• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) 29 AGUTUS 2012 “ADVOKAT KORUPTOR=KORUPTOR” (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) 29 Agustus 2012 “Advokat Koruptor=Ko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) 29 AGUTUS 2012 “ADVOKAT KORUPTOR=KORUPTOR” (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) 29 Agustus 2012 “Advokat Koruptor=Ko"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “Advokat Kor uptor =Kor uptor ”)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memper oleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

DISUSUN OLEH : MELATI KUSUMA DEWI

0943010113

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “Advocat Kor uptor =Kor uptor ” Oleh :

MELATI KUSUMA DEWI NPM. 0943010113

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal 20 J uni 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.

Z. ABIDIN ACHMAD, M.Si, M.Ed IR. DIDIEK TRANGGONO, M.Si

NPT . 373059901701 NIP . 1 9581225 199001 1001

2.

DRA.SUMARDJ IATI,M.Si NIP . 1 9620323 199309 2001 3.

Z. ABIDIN ACHMAD, M.Si, M.Ed NPT . 373059901701

Mengetahui, WS. D E K A N

(3)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH : MELATI KUSUMA DEWI

0943010113

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” J AWA TIMUR

(4)

Nama Mahasiswa : Melati Kusuma Dewi Setiawati

NPM : 0943010113

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi :

Menyetujui Pembimbing Utama

Z. Abidin Achmad M.Si, M. Ed NPT. 373059901701

Mengetahui Dekan

(5)

dengan limpahan ramat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor”.

Penulisan proposal ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jawa Timur.

Dalam proses penyelesaian proposal ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini :

1. Allah SWT thank’s for everthing in my life.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Dra. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai ketua Program Studi Ilmu Komunikasi (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

6. Zainal Abidin Achmad, S.Sos, M.Si, M.Ed, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan dan masukannya.

(6)

dukungannya, dan cintanya :3 :**.

10.Buat temen lamaku Devy Octaviani (Opel) dan Rosalina Dwi (Neng), you’re rock :*.

11. For all the players of Satria Muda Britama Jakarta and especially for Arki Dikania Wisnu = kamu semangatku, keep cool, and best in the world :*.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan : thankyou very much, much much :3.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari penelitian ini. Besar harapan penulis, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

(7)

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI. ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL... xi

ABSTRAKSI ... xiv

BAB 1 PE NDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Landasan Teori ... 14

(8)

2.2.5. Sikap ... 22

2.2.6. Kontroversi Program Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 24

2.2.7. Teori S.O.R ... 26

2.3. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31

3.1.1. Sikap ... 32

3.1.2 Masyarakat Surabaya ... 35

3.1.3. Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” ... 35

3.2. Pengukuran Variabel ... 38

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.3.1 Populasi ... 40

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 41

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 42

(9)

4.1.2 Demografi kota Surabaya ... 45

4.1.3 Tayangan talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat koruptor = koruptor” di TV One ... 46

4.2 Penyajian data ... 48

4.2.1 Karakteristik responden... 48

4.2.1.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 49

4.2.1.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 49

4.2.1.3 Pertanyaan tentang media ... 50

4.2.2 Aspek kognitif... 51

4.2.3 Aspek afektif ... 59

4.2.4 Aspek konatif ... 68

4.2.5 Pengelompokkan responden berdasarkan keseluruhan aspek ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(10)

1. Kuesioner ... 81

2. Hasil Kuesioner Kognitif ... 83

3. Hasil Kuesioner Afektif... 84

4. Hasil Kuesioner Konatif ... 85

(11)
(12)

4.2 Krakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49 4.3 Menonton Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC)

“Advokat Koruptor = Koruptor” ... 50 4.4 Mengetahui klarifikasi Denny Indrayana atas pernyataannya bahwa Advokat Koruptor = Koruptor ... 52 4.5 Mengetahui penghinaan yang dilakukan

Indra Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana dalam

tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 53 4.6 Mengetahui penghinaan yang dilakukan

Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana

dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 55 4.7 Mengetahui O.C Kaligis telah melaporkan Denny Indrayana

ke Polda Metro Jaya terkait penghinaan terhadap profesi advokat... 57 4.8 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Kognitif ... 58 4.9 Suka dengan penjelasan pernyataan Denny Indrayana mengenai

Advokat koruptor=koruptor ... 60 4.10 Merasa tidak suka dengan cara mengkritik yang dilakukan

Indra Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana dalam

(13)

Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor”

yang mendapat teguran dari KPI... 66

4.13 Pengelompokan responden berdasarkan aspek afektif ... 67

4.14 Setujukah pernyataan Denny Indrayana mengenai Advokat Koruptor= Koruptor ... 68

4.15 Tidak seharusnya terjadi penghinaan yang dilakukan oleh Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) ... 70

4.16 Setuju terhadap saran-saran yang diberikan narasumber terhadap tema “Advokat Koruptor=Koruptor” ... 71

4.17 Memberi masukan yang membangun terhadap talk show ILC... 73

4.18 Pengelompokkan responden berdasarkan aspek konatif ... 74

(14)

Sur abaya Ter hadap Tayangan Indonesia Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “ Advoka t Kor uptor =Kor uptor ” )

This study was conducted to determine public attitudes toward programs Surabaya Indonesia Lawyers Club (ILC) in Tv One after reprimanded by the Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Surabaya public attitudes from the aspects of cognitive, affective and conative. The theory used in this study is the theory of Stimulus, Organism, Response (SOR). Approach in research is quantitative, with descriptive research. The method used in this study is a survey method of data collection in the form of a questionnaire. Respondents in this study are planted 100 people and sampling technique used was non-probability sampling technique that is purposive sampling. The results of this study indicate that public attitudes towards programs Surabaya Indonesia Lawyers Club (ILC) after receiving a warning from KPI is neutral with a percentage of 56%. This means that people still watch the show Surabaya Indonesia Lawyers Club (ILC) and just watch just for entertainment.

Keywor ds: Attitudes, Program Indonesia Lawyers Club (ILC)

ABSTRAKSI

MELATI KUSUMA, SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN

INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) 29 AGUSTUS 2012 “ ADVOKAT

KORUPTOR=KORUPTOR” (Studi Deskr iptif Kuantita tif Sika p Masyar aka t Sur abaya Ter hadap Tayangan Indonesia Lawyer s Club (ILC) 29 Agustus 2012 “ Advoka t Kor uptor =Kor uptor ” )

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di Tv One setelah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sikap masyarakat Surabaya dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Stimulus, Organism, Respon (S-O-R). Pendekatan dalam penelitian in adalah kuantitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pengumpulan data berupa kuesioner. Responden dalam penelitian ini berjunlah 100 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik non probability sampling yaitu purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat Surabaya terhadap program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) setelah mendapat teguran dari KPI adalah netral dengan presentase sebanyak 56%. Hal ini berarti bahwa masyarakat Surabaya tetap menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) dan hanya menonton sekedar untuk hiburan.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi media massa berawal pada kemajuan teknologi

komunikasi dan informasi semenjak dasawarsa 1970-an. Dalam pengertian

itulah kita bertemu dengan beberapa istilah populer, seperti banjir

komunikasi, era informasi, masyarakat informasi atau era satelit. Arus

informasi meluas ke seluruh dunia, globalisasi informasi dan media massa

pun menciptakan keseragaman pemberitaan maupun preferensi acara liputan.

Semua bangsa di muka bumi saat ini telah bersiap-siap memasuki abad baru,

yaitu abad 21, dengan tren perubahan dan perkembangan dunia teknologi

komunikasi dan informasi yang spektakuler (Kuswandi, 1996:1-2).

Media audio visual televisi muncul karena perkembangan teknologi.

Kehadirannya setelah beberapa penemuan seperti telepon, telegraf, fotografi

serta rekaman suara. Media televisi ada setelah radio dan media cetak. Dalam

penemuan televisi, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang

terlibat baik perorangan maupun perushaan. Televisi adalah karya massal

yang dikembangkan dari tahun ke tahun (Badjuri, 2010:6).

Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar,

yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry

dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi

(16)

Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society An Incuest

and Agenda” (1965), dibandingkan media massa lainnya (radio, surat kabar,

majalah, buku, dan sebagainya) televisi mempunyai sifat istimewa. Televisi

merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat

besar karena bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan, atau

gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata (Badjuri, 2010:6).

Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton televisi dapat

menikmati acara televisi sambil duduk santai menyaksikan berbagai

informasi. Penyampaian pesan ini seolah-olah langsung antara komunikator

dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, dengan mudah

dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

Pesan-pesan yang disampaikan langsung mempengaruhi otak, emosi,

perasaan, dan sikap pemirsa.

Televisi merupakan media massa yang mengalami perkembangan

paling fenomenal di dunia. Meski televisi lahir paling belakangan dibanding

media cetak dan radio, namun akhirnya televisilah media yang paling sering

diakses oleh masyarakat.

Kehadiran teknologi televisi, mempengaruhi kehidupan manusia

dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan

keamanan negara. Batas-batas negara pun tidak sulit untuk diterjang, karena

media televisi dapat hadir di dunia maya. Karena itu, bila informasi media

televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan

(17)

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat Amerika

ditemukan bahwa hampir setiap orang di benua menghabiskan waktunya

antara 6 sampai 7 jam per minggu untuk menonton televisi. Di Australia,

anak-anak rata-rata terlambat bangun pagi lantaran banyak menonton televisi

di malam hari. Sementara di Indonesia, pemakaian televisi di kalangan

anak-anak juga meningkat, terutama pada waktu libur. Bahkan bisa melebihi

delapan jam per hari (Suryawati, 2011:45-46).

Kelebihan dari pesawat televisi ialah dengan adanya satelit

komunikasi, cakrawala informasi menjadi semakin luas. Peristiwa di satu

tempat, dapat dilihat di tempat lain melalui televisi dengan pola teknolgi baru

yaitu Direct Broadcasting Satelite (Badjuri, 2010:6).

Kelebihan lain yang melekat pada televisi seperti dari segi kecepatan

liputan berita, televisi sudah jauh meninggalkan surat kabar. Kalau surat

kabar menyiarkan berita yang telah lewat, maka televisi dapat menayangkan

seketika itu juga. Hal ini menyebabkan televisi menjadi media paling populer

di kalangan masyarakat (Kuswandi,1996:10). Tak heran, jika televisi telah

mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang.

Kelemahan dari pesawat televisi ialah pesan atau informasi yang

disampaikan melalui televisi bersifat cepat dan sekilas, media televisi terikat

oleh waktu, biaya produksi relatif lama dan mahal

(18)

dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan langsung, hal ini dikarenakan

massa dari televisi sangat luas dan heterogen.

Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada

tahun 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya Asian Games di Jakarta.

Sejak itulah Televisi Republik Indonesia (TVRI) menyiarkan pembukaan

pesta olahrga se-Asia hingga selesai. Dari sanalah dimulainya dunia

pertelevisian di Indonesia, dan dari tahun ke tahun dunia pertelevisian

Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini di buktikan dengan banyaknya

stasiun televisi baru yang muncul hingga sekarang.

Saat ini jumlah televisi nasional di Indonesia ada sekitar 12 televisi

nasional, yaitu Antv, Global TV, Indosiar, Metro TV, MNCTV, RCTI,

SCTV, Trans TV, Trans 7, tvOne, TVRI, Kompas TV. Pendidikan

masyarakat Indonesia makin baik, diharapkan menjadi penangkal masuknya

unsur-unsur negatif dari acara-acara yang disajikan media televisi. Melihat

banyaknya acara maka secara tidak langsung, masyarakat telah terpropaganda

oleh media televisi.

Program acara yang yang ada di televisi-televisi Indonesia adalah

diantaranya Sinetron, Sinetron Religius, Remaja dan Anak-anak, Berita,

Berita Kriminal, Kuis dan Games Show, Infotainment, Reality Show, Talk

Show, Tayangan Hantu, Lawak atau Komedi, Lewat Jam Malam, Kesenian

Tradisional, Musik, dll (Wirodono, 2006). Dari berbagai macam program

(19)

pemirsa bebas memilih program acara tersebut sesuai dengan yang disukai

atau sesuai kebutuhan.

Ditengah banyak tayangan-tayangan stasiun televisi kita yang telah

mengalami banyak kemunduran, yang mana kebanyakan stasiun televisi kita

saat ini berorientasi hanya untuk mengejar rating dan keuntungan saja, hingga

meninggalkan fungsi utama dari televisi itu sendiri yaitu komunikasi,

informasi, serta edukasi. Tayangan televisi saat ini banyak memberikan

dampak negatif daripada dampak positifnya, karena apa yang ditayangkan

televisi sangat bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat yang

menontonnya. Contohnya dari serial sinetron remaja saat ini, sering kali kita

melihat bagaimana model seragam sekolah yang tidak sesuai dengan norma

kesopanan yang ada. Seperti baju dikeluarkan, rok yang pendek, dll. Contoh

lagi seperti tayangan reality show saat ini, tayangan reality show lebih banyak

menampilkan dramatik yang terlalu dibuat-buat dengan tujuan memunculkan

emosi-emosi spontan tidak terkendali, di luar dugaan, yang bisa merangsang

syaraf keharuan, syaraf tawa bagi masyarakat yang menonton acara reality

show tersebut

(http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/05/02/pencerahan-dari-indonesia-lawyers-club-ilc-454376.html).

Selain sinteron remaja dan reality show yang marak di industri televisi

Indonesia adalah talk show. Talk show adalah sebuah program televisi atau

radio dimana seseorang atau grup berkumpul bersama untuk mendiskusikan

(20)

moderator. Acara talk show ini dikemas dengan cara dan konsep yang

berbeda-beda untuk setiap stasiun televisi. Ada talk show yang dikemas

secara komedi dan ada juga yang dikemas secara serius tetapi tetap santai.

Tema-tema dari setiap talk show pun berbeda-beda di setiap stasiun televisi,

tetapi kebanyakkan yang dijadikan tema adalah seputar kehidupan selebritis

Indonesia. Contohnya adalah Bukan 4 Mata, Mel’s Update, Follow Cagur,

Show Imah, dll. Dari beberapa talk show tersebut, ada satu talk show yang

beda. Indonesia Lawyers Club (ILC) merupakan talk show yang membahas

tema berbeda dengan talk show yang lain, yakni membahas situasi terkini

Indonesia terutama tentang politik dan pemerintahan Indonesia.

Acara ILC yang tayang setiap hari selasa pukul 19.30 WIB, setiap

tayangannya menghadirkan pakar-pakar ternama, pengamat-pengamat

ternama, pakar bidang lain, dosen, mahasiswa, bahkan pejabat yang terkait

dengan topik yang diangkat. Sehingga sering terjadi perdebatan diantara

orang-orang yang pakar dibidangnya serta berkompeten untuk mengomentari

persoalan-persoalan aktual yang menjadi topik diskusi.

Maka setidaknya dari melihat tayangan ILC, masyarakat atau

penonton mendapatkan pencerahan dari setiap topik yang diangkat. Tetapi

tidak jarang perdebatan yang terjadi menggunakan emosi, bahkan sampai

menyinggung masalah pribadi antara pakar yang terlibat perdebatan tersebut.

Tetapi ketika perdebatan dinyatakan selesai oleh host ILC yaitu Bang Karni,

maka ketegangan yang terjadi pun selesai dan tidak berujung sampai diluar

(21)

Perbedaan pendapat diantara para pakar dan narasumber itu tidak

sedikit yang menggunakan kata-kata yang kasar dan tidak enak didengarkan.

Hal ini menyebabkan ILC seringkali melanggar peraturan Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI), karena ILC dianggap sengaja membiarkan perdebatan yang

sudah diluar topik acara terjadi diantara para pakar.

KPI dalam rapat plenonya memutuskan member teguran tertulis pada

program ILC tvOne. Program yang kerap membahas topic terkini itu

diberikan sanksi administrative berupa teguran tertulis karena menayangkan

adegan yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012.

Seperti dalam tema kasus ILC edisi 29 Agustus 2012 Advokat

Koruptor = Koruptor, saat Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea

yang mengomentari pernyataan dari Denny Indrayana mengenai beberapa

advokat yang berbau rasis dan tidak beretika. Contohnya Indra Sahnun Lubis

dengan kalimat “kalau seperti yang dikatakan Denny ini, pantasnya itu

menjadi sebagai penjaga mesjid ajalah. Kalau liat dari mukanya dan matanya

berbicara, saya melihat seperti ada gangguan jiwa pada dirinya. Jadi nggak

pantaslah dia jadi Wamen, dari orangnya, bentuk tubuhnya nggak pantas”.

Ada juga komentar dari Hotman Paris Hutapea dengan kalimat “ini sudah

bukti nyata, pada saat dia masih miskin, pada saat dia belum dapat jabatan,

dia begitu gencar menyerang istana. Dia itu ngomong nggak pakai otak”.

Atas kejadian ini menyebabkan ILC mendapatkan surat teguran dari KPI,

(22)

pernyataan narasumber yang mengandung penghinaan terhadap orang dan

atau kelompok masyarakat tertentu.

Arthur Miller (seorang filsuf) pernah mengatakan, sebuah media

massa yang baik adalah sebuah bangsa yang berbicara kepada dirinya sendiri.

Media massa yang ketakutan adalah sebuah bangsa yang berbohong kepada

dirinya sendiri. Maksud dari pernyataan ini adalah media massa yang baik

adalah media massa yang bisa bersikap objektif terhadap pemberitaan

apapun. Tentu saja hal ini sulit, karena bersikap objektif berarti harus mau

dan mampu untuk meninggalkan nilai-nilai pendorong subjektivitas yang

sudah terlanjur melekat dalam diri kita.

Media massa tanpa disadari merupakan media yang paling bisa

memberikan pengaruh yang besar kepada masyarakat, khususnya media

televisi, karena televisi merupakan media yang paling banyak dan paling

mudah dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Semakin sering suatu

berita atau informasi ditayangkan oleh televisi, maka dengan cepat berita atau

informasi itu bisa menjadi bahan pembicaraan dikalangan masyarakat atau

yang lebih parahnya bisa mempengaruhi masyarakat.

Sebagai suatu program acara televisi dapat dikatakan diterima pemirsa

televisi dan terjaga eksistensinya apabila respon yang diterima pemirsa

televisi terhadap program ILC ini positif atau negatif. Salah satu cara untuk

mengetahui respon yang diberikan oleh pemirsa televisi terhadap acara ILC

adalah mengetahui sikapnya. Menurut Tri Dayakisni (2006:114-115) sikap

(23)

kognitif berkaitan dengan keyakinan, kepercayaan, dan pengetahuan terhadap

suatu objek. Dengan meneliti komponen kognitifnya, maka dapat mengetahui

pengetahuan responden terhadap masalah-masalah yang terjadi di Indonesia.

Komponen afektif berkaitan dengan perasaan suka atau tidak suka pemirsa

televisi terhadap tayangan ILC. Sedangkan konatif merupakan komponen

yang berkaitan dengan perilaku yang ditunjukan pemirsa televisi terkait

dengan talk show ILC.

Sikap merupakan perwujudan respon dari komunikan terhadap

stimulus yang diterima. Bila sikap pemirsa televisi terhadap tayangan talk

show ILC bagus, maka program tersebut akan semakin eksis tayang

ditelevisi. Peneliti mengambil penelitian sikap masyarakat Surabaya terhadap

tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor”, karena ILC merupakan

program talk show yang cukup banyak mengundang pro dan kontra serta

cukup banyak peminatnya.

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang

telah menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor

= Koruptor” dan yang berusia diatas 17 tahun keatas. Peneliti memilih

responden yang berusia 17 tahun keatas, dengan alasan usia ini seseorang

telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterempilan dalam

menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang

realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan

(24)

Berdasarkan uraian yang ada tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Sikap

Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC)

“Advokat Koruptor = Koruptor” di TvOne.

1.2. Perumusan Masalah

Berawal dari latar belakang yang telah penulis jabarkan di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia

Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” di TvOne?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat tentang tayangan

dari salah satu tema acara ILC “Advokat Koruptor = Koruptor” yang ditegur

KPI.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah

penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori

komunikasi tentang pemahaman pesan yang dikemas oleh media

(25)

b. Secara Pr aktis

Kegunaan prkatis yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar

pihak-pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama dapat

mengambil manfaat, selain itu juga bisa dijadikan bahan evaluasi bagi para

pemirsa televisi dalam menyikapi sebuah tayangan di televisi yang

(26)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitan, penulis menemukan jurnal penelitian

yang bisa digunakan bahan referensi menyusun penelitian. Dari penelitian

terdahulu yang berjudul “Sikap Masyarakat Sur abaya Terhadap

Tayangan Berita Mengenai Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok

Yang Disiarkan Melalui Media Televisi”. Peneliti ingin melihat bahwa

penilaian masyarakat muslim saat ini mengenai berita rencana fatwa MUI

haramkan rokok selalu mengundang perdebatan dan sulit diperoleh

kesepakatannya yang pasti mengenai batasan-batasannya. Dalam penelitian

ini menggunakan teori S.O.R, merupakan perwujudan pesan yang

disampaikan pada komunikan akan menimbulkan efek berupa perubahan

sikap yaitu setelah dilakukan pendekatan komunikasi secara pribadi. Teori

S.O.R sebagai singkattan dari Stimulus-Organism-Response ini semula

berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi, tidak

mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi

adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen :

sikap, opini, perilaku, ognisi, afeksi, dan konasi.

Dan pada jurnal penelitian kedua yang berjudul “Sikap Masyarakat

Ter hadap Kekerasan Pada Anak”, kebaikan dan keburukan perilaku anak

(27)

sosial yaitu keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah dan badan-badan

kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan

keagamaan. Dari keempat lingkungan sosial itu, anak belajar tentang tiga

aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotorik

(keterampilan), dan aspek afektif (sikap dan nilai-nilai).

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,

berupaya menjelaskan permasalahan yang sedang dikaji. Selanjutnya

permasalahan tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang cocok dengan

permasalahan sehingga hubungan keduanya, permasalahan dan teori menjadi

jelas.

Dengan adanya dua jurnal penelitian terdahulu tersebut, penulis ingin

meneliti “Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers

Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor”. Penelitian ini diawali dengan

adanya berita mengenai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) diminta untuk

menghentikan tayangan ILC oleh Indonesia Media Watch (IMW). Dari berita

tersebut ternyata dalam penayangan secara live acara ILC pada 29 Agustus

2012, program talk show ILC telah melanggar beberapa peraturan dari KPI.

Penulis tertarik meneliti mengenai sikap masyarakat terhadap program talk

show ILC edisi “Advokat Koruptor = Koruptor, penulis ingin tahu bagaimana

sikap masyarakat Surabaya terhadap program ILC setelah mendapatkan surat

(28)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Televisi Sebagai Komunikasi Massa

Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan satu hal yang

mendasar. Perkembangan media komunikasi modern telah memungkinkan

orang diseluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini

dimungkinkan karena sekarang terdapat berbagai media atau channel yang

dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan.

Dalam studi komunikasi dikenal sejumlah saluran komunikasi, yaitu

bagaimana orang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang

lain. Upaya manusia untuk menyampaikan pesan ini secara garis besar terbagi

atas dua yaitu dengan media atau tanpa media. Penyampaian informasi

dengan menggunakan media terbagi lagi atas dua yaitu : melalui media massa

dan nonmedia massa. Media massa itu antara lain adalah surat kabar, majalah,

televisi, radio, film, dll.

Saat ini bisa dikatakan bahwa televisi yang menjadi media komunikasi

massa paling populer. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas

dari yang namanya televisi. Tidak menonton televisi sehari saja, mungkin kita

sudah ketinggalan banyak informasi. Sebagai media massa elektronik dan

bertumpu kepada teknologi modern maka televisi menjadi media dengan

proses produksi yang mahal.

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi

berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing tele

(29)

informasi baik politik, sosial, budaya, agama, ekonomi dan sebagainya. Jadi

televisi setiap hari telah mengajak kita untuk berkomunikasi secara searah.

Televisi dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang

tetapi tidak menguasai waktu, sementara media cetak seperti surat kabar,

majalahm dll, menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Ini artinya

siaran dari suatu media televisi dapat diterima di mana saja dalam jangkauan

pancarannya (menguasai ruang) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali

(tidak menguasai waktu) (Morissan, 2008:4).

Kelebihan televisi sebagai media massa diantaranya sifatnya yang

audio visual, dapat didengar sekaligus dilihat secara langsung, sehingga

pemirsa merasa mendapatkan sajian informasi atau berita yang lebih realistis

sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pemirsa televisi tidak dituntut melek

huruf maksudnya ialah dibandingkan dengan media cetak, khalayak media ini

dituntut harus melek huruf (bisa membaca), sedangkan pemirsa televisi tidak

dituntut untuk bisa melek huruf karena penyiar atau pembawa beritalah yang

membacakan berita untuk khalayaknya (Suryawati, 2011:45).

Pada intinya televisi memiliki tiga fungsi utama didalam komunikasi

massa (Effendy, 2004:54-55) yaitu :

1. Fungsi Menyiarkan Informasi :

Setiap orang, di mana pun juga ingin mengetahui apa yang terjadi

baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam waktu yang

secepat-cepatnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang

(30)

dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa berlangsung,

seolah-olah pemirsa berada di tempat peristiwa. Faktor berikutnya

siaran televisi mengandung kenyataan. Ini berarti bahwa televisi

menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan

perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan

kenyataan peristiwa yang terjadi.

2. Fungsi Pendidikan :

Siaran di televisi yang mengandung unsur pendidikan bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat

terhadap suatu masalah atau informasi.

3. Fungsi Hiburan

Fungsi hiburan pada televisi merupakan fungsi yang paling

dominan, karena sebagian besar televisi-televisi di Indonesia

menyiarkan acara yang mengandung unsur hiburannya lebih

banyak daripada berita.

Mendapatkan informasi dari televisi itu berarti televisi bertindak

sebagai komunikator, informasi sebagai pesannya dan pemirsanya adalah

komunikan. Maka dengan demikian televisi telah berfungsi sebagai media

komunikasi, komunikannya bukan hanya terdiri dari sekelompok atau

(31)

dapat digolongkan ke dalam komunikasi massa, karena televisi

menyampaikan informasi untuk orang banyak atau khalayak.

Dari sekian banyak media komunikasi massa seperti surat kabar,

majalah, radio, televisi, internet, film, dll. Ternyata televisilah yang

menduduki tingkat teratas yang diminati oleh banyak masyarakat. Karena

kelebihan televisi yang menampilkan informasi secara menarik melalui audio

visual inilah yang memudahkan khalayak menerima informasi secara cepat

dan juga mudah.

2.2.2 Program Televisi

Stasiun televisi setiap harinya menayangkan berbagai jenis program

yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Tidak ada spesifikasi

khusus untuk sebuah program televisi, asalkan program tersebut menarik dan

disukai audience, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum,

dan peraturan yang berlaku. Stasiun televisi dituntut untuk selalu memiliki

kreativitas agar bisa menghasilkan program yang menarik. Berbagai jenis

program itu dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan

jenisnya yaitu : program informasi (berita) dan program hiburan

(entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis,

yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang

harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan

(32)

Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu

music, drama permainan (game show), sinetron, dan pertunjukan (Morissan,

2005:100). Ada pula pembagian program hiburan menjadi beberapa macam

dan jenis, diantaranya yaitu :

1. Variety Show

Suatu acara dimana didalamnya terdapat berbagai macam

permainan, kuis, musik, dan kuis interaktif.

2. Kuis

Acara yang menyajikan suatu permainan yang dilakukan secara

berkelompok atau secara individu.

3. Musik

Acara musik merupakan acara yang paling diminati oleh

masyarakat, biasanya menyajikan berbagai macam aliran musik,

yaitu pop, rock, jazz, dangdut,dll.

4. Talk Show

Acara yang menampilkan pembicaraan dengan tema tertentu tetapi

tetapi tetap dibawakan dalam pembawaan yang santai bahkan

diselingi dengan komedi.

5. Film

Menyajikan berbagai macam film, misalnya film kartun, film

(33)

6. Sinetron

Acara yang menyajikan suatu cerita yang bersambung dan

biasanya menceritakan kehidupan masyarakat yang ada pada saat

sekarang atau pada saat dahulu.

7. Olahraga

Acara yang menyajikan berbagai kegiatan manusia yang ada

kaitannya dengan kebugaran dan kesehatan.

Dalam penelitian ini program Indonesia Lawyers Club (ILC) masuk

dalam kategori hiburan, yaitu talk show.

2.2.3 Talk Show Indonesia Lawyers Club (ILC)

Dari tahun ke tahun program-program yang ada di televisi semakin

beragam jenisnya, diantaranya ada variety show, sinetron, kuis, musik, talk

show, dll. Untuk sekarang program yang paling banyak dan marak di televisi

adalah talk show. Program talk show atau perbincangan adalah program yang

menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu

yang dipandu oleh sorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang

adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau

topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang

tengah dibahas (Morissan, 2008:28).

Talk show yang ditayangkan pada televisi Indonesia, kebanyakkan

adalah talk show yang membahas tentang seputar kehidupan selebritis di

(34)

Follow Cagur, dll. Tidak banyak talk show yang membahas selain topik

mengenai kehidupan selebritis Indonesia. Ada satu talk show yang beda, yaitu

Indonesia Lawyer Club (ILC). Talk show ILC merupakan program unggulan

tvOne saat ini yang dikemas secara interaktif dan apik untuk memberikan

pelajaran hukum bagi para pemirsanya.

Program yang tayang tiap hari Selasa pukul 19.30 WIB ini tiap

tayangannya menghadirkan pakar-pakar ternama, pengamat-pengamat

ternama, pakar bidang lain, dosen, mahasiswa, bahkan pejabat yang terkait

dalam topik yang diangkat. Sehingga sering terjadi debat diantara

orang-orang yang pakar dibidangnya serta berkompeten mengomentari

persoalan-persoalan aktual yang menjadi topik diskusi.

Di pandu oleh host handal Karni Ilyas, talk show ILC sering kali

terjadi perdebatan yang panas saat siaran berlangsung. Tetapi ketika Karni

Ilyas menyudahi perdebatan, menyudahi acara, maka secara otomatis

perdebatan itu telah selesai dan tidak akan berlanjut sampai keluar (tidak

berlanjut di luar acara). Tidak jarang juga perdebatan yang terjadi diantara

pakar-pakar tersebut berujung adu mulut masing-masing pakar sampai

mengarah pada masalah pribadi. Hal ini menyebakan program talk show ILC

sering kali mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

2.2.4 Pemirsa Televisi Sebagai Audience

Istilah audience menurut (McQuail,2005:201) berlaku universal dan

(35)

pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya.

Audience adalah pertemuan publik, berlangsung dalam waktu tertentu, dan

terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara sukarela

sesuai dengan harapan tertentu bagi masyarakat menikmati, mengagumi,

mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan, atau lega. Audience juga dapat

atau memang dikendalikan oleh pihak yang berwenang dan karenanya

merupakan bentuk perilaku kolektif yang dilembagakan.

Dalam komunikasi massa pandangan tentang audience ini

menekankan ukuran yang besarm heterogenitas, penyebaran, dan anonimitas

serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan

cepat dan tidak konsisten. Massa tidak memiliki keberadaan (eksistensi) yang

berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari

dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. Audience memiliki

karakteristik tersendiri. Dengan sifat-sifatnya sebagai berikut :

1. Heterogen

Pendengar adalah massa, yaitu sejumlah orang yang sangat

banyak, dengan sifatnya yang heterogen dan terpencar di berbagai

tempat yang berbeda. Perbedaan pendengar juga meliputi jenis

kelamin, tingkat pendidikan, agama, status sosial, dll.

2. Pribadi

Karena pemirsa berada dalam keadaan heterogen, maka isi pesan

akan diterima dan dimengerti bila sifatnya pribadi sesuai dengan

(36)

3. Aktif

Pemirsa akan berpikir melakukan seperti yang ditayangkan oleh

televisi, apabila tayangan tersebut dianggapnya menarik.

4. Selektif

Pemirsa dapat dengan leluasa memilih program dan channel

televisi yang diminati atau sesuai dengan kebutuhan

masing-masing.

Pada penelitian ini yang menjadi khalayak adalah masyarakat

Surabaya yang pernah menonton acara talk show Indonesia Lawyers Club

(ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” di TvOne.

2.2.5 Sikap

Masalah sikap merupakan masalah yang urgen dalam bidang

Psikologi Sosial. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang sikap,

diantaranya adalah :

1. Thurstone

Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik

itu bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan

obyek-obyek psikologis.

2. Kimball Young

Menyatakan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental

(37)

3. Fishbein & Ajzen

Menyebutkan bahwa sikap sebagai predisposisi yang dipelajari

untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan

dengan obyek tertentu.

4. Sherif & Sherif

Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang

dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau

kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang

memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut

dapat ditemukan unsur yang hampir sama pada sikap, yaitu sikap merupakan

kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsang. Oleh

karena itu manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus

ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup

(Dayakisni, 2006:113-114).

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari

berbagai komponen. Komponen itu diantaranya menurut

(Dayakisni,2006:114-115) ialah :

1. Komponen Kognitif

Komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi

yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari

pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan

(38)

2. Komponen Afektif

Komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak

senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan dengan erat

dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang

berhubungan dengan obyek sikapnya.

Ketiga komponen tersebut akan saling berinteraksi untuk memahami,

merasakan, dan berperilaku terhadap obyek sikap.

2.2.6 Kontrover si Pr ogram Indonesia Lawyer Club (ILC)

KPI dalam rapat plenonya memutuskan member teguran tertulis pada

program ILC tvOne. Program yang kerap membahas topic terkini itu

diberikan sanksi administrative berupa teguran tertulis karena menayangkan

adegan yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012.

Berawal dari postingan Deny Indrayana di media sosial twitter, Deny

menyebutkan “Advokat Koruptor = Koruptor”. Deny mengatakan di akun

twitter pribadinya : “Sekali lagi, Advokat korup adalah koruptor itu sendiri.

Yang membela membabi buta, yang tanpa malu terima bayaran uang hasil

korupsi. Sekian.” Kicauan Denny mengenai advokat koruptor sontak

mendapatkan banyak tanggapan dan tidak sedikit membuat sejumlah advokat

(39)

Kaligis. O.C Kaligis melaporkan Deny Indrayana ke Polda Metro Jaya atas

penghinaan profesi advokat melalui media sosial twitter.

Indonesia Lawyer Club (ILC) sebagai acara talk show yang selalu

membahas hal-hal terkatual dan terupdate di Indonesia pun tertarik pada

kasus yang terjadi pada Deny Indrayana. ILC mengankat issue yang paling

ramai di dunia hukum itu dengan tema : “Deny : Advokat Koruptor =

Koruptor”. ILC menghadirkan beberapa advokat dan nara sumber yang

terkait dengan topik, tetapi sang masalah “Deny” tidak dapat hadir

dikarenakan ada acara lain di jam yang sama. ILC sebagai pihak

penyelenggara tetap berusaha menghadirkan Deny dalam diskusi malam itu,

dengan cara melakukan video call dengan Deny Indrayana, yang bertujuan

untuk mengklarifikasi kicauannya di media sosial twitter. Setelah sesi video

call dari Deny Indrayana, bang Karni sebagai host melanjutkan diskusi

malam itu dengan mulai meminta beberapa advokat mengomentari

pernyataan Deny.

Masalah bermula saat Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea

yang mengomentari pernyataan dari Denny Indrayana mengenai beberapa

advokat yang berbau rasis dan tidak beretika. Contohnya Indra Sahnun Lubis

dengan kalimat “kalau seperti yang dikatakan Denny ini, pantasnya itu

menjadi sebagai penjaga mesjid ajalah. Kalau liat dari mukanya dan matanya

berbicara, saya melihat seperti ada gangguan jiwa pada dirinya. Jadi nggak

pantaslah dia jadi Wamen, dari orangnya, bentuk tubuhnya nggak pantas”.

(40)

ketika Sudjiwo Tedjo protes atas penghinaan tersebut, karena hal tersebut

tidak etis menyerang fisik di forum seperti ini. Ada juga komentar dari

Hotman Paris Hutapea dengan kalimat “ini sudah bukti nyata, pada saat dia

masih miskin, pada saat dia belum dapat jabatan, dia begitu gencar

menyerang istana. Dia itu ngomong nggak pakai otak”. Atas kejadian ini

menyebabkan ILC mendapatkan surat teguran dari KPI, KPI menganggap

pembawa acara telah melakukan pembiaran terhadap pernyataan narasumber

yang mengandung penghinaan terhadap orang dan atau kelompok masyarakat

tertentu.

2.2.7 Teori S-O-R

Teori S-O-R adalah komunikasi paling dasar. Teori ini dipengaruhi

oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Teori ini

menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana.

Jadi teori S-O-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan),

isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu

akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.

Oleh karena itu dapat dianggap proses ini sebagai pertukaran atau

pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan

mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi

(communication act) (Deddy Mulyana, 2007:143-144).

Menurut (Syaiful Rohim, 2009:167-168) teori S-O-R ini pada

(41)

merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan begitu seseorang dapat

mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan

media dan reaksi audience. Prinsip stimulus respons mengasumsikan bahwa

pesan dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala

yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi

sejumlah besar individu, dan bukannya ditujukan pada orang per orang.

Gambar 2.2 : Model Teori S-O-R

Gambar di atas menunjukan bahwa :

a. Pesan (Stimulus, S) merupakan pesan yang disampaikan komunikator

kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa lambung

atau tanda.

b. Komunikan (Organism, O) merupakan keadaan komunikan disaat

menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai

informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan

komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan

memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui lambang dan tanda

tersebut. Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami

setiap pesan yang disampaikan melalui lambang dan tanda tersebut.

(42)

Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap

pesan yang disampaikan komunikan.

c. Efek (Response, R) merupakan dampak daripada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu sikap afektif, kognitif, dan konatif.

Teori ini dapat berlaku bagi dampak yang diinginkan dan yang tidak

diinginkan, teori ini mengandaikan dampak yang kurang lebih langsung

sejalan dengan perhatian pengirim atau tercakup dalam pesan. Ada alasan

untuk mempercayai bahwa pesan yang berasal dari sumber yang berwenang

dan dapat dipercaya relatif akan lebih efektif, seperti halnya dengan sumber

yang menarik atau dekat (serupa) dengan penerima. Mengenai isi, keefektifan

dikaitkan dengan perulangan, konsistensi, dan kurangnya alternatif (situasi

monopoli). Umumnya dampak yang diinginkan juga cenderung lebih

mungkin terjadi dalam sejumlah topik yang dianggap penting, atau kurang

penting bagi penerima (McQuail, 2004:234-235).

Teori S-O-R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat

kesuaian antara unsur-unsur dari teori terkait dengan topik yang diangkat

yaitu sikap pemirsa Surabaya terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club

(43)

2.3 Kerangka Berpikir

Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia. Jenis media ini, sebagai media audio-visual yang tidak membebani

banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Perkembangan

keberadaannya jauh melampaui media-media massa lain, seperti media cetak

koran, majalah, apalagi buku. Dibandingkan dengan media komunikasi

lainnya, televisilah yang mempunyai pengaruh paling kuat pada kehidupan

manusia saat ini. Televisi dapat mendominasi proses komunikasi massa,

dikarenakan sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

khalayak luas secara serempak. Dengan begitu tentu televisi juga mempunyai

efek yang kuat terhadap khalayak atau audience nya, efek yang dimunculkan

untuk setiap orang pun berbeda-beda. Salah satu dari efek tersebut adalah

sikap, sikap yang dimunculkan oleh khalayak atau audience pun beragam.

Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan

dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini pesan yang

disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan

perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah

pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek

kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan

tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya

perasaan iba, terharu, sedih, takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya.

Yang paling tinggi kadarnya adalah efek behavioral, yaitu timbul pada

(44)

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

sebenarnya sikap masyarakat Surabaya terhadap program acara talk show

Indonesia Lawyer Club (ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” di tvOne

dilihat dari sikap-sikap yang dimunculkan oleh audience saat melihat

tayangan tersebut.

Model kerangka berpikir yang digunakan di dalam penelitian ini

tampak pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Sikap

Masyarakat Terhadap Tayangan ILC tvOne “Advokat

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik

(Sugiyono. 2007:7). Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik dan pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic

dengan tujuan menguji hipotesis (Sugiyono, 2007:14).

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari

variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan,

meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang

terjadi pada penonton Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =

Koruptor” yang berusia 17 tahun keatas yang menjadi obyek penelitian itu

kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang

kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001 : 48).

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui Sikap Masyarakat

(46)

Koruptor” di TvOne yang mendapat teguran dari KPI. Untuk lebih mudah

pengukurannya, maka akan dijelaskan sebagai berikut :

3.1.1 Sikap

Sikap adalah merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk

bereaksi terhadap rangsang. Oleh karena itu manifestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah

laku yang masih tertutup. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan

kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek

sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi

atau kelompok. Sikap ini dapat dibedakan dalam tiga hal yakni aspek

kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.

Sikap pemirsa di Surabaya terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club

(ILC) “Advokat Koruptor = Koruptor” adalah respon yang diberikan oleh

pemirsa di Surabaya setelah menonton tayangan ILC dalam tema “Advokat

Koruptor = Koruptor” dalam wujud orientasi atau kcenderungan

mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan tidak

terprovokasi dalam menyikapi ataupun menangapi setiap tema yang disajikan

oleh talk show ILC.

Untuk mengukur tiga aspek sikap dalam penelitian ini, berikut akan

(47)

1. Aspek kognitif menunjukkan pengetahuan atau pemahaman

masyarakat atau pemirsa mengenai tayangan ILC “Advokat

Koruptor = Koruptor di tvOne, yakni meliputi :

a. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =

Koruptor”, anda mengetahui klarifikasi Denny Indrayana atas

pernyataan bahwa advokat koruptor=koruptor

b. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =

Koruptor”, anda mengetahui penghinaan yang dilakukan Indra

Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana.

c. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =

Koruptor”, anda mengetahui penghinaan yang dilakukan

Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana.

d. Dengan menonton program ILC “Advokat Koruptor =

Koruptor”, anda mengetahui bahwa O.C Kaligis telah

melaporkan Denny Indrayana ke Polda Metro Jaya terkait

penghinaan terhadap profesi advokat.

2. Aspek afektif menunjukkan perasaan seperti kesukaan,

ketertarikan, dan kekaguman masyarakat atau pemirsa di Surabaya

terhadap talk show ILC “Advokat Koruptor = Koruptor”, yakni

meliputi :

a. Merasa suka dengan penjelasan pernyataan Denny

(48)

b. Merasa tidak suka dengan cara mengkritik yang dilakukan

Indra Sahnun Lubis kepada Denny Indrayana dalam

tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor.

c. Merasa tidak suka dengan cara mengkritik yang dilakukan

Hotman Paris Hutapea kepada Denny Indrayana dalam

tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor.

d. Merasa kecewa mengenai tayangan ILC “Advokat

Koruptor = Koruptor yang mendapat teguran dari KPI.

3. Aspek konatif menunjukkan kecenderungan masyarakat atau

pemirsa di Surabaya dalam menanggapi acara talk show ILC

“Advokat Koruptor = Koruptor”, yakni meliputi :

a. Keinginan untuk mengetahui respon responden terhadap

pernyataan Denny Indrayana mengenai “Advokat

Koruptor=Koruptor”.

b. Keinginan untuk mengetahui respon responden terhadap

penghinaan – penghinaan secara fisik dan unsur agama

yang dilakukan Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris

Hutapea kepada Denny Indrayana dalam tayangan ILC

“Advokat Koruptor=koruptor.

c. Keinginan mengetahui diterimanya saran-saran yang

diberikan narasumber terhadap tema “Advokat

(49)

d. Keinginan untuk memberikan masukan terhadap acara

ILC.

3.1.2 Masyarakat Sur abaya

Masyarakat kota Surabaya merupakan khalayak sasaran (target

audience). Responden dalam penelitian ini adalah yang berusian 17 tahun

keatas, dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki

kemampuan intelektual maupun keterampilan dasar dalam menganalisa

sebuah berita dan ditunjang oleh sikap pandangan yang realistis terhadap

lingkungannya, sehingga dapat mengikuti perubahan zaman.

Masyarakat Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang telah menonton tayangan ILC “Advokat Koruptor =

Koruptor” di TvOne.

3.1.3 Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =

Koruptor” di TvOne

Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =

Koruptor di TvOne merupakan salah satu tayangan talk show yang berbeda

dengan acara talk show yang lain. Tayangan talk show ILC menyajikan tema

acara yang berbeda di setiap penayangannya. Tema yang diangkat selalu

tema-tema yang terupdate mengenai Indonesia, di ILC lebih sering mengakat

tema-tema politik. ILC selalu menghadirkan narasumber dan pakar pakar

(50)

terjadi antara narasumber atau pakar-pakar yang mengomentari mengenai

suatu tema yang diangkat. Seringkali perdebatan tersebut menjadi kelewat

batas dan lebih menjurus kepada masalah pribadi masing-masing nara

sumber.

Hal ini terjadi ketika tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor”,

berawal dari postingan Deny Indrayana di media sosial twitter, Deny

menyebutkan “Advokat Koruptor = Koruptor”. Deny mengatakan di akun

twitter pribadinya : “Sekali lagi, Advokat korup adalah koruptor itu sendiri.

Yang membela membabi buta, yang tanpa malu terima bayaran uang hasil

korupsi. Sekian.” Kicauan Denny mengenai advokat koruptor sontak

mendapatkan banyak tanggapan dan tidak sedikit membuat sejumlah advokat

geram. Karena ulahnya ini, Deny mendapat protes keras dari pengacara O.C

Kaligis. O.C Kaligis melaporkan Deny Indrayana ke Polda Metro Jaya atas

penghinaan profesi advokat melalui media sosial twitter.

Indonesia Lawyer Club (ILC) sebagai acara talk show yang selalu

membahas hal-hal terkatual dan terupdate di Indonesia pun tertarik pada

kasus yang terjadi pada Deny Indrayana. ILC mengangkat issue yang paling

ramai di dunia hukum itu dengan tema : “Deny : Advokat Koruptor =

Koruptor”. ILC menghadirkan beberapa advokat dan nara sumber yang

terkait dengan topik, tetapi sang masalah “Deny” tidak dapat hadir

dikarenakan ada acara lain di jam yang sama. ILC sebagai pihak

penyelenggara tetap berusaha menghadirkan Deny dalam diskusi malam itu,

(51)

untuk mengklarifikasi kicauannya di media sosial twitter. Setelah sesi video

call dari Deny Indrayana, bang Karni sebagai host melanjutkan diskusi

malam itu dengan mulai meminta beberapa advokat mengomentari

pernyataan Deny.

Masalah bermula saat Indra Sahnun Lubis dan Hotman Paris Hutapea

yang mengomentari pernyataan dari Denny Indrayana mengenai beberapa

advokat yang berbau rasis dan tidak beretika. Contohnya Indra Sahnun Lubis

dengan kalimat “kalau seperti yang dikatakan Denny ini, pantasnya itu

menjadi sebagai penjaga mesjid ajalah. Kalau liat dari mukanya dan matanya

berbicara, saya melihat seperti ada gangguan jiwa pada dirinya. Jadi nggak

pantaslah dia jadi Wamen, dari orangnya, bentuk tubuhnya nggak pantas”.

Pernyataan dari Indra Sahnun Lubis yang menghina Deny, baru terhenti

ketika Sudjiwo Tedjo protes atas penghinaan tersebut, karena hal tersebut

tidak etis menyerang fisik di forum seperti ini. Ada juga komentar dari

Hotman Paris Hutapea dengan kalimat “ini sudah bukti nyata, pada saat dia

masih miskin, pada saat dia belum dapat jabatan, dia begitu gencar

menyerang istana. Dia itu ngomong nggak pakai otak”. Atas kejadian ini

menyebabkan ILC mendapatkan surat teguran dari KPI, KPI menganggap

pembawa acara telah melakukan pembiaran terhadap pernyataan narasumber

yang mengandung penghinaan terhadap orang dan atau kelompok masyarakat

(52)

3.2 Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variabel sikap masyarakat atau pemirsa di Surabaya

terhadap tayangan ILC “Advokat Koruptor = Koruptor dalam penelitian ini

digunakan model skala likert (skala sikap). Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara

spesifik dan sistematik oleh peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap

terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam menyusun item-item

instrunen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,2008:93).

Setiap pertanyaan dan pertanyaan tersebut dihubungkan dengan

jawaban yang berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan

dengan kata-kata :

Sangat Setuju (SS) = skor 4

Setuju (S) = skor 3

Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 2

Tidak Setuju (TS) = skor 1

Maka Interval Penelitian ini adalah :

Interval = ( × )–( × )

=

( ) ( )

= =

4

Positif = 12-16

Netral = 8-11

Negatif = 4-7

(53)

Interval = ( × )–( × )

=

( ) ( )

= =

12

Jadi :

Interval negatif = 12 – 23

Interval netral = 24 – 35

Interval positif = 36 - 48

Yang berarti bahwa :

Positif = masyarakat Surabaya setuju dengan pernyataan advokat

koruptor=koruptor dan tidak setuju dengan adanya penghinaan kepada Denny

Indrayana.

Netral = masyarakat Surabaya bersikap biasa aja terhadap pernyataan Denny

mengenai advokat koruptor=koruptor, maupun penghinaan yang terjadi untuk

Denny, masyarakat beranggapan itu wajar.

Negatif = masyarakat Surabaya tidak setuju dengan pernyataan Denny

mengeai advokat koruptor=koruptor, dan meanggap Denny memang pantas

mendapatkan penghinaan seperti itu, karena itu memang ulahnya yang

membuat sejumlah advokat tersinggung.

Dalam penelitian ini meniadakan jawaban ragu-ragu (undecided)

karena kategori ragu-ragu memiliki makna ganda yaitu bisa diartikan belum

bisa memberikan jawaban, netral, dan ragu-ragu. Disediakannya jawaban di

tengah-tengah juga akan mengakibatkan responden akan memilih jawaban di

tengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-ragu akan memilih

(54)

menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang

diperlukan banyak yang hilang (Kriyantono. 2007:134).

Variabel sikap masyarakat terhadap tayangan ILC “Advokat Koruptor

= Koruptor” dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi kategori yaitu

positif, netral, dan negatif yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban

masing-masing responden. Jumlah skor yang menadi batasan skor untuk lebar

interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus :

Range (R) : Skor Tertinggi – Skor Terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

Range (R) : Batasan dari setiap angkatan.

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item

pertanyaaan.

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item

pertanyaan.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya

akan di duga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya

yang berusia 17 tahun keatas berjumlah 3.024.319 orang (BPS 2011). Alasan

mengapa peneliti mengambil Surabaya sebagai lokasi penelitian karena Surabaya

(55)

3.3.2 Sampel dan Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang

pernah menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat Koruptor =

Koruptor” di tvOne. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2008:61).

Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti dalam penelitian ini

adalah :

1. Berusia diatas 17 tahun.

2. Bertempat tinggal di Surabaya.

3. Pernah melihat tayangan Indonesia Lawyers Club “Advokat Koruptor =

Koruptor” dengan lama durasi minimal 45 menit.

4. Pernah melihat acara tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) “Advokat

Koruptor = Koruptor”.

Jumlah sampel yang terpilih nantinya akan dihitung dengan

menggunakan rumus Yamane sebagai berikut :

n =

( )

Keterangan :

N = Populasi

n = Jumlah Sampel

d = Presisi (derajat ketelitian = 0,1)

(56)

Maka :

maka responden dalam penelitian ini adalah 100 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan bisa dikategorikan dalam dua jenis,

yaitu:

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara

terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada

kuesioner. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pertanyaan tertutup

atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau

dikirim melalui pos, atau internet (Sugiyono, 2008:142).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang terkait dengan

(57)

buku-buku literatur atau informasi tertulis lainnya. Data sekunder

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Surabaya dan instansi-instansi terkait.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel

frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari

hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh

responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah

untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner

terdiri dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam

tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskirptif setiap pertanyaan

yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan rumus :

P = × 100%

Keterangan :

P = Persentase Responden

F = Frekuensi Responden

N = Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang

diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya

dilampirkan dalam hasil tabel yang disebut tabulasi agar mudah

Gambar

Gambar 2.2 : Model Teori S-O-R
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Sikap
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Lamanya Responden Dalam Menonton Indonesia Lawyers Club (ILC)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pertumbuhan penjualan yang tidak signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi disebabkan oleh meningkatnya

Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan , Rineka Cipta, Jakarta, 2001, Cet. blogspot.com, dikutip pada tanggal 13 Agustus 2015. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional

Hasil pengukuran rata-rata diameter daya antimikroba dari ekstrak kasar etanol, fraksi kloroform, fraksi n-heksan, dan fraksi metanol dari spons Theonella swinhoei terhadap

Karakterisasi isolat AF-E6(12-13)-7 dari kayu batang durian kusik (D.dulcis Becc.) dilakukan dengan melihat senyawa fenolik yang telah ditemukan pada jenis durian

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik (kondisi kerja) yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka dapat diketahui bahwa pada umumnya responden yang diteliti memiliki pengaruh bauran pemasaran jasa yang baik terhadap

SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta suda h menggunakan sistem komputer, mereka belum memanfaatkan secara optimal yaitu hanya berkaitan dengan pengetikan surat menyurat atau

Dengan demikian diantara 3 kelompok perlakuan (P1, P2, P3) dapat dikatakan bahwa pada P3 yaitu pemberian ekstrak temu kunci dosis 2,8 mg/gr BB memiliki efek yang paling besar dalam