• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2. Aspek Komitmen Organisasi

Luthans (1995) menjelaskan ada tiga aspek yang penting di dalam komitmen, yaitu:

a. Keyakinan yang pasti akan nilai-nilai yang dianut organisasi. b. kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi. c. keinginan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi.

Komitmen organisasi yang serupa juga dikemukakan oleh Schultz & Schultz (1990), yang terdiri dari :

a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi.

b. Kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi. c. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Kuntjoro (2002) mengemukakan bahwa ada tiga aspek utama dalam komitmen organisasi, yaitu :

a. Identifikasi

Anggota rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena anggota menerima dengan memodifikasi tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi kebutuhan pribadi mereka.

b. Keterlibatan

Partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas bersama anggota lain. Anggota merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib

melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka buat.

c. Loyalitas

Anggota bersedia melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.

Dari pemaparan tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi memiliki tiga aspek, yaitu :

a. Identifikasi, merupakan keyakinan yang kuat serta menerima

nilai-nilai dan tujuan organisasi, meliputi adanya dukungan anggota terhadap organisasi dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi oleh anggota yang dipercaya telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka serta merasa bahwa berada dalam organisasi tersebut adalah hal yang terbaik baginya.

b. Keterlibatan, merupakan kesediaan untuk berusaha dengan keras demi

kepentingan organsiasi, meliputi kesediaan anggota untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi kepentingan organisasi dan merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan (peduli pada masa depan organisasi) serta senang bekerjasama dengan anggota-anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut.

c. Loyalitas, merupakan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi

anggota organisasi, meliputi kesediaan anggota untuk mempertahankan diri tetap melakukan aktivitas dalam organisasi serta untuk

melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Di samping itu, anggota juga merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organsiasi tempat ia bergabung.

3. Tahapan Terbentuknya Komitmen dalam Organisasi

Menurut Staw (1991) terdapat tiga tahap terbentuknya komitmen dalam organisasi, yaitu :

a. Complience, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh dari organisasi, terutama mendapatkan sesuatu dari organisasi seperti imbalan berupa materi.

b. Identification, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh dari organisasi dengan tujuan untuk mempertahankan kepuasan. c. Internalization, merupakan tahap dimana individu menemukan

nilai-nilai organisasi yang pada hakekatnya menguntungkan dan sama dengan nilai-nilai pribadi.

C. KOMUNITAS SANT’EGIDIO

1. Sejarah Komunitas Sant’Egidio

Komunitas Sant’Egidio dimulai di Roma pada tanggal 7 Februari 1968 dari inisiatif seorang remaja bernama Andrea Riccardi yang pada waktu itu usianya kurang dari 20 tahun. Beliau mengumpulkan anak-anak dari murid sekolah menengah pertama seperti dirinya untuk mendengarkan dan menerapkan Injil ke dalam kehidupan sehari-hari. Komunitas ini

merupakan komunitas Kristen pertama yang bertindak seperti rasul dan mengacu pada kehidupan Santo Fransiskus Asisi.

Pada awal berdirinya komunitas, nama Sant’Egidio belum ditemukan. Pada tahun 1973, komunitas menemukan sebuah gereja yaitu gereja Sant’Egidio yang sudah lama tidak terpakai kemudian digunakan sebagai tempat untuk berdoa anggota komunitas. Gereja ini juga memiliki semangat yang sama dengan komunitas sesuai dengan spiritualitas Sant’Egidio. Sejak saat itu, komunitas ini memakai nama Sant’Egidio.

Kelompok kecil ini pada awalnya mengunjungi barak-barak yang ada di daerah pinggiran Roma, mengunjungi daerah kumuh dan mereka memulai sekolah pada sore hari untuk anak-anak (namanya “scuola popolare” artinya sekolah rakyat, sekarang disebut “sekolah damai”).

Sejak saat itu, komunitas mulai berkembang. Sekarang Komunitas Sant’Egidio sudah ada di lebih dari 70 negara, di empat benua. Jumlah anggotanya juga mulai bertambah secara konstan. Ada sekitar 50.000 anggota dan orang di luar komunitas yang bekerja untuk melayani orang miskin dan berbagai kegiatan lainnya yang ada dalam komunitas (Komunitas Sant’Egidio, 2007).

2. Komunitas Sant’Egidio di Indonesia dan Yogyakarta

Komunitas Sant’Egidio mulai masuk ke Indonesia diawali oleh pertemuan antara Valeria Martano (salah seorang anggota komunitas Roma dan sekarang sebagai penanggung jawab Komunitas di Asia)

dengan Maria Felisia yang pada waktu itu sedang berkunjung ke Roma. Maria Felisia menceritakan tentang kondisi kota Padang yang kemudian Valeria Martano mengatakan bahwa komunitas bisa di mulai di sana.

Pada tahun 1990 setelah Maria Felisia kembali ke Padang, Valeria Martano datang ke Indonesia untuk pertama kalinya. Kegiatan yang dilakukan adalah belajar berdoa dan memulai pelayanan dengan anak-anak di Bukit Karang.

Komunitas Sant’Egidio mulai berada di Yogyakarta karena kunjungan seorang anggota Komunitas dari Padang ke Yogyakarta. Pada tanggal 9 Mei 2001 mereka memulai komunitas di Yogyakarta dengan mengadakan doa dan melakukan pelayanan yang diawali dengan mengunjungi anak-anak jalanan di perempatan Condongcatur dan membantu mereka untuk belajar.

Saat ini kegiatan rutin Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta adalah doa komunitas yang dilakukan setiap hari Selasa, Rabu dan Minggu; kunjungan terhadap orang-orang kusta yang berada di perempatan Sagan; membantu belajar anak-anak asuh yang tinggal di Prayan, PA Sayap Ibu, dan pondok asuh di gang Beo, Mrican; Komunitas juga melakukan kunjungan terhadap pastor-pastor sepuh yang tinggal di Domus Pacis

Pringwulung. Selain kegiatan tersebut, Komunitas Sant’Egidio juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan seperti dialog, doa damai dan mengadakan acara menjelang perayaan hari-hari suci yang ada di Indonesia.

Dokumen terkait