• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI PEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING) INDRA THAMRIN I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI PEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING) INDRA THAMRIN I"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

INDRA THAMRIN

I34060248

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRACT

Leadership is individual ability to lead and influence other individuals. Leadership styles give much influence how a leader in multi level marketing can lead, to direct, to motivate, to guide, and to rise spirit to networkers in order to success. The aim of this study is to analyze the leadership styles used by leader networker, to find the factors that influence leader networker leadership style, and the influence of leadership styles on the networker performances. This study uses a combination of quantitative method and qualitative method. The results show that the consultative leadership and partisipative styles tend to produce a high performances among networkers. The application of directive and delagate style of leadership also tend to produce a high performances in different situation.

(3)

RINGKASAN

INDRA THAMRIN. ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI PEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING) (KASUS NETWORKER PT SINGA LANGIT JAYA, KOTA BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT). (Di bawah bimbingan SAID RUSLI).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan leader

networker dalam industri pemasaran jaringan, menelaah faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya kepemimpinan leader networker dalam industri pemasaran jaringan, serta menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan leader networker terhadap kinerja para networker dalam industri pemasaran jaringan. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian dilaksakan selama dua bulan yaitu pada bulan Januari-Februari 2010.

Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif (metode survei) dan kualitatif. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam menetapkan responden networker adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel sebesar populasi yang ada.

Pada teknik pengolahan dan analisis data, data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Tabel frekuensi digunakan untuk melihat gaya kepemimpinan dan pengaruh gaya kepemimpinan dengan kinerja networker. Data kualitatif yang diperoleh dari wawancara diintegrasikan dengan hasil analisis data kuantitatif, selanjutnya ditarik suatu kesimpulan untuk mencapai tujuan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, gaya kepemimpinan yang paling banyak diterapkan leader networker adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif. Pada kegiatan-kegiatan tertentu juga diterapkan gaya kepemimpinan direktif dan delegatif.

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker Tianshi dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di lingkungan organisasi. Karakteristik leader networker dalam hal ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki leader networker, kepribadian leader

(4)

mengambil keputusan. Karakteristik networker meliputi tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman. Situasi meliputi situasi atau keadaan lingkungan kerja support system Tianshi yaitu Unicore, situasi masalah yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan, serta bidang kegiatan networker.

Secara umum, kinerja networker PT Singa Langit Jaya tergolong berkinerja tinggi. Penerapan gaya kepemimpinan dapat berpengaruh terhadap kinerja networker. Semua penerapan gaya kepemimpinan leader networker menghasilkan kinerja yang tinggi pada berbagai bidang kegiatan networker.

(5)

ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI

PEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING)

(Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

INDRA THAMRIN

I34060248

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor 2010

(6)

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama mahasiswa : Indra Thamrin

NRP : I34060248

Judul : Analisis Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran

Jaringan (Multi Level Marketing) (Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Said Rusli, MA NIP. 19450621 196902 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

”ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI PEMASARAN

JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING) (KASUS NETWORKER PT SINGA LANGIT JAYA, KOTA BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT)”

BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA.

Bogor, Juni 2010

Indra Thamrin I34060248

(8)

RIWAYAT HIDUP

Indra Thamrin dilahirkan di Palembang pada tanggal 29 Juni 1988, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Tjarsan Thamrin dan Ibu Maria Magdalena serta memiliki kakak laki-laki Benny Thamrin dan David Thamrin dan adik perempuan Ferina Thamrin. Penulis memasuki bangku sekolah untuk pertama kalinya tahun 1993 di TK Xaverius Lubuklinggau. Pada tahun ajaran 1994 penulis melanjutkan pendidikan di SD Xaverius Lubuklinggau dan tamat pada tahun ajaran 2000. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Xaverius Lubuklinggau sampai lulus tahun 2003. Pendidikan menengah atas penulis ditempuh di SMA Xaverius Lubuklinggau dan lulus pada tahun 2006. Setelah menamatkan pendidikan di bangku SMA penulis kemudian di terima untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi di luar kampus. Diantaranya adalah sebagai Wakil Kepala Sekolah Minggu Vihara Dharma Surya Maitreya Bogor, Wakil Presiden Istana Galih, dan Sekolah Pengembangan Diri Unicore. Selain aktif di organisasi di luar kampus, penulis juga menjadi Asisten Dosen untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan. Sambil kuliah dan organisasi, penulis juga berwirausaha dan membangun bisnis sendiri sejak TPB. Penulis juga aktif menjadi MC, moderator, dan pembicara di bidang entrepreneur berbagai seminar dan pelatihan. Penulis pernah dilatih langsung dalam pelatihan entrepreneur oleh Prof Rhenald Kasali, Phd, Om Bob Sadino, Pak Ciputra, dan pengusaha-pengusaha sukses lainnya. Saat ini penulis sudah mempunyai beberapa bisnis yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga setelah menamatkan pendidikan S1 di IPB penulis akan melanjutkan wirausahanya.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang mendalam penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ”Analisis Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran Jaringan (Multi

Level Marketing) (Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi

Jawa Barat) ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini dapat selesai dengan baik tidak terlepas dari berbagai pihak yang membantu dalam berbagai hal dari masa awal penulisan hingga akhir penulisan. Untuk itu ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa, Buddha Maitreya atas berkat dan rahmat – Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Said Rusli, MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan ini dengan sabar.

3. Bapak Dr.Lala M.Kolopaking, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Ratri Virianita,S.Sos, M.Si selaku dosen penguji departemen.

4. Keluarga tercinta, Mama dan Papa atas semua doa dan perhatiannya. Juga untuk kedua kakakku, Benny Thamrin dan David Thamrin, serta adikku Ferina Thamrin.

5. Agung Wibowo, SE, dan Erick Wahyudyono, SP memberikan banyak pelajaran hidup dan bisnis untukku.

6. Parnamian Johannes, teman seperjuanganku, my best friend dan Emy Chai yang telah banyak memberikan inspirasi bagi penulis.

7. Teman-teman KPM 43 yang mengambil program akselerasi, Siska Triana, Arif, Adji, Eiga, Fefe, Riri, juga Demoel, Nirmala, Dwi, Andy Norman, Ipung, Arul, Baday, Nana, Andris dan semua teman-teman KPM 43. 8. Sahabat-Sahabatku di Republik Galih yang selalu memberikan semangat

untukku, Mantan Presiden Andri Meiriki SP, ME, Urip Azhari, S, Hut, M,Hut, Angga Perima, Budiman, Anas Mutakin, Adit, Iqbal, Pandu, Jeng Utin, Mas Dede, dan Martin Dwiko.

9. Rekan-rekan Vihara Dharma Surya Maitreya Bogor dan Lubuklinggau, Yolanda Agustina, Ko Pik Ju, Ce Maria, Hadi, para abdi Tuhan.

10. Para upline dan downlineku di Tianshi, Unicore, terutama Mbak Dimi atas motivasi dan bimbingannya selama ini.

11. Teman-teman KPM 42, 43, 44, dan 45 yang tidak tersebutkan namanya dan telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

12. Rekan-rekan CDA IPB dan Wirausaha Muda Mandiri atas semangat dan motivasinya.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan perbaikan demi kesempurnaan tulisan ini, terlepas dari itu penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.

Bogor, Juni 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ...ii

RINGKASAN ...iii

HALAMAN JUDUL ...v

LEMBAR PENGESAHAN ...vi

PERNYATAAN ...vii

RIWAYAT HIDUP ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ………....xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………....1

1.2 Perumusan Masalah ………....5

1.3 Tujuan Penelitian ………6

1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 7

BAB II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ………7

2.1.1 Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ……….7

2.1.2 Fungsi-Fungsi Kepemimpinan ………..…...12

2.1.3 Gaya Kepemimpinan ………....13

2.1.4 Multi Level Marketing ………..…15

2.1.5 Kelebihan-Kelebihan Bisnis MLM ………...17

2.1.6 Kinerja Pegawai ………...19

2.1.7 Penilaian Kinerja Pegawai ………...…20

2.1.8 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai ……….……21

2.2 Kerangka Pemikiran ………22

2.3 Hipotesis Pengarah ………..23

2.4 Hipotesis Uji ………...….24

2.5 Definisi Konseptual ………...24

(11)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ……….. 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………29

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………...30

3.4 Teknik Penentuan Responden ………..31

3.5 Teknik Analisis Data ………31

BAB IV. PROFIL PT SINGA LANGIT JAYA 4.1 Sejarah PT Singa Langit Jaya ………..33

4.2 Pemasaran PT Singa Langit Jaya ………34

4.3 Pembagian Bonus……….………....40

BAB V. GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER 5.1 Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal ………...43

5.2 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas ……….45

5.3 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi ...47

5.4 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemakai Produk………..….….…...48

5.5 Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atau Konflik yang Terjadi dalam Jaringan ………...…50

5.6 Ikhtisar ……….... 52

BAB VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER 6.1 Karakteristik Leader Networker ……….. 54

6.2 Karakteristik Networker………57

6.3 Situasi di Lingkungan Organisasi ……….…...60

6.4 Ikhtisar ………...….……..61

BAB VII. PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER 7.1 Kinerja Networker ……….……….. 63

7.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker terhadap Kinerja Networker ……….64

7.2.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal ……….…...65

7.2.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas ………..66

7.2.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi ………..…68

(12)

Berkaitan dengan Pemakai Produk ………..69

7.2.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atau Konflik yang Terjadi

dalam Jaringan………..…………70

7.3 Ikhtisar ……….71

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ………..72

8.2 Saran ………73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Bonus Kepemimpinan ... 40 Tabel 2. Bonus Langsung dan Bonus Tidak Langsung ... 41 Tabel 3. Bonus Kepemimpinan ... 41 Tabel 4. Distribusi Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan

Leader Networker Menurut Bidang Kegiatan

Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah...53 Tabel 5. Distribusi Responden Networker PT Singa Langit Jaya

Menurut Kinerjanya Berdasarkan Penilaian Networker

yang Bersangkutan ……….63

Tabel 6. Distribusi Responden Networker menurut Gaya

Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker

pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal……. 65

Tabel 7. Distribusi Responden Networker menurut Gaya

Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan

Tugas ………..…………66 Tabel 8. Distribusi Responden Networker menurut Gaya

Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi ..68 Tabel 9. Distribusi Responden Networker menurut Gaya

Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemakai

Produk ………...………69

Tabel 10. Distribusi Responden Networker menurut Gaya

Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Contoh Sistem Penggandaan MLM...3 Gambar 2. Determinan Kepemimpinan...10

Gambar 3. Kerangka Pemikiran………..…23

Gambar 4. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader

Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan

Jadwal ... 44 Gambar 5. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader

Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan

Tugas ... 45 Gambar 6. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader

Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian

Konsultasi ... 47 Gambar 7. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader

Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan

Pemakai Produk ... 49 Gambar 8. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader

Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian

(15)

1

www.sinarharapan.co.id, diakses tanggal 27 Desember 2009

2

www.apli.co.id, diakses tanggal 27 Desember 2009

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pemasaran jaringan atau lebih dikenal dengan sebutan Multi Level

Marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang dewasa ini menjadi booming. Banyak perusahaan besar dunia memasarkan produknya melalui

distribusi jaringan. Data dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) mencatat ada puluhan perusahaan asing yang memasarkan produk dengan berbasis jaringan di Indonesia. Hal ini berdampak dengan munculnya para distributor pemasar jaringan perusahaan-perusahaan tersebut.

Bisnis MLM masuk ke Indonesia sekitar dua puluh tahun yang lalu.1 Perkembangannya di Indonesia sangat meyakinkan, ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang menggunakan sistem MLM di Indonesia dari tahun ke tahun, seperti Tianshi, Amway, Herbalife, Forever Young, Avon, Sophie Martin, Oriflame dan Tupperware, sementara untuk MLM lokal di Indonesia terdapat nama-nama seperti CNI, MQ-Net, Triple-S, Ahad Net dan perusahaan MLM lainnya.

Pertumbuhan bisnis MLM dapat terlihat dari data perusahaan MLM yang terdaftar di APLI sejak tahun 1993 hingga saat ini. Pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 tercatat ada puluhan perusahaan MLM yang resmi terdaftar di APLI. Rata-rata pertumbuhan bisnis MLM adalah yaitu lima perusahaan MLM per tahun.2

Industri pemasaran jaringan yang juga sering disebut network marketing atau personal franchise menjadi booming saat ini dikarenakan berbagai faktor.

(16)

Salah satunya yaitu dalam industri pemasaran jaringan para pelakunya tidak mengenal latar belakang. Berbeda dengan di dunia konvensional dimana harus memiliki gelar kesarjanaan dan bidang ilmu khusus, dalam industri pemasaran jaringan siapapun bisa menjalankannya, tidak peduli apakah ia seorang dokter, sarjana, bahkan seorang satpam dan tukang ojek pun bisa menjalankan bisnis MLM. Selain itu, modal yang digunakan dalam menjalankan MLM bisa dijangkau semua khalayak dengan tingkat pengembalian modal yang relatif cepat, resiko kecil, serta memiliki potensi penghasilan yang tidak terbatas menjadikan MLM

booming saat ini.

Teori dasar yang menjadi pondasi praktek MLM yaitu bahwa organisasi berkembang secara geometris melalui prinsip penggandaan ke bawah. Maksudnya, seseorang yang memulai bisnis MLM biasanya dengan hanya mengenal dua orang (atau lebih), kemudian dua orang tersebut masing-masing mengenalkan dua orang berikutnya masing-masing mengenalkan dua orang lagi dan begitu seterusnya. Sekelompok orang tersebut dengan sendirinya akan membentuk sebuah tim yang berada di bawah kepemimpinan orang pertama.

Pola bisnis MLM yaitu membangun bisnis dari rumah (home based

business) atau pola pemasaran jaringan progresif. Seorang yang mengikuti pola

bisnis MLM merupakan distributor atau anggota yang menempati suatu posisi dalam jenjang karir sistem tersebut. Distributor mempunyai seorang upline yaitu pihak yang mengajaknya (mensponsori) dalam bisnis MLM, sedangkan distributor itu sendiri disebut downline. Seorang doenline akan menjadi upline jika telah memiliki downline lain di bawahnya. Sekumpulan distributor yang membentuk struktur upline-downline akan membentuk suatu jaringan. Dalam jaringan terdapat

(17)

”kaki” dan level. Kaki adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara vertikal,

dan level adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara horizontal (Tracy, 2005).

Jaringan yang telah terbentuk akan terus tumbuh tanpa ada batasnya, selama para anggota terus mensponsori pihak baru untuk masuk dalam bisnis MLM maka jaringan akan terus membesar dan meluas. Dari berawal hanya mensponsori satu atau dua orang, seorang distributor akan mempunyai downline mungkin sampai ratusan. Misalnya seorang distributor mensponsori dua orang, kemudian masing-masing dari kedua orang tersebut mensponsori dua orang lagi, demikian seterusnya. Maka dapat dibayangkan berapa distributor yang akan tergabung dalam kelompok tersebut. Pertumbuhan kelompok tersebut secara teoritis akan terlihat seperti pada Gambar 1.

PT Singa Langit Jaya (Tianshi) adalah salah satu perusahaan MLM multi nasional yang tercepat penyebarannya dalam sejarah dunia. Dalam jangka 10 tahun sejak didirikannya tahun 1992, Tianshi sudah mempunyai jaringan di lebih dari 160 negara. Kunci utama keberhasilan bisnis Tianhi adalah kualitas dan manfaat produk yang nyata. Pada tahun 2010 Tianshi memiliki visi bisa masuk dalam Fortune 500 (daftar 500 perusahaan ternama dunia). Untuk mencapai tujuan

Distributor 2 Level 1 4 Level 2 8 Level 3 16 Level 4 30

(18)

tersebut Tianshi sedang membangun 1000 Bannerstore (supermarket berbasis MLM) di seluruh dunia.

Dalam membangun jaringan bisnisnya, salah satu kunci keberhasilan

networker atau pembangun jaringan menjalankan MLM adalah faktor kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan (leadership) memberikan pengaruh yang besar, bagaimana seorang leader dalam sebuah MLM dapat memimpin, mengarahkan, memberikan motivasi, bimbingan, dan semangat kepada jaringannya supaya menjadi sukses dan berhasil seperti dirinya.

Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha. Kepemimpinan yang sukses menunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan dengan sukses pula. Para pemimpin organisasi harus mampu mempergunakan kewenangannya dalam merubah sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja dengan giat dan berkeinginan mencapai hasil yang optimal. Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku para anggota organisasi/bawahan (Nawawi, 2003).

Seorang pemimpin sebagai individu merupakan suatu kepribadian yang berhadapan dengan sejumlah individu lainnya yang masing-masing juga merupakan suatu kepribadian. Dalam keadaaan seperti itu seorang pemimpin harus memahami setiap kepribadian yang berbeda dengan kepribadiannya sendiri. Pemimpin sebagai suatu kepribadian memiliki motivasi yang mungkin tidak sama dengan motivasi anggota kelompoknya, baik dalam mewujudkan kehendak untuk bergabung dan bersatu dalam suatu kelompok maupun dalam melaksanakan

(19)

kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu organisasi MLM, setiap pemimpin merupakan pribadi yang sangat sentral yang sangat besar pengaruhnya terhadap pegawainya yang terlihat dalam sikap dan perilakunya pada waktu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Saat ini, dari sekian banyak perusahaan MLM di Indonesia hanya beberapa perusahaan MLM saja yang bisa bertahan dan terus berkembang, salah satunya adalah PT Singa Langit Jaya. Selain memiliki kualitas produk yang sangat baik, kunci utama PT Singa Langit Jaya terus berkembang adalah faktor kepemimpinan yang dimiliki oleh networkernya. Belum banyak peneliti yang memfokuskan penelitiannya mengenai kepemimpinan dalam industri pemasaran jaringan, oleh karena itulah, penulis yang saat ini sedang mendalami ilmu tentang kepemimpinan sekaligus menjalankan bisnis pemasaran jaringan tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis kepemimpinan dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing).

1.2 Perumusan Masalah

PT Singa Langit Jaya (Tianshi) mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan merupakan salah satu perusahaan bersistem MLM yang telah terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) dengan nomor anggota 9957/07/01. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan MLM terbesar di Indonesia yang bertahan hingga saat ini. Bertahan dan berkembangnya perusahaan Tianshi tidak terlepas dari peranan leader networkernya dalam memimpin dan mengembangkan jaringannya. Peranan seorang leader networker penting untuk mencapai tujuan perusahaan Tianshi, terutama berkaitan dengan peningkatan

(20)

kinerja networker dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk mewujudkan sikap kerja dan kinerja networker yang baik, diperlukan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh seorang leader networker, yaitu dengan

menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat.

Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, perumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gaya kepemimpinan leader networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing) PT Singa Langit Jaya? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan leader

networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing)

PT Singa Langit Jaya?

3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan leader networker terhadap kinerja networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level

Marketing) PT Singa Langit Jaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan leader networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing) PT Singa Langit Jaya. 2. Menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan leader

networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing)

(21)

3. Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan leader networker terhadap kinerja para networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level

Marketing) PT Singa Langit Jaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, seperti networker PT Singa Langit Jaya, institusi pendidikan, dan para pembaca maupun peminat studi yang dijadikan topik penulisan untuk menambah informasi sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait. Bagi para networker atau pembangun jaringan, penelitian ini dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinannya dalam membangun jaringan bisnisnya. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat berguna untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang kepemimpinan dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing) PT Singa Langit Jaya.

(22)

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Seorang pemimpin dapat berhasil apabila mendapat dukungan dari bawahannya yang termotivasi untuk bekerja. Oleh sebab itu, pemimpin perlu berupaya agar bawahannya selalu termotivasi dalam bekerja. Terdapat hubungan yang kuat antara pola kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai, terutama pada hubungan antara atasan dan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin dapat mempengaruhi tingkat motivasi kerja pegawai, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kepemimpinan yang efektif dapat meningkatkan motivasi kerja sehingga pegawai dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal. Kepemimpinan mengandung arti yang lebih kompleks dari definisi atau pengertian dari pemimpin. Bila pemimpin diidentikkan sebagai orang yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain, maka kepemimpinan merupakan konsep yang bersifat empiris untuk setiap situasi dan kondisi mengandung pengertian yang berbeda. Dapat pula dikatakan bahwa pemimpin (leader) adalah orangnya, sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah kegiatannya. Hasiholan (1987) menyatakan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Herujito (1996) mengemukakan pada hakekatnya seseorang disebut

’pemimpin’ jika dia dapat mempengaruhi orang lain dalam mencapai suatu tujuan

(23)

pula pengertian pemimpin akan timbul dimana pun asalkan ada unsur-unsur seperti: 1) ada orang yang dipengaruhi, 2) ada orang yang mempengaruhi, 3) ada pengarahan dari yang mempengaruhi. Gibson (1997) berpendapat bahwa pemimpin merupakan orang yang dapat memberikan pengaruhnya kepada orang lain dalam upaya pencapaian sasaran tertentu, baik sasaran pribadi ataupun sasaran yang meliputi tujuan bersama.

French dan Raven dalam Gibson, et al., 1997 menyatakan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin dapat bersumber dari:

1. Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumber daya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinannya.

2. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa

pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.

3. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa

pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.

4. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan

terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadi, reputasi, dan karismanya.

5. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin

adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk

(24)

kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.

George R.Terry dalam Umar (2003), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela. Menurut Robert Tannenbaum, Irving R.Weschler dan Fred Messarik dalam Umar (2003) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi, pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu.

Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Umar (2003) menyatakan

bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang-orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Menurut James A,F, Stoner dalam Umar (2003), kepemimpinan merupakan suatu proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Kepemimpinan meliputi: 1) orang-orang, 2) bekerja dari sebuah organisatoris, 3) timbul dari sebuah situasi yang spesifik (Umar, 2003). Hubungan antara ketiganya itu dapat dilihat pada Gambar 2:

Orang-orang

Posisi Situasi yang

Organisatoris bersangkutan

(25)

Kepemimpinan menurut Yulk (1998) yaitu sebagai proses mempengaruhi, yaitu mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama atau

team work, serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada

di luar kelompok atau organisasi. Menurut Davis dan Newstrom dalam Nawawi (2003) kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja dengan antusias mencapai tujuan. Menurut Siagian (2003) kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sedemikian rupa sehingga orang lain mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya.

Menurut Wahjosumidjo (1993) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna:

1. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.

2. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.

3. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan, dan situasi.

Berbagai pandangan dan pendapat mengenai batasan atau definisi kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai sifat umum dan merupakan suatu gejala

(26)

sosial. Dengan berbagai definisi di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan mencakup tentang kepribadian, kemampuan, kesanggupan, peranannya, dan hubungan antara pemimpin dan pengikutnya.

2.1.2 Fungsi-Fungsi Kepemimpinan

Peranan kepemimpinan adalah fungsi-fungsi kepemimpinan dalam hal pencapaian tujuan organisasi/perusahaan, antara lain sebagai penentu arah, juru bicara organisasi, komunikator yang efektif, dan interogator. Menurut Siagian (2003), fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah:

1. Penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.

2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak di luar organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai

”stakeholders”.

3. Komunikator yang efektif.

4. Mediator yang handal, khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin timbul antara individu dalam satu kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi yang dipimpinnya.

5. Inspirator yang rasional dan objektif.

Dengan menjalankan fungsi kepemimpinan yang hakiki tersebut, maka pemimpin diharapkan dapat membawa para pengikutnya ke tujuan yang hendak dicapai.

Memperhatikan beberapa fungsi kepemimpinan dalam melakukan fungsi-fungsi kepemimpinan antara lain sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulk (1998), fungsi-fungsi kepemimpinan adalah:

(27)

1. Memahami situasi dan kondisi kehidupan masyarakat.

2. Mempertahankan dan memodifikasi norma dan tujuan kelompok sesuai kebutuhan masyarakat.

3. Menumbuhkan berbagai peranan kelembagaan yang dapat menunjang pemecahan kebutuhan masyarakat.

4. Mengharmoniskan pola-pola hubungan kerja dalam masyarakat.

Rivai (2007) menjelaskan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi. Fungsi kepemimpinan sendiri dikelompokkan dalam dua dimensi oleh Rivai (2007), yaitu:

1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas memimpin.

2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi.

2.1.3 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat (Thoha, 1993). Wahjosumidjo (1994) mengemukakan bahwa perilaku pemimpin

(28)

dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya kepemimpinan seseorang. Gaya tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan direktif, dicirikan oleh:

a. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan berkaitan dengan seluruh pekerjaan menjadi tanggung jawab pemimpin dan ia hanya memberikan perintah kepada bawahannya untuk melaksanakannya. b. Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan menjalankan

tugas.

c. Pemimpin melakukan pengawasan kerja dengan ketat.

d. Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan.

e. Hubungan dengan bawahan rendah, tidak memberikan motivasi kepada bawahannya untuk mengembangkan dirinya secara optimal, karena pemimpin kurang percaya dengan kemampuan bawahannya.

2. Gaya kepemimpinan konsultatif, dicirikan oleh:

a. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan keluhan dari bawahan.

b. Pemimpin menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan para bawahan.

c. Penghargaan dan hukuman diberikan kepada bawahan dalam rangka memberikan motivasi kepada bawahan.

d. Hubungan dengan bawahan baik.

(29)

a. Pemimpin dan bawahan bersama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah atau dengan kata lain apabila pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah adanya saran dan pendapat dari bawahan.

b. Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan pekerjaan.

c. Hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana yang penuh persahabatan dan saling mempercayai.

d. Motivasi yang diberikan kepada bawahan tidak hanya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga didasarkan atas pentingnya peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.

4. Gaya kepemimpinan delegatif, dicirikan oleh:

a. Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan.

b. Bawahan memiliki hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan dan hubungan bawahan tinggi.

2.1.4 Multi Level Marketing

Kishel (1992) mendefinisikan MLM sebagai metode penjualan dimana konsumen mempunyai kesempatan untuk menjadi distributor pabrik yang dapat membangun jaringan atau level di bawahnya. Setiap level akan berbagi keuntungan pada level-level di atasnya.

(30)

Tracy (2005) menyatakan MLM adalah gambaran jenis pemasaran lainnya karena sebuah perusahaan MLM adalah salah satu ragam pemasaran tertentu dan rancangan kompensasinya melibatkan sejumlah tingkat pengorganisasian kelompok dan pembayaran komisi, serta dapat menerapkan segala metode penjualan. Wead (1997) menyatakan Network Marketing atau MLM adalah suatu jaringan kerja dimana seorang usahawan atau pengusaha yang independen mempunyai penjualan dari suatu produk atau jasa. Selain dari hak penjualan, mereka juga dapat mempromosikan atau memasukkan orang lain ke dalam kelompoknya.

Dengan kata lain, MLM dapat diartikan sebagai sistem penjualan secara langsung kepada konsumen yang dilakukan secara berantai, dimana seorang konsumen dapat menjadi distributor produk dan dapat mempromosikan orang lain untuk bergabung dengan kelompok bisnisnya dalam rangka memperluas jaringan distributornya. Dalam rangkaian distributor terdapat istilah ”upline” dan ”downline”. Upline adalah distributor tingkat pertama yang mempromosikan distributor tingkat kedua sedangkan downline adalah pihak yang disponsori oleh distributor tingkat pertama. Downline juga dapat menjadi upline bagi orang lain dengan membangun jaringan baru di bawahnya dengan mensponsori orang lain ke dalam kelompoknya dan demikian seterusnya (Kishel, 1992).

MLM lebih memanfaatkan kekuatan manusia daripada institusi ritel dan lainnya untuk mempromosikan dan menjual barang atau jasa. MLM juga menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif dalam penjualan, dimana si penjual berfungsi lebih dari sekedar seorang juru tulis yang mencatat hasil penjualan.

(31)

MLM berbeda dengan sistem penjualan lainnya. Dalam bisnis MLM, distributor multilevel tidak hanya berusaha menjual barang kepada konsumen secara eceran, tetapi juga mencari distributor lain untuk menjual barang atau jasa kepada konsumen. Karakteristik lain yang menjadi ciri pembeda bisnis MLM adalah penjual, biasanya disebut distributor, merupakan seorang kontraktor bebas yang bisa menjual dimana saja, kapan saja, meskipun harus tunduk pada acuan perusahaan berkenaan dengan iklan maupun cara menjual produk.

Program-program MLM telah mengalami peningkatan terus-menerus sejak tahun 1980-an, dikarenakan bisnis MLM menawarkan peluang memperoleh pendapatan yang tinggi melalui prinsip-prinsip penggandaan usaha. Seseorang dapat menciptakan sebuah organisasi sebagai wahana dalam memasarkan produk dan jasa. Penghasilan ditentukan berdasarkan pada apa yang diperoleh anggota tim maupun usaha sendiri. Proses pengembangan organisasi ini mengandung makna bahwa seseorang memerankan satu peran penting dalam membantu distributor mencapai kesuksesan, dengan mengerjakan apa yang harus dilakukan. Prinsip pokok MLM adalah bahwa seseorang akan berhasil jika membantu orang lain mencapai keberhasilan juga.

2.1.5 Kelebihan-Kelebihan Bisnis MLM

Bisnis MLM berkembang dengan pesat karena memiliki sejumlah kelebihan bagi orang lain yang ingin terjun ke dalam bisnis ini. Rata-rata kelebihan tersebut terletak pada bentuk penjualan langsung, sedang beberapa diantaranya pada bisnis itu sendiri. Wead (1997) mengungkapkan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh bisnis MLM yaitu diantaranya:

(32)

(1) Setiap orang dapat melakukannya (2) Nyaris tanpa resiko

(3) Tidak ada atasan

(4) Pelatihan nasional dan bantuan dari perusahaan diberikan dalam bentuk buku pegangan, seminar, dan rapat

(5) Waktu yang diinvestasikan sekarang berguna untuk kemudian hari (6) Rasa aman karena ada sistem pembagian bonus dan royalti ahli

warisnya

(7) Bisnis siap pakai dan siap dijalankan

(8) Tidak ada wilayah yang membatasi daerah operasi para distributor (9) Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis ini sangat kecil yaitu

hanya membayar formulir pendaftaran dan produk perusahaan

(10) Mendapatkan penghasilan sesuai dengan penjualan dan pembinaan jaringan yang dikembangkan.

Selain disebutkan di atas, bisnis MLM masih mempunyai beberapa kelebihan lainnya yang menjadi kekuatan bisnis ini untuk berkembang. Seperti yang dikemukakan oleh Tracy (2005), MLM dapat digunakan sebagai perlindungan pajak untuk mengurangi pajak pendapatan karena bisnis ini mengurangi pajak berbagai barang, seperti perangkat rumah dan peralatan yang dipakai dalam bisnis. Biaya tambahan untuk bisnis ini hanya sedikit karena dapat dijalankan di rumah sendiri, tidak perlu membangun kantor sendiri atau menyewa tempat. Cocok bagi suami-istri maupun sebuah keluarga karena dikerjakan di rumah dan bekerja bersama-sama. Bisnis ini menjadi peluang dalam melakukan

(33)

perjalanan yang menyenangkan, berkenalan dengan teman-teman baru, dan pengalaman berlajar yang positif.

Dilihat dari segi finansial, bisnis MLM menawarkan suatu penghasilan yang sangat menarik bila dibandingkan dengan bisnis atau pekerjaan lain, misalnya waralaba atau bekerja pada suatu perusahaan. Bila dikerjakan dengan benar, bisnis ini menawarkan peluang peningkatan penghasilan maupun volume usaha yang dapat meningkat secara eksponensial.

2.1.6 Kinerja Pegawai

Menurut Dessler (1997) kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Kinerja dapat diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut memiliki kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan serta atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.

Mathis dan Jackson dalam Istijanto (2006), mendefinisikan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai. Kinerja pegawai yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan dari waktu hasil, kehadiran, kemampuan bekerja sama.

(34)

Hasibuan (2003), kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas kejelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.

Selain itu kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kinerja perorangan dan kinerja kelompok sangat memperngaruhi kinerja oraganisasi secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Sedarmayanti (2001) mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau penampilan kerja. Pengertian kinerja tersebut menunjukkan bagaimana seorang pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.7 Penilaian Kinerja Pegawai

Pencapaian tujuan organisasi dilakukan oleh seluruh anggota dengan melaksanakan tugas yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan beban dan volume kerja yang dikelola oleh suatu manajemen. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap anggota yang berfungsi sebagai bawahan perlu dinilai hasilnya

(35)

setelah tenggang waktu tertentu suatu program (Istijanto, 2006). Istijanto menjabarkan bahwa indikator penilaian kinerja pegawai terdiri dari beberapa aspek yaitu kualitas kerja, motivasi kerja, komunikasi dengan sesama tim kerja, pelatihan, dan tanggung jawab.

2.1.8 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai

Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur, dan bertanggung jawab penuh atas tugas yang diembannya sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Pengaruh pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja terhadap gaya kepemimpinan para pemimpin dalam mengarahkan dan membina para bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan (Nawawi, 2003).

Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat pada suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominant dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dari kinerja para pegawainya (Siagian, 2003).

(36)

2.2 Kerangka Pemikiran

Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini untuk memahami fenomena kepemimpinan pada industri pemasaran jaringan PT Singa Langit Jaya Kota Bogor, khususnya tentang hubungan gaya kepemimpinan

leader networker terhadap kinerja networker. Terdapat berbagai gaya

kepemimpinan yang mungkin untuk diterapkan seorang leader networker terhadap jaringannya, meliputi gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya kepemimpinan delegatif.

Seorang pembangun jaringan atau networker dalam membangun bisnisnya terlebih dahulu menjadi downline. Setelah mempunyai jaringan di bawahnya barulah ia disebut upline. Seorang upline bisa disebut leader networker apabila telah memiliki ratusan hingga ribuan jaringan di bawahnya. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan seorang leader

networker kepada networkernya. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya

kepemimpinan yang diterapkan digolongkan dalam tiga kategori yaitu: faktor karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan faktor situasi.

Untuk kepentingan penelitian ini, kinerja networker dipandang sebagai hasil kerja yang dicapai networker dalam industri pemasaran jaringan PT Singa Langit Jaya Kota Bogor. Ukuran-ukuran kinerja networker ini meliputi kualitas kerja, motivasi, komunikasi, pelatihan, dan tanggung jawab. Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

(37)

Keterangan:

: pengaruh

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga gaya kepemimpinan tertentu dominan dilakukan leader networker

PT Singa Langit Jaya.

2. Diduga faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi gaya kepemimpinan leader networker adalah: karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di lingkungan networker.

Gaya Kepemimpinan: 1. Gaya Direktif 2. Gaya Konsultatif 3. Gaya Partisipatif 4. Gaya Delegatif Karakteristik Leader Networker Karakteristik Networker Kinerja Networker - Kualitas kerja - Motivasi - Komunikasi - Pelatihan - Tanggung jawab Situasi

(38)

3. Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan leader networker terhadap kinerja networker PT Singa Langit Jaya.

2.4 Definisi Konseptual

Untuk kepentingan penelitian ini dirumuskan sejumlah definisi konseptual sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan:

adalah suatu cara atau pola tindakan, tingkah laku pimpinan secara keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan yang diidentifikasi berdasarkan arah komunikasi dan cara-cara dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibedakan menjadi empat kategori, terdiri dari gaya direktif, gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan gaya delegatif.

2. Karakteristik leader networker:

adalah kondisi seorang leader networker yang berpengaruh dalam melaksanakan kepemimpinannya, latar belakang pendidikan yang dimiliki

leader networker, kepribadian leader networker, pengalaman serta

nilai-nilai yang dianut leader networker dalam mengambil keputusan. 3. Karakteristik networker:

adalah kondisi seorang networker yang mempengaruhi kinerjanya, seperti tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman.

(39)

3. Networker adalah istilah untuk orang yang menjalankan bisnis MLM. 4. Kinerja networker adalah hasil kerja yang dicapai pembangun jaringan

dalam membangun bisnisnya untuk mencapai tujuan tertentu.

5. Situasi adalah keadaaan dalam interaksi antara upline dengan downline seperti suasana atau iklim kerja, suasana organisasi secara keseluruhan.

2.5 Definisi Operasional

Untuk mengarahkan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data dalam penelitian dirumuskan sejumlah definisi operasional berikut:

1. Penentuan gaya kepemimpinan yang diterapkan leader networker dilakukan pada bidang atau kegiatan sebagai berikut:

a. Penentuan jadwal (presentasi, follow up, home meeting)

b. Pelaksanaan tugas (tiket pertemuan, pembicara, omset bulanan, prospek, net-P, dream book)

c. Pemberian konsultasi. d. Pemakai produk.

e. Penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan

Kategori dalam kegiatan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang dilakukan leader networker terhadap jaringannya adalah:

a. Gaya kepemimpinan direktif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh leader networker.

(40)

b. Gaya kepemimpinan konsultatif, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh leader networker setelah mendengarkan masukan atau saran dari networker.

c. Gaya kepemimpinan partisipatif, leader networker dan networker sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

d. Gaya kepemimpinan delegatif, leader networker mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada networker. Gaya kepemimpinan yang dipersepsikan oleh masing-masing responden dilihat dari nilai yang terbesar dari lima pernyataan dalam kuesiner penelitian. Gaya kepemimpinan yang paling banyak teridentifikasi dari jawaban responden merupakan gaya kepemimpinan yang paling dominan diterapkan leader networker.

2. Kinerja Networker

Kinerja networker diukur berdasarkan beberapa komponen di bawah ini: a. Kualitas kerja adalah hasil kerja networker (mengukur produktivitas).

Kualitas kerja diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang mengarah pada hasil kerja

networker.

b. Motivasi adalah dorongan yang dimiliki networker untuk bekerja dengan giat dalam melaksanakan tujuan pribadi dan tujuan organisasi. Motivasi diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang mengarah pada keinginan networker untuk terlibat dan berkontribusi dalam organisasi.

(41)

c. Komunikasi adalah proses pertukaran pesan antar komunikator (pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan) di dalam organisasi untuk mencapai kesamaan makna. Komunikasi diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang mengarah pada pertukaran pesan antar networker.

d. Pelatihan adalah memberikan informasi, kepemimpinan, pengetahuan dan pengembangan diri mengenai membangun jaringan kepada

networker. Pelatihan diidentifikasi dengan menggunakan

pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang mengarah pada keikutsertaan

networker dalam pelatihan dan manfaat pelatihan tersebut.

e. Tanggung jawab adalah kemampuan networker menyelesaikan pekerjaan utama dan tugas tambahan sesuai standar kerja yang harus dicapai networker yang sudah ditetapkan. Tanggung jawab diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang mengarah pada kemampuan networker melaksanakan kewajibannya.

Masing-masing komponen pada kinerja networker dijabarkan ke dalam 6 pernyataan. Total kelima komponen untuk kinerja networker adalah 30 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi ke dalam lima kategori dengan skor 1-5.

 Sangat Tidak Setuju (STS), skor = 1

 Tidak Setuju (TS), skor = 2

 Kurang Setuju (KS), skor = 3

(42)

 Sangat Setuju (SS), skor = 5

Total nilai minimum dan maksimum untuk semua pernyataan dalam tiap-tiap komponen adalah 30 dan 150. Kinerja networker tiap-tiap komponen akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Rentang tersebut dibuat dengan tumus:

Rentang kelas = Nilai Maksimum – Nilai Minimum Jumlah Kelas

Sehingga kriteria kinerja networker keseluruhan dapat dikategorikan: Tinggi : apabila skor total kelima komponen berada pada rentang

111- 150

Sedang : apabila skor total kelima komponen berada pada rentang 71- 110

Rendah : apabila skor total kelima komponen berada pada rentang 30 - 70

(43)

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Metode survei adalah metode yang mengambil contoh data dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989). Pendekatan kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap para networker. Dengan menggabungkan kedua pendekatan tersebut diharapkan upaya pemahaman gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan dan pengaruhnya dengan kinerja

networker dapat dilakukan secara lebih komprehensif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran Jaringan (Multi Level Marketing) ini dilaksanakan di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan hal-hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil studi penjajakan diketahui bahwa leader networker PT Singa Langit Jaya Kota Bogor telah bergabung di MLM Tianshi lebih dari tiga tahun sehingga diharapkan kepemimpinan yang telah dilaksanakannya dapat diteliti secara lebih mendalam.

(44)

Penelitian dilaksakan selama dua bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Februari 2010.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer dikumpulkan dari para responden dan informan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari:

1. Gambaran gaya kepemimpinan pada MLM PT Singa Langit Jaya Kota Bogor yang digunakan oleh leader networker dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan dalam mengambil keputusan dan pemecahan masalah.

3. Kinerja networker PT Singa Langit Jaya yang dilihat berdasarkan indikator kinerja networker.

4. Pengaruh gaya kepemimpinan dengan kinerja networker.

Pengumpulan data primer dari responden menggunakan teknik wawancara dengan kuesioner yang telah disiapkan, sedangkan pengumpulan data primer dari informan menggunakan pedoman wawancara. Dalam hal ini, wawancara mendalam dilakukan guna mendapatkan informasi kualitatif yang memperkuat analisis kuantitatif.

Data sekunder dikumpulkan dari Stokist 159 Tianshi, website resmi Tianshi, sesuai dengan keperluan data untuk penulisan ini. Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari: gambaran umum PT Singa Langit Jaya. Data sekunder

(45)

dapat berbentuk dokumen, laporan-laporan yang memuat data kualitatif dan angka statistik, laporan penelitian ataupun dalam bentuk lain.

3.4. Teknik Penentuan Responden

Metode penentuan responden yang digunakan adalah total sampling (metode sensus) yaitu pengambilan sampel sebesar populasi yang ada. Hal ini mengacu pada pendapat Surakhmad (1989) bahwa adakalanya masalah penarikan sampel ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel, yakni semua populasi itu diketahui terbatas. Sampel demikian dalam penelitian ini digunakan dengan pertimbangan antara lain:

a. Jumlah populasi terbatas dan masih dalam jangkauan peneliti. b. Dengan menggunakan total sampling, maka semakin representatif. c. Responden adalah orang-orang yang sudah jelas diketahui.

Berdasarkan hasil studi penjajakan diketahui bahwa populasi networker yang berada di bawah grup CH yang aktif menjalankan bisnisnya sebanyak 20 orang. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh responden networker yang aktif di grup CH.

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada untuk menggambarkan fenomena yang terjadi. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah secara kuantitatif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Tabel frekuensi digunakan untuk mengetahui gaya kepemimpinan dan pengaruh gaya kepemimpinan dengan

(46)

kinerja networker. Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan mereduksi (meringkas) data dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian. Data hasil wawancara yang relevan dengan fenomena yang dianalisis disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan. Analisis data kualitatif dipadukan dengan hasil interpretasi data kuantitatif.

(47)

PROFIL PERUSAHAAN PT SINGA LANGIT JAYA

4.1 Sejarah PT Singa Langit Jaya

PT Singa Langit Jaya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tiens Group atau Tianshi Group didirikan oleh Mr Li Jin Yuan pada tahun 1992, kini telah menjadi perusahaan multi dimensi terbesar di China. Perusahaan yang berkantor di Henderson Centre Beijing ini total asetnya mencapai satu milliar dollar RMB. Pabrik utamanya yang sangat luas berada di Pusat Industri Teknologi Moderen Tianjin. Tianshi mengutamakan riset dan teknologi moderen untuk mengembangkan inti dari perawatan kesehatan dalam kebudayaan China yang telah berusia 5.000 tahun.

Tercatat mulai Juli 1995, Tianshi Group mengadopsi sistem network

marketing. Strategi jitu ini rupanya membuahkan hasil yang luar biasa. Omset

penjualan yang semula 630 juta Yuan pada tahun 1996, meningkat drastis menjadi 2,12 milyar Yuan pada tahun berikutnya. Tahun 1998, Tianshi sudah go internasional melalui Amerika Serikat, Rusia, dan Eropa. Pasar Asia dan Afrika dimasukinya tahun 2001. Di Indonesia, keberadaan Tianshi diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tahun 2001.

Produk-produk yang dihasilkan Tianshi sudah banyak mendapat penghargaan, termasuk pemenang pertama sertifikat ISO 9002 dan memperoleh sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saat ini, Tianshi telah resmi mendaftarkan mereknya dan mendirikan kantor pemasarannya di lebih 200 negara. Pada tahun 2010 ini, Tianshi Group menargetkan masuk dalam jajaran 500 perusahaan terkemuka di dunia. Perusahaan yang memiliki motto

(48)

”Menyehatkan Umat Manusia, Melayani Masyarakat” ini berencana

menggunakan enam jaringan berinteraksi, yang mencakup sumber daya manusia, pendidikan internasional, logistik internasional, pariwisata internasional, perputaran modal internasional, dan internet.

4.2 Pemasaran PT Singa Langit Jaya

Berikut ini merupakan beberapa istilah yang perlu diketahui sehubungan dengan pemasaran PT Singa Langit Jaya.

1. Distributor adalah setiap warganegara Indonesia yang sah, dengan diperkenalkan oleh seseorang dari perusahaan yang memenuhi syarat, membeli satu set “Staterkit Tianshi”, produk perusahaan, kemudian mengisi formulir permohonan maka ia menjadi distributor dari perusahaan.

2. Sponsor adalah sebutan bagi orang lain yang ikut bergabung dengan perusahaan Tianshi dan telah memenuhi persyaratan untuk menjadi distributor, juga disebut sebagai upline.

3. Downline langsung: sebutan bagi seluruh distributor yang memperkenalkan langsung oleh orang itu sendiri.

4. Downline tidak langsung: sebutan bagi segenap distributor yang tidak termasuk dalam downline langsung.

5. BV adalah nilai mata uang. Setiap jenis produk Tianshi mempunyai nilai yang telah ditentukan, digunakan sebagai alat untuk melakukan penilaian distributor mengenai level peringkat dan bonus. 1 BV = 1.000 Rupiah.

(49)

6. Personal Sale adalah pembelian produk seorang distributor dalam suatu bulan yang dengan menggunakan nomor distributor Tianshi milik orang itu sendiri, mengisi nota pembelian produk, dan membeli nilai produk dengan nilai BV. 7. Current Group Sales (CGS) adalah jumlah nilai BV yang dihasilkan pada

bulan tersebut oleh seluruh jaringan dari seorang distributor.

8. Side Volume adalah selisih dari seluruh penjualan jaringan dari seorang distributor dalam satu bulan tertentu dan seluruh penjualan jaringan pada bulan yang sama dari downline yang mempunyai peringkat selevel dengan uplinenya.

Dalam pemasaran dan perkembangan jaringan PT Singa Langit Jaya dikenal adanya istilah Peringkat dan Standar Kenaikan Level.

1. Distributor Bintang Satu

Seorang membeli satu set “Starterkit Tianshi” seharga Rp 85.000,00, maka ia

menjadi Distributor Bintang Satu. Distributor tersebut berhak untuk memesan produk dari perusahaan dengan harga distributor, yang kemudian dapat menjual dengan harga eceran dan ia akan memperoleh keuntungan sebesar 15%, serta mempunyai hak memperkenalkan orang lain untuk bergabung dengan perusahaan Tianshi.

2. Distributor Bintang Dua

Distributor Berbintang Satu yang telah membeli produk dari perusahaan dengan nilai lebih besar atau sama dengan 500 BV maka ia menjadi Distributor Bintang Dua.

(50)

Distributor Bintang Dua yang akumalasi pembelian priduk pada perusahaan yang nilai totalnya lebih besar atau sama dengan 2.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distributor Bintang Tiga.

4. Distibutor Bintang Empat

Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Tiga, pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 10.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Empat. Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Tiga, pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 20.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Empat. 5. Distributor Bintang Lima

Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Empat, pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 40.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Lima.

Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Empat, pada

(51)

saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 80.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Lima.

6. Distributor Bintang Enam

Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Lima, pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 150.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Enam.

Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Lima, pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 300.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Enam

7. Distibutor Bintang Tujuh

Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Enam, pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 500.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Tujuh.

Gambar

Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Tabel 1.  Bonus Perkembangan Peringkat/ Level *3 *4 *5 *6 *7 *8 1 9% 9% 9% 9% 9% 9% 2 1% 1% 1% 1% 1% 3 1% 1% 1% 1% 4 1% 1% 1% 1% 5 1% 1% 1% 6 1% 1% 1% 7 1% 1% 8 1% 1% 9 1% 10 1%
Tabel 2. Bonus Langsung dan Bonus Tidak Langsung
Gambar 4. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal
+4

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Hasil penelitian pada kualitas fisik daging menunjukkan perbedaan genotipe berdasarkan SNP Arg25Cys pada gen leptin, tidak berpengaruh nyata (P ≥ 0.05) terhadap

Kawasan hutan mangrove di stasiun riset Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai tempat penelitian karena

Tercapainya pengelolaan dan pemeliharaan sarana rumah sakit dengan baik, bermutu, profesional dan memuaskan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku

Oleh karena itu, tegangan air pori yang terbentuk pada bidang longsor ini akan digunakan untuk memperoleh parameter kuat geser tanah.. Tegangan air pori pada bidang

Ditinjau dari sisi akademis, berbagai teori, strategi, metode untuk meningkatkan kinerja suatu organisasi terus menerus dikembangkan. Salah satunya adalah pelaksanaan evaluasi

• Faktor-faktor yang berkaitan dengan Iluminasi • Beberapa penelitian ttg efek Iluminasi dalam kerja Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan: • Efek dari regulasi panas tubuh

meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan”. Pembelajaran kooperatif Think, Pair, Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk