Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “Advokat Kor uptor =Kor uptor ”)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memper oleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur
DISUSUN OLEH : MELATI KUSUMA DEWI
0943010113
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “Advocat Kor uptor =Kor uptor ” Oleh :
MELATI KUSUMA DEWI NPM. 0943010113
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal 20 J uni 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1.
Z. ABIDIN ACHMAD, M.Si, M.Ed IR. DIDIEK TRANGGONO, M.Si
NPT . 373059901701 NIP . 1 9581225 199001 1001
2.
DRA.SUMARDJ IATI,M.Si NIP . 1 9620323 199309 2001 3.
Z. ABIDIN ACHMAD, M.Si, M.Ed NPT . 373059901701
Mengetahui, WS. D E K A N
SKRIPSI
DISUSUN OLEH : MELATI KUSUMA DEWI
0943010113
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” J AWA TIMUR
Nama Mahasiswa : Melati Kusuma Dewi Setiawati
NPM : 0943010113
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi :
Menyetujui Pembimbing Utama
Z. Abidin Achmad M.Si, M. Ed NPT. 373059901701
Mengetahui Dekan
dengan limpahan ramat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor”.
Penulisan proposal ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jawa Timur.
Dalam proses penyelesaian proposal ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini :
1. Allah SWT thank’s for everthing in my life.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Dra. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai ketua Program Studi Ilmu Komunikasi (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
6. Zainal Abidin Achmad, S.Sos, M.Si, M.Ed, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan dan masukannya.
dukungannya, dan cintanya :3 :**.
10.Buat temen lamaku Devy Octaviani (Opel) dan Rosalina Dwi (Neng), you’re rock :*.
11. For all the players of Satria Muda Britama Jakarta and especially for Arki Dikania Wisnu = kamu semangatku, keep cool, and best in the world :*.
12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan : thankyou very much, much much :3.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari penelitian ini. Besar harapan penulis, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI. ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL... xi
ABSTRAKSI ... xiv
BAB 1 PE NDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.5. Sikap ... 22
2.2.6. Kontroversi Program Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 24
2.2.7. Teori S.O.R ... 26
2.3. Kerangka Berpikir ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
3.1.1. Sikap ... 32
3.1.2 Masyarakat Surabaya ... 35
3.1.3. Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” ... 35
3.2. Pengukuran Variabel ... 38
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.3.1 Populasi ... 40
3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 41
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 42
4.1.2 Demografi kota Surabaya ... 45
4.1.3 Tayangan talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat koruptor = koruptor” di TV One ... 46
4.2 Penyajian data ... 48
4.2.1 Karakteristik responden... 48
4.2.1.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 49
4.2.1.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 49
4.2.1.3 Pertanyaan tentang media ... 50
4.2.2 Aspek kognitif... 51
4.2.3 Aspek afektif ... 59
4.2.4 Aspek konatif ... 68
4.2.5 Pengelompokkan responden berdasarkan keseluruhan aspek ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
1. Kuesioner ... 81
2. Hasil Kuesioner Kognitif ... 83
3. Hasil Kuesioner Afektif... 84
4. Hasil Kuesioner Konatif ... 85
4.2 Krakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49 4.3 Menonton Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC)
“Advokat Koruptor = Koruptor” ... 50 4.4 Mengetahui klarifikasi Denny Indrayana atas pernyataannya bahwa Advokat Koruptor = Koruptor ... 52 4.5 Mengetahui penghinaan yang dilakukan
Indra Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana dalam
tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 53 4.6 Mengetahui penghinaan yang dilakukan
Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana
dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 55 4.7 Mengetahui O.C Kaligis telah melaporkan Denny Indrayana
ke Polda Metro Jaya terkait penghinaan terhadap profesi advokat... 57 4.8 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Kognitif ... 58 4.9 Suka dengan penjelasan pernyataan Denny Indrayana mengenai
Advokat koruptor=koruptor ... 60 4.10 Merasa tidak suka dengan cara mengkritik yang dilakukan
Indra Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana dalam
Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor”
yang mendapat teguran dari KPI... 66
4.13 Pengelompokan responden berdasarkan aspek afektif ... 67
4.14 Setujukah pernyataan Denny Indrayana mengenai Advokat Koruptor= Koruptor ... 68
4.15 Tidak seharusnya terjadi penghinaan yang dilakukan oleh Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 70
4.16 Setuju terhadap saran-saran yang diberikan narasumber terhadap tema “Advokat Koruptor=Koruptor” ... 71
4.17 Memberi masukan yang membangun terhadap talk show ILC... 73
4.18 Pengelompokkan responden berdasarkan aspek konatif ... 74
Sur abaya Ter hadap Tayangan Indonesia Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “ Advoka t Kor uptor =Kor uptor ” )
This study was conducted to determine public attitudes toward programs Surabaya Indonesia Lawyers Club (ILC) in Tv One after reprimanded by the Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Surabaya public attitudes from the aspects of cognitive, affective and conative. The theory used in this study is the theory of Stimulus, Organism, Response (SOR). Approach in research is quantitative, with descriptive research. The method used in this study is a survey method of data collection in the form of a questionnaire. Respondents in this study are planted 100 people and sampling technique used was non-probability sampling technique that is purposive sampling. The results of this study indicate that public attitudes towards programs Surabaya Indonesia Lawyers Club (ILC) after receiving a warning from KPI is neutral with a percentage of 56%. This means that people still watch the show Surabaya Indonesia Lawyers Club (ILC) and just watch just for entertainment.
Keywor ds: Attitudes, Program Indonesia Lawyers Club (ILC)
ABSTRAKSI
MELATI KUSUMA, SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN
INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) 29 AGUSTUS 2012 “ ADVOKAT
KORUPTOR=KORUPTOR” (Studi Deskr iptif Kuantita tif Sika p Masyar aka t Sur abaya Ter hadap Tayangan Indonesia Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “ Advoka t Kor uptor =Kor uptor ” )
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di Tv One setelah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sikap masyarakat Surabaya dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Stimulus, Organism, Respon (S-O-R). Pendekatan dalam penelitian in adalah kuantitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pengumpulan data berupa kuesioner. Responden dalam penelitian ini berjunlah 100 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik non probability sampling yaitu purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat Surabaya terhadap program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) setelah mendapat teguran dari KPI adalah netral dengan presentase sebanyak 56%. Hal ini berarti bahwa masyarakat Surabaya tetap menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) dan hanya menonton sekedar untuk hiburan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Globalisasi media massa berawal pada kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi semenjak dasawarsa 1970-an. Dalam pengertian
itulah kita bertemu dengan beberapa istilah populer, seperti banjir
komunikasi, era informasi, masyarakat informasi atau era satelit. Arus
informasi meluas ke seluruh dunia, globalisasi informasi dan media massa
pun menciptakan keseragaman pemberitaan maupun preferensi acara liputan.
Semua bangsa di muka bumi saat ini telah bersiap-siap memasuki abad baru,
yaitu abad 21, dengan tren perubahan dan perkembangan dunia teknologi
komunikasi dan informasi yang spektakuler (Kuswandi, 1996:1-2).
Media audio visual televisi muncul karena perkembangan teknologi.
Kehadirannya setelah beberapa penemuan seperti telepon, telegraf, fotografi
serta rekaman suara. Media televisi ada setelah radio dan media cetak. Dalam
penemuan televisi, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang
terlibat baik perorangan maupun perushaan. Televisi adalah karya massal
yang dikembangkan dari tahun ke tahun (Badjuri, 2010:6).
Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar,
yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry
dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi
Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society An Incuest
and Agenda” (1965), dibandingkan media massa lainnya (radio, surat kabar,
majalah, buku, dan sebagainya) televisi mempunyai sifat istimewa. Televisi
merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat
besar karena bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan, atau
gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata (Badjuri, 2010:6).
Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton televisi dapat
menikmati acara televisi sambil duduk santai menyaksikan berbagai
informasi. Penyampaian pesan ini seolah-olah langsung antara komunikator
dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, dengan mudah
dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
Pesan-pesan yang disampaikan langsung mempengaruhi otak, emosi,
perasaan, dan sikap pemirsa.
Televisi merupakan media massa yang mengalami perkembangan
paling fenomenal di dunia. Meski televisi lahir paling belakangan dibanding
media cetak dan radio, namun akhirnya televisilah media yang paling sering
diakses oleh masyarakat.
Kehadiran teknologi televisi, mempengaruhi kehidupan manusia
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan
keamanan negara. Batas-batas negara pun tidak sulit untuk diterjang, karena
media televisi dapat hadir di dunia maya. Karena itu, bila informasi media
televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat Amerika
ditemukan bahwa hampir setiap orang di benua menghabiskan waktunya
antara 6 sampai 7 jam per minggu untuk menonton televisi. Di Australia,
anak-anak rata-rata terlambat bangun pagi lantaran banyak menonton televisi
di malam hari. Sementara di Indonesia, pemakaian televisi di kalangan
anak-anak juga meningkat, terutama pada waktu libur. Bahkan bisa melebihi
delapan jam per hari (Suryawati, 2011:45-46).
Kelebihan dari pesawat televisi ialah dengan adanya satelit
komunikasi, cakrawala informasi menjadi semakin luas. Peristiwa di satu
tempat, dapat dilihat di tempat lain melalui televisi dengan pola teknolgi baru
yaitu Direct Broadcasting Satelite (Badjuri, 2010:6).
Kelebihan lain yang melekat pada televisi seperti dari segi kecepatan
liputan berita, televisi sudah jauh meninggalkan surat kabar. Kalau surat
kabar menyiarkan berita yang telah lewat, maka televisi dapat menayangkan
seketika itu juga. Hal ini menyebabkan televisi menjadi media paling populer
di kalangan masyarakat (Kuswandi,1996:10). Tak heran, jika televisi telah
mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang.
Kelemahan dari pesawat televisi ialah pesan atau informasi yang
disampaikan melalui televisi bersifat cepat dan sekilas, media televisi terikat
oleh waktu, biaya produksi relatif lama dan mahal
dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan langsung, hal ini dikarenakan
massa dari televisi sangat luas dan heterogen.
Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada
tahun 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya Asian Games di Jakarta.
Sejak itulah Televisi Republik Indonesia (TVRI) menyiarkan pembukaan
pesta olahrga se-Asia hingga selesai. Dari sanalah dimulainya dunia
pertelevisian di Indonesia, dan dari tahun ke tahun dunia pertelevisian
Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini di buktikan dengan banyaknya
stasiun televisi baru yang muncul hingga sekarang.
Saat ini jumlah televisi nasional di Indonesia ada sekitar 12 televisi
nasional, yaitu Antv, Global TV, Indosiar, Metro TV, MNCTV, RCTI,
SCTV, Trans TV, Trans 7, tvOne, TVRI, Kompas TV. Pendidikan
masyarakat Indonesia makin baik, diharapkan menjadi penangkal masuknya
unsur-unsur negatif dari acara-acara yang disajikan media televisi. Melihat
banyaknya acara maka secara tidak langsung, masyarakat telah terpropaganda
oleh media televisi.
Program acara yang yang ada di televisi-televisi Indonesia adalah
diantaranya Sinetron, Sinetron Religius, Remaja dan Anak-anak, Berita,
Berita Kriminal, Kuis dan Games Show, Infotainment, Reality Show, Talk
Show, Tayangan Hantu, Lawak atau Komedi, Lewat Jam Malam, Kesenian
Tradisional, Musik, dll (Wirodono, 2006). Dari berbagai macam program
pemirsa bebas memilih program acara tersebut sesuai dengan yang disukai
atau sesuai kebutuhan.
Ditengah banyak tayangan-tayangan stasiun televisi kita yang telah
mengalami banyak kemunduran, yang mana kebanyakan stasiun televisi kita
saat ini berorientasi hanya untuk mengejar rating dan keuntungan saja, hingga
meninggalkan fungsi utama dari televisi itu sendiri yaitu komunikasi,
informasi, serta edukasi. Tayangan televisi saat ini banyak memberikan
dampak negatif daripada dampak positifnya, karena apa yang ditayangkan
televisi sangat bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat yang
menontonnya. Contohnya dari serial sinetron remaja saat ini, sering kali kita
melihat bagaimana model seragam sekolah yang tidak sesuai dengan norma
kesopanan yang ada. Seperti baju dikeluarkan, rok yang pendek, dll. Contoh
lagi seperti tayangan reality show saat ini, tayangan reality show lebih banyak
menampilkan dramatik yang terlalu dibuat-buat dengan tujuan memunculkan
emosi-emosi spontan tidak terkendali, di luar dugaan, yang bisa merangsang
syaraf keharuan, syaraf tawa bagi masyarakat yang menonton acara reality
show tersebut
(http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/05/02/pencerahan-dari-indonesia-lawyers-club-ilc-454376.html).
Selain sinteron remaja dan reality show yang marak di industri televisi
Indonesia adalah talk show. Talk show adalah sebuah program televisi atau
radio dimana seseorang atau grup berkumpul bersama untuk mendiskusikan
moderator. Acara talk show ini dikemas dengan cara dan konsep yang
berbeda-beda untuk setiap stasiun televisi. Ada talk show yang dikemas
secara komedi dan ada juga yang dikemas secara serius tetapi tetap santai.
Tema-tema dari setiap talk show pun berbeda-beda di setiap stasiun televisi,
tetapi kebanyakkan yang dijadikan tema adalah seputar kehidupan selebritis
Indonesia. Contohnya adalah Bukan 4 Mata, Mel’s Update, Follow Cagur,
Show Imah, dll. Dari beberapa talk show tersebut, ada satu talk show yang
beda. Indonesia Lawyers Club (ILC) merupakan talk show yang membahas
tema berbeda dengan talk show yang lain, yakni membahas situasi terkini
Indonesia terutama tentang politik dan pemerintahan Indonesia.
Acara ILC yang tayang setiap hari selasa pukul 19.30 WIB, setiap
tayangannya menghadirkan pakar-pakar ternama, pengamat-pengamat
ternama, pakar bidang lain, dosen, mahasiswa, bahkan pejabat yang terkait
dengan topik yang diangkat. Sehingga sering terjadi perdebatan diantara
orang-orang yang pakar dibidangnya serta berkompeten untuk mengomentari
persoalan-persoalan aktual yang menjadi topik diskusi.
Maka setidaknya dari melihat tayangan ILC, masyarakat atau
penonton mendapatkan pencerahan dari setiap topik yang diangkat. Tetapi
tidak jarang perdebatan yang terjadi menggunakan emosi, bahkan sampai
menyinggung masalah pribadi antara pakar yang terlibat perdebatan tersebut.
Tetapi ketika perdebatan dinyatakan selesai oleh host ILC yaitu Bang Karni,
maka ketegangan yang terjadi pun selesai dan tidak berujung sampai diluar
Perbedaan pendapat diantara para pakar dan narasumber itu tidak
sedikit yang menggunakan kata-kata yang kasar dan tidak enak didengarkan.
Hal ini menyebabkan ILC seringkali melanggar peraturan Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI), karena ILC dianggap sengaja membiarkan perdebatan yang
sudah diluar topik acara terjadi diantara para pakar.
KPI dalam rapat plenonya memutuskan member teguran tertulis pada
program ILC tvOne. Program yang kerap membahas topic terkini itu
diberikan sanksi administrative berupa teguran tertulis karena menayangkan
adegan yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012.
Seperti dalam tema kasus ILC edisi 29 Agustus 2012 Advokat
Koruptor = Koruptor, saat Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea
yang mengomentari pernyataan dari Denny Indrayana mengenai beberapa
advokat yang berbau rasis dan tidak beretika. Contohnya Indra Sahnun Lubis
dengan kalimat “kalau seperti yang dikatakan Denny ini, pantasnya itu
menjadi sebagai penjaga mesjid ajalah. Kalau liat dari mukanya dan matanya
berbicara, saya melihat seperti ada gangguan jiwa pada dirinya. Jadi nggak
pantaslah dia jadi Wamen, dari orangnya, bentuk tubuhnya nggak pantas”.
Ada juga komentar dari Hotman Paris Hutapea dengan kalimat “ini sudah
bukti nyata, pada saat dia masih miskin, pada saat dia belum dapat jabatan,
dia begitu gencar menyerang istana. Dia itu ngomong nggak pakai otak”.
Atas kejadian ini menyebabkan ILC mendapatkan surat teguran dari KPI,
pernyataan narasumber yang mengandung penghinaan terhadap orang dan
atau kelompok masyarakat tertentu.
Arthur Miller (seorang filsuf) pernah mengatakan, sebuah media
massa yang baik adalah sebuah bangsa yang berbicara kepada dirinya sendiri.
Media massa yang ketakutan adalah sebuah bangsa yang berbohong kepada
dirinya sendiri. Maksud dari pernyataan ini adalah media massa yang baik
adalah media massa yang bisa bersikap objektif terhadap pemberitaan
apapun. Tentu saja hal ini sulit, karena bersikap objektif berarti harus mau
dan mampu untuk meninggalkan nilai-nilai pendorong subjektivitas yang
sudah terlanjur melekat dalam diri kita.
Media massa tanpa disadari merupakan media yang paling bisa
memberikan pengaruh yang besar kepada masyarakat, khususnya media
televisi, karena televisi merupakan media yang paling banyak dan paling
mudah dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Semakin sering suatu
berita atau informasi ditayangkan oleh televisi, maka dengan cepat berita atau
informasi itu bisa menjadi bahan pembicaraan dikalangan masyarakat atau
yang lebih parahnya bisa mempengaruhi masyarakat.
Sebagai suatu program acara televisi dapat dikatakan diterima pemirsa
televisi dan terjaga eksistensinya apabila respon yang diterima pemirsa
televisi terhadap program ILC ini positif atau negatif. Salah satu cara untuk
mengetahui respon yang diberikan oleh pemirsa televisi terhadap acara ILC
adalah mengetahui sikapnya. Menurut Tri Dayakisni (2006:114-115) sikap
kognitif berkaitan dengan keyakinan, kepercayaan, dan pengetahuan terhadap
suatu objek. Dengan meneliti komponen kognitifnya, maka dapat mengetahui
pengetahuan responden terhadap masalah-masalah yang terjadi di Indonesia.
Komponen afektif berkaitan dengan perasaan suka atau tidak suka pemirsa
televisi terhadap tayangan ILC. Sedangkan konatif merupakan komponen
yang berkaitan dengan perilaku yang ditunjukan pemirsa televisi terkait
dengan talk show ILC.
Sikap merupakan perwujudan respon dari komunikan terhadap
stimulus yang diterima. Bila sikap pemirsa televisi terhadap tayangan talk
show ILC bagus, maka program tersebut akan semakin eksis tayang
ditelevisi. Peneliti mengambil penelitian sikap masyarakat Surabaya terhadap
tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor”, karena ILC merupakan
program talk show yang cukup banyak mengundang pro dan kontra serta
cukup banyak peminatnya.
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang
telah menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor
= Koruptor” dan yang berusia diatas 17 tahun keatas. Peneliti memilih
responden yang berusia 17 tahun keatas, dengan alasan usia ini seseorang
telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterempilan dalam
menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang
realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan
Berdasarkan uraian yang ada tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Sikap
Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC)
“Advokat Koruptor = Koruptor” di TvOne.
1.2. Perumusan Masalah
Berawal dari latar belakang yang telah penulis jabarkan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia
Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” di TvOne?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat tentang tayangan
dari salah satu tema acara ILC “Advokat Koruptor = Koruptor” yang ditegur
KPI.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah
penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori
komunikasi tentang pemahaman pesan yang dikemas oleh media
b. Secara Pr aktis
Kegunaan prkatis yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar
pihak-pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama dapat
mengambil manfaat, selain itu juga bisa dijadikan bahan evaluasi bagi para
pemirsa televisi dalam menyikapi sebuah tayangan di televisi yang
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang penelitan, penulis menemukan jurnal penelitian
yang bisa digunakan bahan referensi menyusun penelitian. Dari penelitian
terdahulu yang berjudul “Sikap Masyarakat Sur abaya Terhadap
Tayangan Berita Mengenai Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok
Yang Disiarkan Melalui Media Televisi”. Peneliti ingin melihat bahwa
penilaian masyarakat muslim saat ini mengenai berita rencana fatwa MUI
haramkan rokok selalu mengundang perdebatan dan sulit diperoleh
kesepakatannya yang pasti mengenai batasan-batasannya. Dalam penelitian
ini menggunakan teori S.O.R, merupakan perwujudan pesan yang
disampaikan pada komunikan akan menimbulkan efek berupa perubahan
sikap yaitu setelah dilakukan pendekatan komunikasi secara pribadi. Teori
S.O.R sebagai singkattan dari Stimulus-Organism-Response ini semula
berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi, tidak
mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi
adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen :
sikap, opini, perilaku, ognisi, afeksi, dan konasi.
Dan pada jurnal penelitian kedua yang berjudul “Sikap Masyarakat
Ter hadap Kekerasan Pada Anak”, kebaikan dan keburukan perilaku anak
sosial yaitu keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah dan badan-badan
kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
keagamaan. Dari keempat lingkungan sosial itu, anak belajar tentang tiga
aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotorik
(keterampilan), dan aspek afektif (sikap dan nilai-nilai).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,
berupaya menjelaskan permasalahan yang sedang dikaji. Selanjutnya
permasalahan tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang cocok dengan
permasalahan sehingga hubungan keduanya, permasalahan dan teori menjadi
jelas.
Dengan adanya dua jurnal penelitian terdahulu tersebut, penulis ingin
meneliti “Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers
Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor”. Penelitian ini diawali dengan
adanya berita mengenai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) diminta untuk
menghentikan tayangan ILC oleh Indonesia Media Watch (IMW). Dari berita
tersebut ternyata dalam penayangan secara live acara ILC pada 29 Agustus
2012, program talk show ILC telah melanggar beberapa peraturan dari KPI.
Penulis tertarik meneliti mengenai sikap masyarakat terhadap program talk
show ILC edisi “Advokat Koruptor = Koruptor, penulis ingin tahu bagaimana
sikap masyarakat Surabaya terhadap program ILC setelah mendapatkan surat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Televisi Sebagai Komunikasi Massa
Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan satu hal yang
mendasar. Perkembangan media komunikasi modern telah memungkinkan
orang diseluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini
dimungkinkan karena sekarang terdapat berbagai media atau channel yang
dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan.
Dalam studi komunikasi dikenal sejumlah saluran komunikasi, yaitu
bagaimana orang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Upaya manusia untuk menyampaikan pesan ini secara garis besar terbagi
atas dua yaitu dengan media atau tanpa media. Penyampaian informasi
dengan menggunakan media terbagi lagi atas dua yaitu : melalui media massa
dan nonmedia massa. Media massa itu antara lain adalah surat kabar, majalah,
televisi, radio, film, dll.
Saat ini bisa dikatakan bahwa televisi yang menjadi media komunikasi
massa paling populer. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas
dari yang namanya televisi. Tidak menonton televisi sehari saja, mungkin kita
sudah ketinggalan banyak informasi. Sebagai media massa elektronik dan
bertumpu kepada teknologi modern maka televisi menjadi media dengan
proses produksi yang mahal.
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi
berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing tele
informasi baik politik, sosial, budaya, agama, ekonomi dan sebagainya. Jadi
televisi setiap hari telah mengajak kita untuk berkomunikasi secara searah.
Televisi dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang
tetapi tidak menguasai waktu, sementara media cetak seperti surat kabar,
majalahm dll, menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Ini artinya
siaran dari suatu media televisi dapat diterima di mana saja dalam jangkauan
pancarannya (menguasai ruang) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali
(tidak menguasai waktu) (Morissan, 2008:4).
Kelebihan televisi sebagai media massa diantaranya sifatnya yang
audio visual, dapat didengar sekaligus dilihat secara langsung, sehingga
pemirsa merasa mendapatkan sajian informasi atau berita yang lebih realistis
sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pemirsa televisi tidak dituntut melek
huruf maksudnya ialah dibandingkan dengan media cetak, khalayak media ini
dituntut harus melek huruf (bisa membaca), sedangkan pemirsa televisi tidak
dituntut untuk bisa melek huruf karena penyiar atau pembawa beritalah yang
membacakan berita untuk khalayaknya (Suryawati, 2011:45).
Pada intinya televisi memiliki tiga fungsi utama didalam komunikasi
massa (Effendy, 2004:54-55) yaitu :
1. Fungsi Menyiarkan Informasi :
Setiap orang, di mana pun juga ingin mengetahui apa yang terjadi
baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam waktu yang
secepat-cepatnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang
dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa berlangsung,
seolah-olah pemirsa berada di tempat peristiwa. Faktor berikutnya
siaran televisi mengandung kenyataan. Ini berarti bahwa televisi
menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan
perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan
kenyataan peristiwa yang terjadi.
2. Fungsi Pendidikan :
Siaran di televisi yang mengandung unsur pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat
terhadap suatu masalah atau informasi.
3. Fungsi Hiburan
Fungsi hiburan pada televisi merupakan fungsi yang paling
dominan, karena sebagian besar televisi-televisi di Indonesia
menyiarkan acara yang mengandung unsur hiburannya lebih
banyak daripada berita.
Mendapatkan informasi dari televisi itu berarti televisi bertindak
sebagai komunikator, informasi sebagai pesannya dan pemirsanya adalah
komunikan. Maka dengan demikian televisi telah berfungsi sebagai media
komunikasi, komunikannya bukan hanya terdiri dari sekelompok atau
dapat digolongkan ke dalam komunikasi massa, karena televisi
menyampaikan informasi untuk orang banyak atau khalayak.
Dari sekian banyak media komunikasi massa seperti surat kabar,
majalah, radio, televisi, internet, film, dll. Ternyata televisilah yang
menduduki tingkat teratas yang diminati oleh banyak masyarakat. Karena
kelebihan televisi yang menampilkan informasi secara menarik melalui audio
visual inilah yang memudahkan khalayak menerima informasi secara cepat
dan juga mudah.
2.2.2 Program Televisi
Stasiun televisi setiap harinya menayangkan berbagai jenis program
yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Tidak ada spesifikasi
khusus untuk sebuah program televisi, asalkan program tersebut menarik dan
disukai audience, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum,
dan peraturan yang berlaku. Stasiun televisi dituntut untuk selalu memiliki
kreativitas agar bisa menghasilkan program yang menarik. Berbagai jenis
program itu dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan
jenisnya yaitu : program informasi (berita) dan program hiburan
(entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis,
yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang
harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan
Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu
music, drama permainan (game show), sinetron, dan pertunjukan (Morissan,
2005:100). Ada pula pembagian program hiburan menjadi beberapa macam
dan jenis, diantaranya yaitu :
1. Variety Show
Suatu acara dimana didalamnya terdapat berbagai macam
permainan, kuis, musik, dan kuis interaktif.
2. Kuis
Acara yang menyajikan suatu permainan yang dilakukan secara
berkelompok atau secara individu.
3. Musik
Acara musik merupakan acara yang paling diminati oleh
masyarakat, biasanya menyajikan berbagai macam aliran musik,
yaitu pop, rock, jazz, dangdut,dll.
4. Talk Show
Acara yang menampilkan pembicaraan dengan tema tertentu tetapi
tetapi tetap dibawakan dalam pembawaan yang santai bahkan
diselingi dengan komedi.
5. Film
Menyajikan berbagai macam film, misalnya film kartun, film
6. Sinetron
Acara yang menyajikan suatu cerita yang bersambung dan
biasanya menceritakan kehidupan masyarakat yang ada pada saat
sekarang atau pada saat dahulu.
7. Olahraga
Acara yang menyajikan berbagai kegiatan manusia yang ada
kaitannya dengan kebugaran dan kesehatan.
Dalam penelitian ini program Indonesia Lawyers Club (ILC) masuk
dalam kategori hiburan, yaitu talk show.
2.2.3 Talk Show Indonesia Lawyers Club (ILC)
Dari tahun ke tahun program-program yang ada di televisi semakin
beragam jenisnya, diantaranya ada variety show, sinetron, kuis, musik, talk
show, dll. Untuk sekarang program yang paling banyak dan marak di televisi
adalah talk show. Program talk show atau perbincangan adalah program yang
menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu
yang dipandu oleh sorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang
adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau
topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang
tengah dibahas (Morissan, 2008:28).
Talk show yang ditayangkan pada televisi Indonesia, kebanyakkan
adalah talk show yang membahas tentang seputar kehidupan selebritis di
Follow Cagur, dll. Tidak banyak talk show yang membahas selain topik
mengenai kehidupan selebritis Indonesia. Ada satu talk show yang beda, yaitu
Indonesia Lawyer Club (ILC). Talk show ILC merupakan program unggulan
tvOne saat ini yang dikemas secara interaktif dan apik untuk memberikan
pelajaran hukum bagi para pemirsanya.
Program yang tayang tiap hari Selasa pukul 19.30 WIB ini tiap
tayangannya menghadirkan pakar-pakar ternama, pengamat-pengamat
ternama, pakar bidang lain, dosen, mahasiswa, bahkan pejabat yang terkait
dalam topik yang diangkat. Sehingga sering terjadi debat diantara
orang-orang yang pakar dibidangnya serta berkompeten mengomentari
persoalan-persoalan aktual yang menjadi topik diskusi.
Di pandu oleh host handal Karni Ilyas, talk show ILC sering kali
terjadi perdebatan yang panas saat siaran berlangsung. Tetapi ketika Karni
Ilyas menyudahi perdebatan, menyudahi acara, maka secara otomatis
perdebatan itu telah selesai dan tidak akan berlanjut sampai keluar (tidak
berlanjut di luar acara). Tidak jarang juga perdebatan yang terjadi diantara
pakar-pakar tersebut berujung adu mulut masing-masing pakar sampai
mengarah pada masalah pribadi. Hal ini menyebakan program talk show ILC
sering kali mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
2.2.4 Pemirsa Televisi Sebagai Audience
Istilah audience menurut (McQuail,2005:201) berlaku universal dan
pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya.
Audience adalah pertemuan publik, berlangsung dalam waktu tertentu, dan
terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara sukarela
sesuai dengan harapan tertentu bagi masyarakat menikmati, mengagumi,
mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan, atau lega. Audience juga dapat
atau memang dikendalikan oleh pihak yang berwenang dan karenanya
merupakan bentuk perilaku kolektif yang dilembagakan.
Dalam komunikasi massa pandangan tentang audience ini
menekankan ukuran yang besarm heterogenitas, penyebaran, dan anonimitas
serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan
cepat dan tidak konsisten. Massa tidak memiliki keberadaan (eksistensi) yang
berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari
dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. Audience memiliki
karakteristik tersendiri. Dengan sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Heterogen
Pendengar adalah massa, yaitu sejumlah orang yang sangat
banyak, dengan sifatnya yang heterogen dan terpencar di berbagai
tempat yang berbeda. Perbedaan pendengar juga meliputi jenis
kelamin, tingkat pendidikan, agama, status sosial, dll.
2. Pribadi
Karena pemirsa berada dalam keadaan heterogen, maka isi pesan
akan diterima dan dimengerti bila sifatnya pribadi sesuai dengan
3. Aktif
Pemirsa akan berpikir melakukan seperti yang ditayangkan oleh
televisi, apabila tayangan tersebut dianggapnya menarik.
4. Selektif
Pemirsa dapat dengan leluasa memilih program dan channel
televisi yang diminati atau sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Pada penelitian ini yang menjadi khalayak adalah masyarakat
Surabaya yang pernah menonton acara talk show Indonesia Lawyers Club
(ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” di TvOne.
2.2.5 Sikap
Masalah sikap merupakan masalah yang urgen dalam bidang
Psikologi Sosial. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang sikap,
diantaranya adalah :
1. Thurstone
Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik
itu bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan
obyek-obyek psikologis.
2. Kimball Young
Menyatakan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental
3. Fishbein & Ajzen
Menyebutkan bahwa sikap sebagai predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan
dengan obyek tertentu.
4. Sherif & Sherif
Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang
dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau
kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang
memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut
dapat ditemukan unsur yang hampir sama pada sikap, yaitu sikap merupakan
kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsang. Oleh
karena itu manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus
ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup
(Dayakisni, 2006:113-114).
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari
berbagai komponen. Komponen itu diantaranya menurut
(Dayakisni,2006:114-115) ialah :
1. Komponen Kognitif
Komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi
yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari
pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan
2. Komponen Afektif
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak
senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan dengan erat
dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan obyek sikapnya.
Ketiga komponen tersebut akan saling berinteraksi untuk memahami,
merasakan, dan berperilaku terhadap obyek sikap.
2.2.6 Kontrover si Pr ogram Indonesia Lawyer Club (ILC)
KPI dalam rapat plenonya memutuskan member teguran tertulis pada
program ILC tvOne. Program yang kerap membahas topic terkini itu
diberikan sanksi administrative berupa teguran tertulis karena menayangkan
adegan yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012.
Berawal dari postingan Deny Indrayana di media sosial twitter, Deny
menyebutkan “Advokat Koruptor = Koruptor”. Deny mengatakan di akun
twitter pribadinya : “Sekali lagi, Advokat korup adalah koruptor itu sendiri.
Yang membela membabi buta, yang tanpa malu terima bayaran uang hasil
korupsi. Sekian.” Kicauan Denny mengenai advokat koruptor sontak
mendapatkan banyak tanggapan dan tidak sedikit membuat sejumlah advokat
Kaligis. O.C Kaligis melaporkan Deny Indrayana ke Polda Metro Jaya atas
penghinaan profesi advokat melalui media sosial twitter.
Indonesia Lawyer Club (ILC) sebagai acara talk show yang selalu
membahas hal-hal terkatual dan terupdate di Indonesia pun tertarik pada
kasus yang terjadi pada Deny Indrayana. ILC mengankat issue yang paling
ramai di dunia hukum itu dengan tema : “Deny : Advokat Koruptor =
Koruptor”. ILC menghadirkan beberapa advokat dan nara sumber yang
terkait dengan topik, tetapi sang masalah “Deny” tidak dapat hadir
dikarenakan ada acara lain di jam yang sama. ILC sebagai pihak
penyelenggara tetap berusaha menghadirkan Deny dalam diskusi malam itu,
dengan cara melakukan video call dengan Deny Indrayana, yang bertujuan
untuk mengklarifikasi kicauannya di media sosial twitter. Setelah sesi video
call dari Deny Indrayana, bang Karni sebagai host melanjutkan diskusi
malam itu dengan mulai meminta beberapa advokat mengomentari
pernyataan Deny.
Masalah bermula saat Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea
yang mengomentari pernyataan dari Denny Indrayana mengenai beberapa
advokat yang berbau rasis dan tidak beretika. Contohnya Indra Sahnun Lubis
dengan kalimat “kalau seperti yang dikatakan Denny ini, pantasnya itu
menjadi sebagai penjaga mesjid ajalah. Kalau liat dari mukanya dan matanya
berbicara, saya melihat seperti ada gangguan jiwa pada dirinya. Jadi nggak
pantaslah dia jadi Wamen, dari orangnya, bentuk tubuhnya nggak pantas”.
ketika Sudjiwo Tedjo protes atas penghinaan tersebut, karena hal tersebut
tidak etis menyerang fisik di forum seperti ini. Ada juga komentar dari
Hotman Paris Hutapea dengan kalimat “ini sudah bukti nyata, pada saat dia
masih miskin, pada saat dia belum dapat jabatan, dia begitu gencar
menyerang istana. Dia itu ngomong nggak pakai otak”. Atas kejadian ini
menyebabkan ILC mendapatkan surat teguran dari KPI, KPI menganggap
pembawa acara telah melakukan pembiaran terhadap pernyataan narasumber
yang mengandung penghinaan terhadap orang dan atau kelompok masyarakat
tertentu.
2.2.7 Teori S-O-R
Teori S-O-R adalah komunikasi paling dasar. Teori ini dipengaruhi
oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Teori ini
menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana.
Jadi teori S-O-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan),
isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu
akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.
Oleh karena itu dapat dianggap proses ini sebagai pertukaran atau
pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan
mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi
(communication act) (Deddy Mulyana, 2007:143-144).
Menurut (Syaiful Rohim, 2009:167-168) teori S-O-R ini pada
merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan begitu seseorang dapat
mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan
media dan reaksi audience. Prinsip stimulus respons mengasumsikan bahwa
pesan dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala
yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi
sejumlah besar individu, dan bukannya ditujukan pada orang per orang.
Gambar 2.2 : Model Teori S-O-R
Gambar di atas menunjukan bahwa :
a. Pesan (Stimulus, S) merupakan pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa lambung
atau tanda.
b. Komunikan (Organism, O) merupakan keadaan komunikan disaat
menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai
informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan
komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan
memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui lambang dan tanda
tersebut. Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami
setiap pesan yang disampaikan melalui lambang dan tanda tersebut.
Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap
pesan yang disampaikan komunikan.
c. Efek (Response, R) merupakan dampak daripada komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu sikap afektif, kognitif, dan konatif.
Teori ini dapat berlaku bagi dampak yang diinginkan dan yang tidak
diinginkan, teori ini mengandaikan dampak yang kurang lebih langsung
sejalan dengan perhatian pengirim atau tercakup dalam pesan. Ada alasan
untuk mempercayai bahwa pesan yang berasal dari sumber yang berwenang
dan dapat dipercaya relatif akan lebih efektif, seperti halnya dengan sumber
yang menarik atau dekat (serupa) dengan penerima. Mengenai isi, keefektifan
dikaitkan dengan perulangan, konsistensi, dan kurangnya alternatif (situasi
monopoli). Umumnya dampak yang diinginkan juga cenderung lebih
mungkin terjadi dalam sejumlah topik yang dianggap penting, atau kurang
penting bagi penerima (McQuail, 2004:234-235).
Teori S-O-R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat
kesuaian antara unsur-unsur dari teori terkait dengan topik yang diangkat
yaitu sikap pemirsa Surabaya terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club
2.3 Kerangka Berpikir
Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Jenis media ini, sebagai media audio-visual yang tidak membebani
banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Perkembangan
keberadaannya jauh melampaui media-media massa lain, seperti media cetak
koran, majalah, apalagi buku. Dibandingkan dengan media komunikasi
lainnya, televisilah yang mempunyai pengaruh paling kuat pada kehidupan
manusia saat ini. Televisi dapat mendominasi proses komunikasi massa,
dikarenakan sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
khalayak luas secara serempak. Dengan begitu tentu televisi juga mempunyai
efek yang kuat terhadap khalayak atau audience nya, efek yang dimunculkan
untuk setiap orang pun berbeda-beda. Salah satu dari efek tersebut adalah
sikap, sikap yang dimunculkan oleh khalayak atau audience pun beragam.
Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan
dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini pesan yang
disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan
perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah
pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek
kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan
tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya
perasaan iba, terharu, sedih, takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya.
Yang paling tinggi kadarnya adalah efek behavioral, yaitu timbul pada
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya sikap masyarakat Surabaya terhadap program acara talk show
Indonesia Lawyer Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” di tvOne
dilihat dari sikap-sikap yang dimunculkan oleh audience saat melihat
tayangan tersebut.
Model kerangka berpikir yang digunakan di dalam penelitian ini
tampak pada gambar sebagai berikut :
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Sikap
Masyarakat Terhadap Tayangan ILC tvOne “Advokat
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik
(Sugiyono. 2007:7). Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik dan pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic
dengan tujuan menguji hipotesis (Sugiyono, 2007:14).
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari
variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang
terjadi pada penonton Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =
Koruptor” yang berusia 17 tahun keatas yang menjadi obyek penelitian itu
kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang
kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001 : 48).
Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui Sikap Masyarakat
Koruptor” di TvOne yang mendapat teguran dari KPI. Untuk lebih mudah
pengukurannya, maka akan dijelaskan sebagai berikut :
3.1.1 Sikap
Sikap adalah merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk
bereaksi terhadap rangsang. Oleh karena itu manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah
laku yang masih tertutup. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek
sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi
atau kelompok. Sikap ini dapat dibedakan dalam tiga hal yakni aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
Sikap pemirsa di Surabaya terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club
(ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” adalah respon yang diberikan oleh
pemirsa di Surabaya setelah menonton tayangan ILC dalam tema “Advokat
Koruptor = Koruptor” dalam wujud orientasi atau kcenderungan
mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan tidak
terprovokasi dalam menyikapi ataupun menangapi setiap tema yang disajikan
oleh talk show ILC.
Untuk mengukur tiga aspek sikap dalam penelitian ini, berikut akan
1. Aspek kognitif menunjukkan pengetahuan atau pemahaman
masyarakat atau pemirsa mengenai tayangan ILC “Advokat
Koruptor = Koruptor di tvOne, yakni meliputi :
a. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =
Koruptor”, anda mengetahui klarifikasi Denny Indrayana atas
pernyataan bahwa advokat koruptor=koruptor
b. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =
Koruptor”, anda mengetahui penghinaan yang dilakukan Indra
Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana.
c. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =
Koruptor”, anda mengetahui penghinaan yang dilakukan
Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana.
d. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =
Koruptor”, anda mengetahui bahwa O.C Kaligis telah
melaporkan Denny Indrayana ke Polda Metro Jaya terkait
penghinaan terhadap profesi advokat.
2. Aspek afektif menunjukkan perasaan seperti kesukaan,
ketertarikan, dan kekaguman masyarakat atau pemirsa di Surabaya
terhadap talk show ILC “Advokat Koruptor = Koruptor”, yakni
meliputi :
a. Merasa suka dengan penjelasan pernyataan Denny
b. Merasa tidak suka dengan cara mengkritik yang dilakukan
Indra Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana dalam
tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor.
c. Merasa tidak suka dengan cara mengkritik yang dilakukan
Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana dalam
tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor.
d. Merasa kecewa mengenai tayangan ILC “Advokat
Koruptor = Koruptor yang mendapat teguran dari KPI.
3. Aspek konatif menunjukkan kecenderungan masyarakat atau
pemirsa di Surabaya dalam menanggapi acara talk show ILC
“Advokat Koruptor = Koruptor”, yakni meliputi :
a. Keinginan untuk mengetahui respon responden terhadap
pernyataan Denny Indrayana mengenai “Advokat
Koruptor=Koruptor”.
b. Keinginan untuk mengetahui respon responden terhadap
penghinaan – penghinaan secara fisik dan unsur agama
yang dilakukan Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris
Hutapea kepada Denny Indrayana dalam tayangan ILC
“Advokat Koruptor=koruptor.
c. Keinginan mengetahui diterimanya saran-saran yang
diberikan narasumber terhadap tema “Advokat
d. Keinginan untuk memberikan masukan terhadap acara
ILC.
3.1.2 Masyarakat Sur abaya
Masyarakat kota Surabaya merupakan khalayak sasaran (target
audience). Responden dalam penelitian ini adalah yang berusian 17 tahun
keatas, dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki
kemampuan intelektual maupun keterampilan dasar dalam menganalisa
sebuah berita dan ditunjang oleh sikap pandangan yang realistis terhadap
lingkungannya, sehingga dapat mengikuti perubahan zaman.
Masyarakat Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang telah menonton tayangan ILC “Advokat Koruptor =
Koruptor” di TvOne.
3.1.3 Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =
Koruptor” di TvOne
Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =
Koruptor di TvOne merupakan salah satu tayangan talk show yang berbeda
dengan acara talk show yang lain. Tayangan talk show ILC menyajikan tema
acara yang berbeda di setiap penayangannya. Tema yang diangkat selalu
tema-tema yang terupdate mengenai Indonesia, di ILC lebih sering mengakat
tema-tema politik. ILC selalu menghadirkan narasumber dan pakar pakar
terjadi antara narasumber atau pakar-pakar yang mengomentari mengenai
suatu tema yang diangkat. Seringkali perdebatan tersebut menjadi kelewat
batas dan lebih menjurus kepada masalah pribadi masing-masing nara
sumber.
Hal ini terjadi ketika tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor”,
berawal dari postingan Deny Indrayana di media sosial twitter, Deny
menyebutkan “Advokat Koruptor = Koruptor”. Deny mengatakan di akun
twitter pribadinya : “Sekali lagi, Advokat korup adalah koruptor itu sendiri.
Yang membela membabi buta, yang tanpa malu terima bayaran uang hasil
korupsi. Sekian.” Kicauan Denny mengenai advokat koruptor sontak
mendapatkan banyak tanggapan dan tidak sedikit membuat sejumlah advokat
geram. Karena ulahnya ini, Deny mendapat protes keras dari pengacara O.C
Kaligis. O.C Kaligis melaporkan Deny Indrayana ke Polda Metro Jaya atas
penghinaan profesi advokat melalui media sosial twitter.
Indonesia Lawyer Club (ILC) sebagai acara talk show yang selalu
membahas hal-hal terkatual dan terupdate di Indonesia pun tertarik pada
kasus yang terjadi pada Deny Indrayana. ILC mengangkat issue yang paling
ramai di dunia hukum itu dengan tema : “Deny : Advokat Koruptor =
Koruptor”. ILC menghadirkan beberapa advokat dan nara sumber yang
terkait dengan topik, tetapi sang masalah “Deny” tidak dapat hadir
dikarenakan ada acara lain di jam yang sama. ILC sebagai pihak
penyelenggara tetap berusaha menghadirkan Deny dalam diskusi malam itu,
untuk mengklarifikasi kicauannya di media sosial twitter. Setelah sesi video
call dari Deny Indrayana, bang Karni sebagai host melanjutkan diskusi
malam itu dengan mulai meminta beberapa advokat mengomentari
pernyataan Deny.
Masalah bermula saat Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea
yang mengomentari pernyataan dari Denny Indrayana mengenai beberapa
advokat yang berbau rasis dan tidak beretika. Contohnya Indra Sahnun Lubis
dengan kalimat “kalau seperti yang dikatakan Denny ini, pantasnya itu
menjadi sebagai penjaga mesjid ajalah. Kalau liat dari mukanya dan matanya
berbicara, saya melihat seperti ada gangguan jiwa pada dirinya. Jadi nggak
pantaslah dia jadi Wamen, dari orangnya, bentuk tubuhnya nggak pantas”.
Pernyataan dari Indra Sahnun Lubis yang menghina Deny, baru terhenti
ketika Sudjiwo Tedjo protes atas penghinaan tersebut, karena hal tersebut
tidak etis menyerang fisik di forum seperti ini. Ada juga komentar dari
Hotman Paris Hutapea dengan kalimat “ini sudah bukti nyata, pada saat dia
masih miskin, pada saat dia belum dapat jabatan, dia begitu gencar
menyerang istana. Dia itu ngomong nggak pakai otak”. Atas kejadian ini
menyebabkan ILC mendapatkan surat teguran dari KPI, KPI menganggap
pembawa acara telah melakukan pembiaran terhadap pernyataan narasumber
yang mengandung penghinaan terhadap orang dan atau kelompok masyarakat
3.2 Pengukuran Variabel
Untuk mengukur variabel sikap masyarakat atau pemirsa di Surabaya
terhadap tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor dalam penelitian ini
digunakan model skala likert (skala sikap). Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara
spesifik dan sistematik oleh peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap
terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam menyusun item-item
instrunen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,2008:93).
Setiap pertanyaan dan pertanyaan tersebut dihubungkan dengan
jawaban yang berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan
dengan kata-kata :
Sangat Setuju (SS) = skor 4
Setuju (S) = skor 3
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 2
Tidak Setuju (TS) = skor 1
Maka Interval Penelitian ini adalah :
Interval = ( × )–( × )
=
( ) ( )= =
4Positif = 12-16
Netral = 8-11
Negatif = 4-7
Interval = ( × )–( × )
=
( ) ( )= =
12Jadi :
Interval negatif = 12 – 23
Interval netral = 24 – 35
Interval positif = 36 - 48
Yang berarti bahwa :
Positif = masyarakat Surabaya setuju dengan pernyataan advokat
koruptor=koruptor dan tidak setuju dengan adanya penghinaan kepada Denny
Indrayana.
Netral = masyarakat Surabaya bersikap biasa aja terhadap pernyataan Denny
mengenai advokat koruptor=koruptor, maupun penghinaan yang terjadi untuk
Denny, masyarakat beranggapan itu wajar.
Negatif = masyarakat Surabaya tidak setuju dengan pernyataan Denny
mengeai advokat koruptor=koruptor, dan meanggap Denny memang pantas
mendapatkan penghinaan seperti itu, karena itu memang ulahnya yang
membuat sejumlah advokat tersinggung.
Dalam penelitian ini meniadakan jawaban ragu-ragu (undecided)
karena kategori ragu-ragu memiliki makna ganda yaitu bisa diartikan belum
bisa memberikan jawaban, netral, dan ragu-ragu. Disediakannya jawaban di
tengah-tengah juga akan mengakibatkan responden akan memilih jawaban di
tengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-ragu akan memilih
menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang
diperlukan banyak yang hilang (Kriyantono. 2007:134).
Variabel sikap masyarakat terhadap tayangan ILC “Advokat Koruptor
= Koruptor” dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi kategori yaitu
positif, netral, dan negatif yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban
masing-masing responden. Jumlah skor yang menadi batasan skor untuk lebar
interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus :
Range (R) : Skor Tertinggi – Skor Terendah
Jenjang yang diinginkan
Keterangan :
Range (R) : Batasan dari setiap angkatan.
Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item
pertanyaaan.
Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item
pertanyaan.
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya
akan di duga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya
yang berusia 17 tahun keatas berjumlah 3.024.319 orang (BPS 2011). Alasan
mengapa peneliti mengambil Surabaya sebagai lokasi penelitian karena Surabaya
3.3.2 Sampel dan Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang
pernah menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =
Koruptor” di tvOne. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2008:61).
Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti dalam penelitian ini
adalah :
1. Berusia diatas 17 tahun.
2. Bertempat tinggal di Surabaya.
3. Pernah melihat tayangan Indonesia Lawyers Club “Advokat Koruptor =
Koruptor” dengan lama durasi minimal 45 menit.
4. Pernah melihat acara tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat
Koruptor = Koruptor”.
Jumlah sampel yang terpilih nantinya akan dihitung dengan
menggunakan rumus Yamane sebagai berikut :
n =
( )
Keterangan :
N = Populasi
n = Jumlah Sampel
d = Presisi (derajat ketelitian = 0,1)
Maka :
maka responden dalam penelitian ini adalah 100 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan bisa dikategorikan dalam dua jenis,
yaitu:
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara
terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada
kuesioner. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pertanyaan tertutup
atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
dikirim melalui pos, atau internet (Sugiyono, 2008:142).
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang terkait dengan
buku-buku literatur atau informasi tertulis lainnya. Data sekunder
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Surabaya dan instansi-instansi terkait.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel
frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh
responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah
untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner
terdiri dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam
tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskirptif setiap pertanyaan
yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan rumus :
P = × 100%
Keterangan :
P = Persentase Responden
F = Frekuensi Responden
N = Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang
diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya
dilampirkan dalam hasil tabel yang disebut tabulasi agar mudah