ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN INTENSI
PROSOSIAL KOMUNITAS SANT’EGIDIO YOGYAKARTA
Eustalia Wigunawati 029114108 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang memiliki intensi prososial. Salah satunya adalah adanya komitmen seseorang dalam organisasi, dimana organisasi tersebut memiliki visi dan misi melakukan perilaku prososial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional.
Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini ada 50 orang, terdiri dari 25 pria dan 25 wanita. Data diperoleh dengan menggunakan skala komitmen organisasi dan skala intensi prososial. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batas nilai ≥ 0,3. Pada skala komitmen organisasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,953 dan pada skala intensi prososial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATION COMMITMENT
AND PROSOCIAL INTENSION IN SANT’EGIDIO COMMUNITY
YOGYAKARTA
Eustalia Wigunawati 029114108 Psychology Faculty Sanata Dharma University
Yogyakarta
There are some reasons that support someone to have prosocial intention. One of them is someone’s commitment in organization where that organization has vision and mission to carry out prosocial attitude. The purpose of this research was to see the relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community Yogyakarta. This research was included as corelational.
The subject on this research was members of Sant’Egidio in Yogyakarta. The amount of subjects on this research was 50 people that consist of 25 men and 25 women. The data was gathered with using organization commitment scale and prosocial intention scale. Discriminative capacity on this research used percentage boundary ≥ 0.3. On organization commitment scale was found total reliability coefficient was 0.953 and on prosocial intention scale total reliability coefficient was 0.963.
HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN
INTENSI PROSOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS
SANT’EGIDIO YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Sarjana Psikologi
Oleh :
EUSTALIA WIGUNAWATI 029114108
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN
INTENSI PROSOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS
SANT’EGIDIO YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Sarjana Psikologi
Oleh :
EUSTALIA WIGUNAWATI 029114108
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
♥
!!!!
"
"
"
"
#
$
#
$
#
$
#
$
!!!!
♥
#
#
#
#
#
#
#
#
♥
$
$
$
$
%
%
%
%
&
&
&
&
#
#
#
#
♥
'(
'(
'(
'(
♥
))))
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN INTENSI
PROSOSIAL KOMUNITAS SANT’EGIDIO YOGYAKARTA
Eustalia Wigunawati 029114108 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang memiliki intensi prososial. Salah satunya adalah adanya komitmen seseorang dalam organisasi, dimana organisasi tersebut memiliki visi dan misi melakukan perilaku prososial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional.
Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini ada 50 orang, terdiri dari 25 pria dan 25 wanita. Data diperoleh dengan menggunakan skala komitmen organisasi dan skala intensi prososial. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batas nilai ≥ 0,3. Pada skala komitmen organisasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,953 dan pada skala intensi prososial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATION COMMITMENT
AND PROSOCIAL INTENSION IN SANT’EGIDIO COMMUNITY
YOGYAKARTA
Eustalia Wigunawati 029114108 Psychology Faculty Sanata Dharma University
Yogyakarta
There are some reasons that support someone to have prosocial intention. One of them is someone’s commitment in organization where that organization has vision and mission to carry out prosocial attitude. The purpose of this research was to see the relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community Yogyakarta. This research was included as corelational.
The subject on this research was members of Sant’Egidio in Yogyakarta. The amount of subjects on this research was 50 people that consist of 25 men and 25 women. The data was gathered with using organization commitment scale and prosocial intention scale. Discriminative capacity on this research used percentage boundary ≥ 0.3. On organization commitment scale was found total reliability coefficient was 0.953 and on prosocial intention scale total reliability coefficient was 0.963.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaanNya kepada penulis sejak awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Berkat penyelenggaraan Ilahi, rahmat tercurah dalam budi, pikiran dan hati penulis sehingga dapat melalui berbagai macam rintangan yang dihadapi dalam mengerjakan skripsi ini.
Dalam proses penyusunan skripsi ini juga mendapat bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan pengarahan dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., Msi., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Agung Santoso, S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik tahun 2002-2006. Terima kasih telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam studi serta pemberian semangat kepada penulis untuk selalu sehat. 4. Ibu M.M Nimas Eki S., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.
membuat mbak Nimas jadi pusing. Congratulation for your sweet baby. God always bless you n your family.
5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya selama penulis mengerjakan skripsi sampai selesai.
6. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah serta staff non akademik : Mb’Nanik, M’Gandung, Pak Gi’, M’Muji, M’Doni.... terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
7. Bunda tercinta Rosalia Brantiningsih, terima kasih atas semua doa, cinta kasih tak terhingga, dukungan, keringat dan air mata yang hampir kering serta beratus-ratus rupiah yang bunda beri untukku. Mb’Etha sayang banget sama bunda. Bapak yang telah berpendar entah kemana. Terima kasih karena engkau, aku ada.
8. M’Alex, Mb’Ayu, keponakanku Litanis Baptisa terima kasih karena kalian aku belajar menjadi kuat. Keluarga besar Mbah Kakung (alm) ‘n Putri Jiwo Pawiro, keluarga Pak Dhe Gito, Pak Dhe Mardi, Lek Iran, Lek Supri, sepupu2 ‘n keponakan2...terima kasih atas keluarga yang luar biasa indah. 9. Keluarga besar kompleks guru Karacak-Bogor : Bu Sri Subekti, Bu Muji
bakar), Dra. Sahabat2ku di Jogja : Putri PY, Tyas, Endah, Siska (Chiko), M’Bagus, M’Linggar, Robie (Super Power), Sujad (Pigro). Terima kasih menjadi bagian yang berarti dalam hidupku. Bung Tedy & M’Juv Suji, makasih mau jadi kakak terbaikku.
10.Erlip Vitarsa (Jakarta-Rome, Italy) Sapevo che ti amavo quando io volevo che tu sia stato felice, anche se non ero una parte della tua felicit . Ti
amo Erlip. My X men and all of families... thanx!!!
11.Temen2 Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta : Terima kasih atas persaudaraan, kasih, perhatian dan dukungan yang luar biasa indah. Temen2 KSE Yogya yang telah kembali ke daerah asal, KASIH bukanlah ttg berapa lama kita bersama, tapi slama kita bersama hal berarti apa yang sudah kita lakukan. Grande spirito di aiutare i poveri e marginati.Dio Ti Benedica. Padre CB Mulyatno, Pr grazie di essere un padre per me, e grazie per l’attenzione, il supporto e per il corso dell’italiano.
12.KSE Rome, Italy especially Andrea Riccardi (pendiri Komunitas Sant’Egidio), Valeria Martano (penanggung jawab komunitas di Asia). KSE Indonesia : Jakarta, Aceh, Medan, Nias, Padang, Pekan Baru, Duri, Bogor, Semarang, Pontianak, Bali, Atambua, Kupang.
ruangan di kamar kita. Ochi, Sisca, Putri, Endras, thx ya dek buat keluarga yang indah (aks says bangs sams kals) n’ jadi adik2ku di Rumah Ijo. 14.Temen2 satu bimbingan skripsi, Ronald thx ya udah sabar bantu aku, setia
nemeni ke perpus & selalu kasih aku semangat. Semua teman2 Psikologi angkatan 2002, angkatan atas & bawah.
15.Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta & semua RS yg pernah ku datangi, para dokter dan semua perawatnya. Terima kasih atas perawatan dengan penuh kasih dan kesabaran setiap kali penulis harus berbaring tak berdaya. Tanpa kalian penulis tak akan sesehat ini.
16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini. Grazie mille!!!
Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak yang ingin merefleksikan diri untuk menolong sesama.
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Halaman Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi ... ii
Halaman Pengesahan Penguji Skripsi ... iii
Halamam Motto... iv
Halaman Persembahan... v
Pernyataan Keaslian Karya... vi
Abstrak... vii
Abstract... viii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis...ix
Kata Pengantar... x
Daftar Isi... xiv
Daftar Lampiran... xvii
Daftar Gambar... xviii
Daftar Tabel... xix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1
B. RUMUSAN MASALAH... 8
C. TUJUAN PENELITIAN... 8
BAB II LANDASAN TEORI... 10
A. INTENSI PROSOSIAL... 10
1. Pengertian Intensi... 10
2. Pengertian Intensi Prososial... 13
3. Aspek-aspek Intensi Prososial... 14
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Prososial... 16
B. KOMITMEN ORGANISASI... 19
1. Pengertian Komitmen Organisasi... 19
2. Aspek-Aspek Komitmen Organisasi... 22
3. Tahapan Terbentuknya Komitmen Organisasi... 24
C. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN INTENSI PROSOSIAL... 24
D. HIPOTESIS... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31
A. JENIS PENELITIAN... 31
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN... 31
C. DEFINISI OPERASIONAL... 31
D. SUBJEK PENELITIAN... 33
PENELITIAN... 37
G. HASIL UJI COBA ALAT UKUR... 40
H. METODE ANALISIS DATA... 44
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
A. PELAKSANAAN PENELITIAN... 45
B. ORIENTASI KANCAH PENELTIAN... 45
C. HASIL PENELITIAN... 49
D. PEMBAHASAN... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 60
A. KESIMPULAN... 60
B. SARAN... 60
DAFTAR PUSTAKA... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SKALA UJI COBA (TRY OUT) DAN PENELITIAN... 65
Lampiran 2 DATA UJI COBA SKALA... 66
Lampiran 3 RELIABILITAS SKALA... 67
Lampiran 4 DATA PENELITIAN... 68
Lampiran 5 UJI NORMALITAS... 69
Lampiran 6 UJI LINEARITAS... 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsetual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku Tertentu Menurut Fishbein & Ajzen (1975)... 11 Gambar 2 Skema Hubungan Komitmen Organisasi dan
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Prosentase Distribusi Penyebaran Item Komitmen Organisasi
Sebelum Uji Coba... 35 Tabel 2 Prosentase Distribusi Penyebaran Item Intensi Prososial
Sebelum Uji Coba... 36 Tabel 3 Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala
Komitmen Organisasi Setelah Uji Coba... 42 Tabel 4 Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala
Intensi Prososial Setelah Uji Coba... 43 Tabel 5 Deskripsi Statistik Data Penelitian... 50 Tabel 6 Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik... 50 Tabel 7 Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi dan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk sosial menyadari pentingnya peran orang lain dalam kehidupannya untuk saling memenuhi kebutuhannya. Sebagai makhluk hidup manusia memiliki begitu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut dapat membuat seseorang termotivasi melakukan sesuatu dan motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Wikipedia, motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan kata lain motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan (Ensiklopedia, 2007).
memunculkan perilaku saling tolong menolong, dimana perilaku menolong yang dilakukan disebabkan oleh berbagai motif yang mendasari. Perilaku menolong oleh individu tanpa mengharapkan imbalan apapun dan dilakukan secara sukarela (kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan) disebut perilaku altruisme, sedangkan segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si penolong disebut perilaku prososial (Sears dkk, 1985). Menurut William (1981) perilaku prososial adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa, sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis. Pengertian tersebut menekankan pada maksud dari perilaku untuk menciptakan kesejahteraan fisik maupun psikis.
Melihat bahwa peradaban modern dapat menggerakkan jiwa dan semangat yang penuh dengan keserakahan, kesombongan, egoisme, hedonisme dan ketidakpedulian akan kebutuhan dan kesusahan sesama manusia. Di tengah kondisi jaman yang demikian, bukan hal yang aneh apabila di temui pergeseran terhadap nilai-nilai kesetiakawanan, kasih sayang, tolong menolong dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya (Ikawati dan Hery Wahyuningtyastuti, 2005).
menumbuhkembangkan dan menghargai orang lain, namun hal ini nampaknya makin surut sebagai motivasi berperilaku seseorang. Sebaliknya perilaku individualistik atau egoistik adalah pola hubungan antar manusia yang serba melihat untung dan rugi, ketidakpekaan bahkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain.
Salah satu kelompok yang berkembang menjadi sebuah organisasi walaupun hanya berupa organisasi informal dimana keanggotaannya tidak memiliki struktur organisasi secara hirarki dan jelas adalah Komunitas Sant’Egidio. Komunitas Sant’Egidio merupakan sebuah organisasi informal yang bergerak di bidang sosial dan aktivitasnya berhubungan dengan perilaku prososial. Berdasarkan observasi Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta memiliki kegiatan doa yang dilakukan tiga kali dalam seminggu, disamping itu anggota-anggotanya juga melakukan pelayanan dan pendampingan untuk orang-orang miskin dan terlantar tanpa mendapatkan imbalan berupa materi. Pendampingan yang dilakukan Komunitas Sant’Egidio berupa membantu belajar anak-anak panti asuhan, pelayanan kepada gelandangan penyandang kusta, pelayanan kepada orang-orang jompo dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan secara rutin dan memiliki jadwal yang teratur setiap minggunya. Seseorang yang bersedia bergabung dalam komunitas ini berarti harus ada kesediaan menjadi sukarelawan.
keputusan untuk bergabung dalam Komunitas Sant’Egidio yang memiliki kegiatan secara rutin dan jadwal teratur dengan tanpa mendapat imbalan berupa materi berarti harus ada kesediaan menerima konsekuensi yang ada dalam komunitas tersebut dimana konsekuensinya adalah ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan yaitu perilaku prososial. Di samping itu juga memiliki konsekuensi untuk menerima nilai dan aturan yang mengatur, walaupun komunitas ini tidak memiliki hak dan kewajiban yang terlalu mengikat. Hal tersebut dimaksudkan demi kelangsungan Komunitas Sant’Egido dan mendukung visi dan misi komunitas, yaitu menolong orang miskin dan terlantar.
dilakukan komunitas, kurang memberi perhatian dan kasih sayang bagi orang yang dilayani dan lain sebagainya. Hal tersebut berarti bahwa orang itu kurang mendukung visi dan misi yang dilakukan dalam Komunitas yaitu perilaku prososial.
Dari uraian di atas, peneliti melihat bahwa intensi anggota untuk melakukan perilaku prososial sangat penting dalam Komunitas Sant’Egidio. Hal tersebut dimaksudkan demi kelangsungan Komunitas Sant’Egidio dalam mencapai visi serta misi yang dilakukan yaitu mensejahterakan, memberi, menumbuhkembangkan dan menghargai orang yang di tolong yaitu orang miskin dan terlantar.
komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.
A. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta?
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap bidang ilmu psikologi sosial mengenai komitmen organisasi dan intensi prososial dalam sebuah organisasi informal.
2. Manfaat praktis
BAB II
LANDASAN TEORI
A. INTENSI PROSOSIAL
1. Pengertian Intensi Prososial
a. Pengertian Intensi
Intensi (intention) berasal dari kata to intend yang berarti sebagai usaha yang didasari untuk mencapai tujuan atau sasaran (Drever, 1982). Secara sederhana, intensi dapat berarti sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, seperti misalnya niat untuk membantu atau menolong orang lain. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), intensi merupakan prediktor terbaik bagi perilaku individu. Intensi dimengerti sebagai probabilitas yang bersifat subjektif, yaitu estimasi seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan suatu tindakan tertentu dilakukan.
a. Pengertian Intensi Prososial
Perilaku prososial diartikan sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong (Baron & Byrne, 2005). Menurut William (1981) perilaku prososial adalah perilaku seseorang yang memiliki maksud untuk mengubah keadaan fisik dan psikis orang yang menerima pertolongan, sehingga si penolong merasa bahwa orang yang ditolong akan merasakan damai, lega, bahagia, sehat dan puas secara fisik dan psikologis. Pengertian tersebut menekankan bahwa perilaku menolong bertujuan untuk mensejahterakan fisik maupun psikologis.
1. Aspek-aspek Intensi Prososial
Mussen dkk (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005) memandang bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan menolong, bekerjasama, berbagi perasaan, bertindak jujur, dan bertindak dermawan terhadap orang lain.
Menurut Samptson (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005), aspek-aspek yang terkandung dalam perilaku prososial adalah sebagai berikut :
a. Memberi atau menyumbang (donating), yaitu berlaku murah hati pada orang lain.
b. Memberi fasilitas untuk kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang lain.
c. Berbagi rasa (sharing), yaitu kesediaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
d. Bekerjasama (cooperating), yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.
e. Peduli (caring), yaitu mampu memberi perhatian dan membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.
cakupannya yang sangat luas. Uraian dari spesifikasi perilaku-perilaku prososial menurut Staub adalah sebagai berikut :
a. Sharing, merupakan tindakan membagi, dan/atau menggunakan secara bersama-sama sesuatu baik bersifat materi maupun nonmateri.
b. Cooperating, merupakan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Donating, merupakan memberi atau menyumbang barang atau uang kepada yang memerlukan.
d. Caring, merupakan tindakan memberikan perhatian kasih sayang, merawat, menjaga perasaan orang lain.
Dari aspek-aspek perilaku prososial di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :
a. Intensi untuk sharing, merupakan niat untuk melakukan tindakan
membagi perasaan dan ada kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
b. Intensi untuk donating, merupakan niat untuk melakukan tindakan
murah hati dengan memberi / menyumbangkan barang atau uang kepada orang lain.
c. Intensi untuk cooperating, merupakan niat untuk bekerjasama dengan
melakukan pekerjaan atau kegiatan bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.
d. Intensi untuk caring, merupakan niat untuk melakukan tindakan
membantu meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.
2. Faktor Intensi
Tingkah laku yang muncul pada manusia merupakan pembentukan hubungan timbal balik antara keyakinan (belief), sikap (attitude) dan intensi (intention) individu (Fishbein dan Ajzen, 1975). Berdasarkan konsep tersebut maka dapat disimpulkan beberapa faktor intensi sebagai berikut :
a. Keyakinan (belief), dikategorikan sebagai aspek kognitif yang melibatkan pengetahuan, pendapat, dan pandangan individu terhadap objek. Seseorang yang memiliki keyakinan tinggi tentang suatu objek berarti orang itu memiliki pengetahuan, pendapat dan pandangan yang tinggi tentang objek tersebut maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki keyakinan yang rendah tentang suatu objek maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga rendah.
pula sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin rendah pula intensi seseorang untuk melakukan objek tersebut.
Secara sistematis, kerangka teori Fishbein & Ajzen (1975) dapat dilihat pada bagian berikut :
Gambar 1.
Kerangka Konseptual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku tertentu Menurut Fishbein & Ajzen (1975)
Penjelasan Bagan :
Keyakinan pribadi akibat konsekuensi dari suatu perilaku X adalah suatu hal yang berisi pengetahuan tentang X, yaitu akibat positif dan akibat negatif yang akan diperoleh subjek bila dia melakukan perilaku X Keyakinan akan akibat
dari perilaku X
Sikap terhadap perilaku X
Intensi untuk
melakukan perilaku X
Perilaku X
Keyakinan normatif akan akibat perilaku X
Norma subjektif tentang perilaku X
: Pengaruh : Umpan Balik
tersebut. Semakin banyak segi positif yang sekiranya akan diperolehnya, maka semakin positif sikap orang tersebut terhadap perilaku itu, dan semakin besar peluang orang orang itu untuk melakukan perilaku tersebut.
Keyakinan normatif akan akibat dari perilaku X dalah komponen pengetahuan tentang perilaku X yang merupakan pandangan dan pendapat orang lain (lingkungan) yang berpengaruh pada kehidupan orang tersebut. Untuk selanjutnya, individu dapat menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh tersebut. Pengaruh dari orang lain yang diterima oleh individu itu, digunakan oleh individu untuk membuat norma subjektif individu mengenai perilaku X tersebut. Norma subjektif tersebut berisikan keputusan-keputusan yang dibuat oleh individu setelah mempertimbangkan beberapa unsur yang mempengaruhinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kemungkinan subjektif seorang individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang berhubugnan dengan target yang hendak dicapai dalam situasi dan waktu tertentu, serta dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif yang dimiliki.
B. KOMITMEN ORGANISASI
1. Pengertian Komitmen Organisasi
antar manusia ini dianggap sangat penting terutama dalam sebuah organisasi baik organisasi formal maupun informal. Oleh karena itu pemahaman anggota mengenai komitmen dalam organisasi sangatlah penting supaya tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Steers (dalam Kuntjoro, 2002) komitmen organisasi adalah rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai), keterlibatan (keinginan untuk tetap berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana anggota sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi. Berdasarkan definisi tersebut komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam aktivitas dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Selain itu, Porter (dalam Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Definisi tersebut ditandai dengan tiga komponen, yaitu :
a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi
b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi
Sedangkan pengertian komitmen menurut Luthans (1995) adalah suatu sikap mengeni loyalitas karyawan terhadap organisasi dan hal tersebut merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus dimana anggota organisasi menunjukkan kepedulian terhadap organisasi, dan hal ini membawa pada keberhasilan dan keadaan yang baik. Di samping itu Luthans (1995) juga memberikan pernyataan mengenai komponen dalam komitmen, yaitu :
a. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi
b. Kesedian untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi c. Keyakinan yang pasti akan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi serta
menerima tujuan dari organisasi tersebut.
2. Aspek Komitmen Organisasi
Luthans (1995) menjelaskan ada tiga aspek yang penting di dalam komitmen, yaitu:
a. Keyakinan yang pasti akan nilai-nilai yang dianut organisasi. b. kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi. c. keinginan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi.
Komitmen organisasi yang serupa juga dikemukakan oleh Schultz & Schultz (1990), yang terdiri dari :
a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi.
b. Kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi. c. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Kuntjoro (2002) mengemukakan bahwa ada tiga aspek utama dalam komitmen organisasi, yaitu :
a. Identifikasi
Anggota rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena anggota menerima dengan memodifikasi tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi kebutuhan pribadi mereka.
b. Keterlibatan
melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka buat.
c. Loyalitas
Anggota bersedia melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.
Dari pemaparan tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi memiliki tiga aspek, yaitu :
a. Identifikasi, merupakan keyakinan yang kuat serta menerima
nilai-nilai dan tujuan organisasi, meliputi adanya dukungan anggota terhadap organisasi dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi oleh anggota yang dipercaya telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka serta merasa bahwa berada dalam organisasi tersebut adalah hal yang terbaik baginya.
b. Keterlibatan, merupakan kesediaan untuk berusaha dengan keras demi
kepentingan organsiasi, meliputi kesediaan anggota untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi kepentingan organisasi dan merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan (peduli pada masa depan organisasi) serta senang bekerjasama dengan anggota-anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut.
c. Loyalitas, merupakan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi
melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Di samping itu, anggota juga merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organsiasi tempat ia bergabung.
3. Tahapan Terbentuknya Komitmen dalam Organisasi
Menurut Staw (1991) terdapat tiga tahap terbentuknya komitmen dalam organisasi, yaitu :
a. Complience, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh dari organisasi, terutama mendapatkan sesuatu dari organisasi seperti imbalan berupa materi.
b. Identification, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh dari organisasi dengan tujuan untuk mempertahankan kepuasan. c. Internalization, merupakan tahap dimana individu menemukan
nilai-nilai organisasi yang pada hakekatnya menguntungkan dan sama dengan nilai-nilai pribadi.
C. KOMUNITAS SANT’EGIDIO
1. Sejarah Komunitas Sant’Egidio
merupakan komunitas Kristen pertama yang bertindak seperti rasul dan mengacu pada kehidupan Santo Fransiskus Asisi.
Pada awal berdirinya komunitas, nama Sant’Egidio belum ditemukan. Pada tahun 1973, komunitas menemukan sebuah gereja yaitu gereja Sant’Egidio yang sudah lama tidak terpakai kemudian digunakan sebagai tempat untuk berdoa anggota komunitas. Gereja ini juga memiliki semangat yang sama dengan komunitas sesuai dengan spiritualitas Sant’Egidio. Sejak saat itu, komunitas ini memakai nama Sant’Egidio.
Kelompok kecil ini pada awalnya mengunjungi barak-barak yang ada di daerah pinggiran Roma, mengunjungi daerah kumuh dan mereka memulai sekolah pada sore hari untuk anak-anak (namanya “scuola popolare” artinya sekolah rakyat, sekarang disebut “sekolah damai”).
Sejak saat itu, komunitas mulai berkembang. Sekarang Komunitas Sant’Egidio sudah ada di lebih dari 70 negara, di empat benua. Jumlah anggotanya juga mulai bertambah secara konstan. Ada sekitar 50.000 anggota dan orang di luar komunitas yang bekerja untuk melayani orang miskin dan berbagai kegiatan lainnya yang ada dalam komunitas (Komunitas Sant’Egidio, 2007).
2. Komunitas Sant’Egidio di Indonesia dan Yogyakarta
dengan Maria Felisia yang pada waktu itu sedang berkunjung ke Roma. Maria Felisia menceritakan tentang kondisi kota Padang yang kemudian Valeria Martano mengatakan bahwa komunitas bisa di mulai di sana.
Pada tahun 1990 setelah Maria Felisia kembali ke Padang, Valeria Martano datang ke Indonesia untuk pertama kalinya. Kegiatan yang dilakukan adalah belajar berdoa dan memulai pelayanan dengan anak-anak di Bukit Karang.
Komunitas Sant’Egidio mulai berada di Yogyakarta karena kunjungan seorang anggota Komunitas dari Padang ke Yogyakarta. Pada tanggal 9 Mei 2001 mereka memulai komunitas di Yogyakarta dengan mengadakan doa dan melakukan pelayanan yang diawali dengan mengunjungi anak-anak jalanan di perempatan Condongcatur dan membantu mereka untuk belajar.
Saat ini kegiatan rutin Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta adalah doa komunitas yang dilakukan setiap hari Selasa, Rabu dan Minggu; kunjungan terhadap orang-orang kusta yang berada di perempatan Sagan; membantu belajar anak-anak asuh yang tinggal di Prayan, PA Sayap Ibu, dan pondok asuh di gang Beo, Mrican; Komunitas juga melakukan kunjungan terhadap pastor-pastor sepuh yang tinggal di Domus Pacis
3. Visi dan Misi Komunitas Sant’Egidio
Komunitas Sant’Egidio memiliki karakteristik yaitu doa, membaca Injil, solidaritas terhadap sesama, ekumenisme dan dialog. Komunitas Sant’Egidio mengajak semua orang untuk membangun jembatan cinta kasih tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan. Komunitas juga diajak untuk lebih menghidupi Injil bersama dengan orang-orang yang lebih lemah seperti orang miskin, anak terlantar, orang-orang lanjut usia, korban perang, gelandangan, orang sakit, orang terpenjara, penderita kusta dan AIDS, dan juga terhadap berbagai bentuk kemiskinan lainnya.
anak-anak dalam belajar dan mengembangkan kreativitasnya serta mendidik mereka menjadi anak-anak yang mencintai perdamaian.
Komunitas Sant’Egidio juga menyediakan pengobatan gratis bagi para penderita AIDS di Afrika secara terus menerus melalui program “Dream of Africa”. Tak kurang dari 400 bayi yang dapat lahir dengan selamat tanpa terjangkit virus HIV walaupun ibu mereka menderita penyakit AIDS. Lebih dari 5000 anak dari seluruh dunia mendapatkan orang tua angkat dalam program “adopsi jarak jauh Komunitas Sant’Egidio”.
Selain itu satu langkah penting yang dilakukan oleh Komunitas Sant’Egidio adalah memperjuangkan hak hidup di dunia. Pada tanggal 30 November ditetapkan sebagai Hari Internasional “City for Life – City Againts the Death Penalty” (“Kota Untuk Kehidupan – Kota Menentang Hukuman Mati”) yang diusulkan oleh Komunitas Sant’Egidio dan region Tuscany (di bawah pemerintahan kota Roma), kemudian diimplementasikan oleh banyak kota, organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok lainnya atas usaha mereka sendiri.
D. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN INTENSI
PROSOSIAL
dengan kelompoknya. Sears, dkk (1985) mendefinisikan kelompok adalah agregat sosial di mana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain, apa yang terjadi pada satu orang mempengaruhi hasil anggota kelompok yang lain. Sears, dkk (1985) menekankan bahwa ciri penting suatu kelompok yaitu dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga menimbulkan interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap.
Salah satu kelompok yang memiliki perasaan ketergantungan dan interaksi satu dengan yang lain dan menimbulkan ikatan di antara anggota-anggotanya menjadi kuat dan menetap adalah Komunitas Sant’Egidio. Komunitas ini pada awalnya hanya merupakan kelompok kecil dengan beberapa orang anggota saja. Adanya interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap ini menyebabkan Komunitas Sant’Egidio bisa berkembang dalam hal keanggotaannya sampai mencakup dunia dan menjadi sebuah kelompok organisasi informal (Komunitas Sant’Egidio, 2007).
nilai-nilai organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Seseorang dengan komitmen tinggi dalam organisasi berarti memiliki kepercayaan terhadap organisasi dan menerima tujuan organisasi sehingga orang tersebut dengan rela menyumbangkan dan melakukan sesuatu serta ikut berpartisipasi bagi tercapainya tujuan organisasi. Orang tersebut juga memiliki loyalitas terhadap organisasi karena ada kesediaan untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi.
Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti kurang ada keinginan dari seseorang tersebut untuk mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio. Di samping itu, karena kurang memiliki komitmen terhadap Komunitas Sant’Egidio menyebabkan visi dan misi komunitas kurang tertanam dalam diri orang tersebut, pendapat dan pengaruh dari anggota lain pun menjadi kurang dapat diterima karena tidak adanya keterikatan dengan anggota lain. Hal tersebut memunculkan sikap negatif dalam diri orang tersebut mengenai Komunitas Sant’Egidio dan intensi dalam diri untuk melakukan perilaku prososial menjadi rendah. Ketika seseorang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Komunitas Sant’Egidio untuk melakukan perilaku prososial maka niat orang tersebut untuk melakukan perilaku prososial pun menjadi rendah.
Gambar 2.
Skema Hubungan Komitmen Organisasi dan Intensi Prososial
Memiliki tujuan melayani orang miskin dan terlantar
Anggota
Komitmen Organisasi Komunitas Sant’Egidio
Komitmen organisasi tinggi, berarti :
• Ada kepercayaan anggota terhadap organisasi
• Ada kesediaan untuk terlibat / partisipasi dari anggota
• Ada kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi
Komitmen organisasi rendah, berarti :
• Tidak ada kepercayaan anggota terhadap organisasi
• Tidak ada kesediaan untuk terlibat / partisipasi dari anggota
• Tidak ada kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi
Intensi prososial tinggi :
• Ada niat anggota melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong
• Ada niat untuk bekerjasama dengan orang yang ditolong
• Ada niat memberi sumbangan kepada orang yang ditolong
• Ada niat memberikan kasih sayang, merawat dan menjaga perasaan orang yang ditolong
Intensi prososial rendah :
• Tidak ada niat anggota melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong
• Tidak ada niat bekerjasama dengan orang yang ditolong
• Tidak ada niat memberi sumbangan kepada orang yang ditolong
• Tidak ada niat memberikan kasih sayang, merawat dan menjaga perasaan orang yang ditolong
Ada keyakinan dan kenginan anggota mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio
Tidak ada keyakinan dan keinginan anggota untuk mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio
Ada keterikatan dan pengaruh dari anggota lain mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio
Tidak ada keterikatan dan pengaruh dari orang lain mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio
Muncul sikap positif dari anggota mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio
E. HIPOTESIS
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik kolerasional (correlational reseach) yaitu tipe penelitian dengan karakteristik berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih (Supratik, 1998). Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pada penelitian ini akan dicari apakah ada hubungan positif antara komitmen organisasi dan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel bebas : Komitmen organisasi 2. Variabel tergantung : Intensi prososial
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah rasa kepercayaan seorang anggota dalam organisasi terhadap nilai-nilai, keinginan untuk tetap berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi dan keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi, dimana organisasi yang dimaksud adalah Komuntias Sant’Egidio Yogyakarta. Skala komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio ini terdiri dari tiga aspek yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas.
Komitmen anggota terhadap organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio tersebut diukur dengan menggunakan skala komitmen organisasi yang disusun sendiri berdasarkan kesimpulan dari pengertian beberapa ahli beserta aspek-aspeknya dengan menggunakan skala model
Likert. Semakin tinggi skor total dalam skala komitmen organisasi yang diperoleh oleh subjek, maka semakin tinggi pula komitmen subjek tersebut pada organisasi. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah skor total dalam skala komitmen organisasi, maka rendah pula komitmen subjek tersebut pada organisasi.
2. Intensi Prososial
Skala intensi prososial ditinjau dari empat aspek yaitu intensi untuk
sharing, intensi untuk donating, intensi untuk cooperating, intensi untuk
caring.
Intensi prososial tersebut diukur dengan menggunakan skala intensi prososial yang disusun sendiri berdasarkan kesimpulan dari pengertian beberapa ahli beserta aspek-aspeknya dengan menggunakan skala model Likert. Semakin tinggi skor total dalam skala intensi prososial yang diperoleh, maka semakin tinggi pula intensi prososial yang dimiliki oleh subyek. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor total dalam skala intensi prososial yang diperoleh, maka semakin rendah pula intensi prososial yang dilakukan oleh subyek.
B. SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta dengan jumlah subjek 50 orang.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran skala yang terdiri dari dua macam skala yaitu :
1. Skala Komitmen Organisasi
penentuan nilai skalanya (Suryabrata, 1999). Skala ini mengunakan metode Likert dan disusun sendiri oleh peneliti terdiri dari 60 item pernyataan yang terdiri dari 30 item favorable dan 30 item unfavorable
dengan memiliki empat kategori pilihan jawaban yang tersedia untuk masing-masing item, meliputi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pengukuran alat ini di susun dan dikelompokkan oleh peneliti menjadi 2 kategori, yaitu :
Kategori 1 :
Item favorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 4
Setuju (S) : skor 3
Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
Kategori 2 :
Item unfavorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 1
Setuju (S) : skor 2
Tabel 1.
Prosentase Distribusi Penyebaran Item Komitmen Organisasi
Sebelum Uji Coba
Nomer Item No Aspek
Favorable Unfavorable
Jumlah Presentase 1 Identifikasi 1, 10, 15, 24, 28, 31,
37, 43, 54, 55
4, 7, 18, 22, 25, 34, 40, 46, 49, 60
20 33.33%
2 Keterlibatan 5, 8, 13, 20, 26, 33, 41, 47, 50, 59
2, 11, 16, 23, 29, 36, 38, 44, 53, 58
20 33.33%
3 Loyalitas 3, 12, 17, 21, 30, 35, 39, 45, 52, 57
6, 9, 14, 19, 27, 32, 42, 48, 51, 56
20 33.33%
Jumlah total 30 30 60 100 %
2. Skala Intensi Prososial
Skala intensi prososial akan diungkap dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (summated rating), merupakan metode penskalaan pernyataan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Suryabrata, 1999). Skala ini mengunakan metode Likert dan disusun sendiri oleh peneliti terdiri dari 48 item pertanyaan yang terdiri dari 24 item favorable dan 24 item unfavorable
Kategori 1 :
Item favorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 4
Setuju (S) : skor 3
Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
Kategori 2 :
Item unfavorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 1
Setuju (S) : skor 2
Tidak Setuju (TS) : skor 3 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4
Tabel 2.
Prosentase Distribusi Penyebaran Item Intensi Prososial
Sebelum Uji Coba
Nomer Item
No Aspek
Favorable Unfavorable
Jumlah Presentase 1 Intensi untuk sharing 1, 15, 19, 25,
37, 43
5, 9, 21, 29, 33, 44
12 25 %
2 Intensi untuk donating 6, 10, 17, 30, 34, 45
2, 13, 20, 26, 38, 42
12 25 %
3 Intensi untuk cooperating 3, 14, 23, 27, 39, 41
7, 11, 18, 31, 35, 46
12 25 %
4 Intensi untuk caring 8, 12, 22, 32, 36, 47
4, 16, 24, 28, 40, 48
12 25 %
Pada kedua skala di atas tidak menyertai alternatif jawaban netral. Menurut Hadi (1991) hal ini didasarkan atas 3 hal yaitu:
1. Undecided mempunya arti ganda, bisa diartikan sebagai belum memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda-arti (multi interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.
2. Jawaban tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah setuju ataukah tidak setuju. 3. Kategorisasi jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat
kecenderungan pendapat responden, kearah setuju atau ke arah tidak setuju. Jawaban tengah akan menghilangkan data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat disaring dari responden.
D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENELITIAN
1. Validitas
Validitas merupakan taraf kecermatan dan ketepatan alat ukur serta dapat mengungkapkan secara jitu gejala yang hendak diukur dan seberapa jauh alat memiliki ketelitian dalam memberikan status (Hadi, 1992). Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menajalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya, tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes memiliki validitas rendah (Azwar, 1996). Dalam penelitian ini, uji validitas item melalui uji validitas isi dan seleksi item (indeks diskriminasi item).
Validitas isi adalah pengujian dengan menilai sejauh mana item-item sudah mencakup dan mewakili atribut yang sedang diukur. Validitas isi ini dibagi menjadi dua yaitu validitas muka yang mengukur validitas berdasarkan penampilan tesnya dan validitas logis yang menunjukkan sejauh mana isi tes mewakili ciri atribut yang hendak diukur. Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika, melainkan menggunakan analisa rasional atau profesional judgement, dimana pengujian kedua validitas ini melalui dosen pembimbing skripsi (Azwar, 1996)
.
2. Analisis dan Seleksi Item
kesahihan item sehingga diperoleh item-item yang berkualitas. Dalam menguji kesahihan butir-butir item tersebut menggunakan koefisien korelasi item total (rix) dengan rumus Product Moment dari Pearson.
Untuk mengambil butir-butir yang sahih, kriteria pemilihan item menggunakan batasan rix≥ 0.30 dengan interpretasi bahwa dengan batasan
tersebut maka itemnya memiliki daya diskriminasi yang dianggap memuaskan.
3. Reliabilitas
Reliabilitas berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1996). Suatu instrumen penelitian dikatan reliabel bila instrumen itu konsisten atau ajeg atau terpercaya dalam menilai apa yang diukur jika dilakukan pengukuran ulang terhadap aspek yang sama dengan alat ukur yang sama (Azwar, 1997).
Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx,) yang
E. HASIL UJI COBA ALAT PENELITIAN
1. Uji Coba Alat Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan uji coba alat penelitian atau biasa disebut Try Out. Uji coba alat penelitian dilakukan untuk melihat kesahihan butir yang diukur dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya.
Uji coba alat penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2008 sampai 16 Mei 2008. Dalam uji coba alat penelitian ini, peneliti mengambil subjek dari anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Jakarta dan Semarang.
Jumlah subjek uji coba alat penelitian ini adalah 50 orang, 27 orang merupakan anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Jakarta dan 23 orang anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Semarang. Kepada seluruh subyek diberikan 2 jenis skala yaitu skala komitmen organisasi dan intensi prososial.
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian
a. Skala Pengukuran Komitmen Organisasi
1) Uji Kesahihan Butir Skala Komitmen Organisasi
Tabel 3.
Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala
Komitmen Organisasi setelah Uji Coba
No Item Aspek
Favorable Unfavorable Total Presentase Identifikasi 1, 10, 15, 24, 28,
31, 37, 43, 54, 55
4, 7,18, 22, 25,
40, 49, 60 18 33,33%
Keterlibatan 5, 8, 13, 20, 26, 41, 47, 50, 59
2, 16, 23, 29, 36,
38, 44, 53, 58 18 33,33% Loyalitas 3, 12, 17, 21, 35,
39, 45, 52, 57
6, 9, 14, 19, 32,
42, 48, 51, 56 18 33,33%
Total 28 26 54 100
Maka, dari hasil tersebut diketahui bahwa skala komitmen organisasi cukup valid digunakan sebagai alat ukur penelitian ini. Hasil selengkapnya mengenai analisis butir skala uji coba komitmen organisasi dapat dilihat pada lampiran.
2) Reliabilitas Skala Komitmen Organisasi
Reliabilitas skala komitmen organisasi diperoleh dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for window versi 12.00, dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,953. b. Skala Pengukuran Intensi Prososial
1) Uji Kesahihan Butir Skala Intensi Prososial
dinyatakan gugur dari 48 item yang diuji cobakan karena mempunyai korelasi yang tinggi (≥ 0,30) terhadap skor total. Tabel berikut ini menunjukkan penyebaran butir-butir pernyataan dalam skala intensi prososial yang akan digunakan dalam pengambilan data :
Tabel 4.
Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala
Intensi Prososial setelah Uji Coba
Nomer Item
No Aspek
Favorable Unfavorable Jumlah Presentase 1 Intensi untuk sharing 1, 15, 19, 25,
37, 43
5, 9, 21, 29, 33, 44
12 25 %
2 Intensi untuk donating 6, 10, 17, 30, 34, 45
2, 13, 20, 26, 38, 42
12 25 %
3 Intensi untuk cooperating 3, 14, 23, 27, 39, 41
7, 11, 18, 31, 35, 46
12 25 %
4 Intensi untuk caring 8, 12, 22, 32, 36, 47
4, 16, 24, 28, 40, 48
12 25 %
Jumlah total 24 24 100 %
2) Reliabilitas Skala Intensi Prososial
Reliabilitas skala intensi prososial diperoleh dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS 12.00 dan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963.
F. METODE ANALISIS DATA
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyebaran dan pengumpulan skala penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Mei – 9 Juni 2008. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan dua buah skala penelitian yaitu skala komitmen organisasi dan skala intensi prososial kepada 50 anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Peneliti memberikan skala intensi prososial ini langsung kepada masing-masing subjek dan sebelum subjek mengerjakannya peneliti memberitahukan petunjuk pengisian skala. Peneliti sendiri yang menyebar dan mengambil skala dari setiap subjek dengan alasan agar bisa mengecek langsung lengkap tidaknya skala yang telah diisi. Dengan demikian, peneliti bisa menyampaikan langsung kepada subjek dan memintanya untuk mengerjakannya kembali bila terjadi kesalahan.
B. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Subjek
1. Data Penelitian
Berikut ini merupakan keseluruhan data hasil penelitian yang dideskripsikan dalam tabel sebagi berikut :
Tabel 5.
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Variabel N Xmax Xmin Mean SD
Intensi Prososial 50 188 141 164.40 14.334 Komitmen Organisasi 50 214 156 181.38 14.570
Tabel di atas menunjukkan jumlah mean keseluruhan dari intensi prososial adalah 164,40. Nilai tertinggi yang diperoleh pada intensi prososial sebesar 188, sedangkan untuk nilai terendah diperoleh sebesar 141. Selanjutnya untuk komitmen organisasi diperoleh mean keseluruhan sebesar 181,38. Untuk nilai tertinggi dari komitmen organisasi diperoleh sebesar 214 sedangkan nilai terendah 156.
Tabel 6.
Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik
Data Teoritik Data Empirik
Variabel
Min Max Mean Min Max Mean
SD
Intensi prososial
48 192 120 141 188 164,40
14.334
Komitmen organisasi
54 216 135 156 214 181,38
Untuk mengetahui kecenderungan variabel bebas (komitmen organisasi) dan variabel tergantung (intensi prososial), maka dibuat kategori skor pada komitmen organisasi dan intensi prososial. Untuk membuat kategori skor pada komitmen organisasi dan intensi prososial digunakan norma sebagai berikut (Azwar, 1999).
Tabel 7.
Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi dan Intensi Prososial
Skor Kategori
µ + 1,5
σ
< X Sangat Tinggiµ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ < X Tinggi
µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ < X Sedang
µ - 1,5
σ
< X ≤ µ - 0,5σ
< X RendahX ≤ µ - 1,5
σ
< X Sangat RendahTabel 8.
Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi
Skor Kategori Jumlah Prosentase
175,5 < X Sangat Tinggi 31 62 %
148,5 < X ≤ 175,5 Tinggi 19 38 %
121,5 < X ≤ 148,5 Sedang 0 0 %
94,5 < X ≤ 121,5 Rendah 0 0 %
X ≤ 94,5 Sangat Rendah 0 0 %
Dilihat dari tabel kategorisasi komitmen organisasi di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah subjek 31 orang dan prosentase 62 % terdapat pada subjek dengan kategori skor 175,5 < X.
Tabel 9.
Norma Kategorisasi Intensi Prososial
Skor Kategori Jumlah Prosentase
156 < X Sangat Tinggi 32 64 %
132 < X ≤ 156 Tinggi 18 36 %
108 < X ≤ 132 Sedang 0 0 %
84 < X ≤ 108 Rendah 0 0 %
X ≤ 84 Sangat Rendah 0 0 %
Dilihat dari tabel kategorisasi intensi prososial di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah subjek 32 orang dan prosentase 64 % terdapat pada subjek dengan kategorisasi skor 156 < X.
2. Hasil Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan analisis hipotesis sehingga kesimpulan yang diperoleh tidak menyimpang dari semestinya.
a. Uji Normalitas
normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus one sample Kormogorov-Smirnov Test, bantuan SPSS for windows versi 12.0.
Tabel 10.
Hasil Uji Normalitas
Intensi Prososial Komitmen Organisasi
Kolmogorov-Smirnov Z 1,004 0,547
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,266 0,925
Asumsi uji normalitas dari data di atas adalah jika nilai p>0,05 maka sebaran skor yang diperoleh adalah normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Z untuk variabel intensi prososial adalah sebesar 1,004 dengan probabilitas 0,266 (p>0,05), sedangkan nilai Z pada variabel komitmen organisasi adalah sebesar 0,547 dengan probabilitas 0,925 (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data subjek memiliki sebaran yang normal.
b. Uji Linearitas
Tabel 11.
Hasil Uji Linearitas
F Asymp. Sign.
Combined 2,278 0,038
Linearity 45,731 0.000
Skor Intensi prososial
*
Komitmen organisasi Deviation from Linearity 0,876 0.637
Hasil perhitungan uji linearitas dua variabel penelitian menunjukkan bahwa nilai F sebesar 45,731 dengan probabilitas 0,000 (p<0,05), artinya signifikan. Hal ini berarti hubungan antara komitmen organsasi dengan intensi prososial bersifat linear.
c. Uji Hipotesis
Tabel 12.
Hasil Uji Hipotesis
r p
Skor intensi prososial * Komitmen organisasi 0.713 0.000
Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi antara komitmen organisasi dan intensi prososial sebesar 0,713 dengan probabilitas 0,000 dengan taraf signifikansi (p<0,01) dan memakai uji satu ekor (1-tailed). Berdasar hasil ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan posotif yang signifikan antara variabel komitmen organisasi dan variabel intensi prososial. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi komitmen terhadap organisasi, semakin tinggi pula intensi prososialnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0.508 berarti variabel bebas (komitmen organisasi) memberikan sumbangan efektif terhadap variabel tergantung (intensi prososial) sebesar 50,8 %
B. PEMBAHASAN
semakin tinggi intensi prososialnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta, maka semakin rendah pula intensi prososial yang dilakukan.
Dalam Komunitas Sant’Egidio, anggota pertama kali menerima pengaruh dari komunitas dan ada interaksi di dalamnya sehingga memunculkan sikap saling ketergantungan dan ikatan yang kuat serta menetap. Hal ini yang menyebabkan anggota memiliki keputusan serta keyakinan untuk berkomitmen terhadap Komunitas Sant’Egidio.
Seseorang dengan komitmen organisasi tinggi dalam Komunitas Sant’Egidio berarti memiliki kepercayaan terhadap organisasi dan menerima tujuan organisasi sehingga orang tersebut dengan rela menyumbangkan dan melakukan sesuatu serta ikut berpartisipasi bagi tercapainya tujuan organisasi. Orang tersebut juga memiliki loyalitas terhadap organisasi karena ada kesediaan untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Di samping itu ketika seseorang memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang dilakukan dalam komunitas tersebut dimana aktivitas yang dilakukan adalah perilaku prososial.
Jika melihat perbandingan antara data empirik dan teoritik pada tabel 6, tampak bahwa data empirik pada komitmen organisasi lebih besar daripada data teoritik. Disamping itu, jika di lihat dari kategori skor pada variabel komitmen organisasi diketahui bahwa 62 % anggota memiliki komitmen organisasi yang sangat tinggi dan 38 % anggota memiliki komitmen organisasi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa komitmen organisasinya tinggi. Komitmen merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi, dimana komitmen organisasi itu merupakan rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan anggota terhadap organisasinya (Steers, 1985). Dalam hal ini organisasi yang dimaksud adalah Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta.
data yang diperoleh bahwa komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio sangat tinggi, berarti intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio pun tinggi pula.
Hasil koefisien determinan (r2) sebesar 0.508. Ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi memberi sumbangan efektif terhadap intensi prososial 50,8 %, sedangkan untuk 49,2 % nya dipengaruhi oleh faktor lain, faktor-faktor lain itu kemungkinan adalah adanya pengalaman positif di masa lalu mengenai perilaku prososial yang menyebabkan intensi untuk melakukan perilaku itu berulang ketika menemui komunitas yang memiliki kegiatan yang sama yaitu perilaku prososial. Seperti yang dikatakan oleh Staub (1978) mengenai faktor munculnya intensi prososial adalah pengalaman di masa lalu, dimana pengalaman positif ketikaa seseorang berperilaku prososial akan mendorong orang tersebut untuk mengulangi perbuatannya. Perilaku prososial juga merupakan moto hidup yang ditanamkan dalam diri anggota sebelum bergabung dengan Komunitas Sant’egidio dan ketika menemui komunitas intensi untuk melakukan perilaku tersebut menjadi besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta, dengan koefisien korelasi sebesar 0,713 dan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,01). Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat komitmen dalam organisasi maka semakin tinggi pula intensi prososialnya, dan sebaliknya semakin rendah tingkat komitmen dalam organisasi maka semakin rendah pula tingkat intensi prososialnya dalam Komunitas Sant Egidio.
B. SARAN
1. Bagi Komunitas Sant’Egidio
1. Bagi peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (1997). Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, A. R & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (Edisi 10). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Drever, J. (1982). The Penguin Dictionary of Psychology. Ayleswry: Hazell Watson and Niney, Ltd.
Fishbein, M & Azjen, I. (1975). Believe, Attitude, Intention & Behavior : An Introduction to Theory & Reseach- Massachusetts : Addison_wesley Publishing CO.
Firdaus, Y. (2007). Komitmen : Konsistensi, Fleksibilitas dan Persistensi.
http://yulian.firdaus.or.id/2007/04/23/komitmen.
Hadi, S. (1991). Metodologi Reseach. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Harri, Y. (2001). Hubungan Antara Intensi Prososial Dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakrta.
Hartoko, V. D. S, & Handayani, C. S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi
Ikawati & Wahyuningtyastuti, H. (2005). Perbedaan Perilaku Prososial Masyarakat Desa dan Kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Media Informasi Penelitian No.184, Th. Ke 29, Oktober – Desember 2005.
Kuntjoro, H. Z. S. Drs. M. Psi (2002). Komitmen Organisasi.
http://www.e_psikologi.com/masalah/250702.htm.
Luthans, F. (1995). Organizational Behavior : Seventh Edition. Singapore : McGraw-Hill International Edition.
Mowday, R. T., Porter, L. W, & Steers, R. M. (1982). Employee Organization Linkage : The Psychology of Commitment, Absentism & Turnover. London : Academic Press.
Schultz, D. P., Schultz, S. E. (1990). Psychology And Industry Today : An Industrial And Organizational Psychology Fifth Edition. Singapore : Maxwell Mcmilan International Edition.
Sears, D. O., Freedman, j. L., Plepau, A. L. (1985). Psikologi Sosial (Jilid II). Jakarta : Erlangga.
Staub, E. (1979). Positive Social Behavior And Morality Vol.II Socialization And Development. New York : Academic Press.
Staw, B. M. (1991). Psychologichal Dimensions of Organizational Behavior. Singapore : Maxwell Mcmilan International Edition.
Supratiknya, A. (2002). Statistik Psikologi. Jakarta : Grasindo.
William, S. (1981). Personality. New York : McGraw-Hill Publishing Co. Ltd.
________________. Ensi