• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh :

DIAN EKO PRASETYO

0711010020 / FE / EP

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIOANAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Para Rasul-Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul :

“ ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR

BERAS DI INDONESIA ”

Penyusunan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh ujian dan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan segala keterbatasan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala ide dan saran yang bersifat menyempurnakan bagi skripsi ini, peneliti menerima dengan sebaik-baiknya.

(3)

pelaksanaan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusuna skripsi ini.

6. Ayahanda, ibunda, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(4)

rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Agustus 2010

(5)

DAFTAR ISI ………. iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….... 1

1.2. Perumasan Masalah………... 5

1.3. Tujuan Penelitian………... 6

1.4. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……….. 8

2.2. Landasan Teori……… 11

2.2.1. Pengertian Perdagangan... 11

2.2.1.1. Timbulnya Kegiatan Ekonomi Antar Daerah atau Antar Bangsa... 11

2.2.1.2. Teori Perdagangan Internasional Teorema Hecksher – Ohlim(H – O)... 13

2.2.1.3. Teorema H – O Dapat Disimpulkan Sebagai Berikut... 14

2.2.1.4. Manfaat Perdagangan Internasional……... 15

2.2.1.5. Pengertian Permintaan... 16

2.2.1.6. Teori Permintaan…... 16

(6)

2.2.2.2. Industri Substitusi Impor…………... 21

2.2.2.3. Penghambat Impor... 22

2.2.2.4. Tujuan Penghambat Impor... 22

2.2.2.5. Jenis Quota Impor………... 24

2.2.3.Produksi Beras………... 25

2.2.3.1. Pengertian Produksi………... 25

2.2.3.2. Faktor – Faktor Produksi... 25

2.2.3.3 fungsi produksi……… 26

2.2.3.4. kurva Produksi total, Produksi rata-rata, dan produksi marginal... 31

2.2.4. Harga Beras Lokal……... 34

2.2.4.1. Teori Harga………... 34

2.2.4.2. Kebijakan Harga Dasar dan Harga Tertinggi………. 35

2.2.4.3. Perilaku Konsumen Terhadap Harga…….. …………... 37

2.2.4.4. Teori Harag ( Bertil Ohlin Theory ) Heckseher – Ohlin………... 38

2.2.5. Kurs Rupiah Terhadap Dollar………... 40

(7)

Kurs Mata Uang……….. 43

2.2.5.4. Fungsi Pasar Valuta Asing………. 44

2.2.6. Jumlah Penduduk……….. 45

2.2.6.1. Pengertian Jumlah Penduduk……… 45

2.2.6.2. Teori pertumbuhan penduduk ekonomi menurut adam smith……….. 48

2.3. Kerangka Pikir... 50

2.4. Hipotesis... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 54

3.2. Teknik Penentuan Data………... 55

3.3. Jenis Dan Sumber Data…..……….... 55

3.3.1 Jenis Data……….. 55

3.3.2 Sumber Data………. 56

3.4. Teknik Pengumpulan Data...………... 56

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……….…… 57

3.5.1. Teknik Analisi………. 57

3.5.2. Uji Hipotesis……… 59

(8)

4.1.2. Kependudukan... 69

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 70

4.2.1. Perkembangan Impor Beras... 70

4.2.2. Perkembangan produksi beras…... 71

4.2.3. Perkembangan harga beras lokal... 72

4.2.4. Perkembangan Kurs Valuta Asing... 72

4.2.5. Perkembangan Jumlah Penduduk... 73

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimate)... 74

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis……… 78

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan... 79

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial... 81

4.3.4. Pembahasan... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 89

5.2. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Gambar 1 : Kurva Permintaan...……... 22 Gambar 2 : Pergeseran Kurva

Permintaan... 23 Gambar 3 : kurva produksi……... 33 Gambar 4 : Permintaan dan penawaran dengan harga atap

pada musim paceklik………... 36 Gambar 5 : kerangka piker analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi impor beras di Indonesia……….. 52 Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara simultan... 60 Gambar 7 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara parsial…... 62 Gambar 8 : Kurva Durbin-Watson... 65 Gambar 9 : Kurva Statistik Durbin-Watson... 76 Gambar 10 : Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis

Secara Simultan Atau Keseluruhan... 81 Gambar 11 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor

Produksi Beras (X1) Terhadap Impor Beras (Y)... 83 Gambar 12 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor

Harga Beras (X2) Terhadap Impor Beras

(10)

Gambar 14 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Jumlah Penduduk (X4) Terhadap

(11)

Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson...``66 Tabel 2 : Perkembangan Impor Beras Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 70 Tabel 3 : Perkembangan Produksi Beras Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 72 Tabel 4 : Perkembangan Harga Beras Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 59 Tabel 5 : Perkembangan Kurs Valuta Asing

Tahun 1994 – 2008... 73 Tabel 6 : Perkembangan Jumlah Penduduk Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 74 Tabel 7 : Tes Multikoliner... 77 Tabel 8 : Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi

Rank Spearman Korelasi... 77 Tabel 9 : Analisis Varian (ANOVA)... 80

Tabel 10 : Hasil Analisis Variabel Produksi Beras (X1),

Harga Beras (X2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3), Dan Jumlah Penduduk (X4) Terhadap

(12)

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Descriptive Statistics, Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)

Lampiran 3 : Nonparamatic Correlations

Lampiran 4 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai t

(13)

Oleh : Dian Eko Prasetyo

ABSTRAKSI

Pada dasarnya mayoritas penduduk indonesia mengkonsumsi beras untuk kebutuhan pokok sehari-hari maka dari itu kebutuhan beras di indonesia cukup besar. Hal ini dikarenakan penduduk indonesia semakin meningkat pada setiap tahunnya, penduduk di Indonesia yang semakin meningkat pada setiap tahunnya mengakibatkan semakin sempit lahan untuk pertanian yang ada. Sehingga produksi beras di Indonesia semakin menurun. Kemungkinan besar akan terjadi kelangkaan produksi beras yang ada di Indonesia. Apabila produksi beras di Indonesia menurun maka akan terjadi kenaikan pada Harga beras yang berakibat akan kurangnya permintaan beras dalam negeri. Untuk mengatasi hal ini Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengimpor beras dari luar Negeri agar harga beras dalam negeri kembali stabil.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994-2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Produksi Beras (X1), Harga Beras (X2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3), dan Jumlah Penduduk (X4) berpengaruh simultan dan nyata terhadap variabel terikat, yaitu Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Sedangkan pengujian secara parsial variabel Produksi Beras (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Variabel Harga Beras (X2) berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Variabel Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Variabel Jumlah Penduduk (X4) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Dari ke empat variabel tersebut yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel Permintaan Impor Beras Di Jawa Timur (Y) adalah variabel Hrga Beras (X2).

Kata Kunci : Impor Beras Di Indonesia (Y), Produksi Beras (X1), Harga Beras (X2),

(14)

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia

untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Sebagai makluk bernyawa,

tanpa pangan manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidup dan

kehidupanya untuka berkembang biak dan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan

pangan yang cukup merupakan salah satu penentubagi perwujudan ketahanan

pangan nasional. Ketahanan pangan terwujud apabila seluruh penduduk

mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi

kecukupan gizi sesui kebutuhannya agar dapat menjalani kehidupan yang

sehat dan produktif dari hari ke hari. Penghayatan masyarakat Indonesia atas

pentingnya pemantapan ketahanan pangan bagi pembangunan bangsa telah

muncul sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Penghayatan ini

dinyatakan dalam Undang-undang Dasar 1945 yang berisikan amanat untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat, dimana kecukupan pangan menjadi

salah satu pillar utamanya (Suryana, 2003 : 241)

Asia tetap masih mendominasi dalam bidang produksi, konsumsi dan

(15)

9% dari total produksi dunia. Indonesia negara penghasil beras ke tiga terbesar

di dunia, setelah China (30%) dan India (21%). Namun, ke dua negara

terakhir adalah net eksportir beras, berbeda dengan Indonesia yang mejadi

negara net importir beras sejak akhir 1980an. Indonesia terus berusaha

mendorong peningkatan produksi beras dalam negeri dan mengelola stok

beras nasional untuk tujuan emerjensi dan stabilisasi harga. Produksi

beras/padi dalam negeri amat penting untuk menghindari tingginya risiko

ketidakstabilan harga dan suplai beras dari pasar dunia, disamping terkait erat

dengan usaha pengentasan kemiskinan dan pembangunan perdesaan.

Kebijakan peningkatan produksi dan mempertahankan reserve-stock

beras, tetap ditempuh oleh banyak negara Asia, baik negara maju seperti

Jepang dan Korea Selatan, maupun negara berkembang, seperti Filipina dan

Bangladesh. Hal yang sama untuk negara net eksportir seperti Thailand,

Vietnam, India maupun oleh negara net importir seperti Indonesia, Filipina

dan Sri Lanka. Pada tahun 2001, Indonesia berhasil merancang kebijakan

perberasan yang konprehensif, tidak hanya berfokus pada subsidi harga input

atau output. Inilah yang kemudian melahirkan Instruksi Presiden (Inpres)

Perberasan baru, mulai dari Inpres no.9/2001 yang berlaku 1 Januari 2002,

dan terakhir Inpres no.13/2005 yang berlaku 1 Januari 2006. Salah satu

diktum yang diatur disana adalah penetapan impor dan ekspor beras dalam

kerangka menjaga kepentingan petani dan konsumen; serta impor manakala

(16)

bahwa, perlindungan terhadap petani diutamakan. Rasionalnya adalah karena

harga beras murah di pasar dunia tidak merefleksikan tingkat efisiensi, namun

telah terdistorsi oleh berbagai bantuan dan subsidi. (Sawit : 2005)

Hasil penelitian Husein Sawit dan Rusastra (2005) memperlihatkan

bahwa hampir 80% pendapatan petani padi di negeara kaya kelompok OECD

misalnya, berasal dari supor pemerintah. Oleh karena itu, adalah tidak adil

buat petani padi/beras, yang sebagian besar petani sempit untuk bersaing

dalam dunia perdagangan yang amat tidak adil itu. Perlindungan dari serbuan

impor, tidak terkecuali beras dapat ditempuh dengan dua cara yaitu hambatan

TB (tariff barrier) dan hambatan NTB (non tariff barrier). Instrumen yang

paling primitif dalam NTB adalah pelarangan impor atau pelarangan ekspor.

Namun, ada juga yang menempuh kebijakan monopoli dan penetapan kuota

impor untuk mengelola impor/ekspor suatu produk. Hambatan TB dianggap

paling transparan, sehingga semua hambatan NTB wajib dihapus dan

dikonversikan ke dalam TB sesuai dengan ketentuan perdagangan multilateral

World Trade Organization (WTO). Indonesia telah menotifikasikan tarif beras

di WTO sebesar 180% dan diturunkan menjadi 160% untuk 2004, membuka

pasar minimum (minimum market access) sebesar 70 ribu ton/tahun dengan

tingkat tarif dalam kuota (in-quota tariff) 90%.

Surono (2001) mengatakan bahwa berbagai kebijakan dalam usaha

(17)

kepentingan petani. Hal ini terlihat dari : (1) Kebijakan tarif impor beras yang

rendah, sehingga mendorong membanjirnya beras impor yang melebihi

kebutuhan di dalam negeri; (2) Penghapusan subsidi pupuk yang merupakan

sarana produksi strategis dalam usaha tani padi; (3) Pemerintah masih

menggunakan indikator inflasi untuk mengendalikan harga pangan, dengan

menekan harga beras di tingkat perdagangan besar; dan (4) Tekhnologi pasca

panen di tingkat petani sudah jauh tertinggal,sehingga tingkat rendemen dan

kualitas beras yang dihasikan terus menurun.

Aspek lain yang akan terpengaruh oleh perubahan harga beras adalah

tingkat inflasi dan pengeluaran rumah tangga. Sampai saat ini pangsa rata rata

pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi beras mencapai 27,6 persen

(Harianto,2001), Sehingga kenaikan harga beras akan mempengaruhi

konsumsi rumah tangga. Dampak terhadap pengeluaran konsumsi tersebut

akan makin besar, karena terjadinya disparitas harga antar musim dan antar

daerah. Dengan demikian, stabilitas hargs beras di pasar domestik sangat

diperlukan. Stabilisasi harga tersebut tidak hanya ditujukan terhadap

konsumen dan pengendalian inflasi, tetapi juga sebagai pendorong produsen

untuk tetap bergairah menanam padi.

Di Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topik yang sangat

penting. Ketahanan pangan menjadi tambah penting lagi terutama karena saat

(18)

pemerintah harus memperhatikan kelangsungan produksi pangan di dalam

negri demi menjamin ketahanan pangan, namun di pihak lain, Indonesia tidak

bisa menghambat impor pangan dari luar negri. Dalam kata lain, apabila

Indonesia tidak siap, keanggotaan Indonesia di dalam WTO bisa

membuatIndonesia menjadi sangat tergantung pada impor pangan, dan ini

dapat mengancam ketahanan pangan dalam negri (Tambunan 2007 : 174)

Bulog adalah lembaga yang di bentuk oleh pemerintah untuk

mengendalikan stabilitas harga dan penyediaan bahan pokok, terutama pada

tingkat konsumen. Peran bulog tersebut dikembangkan lagi dengan ditambah

mengendalikan harga produsen melalui instrumen harga dasar untuk

melindungi petani padi. Dalam perkembangan selanjutnya, peran bulog tidak

hanya terbatas pada beras saja tetapi juga pada pengendalian harga dan

penyediaan komoditas lain yang dilakukan secara insidentil terutama pada

saat situasi harga meningkat (Saifullah, 2001 : 84)

Reformulasi kebijakan pemberasan nasional diperlukan sejalan dengan

adanya dinamika serta implikasi dari berubahnya lingkungan strategis (baik

global maupun domestik) di satu pihak, peran strategis beras dalam kehidupan

ekonomi, sosial, dan politik di pihak lain berubahnya lingkungan strategis

global terutama berkaitan dengan semakin terbukanya perekonomian nasional

(19)

terutama berhubungan dengan proses desentralisasi dan otonomi daerah

Indonesia masih masih menghadapi masa transisi menuju sistem perdagangan

bebas, dari sistem ekonomi sentralistik menuju sistem ekonomi yang

terdesentralisasi. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia memerlukan waktu

untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian (adjustment) agar mampu

melakukan reformasi ekonomi yang sesuai dengan tujuan ekonomi nasional.

Kebijakan perberasan yang komprehensif telh disusun, dengan diterbitkan

intruksi presiden nomor 9 tahun 2001 tentang penetapan kebijakan perberasan.

Inpres ini mengamanaatkan bahwa kebijakan perberasan tidak hanya terbatas

pada pengaturan harga gabah atau beras tetapi pada pengembangan agribisnis

beras secara menyeluruh (Suryana, 2003 : 296)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah terhadap dollar,

dan jumlah penduduk berbengaruh terhadap impor beras di Indonesia ?

b. Diantara variabel produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah

terhadap dollar, dan jumlah penduduk, manakah yang mempunyai

(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di

kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel produksi beras, harga beras lokal,

kurs rupiah terhadap dollar, danjumlah penduduk, berpengaruh

terhadap impor beras di Indonesia.

b. Untuk mengetahui diantara variabel produksi beras, harga beras lokal,

kurs rupiah terhadap dollar, danjumlah penduduk, manakah yang

mempunyai pengaruh paling dominan terhadap impor beras di

Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat

sebagai berikut:

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu

yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai

(21)

untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”

Jawa Timur.

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau

masukan terhadap impor beras di Indonesia serta sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan perkembangan perekonomi

dalam serta berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan karya ilmiah yang

baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika nantinya

(22)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Menurut Tianti (1999 : VIII), dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Beras di Daerah Tingkat I Jawa

Timur”. Dengan variabel X1 = Jumlah Penduduk, X2 = Pendapatan Perkapita, X3 = Harga Jagung. Hasil yang di dapatkan adalah : bahwa jumlah penduduk, pendapatan perkapita, harga jagung secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap konsumsi beras di Jawa Timur, hal tersebut tampak dengan uji F dimana F hitung > F tabel. Sedangkan secara parsial jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan harga beras berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi beras di Jawa Timur. Karena t hitung dari variabel harga jagung lebih kecil dari t tabel sehingga variabel harga jagung secara parsial tidak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi beras di Jawa Timur.

(23)

Dengan variabel X1 = Harga Beras, X2 = Produksi Beras, X3 = Jumlah Penduduk. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel Harga Beras (X1), Produksi Beras (X2), Jumlah Penduduk (X3), berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). dengan F hitung = 31,915 > F tabel =3,59. Sedangkan dari analisa uji t menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat dengan t hitung (X1) = 1,472, t hitung (X2) = 2,810, t hitung (X3) = 4,134, > t tabel = 2,228

Ariel (2004 : 13), dengan judul penelitian “Analisis faktor-fator yang Mempengaruhi Permintaan Beras Impor di Jawa Timur” Dengan variabel X1 = jumlah penduduk, X2 = Produksi Beras, X3 = Pendapatan Perkapita, X4 = Harga Beras Lokal.hasil yang didapat adalah Jumlah Penduduk, Produksi Beras, Pendapatan Perkapita, dan Harga Beras Lkal secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap permintaan beras impor. Hal ini diketahui F hitung > F tabel, sedangkan secara parsial, jumlah penduduk, produksi beras dan pendapatan perkapita berpengaruh secara berarti terhadap permintaan beras impor. Dari keempat variabel harga beras lokal tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan terhadap permintaan beras impor dimana t hitung < t tabel

(24)

jumlah penduduk,produksi beras, harga dasar gabah dan pendapatan perkapita secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap permintaan beras impor. Hal ini diketahui F hitung > F tabel, sedangkan secara parsial jumlah penduduk, produksi beras, dan pendapatan perkapita berpengaruh secara berarti terhadap permintaan beras impor. Dari keempat variabel harga dasar gabah tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan beras impor dimana t hitung < ttabel.

FX. Agus dkk (2006;134) dengan judul jurnalAnalisis Kelayakan Usahatani Padi Pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten

Bantuldari penelitian tersebutmenunjukkanBahwa hasil analisis keuntungan dari usaha tani padi organik menguntungkan,sehingga layak untuk diusahakan. Nilaikeuntungan yang diperoleh adalah Rp.5.251.602/hektar untuk jangka waktu usahaselama 2 bulan. Keuntungan merupakan selisihantara penerimaan dengan biaya yangdikeluarkan dalam usahatani. Rata-rata hargaberas organik adalah Rp.3.873,-/kg. Sebenarnyakeuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggijika petani langsung menjual kepada konsumen. Dari hasil pengumpulan data diperoleh harga beras organik tertinggi adalah Rp.4.200,-/kg danterendah Rp.3.700,-/kg. Mayoritas petani sampel menjual beras organik kepada kelompok tani, dan kelompok tanilah yang kemudian akan memasarkannya kepada konsumen.

(25)

2.2.1. Pengertian Perdagangan

Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak. (Boediono, 2001 : 10).

Perdagangan Internasional adalah transaksi dagang diantara para subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. (Sobri, 1999 : 2).

Pertukaran bisa memberikan keuntungan kepada semua pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya :

a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen tersebut.

b. Perbedaan dalam jumlah awal dari barang-barang yang dimiliki oleh masing-masing (endowment).

2.2.1.1. Timbulnya Kegiatan Ekonomi Antar Daerah atau Antar Bangsa

Timbulnya hubungan ekonomi antar daerah ataupun antar bangsa disebabkan oleh adanya perbedaan antara permintaan dan penawaran akan sesuatu barang di daerah ataupun di negara satu dengan daerah atau negara lain.

(26)

daerah atau negara lain baik kualitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi itu. Dari segi permintaan disebabkan oleh perbedaan jumlah dan jenis kebutuhan jumlah pendapatan, kebudayaan, kesukaan dan sebagainya.

Timbulnya hubungan ekonomi ataupun hubungan perniagaan antar daerah maupun antar bangsa, sedikit banyak berkisar pada faktor-faktor berikut :

a. Perbedaan tingkat kejarangan (scarcity)

Kebutuhan manusia tidak terbatas baik jumlah maupun jenisnya.

Kebiasaan masyarakat itu tidak tetap, walaupun nampaknya statis. Apabila suatu daerah atau negara tingkat scarcitynya lebih rendah daripada negara lain, maka dari daerah ini akan mengalir barang-baranh ke daerah lain dimana scarcitynya lebih tinggi. Selama masih terdapat perbedaan scarcity diantara daerah yang satu dengan daerah yang lain, selama itu pula akan timbul hubungan ekonomi dari daerah yang kurang scarce ke daerah yang lebih scarce.

(27)

Perbedaan faktor produksi antar daerah yang satu dengan daerah yang lain, akan menyebabkan daerah-daerah itu menjadi daerah surplus dan daerah yang minus.

Perbedaan-perbedaan faktor-faktor produksi itu pada kelanjutannya akan menimbulkan perbedaan tingkat produktivitas tiap daerah yang mungkin dicapai.

c. Perbedaan Komparatif dari Harga Barang

Selama ada perbedaan komparatif daripada harga-harga barang, selama itu pula akan timbul arus ekonomi yang mengalir antar daerah. Perbedaan harga komparatif (perbedaan harga yang diperbandingkan) adalah perbandingan harga barang A dengan harga barang B di suatu negara diperbandingkan dengan harga

(28)

2.2.1.2. Teori Perdagangan Internasional Teorema Hecksher - Ohlin ( H - O )

Teorema ( H - O ) merupakan teori perdagangan internasional. Teori ini pada dasarnya merupakan penyempurnaan teori perdagangan internasional klasik yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi sebelumnya tentang teori keunggulan mutlak dari Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan internasional mendasarkan pemikirannya, setiap Negara dapat berspesialisasi dan efisiensi produksi untuk menghasilkan suatu komoditi untuk memperoleh keunggulan mutlak. Teorema H – O yang merupakan penyempurnaan dari teori keunggulan kompratif dari David Ricardo yang menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi karena adanya keunggulan komparatif yang dimiliki Negara masing-masing pelaku.

(29)

2.2.1.3. Teorema H – O dapat disimpulkan sebagai berikut:

Barang-barang yang berbeda memerlukan proporsi faktor produksi yang berbeda-beda dan Negara yang berbeda memiliki kekayaan faktor produksi relative dalam menghasilkan barang-barang yang menggunakan secara intensif faktor-faktor yang mereka miliki dalam jumlah yang lebih banyak, karena alasan inilah setiap Negara akan mengekspor barang-barang yang faktor produksinya relatif lebih banyak dan akan mengimpor barang-barang yang menggunakan faktor-faktor produksi yang relatif langka didalam negeri secara lebih intensif.

Lebih jelasnya perdagangan internasional akan terjadi karena perbedaan dari faktor produksi diantara Negara-negara, teori keunggulan komparatif muncul karena adanya penggunaan faktor produksi yang melimpah dari suatu Negara. Akibat adanya perdagangan internasional adalah adanya kecenderungan terjadinya kesamaan faktor harga.

Sebagai gambaran adalah sebagai berikut: suatu Negara sebaiknya menghasilkan suatu barang yang menggunakan faktor produksi yang relative lebih banyak tersedia, sehingga harganya relative lebih murah. Sebagai misal Indonesia yang memiliki lebih banyak tenaga kerja sebaliknya mengekspor barang-barang yang padat karya sedangkan Jepang yang barang nya relative padat modal dapat mengimpor barang dari Indonesia.

(30)

sekaligus mengekspor suatu barang yang faktor produksinya terdapat melimpah dinegara itu. Sedangkan perbedaanya terletak pada penentuan biaya produksi.

Pertukaran bisa memberikan keuntungan kepada semua pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya :

a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen tersebut.

b. Perbedaan dalam jumlah awal dari barang-barang yang dimiliki oleh masing-masing (endowment).

2.2.1.4. Manfaat Perdagangan Internasional

(31)

2.2.1.5. Pengertian Permintaan

Menurut Richard G, Lipsey, (1987 :61) yang di maksud dengan permintaan menurut ilmu ekonomi yaitu permintaan efektif. Permintaan efektif adalah merupakan jumlah yang orang bersedia membeli pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi itu. Dengan kata lain yang dimaksud dengan permintaan adalah keinginan seseorang yang disertai dengan kesediaan dan kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan.

2.2.1.6. Teori permintaan

(32)

2.2.1.7. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Seperti yang dinyatakan Sadono Sukirno (2003 : 76) bahwa permintaan seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini :

a). Harga barang itu sendiri.

Sesuai dengan tingkat permintaan maka makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan akan barang tersebut demikian juga sebaliknya naiknya harga barang menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang.Berkurangnya pendapatan akan mengurangi pembelian terhadap suatu barang.

b). Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.

(33)

c). Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan permintaan suatu barang untuk barang normal, apabila pendapatan bertambah maka permintaan akan barang tersebut juga bertambah tetapi kalau barang tersebut barang interior, naiknya pendapatan akan mengurangi permintaan barang tersebut.

d). Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.

Distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pola permintaan. Jika distribusi pendapatan masyarakat sangat timpang sebagaian masyarakat orang-orang kaya cenderung menginginkan barang-barang mewah dimana hanya sebagaian kecil dari masyarakat yang lain yang mampu membelinya. Tetapi kalau pendapatan penduduk tersebut merata maka jenis-jenis barang yang diminta akan bertambah lebih luas.

e). Cita rasa masyarakat.

(34)

f). Jumlah penduduk.

Jumlah penduduk yang bertambah besar akan menyebabkan kenaikan permintaan beberapa jenis barang.

g). Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Harapan tentang masa depan dapat mengubah permintaan terhadap suatu barang tertentu, sebagai contoh apabila di masa depan akan terjadi paceklik maka permintaan beras saat ini akan lebih besar di bandingkan dengan permintaan yang akan datang.

2.2.1.8. Fungsi dan Kurva Permintaan

(35)

D

Ganbar 1: Kurva Permintaan

Sumber : Djojodipuro, Teori Harga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1991, halaman 7.

Pengaruh perubahan harga barang yang diminta (jadi barang x) terhadap jumlahnya atau bisa disebut Hukum Permintaan, digambarkan sebagai pergerakan sepanjang kurva permintaan. Perubahan variabel lain, seperti harga barang lain, pendapatan dan selera digambarkan sebagai pergeseran kurva, ke kanan bila perubahan positif dan ke kiri kalau perubahan negatif.

Px

(36)

Gambar 2 : Intepretasi Pergeseran Kurva Permintaan

Sumber : Djojodipuro, Teori Harga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, halaman 7.

Gambar 2 menggambarkan pergeseran kekanan, yang misalnya disebabkan karena peningkatan pendapatanm interpretasi gejala tersebut adalah bahwa pada harga yang sama konsumen mau membeli jumlah yang lebih besar (dari 0Qx menjadi 0Qx’) atau jumlah barang yang sama, misalnya 0Qx, konsumen membayar harga yang lebih tinggi (dari 0PX menjadi 0Px’)

D1 D

Qx

Qx’

0 Px

(37)

2.2.2. Impor

2.2.2.1.Pengertian Impor

Impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri yang sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing (Amir, 2000 : 183).

Impor adalah aliran masuk barang dan jasa ke pasar sebuah negara untuk di pakai. Negara meningkatkan kesejahteraannya dengan mengimpor aneka ragam barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang lebih rendah dari pada yang dapat dihasilkannya didalam negeri. (Smith dan Blakeslee, 1999 : 112).

2.2.2.2. Industri Substitusi Impor

(38)
(39)

2.2.2.3. Penghambat Impor

Yang diartikan dengan penghambat impor atau impor barriers adalah langkah-langkah pemerintah dalam perpajakan atau peraturan-peraturan impor yang mengurangi kebebasan perdagangan luar negeri. Penghambat impor biasanya dibedakan kepada dua jenis : penghambat tarif dan penghambat bukan tarif. Penghambat tarif adalah usaha mengurangi impor dari luar negeri dengan mengenakan atau memungut pajak ke atas barang-barang yang di Impor. Sedangkan penghambat bukan tarif adalah peraturan-peraturan yang mengurangi kebebasan kemasukan barang dari luar negeri. (Sukirno, 2002 : 400).

2.2.2.4.Tujuan Kebijakan Menghambat Impor

Walaupun secara umum ahli-ahli ekonomi sependapat bahwa perdagangan luar negeri memberikan manfaat kepada perekonomian dan masyarakat, dalam prakteknya banyak negara yang menjalankan kebijakan menghambat impor. Ada beberapa alasan yang mendorong kebijakan seperti itu. Berikut diterangkan sebab yang utama.

a. Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.

(40)

melebihi ekspor akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi negara dan disamping itu dapat pula menimbulkan beberapa masalah lain. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membatasi impor. Ini berarti salah satu tujuan dari menggunakan penghambat impor adalah untuk masalah deflasi dan pengangguran. Dengan adanya pembatasan ke atas barang-barang dari luar negeri akan bertambah permintaan itu akan menaikkan tingkat kegiatan ekonomi dan menurunkan pengangguran.

b. Menghapuskan defisit dalam neraca pembayaran.

Penghambat impor digunakan untuk menghapuskan defisit dalam neraca pembayaran. Dalam perekonomian terbuka bukan saja perdagangan luar negeri yang tidak seimbang akan menimbulkan masalah pengangguran, tetapi juga akan menimbulkan defisit dalam neraca pembayaran. Menciptakan penghambat impor adalah salah satu langkah yang dapat dijalankan oleh pemerintah untuk mengatasi defisit dalam neraca pembayaran.

c. Mensukseskan usaha mendiversifikasikan perekonomian.

(41)

negara-negara itu sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga dipasarkan luar negeri. (Sukirno, 2002 : 402).

2.2.2.5.Jenis Quota Impor

Jenisnya quota impor adalah: absolute atau unilateral quota, negotiated atau bilateral quota, tarif quota, dan mixing quota.

a. Absolute atau unilateral quota adalah quota yang besar atau kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara tanpa persetujuan negara lain. Quota semacam ini sering menimbulkan tindakan balasan oleh negara lain.

b. Negotiated atau bilateral quota adalah quota yang besar atau kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih.

c. Tarif quota adalah gabungan antara tarif dan quota. Untuk sejumlah barang diijinkan masuk (impor) dengan tarif tertentu, tambahan impor masih diijinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.

(42)

2.2.3. Produksi

2.2.3.1. Pengertian Produksi

Produksi bisa mempunyai pengertian teknis dan ekonomis. Secara teknis produksi berasti proses mengkombinasikan barang-barang dan tenaga yang ada. Secara ekonomis, produksi berarti suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai, guna, atau manfaat baru (suratno, 1999 :2.2).

2.2.3.2. Faktor-Faktor Produksi

Faktor-faktor produksi bisa dikelompokan kedalam empat kelompok, yaitu :

1. Alam (tanah)

(43)

2. Tenaga Kerja

Di indonesia kebutuhan akan tenaga kerja didalam pertanian dibedakan menjadi dua yaitu, kebutuhan akan tenaga kerja dalam usaha tani pertanian rakyat yang besar,seperti :perkebunan,kehutanan,dll.

3. Modal

Modal dilihat dari segi kepemilikan bisa dibagi menjadi dua yaitu, modal sendiri dan modal pinjaman. Modal yang merupakan pemberian warisan dianggap sebagai modal sendiri atau pinjaman karena masing-masing menyumbang langsung pada proses produksi.

4. Kemampuan Mengelola (Managerial skiil)

Manajemen menjadi semakin penting kalau dikaitkan dengan efisiensi, artinya walaupun faktor produksi tanah,pupuk, tenaga kerja, dll dirasa cukup. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik maka produksi yang dihasilkan tidak akan optimal (soeratno, 1993 :2.23)

2.2.3.3. Fungsi produksi

setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi.

(44)

input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi untuk “pabriknya”.

Q = f (X1, X2, X3,……….Xn)

Q = Tingkat produksi

X1, X2, ………Xn = berbagai input yang digunakan.

Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi. Yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk dalam satu hukum yang disebut : The law of diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input yang lain tetap maka tambahan out put yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambah kan tadi mula-mula menarik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah (Boediono, 2000 : 64).

2.2.3.4. kurva Produksi total, Produksi rata-rata, dan produksi marginal

Produksi marginal yaitu tambahan produksi yang di akibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Apabila ∆L adalah

(45)

M P = L TP

∆ ∆

Produksi rata-rata yaitu yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja, apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

AP = L TP

(46)

Gambar 3: Kurva produksi

(47)

Kurva TP adalah kurva produksi total. Ia menunjukan hubungan di antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Dalam keadaan seperti itu produksi marginal menurun dapat dilihat pada kurva MP maka kurva produksi rata-rata, yaitu AP akan bergerak ke atas yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata bertambah tinggi, pada waktu L2 digunakan kurva produksi marginal memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata meningkat ke atas. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat paling tinggi.

2.2.4. Harga

2.2.4.1. Pengertian Teori Harga

Harga adalah hasil akhir bekerjanya sistem pasar, yaitu bertemunya gaya-gaya permintaan dan penawaran antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) (Soeratno, 1999 : 21).

(48)

a. Mempunyai kegunaan

Artinya adalah kegunaan suatu barang akan menimbulkan keinginan dan keinginan tersebut akan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut.

b. Jumlah Produksi

Artinya kelangkaan suatu barang akan mendorong beberapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya, dengan kata lain akan menimbulkan penawaran pada suatu barang tersebut. Kesimpulan kelangkaan akan menimbulkan penawaran dan kegunaan menimbulkan permintaan sehingga harga ditentukan oleh bertemunya dua kekuatan yaitu permintaan dan penawaran.

Harga suatu komoditi biasanya menunjukkan jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu unit komoditi. Ini disebut harga absolute (absolute price) atau harga dalam uang (money price), suatu harga relatif adalah perbandingan antara dua harga absolute, harga ini menyatakan harga satu barang dalam ukuran barang lain.

2.2.4.2. Kebijakan Harga Dasar dan Harga Tertinggi

(49)

jauh dibawah harga dasar, minimal sama dengan harga dasar. Sebaliknya harga atap tetap diperlukan saat musim paceklik. Kebijaksanaan harga disebut efektif apabila harga pasar berada diantara harga dasar dan harga atap (Soekartawi, 1999 : 170)

Pada saat panen raya produksi padi sangat melimpah hingga harga dasar di bawah semestinya (harga keseimbangan ). Karena itu diperlukan kebijaksanaan harga dasar yang lebih tinggi dari pada harga pasar tersebut.

Gambar 4 : Permintaan dan penawaran dengan harga atap pada musim paceklik.

Sumber : Soekart aw i, 1999, Prinsip Dasar Ekonomi Pert anian Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakart a, hal 173.

Pada gambar 4 dapat dijelaskan bahwa OQ0 adalah besarnya produksi yang diminta masyarakat pada harga pasar Pm yang tersedia di bawah harga dasar Pf. Bila harga dasar diperlakukan, maka jumlah permintaan adalah

Harga

Pm

0 Q1 Q0 Q2 Kuant it as

D

S

(50)

sebesar OQ1, agar harga dapat berfungsi dengan baik maka pemerintah harus membeli kelebihan produksi (penawaran) sebesar Q1 Q2. dalam situasi seperti ini jumlah produksi seharusnya dijual produsen adalah sebesar OQ2.

Situasi paceklik adalah situasi saat jumlah produksi yang tersedia sangat terbatas, sementara jumlah konsumen tetap atau bahkan terus bertambah. Dalam keadaan seperti ini harga pasar cenderung tinggi atau lebih tinggi atau lebih tinggi dari harga keseimbangan bila saja tidak diberlakukan harga atap. Pada gambar 0Q0 adalah jumlah produksi yang dijual dan akan dibeli oleh konsumen bila tidak diberlakukan harga atap(Pc). Disini terlihat bahwa Pc lebih tinggi dari pada Pm bila tidak diberlakukan harga atap, maka perbedaan Pc dan Pf akan semakin tinggi. Bila diberlakukan harga atap, maka jumlah produksi yang dijual adalah sebesar 0Q1, pada saat itu harga pasar (Pm) melebihi harga dasar. Agar harga atap tersebut berfungsi posisi Pm, maka pemerintah perlu menjual stok sebesar Q1 Q2. dengan demikian situasinya adalah komoditi pertanian yang berada dipasar adalah Sebesar 0Q2 (yang terbeli pada harga pasar) yang terdiri dari produksi yang dijual produsen sebesar 0Q1 dan yang disuplay pemerintah sebesar Q1 Q2.

2.2.4.3. Perilaku Konsumen Terhadap Harga

(51)

jasa yang nilainya paling tinggi. Guna menjelaskan cara konsumen melakukan pilihan diantaranya berbagai kemungkinan, seabad yang lalu para pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan mengenai utilitas. Dari konsep utilitas tersebut, kita dapat menrunkan kurva permintaan dan menjelaskan ciri-cirinya. Utilitas berarti kepuasan. Atau lebih tepatnya, kata itu mengacu pada kesenangan atau kegunaan subjective yang dirasakan oleh seseorang dari mengkomsumsi suatu barang dan jasa.

2.2.4.4. Teori Harga ( Bertil Ohlin Theory ) Heckscher - Ohlin

Pengertian harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkatan penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat dipertukarkan dengan barang lain, apapun bentuknya.

(52)

adalah disebabkan oleh perbedaan komposisi dan proporsi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia ini.

Jadi dapat juga dikatakan bahwa pertukaran atau perdagangan barang atau jasa antar negara dapat terjadi oleh karena beberapa perbedaan faktor-faktor produksi dan kemungkinan-kemungkinan mengkombinasikannya dan perbedaan tersebutlah yang merupakan sebab dari perbedaan harga yang kemudian menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan interregional ataupun internasional. Akan tetapi perdagangan internasional itu pun akan berpengaruh pada tingkat harga. Perdagangan internasional mempunyai tendensi bahwa tingkat-tingkat harga itu kemudian akan menjadi sama proses penyamaan tingkat harga ini akan berlangsung dengan lebih cepat lagi bilamana dalam perdagangan internasional tidak terdapat rintangan-rintangan yang membatasi perdagangan internasional seperti adanya biaya dan cukai serta ongkos transportasi. Jadi perdagangan bukan saja bertendensi untuk mempersamakan harga barang melainkan juga mempersamakan harga faktor produksi. ( Sobri, 2001 : 42 )

Analisis teori H – O dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut:

(53)

2. Comparative advantage atau keunggulan komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.

3. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya. 4. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu

karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya. ( Hady H, 2000 : 42 )

2.2.5. Kurs Rupiah Terhadap Dollar

2.2.5.1. Pengertian Kurs

Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit satuan mata uang dengan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvatore, 1999 : 140).

Valuta asing (valas) atau foreign exchange (FOREX) atau foreign currency adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.

(54)

Valuta asing adalah mata uang asing yang diperlukan untuk melaksanakan transaksi internasional. Sedangkan kurs adalah harga mata uang suatu negara diukur dengan mata uang negara lain. (Mc Eachern, 2001: 436).

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2006 : 397).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan perbandingan nilai mata uang sehingga untuk mendapatkan mata uang maka harus menukarkan mata uang tersebut dengan mata uang negara lain agar memperoleh satu unit mata uang asing.

2.2.5.2. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing

a. Permintaan Valuta Asing

(55)

barang-barang dari luar negeri dan asset-aset di luar negeri. Keingginan penduduk yang bertambah besar untuk memperoleh barang dari suatu negara akan menurunkan permintaan valuta asing. (Sukirno, 2000 : 292).

b. Penawaran Valuta Asing

Merupakan keingginan dari penduduk suatu negara untuk membeli mata uang asing atau negara lain. Keingginan tersebut menunjukkan banyaknya (jumlah) mata uang suatu negara yang akan digunakan untuk membeli produk-produk atau barang negara lain dan ditawarkan kepada penduduk negara lain. Maka semakin mahal harga mata uang suatu negara, makin banyak penawarannya. sebaliknya apabila harga mata uang suatu negara murah, penawarannya akan semakin sedikit.

(56)

2.2.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Mata Uang

a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka maka akan mengubah corak konsumsi mereka pada barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan pengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar.

b. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Dengan demikian perubahan harga-harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan atas mata uang negara tersebut.

(57)

Inflasi sangat besar pengaruhnya pada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing.

d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. (Sukirno, 2006 : 402).

2.2.5.4. Fungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional yaitu :

a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.

b. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu

(58)

c. Memungkinkan dilakukannya hedging. Hedging dilakukan apabila pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. (Nopirin, 1999 : 234).

2.2.6. Jumlah Penduduk

2.2.6.1. Pengertian Jumlah Penduduk

Penduduk adalah manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi, karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan penting karena penduduk menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dari tenaga usahawan.

(59)

ekonomi adalah karena penduduk itu merupakan sumber tenaga kerja, human resource, disamping sumber faktor produksi skill. (Rosyidi, 2002 : 87).

Dengan peranan penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan faktor produksi skill maka dengan jumlah yang besar dengan kualitas yang baik pada suatu daerah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang besar, produksi suatu dalam GBHN tahun 1993, disebutkan bahwa penduduk yang besar jumlahnya merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan.

(60)

Untuk menanggulangi masalah tingginya jumlah penduduk maka pemerintah mempunyai suatu kebijakan yaitu program transmigrasi dan penyaluran tenaga kerja ke luar negeri.

Penduduk adalah suatu negara memiliki penduduk yang terlalu sedikit, maka mungkin sekali itu tidak akan mampu untuk memanfaatkan sumber-sumbernya dengan seefesien mungkin, sebagaimana yang mungkin akan dihasilkan jika saja jumlah penduduknya lebih besar. (Rosyidi, 2001 : 85).

Penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini penduduk adalah manusia yaitu yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. (Anonim 2000 : 11).

Jadi penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayh tertentu. Dalam hal ini manusia yaitu yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi, antara lain yaitu :

1. Jumlah Penduduk

(61)

pengangguran dan problem sosial yang dapat melemahkan ketahanan nasional.

2. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan suatu pendekatan tertentu. Masalah-masalah yang muncul dari komposisi penduduk yang tidak seimbang jika tidak teratasi maka akan timbul kegoncangan sosial.

3. Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran yang proposional.

4. Kualitas Penduduk

Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah faktor fisik meliputi kesehatan, gizi, dan kebugaran dan faktor non fisik meliputi mentalitas dan intelektualitas. (Anonim, 1999 : 12).

2.2.6.2. Teori Pertumbuhan Penduduk Ekonomi Menurut Adam Smith

(62)

apabila tingkat upah berada di atas tingkat subsistensi maka orang-orang akan kawin pada usia lebih muda, kematian anak-anak berkurang dan jumlahkelahiranbertambah. Sebaliknya jumlah penduduk akan berkurang apabila tingkat upah yang berlaku jauh di bawah tingkat upah subsistensi.

Dalam hal ini kematian anak-anak meningkat dan banyak perkawinan ditunda, terlihat jelas di peranan sentral dari tingkat upah sebagai pengatur pertumbuhan penduduk.

Menurut smith yang menentukan tingkat upah adalah tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawarannya. Smith mengatakan bahwa tingkat upah tinggi dan meningkat apabila permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat daripada penawaran akan tenaga kerja. Reaksi pertumbuhan penduduk karena peningkatan permintaan akan tenaga kerja memerlukan waktu, sehingga apabila permintaan tumbuh dengan cepat maka tingkat upah akan bertahan pada tingkat upah yang tinggi atau beberapa waktu sungguh meningkat, menurut smith yang menentukan permintaan tenaga kerja adalah stok kapital yang tersedia dan tingkat output masyarakat, sebab tenaga kerja diminta karena dibutuhkan dalam proses produksi.

(63)

2.3. Kerangka Pikir

Kebutuhan masyarakat di Indonesia yang berkaitan dengan kebutuhan pokok, dalam hal ini pangan dapat dipenuhi oleh komoditi beras. Peranan beras tidak dapat dengan mudah digantikan oleh barang substitusi lainnya, hal tersebut dikarenakan beras mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai status sosial bagi sebagian masyarakat. Oleh karena itu penyediaan beras untuk kebutuhan masyarakat perlu diperhatikan yaitu dengan persediaan beras dalan negeri, apabila persediaan beras dalam negeri kurang, maka impor sangat diperlukan.

Jumlah permintaan beras dipengaruhi oleh banyak faktor tapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada faktor-faktor antara lain, produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah terhadap dollar dan jumlah penduduk.

Apabila produksi beras(X1) rendah atau menurun karena gagal panen (paceklik) maka menyebabkan persediaan beras sedikit dan menurun sehingga permintaan beras impor menjadi meningkat (Soeratno, 2000 : 22).

Faktor lain yang dapat menyebabkan meningkatnya impor beras adalah jika terjadi kenaikkan pada harga beras lokal(X2) lewat efek harga dunia yang menyebabkan permintaan beras lokal menurun, ditambah lagi dengan musim kemarau yang terjadi di beberapa daerah (Tambunan, 2003 : 204)

(64)

valuta asing mengalami kenaikan, maka nilai mata uang rupiah akan mengalami penurunan. Dengan naiknya nilai mata uang asing maka jumlah uang yang dibayarkan otomatis lebih besar dari barang yang diterima sehingga permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan beras menjadi berkurang yang pada akhirnya menyebabkan kegiatan impor beras menjadi turun. (Soeratno, 2001 : 21)

(65)

Gambar 5 : Kerangka pikir analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

impor beras di Indonesia

(66)

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta membenarkan. Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Diduga secara simultan bahwa Produksi beras, Harga beras lokal, Kurs Rupiah terhadap Dollar dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Impor Beras Di Indonesia.

(67)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Untuk memperjelas terhadap masing-masing variabel yang diamati, maka pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Variabel terikat (Dependent Variable) :

Yang menjadi variabel terikat (Y) Yaitu Permintaan beras impor di Indonesia. Permintaan adalah jumlah barang (beras) impor yang tersedia yang masuk Indonesia (dalam satuan ton)

b. Variabel bebas (Independent variable) terdiri dari : 1. Produksi Beras (X1)

Tabungan pada dasarnya merupakan sisa pendapatan yang tidak dikonsumsikan yang disimpan dalam lembaga keuangan. Variabel ini dinyatakan dalam satuan Ton.

2. Harga Beras Lokal (X2)

(68)

3. Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3)

Harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Variabel ini dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

4. Jumlah Penduduk (X4)

Jumlah Penduduk adalah Sejumlah manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu dan merupakan faktor penting dalam membangun suatu perekonomian. Variabel ini dinyatakan dalam satuan Jiwa

3.2. Teknik Penentuan Data

Dalam penulisan ini data yang digunakan adalah data berkala (Time Series Data) yaitu data dari tahun ke tahun selama selama 15 tahun sejak tahun 1995 sampai 2009.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

(69)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari : a. Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan cabang Surabaya. b. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Surabay

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Studi kepustakaan (Library Research)

yaitu teknik pengumpulan data dengan telaah atau studi dari berbagai laporan kegiatan penelitian, buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

b. Studi lapangan (Field Research)

yaitu suatu pengamatan dan pencatatan sistematis dan teratur dilapangan mengenai obyek yang sedang diteliti untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Studi lapangan dilakukan dengan cara :

(70)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Untuk menganalisis pengaruh yang disebutkan dalam hipotesis diatas maka analisa data ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) untuk mengetahui koefisiensi pada persamaan tersebut betul-betul linier (tidak bias). Model ini menunujukkan hubungan spesifik antara variabel-variabel bebas dan terikat.

Bentuk perumusannya sebagai berikut :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ u...(Sulaiman, 2004 :80).

Dimana:

Y = Impor Beras di Indonesia X1 = produksi beras

X2 = harga beras lokal

X3 = kurs rupiah terhadap dollar X4 = jumlah penduduk

β0 = Konstanta

β1, β2, β3, β4, = Koefisien Regresi

u = Variabel Pengganggu (residual)

(71)

bebas dapat mempengaruhi variabel terikat, maka untuk itu perlu diketahui koefisien determinasinya atau R2 dengan menggunakan rumus :

R2 = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325).

Karakteristik utama dari R2 adalah:

1. Nilai R2 non negatif, merupakan rasio dari jumlah kuadrat. 2. Batas nilai R2 adalah 0 < R2 > 1

(72)

b. Apabila R2 sama atau mendekati 1, maka terjadi kecocokan sempurna antara garis regresi dengan kelompok data hasil dari observasi.

3.5.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat Y maka digunakan :

a. Uji F

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus :

F hitung = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325).

KT Galat

Keterangan :

KT = Kuadrat Tengah Galat = Error = Residual

Dengan derajat kebebasan sebesar ( k, n – k – 1 )

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter Regresi

Dengan ketentuan :

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (Tidak ada pengaruh)

(73)

Kaidah pengujiannya:

1. Apabila F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel bebas tidak mempengaruhi terhadap variabel terikat. secara simultan.

2. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,

artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara simultan.

Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Simultan.

Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan Ho

F (α)

Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 326.

b. Uji t

Uji t dipergunakan untuk menguji hubungan antara pengaruh dari masing-masing variabel bebas dan secara parsial atau individu atau secara terpisah terhadap variabel terikat, dengan dirumuskan :

t hitung = βi ...(Gujarati, 1997 : 74).

(74)

Dengan derajat kebebasan sebesar (n-k-l)

Dimana :

βi = Variabel bebas ke i Se = Standart Error

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi

Dengan ketentuan:

Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh)

Hi : βi≠ 0 (ada pengaruh)

Kaidah pengujiannya :

1. Apabila t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.

(75)

Gambar 7 :

Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara parsial

Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak

Ho

(-t α / 2 ; n-k-l) (t α / 2 ; n-k-l)

Sumber : Widarjono. Agus, 2005, Ekonometrika Teori dan

Aplikasi, Edisi Pertama, Ekonosia FE UII, Yogyakarta, Halaman

59.

Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat maka perlu diketahui nilai

adjusted R2 atau koefisien nilai determinasi dengan menggunakan rumus: Jadi R2 = JK Regresi ………...(Sulaiman, 2004 : 86).

JK Total

Dimana:

R2 = koefisien determinasi JK total = jumlah kuadrat

Karateristik utama dari R2 adalah :

a. Tidak mempunyai nilai negatif

(76)

3.6. Uji Asumsi Klasik

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi linier yang terbaik dan tidak bias atau harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator), karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukannya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya 3 asumsi dasar, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikolinier 3. Tidak boleh ada heteroskedastis

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimate), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Sifat dari BLUE itu sendiri adalah :

a. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan data terhadap α dan β serta membuat interval keyakinan taksiran-taksiran.

b. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penafsiran.

(77)

parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

d. Estimator : e (kesalahan) penaksiran linier kuadrat terkecil, artinya diharapkan sekecil mungkin.

Tiga dari asumsi dasar tersebut yang tidak boleh dilanggar dalam regresi linier berganda :

a. Autokorelasi (Auto Correlation)

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam lingkaran waktu (seperti pada kurun waktu atau time series) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu atau

(78)

2 4 Gambar 8 : Kurva Durbin-Watson

d

Sumber : Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, Halaman 216.

Adanya autokorelasi didasarkan atas :

(79)

Pendekteksian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan besaran Durbin Watson. Panduan mengenai angka D – W ( Durbin Watson ) untuk mendeteksi autokorelasi adalah:

1. Angka D – W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D – W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi.

3. Angka D – W diatas +2, berarti ada korelasi negatif.

Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson

Durbin Watson Kesimpulan

Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi 1,08 – 1,66 Tanpa kesimpulan 1,66 – 2,34 Tidak ada autokorelasi 2,34 – 2,92 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi

Sumber : Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi,

Penerbit : BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 89.

b. Heteroskedastisitas ( Heteroscedasticity )

(80)

sama atau varians tidak konstans, kondisi varians nirkonstans atau nirhomogen ini disebut “ heteroskedastisitas”.

Heteroskedastisitas pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman’S antara residual dengan seluruh variabel independent atau yang tidak

menjelaskan : I

s

= 1 – 6

di = Perbedaan dalam Rank antara residual (disturbance term error) dengan variabel bebas k = I.

N = Banyak data

- jika nilai probabilitas > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas - Jika nilai probabilitas < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas c. Multikolinieritas (Multicolinierity)

(81)

Adapun cara pendeteksiannya adalah :

1. Konfirmasi antara nilai R2 dengan seluruh hasil t hitung pada uji parsial. Jika hasil estimasi ditemukan bahwa R2 yang sangat tinggi, namun tidak satupun nilai t hitung parsial yang signifikan, maka dipastikan terdapat suatu adanya gajala multikolinieritas. 2. Dengan menentukan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan

indeks tolerance.

3. VIF = 1 / 1 - R2...(Gujarati, 1997 : 85).

Dimana:

Gambar

Gambar 14 :  Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Jumlah
Gambar 2 : Intepretasi Pergeseran Kurva Permintaan
Gambar 3: Kurva produksi
Gambar 4 : Permintaan dan penawaran dengan harga atap pada musim paceklik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan diperoleh t hitung sebesar 4,084 &gt; t tabel sebesar 2,262 sehingga kesimpulannya secara parsial Kurs Valuta Asing berpengaruh secara

Oleh karena F hitung = 36,358 &gt; F tabel = 5,19 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas yaitu Tingkat Suku Bunga

Variabel pendidikan (X 3 ) memiliki odds ratio sebesar 4,835 dan signifikasi 0,000 &lt; 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti secara parsial variabel

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 &lt; alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat

2.24) maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi

Nilai F hitung 4.682 > F tabel 2,22 maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima, Penelitian ini membuktikan bahwa walaupun secara parsial variabel Beban Operasional terhadap

Hasil uji f f-statistic 78.73629 Sumber: Data sekunder Diolah 2023 F hitung 78,73629 > F tabel yaitu 2,056583 dan nilai sig 0,000000 < 0,1 maka Ha diterima dan HO ditolak, artinya

Koefisien jalur sebesar -36% dimana t-hitung > t-Tabel dapat disimpulkan Ho ditolak, dengan kata lain hipotesis diterima yang artinya ROA berpengaruh signifikan terhadap Financial