SKRIPSI
Oleh :
TRI HARDI ANGGARA
0911010054/FE/IE
FAKULTAS EKONOMI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFLASI DI J AWA TIMUR PERIODE 1997-2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Ekonomi Pembangungan
Oleh :
TRI HARDI ANGGARA
0911010054/FE/IE
FAKULTAS EKONOMI
Yang diajukan TRI HARDI ANGGARA
0911010054
Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh
Pembimbing Utama
DR. SRIMULJ ANINGSIH, SE, MP Tanggal : ……….
NIP. 195706031989032001
Mengetahui
A/N Dekan Fakultas Ekonomi Wakil Dekan I
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI J AWA TIMUR PERIODE 1997-2011
Yang diajukan
TRI HARDI ANGGARA 0911010054
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :
Pembimbing Utama
DR. SRIMULJ ANINGSIH, SE, MP Tanggal : ……….
NIP. 195706031989032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Yang diajukan
TRI HARDI ANGGARA 0911010054
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
DR. SRIMULJ ANINGSIH, SE, MP Tanggal : ……….
NIP. 195706031989032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI
J AWA TIMUR PERIODE 1997-2011”.
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada
jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan
dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti dengan kerendahan hati
yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat dosen pembimbing Ibu Dr. Sri muljaningsih, SE, MP yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dan terima kasih kepada banyak pihak, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih,MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Titiek Nurhidayati selaku dosen wali yang telah mengarahkan
dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan
ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan
dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Terucap hormat khusus kepada kedua orangtuaku yang senantiasa
memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak
terhingga.
7. Terimakasih kepada para teman-teman saya angkatan 2009 khususnya yang
telah memberi semangat dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untukpenelitian
selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surabaya, September 2013
Kata Pengantar ... i
2.2.1.1. Penggolongan Inflasi ... 12
2.2.1.2. Penyebab Timbulnya Inflasi ... 15
2.2.1.3. Teori-toeri Inflasi ... 16
2.2.1.4. Efek-Efek Inflasi ... 18
2.2.1.5. Cara Mencegah Inflasi ... 19
di Indonesia ... 22
2.2.2. Pengertian Pengeluaran Pemerintah ... 23
2.2.2.1. Ada 2 pengeluaran pemerintah ... 24
2.2.2.2. Pengeluaran pemerintah di bagi dua kelompok ... 26
2.2.2.3. Hubungan pengeluaran pemerintah dengan inflasi ... 26
2.2.3. Jumlah Uang Beredar ... 27
2.2.3.1. Uang inti merupakan besaran penting yang berfungsi sebagai indikator bagi kebijakan moneter terhadap perekonomian. ... 28
2.2.3.2. Ada 3 konsep dalam menghitung besarnya uang inti ... 29
2.2.3.3. Ada 3 macam sistem perbankan dengan cadangan sebagian ... 29
2.2.3.4. Hubungan variabel jumlah uang beredar dengan inflasi... 30
2.2.4. Pasar uang ... 30
2.2.4.1. Pelaku-pelaku utama dalam pasar uang ... 31
2.2.4.2. Instrumen Pasar Uang di Indonesia ... 31
2.2.4.3. Fungsi Pasar Uang ... 33
2.2.4.4. Ada beberapa indikator pasar uang ... 33
Antar Bank... 34
2.2.4.7. Hubungan variabel pasar uang antar bank PUAB dengan inflasi ... 35
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.4. Hipotesis ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi oprasional dan Pengukuran variabel ... 39
3.2. Teori Penentuan Sampel... ... 41
3.3. Teknik Penentuan Data ... 41
3.3.1. Jenis Data ... 41
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 42
3.4.1. Teknik Analisis... 42
3.4.2. Uji Hipotesis ... 44
3.5. Pendekatan Regresi Linier Berganda dengan Asumsi BLUE 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 52
4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur ... 52
4.1.2. Kondisi Perkembangan Inflasi di Jawa Timur ... 53
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55
4.2.1. Perkembangan Tingkat Inflasi ... 55
(BLUE/Best Linier Unbiased Estimator) ... 60
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 64
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ... 65
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 67
4.3.4. Pembahasan ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 74
Oleh :
TRI HARDI ANGGARA Abstraksi
Stabilitas ekonomi adalah merupakan salah satu asas pembangunan ekonomi sebagaimana di tetapkan dalam trilogi pembangunan karena merupakan prasyarat yang penting bagi kelancaran serta berhasilnya pembangunan ekonomi,khususnya dalam menciptakan iklim ekonomi yang mampu meningkatkan gairah masyarakat untuk mendorong kegiatan investasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis faktor-faktor inflasi di Jawa Timur, dan juga untuk mengetahui variabel bebas mana yang berpengaruh paling dominan terhadap inflasi di Jawa Timur. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1997 sampai dengan 2011. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan variabel yang digunakan adalah Pengeluaran Pemerintah (X1), Jumlah Uang Beredar (X2), Tingkat
Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (X3), Dan Inflasi Di Jawa Timur (Y) sebagai
variabel terikatnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah (X1),
Jumlah Uang Beredar (X2), Tingkat Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (X3) secara
simultan berpengaruh signifikan Inflasi Jawa Timur (Y). Ditunjukkan dengan Fhitung
= 12,229 > Ftabel = 3,59. Sedangkan secara parsial, variabel Pengeluaran Pemerintah
(X1) dan Jumlah Uang Beredar (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Inflasi Di
Jawa Timur (Y). Sedangkan Tingkat Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (X3)
berpengaruh signifikan terhadap Inflasi Di Jawa Timur (Y), karena apabila tingkat suku bunga Pasar Uang antar Bank turun, maka jumlah nasabah akan turun,memilih untuk membelanjakan uangnya dari pada untuk menabung sehingga Pengeluaran Pemerintah di masyarakat akan meningkat dan menyebabkan inflasi
1.1 Latar Belakang
Stabilitas ekonomi adalah merupakan salah satu asas pembangunan
ekonomi sebagaimana di tetapkan dalam trilogi pembangunan karena merupakan
prasyarat yang penting bagi kelancaran serta berhasilnya pembangunan
ekonomi,khususnya dalam menciptakan iklim ekonomi yang mampu
meningkatkan gairah masyarakat untuk mendorong kegiatan investasi.
Sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan demokrasi ekonomi
dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945, maka berkesinambungan dan
peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan,
perlu senantiasa di pelihara serta di tumbuh kembangkan dengan baik.Dalam
mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih
banyak memperhatikan keserasian,keselarasan,serta keseimbangan pada
unsur-unsur pemerataan pembangunan,pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional
yang sehat dan dinamis.(Harijanto,1999: 1)
Inflasi merupakan masalah ekonomi makro yang banyak di hadapi oleh
semua negara,baik negara-negara yang sedang berkembang.Secara ringkas inflasi
dan terus-menerus dalam satu periode kenaikan harga dari satu atau dua barang
tidak dapat disebut inflasi juga harga-harga yang dapat disebabkan musim;misal
harga menjelang hari-hari besar yang tidak mempunyai pengaruh lanjutan,tidak
disebut sebagai masalah ekonomi dan tidak memerlukan kebijakan khusus untuk
menanggulanginya. (Boediono,2001: 161)
Perkembangan inflasi di Jawa Timur selama tahun 2001-2007 menunjukkan
pola dan arah yang relatif sama dengan inflasi nasional. Pada tahun 2001 laju
inflasi di Jawa Timur yang di lihat dari indikator indeks harga konsumen (IHK)
sebesar 14,13% lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 12,55% pada saat
itu secara keseluruhan, lelang SBI tercatat menyerap dana sebesar Rp. 65,74
triliyun. Menunjukkan moneter Indonesia masih relatif tinggi. Kondisi ini akan
berdampak positif terhadap uang beredar yang pasda akhirnya dapat menekan laju
inflasi.
Pada tahun 2002 laju inflasi Jawa Timur turun sebesar -29,02% dan berada
level 10,03% setingkat dengan inflasi nasional yaitu 10,03%. Di tahun 2003 di
lihat dari indikator indeks harga konsumen (IHK) laju inflasi Jawa Timur
mengalami penurunan secara signifikan 4,79% lebih rendah di banding inflasi
nasional sebesar 10,93%. Pada tahun 2004 laju Inflasi di Jawa Timur meningkat
0,27%, yakni sebesar 6,06% setingkat apabila di bandingkan dengan infalsi
Pada tahun 2005 inflasi di Jawa Timur di lihat dari indikator indeks harga
konsumen (IHK) meningkat kembali menjadi 1,33% dari tahun sebelumnya dan
lebih tinggi di banding inflasi nasional. Peningkatan inflasi pada tahun ini
didorong oleh kenaikan harga BBM oleh pemerintah pada bulan oktober 2005
yang merupakan kedua kalinya setelah kenaikkkan BBM pada bulan maret 2005
sehingga kenaikkan BBM tersebut diikuti oleh peningkatan harga-harga komoditi
lainnya. Di tahun 2006 laju inflasi turun -0,52% dari tahun sebelumnya yang
berada pada tingkat 6,71%. Secara umum inflasi di Jawa Timur dipengruhi oleh
kenaikkan harga minyak. Pada tahun 2007 inflasi di Jawa Timur menurun sebesar
-0,86%,pada periode ini stabilitas harga di Jawa Timur tetap terjaga dengan
tingkat inflasi yang lebih rendah dibanding dengan inflasi nasional.
Menurut Bank Indonesia (Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur)
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dalam tahun 2002 tumbuh sebesar 3,14%
sedikit lebih tinggi di banding tahun 2001 sebesar 3,33% dan tahun 2000 3,26%
sedangkan dalam tahun 2003 sebesar 4,11%,pada tahun 2004 pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur tumbuh sebesar 5,44%. Kegiatan investasi menunjukkan
perkembnagan yang cukup menggembirakan mesk kegiatan konsumsi masih
menjadi acuan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Kondisi perekonomian Jawa
Timur pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,98%,pertumbuhan
tersebut di dorong oleh percepatan pertumbuhan di beberapa sektor seperti
industri tumbuh sebesar 4,14% meningkat di banding tahun 2003 yang tumbuh
sebesar 2,81%.
Di lihat dari perkembangan harga-harga berbagai komoditas di Jawa Timur
pada bulan April 2009 secara umum menunjukkan adanya penurunan.Berdasarkan
hasil pemantaun BPS di 10 kota Jawa Timur, pada bulan April 2009 Jawa Timur
menunjukkan deflasi 0,47% ataui penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK)
DARI 113,89 pada bulan Maret 2009 menjadi 113,35 pada bulan April 2009.
Kondisi ini terlihat lebih berbeda di bandingkan bulan yang sama tahun 2007 dan
2008 yang menglami inflasi 0,88% dan 0,35%. Bulan April 2009 Jawa Timur
mengalami inflasi 0,61% ,sedangkan nasional baru 0,04%. (Anonim,2009:1)
Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari Anggaran Belanja Negara,akan
tetapi tidak seluruh pengeluaran Anggaran Pendapatan Belanja Negara merupakan
pengeluaran pemerintah. (Boediono,2001:36). Pengeluaran pemerintah itu sendiri
meliputi belanja pegawai dan belanja rutin pengeluaran pemerintah setiap
tahunnya dapat berubah sesuai alokasi kebutuhan yang dialokasikan untuk
kegiatan pemerintah yang sedang di jalankan oleh pemerintah.
Hal ini bisa di lihat dari pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai
berdasarkan data yang tercantum di Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur,
Realisasi tahun 2005 sebesar Rp.54.254.200.000.Sedangkan, tahun 2006
Rp.73.252.300.000 atau meningkat 35% dari belanja pegawai sebelumnya.
lalu di APBN Realisasi tahun 2008 pun terus meningkat menjadi
Rp.112.829.900.000 atau 25% dari tahun sebelumnya (Taufik A,2010:2)
Jumlah uang beredar (money supply) di Indonesia di definisikan sebagai
tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara
uang kartal dan uang giral (Gunawan ,2001;61)
Sedangkan Jumlah uang beredar yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Jawa Timur tahun 2004 dalah sebesar Rp.1,033.53 milyar ,jumlah uang
beredar mengalami kenaikan pada tahun 2005 adalah Rp.1,203.22 milyar atau
mengalami kenaikan dari tahun seblumnya 16,4% julah uang beredar kembali
mengalami kenaikan pada tahun 2006 sebesar Rp.1,382.07 milyar ,yang
mengalami kenaikan sebesar 14,9% dari tahun 2005. (Oktavia, 2005: 6)
Pasar Uang merupakan pasar yang memperjualbeliakn surat-surat berharga
jangka pendek. Jangka waktu surat berharga yang diperjualbelikan biasanya
kurang dari satu tahun. Pasar Uang dalam melakukan jual beli menggunakan
sarana telekomunikasi,sering juga disebut juga pasar abstrak karena pelaksanaan
jual beli tidak tidak dilakukan di suatu tempat tertentu. (Martono, 2002:197)
Pasar Uang mempunyai ciri-ciri jangka waktu dana yang pendek, tidak
terikat pada tempat tertentu, pada umumnya supply dan demand bertemu secara
langsung dan tidak perlu guarantor underwriter . Pasar uang dan pasar modal
1.2 Perumusan Masalah
Pada penelitian ini,perumusan masalah yang akan di bahas adalah:
1.Apakah Pengeluaran Pemerintah,Jumlah Uang Beredar,Pasar Uang
Antar Bank (PUAB) berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Jawa
Timur periode 1997-2011?
2.Dari variabel-variabel tersebut manakah yang paling berpengaruh atau
paling dominan terhadap inflasi di Jawa Timur periode 1997-2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah:
1.Untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah,Jumlah Uang
Beredar, Pasar Uang Antar Bank (PUAB) terhadap tingkat inflasi di
Jawa Timur.
2.Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dan berpengaruh
1.4 Manfaat Penelitian
1.Menambah dan memperluas ilmu pendidikan yang berhubungan dengan
inflasi.
2.Sebagai sumbangan bagi khasanah ilmu pendidikan serta di gunakn
acuan bagi peneliti selanjutnya,khususnya tentang inflasi di Indonesia.
3.Sebagai acuan pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh pihak lain yang dapat di pakai
sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan Analisis
Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Jawa Timur antara lain :
a. Nur Ir ma Sari (2011) judul penelitian “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Inflasi Di Jawa Timur” variabel terikat (Y) adalah inflasi,sedangakan variabel
bebas meliputi Jumlah Uang Beredar (X1), tingkat suku bunga Bank Indonesia
(X2), Pengangguran (X3), Kurs Valuta Asing (X4). Berdasarka hasil uji t
menunjukkan variabel jumlah uang yang beredar,suku bunga sertifikat Bank
Indonesia berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Jawa Timur,sedangkan
variabel pengangguran,kurs valuta asing berpengaruh tidak signifikan terhadap
inflasi di Jawa Timur. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan ke empat variabel
Jumlah Uang Beredar,tingkat suku bunga Bank Indonesia,pengangguran,kurs
valuta asing berpengaruh terhadap inflasi di Jawa Timur. Kesimpulan bahwa
variabel paling berpengaruh terhadap Inflasi di Jawa Timur adaalh suku bunga
sertifikat Bank Indonesia,probabilitas suku bunga sertifikat Bank Indonesia lebih
b. Fery Andrianus,Amelia niko(2006) judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia” variabel terikat (Y) adalah inflasi
,sedangakan variabel bebas adalah Jumlah Uang Beredar (X1), Produk domestik
bruto (PDB) (X2) , Nilai Tukar (X3), Tingkat Suku Bunga (X4). Dari uji parsial
pada tingkat kepercayaan 95% variabel jumlah uang yang beredar,PDB, dan
nilai tukar tidak signifikan berpengaruh terhadap inflasi, sedangakn tingkat suku
bunga memeiliki hubungan positif secara signifikan terhadap inflasi terhadap
nilai t hitung lebih besar di banding t tabel.bahwa pengaruh tingkat suku bunga
ternyata lebih dominan mempengaruhi inflasi di Indonesia di bandingkan
dengan nilai tukar,karena baik dalam jangka pendek ataupun jangaka panjang
variabel tersebut tetap mempengaruhi inflasi sedangakn nilai tukar hanya
berpenaruh dalam jangak pendek saja.
c. Wisda nugroho,Maruto umar basuki(2012) judul penelitian “Analiisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Indonesia”. Variabel terikat (Y)
adalah inflasi,sedangakan variabel bebas adalah Produk Domestik Bruto (PDB)
(X1), suku bunga Bank Indonesia (X2), jumlah uang beredar (X3), Kurs (X4),
Dari hasil pengolahan data menggunakan model regresi nilai variabel Produk
Domestik Bruto (PDB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel (Y)
inflasi, nilai variabel suku bunga Bank Indonesia berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel (Y) inflasi, nilai variabel Jumlah Uang Beredar
sedangakan variabel kurs berpengaruh secara positif dan tidak signifikan
terhadap variabel (Y) inflasi.
d. Adrianus (2005) jurnal dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi laju
inflasi di Indonesia” dengaan variabel terikat adalah (Y) inflasi, sedangkan
variabel bebas adalah tingkat suku bunga (X1), Jumlah Uang Beredar (X2),
Kurs valas (X3), berdasarka hasil penelitian uji F , Hal ini berarti simultan ketiga
variabel bebas berpengaruh terhadap laju inflasi, sedangakn berdasarkan hasil
uji t berdasarkan dari tingkat suku bunga menunjukkan bahwa tingakt suku
bunga mempunyai pengaruh terhadap inflasi. Karena jika pengeluaran
pemerintah naik makia inflasi akan ikut meningkat. Untuk jumlah uang beredar
menunjukkan jumlah uang beredar berpengaruh secara negatif terhadap laju
inflasi. Maka jumlah uang beredar naik turun tidak banyak mempengaruhi
inflasi,sedangakan untuk kurs valas berpengaruh secara negatif terhadap laju
inflasi karena naik turun kurs valas tidak banyak mempenagruhi inflasi.
Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian
sebelumnya,perbedaan penelitian terletak pada kurun waktu,ruang lingkup,tempat
penelitian dan jumlah variabel yang di gunakan untuk penelitian. Berdasarkan
penelitian terdahulu seperti yang telah di sebutkan di atas,yang juga merupakan
dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Inflasi Di Jawa Timur Periode1997-2011”, dengan variabel terikat
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Pengeluaran pemerintah (X1),Jumlah
Uang Beredar (X2),Pasar Uang Antar Bank (PUAB) (X3)
2.2. Landasan Teori
Pengertian teori atau tinjauan pustaka ini di maksudkan untuk mengetahui
dan menemukan dasar-dasar teoritis guna membantu memecahkan
permasalahan.
2.2.1. Pengertian Inflasi
Pengertian Inflasi ini adalah kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus-menerus.
Definisi inflasi menurut beberapa ahli ekonomi pada dasarnya sama
dengan ulasan-ulasan yang beda yaitu antara lain:
1) Menurut Nopirin (2000:28-90) inflasi adalah terjadinya kenaikan
total dan biaya produksi.
2) Menurut Lipsey (2004:245) inflasi adalah kenaiikan tingkat harga
yang berlangsung secara berkepanjangan dan terjadi secara
sekaligus.
3) Menurut Sukirno (2001:15) inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
4) Menurut Boediono (2001:161) inflasi adalah kenaikan harga
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa inflasi adalah
adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat yang berarti mungkin
saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik di bandingkan
dengan sebelumnya.
2.2.1.1. Penggolongan Inflasi
Berdasarkan kepada tingkat kelajuan harga-harga yang berlaku inflasi
dapat di bedakan menjadi 3 golongan dan mana yang kita pilih tergantung
pada apda tujuan kita.(Munir 2007:5)
a) Penggolongan pertama parah tidaknya inflasi, ada beberapa macam
inflasi:
1. Inflasi ringan apabila tingkat inflasi besarnya kurang dari10%
pertahun.
2. Inflasi sedang,apabila tingkat inflasi besranya sampai 10% - 30%
pertahun.
3. Inflasi berat,apabila tingkat inflasi besarnya 30% sampai 100%
pertahun.
4. Hiper inflasi,apabila tingkat inflasi besarnya di atas 100% pertahun.
b) Penggolongan inflasi berdasarkan atas penyebabnya.
1. Inflasi permintaan agregat (Demand Full Inflation) adaalah inflasi
yang terjadi karena kenaikan permintaan agregat barang-barang
Gambar 1: Terjadinya Demand Full Inflation
Sumber : Nopirin,2000 Pengantar Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 29.
Keterangan :
Bermula dari harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total
dari AD1 ke AD2, menyebabkan ada sebagian permitaan yang tidak
dapat di penuhi oleh permintaan yang ada.Akibatnya, harga naik
menjadi P2, dan output naik menjadi QFE, kenaikan AD2 selanjutnya
menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedangkan output
tetap pada QFE. Kenaikan harga ini terjadi sebab adanya Inflationary
gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang
permintaan total terus naik (misalnya menjadi AD2).
2. Inflasi penawaran agregat (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang
terjadi karena penurunan penawaran agregat akibat kenaikan
produksi.
Gambar 2: Terjadinya Cost Push Inflation
Sumber : Nopirirn, 2000, Pengantar Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta Halaman 31.
Keterangan :
Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi di
sebakan baik karrena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat
Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi
AS3 harga naik dan produksi turun menjadi Q2.
Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas.
Proses kenaikan harga ini (yang sering juga dibarengi turunnya
produksi) disebut dengan Cost Push Inflation.
c) Berdasarkan asalnya inflasi dapat di golongkan sebagai berikut:
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul,misalnya karena defisit
anggaran belanja yang di biayai dengan pencetakkan uang
baru,panen yang gagal.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)
Inflasi yang timbul karena harga-harga barang dari luar negeri
2.2.1.2. Penyebab Timbulnya Inflasi
Ada 3 bentuk timbulmya inflasi :
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi,dan selanjutnya menimbulakn pengeluaran
yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa,
2. Inflasi Desakan Biaya
Inflasi ini terutama berlaku untuk masa perekonomian berkembang
dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah.
Apabila perushaan-perusahaan masih menghadapi pemintaan yang
bertambah,mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara
memberikan gaji dan upah yanmglebih tinggi kepada pekerjanya dan
mencari pekerja baru dengan tawran yang lebih tinggi.
3. Inflasi Impor
Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor mengalami
kenaikan hanya mempunyai peran yang penting dalam kegiatan
pengeluaran perusahaan-perusahaan salah satu contoh yang nyata
dalam hal ini adalah efek kenaikan harga miunyak dalam tahun
1970an. Kepada perekonomian negara barat dan negara pengimpor
minyak lainnya.
2.2.1.3. Teori-toeri Inflasi
Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai
inflasi,masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dan bukan teori inflasi yang lengkap
yang mencakup semua aspek penting dari proses inflasi atau kenaikan harga
Teori inflasi di bedakan menjadi :
1) Teori Kuantitas
Jumlah uang yang beredar merupakan pendorong utama terjadinya
inflasi baik uang kartal maupun uang giral. Ada beberapa sebab
terjadinya Jumlah Uang Beredar,diantaranya terjadinyadefisit anggaran
pemerintah yang dibiayai dari mencetak uang. Semakin besra defisit
anggaran pemerintah yang di biayai dari anggaran mencetak uang,maka
inflasi yang terjadi semakiun parah. (Suparmoko,2002: 135)
2) Teori Keynes
Penmerintah yang telah di jlaskan pada inflasi menurut teori
kuantitas,pemerintah dapat menyebabkan inflasi apabila defisit anggaran
pemerintah di biayai dengan cara mencetak uang baru. Akan semakin
memperparah terjadinya inflasi. Pemerintah ingin memperoleh bagian
yang lebih besar dari output masyarakat dengan cara menjalankan defisit
anggaran yang dilakukan dengan meningkatkan anggaran pengeluaran
pemerintah.(Suparmoko 2002 : 136)
3) Teori Strukturialis
Teori ini penekanannya pada aspek institusional. Teori ini bersifat jangka
panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kelakuan
struktur ekonomi, khususnya ketegaran supply bahan makanan dan
barang-barang ekspor. Karena adanya sebab-sebab struktural
dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan bahan
makanan dan kalangan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan
harga-harga lain sehingga terjadi inflasi semacam itu tidak dapat di
obati dengan misal mengurangi jumlah uang beredar tetapi harus
dengan perbaikan sektor bahan makanan oleh ekspor. (Boediono,2000 :
170)
2.2.1.4. Efek-Efek Inflasi
Efek inflasi dalam hal ini dapat mempengaruhi beberapa faktor-faktor
antara lain :
1) Efek Terhadap Pendapatan (equality effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata,ada yang di rugikan
tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi,dengan demikian
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian
pendapatan dan kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah merupakan
pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi bagi orang lain.
2) Efek Terhadap Efisiensi (efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan berbagai macam
barang-barang yang dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
3) Efek Terhadap Output (Out Effect)
Inflasi dapat menaikkan produksi. Alasannya keadaan inflasi biasa
kenaikkan harga barang mendahului kenaikkan upah sehingga
keuntungan pengusaha naik,namun apabila laju inflasi cukup tinggi
dapat mengakibatkan sebaliknya,yaitu penurunan output. Inflasi dapat di
barengi dengan kenaikkan output,tetapi juga di barengi dengan
penurunan output. (Nopirin,2000:32)
2.2.1.5. Cara Mencegah Inflasi
Cara mencegah terjadinya inflasi tersebut dapat di jelaskan sebagai
berikut :
a. Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter di capai melalui pengaturan jumlah uang
beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposit).uang giral dapat terjadi dengan dua cara,pertama
apabila seseorang memasukkan uang ke bank dalam bentuk giro, kedua
apabila seseorang mendapat pinjaman dari bank tidak di terima kas tetpi
dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya
lebih inflator dari cara yang pertama,sebab yang pertama hanyalah
b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan secara langsung dapat mempengaruhi
permintaan total dan denga demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi
dapat di cegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal
yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah,serta kenaikkan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total,sehingga inflasi dapat di
tekan.(Nopirin,2000:34)
2.2.1.6. Peran ITF (Inflation Targeting Framewor k) menanggulangi inflasi
Konsep ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang
ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang
hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Secara eksplisit dinyatakan
bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan
moneter. Pelaksanaan ITF di Indonesia mengikuti prinsip dasar bahwa ITF
adalah framework, bukan rule.
Dengan prinsip ini, kebijakan moneter tidak dilaksanakan secara kaku.
Pelaksanaan kebijakan moneter juga mempertimbangkan sasaran-sasaran
pembangunan yang lebih luas antara lain pertumbuhan ekonomi. Berbeda
dengan prinsip full discretionary, ITF menuntut agar discretionary policy
Jadi ada beberapa konsep ITF (Inflation Targeting Framework) yaitu:
1. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu
melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator
ekonomi, khususnya prakiraan inflasi.
2. Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan instrumen
Operasi Pasar Terbuka (OPT), Instrumen likuiditas otomatis
(standing facilities), Intervensi di pasar valas, Penetapan giro wajib
minimum (GWM), dan Himbauan moral (moral suassion).
3. Pengendalian moneter diarahkan pula agar perkembangan suku
bunga PUAB berada pada koridor suku bunga yang ditetapkan.
Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian
likuiditas sekaligus untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter
yang ditempuh Bank Indonesia.
2.2.1.7. Keuntungan dari Inflation Targeting Framewor k (ITF)
Pada umumnya negara yang menerapkan ITF memperoleh sejumlah
keuntungan, yaitu:
1. Sukses dalam membantu negara menurunkan inflasi.
2. Kebijakan moneter lebih secara jelas terfokus.
3. Komunikasi, transparansi, dan akuntabilitas secara bersama diperkuat.
4. Membantu dalam menurunkan dan mengarahkan ekspektasi inflasi dan
5. Membantu dalam menurunkan volatilitas output dalam jangka
menengah.
6. Teruji terhadap kejutan ekonomi yang kurang menguntungkan.
7. Kebijakan moneter relatif fleksibel dalam mengakomodasi kejutan inflasi
temporer yang tidak mengganggu pencapaian sasaran inflasi jangka
menengah, dan Independensi bank sentral dalam melaksanakan
kebijakan moneter diperkuat.
2.2.1.8. Implementasi Kerangka Kerja Inflation Targeting di Indonesia
Walaupun inflasi menjadi tujuan utama dari kebijakan moneter, namun
berbagai kendala struktural seperti kondisi system keuangan dan fiskal yang
masih relative lemah sering kali menyebabkan kebijakan moneter hanya
menjaga keseimbangan antara tujuan inflasi di satu sisi dan stabilitas
keuangan di sisi lain.
Dengan karekteristik seperti itu, menggolongkan kerangka kebijakan
moneter Indonesia saat ini sebagai Inflation Targeting Lite (ITL). Dengan
kendala struktural yang dimiliki Negara dengan kerangka ITL juga dicirikan
oleh masih rendahnya komitmen terhadap pencapaian target inflasi dan
kurang transparannya kebijakan moneter.Dengan melihat sejumlah
kelemahan yang ada dalam kerangka kebijakan moneter tersebut, terdapat
sejumlah alas an perlunya untuk mulai berpindah pada kerangka kebijakan
moneter yang lebih jelas dengan satu patokaan nominal. Pilihannya adalah
currency board (CBS), dan dolarisasi; atau FFIT. Akan tetapi, pilihan-pilihan
tersebut memiliki banyak kelemahan, satu-satunya pilihan adalah full fledged
inflation targeting.
Fleksibilitas kebijakan moneter diwujudkan dalam bentuk respons
kebijakan moneter yang ditetapkan yang selalu berupaya mengarahkan agar
pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur sasaran
inflasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, konsistensi kebijakan
moneter dapat tetap terjaga dengan baik.
Mengingat salah satu hal penting dalam rangka kebijakan IT adalah
pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat, strategi komunikasi kebijakan
harus dilakukan secara transparan. Hal ini karena besarnya pengaruh
ekspektasi inflasi sebagai penyebab inflasi. Selain pengumuman keputusan
RDG secara regular, penguatan strategi komunikasi dilakukan melalui
laporan kebijkan moneter secara triwulanan. Strategi komunikasi lain yang
lazim dipraktikkan bank-bank sentral yang menerapkan FFIT juga akan
dilakukan. (Pohan Aulia, 2008)
2.2.2. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Menurut Boediono (2000 : 50), yang dimaksud dengan “pengeluaran
pemerintah di sini adalah mengenai pengertian barang / jasa”. Yang
dimaksudkan ke dalam G hanyalah pembelian barang-barang dan jasa-jasa
merupakan produksi tahun yang bersangkutan.Barang-barang yang di
merupakan bagian dari G (pemerintah). Hal ini harus di teliti dahulu
pos-posnya dan hanya pos-pos yang bersangkutan pembelian barang (G) adalah
semua pembelian barang / jasa yang dilakuakn oleh pemerintah pusat dan
pemerintah-pemerintah daerah. Pemerintah menggunakan anggaran unhtuk
mengendalikan dan mencatat masalah fiskalnya. Suatu anggaran
menunjukkan rencana pengeluaran dan penerimaan yang akan dilakukan
nantinya dalam satu tahun.
2.2.2.1. Ada 2 pengeluaran pemerintah lainnya diantaranya :
a) Pengeluaran Investasi
Mempelajari bagaimana tingkat pendapatan nasional menyesuaikan
dengan tingkat tetap dari investasi rill di rencanakan, maka kita
asumsikan bahwa perusahaan merencanakan untuk melakukan sejumlah
investasi bisnis dalam jumnlah konstan dalam bentuk pabrik dan mesin
setiap tahunnya dan mereka merencanakan mengadakan kesediaan yang
juga konstan.
b) Pengeluaran pemerintah barang dan jasa
Pemerintah bernaksud untuk membelanjakan dan mencapai jumlah
pembelanjaan hingga jutaan dollar pada barang dan jasa yang produksi
sekarang. Kita akan mengeluarkan asumsi ini dan mempelajari
bagaimana respon pendapatan nasional terhadap perubahan pengeluaran
Rumus pengeluaran pemerintah :
Y=C+1+G (Suparmoko,2000:48)
Keterangan :
Y= Tingkat pendapatan nasional
C= Pengeluaran konsumsi
I= Investasi perusahaan
G= Pengeluaran pemerintah
Gambar di bawah ini adalah permintaan agregat yang dingunakan sebagain
sumbu vertical dan pendapatan nasional sebagai sumbu horizontal :
Gambar 3 : Pengeluaran Pemerintah
Sumber : Suparmoko, Keuangan Negara: Dalam Teori dan Praktik BPFE,Yogyakarta, 2000, Edisi ke empat, Halaman 49.
G
GO
Y GO
Keterangan :
Pengeluaran pemerintah dengan simbol G dan sifatnya eksogen, yaitu
tidak merupakan bagian aliran pendapatan nasional, dan tinggi
rendahnya pengeluaran pemerintah itu di tentukan oleh pemerintah jadi
G= Go dan ini di tunjukkan oleh kurva Go Go bahwa pengeluaran
pemerintah tidak di pengaruhi oleh besranya pendapatan nasional.
2.2.2.2. Pengeluaran pemerintah di bagi dua kelompok yaitu :
1) Pengeluaran rutin
Pengeluaran yang di tunjukkan pada kegiatan-kegiatan rutin negara yang
bersifat terus menerus.contohnya adalah membayar gaji dan pensiun
pegawai negeri,belanja barang dll
2) Pengeluaran pembangunan
Pengeluaran pemerintah pada bidang-bidang tertentu yang bertujuan
untuk mengadakan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana
untuk kebutuhan masyarakat.
2.2.2.3. Hubungan pengeluaran pemerintah dengan inflasi
Perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak yang
senmakin meningkat walaupun pajak tidak berubah, dan meningkatnya
penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin
menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besa,begitu juga
dengan pengeluaran pemerintah semakin besar.
Tetapi apabila keadaan normal tersebut terganggu, misal karena
adanya perang karena itu penerimaan pemerintah dari pajak
2.2.3. J umlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar (Money Supply) di Indonesia didefinisikan seluruh
“uang kartal” dan “uang giral” yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat.
Arti uang kartal adalah uang tunai (yang dikerluarkan oleh bank sentral) yang
beradan di bawah kekuasaan masyarakat (aman) untuk menggunakan.
Sedangkan uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening Koran (giro) yang
dimiliki masyarakat pada bank – bank umum. Saldo ini merupakan bagian dari
“dimiliki yang beredar” karena sewaktu – waktu bisa digunakan oleh pemiliknya
(masyarakat) untuk kebutuhannya. (Boediono, 2000 : 86)
Dibandingkan dengan teori permintaan dan penawaran uang merupakan hal
yang baru berkembang dalam teori moneter. Jumlah uang (emas) bisa turun
apabila dikirim keluar negeri untuk menutupi deficit neraca pembayaran. Dalam
sistem moneter seperti : uang beredar benar – benar ditentukan oleh proses –
proses, sedangkan pemerintah bank sentral ataupun perbankan tidak mempunyai
Jumlah beredar (JUB) dianggap bisa ditentukan secara langsung oleh
penguasa moneter tanpa mempersoalkan dengan uang inti. Perilaku seperti ini
berlandaskan pada analisis penentuan jumlah uang beredar secara mekanis,
dimana JUB dihubungkan dengan uang inti lewat angka penggandaan ini
ditentukan oleh rasio cadangan perbankan dan rasio antara uang kartal dan uang
giral.
Namun pada kenyataannya bank sentral menentukan besarnya uang inti dan
bank – bank umum menentukan volume kredit dan kekayaan lainnya serta
masyarakat menentukan alokasi kekayaan likuid yang ingin mereka pegang.
Tindakan yang bisa dilakukan oleh bank sentral mempengaruhi besarnya
uang inti yang kemudian akan mempengaruhi angka penggandaan yang
merupakan hasil (bersih netto) dan perilaku masyarakat serta perbankan
menentukan cadangan yang ingin mereka pegang.
2.2.3.1. Uang inti merupakan besaran penting yang ber fungsi sebagai indikator
bagi kebijakan moneter terhadap perekonomian.
a. Pendapatan diatas berdasarkan pada 2 hal yaitu :
1) Adanya teori moneter yang memasukkan uang inti sebagai suatu mata
rantai penghubung antara tindaka – tindakan penguasa moneter dengan
dampak terakhirnya terhadap pendapatan, output dan harga.
2) Uang inti merupakan variabel yang relative lebih bisa dikendalikan
2.2.3.2 Ada 3 konsep dalam menghitung besarnya uang inti:
a. Source base diperoleh dari Neraca Bank Sentral dan Kas Negara yang
dikonsolidasikan, dimana dalam ini source base terdiri atas :
Aktiva luar negeri
Tagihan rekening Bank Sentral
Rekening pemerintah dan
Rekening – rekening lainnya dalam neraca Bank Sentral
b. Reserve adjustment memperhitungkan pengaruh dari berubahnya cadangan
minimum yang diwajibkan dan perubahan proporsi kekayaan likuid yang
diwajibkan dan perubahan proporsi kekayaan likuid yang dikenai peraturan
tersebut.
c. Monetary base implikasi kebijaksanaannya, dimana penguasa moneter tidak
dapat meramalkan dampak kebijaksanaan moneternya dengan tepat karena
hubungan antara cadangan dan deposit perbankan akan dipengaruhi oleh
harapan mereka tentang apa yang akan dilakukan oleh Bank Sentral.
2.2.3.3. Ada 3 macam sistem perbankan dengan cadangan sebagian :
a) Reserve Ratio adalah bagian dari deposito yang dipertahankan sebagai cadangan.
b) Reserve Banking adalah sebuah sistem perbankan dimana bank hanya
menempatkan sebagian simpanan yang diterimanya sebagai cadangan.
c) Kelebihan cadangan yaitu bank juga dapat mempertahankan cadangan di atas
2.2.3.4. Hubungan variabel jumlah uang beredar dengan inflasi
Terhadap pada pengaruh sektor pemerintah terhadap jumlah uang beredar
yang melalui anggaran belanja karena pasar uang modal di negara berkembang
belum maju, maka pinjaman pemerintah akan mempengaruhi jumlah uang
beredar mengingat tidak mungkinnya pemerintah menjual surat utang kepada
masyarakat sehingga pencairan / penggunaan dana ini oleh pemerintah akan
menaikkan uang inti yang selanjutnya dapat menaikkan jumlah uang beredar dan
juga dapat menaikkan permintaan serta penawaran uang sehingga berakibat
secara langsung dapat menaikkan inflasi. (Iswardono, 2000 : 15)
2.2.4. Pasar Uang
Pasar Uang (money market) merupakan pasar yang memperjualbelikan
surat-surat berharga jangka pendek. Jangka waktu surat-surat berharga yang
diperjualbelikan biasanya kurang dari satu tahun. Pasar uang sebagai bagian dari
pasar keuangan (Financial Market) berbeda dengan pasar modal (capital
market) pasar modal melakukan jual beli menggunakan sarana yaitu bursa efek,
sedangkan pasar uang dalam melakukan jual beli menggunakan sarana
telekomunikasi. Pasar uang juga sering di sebut pasar abstrak karena
pelaksanaan jual beli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu. (Martono,
2.2.4.1. Pelaku-pelaku utama dalam pasar uang :
a) Lembaga lembaga keuangan misalnya bank, dana pensiunan, dan perusahaan
asuransi.
b) Perusahaan-perusahaan besar misalnya perusahaan yang sudah go public.
c) Lembaga-lembaga pemerintah misalnya Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat
Bank Indonesia (SBI)
d) Iindividu-individu misalnya rumah tangga membeli Sertifikat Bank Indonesia.
2.2.4.2. Instrumen Pasar Uang di Indonesia:
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjualbelikan dalam pasar
uang jenisnya cukup bervariasi termasuk surat-surat berharga yang
diterbitkan oleh badan-badan usaha swasta dan negara serta lembaga-lembaga
pemerintah. (Dahlan Siamat 2001:208).
Instrumen pasar uang yang ada di Indonesia :
1. Sertfikat Bank Indonesia (SBI)
Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas
unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang
pada tanggal yang telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jaruh
tempo satu tahun atau kurang.
Surat - surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara
diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh
BI.
3. Sertifikat Deposito
Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan
dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.
Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya
dapat diperdagangkan. Ciri pokok yang membedakaimya dengan deposito
berjangka terletak pada sifat yang dapat dipindahtangankan atau
diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuli temponya melalui lembaga -
lembaga keuangan lainnya.
4. Commerecial Paper
Promes yang tidak disertai dengan jaminan yang diterbitkan oleh
perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada
investor dalam pasar uang.
5. Call Money
Kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya
untuk jangka waktu pendek.
6. Repurchase Agreement
Transaksijual odi surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kcmbali surat-surat berharga yang dijual tersebut
7. Banker's Acceptence
Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit
pada eksportir atau importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk
membeli valuta asing.
2.2.4.3. Fungsi Pasar Uang :
a) Mempermudah masyarakat memperoleh dana – dana jangka pendek
untuk membiayai modal kerja atau keperluan jangka pendek lainnya.
b) Menunjang program pemerataan pendapatan bagi masyarakat.
c) Memberikan kesempatan masyarakat berpatisipasi dalam pembangunan
dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga
Pasar Uang (SBPU).
2.2.4.4. Ada beberapa indikator pasar uang :
• Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (Rp) Tingkat bunga yang dikenakan
oleh bank terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam dana dalam
bentuk rupiah.
• Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (Rp) Jumlah transaksi antar
bank dalam hal pinjam meminjam dalam bentuk rupiah.
• Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (US$) Tingkat bunga yang
dikenakan oleh bank terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam
dana dalam bentuk US$.
• Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (US$) Jumlah transaksi antar
• J1BOR (Jakarta Interbank Offered) Suku bunga yang ditawarkan untuk
transaksi pinjam meminjam antar bank.
• Suku bunga deposito Rupiah (%/Th) Tingkat bunga yang diberikan para
deposan yang mendepositokan uangnya dalam bentuk Rupiah
• Suku bunga deposito US$ (%/Th) Tingkat bunga yang diberikan para
deposan yang mendepositokan uangnya dalam bentuk US $.
• Nilai Tukar Rupiah (Kurs) harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya
2.2.4.5. Pasar uang antar bank (PUAB)
Pasar uang antar bank adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah
kelebihan dana dari suatu bank kepada bank yang lain, dimana bank yang
menerima dana sedang kalah kliring. kliring adalah sebuah bank yang
kekurangan dana untuk membayar kepada nasabahnya. (Pakarti, 2001 : 20).
2.2.4.6. Ketentuan yang berlaku untuk Pasar Uang Antar Bank
a) Fasilitas diberikan di lembaga kliring kepada bank yang mengalami
kekalahan kliring dan kekurangan likuiditas.
b) Besarnya pinjaman tidak boleh melampaui kekalahan kliring hari itu.
c) Instrumen pinjaman dapat berupa promes.
d) Bila tidak dapat dilunasi selama 7 hari,maka berubah menjadi pinjaman
2.2.4.7. Hubungan variabel pasar uang antar bank PUAB dengan inflasi
Dana yang digunakan oleh para investor masyarakat untuk menambah alat
produksi (modal) yang diharapakan bisa menghasilakan penerimaan
(tabungan) yang lebih besar dari pada jumlah yang di investasikan. Sehingga
hal ini yang menyebabkan inflasi menjadi naik karena masyarakat atau
investor lebih banyak menginvestasikan ke produktivitas dari pada ke
konsumsi. (Boediono, 2000 : 81).
2.3. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Inflasi Di Jawa Timur”. Dalam pembahasan ini variabel yang
mempengaruhi yaitu pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, dan suku
bunga kredit. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar variabel maka dapat
dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :
1. Pengeluaran Pemerintah (X1)
Menurut Boediono (1998 : 50), Yang dimaksud dengan “Pengeluaran
Pemerintah” (i) adalah semua pembelian barang / jasa yang dilakukan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah – pemerintah daerah. Satu catatan penting
yang perlu diingat di sini adalah mengenai pengertian “baran / jasa”. Yang
dimaksudkan ke dalam G hanyalah pembelian barang – barang dan jasa – jasa
– jasa) yang diproduksikan tahun lampau tetapi dibeli oleh pemerintah tahun ini
bukanlah merupakan bagian dari (i pemerintah). Dengan meningkatnya
pengeluaran pemerintah menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat
permintaan akan barang dan jasa juga mengalami pemerintah dan harga barang
dan jasa naik. Sehingga lalu inflasi di Indonesia meningkat.
2. Jumlah Uang Beredar (X2)
Menurut Gunawan (1991 : 61), jumlah uang beredar (Money Supply) di
Indonesia didefinisikan sebagai tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan
dan terbatas pada jumlah antara uang kartal dan uang giral. Dengan
meningkatnya jumlah uang beredar maka akan menyebabkan penawaran uang
mengalami peningkatan dan mengakibatkan nilai uang menurun, sehinnga laju
inflasi di Indonesia ikut meningkat.
3. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) (X3)
Definisi pasar uang antar adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah
kelebihan dana dari suatubank ke bank yang lain, di mana bank yang menerima
dana sedang kalah kliring. Kalah kliring artinya sebuah bank yang kekurangan
dana untuk membayar kepada nasabahnya.(Pakarti, 2001 : 20).
Apabila tingkat suku bunga pasar uang antar bank turun, maka jumlah
dari pada untuk menabung sehingga jumlah uang beredar di masyarakat akan
meningkat dan menyebabkan laju inflasi semakin tinggi.
Gambar 4 : Kerangka Pikir
Sumber : Peneliti Pengeluaran pemerintah (X1)
Jumlah uang beredar (X2)
Pasar uang antar
bank (PUAB) (X3) tabungan deposito Jumlah nasabah Penawaran uang Permintaan barang
dan jasa
2.4. Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah,tujuan penelitian,landasan teori yang
dikemukakan terdahulu, maka dapat ditarik suatu sementara atau hipotesis.
Adapun hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Diduga Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Uang Beredar, Pasar Uang
Antar Bank berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Jawa Timur.
2. Diduga Pasar Uang Antar Bank paling berpengaruh terhadap tingkat
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah mendefinisikan konsep yang akan
dioperasionalkan pada suatu penelitian dalam suatu penelitian dalam bentuk
variabel, baik berdasarkan teori maupun data secara empiris dengan tujuan untuk
menjelaskan dan menerangkan beberapa variabel, baik variabel terikat
(dependent variabel) dan variabel bebas (variabel independent).
Beberapa definisi pengukuran variabel - variabel penelitian operasional
berdasarkan teori dan data secara empiris, dimana variabel-variabel yang ada
menunjukan bahwa terdapat hubungan-hubungan fungsional yang
mendefinisikan ketergantungan variabel terikat pada variabel bebas secara
spesifik. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu :
• Variabel tidak bebas ( dependent variabel) (Y)
Variabel tidak bebas adalah variabel yang perlu dijelaskan (explaned
variabel). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi di
• Variabel Bebas (independent variabel) (X)
Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan (explanatory
variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengeluaran
Pemerintah (X1),Jumlah Uang Beredar (X2),Pasar Uang Antar Bank (X3).
Adapun defnisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan di dalam
penelitian ini, baik untuk variabel terikat maupun variabel bebasnya antara lain ;
A. Tingkat Inflasi (Y)
Kenaikan harga secara umum sebagai variabel terikat (Y).secara kumulatif
bulanan pengukuran inflasi ini di nyatakan dalam satuan presentase (%) dan data
dari inflasi ini di ambil berdasarkan tahunan.
Variabel bebas atau variabel berdiri sendiri (Independent Variable) yaitu:
B. Pengeluaran Pemerintah (X1)
Semua pengeluaran pemerintah dalam periode tahunan anggaran
tertentu,pengeluaran tersebut tercantum dalam Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN).Yang termasuk pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan, pengukuran variabel ini dinyatakan dalam
milyar rupiah.
C. Jumlah Uang Beredar (X2)
Dalam arti sempit (M1) yaitu meliputi seluruh uang kartal dan uang giral yang
tersedia untuk di gunakan oleh masyarakat.Uang kartal dan uang kas atau uang
di simpan oleh bank-bank umum atau bank sentral tidak termasuk uang
beredar.(Milyar Rp).
D. Pasar Uang Antar Bank (X3)
Pasar Uang antar Bank, adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah kelebihan
dana dari suatu Bank kepada Bank yang lain,dimana Bank yang yang menerima
dana sedang kalah kliring.
3.2. Teori Penentuan Sampel
Penentuan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data time
series yaitu data yang di urutkan berdasarkan urutan waktu,teknik penetuan
sampelnya non random sampling,untuk data yang diambil adalah data tahunan
dalam jangka waktu lima belas tahun yaitu tahun 1997-2011.
3.3. Teknik Penentuan Data
Data merupakan faktor yang terpenting dalam melakukan penelitian sebagai
pelengkap untuk menjamin obyektifitas penyusunan penelitian. Dalam
pengumpulan data yang digunakan penelitian ini dilakukan melalui beberapa
langkah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku, antara lain :
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang di pakai dalam dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis data yang di gunakan adalah data sekunder,yaitu data yang di
kumpulkan dari berbagai instansi yang ada hubungannya dengan
penelitian ini. Sumber data diantaranya di peroleh dari kantor Biro Pusat
2. Data yang dikumpulkan meliputi :
Inflasi di Jawa Timur (Y), Pengeluaran Pemerintah (X1), Jumlah Uang
Beredar (X2), Pasar Uang Aantar Bank (X3)
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Sumber data yang di gunakan dalam penelitian diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Bank Indonesia (BI) di Surabaya,
website www.google.com, dan sumber data yang telah di kumpulkan dari
instansi-instansi diambil berdasarkan data tahunan.
b. Pengumpulan Data
data yang diperoleh dengan membaca buku-buku, jurnal-jurnal ekonomi,
serta tulisan laporan-laporan yang berkaitan dengan pembahasan ini.
di maksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan dalam
penulisan skripsi, data di peroleh dengan mengambil laporan catatan
yang berhubungan dengan maslah yang dibahas pada Badan Pusat
Statistik (BPS) Jawa Timur dan Bank Indonesia(BI).
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Untuk menaksir dan menganalisa pengaruh yang di ajukan dalam
hipotesis beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat inflasi di jawa timur
ini.adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisa
penelitian ini adalah :
Analisis regresi linier berganda dengan asumsi klasik BLUE
(Best,Linier,Unbiassed,Estimator) yang bertujuan untuk menentukan arah
dan kekuatan pengaruh dari masing-masing variabel. Adapun bentuk
persamaan untuk menentukan variabel independent, sehingga dapat di
formulasikan sebagai berikut :
e = Variabel Pengganggu yang merupakan wakil dari semua
faktor lain yang dapat mempengaruhi laju inflasi, namun
tidak dimasukkan dalam model,
i =1,2,3,...n
untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak di
gunakan pembuktian dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas
mengetahui nilai R2 (koefisien nilai determinan), dengan menggunakan
rumus :
R2 =
Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta,
Halaman 326
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
JK Regresi = Jumlah kuadrat regresi
JK Total = Jumlah kuadrat total
Karakteristik utama dari R2 adalah :
a. Tidak mempunyai nilai negative
b. Nilainya berkisar antara 0 dan 1 atau 0 R2 1
3.4.2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji koefisien regresi yang
mempunyai pengaruh pada variabel (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat
(Y) maka sebelumnya perlu dilakukan uji R2 yaitu untuk mengetahui
apakah model analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian
Tujuan dari uji R2 yaitu mengetahui model analisis tersebut cukup layak
digunakan dalam penelitian sehingga perlu mengetahui nilai adjusted R2
atau koefisien nilai determinasi menggunakan rumus : (Nachrowi dan
Usman,2005:20)
R2 =
( Gujarati, 1999 : 36 )
Dimana :
R2 = Koefisien Determinan
JK regresi = Jumlah Kuadrat regresi ( b1 ∑ Y 1 X1 + b2 ∑ Y 2 X2 +....+bn ∑
YnXn)
JK total = Jumlah Kuadran Total ( ∑ Yi [ ∑Y ]2n
Karateristik utama dari R2 adalah :
a. Tidak mempunyai nilai negatif, merupakan rasio dari jumlah
kuadrat.
b. Nilai berkisar anatara 0 (nol) dan 1( satu ) atau 0 ≤ R2 ≤ 1, yang
Apabila R2 mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X dengan
Y. Sebaliknya, R2 mendekati 1 maka ada hubungan antara variabel X
dengan Y.
Selanjutnya untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh terhadap
variabel terikat, maka melakukan pengujian :
1. Uji F
Uji F digunakan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan
suatu variabel bebas secara bersama-sama variabel tidak bebas.
(Nachr owi, dkk, 2005 : 17) dengan ketentuan sebagi berikut :
• Ho : β1 = β2 = β3 = 0, Artinya
Variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)
• H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0,
Adanya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
• Menentukan level of signifikan sebesar 5%
• Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan variabel
dengan rumus sebagai berikut : ( Soelistyo, 2001: 325 )
Fhitung = =
Keterangan :
KT Regresi = Kuadrat Tegah Regresi (Means of Square = MS)
KT Galat = Kuadrat tegah residual (Standart Eror)
n = Jumlah Sampel / Pengamat
k = Jumlah variabel bebas / Parameter regresi
Kaidah Pengujian :
a. Jika hasil perhitungan Fhitung ≥ F tabel , maka hipotesis nol (H0)
dan Ha diterima artinya ada pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas.
b. Jika hasil perhitungan Fhitung ≤ Ftabel , maka hipotesis nol (H0)
diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
Gambar 5 :Daerah Krisis H,melalui Kurva Distribusi F
F (α)
Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 326
2. Uji t
Untuk pengujian hipotesis pengaruh parsial variabel pengeluaran pemerintah
(X1),jumlah uang beredar (X2),pasar uang antar bank (X3) terhadap tingkat
inflasi (Y) maka digunakan uji t dengan sebagai berikut :
• H0 : βi = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh variabel berikut)
• H1 : βi ≠ 0 (variabel bebas ada pengaruh pada variabel terikat)
Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
t hitung = β1 (Nachrowi dan Usman2005:19)
Se ( βi )
Dimana : β1 = Koefisien Regresi
Se = Standart Error
n = Jumlah sampel
k = Jumlah parameter
Gambar 6 : Kurva Distribusi t
Sumber : Soelistyo,2001, Dasar – Dasar Ekonometrika, BPFE,
Yogyakarta:326.
Parameter yang digunakan adalah memperbandingkan t hitung dan t tabel yang
diperoleh dari hasil perhitungan dengan program komputer. Apabila t hitung ≤ t
Ho ditolak Ho ditolak
( t α / 2 ; n - k - l ) ( -t α / 2 ; n – k - l )
Ho
tabel, maka H0 diterima dan hipotesis alternatif ditolak atau model yang
digunakan kurang baik, artinya variabel bebas tidak signifikan dalam
mempengaruhi variabel tidak bebas. Sebaliknya, jika t hitung ≥ t tabel maka
hipotesis nol ( H0 ) ditolak dan hipotesis alternatif diterima, artinya variabel
bebas signifikan dalam mempengaruhi variabel tidak bebas.
3.5. Pendekatan Regresi Linier Berganda dengan Asumsi BLUE
Persamaan regresi harus bersifat BLUE, artinya pengambilan melalui uji F
dan uji t tidak boleh bias. Tetapi untuk melaksanakan operasional regresi linier
tersebut dilakukan tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dan tidak boleh
dilanggar, yaitu:
• . Tidak boleh aoutokorelasi
• Tidak terjadi multikorelasi
• Tidak terjadi heterokedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan
yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (best linier unbiaset estimator) sehingga
1. Autokorelasi
Istilah autokorelasi didefiisikan sebagai korelasi antara data observasi yang
diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil
pada waktu tertentu (data cross sectional). Jadi, dalam model regresi linier
diasumsikan tidak terdapat gejala aotukorelasi. Artinya, nilai residual (Y
observasi - Y prediksi) pada waktu tertentu ke-t (e1) tidak boleh ada hubungan
dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1). (Soelistyo, 2001:332)
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini :
Gambar 7: Kur va Durbin-Watson
Sumber : Gujarati, Damodar, 2010, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta,
Halaman 216.
Adanya autokorelasi didasarkan atas :
• Daerah A: Durbin Waston < Du, tolak Ho autokorelasi positif.
• Daerah C : dL < Durbin Waston < dU, terima Ho, non autokorelasi.
• Daerah D : 4- Du < Durbin Waston< 4 -dU, ragu-ragu.
• Daerah E : Durbing Waston< 4-dL, tolak Ho autokorelasi negatif.
2. Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas di lakukan untuk melihat apakah ada keslahan
penggangu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut
dilambangkan sebagai :
E(Ui2)=o2
Dimana :
O= varian
I= 1,2,3,...n
Apabila terdapat varian yang sama maka asumsi heteroskedastisitas
(penyebaran yang sama) di terima.
3. Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan di,mana satu atau lebih variabel
independent terdapat korelassi atau hubungan dengan variabel independent
lainnya, dengan kata lain satu atau lebih variabelnya merupakan satu funsi
linier dan variabel independent yang lain. Untuk mempermudah dalam
melakukan pengujian maka terlebih dahulu di lakukan uji korelasi. Uji korelasi
ini di lakuikan untuk melihat hubungan masing-masing variabel independent.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1 Kondisi Geogr afis di J awa Timur
Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48 LS.
Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37 wilayah
Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian
: dataran tinggi (lebih 100 meter di atas permukaan laut), sedang (45-100 meter), dan
rendah (di bawah 45 meter) Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan
Juni 2000 mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki-laki dan
17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 720
jiwa/km2.
Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan
infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:
•Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran rendah serta
daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.
• Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan dan