• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI JAWA TIMUR PERIODE 1997-2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI JAWA TIMUR PERIODE 1997-2011."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

TRI HARDI ANGGARA

0911010054/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INFLASI DI J AWA TIMUR PERIODE 1997-2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J urusan Ekonomi Pembangungan

Oleh :

TRI HARDI ANGGARA

0911010054/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

(3)

Yang diajukan TRI HARDI ANGGARA

0911010054

Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh

Pembimbing Utama

DR. SRIMULJ ANINGSIH, SE, MP Tanggal : ……….

NIP. 195706031989032001

Mengetahui

A/N Dekan Fakultas Ekonomi Wakil Dekan I

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI J AWA TIMUR PERIODE 1997-2011

Yang diajukan

TRI HARDI ANGGARA 0911010054

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

DR. SRIMULJ ANINGSIH, SE, MP Tanggal : ……….

NIP. 195706031989032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

(5)

Yang diajukan

TRI HARDI ANGGARA 0911010054

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

DR. SRIMULJ ANINGSIH, SE, MP Tanggal : ……….

NIP. 195706031989032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

(7)

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI

J AWA TIMUR PERIODE 1997-2011”.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi

persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada

jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan

dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti dengan kerendahan hati

yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang

terhormat dosen pembimbing Ibu Dr. Sri muljaningsih, SE, MP yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dan terima kasih kepada banyak pihak, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan

(8)

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih,MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Titiek Nurhidayati selaku dosen wali yang telah mengarahkan

dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan

ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan

dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Terucap hormat khusus kepada kedua orangtuaku yang senantiasa

memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak

terhingga.

7. Terimakasih kepada para teman-teman saya angkatan 2009 khususnya yang

telah memberi semangat dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan

(9)

memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untukpenelitian

selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, September 2013

(10)

Kata Pengantar ... i

2.2.1.1. Penggolongan Inflasi ... 12

2.2.1.2. Penyebab Timbulnya Inflasi ... 15

2.2.1.3. Teori-toeri Inflasi ... 16

2.2.1.4. Efek-Efek Inflasi ... 18

2.2.1.5. Cara Mencegah Inflasi ... 19

(11)

di Indonesia ... 22

2.2.2. Pengertian Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.2.2.1. Ada 2 pengeluaran pemerintah ... 24

2.2.2.2. Pengeluaran pemerintah di bagi dua kelompok ... 26

2.2.2.3. Hubungan pengeluaran pemerintah dengan inflasi ... 26

2.2.3. Jumlah Uang Beredar ... 27

2.2.3.1. Uang inti merupakan besaran penting yang berfungsi sebagai indikator bagi kebijakan moneter terhadap perekonomian. ... 28

2.2.3.2. Ada 3 konsep dalam menghitung besarnya uang inti ... 29

2.2.3.3. Ada 3 macam sistem perbankan dengan cadangan sebagian ... 29

2.2.3.4. Hubungan variabel jumlah uang beredar dengan inflasi... 30

2.2.4. Pasar uang ... 30

2.2.4.1. Pelaku-pelaku utama dalam pasar uang ... 31

2.2.4.2. Instrumen Pasar Uang di Indonesia ... 31

2.2.4.3. Fungsi Pasar Uang ... 33

2.2.4.4. Ada beberapa indikator pasar uang ... 33

(12)

Antar Bank... 34

2.2.4.7. Hubungan variabel pasar uang antar bank PUAB dengan inflasi ... 35

2.3. Kerangka Pikir ... 35

2.4. Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi oprasional dan Pengukuran variabel ... 39

3.2. Teori Penentuan Sampel... ... 41

3.3. Teknik Penentuan Data ... 41

3.3.1. Jenis Data ... 41

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 42

3.4.1. Teknik Analisis... 42

3.4.2. Uji Hipotesis ... 44

3.5. Pendekatan Regresi Linier Berganda dengan Asumsi BLUE 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 52

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur ... 52

4.1.2. Kondisi Perkembangan Inflasi di Jawa Timur ... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

4.2.1. Perkembangan Tingkat Inflasi ... 55

(13)

(BLUE/Best Linier Unbiased Estimator) ... 60

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 64

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ... 65

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 67

4.3.4. Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 74

(14)

Oleh :

TRI HARDI ANGGARA Abstraksi

Stabilitas ekonomi adalah merupakan salah satu asas pembangunan ekonomi sebagaimana di tetapkan dalam trilogi pembangunan karena merupakan prasyarat yang penting bagi kelancaran serta berhasilnya pembangunan ekonomi,khususnya dalam menciptakan iklim ekonomi yang mampu meningkatkan gairah masyarakat untuk mendorong kegiatan investasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis faktor-faktor inflasi di Jawa Timur, dan juga untuk mengetahui variabel bebas mana yang berpengaruh paling dominan terhadap inflasi di Jawa Timur. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1997 sampai dengan 2011. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan variabel yang digunakan adalah Pengeluaran Pemerintah (X1), Jumlah Uang Beredar (X2), Tingkat

Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (X3), Dan Inflasi Di Jawa Timur (Y) sebagai

variabel terikatnya.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah (X1),

Jumlah Uang Beredar (X2), Tingkat Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (X3) secara

simultan berpengaruh signifikan Inflasi Jawa Timur (Y). Ditunjukkan dengan Fhitung

= 12,229 > Ftabel = 3,59. Sedangkan secara parsial, variabel Pengeluaran Pemerintah

(X1) dan Jumlah Uang Beredar (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Inflasi Di

Jawa Timur (Y). Sedangkan Tingkat Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (X3)

berpengaruh signifikan terhadap Inflasi Di Jawa Timur (Y), karena apabila tingkat suku bunga Pasar Uang antar Bank turun, maka jumlah nasabah akan turun,memilih untuk membelanjakan uangnya dari pada untuk menabung sehingga Pengeluaran Pemerintah di masyarakat akan meningkat dan menyebabkan inflasi

(15)

1.1 Latar Belakang

Stabilitas ekonomi adalah merupakan salah satu asas pembangunan

ekonomi sebagaimana di tetapkan dalam trilogi pembangunan karena merupakan

prasyarat yang penting bagi kelancaran serta berhasilnya pembangunan

ekonomi,khususnya dalam menciptakan iklim ekonomi yang mampu

meningkatkan gairah masyarakat untuk mendorong kegiatan investasi.

Sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan demokrasi ekonomi

dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945, maka berkesinambungan dan

peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan,

perlu senantiasa di pelihara serta di tumbuh kembangkan dengan baik.Dalam

mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih

banyak memperhatikan keserasian,keselarasan,serta keseimbangan pada

unsur-unsur pemerataan pembangunan,pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional

yang sehat dan dinamis.(Harijanto,1999: 1)

Inflasi merupakan masalah ekonomi makro yang banyak di hadapi oleh

semua negara,baik negara-negara yang sedang berkembang.Secara ringkas inflasi

(16)

dan terus-menerus dalam satu periode kenaikan harga dari satu atau dua barang

tidak dapat disebut inflasi juga harga-harga yang dapat disebabkan musim;misal

harga menjelang hari-hari besar yang tidak mempunyai pengaruh lanjutan,tidak

disebut sebagai masalah ekonomi dan tidak memerlukan kebijakan khusus untuk

menanggulanginya. (Boediono,2001: 161)

Perkembangan inflasi di Jawa Timur selama tahun 2001-2007 menunjukkan

pola dan arah yang relatif sama dengan inflasi nasional. Pada tahun 2001 laju

inflasi di Jawa Timur yang di lihat dari indikator indeks harga konsumen (IHK)

sebesar 14,13% lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 12,55% pada saat

itu secara keseluruhan, lelang SBI tercatat menyerap dana sebesar Rp. 65,74

triliyun. Menunjukkan moneter Indonesia masih relatif tinggi. Kondisi ini akan

berdampak positif terhadap uang beredar yang pasda akhirnya dapat menekan laju

inflasi.

Pada tahun 2002 laju inflasi Jawa Timur turun sebesar -29,02% dan berada

level 10,03% setingkat dengan inflasi nasional yaitu 10,03%. Di tahun 2003 di

lihat dari indikator indeks harga konsumen (IHK) laju inflasi Jawa Timur

mengalami penurunan secara signifikan 4,79% lebih rendah di banding inflasi

nasional sebesar 10,93%. Pada tahun 2004 laju Inflasi di Jawa Timur meningkat

0,27%, yakni sebesar 6,06% setingkat apabila di bandingkan dengan infalsi

(17)

Pada tahun 2005 inflasi di Jawa Timur di lihat dari indikator indeks harga

konsumen (IHK) meningkat kembali menjadi 1,33% dari tahun sebelumnya dan

lebih tinggi di banding inflasi nasional. Peningkatan inflasi pada tahun ini

didorong oleh kenaikan harga BBM oleh pemerintah pada bulan oktober 2005

yang merupakan kedua kalinya setelah kenaikkkan BBM pada bulan maret 2005

sehingga kenaikkan BBM tersebut diikuti oleh peningkatan harga-harga komoditi

lainnya. Di tahun 2006 laju inflasi turun -0,52% dari tahun sebelumnya yang

berada pada tingkat 6,71%. Secara umum inflasi di Jawa Timur dipengruhi oleh

kenaikkan harga minyak. Pada tahun 2007 inflasi di Jawa Timur menurun sebesar

-0,86%,pada periode ini stabilitas harga di Jawa Timur tetap terjaga dengan

tingkat inflasi yang lebih rendah dibanding dengan inflasi nasional.

Menurut Bank Indonesia (Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur)

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dalam tahun 2002 tumbuh sebesar 3,14%

sedikit lebih tinggi di banding tahun 2001 sebesar 3,33% dan tahun 2000 3,26%

sedangkan dalam tahun 2003 sebesar 4,11%,pada tahun 2004 pertumbuhan

ekonomi Jawa Timur tumbuh sebesar 5,44%. Kegiatan investasi menunjukkan

perkembnagan yang cukup menggembirakan mesk kegiatan konsumsi masih

menjadi acuan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Kondisi perekonomian Jawa

Timur pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,98%,pertumbuhan

tersebut di dorong oleh percepatan pertumbuhan di beberapa sektor seperti

(18)

industri tumbuh sebesar 4,14% meningkat di banding tahun 2003 yang tumbuh

sebesar 2,81%.

Di lihat dari perkembangan harga-harga berbagai komoditas di Jawa Timur

pada bulan April 2009 secara umum menunjukkan adanya penurunan.Berdasarkan

hasil pemantaun BPS di 10 kota Jawa Timur, pada bulan April 2009 Jawa Timur

menunjukkan deflasi 0,47% ataui penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK)

DARI 113,89 pada bulan Maret 2009 menjadi 113,35 pada bulan April 2009.

Kondisi ini terlihat lebih berbeda di bandingkan bulan yang sama tahun 2007 dan

2008 yang menglami inflasi 0,88% dan 0,35%. Bulan April 2009 Jawa Timur

mengalami inflasi 0,61% ,sedangkan nasional baru 0,04%. (Anonim,2009:1)

Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari Anggaran Belanja Negara,akan

tetapi tidak seluruh pengeluaran Anggaran Pendapatan Belanja Negara merupakan

pengeluaran pemerintah. (Boediono,2001:36). Pengeluaran pemerintah itu sendiri

meliputi belanja pegawai dan belanja rutin pengeluaran pemerintah setiap

tahunnya dapat berubah sesuai alokasi kebutuhan yang dialokasikan untuk

kegiatan pemerintah yang sedang di jalankan oleh pemerintah.

Hal ini bisa di lihat dari pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai

berdasarkan data yang tercantum di Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur,

Realisasi tahun 2005 sebesar Rp.54.254.200.000.Sedangkan, tahun 2006

Rp.73.252.300.000 atau meningkat 35% dari belanja pegawai sebelumnya.

(19)

lalu di APBN Realisasi tahun 2008 pun terus meningkat menjadi

Rp.112.829.900.000 atau 25% dari tahun sebelumnya (Taufik A,2010:2)

Jumlah uang beredar (money supply) di Indonesia di definisikan sebagai

tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara

uang kartal dan uang giral (Gunawan ,2001;61)

Sedangkan Jumlah uang beredar yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik

(BPS) Jawa Timur tahun 2004 dalah sebesar Rp.1,033.53 milyar ,jumlah uang

beredar mengalami kenaikan pada tahun 2005 adalah Rp.1,203.22 milyar atau

mengalami kenaikan dari tahun seblumnya 16,4% julah uang beredar kembali

mengalami kenaikan pada tahun 2006 sebesar Rp.1,382.07 milyar ,yang

mengalami kenaikan sebesar 14,9% dari tahun 2005. (Oktavia, 2005: 6)

Pasar Uang merupakan pasar yang memperjualbeliakn surat-surat berharga

jangka pendek. Jangka waktu surat berharga yang diperjualbelikan biasanya

kurang dari satu tahun. Pasar Uang dalam melakukan jual beli menggunakan

sarana telekomunikasi,sering juga disebut juga pasar abstrak karena pelaksanaan

jual beli tidak tidak dilakukan di suatu tempat tertentu. (Martono, 2002:197)

Pasar Uang mempunyai ciri-ciri jangka waktu dana yang pendek, tidak

terikat pada tempat tertentu, pada umumnya supply dan demand bertemu secara

langsung dan tidak perlu guarantor underwriter . Pasar uang dan pasar modal

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Pada penelitian ini,perumusan masalah yang akan di bahas adalah:

1.Apakah Pengeluaran Pemerintah,Jumlah Uang Beredar,Pasar Uang

Antar Bank (PUAB) berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Jawa

Timur periode 1997-2011?

2.Dari variabel-variabel tersebut manakah yang paling berpengaruh atau

paling dominan terhadap inflasi di Jawa Timur periode 1997-2011?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah,Jumlah Uang

Beredar, Pasar Uang Antar Bank (PUAB) terhadap tingkat inflasi di

Jawa Timur.

2.Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dan berpengaruh

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1.Menambah dan memperluas ilmu pendidikan yang berhubungan dengan

inflasi.

2.Sebagai sumbangan bagi khasanah ilmu pendidikan serta di gunakn

acuan bagi peneliti selanjutnya,khususnya tentang inflasi di Indonesia.

3.Sebagai acuan pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

(22)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh pihak lain yang dapat di pakai

sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan Analisis

Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Jawa Timur antara lain :

a. Nur Ir ma Sari (2011) judul penelitian “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Inflasi Di Jawa Timur” variabel terikat (Y) adalah inflasi,sedangakan variabel

bebas meliputi Jumlah Uang Beredar (X1), tingkat suku bunga Bank Indonesia

(X2), Pengangguran (X3), Kurs Valuta Asing (X4). Berdasarka hasil uji t

menunjukkan variabel jumlah uang yang beredar,suku bunga sertifikat Bank

Indonesia berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Jawa Timur,sedangkan

variabel pengangguran,kurs valuta asing berpengaruh tidak signifikan terhadap

inflasi di Jawa Timur. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan ke empat variabel

Jumlah Uang Beredar,tingkat suku bunga Bank Indonesia,pengangguran,kurs

valuta asing berpengaruh terhadap inflasi di Jawa Timur. Kesimpulan bahwa

variabel paling berpengaruh terhadap Inflasi di Jawa Timur adaalh suku bunga

sertifikat Bank Indonesia,probabilitas suku bunga sertifikat Bank Indonesia lebih

(23)

b. Fery Andrianus,Amelia niko(2006) judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia” variabel terikat (Y) adalah inflasi

,sedangakan variabel bebas adalah Jumlah Uang Beredar (X1), Produk domestik

bruto (PDB) (X2) , Nilai Tukar (X3), Tingkat Suku Bunga (X4). Dari uji parsial

pada tingkat kepercayaan 95% variabel jumlah uang yang beredar,PDB, dan

nilai tukar tidak signifikan berpengaruh terhadap inflasi, sedangakn tingkat suku

bunga memeiliki hubungan positif secara signifikan terhadap inflasi terhadap

nilai t hitung lebih besar di banding t tabel.bahwa pengaruh tingkat suku bunga

ternyata lebih dominan mempengaruhi inflasi di Indonesia di bandingkan

dengan nilai tukar,karena baik dalam jangka pendek ataupun jangaka panjang

variabel tersebut tetap mempengaruhi inflasi sedangakn nilai tukar hanya

berpenaruh dalam jangak pendek saja.

c. Wisda nugroho,Maruto umar basuki(2012) judul penelitian “Analiisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Indonesia”. Variabel terikat (Y)

adalah inflasi,sedangakan variabel bebas adalah Produk Domestik Bruto (PDB)

(X1), suku bunga Bank Indonesia (X2), jumlah uang beredar (X3), Kurs (X4),

Dari hasil pengolahan data menggunakan model regresi nilai variabel Produk

Domestik Bruto (PDB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel (Y)

inflasi, nilai variabel suku bunga Bank Indonesia berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel (Y) inflasi, nilai variabel Jumlah Uang Beredar

(24)

sedangakan variabel kurs berpengaruh secara positif dan tidak signifikan

terhadap variabel (Y) inflasi.

d. Adrianus (2005) jurnal dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi laju

inflasi di Indonesia” dengaan variabel terikat adalah (Y) inflasi, sedangkan

variabel bebas adalah tingkat suku bunga (X1), Jumlah Uang Beredar (X2),

Kurs valas (X3), berdasarka hasil penelitian uji F , Hal ini berarti simultan ketiga

variabel bebas berpengaruh terhadap laju inflasi, sedangakn berdasarkan hasil

uji t berdasarkan dari tingkat suku bunga menunjukkan bahwa tingakt suku

bunga mempunyai pengaruh terhadap inflasi. Karena jika pengeluaran

pemerintah naik makia inflasi akan ikut meningkat. Untuk jumlah uang beredar

menunjukkan jumlah uang beredar berpengaruh secara negatif terhadap laju

inflasi. Maka jumlah uang beredar naik turun tidak banyak mempengaruhi

inflasi,sedangakan untuk kurs valas berpengaruh secara negatif terhadap laju

inflasi karena naik turun kurs valas tidak banyak mempenagruhi inflasi.

Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian

sebelumnya,perbedaan penelitian terletak pada kurun waktu,ruang lingkup,tempat

penelitian dan jumlah variabel yang di gunakan untuk penelitian. Berdasarkan

penelitian terdahulu seperti yang telah di sebutkan di atas,yang juga merupakan

dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Inflasi Di Jawa Timur Periode1997-2011”, dengan variabel terikat

(25)

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Pengeluaran pemerintah (X1),Jumlah

Uang Beredar (X2),Pasar Uang Antar Bank (PUAB) (X3)

2.2. Landasan Teori

Pengertian teori atau tinjauan pustaka ini di maksudkan untuk mengetahui

dan menemukan dasar-dasar teoritis guna membantu memecahkan

permasalahan.

2.2.1. Pengertian Inflasi

Pengertian Inflasi ini adalah kenaikan harga-harga umum barang-barang

secara terus-menerus.

Definisi inflasi menurut beberapa ahli ekonomi pada dasarnya sama

dengan ulasan-ulasan yang beda yaitu antara lain:

1) Menurut Nopirin (2000:28-90) inflasi adalah terjadinya kenaikan

total dan biaya produksi.

2) Menurut Lipsey (2004:245) inflasi adalah kenaiikan tingkat harga

yang berlangsung secara berkepanjangan dan terjadi secara

sekaligus.

3) Menurut Sukirno (2001:15) inflasi adalah proses kenaikan

harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.

4) Menurut Boediono (2001:161) inflasi adalah kenaikan harga

(26)

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa inflasi adalah

adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat yang berarti mungkin

saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik di bandingkan

dengan sebelumnya.

2.2.1.1. Penggolongan Inflasi

Berdasarkan kepada tingkat kelajuan harga-harga yang berlaku inflasi

dapat di bedakan menjadi 3 golongan dan mana yang kita pilih tergantung

pada apda tujuan kita.(Munir 2007:5)

a) Penggolongan pertama parah tidaknya inflasi, ada beberapa macam

inflasi:

1. Inflasi ringan apabila tingkat inflasi besarnya kurang dari10%

pertahun.

2. Inflasi sedang,apabila tingkat inflasi besranya sampai 10% - 30%

pertahun.

3. Inflasi berat,apabila tingkat inflasi besarnya 30% sampai 100%

pertahun.

4. Hiper inflasi,apabila tingkat inflasi besarnya di atas 100% pertahun.

b) Penggolongan inflasi berdasarkan atas penyebabnya.

1. Inflasi permintaan agregat (Demand Full Inflation) adaalah inflasi

yang terjadi karena kenaikan permintaan agregat barang-barang

(27)

Gambar 1: Terjadinya Demand Full Inflation

Sumber : Nopirin,2000 Pengantar Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 29.

Keterangan :

Bermula dari harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total

dari AD1 ke AD2, menyebabkan ada sebagian permitaan yang tidak

dapat di penuhi oleh permintaan yang ada.Akibatnya, harga naik

menjadi P2, dan output naik menjadi QFE, kenaikan AD2 selanjutnya

menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedangkan output

tetap pada QFE. Kenaikan harga ini terjadi sebab adanya Inflationary

gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang

permintaan total terus naik (misalnya menjadi AD2).

(28)

2. Inflasi penawaran agregat (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang

terjadi karena penurunan penawaran agregat akibat kenaikan

produksi.

Gambar 2: Terjadinya Cost Push Inflation

Sumber : Nopirirn, 2000, Pengantar Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta Halaman 31.

Keterangan :

Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi di

sebakan baik karrena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat

(29)

Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi

AS3 harga naik dan produksi turun menjadi Q2.

Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas.

Proses kenaikan harga ini (yang sering juga dibarengi turunnya

produksi) disebut dengan Cost Push Inflation.

c) Berdasarkan asalnya inflasi dapat di golongkan sebagai berikut:

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul,misalnya karena defisit

anggaran belanja yang di biayai dengan pencetakkan uang

baru,panen yang gagal.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)

Inflasi yang timbul karena harga-harga barang dari luar negeri

2.2.1.2. Penyebab Timbulnya Inflasi

Ada 3 bentuk timbulmya inflasi :

1. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang

dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat

pendapatan yang tinggi,dan selanjutnya menimbulakn pengeluaran

yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa,

(30)

2. Inflasi Desakan Biaya

Inflasi ini terutama berlaku untuk masa perekonomian berkembang

dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah.

Apabila perushaan-perusahaan masih menghadapi pemintaan yang

bertambah,mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara

memberikan gaji dan upah yanmglebih tinggi kepada pekerjanya dan

mencari pekerja baru dengan tawran yang lebih tinggi.

3. Inflasi Impor

Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor mengalami

kenaikan hanya mempunyai peran yang penting dalam kegiatan

pengeluaran perusahaan-perusahaan salah satu contoh yang nyata

dalam hal ini adalah efek kenaikan harga miunyak dalam tahun

1970an. Kepada perekonomian negara barat dan negara pengimpor

minyak lainnya.

2.2.1.3. Teori-toeri Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai

inflasi,masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dan bukan teori inflasi yang lengkap

yang mencakup semua aspek penting dari proses inflasi atau kenaikan harga

(31)

Teori inflasi di bedakan menjadi :

1) Teori Kuantitas

Jumlah uang yang beredar merupakan pendorong utama terjadinya

inflasi baik uang kartal maupun uang giral. Ada beberapa sebab

terjadinya Jumlah Uang Beredar,diantaranya terjadinyadefisit anggaran

pemerintah yang dibiayai dari mencetak uang. Semakin besra defisit

anggaran pemerintah yang di biayai dari anggaran mencetak uang,maka

inflasi yang terjadi semakiun parah. (Suparmoko,2002: 135)

2) Teori Keynes

Penmerintah yang telah di jlaskan pada inflasi menurut teori

kuantitas,pemerintah dapat menyebabkan inflasi apabila defisit anggaran

pemerintah di biayai dengan cara mencetak uang baru. Akan semakin

memperparah terjadinya inflasi. Pemerintah ingin memperoleh bagian

yang lebih besar dari output masyarakat dengan cara menjalankan defisit

anggaran yang dilakukan dengan meningkatkan anggaran pengeluaran

pemerintah.(Suparmoko 2002 : 136)

3) Teori Strukturialis

Teori ini penekanannya pada aspek institusional. Teori ini bersifat jangka

panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kelakuan

struktur ekonomi, khususnya ketegaran supply bahan makanan dan

barang-barang ekspor. Karena adanya sebab-sebab struktural

(32)

dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan bahan

makanan dan kalangan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan

harga-harga lain sehingga terjadi inflasi semacam itu tidak dapat di

obati dengan misal mengurangi jumlah uang beredar tetapi harus

dengan perbaikan sektor bahan makanan oleh ekspor. (Boediono,2000 :

170)

2.2.1.4. Efek-Efek Inflasi

Efek inflasi dalam hal ini dapat mempengaruhi beberapa faktor-faktor

antara lain :

1) Efek Terhadap Pendapatan (equality effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata,ada yang di rugikan

tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi,dengan demikian

dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian

pendapatan dan kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah merupakan

pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi bagi orang lain.

2) Efek Terhadap Efisiensi (efficiency Effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor produksi. Perubahan ini

dapat terjadi melalui kenaikan permintaan berbagai macam

barang-barang yang dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi

(33)

3) Efek Terhadap Output (Out Effect)

Inflasi dapat menaikkan produksi. Alasannya keadaan inflasi biasa

kenaikkan harga barang mendahului kenaikkan upah sehingga

keuntungan pengusaha naik,namun apabila laju inflasi cukup tinggi

dapat mengakibatkan sebaliknya,yaitu penurunan output. Inflasi dapat di

barengi dengan kenaikkan output,tetapi juga di barengi dengan

penurunan output. (Nopirin,2000:32)

2.2.1.5. Cara Mencegah Inflasi

Cara mencegah terjadinya inflasi tersebut dapat di jelaskan sebagai

berikut :

a. Kebijakan Moneter

Sasaran kebijakan moneter di capai melalui pengaturan jumlah uang

beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral

(demand deposit).uang giral dapat terjadi dengan dua cara,pertama

apabila seseorang memasukkan uang ke bank dalam bentuk giro, kedua

apabila seseorang mendapat pinjaman dari bank tidak di terima kas tetpi

dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya

lebih inflator dari cara yang pertama,sebab yang pertama hanyalah

(34)

b. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran

pemerintah serta perpajakan secara langsung dapat mempengaruhi

permintaan total dan denga demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi

dapat di cegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal

yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah,serta kenaikkan pajak

akan dapat mengurangi permintaan total,sehingga inflasi dapat di

tekan.(Nopirin,2000:34)

2.2.1.6. Peran ITF (Inflation Targeting Framewor k) menanggulangi inflasi

Konsep ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang

ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang

hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Secara eksplisit dinyatakan

bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan

moneter. Pelaksanaan ITF di Indonesia mengikuti prinsip dasar bahwa ITF

adalah framework, bukan rule.

Dengan prinsip ini, kebijakan moneter tidak dilaksanakan secara kaku.

Pelaksanaan kebijakan moneter juga mempertimbangkan sasaran-sasaran

pembangunan yang lebih luas antara lain pertumbuhan ekonomi. Berbeda

dengan prinsip full discretionary, ITF menuntut agar discretionary policy

(35)

Jadi ada beberapa konsep ITF (Inflation Targeting Framework) yaitu:

1. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu

melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator

ekonomi, khususnya prakiraan inflasi.

2. Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan instrumen

Operasi Pasar Terbuka (OPT), Instrumen likuiditas otomatis

(standing facilities), Intervensi di pasar valas, Penetapan giro wajib

minimum (GWM), dan Himbauan moral (moral suassion).

3. Pengendalian moneter diarahkan pula agar perkembangan suku

bunga PUAB berada pada koridor suku bunga yang ditetapkan.

Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian

likuiditas sekaligus untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter

yang ditempuh Bank Indonesia.

2.2.1.7. Keuntungan dari Inflation Targeting Framewor k (ITF)

Pada umumnya negara yang menerapkan ITF memperoleh sejumlah

keuntungan, yaitu:

1. Sukses dalam membantu negara menurunkan inflasi.

2. Kebijakan moneter lebih secara jelas terfokus.

3. Komunikasi, transparansi, dan akuntabilitas secara bersama diperkuat.

4. Membantu dalam menurunkan dan mengarahkan ekspektasi inflasi dan

(36)

5. Membantu dalam menurunkan volatilitas output dalam jangka

menengah.

6. Teruji terhadap kejutan ekonomi yang kurang menguntungkan.

7. Kebijakan moneter relatif fleksibel dalam mengakomodasi kejutan inflasi

temporer yang tidak mengganggu pencapaian sasaran inflasi jangka

menengah, dan Independensi bank sentral dalam melaksanakan

kebijakan moneter diperkuat.

2.2.1.8. Implementasi Kerangka Kerja Inflation Targeting di Indonesia

Walaupun inflasi menjadi tujuan utama dari kebijakan moneter, namun

berbagai kendala struktural seperti kondisi system keuangan dan fiskal yang

masih relative lemah sering kali menyebabkan kebijakan moneter hanya

menjaga keseimbangan antara tujuan inflasi di satu sisi dan stabilitas

keuangan di sisi lain.

Dengan karekteristik seperti itu, menggolongkan kerangka kebijakan

moneter Indonesia saat ini sebagai Inflation Targeting Lite (ITL). Dengan

kendala struktural yang dimiliki Negara dengan kerangka ITL juga dicirikan

oleh masih rendahnya komitmen terhadap pencapaian target inflasi dan

kurang transparannya kebijakan moneter.Dengan melihat sejumlah

kelemahan yang ada dalam kerangka kebijakan moneter tersebut, terdapat

sejumlah alas an perlunya untuk mulai berpindah pada kerangka kebijakan

moneter yang lebih jelas dengan satu patokaan nominal. Pilihannya adalah

(37)

currency board (CBS), dan dolarisasi; atau FFIT. Akan tetapi, pilihan-pilihan

tersebut memiliki banyak kelemahan, satu-satunya pilihan adalah full fledged

inflation targeting.

Fleksibilitas kebijakan moneter diwujudkan dalam bentuk respons

kebijakan moneter yang ditetapkan yang selalu berupaya mengarahkan agar

pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur sasaran

inflasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, konsistensi kebijakan

moneter dapat tetap terjaga dengan baik.

Mengingat salah satu hal penting dalam rangka kebijakan IT adalah

pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat, strategi komunikasi kebijakan

harus dilakukan secara transparan. Hal ini karena besarnya pengaruh

ekspektasi inflasi sebagai penyebab inflasi. Selain pengumuman keputusan

RDG secara regular, penguatan strategi komunikasi dilakukan melalui

laporan kebijkan moneter secara triwulanan. Strategi komunikasi lain yang

lazim dipraktikkan bank-bank sentral yang menerapkan FFIT juga akan

dilakukan. (Pohan Aulia, 2008)

2.2.2. Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Menurut Boediono (2000 : 50), yang dimaksud dengan “pengeluaran

pemerintah di sini adalah mengenai pengertian barang / jasa”. Yang

dimaksudkan ke dalam G hanyalah pembelian barang-barang dan jasa-jasa

merupakan produksi tahun yang bersangkutan.Barang-barang yang di

(38)

merupakan bagian dari G (pemerintah). Hal ini harus di teliti dahulu

pos-posnya dan hanya pos-pos yang bersangkutan pembelian barang (G) adalah

semua pembelian barang / jasa yang dilakuakn oleh pemerintah pusat dan

pemerintah-pemerintah daerah. Pemerintah menggunakan anggaran unhtuk

mengendalikan dan mencatat masalah fiskalnya. Suatu anggaran

menunjukkan rencana pengeluaran dan penerimaan yang akan dilakukan

nantinya dalam satu tahun.

2.2.2.1. Ada 2 pengeluaran pemerintah lainnya diantaranya :

a) Pengeluaran Investasi

Mempelajari bagaimana tingkat pendapatan nasional menyesuaikan

dengan tingkat tetap dari investasi rill di rencanakan, maka kita

asumsikan bahwa perusahaan merencanakan untuk melakukan sejumlah

investasi bisnis dalam jumnlah konstan dalam bentuk pabrik dan mesin

setiap tahunnya dan mereka merencanakan mengadakan kesediaan yang

juga konstan.

b) Pengeluaran pemerintah barang dan jasa

Pemerintah bernaksud untuk membelanjakan dan mencapai jumlah

pembelanjaan hingga jutaan dollar pada barang dan jasa yang produksi

sekarang. Kita akan mengeluarkan asumsi ini dan mempelajari

bagaimana respon pendapatan nasional terhadap perubahan pengeluaran

(39)

Rumus pengeluaran pemerintah :

Y=C+1+G (Suparmoko,2000:48)

Keterangan :

Y= Tingkat pendapatan nasional

C= Pengeluaran konsumsi

I= Investasi perusahaan

G= Pengeluaran pemerintah

Gambar di bawah ini adalah permintaan agregat yang dingunakan sebagain

sumbu vertical dan pendapatan nasional sebagai sumbu horizontal :

Gambar 3 : Pengeluaran Pemerintah

Sumber : Suparmoko, Keuangan Negara: Dalam Teori dan Praktik BPFE,Yogyakarta, 2000, Edisi ke empat, Halaman 49.

G

GO

Y GO

(40)

Keterangan :

Pengeluaran pemerintah dengan simbol G dan sifatnya eksogen, yaitu

tidak merupakan bagian aliran pendapatan nasional, dan tinggi

rendahnya pengeluaran pemerintah itu di tentukan oleh pemerintah jadi

G= Go dan ini di tunjukkan oleh kurva Go Go bahwa pengeluaran

pemerintah tidak di pengaruhi oleh besranya pendapatan nasional.

2.2.2.2. Pengeluaran pemerintah di bagi dua kelompok yaitu :

1) Pengeluaran rutin

Pengeluaran yang di tunjukkan pada kegiatan-kegiatan rutin negara yang

bersifat terus menerus.contohnya adalah membayar gaji dan pensiun

pegawai negeri,belanja barang dll

2) Pengeluaran pembangunan

Pengeluaran pemerintah pada bidang-bidang tertentu yang bertujuan

untuk mengadakan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana

untuk kebutuhan masyarakat.

2.2.2.3. Hubungan pengeluaran pemerintah dengan inflasi

Perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak yang

senmakin meningkat walaupun pajak tidak berubah, dan meningkatnya

penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin

(41)

menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besa,begitu juga

dengan pengeluaran pemerintah semakin besar.

Tetapi apabila keadaan normal tersebut terganggu, misal karena

adanya perang karena itu penerimaan pemerintah dari pajak

2.2.3. J umlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar (Money Supply) di Indonesia didefinisikan seluruh

“uang kartal” dan “uang giral” yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat.

Arti uang kartal adalah uang tunai (yang dikerluarkan oleh bank sentral) yang

beradan di bawah kekuasaan masyarakat (aman) untuk menggunakan.

Sedangkan uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening Koran (giro) yang

dimiliki masyarakat pada bank – bank umum. Saldo ini merupakan bagian dari

“dimiliki yang beredar” karena sewaktu – waktu bisa digunakan oleh pemiliknya

(masyarakat) untuk kebutuhannya. (Boediono, 2000 : 86)

Dibandingkan dengan teori permintaan dan penawaran uang merupakan hal

yang baru berkembang dalam teori moneter. Jumlah uang (emas) bisa turun

apabila dikirim keluar negeri untuk menutupi deficit neraca pembayaran. Dalam

sistem moneter seperti : uang beredar benar – benar ditentukan oleh proses –

proses, sedangkan pemerintah bank sentral ataupun perbankan tidak mempunyai

(42)

Jumlah beredar (JUB) dianggap bisa ditentukan secara langsung oleh

penguasa moneter tanpa mempersoalkan dengan uang inti. Perilaku seperti ini

berlandaskan pada analisis penentuan jumlah uang beredar secara mekanis,

dimana JUB dihubungkan dengan uang inti lewat angka penggandaan ini

ditentukan oleh rasio cadangan perbankan dan rasio antara uang kartal dan uang

giral.

Namun pada kenyataannya bank sentral menentukan besarnya uang inti dan

bank – bank umum menentukan volume kredit dan kekayaan lainnya serta

masyarakat menentukan alokasi kekayaan likuid yang ingin mereka pegang.

Tindakan yang bisa dilakukan oleh bank sentral mempengaruhi besarnya

uang inti yang kemudian akan mempengaruhi angka penggandaan yang

merupakan hasil (bersih netto) dan perilaku masyarakat serta perbankan

menentukan cadangan yang ingin mereka pegang.

2.2.3.1. Uang inti merupakan besaran penting yang ber fungsi sebagai indikator

bagi kebijakan moneter terhadap perekonomian.

a. Pendapatan diatas berdasarkan pada 2 hal yaitu :

1) Adanya teori moneter yang memasukkan uang inti sebagai suatu mata

rantai penghubung antara tindaka – tindakan penguasa moneter dengan

dampak terakhirnya terhadap pendapatan, output dan harga.

2) Uang inti merupakan variabel yang relative lebih bisa dikendalikan

(43)

2.2.3.2 Ada 3 konsep dalam menghitung besarnya uang inti:

a. Source base diperoleh dari Neraca Bank Sentral dan Kas Negara yang

dikonsolidasikan, dimana dalam ini source base terdiri atas :

Aktiva luar negeri

Tagihan rekening Bank Sentral

Rekening pemerintah dan

Rekening – rekening lainnya dalam neraca Bank Sentral

b. Reserve adjustment memperhitungkan pengaruh dari berubahnya cadangan

minimum yang diwajibkan dan perubahan proporsi kekayaan likuid yang

diwajibkan dan perubahan proporsi kekayaan likuid yang dikenai peraturan

tersebut.

c. Monetary base implikasi kebijaksanaannya, dimana penguasa moneter tidak

dapat meramalkan dampak kebijaksanaan moneternya dengan tepat karena

hubungan antara cadangan dan deposit perbankan akan dipengaruhi oleh

harapan mereka tentang apa yang akan dilakukan oleh Bank Sentral.

2.2.3.3. Ada 3 macam sistem perbankan dengan cadangan sebagian :

a) Reserve Ratio adalah bagian dari deposito yang dipertahankan sebagai cadangan.

b) Reserve Banking adalah sebuah sistem perbankan dimana bank hanya

menempatkan sebagian simpanan yang diterimanya sebagai cadangan.

c) Kelebihan cadangan yaitu bank juga dapat mempertahankan cadangan di atas

(44)

2.2.3.4. Hubungan variabel jumlah uang beredar dengan inflasi

Terhadap pada pengaruh sektor pemerintah terhadap jumlah uang beredar

yang melalui anggaran belanja karena pasar uang modal di negara berkembang

belum maju, maka pinjaman pemerintah akan mempengaruhi jumlah uang

beredar mengingat tidak mungkinnya pemerintah menjual surat utang kepada

masyarakat sehingga pencairan / penggunaan dana ini oleh pemerintah akan

menaikkan uang inti yang selanjutnya dapat menaikkan jumlah uang beredar dan

juga dapat menaikkan permintaan serta penawaran uang sehingga berakibat

secara langsung dapat menaikkan inflasi. (Iswardono, 2000 : 15)

2.2.4. Pasar Uang

Pasar Uang (money market) merupakan pasar yang memperjualbelikan

surat-surat berharga jangka pendek. Jangka waktu surat-surat berharga yang

diperjualbelikan biasanya kurang dari satu tahun. Pasar uang sebagai bagian dari

pasar keuangan (Financial Market) berbeda dengan pasar modal (capital

market) pasar modal melakukan jual beli menggunakan sarana yaitu bursa efek,

sedangkan pasar uang dalam melakukan jual beli menggunakan sarana

telekomunikasi. Pasar uang juga sering di sebut pasar abstrak karena

pelaksanaan jual beli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu. (Martono,

(45)

2.2.4.1. Pelaku-pelaku utama dalam pasar uang :

a) Lembaga lembaga keuangan misalnya bank, dana pensiunan, dan perusahaan

asuransi.

b) Perusahaan-perusahaan besar misalnya perusahaan yang sudah go public.

c) Lembaga-lembaga pemerintah misalnya Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat

Bank Indonesia (SBI)

d) Iindividu-individu misalnya rumah tangga membeli Sertifikat Bank Indonesia.

2.2.4.2. Instrumen Pasar Uang di Indonesia:

Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjualbelikan dalam pasar

uang jenisnya cukup bervariasi termasuk surat-surat berharga yang

diterbitkan oleh badan-badan usaha swasta dan negara serta lembaga-lembaga

pemerintah. (Dahlan Siamat 2001:208).

Instrumen pasar uang yang ada di Indonesia :

1. Sertfikat Bank Indonesia (SBI)

Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas

unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang

pada tanggal yang telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jaruh

tempo satu tahun atau kurang.

(46)

Surat - surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara

diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh

BI.

3. Sertifikat Deposito

Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan

dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.

Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya

dapat diperdagangkan. Ciri pokok yang membedakaimya dengan deposito

berjangka terletak pada sifat yang dapat dipindahtangankan atau

diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuli temponya melalui lembaga -

lembaga keuangan lainnya.

4. Commerecial Paper

Promes yang tidak disertai dengan jaminan yang diterbitkan oleh

perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada

investor dalam pasar uang.

5. Call Money

Kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya

untuk jangka waktu pendek.

6. Repurchase Agreement

Transaksijual odi surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa

penjual akan membeli kcmbali surat-surat berharga yang dijual tersebut

(47)

7. Banker's Acceptence

Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit

pada eksportir atau importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk

membeli valuta asing.

2.2.4.3. Fungsi Pasar Uang :

a) Mempermudah masyarakat memperoleh dana – dana jangka pendek

untuk membiayai modal kerja atau keperluan jangka pendek lainnya.

b) Menunjang program pemerataan pendapatan bagi masyarakat.

c) Memberikan kesempatan masyarakat berpatisipasi dalam pembangunan

dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga

Pasar Uang (SBPU).

2.2.4.4. Ada beberapa indikator pasar uang :

• Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (Rp) Tingkat bunga yang dikenakan

oleh bank terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam dana dalam

bentuk rupiah.

• Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (Rp) Jumlah transaksi antar

bank dalam hal pinjam meminjam dalam bentuk rupiah.

• Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (US$) Tingkat bunga yang

dikenakan oleh bank terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam

dana dalam bentuk US$.

• Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (US$) Jumlah transaksi antar

(48)

• J1BOR (Jakarta Interbank Offered) Suku bunga yang ditawarkan untuk

transaksi pinjam meminjam antar bank.

• Suku bunga deposito Rupiah (%/Th) Tingkat bunga yang diberikan para

deposan yang mendepositokan uangnya dalam bentuk Rupiah

• Suku bunga deposito US$ (%/Th) Tingkat bunga yang diberikan para

deposan yang mendepositokan uangnya dalam bentuk US $.

• Nilai Tukar Rupiah (Kurs) harga suatu mata uang terhadap mata uang

lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya

2.2.4.5. Pasar uang antar bank (PUAB)

Pasar uang antar bank adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah

kelebihan dana dari suatu bank kepada bank yang lain, dimana bank yang

menerima dana sedang kalah kliring. kliring adalah sebuah bank yang

kekurangan dana untuk membayar kepada nasabahnya. (Pakarti, 2001 : 20).

2.2.4.6. Ketentuan yang berlaku untuk Pasar Uang Antar Bank

a) Fasilitas diberikan di lembaga kliring kepada bank yang mengalami

kekalahan kliring dan kekurangan likuiditas.

b) Besarnya pinjaman tidak boleh melampaui kekalahan kliring hari itu.

c) Instrumen pinjaman dapat berupa promes.

d) Bila tidak dapat dilunasi selama 7 hari,maka berubah menjadi pinjaman

(49)

2.2.4.7. Hubungan variabel pasar uang antar bank PUAB dengan inflasi

Dana yang digunakan oleh para investor masyarakat untuk menambah alat

produksi (modal) yang diharapakan bisa menghasilakan penerimaan

(tabungan) yang lebih besar dari pada jumlah yang di investasikan. Sehingga

hal ini yang menyebabkan inflasi menjadi naik karena masyarakat atau

investor lebih banyak menginvestasikan ke produktivitas dari pada ke

konsumsi. (Boediono, 2000 : 81).

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Inflasi Di Jawa Timur”. Dalam pembahasan ini variabel yang

mempengaruhi yaitu pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, dan suku

bunga kredit. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar variabel maka dapat

dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :

1. Pengeluaran Pemerintah (X1)

Menurut Boediono (1998 : 50), Yang dimaksud dengan “Pengeluaran

Pemerintah” (i) adalah semua pembelian barang / jasa yang dilakukan oleh

pemerintah pusat dan pemerintah – pemerintah daerah. Satu catatan penting

yang perlu diingat di sini adalah mengenai pengertian “baran / jasa”. Yang

dimaksudkan ke dalam G hanyalah pembelian barang – barang dan jasa – jasa

(50)

– jasa) yang diproduksikan tahun lampau tetapi dibeli oleh pemerintah tahun ini

bukanlah merupakan bagian dari (i pemerintah). Dengan meningkatnya

pengeluaran pemerintah menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat

permintaan akan barang dan jasa juga mengalami pemerintah dan harga barang

dan jasa naik. Sehingga lalu inflasi di Indonesia meningkat.

2. Jumlah Uang Beredar (X2)

Menurut Gunawan (1991 : 61), jumlah uang beredar (Money Supply) di

Indonesia didefinisikan sebagai tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan

dan terbatas pada jumlah antara uang kartal dan uang giral. Dengan

meningkatnya jumlah uang beredar maka akan menyebabkan penawaran uang

mengalami peningkatan dan mengakibatkan nilai uang menurun, sehinnga laju

inflasi di Indonesia ikut meningkat.

3. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) (X3)

Definisi pasar uang antar adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah

kelebihan dana dari suatubank ke bank yang lain, di mana bank yang menerima

dana sedang kalah kliring. Kalah kliring artinya sebuah bank yang kekurangan

dana untuk membayar kepada nasabahnya.(Pakarti, 2001 : 20).

Apabila tingkat suku bunga pasar uang antar bank turun, maka jumlah

(51)

dari pada untuk menabung sehingga jumlah uang beredar di masyarakat akan

meningkat dan menyebabkan laju inflasi semakin tinggi.

Gambar 4 : Kerangka Pikir

Sumber : Peneliti Pengeluaran pemerintah (X1)

Jumlah uang beredar (X2)

Pasar uang antar

bank (PUAB) (X3) tabungan deposito Jumlah nasabah Penawaran uang Permintaan barang

dan jasa

(52)

2.4. Hipotesis

Sesuai dengan perumusan masalah,tujuan penelitian,landasan teori yang

dikemukakan terdahulu, maka dapat ditarik suatu sementara atau hipotesis.

Adapun hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Diduga Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Uang Beredar, Pasar Uang

Antar Bank berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Jawa Timur.

2. Diduga Pasar Uang Antar Bank paling berpengaruh terhadap tingkat

(53)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah mendefinisikan konsep yang akan

dioperasionalkan pada suatu penelitian dalam suatu penelitian dalam bentuk

variabel, baik berdasarkan teori maupun data secara empiris dengan tujuan untuk

menjelaskan dan menerangkan beberapa variabel, baik variabel terikat

(dependent variabel) dan variabel bebas (variabel independent).

Beberapa definisi pengukuran variabel - variabel penelitian operasional

berdasarkan teori dan data secara empiris, dimana variabel-variabel yang ada

menunjukan bahwa terdapat hubungan-hubungan fungsional yang

mendefinisikan ketergantungan variabel terikat pada variabel bebas secara

spesifik. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu :

• Variabel tidak bebas ( dependent variabel) (Y)

Variabel tidak bebas adalah variabel yang perlu dijelaskan (explaned

variabel). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi di

(54)

• Variabel Bebas (independent variabel) (X)

Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan (explanatory

variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengeluaran

Pemerintah (X1),Jumlah Uang Beredar (X2),Pasar Uang Antar Bank (X3).

Adapun defnisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan di dalam

penelitian ini, baik untuk variabel terikat maupun variabel bebasnya antara lain ;

A. Tingkat Inflasi (Y)

Kenaikan harga secara umum sebagai variabel terikat (Y).secara kumulatif

bulanan pengukuran inflasi ini di nyatakan dalam satuan presentase (%) dan data

dari inflasi ini di ambil berdasarkan tahunan.

Variabel bebas atau variabel berdiri sendiri (Independent Variable) yaitu:

B. Pengeluaran Pemerintah (X1)

Semua pengeluaran pemerintah dalam periode tahunan anggaran

tertentu,pengeluaran tersebut tercantum dalam Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN).Yang termasuk pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran

rutin dan pengeluaran pembangunan, pengukuran variabel ini dinyatakan dalam

milyar rupiah.

C. Jumlah Uang Beredar (X2)

Dalam arti sempit (M1) yaitu meliputi seluruh uang kartal dan uang giral yang

tersedia untuk di gunakan oleh masyarakat.Uang kartal dan uang kas atau uang

(55)

di simpan oleh bank-bank umum atau bank sentral tidak termasuk uang

beredar.(Milyar Rp).

D. Pasar Uang Antar Bank (X3)

Pasar Uang antar Bank, adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah kelebihan

dana dari suatu Bank kepada Bank yang lain,dimana Bank yang yang menerima

dana sedang kalah kliring.

3.2. Teori Penentuan Sampel

Penentuan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data time

series yaitu data yang di urutkan berdasarkan urutan waktu,teknik penetuan

sampelnya non random sampling,untuk data yang diambil adalah data tahunan

dalam jangka waktu lima belas tahun yaitu tahun 1997-2011.

3.3. Teknik Penentuan Data

Data merupakan faktor yang terpenting dalam melakukan penelitian sebagai

pelengkap untuk menjamin obyektifitas penyusunan penelitian. Dalam

pengumpulan data yang digunakan penelitian ini dilakukan melalui beberapa

langkah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku, antara lain :

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang di pakai dalam dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis data yang di gunakan adalah data sekunder,yaitu data yang di

kumpulkan dari berbagai instansi yang ada hubungannya dengan

penelitian ini. Sumber data diantaranya di peroleh dari kantor Biro Pusat

(56)

2. Data yang dikumpulkan meliputi :

Inflasi di Jawa Timur (Y), Pengeluaran Pemerintah (X1), Jumlah Uang

Beredar (X2), Pasar Uang Aantar Bank (X3)

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Bank Indonesia (BI) di Surabaya,

website www.google.com, dan sumber data yang telah di kumpulkan dari

instansi-instansi diambil berdasarkan data tahunan.

b. Pengumpulan Data

data yang diperoleh dengan membaca buku-buku, jurnal-jurnal ekonomi,

serta tulisan laporan-laporan yang berkaitan dengan pembahasan ini.

di maksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan dalam

penulisan skripsi, data di peroleh dengan mengambil laporan catatan

yang berhubungan dengan maslah yang dibahas pada Badan Pusat

Statistik (BPS) Jawa Timur dan Bank Indonesia(BI).

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Untuk menaksir dan menganalisa pengaruh yang di ajukan dalam

hipotesis beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat inflasi di jawa timur

(57)

ini.adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisa

penelitian ini adalah :

Analisis regresi linier berganda dengan asumsi klasik BLUE

(Best,Linier,Unbiassed,Estimator) yang bertujuan untuk menentukan arah

dan kekuatan pengaruh dari masing-masing variabel. Adapun bentuk

persamaan untuk menentukan variabel independent, sehingga dapat di

formulasikan sebagai berikut :

e = Variabel Pengganggu yang merupakan wakil dari semua

faktor lain yang dapat mempengaruhi laju inflasi, namun

tidak dimasukkan dalam model,

i =1,2,3,...n

untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak di

gunakan pembuktian dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas

(58)

mengetahui nilai R2 (koefisien nilai determinan), dengan menggunakan

rumus :

R2 =

Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta,

Halaman 326

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

JK Regresi = Jumlah kuadrat regresi

JK Total = Jumlah kuadrat total

Karakteristik utama dari R2 adalah :

a. Tidak mempunyai nilai negative

b. Nilainya berkisar antara 0 dan 1 atau 0 R2 1

3.4.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji koefisien regresi yang

mempunyai pengaruh pada variabel (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat

(Y) maka sebelumnya perlu dilakukan uji R2 yaitu untuk mengetahui

apakah model analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian

(59)

Tujuan dari uji R2 yaitu mengetahui model analisis tersebut cukup layak

digunakan dalam penelitian sehingga perlu mengetahui nilai adjusted R2

atau koefisien nilai determinasi menggunakan rumus : (Nachrowi dan

Usman,2005:20)

R2 =

( Gujarati, 1999 : 36 )

Dimana :

R2 = Koefisien Determinan

JK regresi = Jumlah Kuadrat regresi ( b1 ∑ Y 1 X1 + b2 ∑ Y 2 X2 +....+bn ∑

YnXn)

JK total = Jumlah Kuadran Total ( ∑ Yi [ ∑Y ]2n

Karateristik utama dari R2 adalah :

a. Tidak mempunyai nilai negatif, merupakan rasio dari jumlah

kuadrat.

b. Nilai berkisar anatara 0 (nol) dan 1( satu ) atau 0 ≤ R2 ≤ 1, yang

(60)

Apabila R2 mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X dengan

Y. Sebaliknya, R2 mendekati 1 maka ada hubungan antara variabel X

dengan Y.

Selanjutnya untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh terhadap

variabel terikat, maka melakukan pengujian :

1. Uji F

Uji F digunakan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan

suatu variabel bebas secara bersama-sama variabel tidak bebas.

(Nachr owi, dkk, 2005 : 17) dengan ketentuan sebagi berikut :

• Ho : β1 = β2 = β3 = 0, Artinya

Variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)

• H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0,

Adanya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)

• Menentukan level of signifikan sebesar 5%

• Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan variabel

dengan rumus sebagai berikut : ( Soelistyo, 2001: 325 )

Fhitung = =

Keterangan :

KT Regresi = Kuadrat Tegah Regresi (Means of Square = MS)

KT Galat = Kuadrat tegah residual (Standart Eror)

(61)

n = Jumlah Sampel / Pengamat

k = Jumlah variabel bebas / Parameter regresi

Kaidah Pengujian :

a. Jika hasil perhitungan Fhitung ≥ F tabel , maka hipotesis nol (H0)

dan Ha diterima artinya ada pengaruh variabel bebas terhadap

variabel tidak bebas.

b. Jika hasil perhitungan Fhitung ≤ Ftabel , maka hipotesis nol (H0)

diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas secara

bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Gambar 5 :Daerah Krisis H,melalui Kurva Distribusi F

F (α)

Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 326

2. Uji t

Untuk pengujian hipotesis pengaruh parsial variabel pengeluaran pemerintah

(X1),jumlah uang beredar (X2),pasar uang antar bank (X3) terhadap tingkat

inflasi (Y) maka digunakan uji t dengan sebagai berikut :

• H0 : βi = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh variabel berikut)

(62)

• H1 : βi ≠ 0 (variabel bebas ada pengaruh pada variabel terikat)

Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

t hitung = β1 (Nachrowi dan Usman2005:19)

Se ( βi )

Dimana : β1 = Koefisien Regresi

Se = Standart Error

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter

Gambar 6 : Kurva Distribusi t

Sumber : Soelistyo,2001, Dasar – Dasar Ekonometrika, BPFE,

Yogyakarta:326.

Parameter yang digunakan adalah memperbandingkan t hitung dan t tabel yang

diperoleh dari hasil perhitungan dengan program komputer. Apabila t hitung ≤ t

Ho ditolak Ho ditolak

( t α / 2 ; n - k - l ) ( -t α / 2 ; n – k - l )

Ho

(63)

tabel, maka H0 diterima dan hipotesis alternatif ditolak atau model yang

digunakan kurang baik, artinya variabel bebas tidak signifikan dalam

mempengaruhi variabel tidak bebas. Sebaliknya, jika t hitung ≥ t tabel maka

hipotesis nol ( H0 ) ditolak dan hipotesis alternatif diterima, artinya variabel

bebas signifikan dalam mempengaruhi variabel tidak bebas.

3.5. Pendekatan Regresi Linier Berganda dengan Asumsi BLUE

Persamaan regresi harus bersifat BLUE, artinya pengambilan melalui uji F

dan uji t tidak boleh bias. Tetapi untuk melaksanakan operasional regresi linier

tersebut dilakukan tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dan tidak boleh

dilanggar, yaitu:

• . Tidak boleh aoutokorelasi

• Tidak terjadi multikorelasi

• Tidak terjadi heterokedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan

yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (best linier unbiaset estimator) sehingga

(64)

1. Autokorelasi

Istilah autokorelasi didefiisikan sebagai korelasi antara data observasi yang

diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil

pada waktu tertentu (data cross sectional). Jadi, dalam model regresi linier

diasumsikan tidak terdapat gejala aotukorelasi. Artinya, nilai residual (Y

observasi - Y prediksi) pada waktu tertentu ke-t (e1) tidak boleh ada hubungan

dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1). (Soelistyo, 2001:332)

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini :

Gambar 7: Kur va Durbin-Watson

Sumber : Gujarati, Damodar, 2010, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta,

Halaman 216.

Adanya autokorelasi didasarkan atas :

• Daerah A: Durbin Waston < Du, tolak Ho autokorelasi positif.

(65)

• Daerah C : dL < Durbin Waston < dU, terima Ho, non autokorelasi.

• Daerah D : 4- Du < Durbin Waston< 4 -dU, ragu-ragu.

• Daerah E : Durbing Waston< 4-dL, tolak Ho autokorelasi negatif.

2. Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas di lakukan untuk melihat apakah ada keslahan

penggangu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut

dilambangkan sebagai :

E(Ui2)=o2

Dimana :

O= varian

I= 1,2,3,...n

Apabila terdapat varian yang sama maka asumsi heteroskedastisitas

(penyebaran yang sama) di terima.

3. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan di,mana satu atau lebih variabel

independent terdapat korelassi atau hubungan dengan variabel independent

lainnya, dengan kata lain satu atau lebih variabelnya merupakan satu funsi

linier dan variabel independent yang lain. Untuk mempermudah dalam

melakukan pengujian maka terlebih dahulu di lakukan uji korelasi. Uji korelasi

ini di lakuikan untuk melihat hubungan masing-masing variabel independent.

(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geogr afis di J awa Timur

Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48 LS.

Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37 wilayah

Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian

: dataran tinggi (lebih 100 meter di atas permukaan laut), sedang (45-100 meter), dan

rendah (di bawah 45 meter) Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan

Juni 2000 mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki-laki dan

17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 720

jiwa/km2.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan

infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:

•Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran rendah serta

daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.

• Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan dan

Gambar

Gambar 1: Terjadinya Demand Full Inflation
Gambar 2: Terjadinya Cost Push Inflation
Gambar 3 : Pengeluaran Pemerintah
Gambar 4 : Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan di RS PKU Muhammadiyah

Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka peneliti mencoba mengangkat beberapa kondisi yang terjadi pada remaja usia sekolah dan menjadi suatu permasalahan.

data tentang proses dan hasil dari analisa ego state pada teks di beranda media sosial facebook dengan komunikasi konseling Islam.. Creswell, Research Design;

Materi pelajaran secara luas dan mendalam Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, sesuai standar isi program satuan pendidikan,

Umpassa bahasa Batak Toba: Kajian Semiotik Budaya :.. Seminar Nasional: Postgraduate Linguistics Study

konsumen pada transaksi jual beli online. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan. tanggungjawab pelaku usaha terhadap konsumen pada transaksi

Pembuatan laporan akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Circuit Breaker dalam memproteksi arus gangguan hubung singkat yang terjadi di Gardu Induk Bungaran.. Arus

Untuk mencapai tujuan ini, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) dapat ikut berperan antara lain dalam meningkatkan daya saing ekonomi melalui: (1) ekonomi berbasis