• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Data Penelitian

Berikut ini merupakan keseluruhan data hasil penelitian yang dideskripsikan dalam tabel sebagi berikut :

Tabel 5.

Deskripsi Statistik Data Penelitian

Variabel N Xmax Xmin Mean SD

Intensi Prososial 50 188 141 164.40 14.334 Komitmen Organisasi 50 214 156 181.38 14.570

Tabel di atas menunjukkan jumlah mean keseluruhan dari intensi prososial adalah 164,40. Nilai tertinggi yang diperoleh pada intensi prososial sebesar 188, sedangkan untuk nilai terendah diperoleh sebesar 141. Selanjutnya untuk komitmen organisasi diperoleh mean keseluruhan sebesar 181,38. Untuk nilai tertinggi dari komitmen organisasi diperoleh sebesar 214 sedangkan nilai terendah 156.

Tabel 6.

Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik

Data Teoritik Data Empirik

Variabel

Min Max Mean Min Max Mean

SD

Intensi prososial 48 192 120 141 188 164,40 14.334 Komitmen organisasi 54 216 135 156 214 181,38 14.570

Untuk mengetahui kecenderungan variabel bebas (komitmen organisasi) dan variabel tergantung (intensi prososial), maka dibuat kategori skor pada komitmen organisasi dan intensi prososial. Untuk membuat kategori skor pada komitmen organisasi dan intensi prososial digunakan norma sebagai berikut (Azwar, 1999).

Tabel 7.

Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi dan Intensi Prososial

Skor Kategori µ + 1,5

σ

< X Sangat Tinggi µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ < X Tinggi µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ < X Sedang µ - 1,5

σ

< X ≤ µ - 0,5

σ

< X Rendah X ≤ µ - 1,5

σ

< X Sangat Rendah

Rentang minimum dan maksimum untuk komitmen organisasi adalah 54 sampai dengan 216 dan luas jarak sebarannya adalah 162. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai

σ

= 162 : 6 = 27 dan mean teoritisnya µ = (216 + 54) : 2 = 135. Sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma diperoleh kategori skor komitmen organisasi sebagai berikut :

Tabel 8.

Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi

Skor Kategori Jumlah Prosentase

175,5 < X Sangat Tinggi 31 62 %

148,5 < X ≤ 175,5 Tinggi 19 38 %

121,5 < X ≤ 148,5 Sedang 0 0 %

94,5 < X ≤ 121,5 Rendah 0 0 %

X ≤ 94,5 Sangat Rendah 0 0 %

Dilihat dari tabel kategorisasi komitmen organisasi di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah subjek 31 orang dan prosentase 62 % terdapat pada subjek dengan kategori skor 175,5 < X.

Rentang minimum dan maksimum untuk variabel Intensi Prososial adalah 48 sampai dengan 192 dan luas jarak sebarannya adalah 144. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 144 : 6 = 24 dan mean teoritisnya µ = (192 + 48) : 2 = 120, sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma diperoleh kategorisasi skor intensi prososial :

Tabel 9.

Norma Kategorisasi Intensi Prososial

Skor Kategori Jumlah Prosentase

156 < X Sangat Tinggi 32 64 %

132 < X ≤ 156 Tinggi 18 36 %

108 < X ≤ 132 Sedang 0 0 %

84 < X ≤ 108 Rendah 0 0 %

X ≤ 84 Sangat Rendah 0 0 %

Dilihat dari tabel kategorisasi intensi prososial di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah subjek 32 orang dan prosentase 64 % terdapat pada subjek dengan kategorisasi skor 156 < X.

2. Hasil Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan analisis hipotesis sehingga kesimpulan yang diperoleh tidak menyimpang dari semestinya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal teoritiknya. Uji

normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus one sample Kormogorov-Smirnov Test, bantuan SPSS for windows versi 12.0.

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas

Intensi Prososial Komitmen Organisasi

Kolmogorov-Smirnov Z 1,004 0,547

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,266 0,925

Asumsi uji normalitas dari data di atas adalah jika nilai p>0,05 maka sebaran skor yang diperoleh adalah normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Z untuk variabel intensi prososial adalah sebesar 1,004 dengan probabilitas 0,266 (p>0,05), sedangkan nilai Z pada variabel komitmen organisasi adalah sebesar 0,547 dengan probabilitas 0,925 (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data subjek memiliki sebaran yang normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antar variabel penelitian cukup mengikuti fungsi linear. Pengujian linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0.

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas

F Asymp. Sign. Combined 2,278 0,038 Linearity 45,731 0.000 Skor Intensi prososial *

Komitmen organisasi Deviation from Linearity 0,876 0.637

Hasil perhitungan uji linearitas dua variabel penelitian menunjukkan bahwa nilai F sebesar 45,731 dengan probabilitas 0,000 (p<0,05), artinya signifikan. Hal ini berarti hubungan antara komitmen organsasi dengan intensi prososial bersifat linear.

c. Uji Hipotesis

Setelah mengetahui bahwa data penelitian didistribusikan normal dan berkorelasi linear, maka dapat dilakukan uji hipotesis. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara variabel komitmen organisasi dan variabel intensi prososial. Uji hipotesis ini dilakukan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan program SPSS for windows versi 12.0.

Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis

r p

Skor intensi prososial * Komitmen organisasi 0.713 0.000

Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi antara komitmen organisasi dan intensi prososial sebesar 0,713 dengan probabilitas 0,000 dengan taraf signifikansi (p<0,01) dan memakai uji satu ekor (1-tailed). Berdasar hasil ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan posotif yang signifikan antara variabel komitmen organisasi dan variabel intensi prososial. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi komitmen terhadap organisasi, semakin tinggi pula intensi prososialnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0.508 berarti variabel bebas (komitmen organisasi) memberikan sumbangan efektif terhadap variabel tergantung (intensi prososial) sebesar 50,8 %

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara komitmen organisasi dan intensi prososial, terlihat dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,713 dengan p<0,01. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta, maka

semakin tinggi intensi prososialnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta, maka semakin rendah pula intensi prososial yang dilakukan.

Dalam Komunitas Sant’Egidio, anggota pertama kali menerima pengaruh dari komunitas dan ada interaksi di dalamnya sehingga memunculkan sikap saling ketergantungan dan ikatan yang kuat serta menetap. Hal ini yang menyebabkan anggota memiliki keputusan serta keyakinan untuk berkomitmen terhadap Komunitas Sant’Egidio.

Komunitas Sant’Egidio memiliki aktivitas yang berhubungan dengan perilaku prososial. Seseorang yang bergabung dalam komunitas ini juga menerima pengaruh dari komunitas mengenai perilaku prososial yang dilakukan. Seseorang tersebut mendapat pengaruh untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio dimana aktivitas yang dilakukan yaitu mendoakan serta melayani orang miskin dan terlantar sehingga memberikan sikap positif seseorang dalam Komunitas Sant’Egidio sehingga memunculkan niat dalam diri orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong, mau ikut bekerjasama, mau memberi sumbangan kepada orang yang ditolong dan memberi kasih sayang, merawat serta menjaga perasaan orang yang ditolong. Seperti yang telah dikemukakan oleh Fishbein & Ajzen (1975) bahwa semakin banyak pengaruh positif yang di dapat oleh seseorang mengenai perilaku prososial, maka semakin besar pula sikap psoitif mengenai perilaku prososial tersebut.

Seseorang dengan komitmen organisasi tinggi dalam Komunitas Sant’Egidio berarti memiliki kepercayaan terhadap organisasi dan menerima tujuan organisasi sehingga orang tersebut dengan rela menyumbangkan dan melakukan sesuatu serta ikut berpartisipasi bagi tercapainya tujuan organisasi. Orang tersebut juga memiliki loyalitas terhadap organisasi karena ada kesediaan untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Di samping itu ketika seseorang memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang dilakukan dalam komunitas tersebut dimana aktivitas yang dilakukan adalah perilaku prososial.

Jika melihat perbandingan antara data empirik dan teoritik pada tabel 6, tampak bahwa data empirik pada komitmen organisasi lebih besar daripada data teoritik. Disamping itu, jika di lihat dari kategori skor pada variabel komitmen organisasi diketahui bahwa 62 % anggota memiliki komitmen organisasi yang sangat tinggi dan 38 % anggota memiliki komitmen organisasi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa komitmen organisasinya tinggi. Komitmen merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi, dimana komitmen organisasi itu merupakan rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan anggota terhadap organisasinya (Steers, 1985). Dalam hal ini organisasi yang dimaksud adalah Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta.

Berdasarkan uraian di atas yang menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial dan terbukti dari

data yang diperoleh bahwa komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio sangat tinggi, berarti intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio pun tinggi pula.

Hasil koefisien determinan (r2) sebesar 0.508. Ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi memberi sumbangan efektif terhadap intensi prososial 50,8 %, sedangkan untuk 49,2 % nya dipengaruhi oleh faktor lain, faktor-faktor lain itu kemungkinan adalah adanya pengalaman positif di masa lalu mengenai perilaku prososial yang menyebabkan intensi untuk melakukan perilaku itu berulang ketika menemui komunitas yang memiliki kegiatan yang sama yaitu perilaku prososial. Seperti yang dikatakan oleh Staub (1978) mengenai faktor munculnya intensi prososial adalah pengalaman di masa lalu, dimana pengalaman positif ketikaa seseorang berperilaku prososial akan mendorong orang tersebut untuk mengulangi perbuatannya. Perilaku prososial juga merupakan moto hidup yang ditanamkan dalam diri anggota sebelum bergabung dengan Komunitas Sant’egidio dan ketika menemui komunitas intensi untuk melakukan perilaku tersebut menjadi besar.

Selain itu, ada beberapa dari anggota memiliki intensi untuk melakukan perilaku prososial yang tinggi karena ada pengalaman kebersamaan dengan orang yang dilayani sebelum anggota tersebut belum bergabung dengan Komunitas Sant’Egidio seperti misalnya pastor yang tinggal di Domus Pacis pada saat masih bisa berkarya dan belum sakit adalah orang yang membaptis dan berkarya di gereja dimana anggota tersebut tinggal dan setelah bergabung dengan komunitas kemudian mengetahui bahwa pastor

yang pernah berkarya di tempat tinggalnya tersebut sakit dan merupakan orang yang dilayani oleh Komunitas Sant’Egidio maka intensi untuk melakukan perilaku prososial pun menjadi tinggi (Observasi, Agustus 2008). Menurut Staub (1978) hal tersebut dipengaruhi oleh adanya norma timbal balik dan hubungan interpersonal, seseorang menolong orang lain karena orang lain tersebut pernah memberikan pertolongan dengan dasar bahwa ia wajib mengembalikan pertolongan tersebut. Di samping itu, semakin dekat dan akrab hubungan sseorang maka akan semakin cepat orang tersebut memiliki intensi untuk berperilaku prososial terhadap orang yang membutuhkan.

BAB V

Dokumen terkait