• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

3. Visi dan Misi Komunitas Sant’Egidio

Komunitas Sant’Egidio memiliki karakteristik yaitu doa, membaca Injil, solidaritas terhadap sesama, ekumenisme dan dialog. Komunitas Sant’Egidio mengajak semua orang untuk membangun jembatan cinta kasih tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan. Komunitas juga diajak untuk lebih menghidupi Injil bersama dengan orang-orang yang lebih lemah seperti orang miskin, anak terlantar, orang-orang lanjut usia, korban perang, gelandangan, orang sakit, orang terpenjara, penderita kusta dan AIDS, dan juga terhadap berbagai bentuk kemiskinan lainnya.

Sampai saat ini, Komunitas Sant’Egidio berperan serta dalam perdamaian di dunia diantaranya memprakarsai perdamaian di Mozambiq, Albania, Aljeria, Kosovo, Pantai Gading dan di negara-negara Afrika serta Eropa Timur lainnya. Setiap tanggal 1 Januari Komunitas Sant’Egidio melakukan “Pawai Damai” serta “pengumpulan tanda tangan untuk seruan damai” yang nantinya di kirim ke Vatikan. Selain itu juga selalu diadakan doa dan dialog perdamaian atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Ziarah Damai” dari kota satu ke kota lainnya setiap tahunnya. Seperti pada tanggal 21 sampai 23 Oktober 2007 lalu, “Doa dan Dialog Damai Antar Agama” dilakukan di kota Napoli. Para pemuka agama dari Katolik Roma, Katolik Ortodoks, Kristen Protestan, Islam, Hindu, Budha dan berbagai aliran kepercayaan serta ribuan orang berkumpul untuk menyerukan perdamaian bagi dunia. Di samping itu Komunitas Sant’Egidio menyelenggarakan “Sekolah Damai” untuk membantu

anak-anak dalam belajar dan mengembangkan kreativitasnya serta mendidik mereka menjadi anak-anak yang mencintai perdamaian.

Komunitas Sant’Egidio juga menyediakan pengobatan gratis bagi para penderita AIDS di Afrika secara terus menerus melalui program “Dream of Africa”. Tak kurang dari 400 bayi yang dapat lahir dengan selamat tanpa terjangkit virus HIV walaupun ibu mereka menderita penyakit AIDS. Lebih dari 5000 anak dari seluruh dunia mendapatkan orang tua angkat dalam program “adopsi jarak jauh Komunitas Sant’Egidio”.

Selain itu satu langkah penting yang dilakukan oleh Komunitas Sant’Egidio adalah memperjuangkan hak hidup di dunia. Pada tanggal 30 November ditetapkan sebagai Hari Internasional “City for Life – City Againts the Death Penalty” (“Kota Untuk Kehidupan – Kota Menentang Hukuman Mati”) yang diusulkan oleh Komunitas Sant’Egidio dan region Tuscany (di bawah pemerintahan kota Roma), kemudian diimplementasikan oleh banyak kota, organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok lainnya atas usaha mereka sendiri.

D. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN INTENSI

PROSOSIAL

Sejak manusia dilahirkan sampai meninggal selalu membutuhkan kehadiran orang lain dan cenderung berinteraksi dengan orang lain. Dalam sikap sosial individu akan menjalin interaksi dengan orang lain, terutama

dengan kelompoknya. Sears, dkk (1985) mendefinisikan kelompok adalah agregat sosial di mana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain, apa yang terjadi pada satu orang mempengaruhi hasil anggota kelompok yang lain. Sears, dkk (1985) menekankan bahwa ciri penting suatu kelompok yaitu dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga menimbulkan interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap.

Salah satu kelompok yang memiliki perasaan ketergantungan dan interaksi satu dengan yang lain dan menimbulkan ikatan di antara anggota-anggotanya menjadi kuat dan menetap adalah Komunitas Sant’Egidio. Komunitas ini pada awalnya hanya merupakan kelompok kecil dengan beberapa orang anggota saja. Adanya interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap ini menyebabkan Komunitas Sant’Egidio bisa berkembang dalam hal keanggotaannya sampai mencakup dunia dan menjadi sebuah kelompok organisasi informal (Komunitas Sant’Egidio, 2007).

Komunitas Sant’Egidio adalah salah satu kelompok organisasi informal yang bergerak di bidang sosial dan aktivitasnya berhubungan dengan perilaku prososial, dimana memiliki visi dan misi untuk melayani orang miskin dan terlantar. Orang yang bersedia bergabung dalam komunitas ini berarti harus memiliki komitmen tinggi. Steers (1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap

nilai-nilai organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Seseorang dengan komitmen tinggi dalam organisasi berarti memiliki kepercayaan terhadap organisasi dan menerima tujuan organisasi sehingga orang tersebut dengan rela menyumbangkan dan melakukan sesuatu serta ikut berpartisipasi bagi tercapainya tujuan organisasi. Orang tersebut juga memiliki loyalitas terhadap organisasi karena ada kesediaan untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi.

Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa Komunitas Sant’Egidio memiliki aktivitas yang berhubungan dengan perilaku prososial. Ketika seseorang memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti seseorang tersebut memiliki keingingan untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio dimana aktivitas yang dilakukan adalah mendoakan serta melayani orang miskin dan terlantar (Observasi, Agustus 2007). Disamping itu, visi dan misi yang ditanamkan dalam Komunitas Sant’Egidio serta keterikatan antar anggota memunculkan pendapat dan pengaruh bagi seseorang tersebut mengenai Komunitas Sant’Egidio dalam melayani orang miskin dan terlantar. Hal tersebut memberikan sikap positif seseorang dalam Komunitas Sant’Egidio sehingga memunculkan niat dalam diri orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong, mau ikut bekerjasama, mau memberi sumbangan kepada orang yang ditolong dan memberi kasih sayang, merawat serta menjaga perasaan orang yang ditolong.

Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti kurang ada keinginan dari seseorang tersebut untuk mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio. Di samping itu, karena kurang memiliki komitmen terhadap Komunitas Sant’Egidio menyebabkan visi dan misi komunitas kurang tertanam dalam diri orang tersebut, pendapat dan pengaruh dari anggota lain pun menjadi kurang dapat diterima karena tidak adanya keterikatan dengan anggota lain. Hal tersebut memunculkan sikap negatif dalam diri orang tersebut mengenai Komunitas Sant’Egidio dan intensi dalam diri untuk melakukan perilaku prososial menjadi rendah. Ketika seseorang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Komunitas Sant’Egidio untuk melakukan perilaku prososial maka niat orang tersebut untuk melakukan perilaku prososial pun menjadi rendah.

Menurut Fishbein & Ajzen (1975), intensi seseorang untuk melakukan suatu perilaku prososial didasari oleh sikap orang tersebut terhadap perilaku prososial dan norma subjektif tentang perilaku tersebut. Sikap terhadap perilaku prososial merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku tersebut. Norma subjektif merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap norma yang diberlakukan pada lingkungannya, dalam hal ini adalah Komunitas Sant’Egidio. Keyakinan normatif akibat perilaku tersebut terbentuk dari umpan balik yang diberikan oleh perilaku itu sendiri. Keyakinan terhadap norma subjektif ini akan mempengaruhi intensi individu untuk melakukan perilaku prososial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen yang dimiliki anggota sukarelawan dalam organisasi sangat mempengaruhi intensi prososial yang dilakukan. Anggota yang memiliki komitmen tinggi dalam organisasi maka akan mempengaruhi niat untuk ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang ada dalam organisasi tersebut, yaitu aktivitas prososial. Sebaliknya, komitmen yang rendah secara tidak langsung akan berdampak negatif bagi organisasi karena anggota tidak memiliki niat dan keinginan ikut melakukan aktivitas prososial.

Gambar 2.

Skema Hubungan Komitmen Organisasi dan Intensi Prososial

Memiliki tujuan melayani orang miskin dan terlantar

Anggota

Komitmen Organisasi Komunitas Sant’Egidio

Komitmen organisasi tinggi, berarti :

Ada kepercayaan anggota terhadap organisasi

Ada kesediaan untuk terlibat / partisipasi dari anggota

Ada kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi

Komitmen organisasi rendah, berarti :

Tidak ada kepercayaan anggota terhadap organisasi

Tidak ada kesediaan untuk terlibat / partisipasi dari anggota

Tidak ada kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi

Intensi prososial tinggi :

Ada niat anggota melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong

Ada niat untuk bekerjasama dengan orang yang ditolong

Ada niat memberi sumbangan kepada orang yang ditolong

Ada niat memberikan kasih sayang, merawat dan menjaga perasaan orang yang ditolong

Intensi prososial rendah :

Tidak ada niat anggota melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong

Tidak ada niat bekerjasama dengan orang yang ditolong

Tidak ada niat memberi sumbangan kepada orang yang ditolong

Tidak ada niat memberikan kasih sayang, merawat dan menjaga perasaan orang yang ditolong

Ada keyakinan dan kenginan anggota mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Tidak ada keyakinan dan keinginan anggota untuk mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Ada keterikatan dan pengaruh dari anggota lain mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Tidak ada keterikatan dan pengaruh dari orang lain mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Muncul sikap positif dari anggota mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Muncul sikap negatif dari anggota mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

E. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka kajian teori yang ada, maka hipotesis yang dikemukakan adalah : ada korelasi positif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Semakin tinggi komitmen yang ada dalam diri anggota terhadap komunitas, maka semakin tinggi intensi prososialnya. Sebaliknya, semakin rendah komitmen yang ada dalam diri anggota terhadap komunitas, maka semakin rendah pula intensi prososialnya.

BAB III

Dokumen terkait