• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBIJAKAN TINGKAT BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN STABILITAS EKONOMI DI INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEBIJAKAN TINGKAT BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN STABILITAS EKONOMI DI INDONESIA."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

CHUROTA AYOEN MACHFULLAH 1011010025/FEB/EP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Ekonomi Pembangunan

Oleh :

CHUROTA AYOEN MACHFULLAH 1011010025/FEB/EP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(3)

Yang diajukan

CHUROTA AYOEN MACHFULLAH 1011010025

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. M. Taufiq, MM. Tanggal : ……….

NIP. 196805011993031004

Mengetahui

Ka.Progdi Ekonomi Pembangunan

(4)

Yang diajukan

CHUROTA AYOEN MACHFULLAH 1011010025

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. M. Taufiq, MM Tanggal : ……….

NIP. 196805011993031004

Mengetahui

Ka.Progdi Ekonomi Pembangunan

(5)

Yang diajukan

CHUROTA AYOEN MACHFULLAH 1011010025

Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. M. Taufiq, MM Tanggal : ……….

NIP. 196805011993031004

Mengetahui

A/N Dekan Fakultas Ekonomi Wakil Dekan I

(6)

Disusun Oleh :

CHUROTA AYOEN MACHFULLAH 1011010025/FEB/EP

Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

J ur usan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Pada Tanggal 05 Maret 2014

Pembimbing Utama Tim Penguji

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(7)

Dengan segala kerendahan hati, peneliti memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul :

“PENGARUH KEBIJAKAN TINGKAT BUNGA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN STABILITAS EKONOMI DI INDONESIA”.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti dengan kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat kepada Bapak Drs. Ec. M. Taufiq, MM selaku dosen pembimbing yang mana ikhlas telah memberikan waktu dan pemikiran selama berlangsungnya masa bimbingan tugas akhir ini. Dan terimakasih kepada banyak pihak, yaitu kepada yang terhormat :

(8)

Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Rachman Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Wiwin Pr iana, MT selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak – bapak dan ibu – ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

7. Terucap khusus hormatku kepada kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak terhingga.

(9)

10.Terima kasih buat sahabat – sahabat tercinta Mei Shirli, Yohana Wahyu, Manggal Adi, Rizal Ardiansyah, Lisa Mulyandari yang telah memberi support, dukungan serta menemani saya dalam proses pengerjaan skripsi ini. Semoga kelak kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sekarang. Aminn ya robbal alamin.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun demikian skripsi ini diusahakan sesuai dengan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untuk penelitian selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Surabaya, Februari 2014

(10)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Tingkat Bunga... 13

2.2.1.1 Pengertian Suku Bunga ... 13

2.2.1.2 Tingkat Bunga Deposito... 17

2.2.1.3 Perilaku Suku Bunga Simpanan ... 18

2.2.1.4 Teori Tingkat Bunga ... 18

2.2.1.4.1 Teori Suku Bunga Aliran Klasik ... 19

(11)

Bunga ... 26

2.2.1.7 Faktor Penyebab Kenaikan Suku Bunga ... 27

2.2.1.8 Faktor yang mendorong Penurunan Suku Bunga ... 27

2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi... 28

2.2.2.1 Hubungan Antara Tingkat Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 32

2.2.3 Tinjauan Umum Tentang Inflasi ... 33

2.2.3.1 Pengertian Inflasi ... 33

2.2.3.2 Jenis Inflasi ... 35

2.2.3.2.1 Jenis Inflasi Menurut Sifatnya ... 35

2.2.3.2.2 Jenis Inflasi Menurut Sumber – Sumbernya ... 36

2.2.3.2.3 Jenis Inflasi Menurut asal dari Inflasi ... 38

2.2.3.2.4 Inflasi Menurut Bank Indonesia ... 38

2.2.3.2.5 Inflasi Menurut Tingkat Keparahan atau Laju Inflasi ... 39

2.2.3.3 Hubungan Antara Tingkat Bunga Terhadap Inflasi... 40

2.3 Kerangka Pikir ... 42

2.4 Hipotesis ... 44

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

(12)

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47

3.4.1 Teknik Analisis ... 47

3.4.2 Uji Hipotesis ... 48

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Deskr ipsi Objek Penelitian ... 53

4.1.1 Gambaran Geografis di Indonesia ... 53

4.1.2 Keadaan Alam ... 53

4.1.3 Kondisi Perekonomian Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis ... 54

4.2 Deskr ipsi Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Krisis Tahun 1983 – 1997 ... 57

4.2.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sesudah Krisis Tahun 1999 – 2012 ... 58

4.2.3 Perkembangan Tingkat Inflasi Sebelum Krisis Tahun 1983 – 1997 ... 60

4.2.4 Perkembangan Tingkat Inflasi Sesudah Krisis Tahun 1999 – 2012 ... 61

4.3 Uji Hipotesis Secara Par sial ... 63

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 63

4.4 Pembahasan ... 70

(13)
(14)

Oleh :

CHUROTA AYOEN MACHFULLAH Abstraksi

Tingkat Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang harus dibayar atas penyewaan dana. Tingkat Bunga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan iklim investasi sehingga produksi barang dan jasa akan meningkat dan dapat menekan laju inflasi sehingga masyarakat akan menyimpan dananya di bank.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi di Indonesia pada periode sebelum krisis tahun 1983 – 1997 dan pada periode sesudah krisis tahun 1999 – 2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Bunga (X) sebagai variabel bebasnya, Pertumbuhan Ekonomi (Y1) dan Tingkat inflasi (Y2) sebagai

variabel terikatnya. Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1983 sampai dengan 2012, data tersebut kemudian dianalisis menggunakan Program Statistic Program for Social Science (SPSS) denganteknik analisis regresi linier sederhana.

Berdasarkan hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Tingkat Bunga (X) tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y1) periode sebelum krisis

tahun 1983-1997 yang ditunjukkan dengan thitung = 0,305 < ttabel = 2,160. Variabel

Tingkat Bunga (X) berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel Tingkat Inflasi (Y2) periode sebelum krisis tahun 1983-1997 yang ditunjukkan

dengan thitung = -2,232 > ttabel = 2,160. Variabel Tingkat Bunga (X) berpengaruh

secara nyata (signifikan) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y1) periode

sesudah krisis tahun 1999-2012 yang ditunjukkan dengan thitung = -7,07 > ttabel =

2,179 dan variabel Tingkat Bunga (X) tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Tingkat Inflasi (Y2) yang ditunjukkan dengan thitung = 0,256 <

ttabel = 2,179.

Kata Kunci : Tingkat Bunga (X), Pertumbuhan Ekonomi (Y1) dan Tingkat Inflasi

(15)

1.1Latar Belakang

Di negara berkembang pada umumnya memiliki masalah pembangunan yang merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara terus – menerus dalam rangka mencapai tujuan dan cita – cita bangsa dan negara. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pada saat ini untuk mencapai sasaran di masa depan dalam berbagai bidang dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adil, makmur dan merata yang dilakukan oleh suatu negara yang bersangkutan. (Setiawan, 2012 : 2)

Pembangunan mengandung makna yang luas sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup perubahan – perubahan penting dalam struktur sosial, sikap – sikap masyarakat dan lembaga – lembaga nasional maupun lokal dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan. (Todaro, 2000 : 50)

(16)

pada unsur – unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. (Harijanto, 1996 : 1)

Terpeliharanya stabilitas moneter adalah salah satu dimensi stabilitas nasional yang merupakan bagian integral dan sasaran pembangunan nasional. Stabilitas moneter yang mantap mempengaruhi luas terhadap kegiatan perekonomian, termasuk diantaranya kegiatan di sektor perbankan. Ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur stabilitas moneter, salah satunya adalah dilihat dari laju inflasi pada tingkat yang cukup rendah. (Aulia Pohan, 2008 : 51)

Stabilisasi ekonomi merupakan salah satu asas pembangunan ekonomi sebagaimana ditetapkan dalam trilogi pembangunan karena merupakan prasyarat yang penting bagi kelancaran serta berhasilnya pembangunan ekonomi, khususnya dalam menciptakan iklim ekonomi yang mampu meningkatkan gairah masyarakat untuk mendorong kegiatan investasi. (Rusman, 2009)

(17)

kenaikan umum harga – harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih. (Bappenas, 2005)

Dalam perkembangan dewasa ini, Bank Indonesia telah mampu mengendalikan stabilitas moneter dan tingkat inflasi juga terkendali. Proses pengendalian ekonomi masih berjalan lambat sehingga perlu didukung oleh kebijakan moneter yang relatif longgar. Upaya mendorong kegiatan ekonomi dengan tingkat investasi yang rendah mengakibatkan peningkatan konsumsi yang terindikasi telah memberikan tekanan terhadap inflasi. Kebijakan moneter dalam jangka menengah 2005 – 2008 tetap mengarah kepada pengupayaan tingkat inflasi yang rendah dan stabil sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi. Sedangkan dalam jangka pendek diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi yang semakin nyata. (Chalidia, 2007 : 46)

(18)

terhadap dolar dan faktor sosial politik yang tidak aman, sehingga mengakibatkan harga barang dan jasa terus meningkat tajam sampai akhir tahun 1998. (http://repository.ipb.ac.id)

Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis moneter mulai mengalami perbaikan. Hal ini dilihat dari menurunnya laju inflasi sebesar 75,62 persen menjadi 2,01 persen pada tahun 1999. Laju inflasi pada tahun 2001 sampai 2002 kembali naik pada level dua digit sebesar 12,55 persen dan 10,05 persen. Penyebab tingginya laju inflasi tersebut, selain kondisi keamanan dalam negeri yang kurang kondusif juga dipicu oleh kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, tarif listrik dan telepon. (http://repository.usu.ac.id)

(19)

sebesar 2,78 persen dan tahun 2010 sebesar 6,96 persen. (http://repository.ipb.ac.id)

Pada prinsipnya tidak semua inflasi berdampak negatif pada perekonomian. Terutama jika terjadi inflasi ringan yaitu inflasi dibawah 10 persen. Inflasi ringan justru dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi semangat pada pengusaha, untuk lebih meningkatkan produksinya. Pengusaha bersemangat memperluas produksinya, karena dengan kenaikan harga yang terjadi para pengusaha mendapat lebih banyak keuntungan. Selain itu, peningkatan produksi memberi dampak positif lain, yaitu tersedianya lapangan kerja baru. Inflasi akan berdampak negatif jika nilainya melebihi sepuluh persen. (http://ardra.biz)

Pasca krisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami ekspansi, meskipun belum mampu menyamai pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Orde Baru. Saat ini ekonomi Indonesia secara meyakinkan terus mengalami pertumbuhan dengan besaran diatas 5 persen rata – rata per tahun.

(20)

konsisten tersebut memasukkan Indonesia sejajar dengan beberapa negara maju seperti Cina, Jepang dan beberapa negara maju lainnya. (Syahril, 2012)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengangkat judul “Pengaruh Kebijakan Tingkat Bunga Ter hadap Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi Di Indonesia”.

1.2Perumusan masalah

Berkaitan dengan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah tingkat bunga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?

2) Apakah tingkat bunga berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia ? 1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui apakah tingkat bunga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

2) Untuk mengetahui apakah tingkat bunga berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia

1.4Manfaat Penelitian

(21)

1. Sebagai media latihan bagi penulis untuk menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan

2. Sebagai penambahan informasi dan referensi untuk melengkapi perbendaharaan perpustakaan di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(22)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu

Hasil penelitian terdahulu diperlukan untuk studi perbandingan dalam penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penulisan skripsi ini antara lain :

a. Abida Muttaqiena (2013) dengan jurnal yang berjudul “ Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap

Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Di Indonesia 2008 – 2012 “ Dalam penelitian ini, variabel dependent (Y) adalah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Indonesia. Dan variabel independent yang digunakan adalah PDB (X1), Inflasi (X2), Suku Bunga Deposito (X3), Kurs (X4)

Dengan menggunakan Uji Analisis Linier Berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama – sama variabel – variabel PDB (X1),

Inflasi (X2), Suku Bunga Deposito (X3) dan Nilai Tukar Rupiah (X4)

berpengaruh signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Indonesia (Y). Sedangkan secara parsial variabel PDB (X1) berpengaruh

signifikan terhadap variabel Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Indonesia (Y). Untuk variabel Inflasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap

variabel Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Indonesia (Y). Variabel Suku Bunga Deposito (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel Dana

(23)

Rupiah (X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel Dana Pihak Ketiga

Perbankan Syariah Indonesia (Y).

b. Luciana Spica Almilia dan Anton Wahyu Utomo (2006) dengan jur nal yang berjudul “ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum Di Indonesia “

Dalam penelitian ini, Variabel dependent (Y) adalah Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Dan variabel independent yang digunakan adalah Likuiditas Perekonomian (X1), Tingkat Inflasi (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3), CAR (X4), ROA

(X5), LDR (X6)

Dengan menggunakan Uji Analisis Linier Berganda, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara bersama – sama variabel – variabel Likuiditas Perekonomian (X1), Tingkat Inflasi (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3),

CAR (X4), ROA (X5) dan LDR (X6) berpengaruh secara signifikan

terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum (Y). Sedangkan secara parsial, pada penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 3 bulan (Y), variabel – variabel bebas yang berpengaruh pada taraf nyata 95% (α = 0,05) adalah Tingkat Inflasi (X2), ROA (X5) dan

LDR (X6). Variabel Likuiditas Perekonomian (X1), Pertumbuhan Ekonomi

(X3) dan CAR (X4) tidak memiliki pengaruh signifikan. Sedangkan pada

(24)

Inflasi (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3) dan CAR (X4) tidak memiliki

pengaruh signifikan. Pada penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12 bulan, variabel – variabel bebas yang berpengaruh pada taraf nyata 95% (α = 0,05) adalah ROA (X5) dan LDR (X6). Variabel Likuiditas

Perekonomian (X1), Tingkat Inflasi (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3) dan

CAR (X4) tidak memiliki pengaruh signifikan.

c. Chalidia (2008) dengan judul “ Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Jumlah Deposito Berjangka Di Indonesia “ Dalam penelitian ini, Variabel dependent (Y) adalah Jumlah Deposito Berjangka. Dan variabel independent yang digunakan adalah Tingkat Suku Bunga Deposito (X1), Tingkat Inflasi (X2), Dummy (X3).

Dengan menggunakan Uji Analisis Linier Berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh nyata variabel Tingkat Suku Bunga Deposito (X1), Tingkat Inflasi (X2), Dummy (X3)

terhadap variabel Jumlah Deposito Berjangka di Indonesia (Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh Fhitumg = 19,55954 > Ftabel = 5,29.

Sedangkan secara parsial dengan nilai thitung sebesar 0,177 < ttabel sebesar

2,68 variabel Tingkat Suku Bunga Deposito (X1) berpengaruh secara nyata

atau signifikan terhadap variabel Jumlah Deposito Berjangka di Indonesia (Y). Untuk variabel Tingkat Inflasi (X2) dengan nilai thitung sebesar -0,417

< ttabel sebesar 2,68 berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap

(25)

atau signifikan terhadap variabel Jumlah Deposito Berjangka di Indonesia (Y)

d. Aang Raka Ade Saputr a (2010) dengan judul “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Pada Bank

Yang Go Public Di BEI “

Dalam penelitian ini, variabel dependent (Y) adalah Suku Bunga Deposito. Dan variabel independent yang digunakan adalah Likuiditas Perekonomian (X1), Tingkat Inflasi (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3), CAR (X4), ROA

(X5), LDR (X6).

Dengan menggunakan Uji Analisis Linier Berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh variabel Likuiditas Perekonomian (X1), Tingkat Inflasi (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3),

CAR (X4), ROA (X5), LDR (X6) terhadap variabel Tingkat Suku Bunga

Deposito (Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh Fhitumg = 13,057 >

Ftabel = 8,94. Sedangkan secara parsial dengan nilai thitung sebesar -2,199 >

ttabel sebesar -3,1824 variabel Likuiditas Perekonomian (X1) berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap variabel Tingkat Suku Bunga Deposito Pada Bank Yang Go Public (Y). Untuk variabel Tingkat Inflasi (X2)

dengan nilai thitung sebesar -0,943 > ttabel sebesar -3,1824 berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap variabel Tingkat Suku Bunga Deposito Pada Bank Yang Go Public (Y). Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X3)

dengan nilai thitung sebesar -1,710 > ttabel sebesar -3,1824 berpengaruh

(26)

Pada Bank Yang Go Public (Y). Untuk variabel CAR (X4) dengan nilai

thitung sebesar 1,560 < ttabel sebesar 3,1824 berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap variabel Tingkat Suku Bunga Deposito Pada Bank Yang Go Public (Y). Variabel ROA (X5) dengan nilai thitung sebesar -0,811

> ttabel sebesar -3,1824 berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

variabel Tingkat Suku Bunga Deposito Pada Bank Yang Go Public (Y). Dan untuk variabel LDR (X6) dengan nilai thitung sebesar 1,162 < ttabel

sebesar 3,1824 berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel Tingkat Suku Bunga Deposito Pada Bank Yang Go Public (Y).

e. Ditha Rima Kur niasari (2011) dengan judul “ Analisis Pengaruh Investasi, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Tingkat Suku Bunga

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

Dalam penelitian ini, variabel dependent (Y) adalah Pertumbuhan Ekonomi. Dan variabel independent yang digunakan adalah Investasi (X1),

Tingkat Inflasi (X2), Kurs Valas (X3), Suku Bunga (X4)

Dengan menggunakan Uji Analisis Linier Berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh secara simultan dan nyata variabel Investasi (X1), Tingkat Inflasi (X2), Kurs Valas (X3),

Suku Bunga (X4) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini

diketahui dari uji F yaitu diperoleh Fhitumg = 12,635 > Ftabel = 3,48.

Sedangkan secara parsial dengan nilai thitung sebesar 1,377 < ttabel sebesar

2,228 variabel Investasi (X1) tidak berpengaruh secara nyata dan positif

(27)

Inflasi (X2) dengan nilai thitung sebesar -1,533 < ttabel sebesar -2,228

berpengaruh secara nyata negatif terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). Variabel Kurs Valas (X3) dengan nilai thitung sebesar -1,060 < ttabel

sebesar -2,228 tidak berpengaruh nyata negatif terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). Untuk variabel Tingkat Suku Bunga (X4)

dengan nilai thitung sebesar -1,084 < ttabel sebesar -2,228 tidak berpengaruh

secara nyata negatif terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tingkat Bunga

2.2.1.1 Pengertian Suku Bunga

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku Bunga dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Menurut Miskhin (2007), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayar atas penyewaan dana. Miskhin memandang suku bunga dari sisi peminjam (borrower).

(28)

sisi penawaran merupakan pendapatan atas pemberian kredit. Bunga merupakan sewa atau harga dari uang, (2) bunga dari sisi penawaran. Pemilik dana akan menggunakan atau mengalokasikan dananya pada jenis investasi yang menjanjikan pembayaran bunga yang lebih tinggi.

Suku bunga merupakan harga yang dibayar atas kepemilikan sejumlah dana atau modal. Suku bunga menurut Irving Fisher membedakan suku bunga dalam dua jenis yakni suku bunga nominal (nominal interest rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Suku bunga nominal adalah suku bunga yang masih mengandung faktor inflasi. Sedangkan suku bunga riil merupakan tingkat suku bunga yang didapat dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar keuangan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

i = r + π

dimana,

i = suku bunga nominal,

r = suku bunga riil,

π = tingkat inflasi

(29)

a. Domestic money market

Besaran suku bunga ditentukan dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar keuangan domestik. Pasar keuangan yang stabil akan mendorong terciptanya keseimbangan tingkat suku bunga. Dengan pasar uang yang stabil juga mendorong terjadinya efisiensi dalam pasar uang. b. Expected rate of devaluation

Harapan akan menguatnya nilai uang di masa yang akan datang juga akan menentukan besaran suku bunga. Sebab, ekspektasi terhadap nilai mata uang yang akan lebih besar di masa yang akan datang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memegang uang. Hal ini meningkatkan besaran suku bunga dengan asumsi jumlah uang beredar tetap, cateris paribus.

c. Expected inflation

Harapan akan meningkatnya tingkat harga ditandai dengan terjadinya inflasi di waktu yang akan datang, akan meningkatkan permintaan terhadap uang. Hal ini akan meningkatkan besaran suku bunga dengan asumsi jumlah uang yang beredar tidak berubah, cateris paribus.

d. Imported interest rate

(30)

produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2002)

Dalam kegiatan perbankan sehari – hari ada 2 (dua) macam bunga yang diberikan nasabahnya yaitu :

a. Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito

b. Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah. Sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing – masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

(31)

permintaan debitur lebih kecil daripada jumlah uang atau dana yang ditawarkan kreditur.

2.2.1.2 Tingkat Bunga Deposito

Setiap nasabah dalam menanamkan dananya di bank selalu berharap uang yang disimpan tersebut aman dan menghasilkan bunga. Bunga tersebut atau simpanan diatas oleh bank diberikan bunga yang sesuai dengan jenis simpanan yang berada pada bank yang bersangkutan. Demikian pula dengan deposito disini disebut simpanan mahal dalam arti makin panjangnya waktu penyimpanan deposito, maka makin tinggi pula bunga yang diberikan pada simpanan tersebut.

Pada umumnya pembayaran bunga dikeluarkan oleh bank pada setiap tanggal satu tiap bulan menurut jangka waktu simpanannya, misalnya jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Dalam pembayaran bunga deposito disini diperhitungkan menurut peraturan kebijaksanaan bunga deposito tersebut bisa didasari oleh beberapa hal antara lain :

1. Lamanya simpanan akan jangka waktu penyimpanan dari dana masyarakat yang berbentuk deposito

2. Bunga deposito diberikan berdasarkan prosentase nilai nominal deposito 3. Pengambilan bunga deposito sesuai dengan kebijaksanaan pihak bank dan

deposan

(32)

2.2.1.3 Perilaku Suku Bunga Simpanan

Perilaku suku bunga simpanan (deposito) akan mengikuti kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia. Bank konvensional akan memprediksi tingkat suku bunga pasar yang akan datang, kemudian menentukan tingkat bunga deposito yang akan dijual. Bila diprediksi likuiditas perekonomian semakin ketat, dimana Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga SBI untuk mengurangi jumlah uang yang beredar, maka bank konvensional akan menetapkan suku bunga deposito relatif tinggi diatas bunga SBI untuk deposito yang berjangka waktu lama. Sebaliknya jik diprediksi likuiditas perekonomian akan longgar, tingkat suku bunga deposito akan semakin rendah untuk deposito berjangka waktu lama. Pada kondisi ini bank akan menetapkan suku bunga deposito jangka pendek lebih tinggi agar deposan menyimpan dananya dalam deposito jangka pendek, sebab bank memprediksi bahwa pada periode berikutnya suku bunga akan turun. (http://www.library.upnvj.ac.id/)

2.2.1.4 Teori Tingkat Bunga

Ada beberapa teori tingkat bunga yaitu (Boediono,1998) : a. Tingkat bunga nominal

(33)

b. Tingkat bunga riil

Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal minus laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama.

2.2.1.4.1 Teori Suku Bunga Aliran Klasik

Dalam teori klasik yang dikutip dari Boediono (1980), bunga adalah harga dari loanable funds (dana investasi). Teori ini dikembangkan oleh kelompok ekonom klasik pada abad 19. Tingkat bunga adalah salah satu indikator dalam memutuskan apakah seseorang akan menabung atau melakukan investasi. Makin tinggi tingkat bunga, makin banyak dana yang ditawarkan. Dengan demikian, terdapat hubungan positif antara tingkat bunga dengan jumlah dana yang ditawarkan (Boediono, 1991). Pada prinsipnya, tingkat bunga adalah harga yang harus dibayarkan atas penggunaan dana untuk setiap unit waktu yang telah ditentukan melalui interaksi permintaan dan penawaran.

Permintaan akan loanable fund memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga. Dengan asumsi pendapatan dan faktor – faktor lainnya konstan, peningkatan tingkat bunga akan menurunkan permintaan terhadap dana peminjaman (loanable fund). Asumsi – asumsi tersebut berlaku dalam perekonomian dalam keadaan full employment, harga konstan, supply of money

(34)

interest rate

Gambar 1. Keseimbangan di Pasar Dana

Sumber : Boediono, 1980, Ekonomi Moneter, BPFE : Yogyakarta 2.2.1.4.2 Teori Suku Bunga dar i J .M. Keynes

Menurut Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter, yang artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP). Sepanjang uang itu mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi. Dan demikian akan mempengaruhi GNP harga barang (teori kuantitas uang).

Dalam teori ini, ada tiga motif kenapa orang menghendaki memegang uang. Motif itu meliputi keinginan untuk bertransaksi, berjaga – jaga dan berspekulasi. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya “ permintaan akan uang “, yang diberi nama liquidity preference.

D

1

D

2

S

1

S

2

Loanable funds

LF1 LF2

i

2

(35)

a. Motif Transaksi (Transaction motive)

Keynes tetap menerima pendapat golongan Cambridge, bahwa orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksi – transaksi yang dilakukan dan permintaan masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan tingkat bunga. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memenuhi transaksi.

b. Motif Berjaga – jaga (Precautionary motive)

Keynes membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran – pembayaran tidak reguler atau yang diluar rencana transaksi normal. Misalnya, untuk pembayaran keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran yang tidak terduga lainnya. Orang memanfaatkan uang untuk keadaan yang tidak terduga tersebut, karena sifat uang yang likuid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang lain.

c. Motif Spekulasi (Speculative motive)

(36)

spekulasi tersebut bisa mendapatkan keuntungan. Maka orang akan bersedia membayar harga tertentu untuk memegang uang tunai.

Permintaan akan uang yang menurut Keynes disebut dengan “ liquiditas preference “ (permintaan uang) tergantung dari tingkat bunga. Sumbu horizontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertikal untuk tingkat bunga.

Jumlah uang

r

Liquidity Preference

Jumlah uang dan permintaan uang

Gambar 2. Teori Keynes Mengenai Hubungan Jumlah dan Permintaan Uang terhadap Tingkat Bunga

Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (yakin bahwa bunga akan naik di waktu yang akan datang). Jika mereka memegang surat berharga di waktu suku bunga naik, maka harganya akan turun. Dan mereka akan menderita kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari

(37)

kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang di pegangnya dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik.

Hubungan permintaan negatif dengan tingkat bunga juga berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas), sehingga keinginan memegang uas kas juga turun. Sebaiknya jika tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik.

2.2.1.4.3 Sintesa Klasik dan Keynesian : IS – LM

Sintesa klasik tingkat bunga timbul karena uang adalah produktif dan sebagai dana investasi. Dana ditangan pengusaha bisa menambah modal dan mendatangkan keuntungan yang tinggi. Dengan kata lain, uang dapat meningkatkan produktifitas dan karena adanya kenaikan produktifitas ini maka pengusaha mau membayar bunga. Sedangkan sintesa Keynes menekankan uang sebagai aktiva likuid untuk memperoleh keuntungan di pasar keuangan (Boediono, 1980).

(38)

nasional yang memungkinkan pasar uang – modal berada dalam keseimbangan. Kurva IS menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang memungkinkan pasar barang dan jasa dalam keseimbangan (Rahardja dan Manurung, 2008).

Tingkat Bunga

v

Gambar 3. Pendekatan IS – LM tentang Tingkat Bunga Sumber : Boediono, 1980, Ekonomi Moneter, BPFE : Yogyakarta - Pada posisi garis LM berada pada sumbu mendatar, kurva IS bergeser dari

IS1 ke IS2. Sehingga mengakibatkan perubahan pendapatan nasional (Y)

dari titik Y1 ke Y2 dan pada tingkat bunga (i) tidak mengalami perubahan

atau konstan. Hal ini menunjukkan bahwa pada posisi ini, kebijakan yang tepat untuk diambil adalah kebijakan fiskal. Dengan menggeser kurva IS, pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan tingkat bunga tidak berubah

(39)

- Pada posisi garis LM berada pada sumbu miring ke kanan, kurva IS bergeser dari IS1 ke IS2. Sehingga mengakibatkan perubahan pada

pendapatan nasional (Y) dan juga perubahan pada tingkat bunga (i). Hal ini merupakan posisi normal dalam perekonomian Indonesia. Yaitu, dengan dinaikkan atau diturunkannya tingkat bunga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

- Pada posisi garis LM berada pada sumbu tegak, kurva IS bergeser dari IS1

ke IS2. Sehingga mengakibatkan perubahan pada tingkat bunga (i) yaitu

dari titik i1 ke i2 dan pada pendapatan nasional (Y) tidak mengalami

perubahan atau konstan. Hal ini menunjukkan bahwa pada posisi ini, kebijakan yang tepat untuk diambil adalah kebijakan moneter. Dengan menggeser kurva IS, akan mempengaruhi tingkat bunga (i) tapi tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya menggeser kurva LM dari LM1 ke LM2 untuk menaikkan

pertumbuhan ekonomi (Y).

2.2.1.5. Fungsi Tingkat Suku Bunga dalam Per ekonomian

Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian (Jan Vilben Harapan P, 2009 : 30), yaitu :

a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi

(40)

c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara

d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi

2.2.1.6. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Tingkat Bunga

Tingkat bunga memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap penambahan atau pengurangan jumlah uang beredar (M1, M2). Apabila jumlah

uang beredar di masyarakat berputar dalam jumlah yang besar akan memiliki implikasi terjadinya inflasi, maka kebijakan moneter yang akan dilakukan adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga. Dengan demikian masyarakat akan lebih memilih untuk memindahkan dananya untuk kegiatan saving daripada melakukan investasi karena saving memiliki tingkat resiko yang lebih kecil dengan keuntungan yang stabil dari tingkat bunga.

(41)

ataupun pertumbuhan ekonomi yang lambat adalah tingkat suku bunga. (Chalidia, 2008 : 24)

2.2.1.7. Faktor Penyebab Kenaikan Suku Bunga

Ada beberapa faktor kenaikan suku bunga pada masa transisi setelah deregulasi tahun 1988 yaitu :

a. Biaya dana perbankan semakin kecil semenjak dikeluarkannya rangkaian kebijakan deregulasi sejak 1 Juni 1983, seperti pagu kredit dihapuskan. Bank – bank negara diperkenankan menentukan tingkat suku bunga dana maupun kredit sendiri. Dana perbankan semakin tergantung pada jangka pendek dengan tingkat suku bunga yang mahal

b. Karena deregulasi sekaligus memaksa perbankan untuk meningkatkan keperluan modalnya sendiri

c. Adanya peningkatkan dalam pasar uang nasional d. Peningkatan spread perbankan

2.2.1.8. Faktor yang Mendor ong Penur unan Suku Bunga

Disamping faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga, juga terdapat beberapa faktor mempengaruhi penurunan suku bunga diantaranya :

a. Kebijakan Bank Indonesia sebagai regulator untuk menjaga keseimbangan pasar guna menjamin terpeliharanya persaingan yang ketat

(42)

c. Penghapusan pagu pinjaman luar negeri lembaga – lembaga keuangan. Dimana dengan penghapusan pagu pinjaman luar negeri lembaga – lembaga keuangan akan meningkatkan pemasukan modal asing. Ditiadakannya pagu pinjaman luar negeri meniadakan cara alokasi pinjaman luar negeri lembaga – lembaga keuangan dimasa lalu.

d. Pemberian kredit dalam valuta asing, dengan semakin bebasnya rezim devisa akan membuka kesempatan bagi lembaga keuangan serta badan usaha di Indonesia untuk dapat menggunakan berbagai instrumen keuangan yang tersedia di pasar uang dan modal internasional untuk melindungi diri dari resiko kerugian karena perubahan tingkat suku bunga e. Target kebijakan moneter

f. Menurunkan biaya intermediasi melalui efisiensi 2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno ( 2007), Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan output total secara terus menerus dalam jangka panjang. Pengertian pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah tanpa memandang kenaikan itu lebih besar ataukah lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak.

(43)
(44)

meningkat secara rata – rata dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapatlah dikatakan mengalami pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat tercermin dalam produktivitas suatu negara. Produktifitas dalam arti sempit adalah “ jumlah barang dan jasa yang dihasilkan seorang pekerja per jam kerja ”. Sedangkan untuk definisi produktivitas negara dapat dikatakan adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh penduduk negara itu secara agrregat. Menurut Mankiw ( 1997 : 173 ) produktivitas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu modal fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis. Salah satu bagian dari barang modal fisik adalah infrastruktur ( Case dan Fair, 2004 : 330 ). Sebuah negara jika memiliki lebih banyak peralatan dan infrastruktur yang jumlahnya lebih banyak maka negara tersebut kemampuan berproduksinya akan lebih meningkat dan lebih banyak.

Teori pertumbuhan Neo Klasik, permintaan masyarakat tidak menentukan laju pertumbuhan sebaliknya tergantung dalam pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan pada asumsi perekonomian akan tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang - barang modal akan tetap sepenuhnya digunakan dari masa ke masa. Pertambahan factor - faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi akan menjadi penentu sampai dimana perekonomian berkembang. ( Sukirno, 2007 : 263 – 264 ).

(45)

mempunyai dua fungsi dalam perekonomian yaitu (i) untuk menambah kapasitas barang – barang modal dan (ii) untuk mempertinggi keseluruhan pengeluaran masyarakat. Fungsinya yang terpenting adalah untuk menambah keseluruhan pembelanjaan. Teori Harrod – Domar menganggap bahwa rasio modal adalah tetap, maka keadaan tersebut dapat diartikan bahwa hanya terdapat satu gabungan tertentu modal dan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu. Perubahan dalam hal modal, tenaga kerja akan tergantung dari perubahan sejumlah produksi ( Sukirno, 2007 : 264 ).

Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya diartikan sebagai suatu proses dimana PDB riil atau pendapatan riil per kapita meningkat secara terus menerus melalui kenaikan produktivitas per kapita ( Salvatore : 2007 ).

Menurut Kuznets ( Todaro, MP, 2006. Economic Development Seventh Edition ), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian – penyesuaian yang bersifat teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada ( Todaro : 2006 ). Kuznets mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara maju, yaitu :

(46)

2. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas tenaga kerja.

a. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi. b. Tingat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

c. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai pemasaran dan sumber bahan baku.

Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian penduduk dunia. Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa suatu negara/daerah. Biasanya, pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), atau ukuran-ukuran pendapatan agregat lainnya. PDB / PRDB ini bisa positif dan atau negatif. Sifatnya yang negatif yang menunjukkan terjadinya resesi ekonomi, sedangkan jika positif menunjukkan terjadinya ekspansi perekonomian.

(47)

suku bunga akan mempengaruhi pertumbuhan atau penurunan investasi, selanjutnya akan mengubah tingkat pendapatan nasional.

Investasi merupakan pengeluaran yang akan menambah jumlah alat – alat produksi dalam masyarakat dimana pada akhirnya akan menambah pendapatan, sehingga PDRB meningkat. Kaum Klasik menganggap akumulasi capital sebagai suatu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi. Maka dengan adanya pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Jadi secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa dengan melakukan penanaman modal maka dapat meningkatkan PDRB ( Boediono, 1998 ).

2.2.3 Tinjauan Umum Tentang Inflasi 2.2.3.1 Pengertian Inflasi

a. Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. (Nanga, 2001 : 237)

b. Inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga untuk meningkat secara umum dan terus – menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga barang – barang maka hal ini disebut inflasi. (Rahar dja, 1997 : 32) c. Inflasi adalah kenaikan terus – menerus dalam rata – rata tingkat harga.

(48)

d. Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga – harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. (Sukirno, 2004 : 27)

e. Inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap. Dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi barang. (BPS, 2000 : 10)

f. Inflasi sebagai kecenderungan yang terus – menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat setiap waktu. Kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja, menurut definisi ini, tidak dapa dikatakan sebagai inflasi. (Venieris dan Sebold dalam Anton Hermanto Gunawan, 1991) g. Inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus – menerus dari barang –

barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi. (Ackley dalam Iswardono, 1993)

(49)

2.2.3.2. J enis Inflasi

2.2.3.2.1. J enis Inflasi Menur ut Sifatnya

Jenis inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi 3 yaitu (Nopirin, 1992) : a. Inflasi merayap (creeping inflation)

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.

b. Inflasi menengah (galloping inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar, (biasanya double digit

atau bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga – harga minggu / bulan ini lebih tinggi dari minggu / bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap (creeping inflation)

c. Inflasi tinggi (hyper inflation)

(50)

2.2.3.2.2. J enis inflasi menur ut sumber – sumbernya

Menurut Nanga ( 2001 : 249 ) inflasi dibedakan ke dalam tiga macam yaitu :

a. Inflasi Tarikan Permintaan ( Demand pull inflation ), inflasi tarikan permintaan atau bisa juga disebut inflasi sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat barang – barang yang menjadi berkurang dikarenakan pemanfaatan sumber daya yang telah mencapai tingkat maksimum atau karena produk tidak dapat ditingkatkan secepatnya untuk mengimbangi permintaan yang semakin meningkat atau bertambah. Secara grafik, demand pull inflation dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 1.

Gambar 4. Inflasi dan Permintaan

Sumber : Nanga, Muara ( 2001 ). Edisi Perdana. Makro Ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta : PT. Grafindo Raja Persada

(51)

b. Inflasi dorongan biaya ( cost push inflation ). Inflasi dorongan biaya atau juga sering disebut inflasi sisi penawaran ( supply side inflation ) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa ke pasar. Dengan kata lain, inflasi sisi penawaran adalah inflasi yang terjadi akibat dari adanya restriksi atau pembatasan terhadap penawaran dari satu atau lebih sumber daya, atau inflasi yang terjadi apabila harga dari suatu atau lebih sumber daya mengalami kenaikan atau dinaikkan. Secara grafis, supply side inflation dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 2.5 :

Gambar 5. Inflasi Dorongan Biaya

Sumber : Nanga, Muara, 2001. Edisi Perdana. Makro Ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta : PT. Grafindo Raja Persada c. Inflasi struktural ( structural inflation ), yaitu inflasi yang terjadi sebagai

akibat dari adanya berbagai kendala atau kekuatan struktural ( structural

Tingkat Harga (P)

SRAS

P1 E1

E0

P0 AD1

AD0

(52)

rigidities ) yang menyebabkan penawaran didalam perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

2.2.3.2.3. J enis inflasi menur ut asal dari inflasi

Jenis inflasi menurut asal dari inflasi dibagi menjadi ( Boediono, 1998 : 65 )

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru.

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi yang berasal dari luar negeri timbul karena kenaikan harga – harga diluar negeri atau di negara langganan.

Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri karena kenaikan barang – barang yang kita impor, bisa pula kenaikan ekspor. Penularan inflasi dari luar negeri lebih mudah terjadi pada sistem perekonomian terbuka

2.2.3.2.4. Inflasi menurut Bank Indonesia

a. Inflasi inti, yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental : - Interaksi permintaan – penawaran

- Lingkungan eksternal, yaitu : nilai tukar, harga komoditi internasional dan inflasi mitra dagang

- Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen

(53)

• Inflasi Volatile Food, merupakan inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam dan gangguan penyakit.

• Inflasi Administered Prices, merupakan inflasi yang dipengaruhi oleh shocks berupa kebijakan harga pemerintahan, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dll

2.2.3.2.5. Inflasi menurut tingkat keparahan atau laju inflasi :

a. Inflasi ringan, yaitu inflasi yang tingkatannya masih dibawah 10 persen setahun

b. Inflasi sedang, yaitu inflasi yang tingkatannya berada diantara 10 persen – 30 persen setahun

c. Inflasi berat, yaitu inflasi yang tingkatannya berada diantara 30 persen – 100 persen setahun

d. Hiper inflasi, yaitu inflasi yang tingkat keparahannya berada diatas 100 persen setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama

Sedangkan menurut International Monetar y Funds (IMF) misalnya membedakan inflasi dalam :

a. Chronic Inflation ( yaitu inflasi dengan laju rata – rata antara 25 persen – 50 persen per tahun selama tiga tahun atau lebih )

(54)

c. Runaway ( yaitu inflasi dengan laju rata – rata lebih dari 200 persen per tahun selama satu tahun atau lebih )

2.2.3.3. Hubungan Antar a Tingkat Bunga Terhadap Inflasi

Tingkat harga adalah salah satu penentu jumlah permintaan uang. Pada tingkat harga yang lebih tinggi, akan lebih banyak uang yang diperlukan setiap kali suatu barang atau jasa terjual. Konsekuensinya, masyarakat akan memilih untuk memegang uang tunai dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian, tingkat harga yang lebih tinggi akan meningkatkan jumlah permintaan uang pada setiap suku bunga yang berlaku. Jadi, sebagaimana yang diperlihatkan pada panel (a) pada Gambar 3, kenaikan tingkat harga dari P1 ke P2 akan menggeser kurva

permintaan uang ke kanan dari MD1 ke MD2. (Mankiw, 2006 : 330)

Agar jumlah uang yang beredar tidak berubah, suku bunga harus naik untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan jumlah permintaan uang. Tingkat harga yang lebih tinggi akan meningkatkan jumlah uang tunai yang ingin dipegang oleh masyarakat dan hal ini akan menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Namun, karena jumlah uang tidak berubah, maka suku bunga harus naik dari r1 ke r2 untuk mengurangi semakin bertambahnya permintaan.

(55)

yang dibeli adalah yang lebih kecil, maka permintaan investasi perumahan menurun. Demikian juga, berkurangnya jumlah perusahaan yang meminjam uang untuk membangun pabrik – pabrik baru dan peralatan baru membuat investasi bisnis menurun. (Mankiw, 2006 : 331)

Gambar 6. Hubungan Tingkat Bunga dan Inflasi

(a) Pasar uang (b) Kur va Per mintaan Agregat

JUB

r2

r1

0 0

Sumber : Mankiw, N. Gregory, 2006. Edisi Ketiga. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Salemba Empat

(56)

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini membahas tentang “Pengaruh Kebijakan Tingkat Bunga Terhadap Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi di Indonesia“. Dalam pembahasan ini variabel yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Stabilitas Ekonomi yaitu Tingkat Bunga.

(57)

Seperti dijelaskan pada kurva Marginal Efficiency of Investment (MEC), diasumsikan bahwa harga modal tidak mengalami kenaikan, sehingga ketika suku bunga turun, produsen akan menaikkan investasinya. Namun, pada saat suku bunga naik, produsen akan menurunkan investasinya. Lebih dijelaskan dengan rumus angka pengganda (multiplier) investasi dibawah ini yaitu :

∆Y = k. ∆I ,

maka

k = ∆Y/∆I,

yang artinya bilangan dengan mana investasi harus dikalikan apabila ingin mengetahui besarnya perubahan pendapatan nasional ekuilibrium yang diakibatkan adanya perubahan investasi (http://fecon.uii.ac.id/)

(58)

tinggi dan jumlah uang yang beredar di masyarakat pun semakin meningkat. Akibatnya, harga barang dan jasa semakin meningkat dan terjadi dorongan inflasi yang semakin tinggi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dibuat skema paradigma sebagai berikut : Gambar 7. Kerangka Pikir

Sumber : Peneliti

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta – fakta yang ada. Berdasarkan pokok – pokok permasalahan yang telah di kemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga Tingkat Bunga berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

2. Diduga Tingkat Bunga berpengaruh terhadap Inflasi di Indonesia

Tingkat Bunga

(X)

Investasi Pert umbuhan

Ekonomi (Y1)

Jumlah Uang

(59)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah mendefinisikan konsep yang akan dioperasionalkan pada suatu penelitian dalam bentuk variabel, baik berdasarkan teori maupun data secara empiris dengan tujuan untuk menjelaskan dan menerangkan beberapa variabel yang berupa variabel terikat (dependent variabel)

dan variabel bebas (independent variabel).

Beberapa definisi pengukuran variabel – variabel penelitian operasional berdasarkan teori dan data secara empiris, dimana variabel – variabel yang ada menunjukkan bahwa terdapat hubungan – hubungan fungsional yang mendefinisikan ketergantungan variabel terikat pada variabel bebas secara spesifik. Dalam penelitian ini variabel – variabel yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat atau variabel tidak bebas adalah variabel yang perlu dijelaskan (explaned variabel). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Y1) dan Tingkat Inflasi di

Indonesia (Y2). Variabel terikat yang digunakan di dalam penelitian ini

(60)

a) Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Y1)

Pertumbuhan Ekonomi adalah peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa suatu negara / daerah. Biasanya, pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), atau ukuran-ukuran pendapatan agregat lainnya. Dalam penelitian ini, Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 1983 – Tahun 2012 dinyatakan dalam satuan presentase (%) per tahun

b) Tingkat Inflasi di Indonesia (Y2)

Inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus - menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi. Dalam penelitian menggunakan data Inflasi di Indonesia periode tahun 1983 – 2012 dinyatakan dalam satuan presentase (%) per tahun

2. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan

(61)

• Tingkat Bunga (X)

Menurut Mishkin, Tingkat Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayar atas penyewaan dana. Miskhin memandang suku bunga dari sisi peminjam (borrower). Dalam penelitian ini, Tingkat Bunga Periode Tahun 1983 – Tahun 2012 diukur dengan Tingkat Suku Bunga Deposito dan dinyatakan dalam satuan presentase (%) per tahun

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan data tahunan yang terukur secara runtun waktu bersifat time series mulai tahun 1983 – 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder.

Data sekunder adalah pengambilan data – data yang diperoleh dan dikumpulkan dari beberapa instansi yang terkait dalam penelitian ini, atau data yang dipublikasikan dan diambil dari lembaga atau instansi yang terkait.

3.3 Teknik Penentuan Data

(62)

3.3.1 J enis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang diperoleh atau dikumpulkan dari instansi – instansi atau lembaga yang ada hubungannya dalam penelitian ini kemudian data ini diolah kembali.

3.3.2 Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi yang terkait, melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan suatu informasi, gambaran dan sebagai dasar teori dengan beberapa literatur dalam bentuk jurnal, makalah maupun laporan yang terkait dalam penelitian ini. Instansi – instansi yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu BPS dan Bank Indonesia, untuk memperoleh data Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi, Tingkat Bunga di Indonesia periode Tahun 1983 – 2012.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis

(63)

Y1 = β0 + β1 X1

Y2 = β0 + β2 X2

Nachrowi, dkk (2005 : 315)

Dimana Y1 = Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Y2 = Inflasi di Indonesia

X = Tingkat Suku Bunga

β0 = Konstanta

β1, β2 = Koefisien Regresi

e = Variabel Pengganggu

3.4.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji koefisien regresi yang mempunyai pengaruh pada variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y1, Y2) maka

sebelumnya perlu dilakukan uji R2 yaitu untuk mengetahui apakah model analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya.

Tujuan dari uji R2 yaitu mengetahui model analisis tersebut cukup layak digunakan dalam penelitian sehingga perlu mengetahui nilai adjusted R2 atau koefisien nilai determinasi menggunakan rumus :

(64)

Dimana :

R2 = Koefisien Determinan

JK Regresi = Jumlah Kuadrat Regresi ( β1 ∑ Y1 X + β2∑ Y2 X + ...

+ βn ∑ Yn Xn )

JK total = Jumlah Kuadrat Total (∑ Yi [∑ ]2 )

Karakteristik utama dari R2 adalah :

a. Tidak mempunyai nilai negatif, merupakan rasio dari jumlah kuadrat

b. Nilai berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu) atau 0 < R2 < 1, yang artinya :

Apabila R2 mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X dengan Y. Sebaliknya, R2 mendekati 1 maka ada hubungan antara variabel X dengan Y.

Selanjutnya, untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka melakukan pengujian :

1. Uji t

(65)

1. Hipotesis dapat dirumuskan :

• H0 : βi = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh variabel

terikat)

• H1 : βi ≠ 0 (variabel bebas ada pengaruh pada variabel

terikat)

Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

t hitung =

( ) Nachrowi dan Usman ( 2005 : 19 )

Dimana : β1 = Koefisien Regresi

Se = Standart Error

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter

Gambar 8 : Kurva Distribusi t

Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak Ho

( -t α / 2 ; n-k-l ) ( t α / 2 ; n-k-l )

Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar – Dasar Ekonometrika, BPFE, Yogyakarta

(66)

Parameter yang digunakan adalah memperbandingkan t hitung dan t tabel

yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan program komputer. Apabila t hitung

< t tabel, maka H0 diterima dan hipotesis alternatif ditolak atau model yang

digunakan kurang baik, artinya variabel bebas tidak signifikan dalam

mempengaruhi variabel tidak bebas. Sebaliknya, jika t hitung > t tabel maka

hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif diterima, artinya variabel bebas

(67)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Geografis di Indonesia

Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik yang terletak

60 Lintang Utara dan 110 Lintang Selatan dan antara 940 Bujur Timur dan 1410

Bujur Barat. Indonesia berada di garis khatulistiwa dan posisinya sebagai wilayah

penghubung serta terletak pada posisi yang strategis, yakni diantara dua benua

(Benua Asia dan Benua Australia) dan dua samudra (Samudra Hindia dan

Samudra Pasifik) dengan iklim tropis.

Sejak tahun 2001 Indonesia dibagi menjadi 30 Propinsi dengan 4

tambahan propinsi, yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Gorontalo dan

Maluku Utara (sejak Timor – Timor tidak lagi menjadi wilayah Indonesia) terdiri

dari 268 kabupaten 85 kotamadya 4.244 kecamatan dan 68.819 desa.

4.1.2 Keadaan Alam

Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Pulau Jawa,

termasuk minyak mentah, gas alam, batu bara, timah, tembaga dan emas.

Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia. Meski akhir – akhir ini

telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang

utama termasuk beras, teh, kopi, rempah – rempah dan karet. Indonesia

(68)

daerah Zona Economic Exclusive) atau 81% dari luas keseluruhan Indonesia

wilayahnya berupa daratan dan lautan yang berisi banyak gunung berapi yang

masih aktif maupun yang sudah tidak aktif.

Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 diantaranya

termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut

dan tidak terlihat dipermukaan laut.

4.1.3 Kondisi Perekonomian Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis

Menjelang meletupnya krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis keuangan

pada pertengahan tahun 1997, Indonesia termasuk diantara beberapa negara

berkembang yang dinilai sangat berhasil dalam pembangunannya. Ekonomi

Indonesia termasuk diantara ekonomi di beberapa negara Asia yang mengalami

kemajuan sedemikian rupa sehingga disebut sebagai miracle. Indonesia sering

dijadikan contoh untuk negara – negara berkembang lain bagi program – program

yang dianggap berhasil, seperti dalam bidang keluarga berencana dan

penanggulangan kemiskinan.

Jika kita melakukan sebuah analisis deskriptif tentang perkembangan

Tingkat Bunga, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi di Indonesia dari

periode awal sebelum krisis yaitu pada tahun 1983-1997 dan periode sesudah

krisis pada tahun 1999-2012 maka kita akan melihat laju perkembangan yang

cukup berfluktuatif. Tingkat Bunga, Petumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi

pada beberapa tahun menunjukkan peningkatan dan pada tahun-tahun lainnya

(69)

Gambar 9. Per kembangan Tingkat Bunga, Pertumbuhan ekonomi dan

Tingkat Inflasi di Indonesia

Secara umum perekonomian Indonesia pada periode sebelum krisis

ekonomi (1983-1997) mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif meningkat,

yaitu antara 4,19 sampai 8,22 persen per tahun dengan rata-rata pertumbuhan

ekonomi pada periode tersebut sebesar 6,31 persen. Pertumbuhan ekonomi pada

tahun 1995 yaitu sebesar 8,22 persen menjadi pertumbuhan tertinggi yang dimiliki

Indonesia.

Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia yaitu pada tahun 1998,

dimana pertumbuhan ekonomi pada saat itu adalah -13,11 persen menjadi

pertumbuhan ekonomi paling rendah dalam sejarah perekonomian Indonesia.

Krisis moneter pada tahun 1998 disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya

adalah besarnya jumlah hutang swasta jangka pendek dan menengah serta hutang

– hutang pemerintah yang menyebabkan nilai tukar rupiah tertekan, kebijakan

fiskal dan moneter yang tidak konsisten, membesarnya defisit neraca berjalan dan 0

Gambar

Gambar 1. Keseimbangan di Pasar Dana
Gambar 2. Teori Keynes Mengenai Hubungan Jumlah dan Permintaan Uang
Gambar 3. Pendekatan IS – LM tentang Tingkat Bunga
Gambar 4. Inflasi dan Permintaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

substrat kaca yang telah dikeringkan dan diletakkan di atas alat spin coater , kemudian larutan ZnO sebagai lapisan penyangga diteteskan di atas substrat kaca yang

Situasi akhir dalam kaba Puti Nilam Cayo ini adalah ketika Gombang Alam dan Puti Ambun Suri bertemu kembali dengan orang tuanya.. Mereka berkumpul kembali setelah terpisah

[r]

[r]

To conduct th e ; specific mutu ally-agreed cooperative projects defined in accordance with th e provision of Articl e 3 of this Lol, th e Parties will

Setelah berakhirnya program KKN Tematik ini, diharapkan terjadi peningkatan dalam hal kesadaran akan kesehatan baik dari segi individu maupun dari

Secara umum, peluang eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh program studi meliputi:kerjasama bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat

Terima kasih atas penga1aman-penga1aman yang terjadi di PLP, baik penga1aman yang menyenangkan maupun menyedihkan.. Adik sekaligus sahabatku,