kelurahan Kebonsari 37

11 Kelurahan Sukolilo 46

12 Kelurahan Baturetno 56

13 Kelurahan Sendangharjo 42

(14)

15 Kelurahan Kembangbilo 55

16 Kelurahan Mondokan 49

17 Kelurahan Karangsari 53

Total 845

Sumber : UPPKH Tuban, 2011

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM) PKH bidang pendidikan, yang paling banyak menerima bantuan bidang pendidikan adalah di Kelurahan Latsari yaitu sebesar 62 RTSM, sedangkan yang paling sedikit ditempati oleh Kelurahan Kebonsari sebanyak 37 RTSM.

Terpilihnya Kelurahan Latsari sebagai lokasi penelitian adalah, dikarenakan pada data sekunder program keluarga harapan (PKH) khususnya pada bidang pendidikan terlihat adanya angka tingkat partisipasi pendidikan yang tinggi jika dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain yang ada di kecamatan Tuban. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Dalam Program

Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.

Dari fenomena-fenomena diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai bahan menyusun skripsi dengan judul :“PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN”

I.2. Perumusan Masalah

(15)

“Bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari

Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban ?”

I.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

diuraikan diatas maka tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa Bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban

I.4. Kegunaan penelitian a. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dalam menganalisa sutu masyarakat suatu masalah dengan menerapkan teori yang telah diperoleh dari literature serta membandingkan denga keadaan yang nyata di lapangan b. Bagi universitas

Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan guna kepentingan ilmiah serta menambah wawasan baru bagi mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

c. Bagi instansi

(16)
(17)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitia n Ter dahulu

Kajian empirik maupun dalam pengentasan kemiskinan telah banyak

dilakukan. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang menganalisis implementasi tentang kebijakan program pengentasan kemiskinan yang dijadikan sebagai acuan peneliti dalam melakukan penelitian :

1. Penelitian oleh Endah Purtiningtyas Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga Surabaya (2010) dengan tema

”IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BIDANG KESEHATAN DI KECAMATAN MEGALUH

KABUPATEN J OMBANG”. PKH adalah program yang dilaksanakan untuk pengentasan kemiskinan dan diperuntukkan bagi RTSM yang sedang hamil. Nifas atau memiliki anak balita. Tujuan dilaksanakan program ini adalah untuk meningkatkan tingkat kunjungan peserta ke fasilitas kesehatan terutama masalah kesehatan ibu dan anak yang diharapkan status kesehatan keluarga tersebut meningkat sehingga meningkat pula kualitas SDM dan memutus rantai kemiskinan. Namun demikian ternyata setelah tiga tahun dilaksanakannya PKH tingkat kunjungan ibu hamil dan balita ke fasilitas kesehatan kecamatan Megaluh kabupaten Jombang tetap tidak ada peningkatan.

(18)

faktor-faktor penyebab gagalnya PKH meningkatkan tingkat cakupan program kesehatan ibu dan anak di puskesmas Megaluh.

Sebagai landasan teori dari penelitian ini penulis menggunakan teori kebijakan publik, implementasi dan penjelasan pelaksanaan PKH di kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang, program dan hubungan antara

kemiskinan dengan kesehatan sebagai kebutuhan dasar

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif eksplanasi yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena dan mencari faktor-faktor apa yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi. Pengambilan sample dengan menggunakan teknik purposive snow ball sampling dengan populasi dan sample penelitiannya adalah implementorPKH yaitu pendamping PKH sebagai informan kunci, bidan desa dan kelompok sasaran PKH yang diwakili oleh ketua kelompok.

Dalam melakukan penelitian pengamatan dilakukan secara langsung pada sasaran dan prasarana posyandu dengan bidan desa sebagai penanggung jawab serta pasien PKH yang berkunjung ke posyandu dan puskesmas juga kegiatan pendamping PKH dilakukan wawancara yang berkaitan dengan implementasi kebijakan model George Edward III dengan jenis pertanyaan terbuka.

(19)

kartu PKH bahkan ada sebagian peserta yang tidak tahu kalau kartunya bisa digunakan untuk periksa kesehatan. Adanya PKH dalam implementasinya memang masuk kategori cukup baik akan tetapi peningkatan cakupan program kesehatan ibu dan anak masih belum tampak. Untuk mengetahui kenapa tidak ada peningkatan cakupan

program KIA diperlukan penelitian lebiih jauh. Peneliti menduga mungkin ini disebabkan oleh adanya ketidakcocokan antara target dan data riel. PKH memang merupakan program yang memaksa seseorang peserta untuk datang ke fasilitas kesehatan, akan tetapi kebiasaan untuk imunisasi ke posyandu dari peserta sudah merupakan kebutuhan sehingga ada dan tidak ada dana PKH mereka sudah aktif ke posyandu. Bila kita menilai keberhasilan PKH hanya dengan melihat dari sisi cakupan program KIA tampaknya memang kurang efektif akan tetapi mungkin sangat bermanfaat di bidang kesehatan.

(sumber : http://www.adln.lib.unair.ac.id)

2. Penelitian oleh Dedy R Limbong Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Sumatera Utara (2010) dengan tema ”IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN MEDAN BARU. Penelitian ini diarahkan pada untuk menggambarkan bagaimana proses Implementasi Keluarga Harapan (PKH) di kecamatan Medan Baru Kota Medan. Dan juga untuk mendeskripsikan kendala-kendala dalam pelaksanaan PKH di Kecamatan ini.

(20)

wawancara, penyebaran kuisioner dan studi kepustakaan. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dan yang menjadi informan utama berjumlah 20 orang.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum proses Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan

Medan Baru ini sudh cukup baik. Ini dapat dilihat dari setiap tahapan proses implementasinya yang berjalan dengan lancar, dengan sedikit kekurangan-kekurangan yang terjadi, dan tujuan serta sasaran PKH ini pun sudh tercapai dengan baik.( http://repository.usu.ac.id/ )

2.2. Landasan Teor i

Sebagai tolok ukur berpikir maupun bertindak maka teori sangat dibutuhkan dalam berpikir secara ilmiah karena teori merupakan suatu kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah untuk memberikan suatu landasan berpikir pada penulis dalam usahanya

untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. 2.2.1. Konsep Par tisipasi

2.2.1.1. Penger tian Par tisipasi

(21)

Menurut Florin dan Wandersman dalam Randy R. Wrihatnolo (2007 ; 181), partisipasi masyarakat adalah proses turut berpartisipasinya para individu, dalam pengambilan keputusan tentang institusi, program dan lingkungan yang mempengaruhi mereka.

Sedangkan pengertian partisipasi menurut Mubyanto dalam Abu Huraerah (2008 ; 96), pengertian dasar partisipasi adalah tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan pengertian partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan dimana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.

Sementara itu, Sulaiman dalam Abu Huraerah (2008 ; 96), mengungkapkan partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program serta usaha pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial didalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung jawab sosialnya.

(22)

2.2.1.2. Pengelompokan Par tisipasi Masyar akat

Ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama jika dikaitkan dengan praktik pembangunan masyarakat yang demokratis, sebagaimana dikemukakan Gaventa dan Valderama dalam Abu Huraerah (2008 ; 99), yaitu :

1. Partisipasi Politik

Representasi dalam demokrasi. Tujuannya untuk mempengaruhi dan mendudukkan wakil rakyat dalam lembaga pemerintahan daripada melibatkan langsung masyarakat dalam proses-proses pemerintahan

2. Partisipasi Sosial

Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat dipandang sebagai ”beneficari” pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pemantauan evaluasi program.

3. Partisipasi Warga

Pengambilan keputusan langsung dalam kebijakan publik. Warga berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses pemerintahan

Sementara menurut Najib dalam Abu Huraerah (2008 ; 100), jika dilihat dari penggunaannya partisipasi dapat dikelompokkan menjadi :

(23)

Melalui partisipasi, pemerintah diharapkan mampu menyusun berbagai kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan warga, serta mampu mendorong pengelolaan pemerintahan yang transparan, efektif, bertanggung jawab, dan efisien.

2. Partisipasi sebagai tujuan

Setiap warga negara memiliki hak untuk terlibat dalam menyusun berbagai kebijakan yang diharapkan berdampak pada kehidupannya.

2.2.1.3. Tingkatan Par tisipasi Masyar akat

Karena konsep partisipasi dalam perkembangannya memiliki makna yang luas dan memiliki arti yang berbeda-beda, bahkan apapun yang disebut ”partisipasi” maka untuk memudahkan memaknainya dapat digunakan tingkatan partisipasi. Menurut Asia Development Bank (ABD) seperti dikutip Soegijoko dalam Abu

Huraerah (2008 ; 100), tingkatan partisipasi sebagai berikut : 1. Berbagi informasi bersama

Pemerintah hanya menyebarluaskan informasi tentang program yang akan direncanakan atau sekedar memberi informasi mengenai keputusan yang dibuat dan mengajak warga untuk melaksanakan keputusan tersebut.

2. Konsultasi / mendapatkan umpan balik

(24)

3. Kolaborasi / pembuatan keputusan bersama

Masyarakat bukan sebagai penggagas kolaborasi, tetapi masyarakat dilibatkan untuk merancang dan mengambil keputusan bersama, sehingga peran masyarakat secara signifikan dapat mempengaruhi hasil / keputusan.

4. Pemberdayaan / kendali

Masyarakat memiliki kekuasaan dalam mengawasi secara langsung keputusan yang telah diambil dan menolak pelaksanaan keputusan yang bertentangan dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan prosedur dan indikator kinerja yang mereka tetapkan bersama.

2.2.1.4. Bentuk Par tisipasi

Dalam hubungannya dengan pelaku-pelaku yang terlibat dalam aktivitas pembangunan, Nelson dalam Tangkilisan (2005:323) menyebutkan adanya dua macam bentuk partisipasi, yaitu:

1) Partisipasi horizontal

Yaitu partisipasi diantara sesama warga atau anggota masyarakat, dimana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan pembangunan 2) Partisipasi vertikal

(25)

Selanjutnya Koentjaraningrat (2005;324) dalam hubungannya dengan program pembangunan mengemukakan bahwa partisipasi rakyat, terutama rakyat dalam pembangunan, menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda satu sama lain, yaitu:

1) Partisipasi dalam aktivitas bersama dalam proyek-proyek

pembangunan yang khusus

2) Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan

Dalam tipe partisipasi yang pertama, rakyat diajak dan dipersuasi untuk berpartisipasi dan menyumbangkan tenaga atau hartanya pada proyek-proyek pembangunan yang khusus, yang biasanya bersifat fisik. Contoh partisipasi tipe ini adalah mengeraskan atau melebarkan jalan desa, membuat irigasi, membuat jembatan, dan proyek penghijauan

Dalam tipe partisipasi yang kedua, tidak ada proyek aktivitas bersama yang khusus, tetapi ada proyek-proyek pembangunan yang biasanya tidak bersifat fisik dan memerlukan suatu partisipasi atas dasar kemauan sendiri.

Kedua tipe partisipasi diatas sangat diperlukan dalam usaha mencapai keberhasilan pembangunan.

2.2.1.5. Tahap-tahap Par tisipasi

(26)

yang dilaksanakannya, keenam bentuk tahapan partisipasi itu adalah sebagai berikut :

1) Partisipasi dalam atau melalui kontak dengan pihak lain sebagai titik awal pelaksanaan aktivitas tersebut

2) Partisipasi dalam memperlihatkan atau menyerap dan memberi

tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima, mengiyakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya

3) Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan, baik yang bersifat polotis yang menyangkut kepentingan mereka maupun dalam hal yang bersifat teknis

4) Partisipasi dalam hal pelaksanaan operasional pembangunan 5) Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan

hasil pembangunan

6) Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan anggota masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.2.1.6. Alasan utama pentingnya par tisipasi masyar akat

(27)

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak Negara, karena timbul anggapan merupakan suatu hak demokrasi jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

2.2.1.7. Keber hasilan Par tisipasi Masyar akat

Menurut Najib dalam Abu Huraerah (2008 ; 107), keberhasilan partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh :

1. Siapa penggagas partisipasi : apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah atau LSM. Non-government stakeholders berpeluang untuk lebih lanjut

(28)

3. Siapa yang memegang kendali : apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau lembaga donor. Jika pemerintah daerah atau LSM yang memegang kendali cenderung lebih berhasil, karena cenderung lebih mengetahui permasalahan, kondisi dan kebutuhan daerah atau masyarakatnya dibanding pihak luar

4. Hubungan pemerintah dengan masyarakat : apakah ada kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahnya, jika hubungan ini baik, partisipasi akan mudah dilaksanakan

5. Kultural : daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi dalam berpartisipasi (proses pengambilan keputusan melalui musyawarah) cenderung lebih mudah dan berlanjut.

2.2.2. Konsep Pember dayaan 2.2.2.1. Penger tian Pemberdayaan

Pemberdayaan menurut Kartasasmita dalam Mashoed (1995 ; 46), menyatakan bahwa memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat, yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan perkataan lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

(29)

Sedangkan pemberdayaan menurut Lyons, et al dalam dalam Randy R. Wrihatnolo (2007 ; 180), pemberdayaan masyarakat adalah proses yang dilalui agar masyarakat memperoleh kendali lebih besar akan urusan atau masalah mereka dan meningkatkan inisiatif yang berhubungan dengan nasib mereka sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kedudukan harkat dan martabat masyarakat dari perangkap kemiskinan dan menumbuhkembangkan segala kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk menjadi lebih baik dalam segala bidang kehidupannya

2.2.2.2.Tingkatan Pember dayaan

Secara bertingkat, keberdayaan masyarakat menurut Susiladiharti dalam Abu Huraerah (2008 ; 90) dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Terpenuhinya kebutuhan dasar

2. Penguasaan dan akses terhadap berbagai sistem dan sumber yang diperlukan

3. Dimilikinya kesadaran penuh akan berbagai potensi, kekuatan dan kelemahan diri dan lingkungannya

4. Kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan yang lebih luas

(30)

masyarakat dalam mengevaluasi dan mengendalikan berbagai program dan kebijakan institusi dan pemerintahan.

2.2.2.3.Langkah-langka h Pemberdayaan

Menurut Moeljarto (1993 ; 34) mengatakan bahwa ada beberapa langkah dalam pemberdayaan lapisan masyarakat miskin :

1) Pemberdayaan masyarakat merupakan prasarat bagi upaya penanggulangan kemiskinan. Langkah konkritnya adalah meningkatkan kesadaran kritis masyarakat atas posisinya dalam struktur tempat orang miskin tersebut tinggal.

2) Upaya memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin. Artinya, membiarkan kesadaran kritis orang miskin muncul untuk melakukan reorganisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidupnya. 3) Menanamkan rasa kebersamaan (egalitarian) dan memberikan

gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan konstruksi sosial.

4) Merealisasi perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh

5) Perlunya pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin

(31)

konsekuensinya, manakala kemiskinan dapat ditanggulangi, dengan demikian ketimpangan akan surut pula.

2.2.2.4. Tujuan Pember dayaan

Menurut Sumodiningrat dalam Mashoed (2004 ; 40) pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat bertujuan mencapai

keberhasilan dalam:

1) Mengurangi jumlah penduduk miskin

2) Mengembangkan usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

3) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya penongkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya 4) Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan

makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat

5) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Sedangkan menurut Wrihatnolo (2007;284), secara umum tujuan pemberdayaan masyarakat adalah :

(32)

2) Penyediaan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masyarakat 3) Pengembangan dan penguatan kapasitas individual dan institusi

masyarakat

4) Pengembangan ekonomi lokal

5) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan regulasi di daerah.

2.2.3. Konsep Kemisk inan 2.2.3.1.Penger tian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan. Berikut ini akan dijelaskan pengertian dan penyebab kemiskinan.

Menurut Sayogya yang dikutip oleh Mashoed (2004 : 38) Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada didalam standart kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dalam hidup sehat berdasarkan kebutuhan beras dan kebutuhan Gizi.

Pengertian kemiskinan menurut Mubyarto dalam Mashoed (1998 :4) adalah suatu kondisi serba kekurangan dari penduduk yang disebabkan oleh rendahnya keterampilan, produktifitas, pendapatan, lemahnya nilai tukar produksi dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan.

(33)

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana terbatasnya kemampuan yang dimiliki untuk dapat di kembangkan kearah yang lebih baik yang melibatkan faktor ekonomi, social, budaya dan politik.

Menurut Edi Suharto (2006 : 132), menunjukkan sembilan

kriteria yang menandai kemiskinan :

1. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan)

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi) 3. Ketiadaan jaminan masa depan (karma tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam.

6. Ketidak terlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Ketiadaan akses terhadap lapanagn kerja dan mata pencarian yang berkesinambungan.

8. Ketidak mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental

(34)

Sedangkan David Cox (2004:16) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi:

1. Kemiskinan yang di akibatkan globalisasi: Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah, pemenang umumnya adalah negara-negara maju, sedangkan negara-negara

berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan, kemiskinan subsisten (Kemiskinan akibat dari rendahnya pembangunan) kemiskinan pedesaan (Kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (Kemiskinan yang disebabkan Oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan)

3. Kemiskinan sosial kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas.

4. Kemiskinan konsekuensial.kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau factor-faktor eksternal diluar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.

2.2.3.2.Indikator Kemiskinan

Indikator kemiskinan menurut Kuncoro (2004 : 142) adalah sebagai berikut :

(35)

misal disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. BPS menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan perkapitasebulan untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2100 kalori perhari. Sedangkan pengeluaran minimum bukan makanan meliputi

pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa dengan kata lain BPS menggunakan dua macam pendekatan kebutuhan dasar (basic need approach) dan pendekatan heal count indeks.

2. Garis kemiskinan Sayogyo adalah nilai rupiah yang setara dengan 20 kg beras atau daerah perkotaan sebagai tingkat konsunsi perkapita setahun.

3. Hendra Esmara menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang dipandang adri sudut pengeluaran actual pada sekelompok mbarabg dan jasa esensial, seperti yang diungkap secara berturut-turut dalam Susensus.

4. Indikator Kemiskinan menurut orang Jawa, menurut Soetrisno (1997 : 40) antara lain :

a) Rumah reot

b) Tidak memiliki pakaian yang cukup baik. c) Tidak memiliki pekerjaan yang tetap. d) Tidak memiliki persediaan pangan. e) Tidak memiliki tanaga atau ternak besar.

(36)

1. Penghasilan rendah atau berada di bawah garis sangat miskin yang dapat di ukur dari tingkat pengeluaran per orang per bulan berdasarkan standar BP (Badan Pusat Statistik) per wilayah propinsi dan kabupaten/kota.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin

(seperti zakat/baras untuk orang miskin / santunan sosial)

3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggoata keluarga per tahun (hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap per orang per tahun.

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggoata keluarga yang sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya.

6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau di jual untuk membiayai kebutuhan hidup selama 3 bulan atau 2 kali batas garis sangat miskin.

7. Tinggal di rumah yang tidak layak di huni. 8. Sulit memperoleh air barsih.(Depsos : 2002 : 4) 2.2.3.3. Penyebab Kemiskinan

(37)

1. Faktor Internal

Faktor-faktor internal (dari dalam diri individu atau keluarga fakir miskin) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain berupa kekurang mampuan dalam hal :

a. Fisik (misalnya cacat, kurang gizi, sakit sakitan)

b. Intelektual (misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kurangnya informasi)

c. Mental emosional (misalnya malas, mudah menyerah, putus asa, temperamental)

d. Spiritual (misalnya tidak jujur, penipu, serakah, tidak disiplin)

e. Sosial Psikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, Depresi/stress, kurang relasi, kurang mampu mencari dukungan)

f. Keterampilan (tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja)

g. Asset (misalnya tidak memiliki Stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan, dan modal kerja)

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang eksternal (berada di luar diri individu atau keluarga) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain: a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar

(38)

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sector informal.

d. Kebijakan perbangkan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sector usaha mikro. e. Belum terciptanya Sistem ekonomi kerakyatan dengan

prioritas sektor riil masyarakat banyak

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal (seperti Zakat)

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian structural (Struktural Adjusment Program)

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.

i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.

j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi daerah yang belum merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

Menurut Rahardjo yang dikutip oleh jamasy (2004 : 37) menyebut ada 7 (tujuh) Faktor penyebab kemiskinan.

1. Kemiskinan disebabkan oleh kesempatan kerja (miskin karena menganggur atau tisak mempunyai pekerjaan)

(39)

4. Ketadaan asset menyebabkan tidak ada kesempatan untuk mrmgelola lahan

5. Diskriminasi, seperti diskriminasi jenis kelamin dan kelas social masyarakat.

6. Tekanan harga karena mekanisme permintaan dan penawaran

bebas.

7. Penjualan tanah (tanah yang potensi untuk masa datang, kehidupan keluarga telah habis dijual).

2.2.3.4.Bentuk-bentuk Kemiskinan

Menurut Mashoed (2004 : 79) bentuk-bentuk kemiskinan diantaranya :

1. Kemiskinan absolute

Yaitu apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum,antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relative

Adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi diatas garis kemiskinan, namun relative lebih rendah dari pendapatan masyarakat sekitarnya.

(40)

Adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

4. Kemiskinan cultural

Yaitu mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat

yang disebabkan oleh factor budaya seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.

Sedangkan Kemiskinan menurut Departemen sosial dapat dibagi menjadi 2 (dua) bentuk :

1 Kemiskinan Kronis (Chronic Poverty)

Adalah kemiskinan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun, atau di sebut juga dengan kemiskinan struktural. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang di kategorikan sebagai fakir miskin termasuk kategori kemiskinan kronis, yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh terpadu secara lintas sektor dan berkelenjutan. 2 Kemiskinan sementara (Transient povery)

(41)

kerja (PHK) kemiskinan sementara jika di tangani serius dapat menjadi kemiskinan kronis(Depsos, 2002:4)

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupun non makanan Yang disebut Garis kemiskinan

(Poverty line) atau batas Kemiskinan (Poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo perorang perhari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4)

2.2.3.5.Per angkap Kemiskinan

Menurut Mashoed (2004 : 86), Perangkap kemiskinan yaitu sebagai berikut :

1. Povert

Yaitu Keadaan miskin sehingga tidak mampu untuk membeli makanan yang cukup, jasmani lemah/tidak sehat, tidak bias bekerja produktif, pendapatan sedikit, pendidikan rendah, peluang kerja sedikit dan sebagainya.

2. Isolation

(42)

3. Powerlessness

Yaitu penduduk miskin tidak berdaya karena di eksploitasi oleh orang kaya, mereka tidak punya daya untuk memperoleh akses sumber-sumberdari negara atau pemerintah, tidak berdaya secara hukum/perlakuan hokum yang tidak adil, status sosialnya yang

rendah, suara orang miskin tidak terdengar, tidak punya akses politik dan sebagainya.

4. Vulnerability

Yaitu Kerentanan hidup karena miskin menyebabkan mereka sangat mudah terkena guncangan ekonomi sekecil apapun, untuk bias bertahan hidup seringkali terpaksa harus menjual atau menggadaikan asset produktifnya untuk bias makan atau memperoleh pengobatan sekedarnya.

5. Physical weakness

Yaitu pendududkan yang fisiknya lemah tidak mungkin dapat bekerja secara produktif, sering sakit dan tidak cukup makan. Hal ini akan memperlemah aktifitas mereka diperbagai bidang sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.

2.2.4.Konsep Pendidikan 2.2.4.1. Penger tian Pendidikan

(43)

diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya. Menurut Jhon Deway dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001 ; 69) Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah

alam dan sesama manusia.

Darnelawati (1994;124) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk proses pembelajaran dan pembentukan pola pikir suatu individu untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara intelektual

2.2.4.2. Tujuan Pendidikan

(44)

Sedangkan menurut TAP MPR No II/MPR/1993, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional dan sehat jasmani dan rohani.

2.2.5.Konsep Pr ogr am Keluar ga Har apan (PKH)

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial, Pemerintah Indonesia akan melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH dikenal di negara lain dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. PKH bukan merupakan kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga sangat miskin (RTSM) mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM.

PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan di Indonesia diharapakan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium ( Buku Pedoman PKH 2007)

(45)

bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

PKH memberikan bantuan tunai kepada RTSM yang mewajibkan RTSM tersebut mengikuti persyaratan yang ditetapkan program yaitu: (i) menyekolahkan anaknya di satuan pendidikan dan menghadiri kelas minimal 85% hari sekolah atau tatap muka dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung, dan (ii) melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan bagi anak usia 0-6 tahun, ibu hamil dan ibu nifas.

(46)

.PKH akan memberi manfaat jangka pendek dan panjang. Untuk jangka pendek PKH akan memberikan income effect kepada RTSM melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga. Untuk jangka panjang memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan

kapasitas pendapatan anak dimasa depan (price effect anak keluarga miskin), serta memberikan kepastian kepada anak akan masa depannya (insurance effect). Dengan PKH diharapkan RTSM penerima bantuan memiliki akses yang baik untuk memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan, dan gizi termasuk menghilangkan kesenjangan sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial yang selama ini melekat pada diri warga miskin.

PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat Kabupaten/Kota dan Pendamping PKH. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin keberhasilan PKH. Mereka adalah :

1. UPPKH Pusat

Merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan

2. UPPKH Kabupaten/Kota

(47)

mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan

3. Pendamping

Merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan

maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas pendamping termasuk di dalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. (http://www.depsos.go.id).

Dalam pelaksanaan PKH terdapat tim koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT. POS yang bertugas menyampaikan informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan dan seterusnya serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung.

Selain tim ini, juga terdapat lembaga lain di luar struktur

yang berperan penting dalam pelaksanaan PKH, yaitu lembaga pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tiap kecamatan dimana PKH dilaksanakan.

2.2.6. Kerangka Ber pikir

(48)

PKH terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), khususnya bidang pendidikan dan kesehatan.

Tujuan PKH Pendidikan adalah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah, khususnya bagi anak-anak RTSM, serta untuk mengurangi angka pekerja anak di Indonesia. Untuk mencapai tujuan

ini, PKH Pendidikan berupaya memotivasi RTSM agar mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah dan mendorong mereka untuk memenuhi komitmen kehadiran dalam proses belajar.

PKH bidang pendidikan akan berpengaruh langsung pada partisipasi mereka dalam pendidikan dan memenuhi komitmen kehadiran 85%. Diharapkan diantara kedua intervensi yaitu intervensi kesehatan dan intervensi pendidikan dalam jangka panjang akan akan memberdayakan RTSM dan meningkatkan kualitas SDM.

(49)

Gambar 2.1 Kerangka Ber pikir

Sumber : Pedoman Operasional Pelayanan Pendidikan-PKH, 2010 Keputusan

Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Nomor : 01/BJS-BS.08.04/V/2007

Tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

PKH Kesehatan PKH Pendidikan

Partisipasi RTSM dalam bidang Pendidikan :

Pemberdayaan RTSM dan Kualitas SDM Meningkat

1. Partisipasi anak RTSM dalam meningkatkan rata-rata lama sekolah 2. Partisipasi anak RTSM dalam satauan

pendidikan (sekolah)

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.J enis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor dalam Moleong, 2007 : 4), penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut pendapat tersebut, pendekatan penelitian diharapkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.

Sedangkan menurut Moleong (2004:4) bahwa pendekatan kualitatif diarahkan pada situasi dan individu tersebut secara holistic (utuh) dalam hal peneliti tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai suatu keutuhan.

(51)

sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Sehingga dalam penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan dan ingin mengetahui tentang Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban

3.2. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.

Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah dimana masalah penelitian dijadikan sebagai acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian bisa berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif digunakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban Adapun aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

(52)

1. Partisipasi rata-rata lama sekolah bagi anak RTSM

Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang dicapai masyarakat di suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Rata-rata lama sekolah dimaksudkan untuk mengetahui Rata-rata-Rata-rata lama

sekolah anak RTSM yang telah bersekolah pada jenjang pendidikan (SD dan SLTP)

2. Partisipasi anak RTSM dalam satuan pendidikan (sekolah)

Partisipasi dalam suatu kegiatan penting diketahui, dengan mengetahui tingkat partisipasi tersebut dapat dinilai apakah kegiatan tersebut disukai masyarakat atau tidak disukai masyarakat. Semakin besar tingkat partisipasi suatu program pendidikan berarti program tersebut berkualitas. Sebaliknya, kurang dan peserta banyak berhenti dalam proses pelaksanaan tersebut, berarti program tersebut tidak berkualitas. Adanya Partisipasi anak RTSM dalam satuan pendidikan (sekolah) guna untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah pada jenjang pendidikan (SD dan SLTP)

3. Kehadiran anak RTSM di sekolah

Jika anak sudah terdaftar di satuan pendidikan, anak harus mengikuti kehadiran dikelas minimal 85% dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung.

3.3.Lokasi Penelitian

(53)

memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Kabupaten Tuban. Terpilihnya lokasi ini adalah dikarenakan pada data sekunder program keluarga harapan (PKH)

khususnya pada bidang pendidikan terlihat adanya angka tingkat partisipasi pendidikan yang tinggi jika dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain yang ada di kecamatan Tuban. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam PKH pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.

3.4.Sumber Da ta

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Informan Kunci (Key Person)

(54)

1. Pegawai Kelurahan Latsari

2. Pendamping PKH Kelurahan Latsari 3. RTSM PKH Pendidikan Kelurahan Latsari 2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa dimana fenomena yang terjadi atau yang

pernah terjadi berkaitan dengan fokus penelitian di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban.

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber daya yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain meliputi : ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mengenai pelayanan, data mengenai data monografi penduduk, jumlah masyarakat, dan lain sebagainya.

Adapun jenis penelitian dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua jenis data, yaitu :

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung diberikan data kepada pengumpul data. Adapun data yang diperoleh dari sumber data primer adalah dari observasi atau wawancara

2. Sumber Sekunder

(55)

Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5.Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat dari penelitian adalah pencarian data yang nantinya dianalisa dan

diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen.

Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :

1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan baik dengan informan (Moleong, 2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian guna memperoleh gambaran aktifitasnya dengan membawa surat ijin penelitian Universitas Pembangunan Nasional.

2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)

(56)

makna intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban

3. Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)

Setelah kedua langkah diatas maka peneliti melakukan pengumpulan data, dimana teknik yang digunakan adalah :

a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dengan informan.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan tentang Program Keluarga Harapan.

c. Pengamatan (Observation)

Teknik ini dilakukan untuk mengungkap dan memperoleh deskripsi secara utuh degan pengamatan langsung dengan masyarakat.

3.6. Analisis Data

(57)

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam

model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut : 1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatubentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya akan direduksi, dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui proses penyuntingan, pemberian kode, dan pembuatan tabel).

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan sebagai pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data yang ada.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

(58)

dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentative namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi terus menerus

akan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang bersifat grounded (dasar).

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Gambar 3.2

Analisis Model Inter aktif Menur ut Miles dan Huber man

Sumber : Analisis data kualitatif Miles dan Huberman (1992:20) Penterjemah : Tjetjep Kohandi Rohidi

3.7. Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaannya atau kebenarannya dari hasil penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif, standar tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2004:324). Untuk

Pengumpulan Data

Kesimpulan dan verifikasi

(59)

menetapkan keabsahan data maka diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriterium derajat kepercayaan menggantikan

konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini berfungsi untuk melakukan

inkuiri (penyelidikan) sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai serta untuk menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya, jika ia ingin membuat penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut.

3. Kebergantungan (Dependability)

(60)

karena keterbatasan yang dimiliki atau bisa juga karena keletihan, untuk itu digunakan kriterium ini dimana konsepnya lebih luas daripada rehabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada rehabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang

tersangkut. Hal tersebut akan dibahas dalam konteks pemeriksaan. 4. Kepastian (Conformability)

(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar an Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambar an Umum Kelur ahan Latsar i

Kelurahan Latsari merupakan kelurahan yang berada dalam wilayah administratif Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Secara geografis, Kelurahan Latsari terletak 3 meter dari permukaan laut, curah hujan sebanyak 90 mm/tahun, dan mempunyai suhu rata-rata 35 oC. Kelurahan ini termasuk dalam wilayah dataran rendah, dengan luas total 191 Ha yang meliputi 6 RW dan 28 RT.Batas wilayah Kelurahan Latsari adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Karangsari/Desa Sugihwaras.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo/Desa

Kembangbilo.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Perbon.

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ronggomulyo, Kelurahan Sidorejo, dan Kelurahan Kinking.

4.1.2. Visi dan Misi K elur ahan Latsar i

Selanjutnya, dalam menjalankan fungsinya maka Kelurahan Latsari memiliki visi dan misi sebagai berikut:

(62)

Visi Kelurahan Latsari adalah “ mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat melalui pembangunan partisipatif ”.

a) Yang dimaksud dengan kesejahteraan dalam visi ini yaitu mengacu pada masyarakat yang maju, agamis, dan produktif dengan kondisi lingkungan yang aman, tertib dan nyaman,

b) Sementara kemandirian yaitu kondisi di mana masyarakat memiliki kemampuan secara swadaya memnuhi kebutuhan dasar dalam kehidupannya, terutama di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan,

c) Adapun pembangunan partisipatif adalah proses dimana kegiatan pembangunan baik fisik maupun non fisik dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat yang dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan hasil-hasil kegiatan

Hal ini sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Tuban, yaitu: terwujudnya masyarakat Tuban yang lebih maju, religius, sejahtera, dan bermartabat dalam tata pemerintahan yang kreatif dan bersih

2. Misi Kelur ahan Latsar i

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkeadilan;

(63)

c. Peningkatan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing global berbasis pertanian, perdagangan, industi, pariwisata serta jasa secara berkelanjutan;

d. Meningkatkan kemandirian generasi muda perempuan dan kesetaraan gender serta perlindungan anak;

e. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam semua aspek kehidupan.

4.1.3. Tugas dan Fungsi Pokok Kelur ahan Latsar i

Dalam peraturan Bupati Tuban Nomor 53 Tahun 2008, dirumuskan bahwa kelurahan mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan otonomi daerah di bidang pemerintahan, pembangunan, sosial budaya, dan kemasyarakatan di tingkat Kelurahan. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut maka kelurahan mempunyai fungsi: 1. Penyusunan rencana dan pengorganisasian kegiatan Kelurahan; 2. Pelaksanaan kooordinasi terhadapa jalannnya pemerintahan

Kelurahan/pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat; 3. Pelaksanaan tugas dan di bidang pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan Kelurahan;

4. Pelaksanaan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya masyarakat;

5. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayahnya;

6. Pengendalian dan pengawasan kegiatan Kecamatan;

(64)

8. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Bupati. 4.1.4. Kependudukan Kelur ahan Latsar i

Berdasarkan data monografi pemerintahan Kelurahan Latsari tahun 2011, dapat diketahui sebagai berikut :

4.1.4.1. J umlah Penduduk Ber dasarkan J enis Kelamin

Data mengenai jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Latsari tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin berjumlah 6.610 jiwa, sebagaimana yang tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

J umlah Penduduk Ber dasar kan J enis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase (%)

1 Laki – laki 3.266 49,41

2 Perempuan 3.344 50,59

Jumlah 6.610 100%

Sumber : Monografi Kelurahan Latsari Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk di wilayah Kelurahan Latsari berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 3.344 orang atau 50,59% hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran di setiap kepala keluarga di Kelurahan Latsari didominasi oleh perempuan dan disebabkan juga karena adanya faktor genetik (keturunan). 4.1.4.2. J umlah Penduduk Ber dasar kan Agama dan Keper cayaan

Gambar

Tabel 1.1 Data jumlah anak RTSM PKH Pendidikan  yang menerima
Gambar 3.2 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Pendidikan
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk usaha dan/atau kegiatan yang menjadi kewenangan Pusat, Menteri melakukan verifikasi permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan menetapkan permohonan

Untuk melakukan unggah “Borang Capaian Hasil Penelitian” maka peneliti WAJIB MELENGKAPI TERLEBIH DAHULU ISIAN STANDARD yang telah disiapkan.

Menggunakan dan mengembangkan kebebasan akademik secara bertanggungjawab guna mendalami ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan umum sesuai dengan ketentuan yang

Akan tetapi, jika mempertimbangkan hasil uji kesukaan konsumen dengan organoleptik serta kemasan yang baik berdasarkan hasil dari penelitian ini serta umur simpan produk

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan IMT (Indeks Masa Tubuh) dan Lingkar perut (LP) dengan kadar Low density Lipoprotein (LDL) pada pasien

Beton aspal adalah tipe campuran pada lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural dengan kualitas yang tinggi, terdiri atas agregat

Jika preseden yang lebih awal adalah benar-benar mengikat, tetapi sulit atau tidak mungkin untuk membedakannya maka ada satu cara lain untuk menghindari

Tabel 3, dapat dilihat rata-rata gejala risiko perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 10,88,