• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG YANG BEREDAR DI INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG YANG BEREDAR DI INDONESIA."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi Pr ogr a m Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan

Oleh :

MUHAMMAD MUSTA’IN

0911010006/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Diajukan Oleh :

(3)

Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan

inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISIS

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI J UMLAH UANG

BEREDAR DI INDONESIA”. Adapun penulisan skripsi ini sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan studi program S1 pada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya jurusan Ilmu

Ekonomi Studi Pembangunan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada qudwah

khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak di

yaumul qiyamah.

Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam penulisan skripsi ini, namun

dengan kerja keras serta tekad besar serta adanya bimbingan dan bantuan dari

pihak-pihak yang penulis sayangi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,

dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Mukhtar, SAg dan Ibu Masrifah, Mursyd, ST Terima kasih atas

segala pengorbanan, kasih sayang, dukungan, serta doa tulus yang tiada

(4)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional“ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Niniek Imaningsih, Mp selaku ketua program study Ilmu Ekonomi

Study Pembangunan.

6. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” JawaTimur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan

pelayanan akademik bagi penulis.

7. Sahabat - sahabat penulis yang telah memberi dukungan terus – menerus

Karbol, Aboe, Walah dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, Terima kasih atas semangat serta perhatiannya.

8. Teman-teman seangkatan penulis Farid (Bajoel), Ferry, Aditya, Adi Putra,

Irawanto, Heri, Muji, Rendy, Medi, Okta, Kader dan lain-lain yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih menjadi teman selama

kuliah dan selamanya.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal terutama yang

(5)

yang tersaji maupun dalam teknik penyelesaiannya, penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya. Dan dengan segala kerendahan hati, semoga apa yang terdapat

dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Surabaya, November 2013

(6)
(7)

2.2.6.3. Teori Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga . 32

2.2.7.4 Cara Penghendalian Inflasi ... 44

2.2.8 Investasi ... 45

2.2.8.1 Pengertian Inflasi ... 45

2.2.8.2 Teori Investasi ... 47

2.2.8.3 Macam – macam Investasi ... 49

2.2.8.4 Faktor – faktor yang Menentukan Investasi... 51

2.2.9 Pengeluaran Pemerintah ... 54

2.2.9.1 Jenis – jenis Pengeluaran Pemerintah ... 55

2.2.9.2 Pengaruh Pemerintah Terhadap Jumlah Uang Beredar ... 58

2.3. Kerangka Pikir ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 63

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 65

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 66

3.4.1 Teknik Analisis ... 66

3.2.1. Uji Hipotesis ... 68

(8)

4.2.1 Perkembangan Jumlah uang Beredar ... 78

4.2.2 Perkembangan Tingkat Suku Bunga ... 79

4.2.3 Perkembangan Inflasi ... 80

4.2.4 Perkembangan Investasi ... 81

4.2.5. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 82

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE) ... 83

4.3.1. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 87

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ... 88

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 90

4.3.4. Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 100

(9)

Oleh :

MUHAMMAD MUSTA’IN Abstraksi

Salah satu penemuan yang paling menakjubkan dalam sejarah peradaban manusia adalah uang. Tidak perlu diperdebatkan apakah uang merupakan penemuan ilmiah atau bukan.Satu hal yang pasti ialah bahwa dengan ditemukannya uang, hidup manusia menjadi lebih mudah dibanding dengan masa lalu sebelum di temukannya uang. Dengan adanya uang, transaksi yang dilakukan oleh manusia menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak terlalu di batas oleh waktu. Pada umumnya jumlah uang beredar dianggap bisa ditentukan secara langsung oleh penguasa moneter tanpa mempersoalkan hubungan dengan uang inti, yang terdiri dari uang kartal ditambah dengan cadangan yang dimiliki oleh bank - bank umum perilaku seperti ini berdasarkan pada analisa penentuan jumlah uang beredar secara mekanis, dimana jumlah uang beredar dihubungkan dengan uang inti lewat alat pengganda. besarnya angka pengganda ini ditentukan oleh cadangan perbankan dan rasio antara uangkartal dan uang giral

Tujuan dari Peneliti ini adalah untuk mengetahui berapa besar faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama 10 tahun sejak tahun 2002-2011 dengan menggunakan perhitungan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan dan pengaruh secara simultan dan parsial dari variabel Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah. Terhadap Jumlah uang beredar sebagai variabel terikatnya.

Setelah dilakukan analisis regresi linier berganda pada variabel bebas Tingkat Suku Bunga (X1), Tingkat Inflasi (X2), Investasi (X3), diketahui tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel Jumlah Uang Beredar (Y). Sedangkan Pengeluaran Pemerintah (X4) berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel Jumlah Uang beredar. Hal ini berarti variabel tersebut berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Jumlah Uang Beredar (Y) dan diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima.

(10)

Salah satu penemuan yang paling menakjubkan dalam sejarah peradaban

manusia adalah uang. Tidak perlu diperdebatkan apakah uang merupakan penemuan

ilmiah atau bukan.Satu hal yang pasti ialah bahwa dengan ditemukannya uang,

hidup manusia menjadi lebih mudah dibanding dengan masa lalu sebelum di

temukannya uang. Dengan adanya uang, transaksi yang dilakukan oleh manusia

menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak terlalu di batas oleh waktu. Dewasa ini uang

sebagai institusi ekonomi dan komoditas mempunyai peran penting dalam

perekonomian. (Manurung dan Rahardja,2004:33)

Pengertian uang sebagai institusi adalah uang telah diterima sebagai alat

pembayaran maupun alat penyimpanan nilai. Dengan demikian penggunaan

kehidupan sehari - hari sudah menjadi pola pikir yang baku. Mengingat fungsi utama

dari sebuah intuisi adalah mempermudah kehidupan manusia, baik secara individu

atau sekelompok, maka dapat dikatakan siapapun yang hidup di zaman modern akan

mengalami kesulitan jika tak mau menerima uang.

Uang sebagai institusi ekonomi mempunyai fungsi untuk meningkatkan

kemampuan manusia melakukan alokasi sumber daya ekonomi. ini berkaitan dengan

fungsi - fungsi uang sebagai alat pembayaran, penyimpan nilai standar nilai, dan

(11)

semakin mampu meningkatkan kualitas hidupnya melalui peningkatan efisiensi

alokasi sumber daya ekonomi.

Pada umumnya jumlah uang beredar dianggap bisa ditentukan secara

langsung oleh penguasa moneter tanpa mempersoalkan hubungan dengan uang inti,

yang terdiri dari uang kartal ditambah dengan cadangan yang dimiliki oleh

bank-bank umum.perilaku seperti ini berdasarkan pada analisa penentuan jumlah uang

beredar secara mekanis, dimana jumlah uang beredar dihubungkan dengan uang inti

lewat alat pengganda. besarnya angka pengganda ini ditentukan oleh cadangan

perbankan dan rasio antara uangkartal dan uang giral (Iswardono, 1997:111)

Dengan menganggap bahwa kedua perbandingan (rasio) tersebut konstan

untuk satu dekade tertentu, maka penguasa moneter bisa mengendalikan secara

langsung dengan cadangan perbankan. Namun kenyataanya tidak sesederhana itu.

Jumlah uang beredar pada satu periode merupakan hasil perilaku penguasa moneter

yang dalam hal ini adalah bank sentral, bank - bank umum dan masyarakat

(termasuk lembaga keuangan bukan bank). Secara bersama-sama bank sentral

menentukan besarnya uang inti. (Anonim, 2001:8)

Perubahan dalam jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap kegiatan

perekonomian di berbagai sektor. Dengan demikian pengelolaan terhadap jumlah

uang beredar harus selalu dilakukan dengan hati - hati dengan mempertimbangkan

pengaruh yang akan terjadi.

Dijelaskan bahwa pengaruh uang dalam masyarakat telah melenyapkan sifat

(12)

memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Pada umumnya setiap orang

berusaha untuk mengumpulkan uang sebanyak banyaknya dengan segala upaya.

Nampaknya uang telah menjadi tujuan setiap orang dengan segala macam

kegiatannya. (Manullang, 1980:6)

Dalam perkembanganya jumlah uang beredar yakni M1 + uang kuasi terus

menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1998 jumlah uang beredar sebesar Rp

577.381 milyar dan mencapai Rp 646.205 milyar pada tahun 1999, pada tahun 2000

mencapai Rp 747.028 milyar, pada tahun 2001 menjadi Rp 844.053 milyar, pada

tahun 2002 menjadi Rp 883.908 milyar, pada tahun 2003 menjadi Rp 955.692 milyar,

pada tahun 2004 menjadi Rp 1.031.207 milyar, pada tahun 2005 menjadi Rp

1.200.483 milyar, pada tahun 2006 menjadi Rp 1.379.878 milyar, pada tahun 2007

menjadi Rp 1.646.174 milyar, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp

1.892.559 milyar. (Anonim 2009:26-27)

Undang - undang nomor 23 tahun 1999 memberikan wewenang kepada bank

Indonesia untuk melaksanakan kebijakan moneter terutama dalam rangka

mengendalikan dan menjaga kesetabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing

untuk menjaga kesetabilan rupiah, bank sentral dapat mengadakan penjualan mata

uang rupiah dengan melakukan pembelian valuta asing seperti dolar Amerika.

Penambahan jumlah dolar Amerika akan meningkatkan cadangan internasional

sehingga akan meningkatkan jumlah uang beredar (Sasana, 2006:32).

Dengan memberikan kredit kepada beberapa sektor perekonomian, baik

(13)

pemasok (supplier) dari sebagian besar uang beredar dimana dapat digunakan sebagai

alat tukar dan alat pembayaran sehingga mekanisme kebijakan moneter dapat

berjalan. (Suyatno, dkk, 1993:Xi).

Dilihat dari segi perbankan dapat dikatakan bahwa pertambahan jumlah uang

beredar berasal dari kebijakan perkreditan yang mana bila suku bunga kredit

semakain naik maka keinginan masyarakat untuk menabung akan semakin tinggi

sehingga jumlah uang beredar akan semakin turun. Tetapi sebaliknya bila suku

bunga kredit itu turun maka permintaan kredit akan semakin meningkat yang mana

akan berdampak pada naiknya Jumlah Uang beredar itu sendiri. (Suroso, 1993:139)

Inflasi merupakan masalah ekonomi yang dominan di samping masalah

pengangguran yang sudah sejak lama dihadapi masyarakat di seluruh dunia. Sejarah

menunjukkan bahwa inflasi suatu Negara ditandai dengan kenaikan harga secara

cepat, dan hal tersebut terjadi di Mesir sekitar tahun 330 SM pada waktu pemerintah

Alexander Agung menyerbu Persia dengan membawa emas (hasil rampasan) ke mesir.

Juga jerman yang mengalami "Hyper Inflation" pada awal tahun 1920 an dimana laju

inflasi mencapai beberapa ratus persen pertahunnya. Negara kita juga tidak luput dari

penyakit "Hyper Inflation" di tahun 1960 an dimana laju inflasi mencapai 650%.

Pengalaman di berbagai Negara yang mengalami inflasi menunjukkan bahwa

beberapa penyebab tetap inflasi ialah terlalu banyaknya jumlah uang beredar, upah,

krisis energi, paceklik, kekeringan, dan devisit anggaran. Akan tetapi tidak satupun

dari faktor tersebut mampu menjelaskan inflasi secara konsisten sepanjang waktu.

(14)

dengan inflasi ataupun sebaliknya inflasi dengan Jumlah uang Beredar. Bilamana

tingkat inflasi tersebut turun maka akan menyebabkan jumlah permintaan akan

barang menjadi naik yang mana tentu saja akan menyebabkan naiknya Jumlah Uang

Beredar itu pula. (Iswardono, 1997:214).

Investasi di artikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman -

penanaman modal dan perlengkapan produksi untuk membeli barang - barang modal

dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang -

barang dan jasa - jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 1998:106)

Golongan - golongan dalam masyarakat yang menerima penghasilan, upah,

honorarium, sewa, bunga, premi, deviden dan segala sesuatu dalam bentuk uang

sebagai kontra prestasi atas balas jasa yang merupakan pendapatan nasional, akan

menggunakannya kembali untuk memenuhi kebutuhannya aka barang - barang

konsumsi dengan mempergunakan uang sebagai perantara. Dengan adanya

pembentukan dan penggunaan dari penghasilan tersebut, terwujudlah suatu arus

uang yang disebut sebagai peredaran atau sirkulasi uang. Sehingga dengan

peningkatan pendapatan nasional, maka jumlah uang beredar akan meningkat. (

Iswardono, 1994:33)

Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai

faktor - faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem

(15)

1.2. Per umusan Masalah

Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai beikut :

1. Apakah tingkat suku bunga kredit, jumlah investasi, tingkat inflasi, dan

pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah uang

beredar di Indonesia ?

2. Faktor apakah yang dominan dalam mempengaruhi jumlah uang beredar di

Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas,

maka tujuan yang hendak sehubungan dengan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit, jumlah investasi, tingkat

inflasi, dan pendapatan nasional terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.

2. Untuk mengetahui faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi

jumlah uang beredar di Indonesia.

1..4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah dukemukakan diatas, maka

manfaat yang hendak dicapai sehubung dengan penelitian adalah :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengalaman dan

pengetahuan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang

(16)

2. Bagi Insitusi yang Terkait

Sebagai bahan memasukan untuk pertimbangan pengambilan keputusan

dalam emnetukan kebijaksanaan dalam mengontrol jumlah uang yang

beredar dan mencapai tujuan stabilitas ekonomi. Dan sebagai tambahan

informasi bagi pihak – pihak yang terikat.

3. Bagi Mahasiswa

Sebagai masukan dan informasi bagi penelitian selanjunya yang

berhubungan dengan masalah moneter dan jumlah uang beredar.

4. Bagi Universitas

Pnelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi fakultas ekonomi

(17)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan jumlah uang yang beredar pernah disampaikan oleh beberapa penelitian, antara lain :

2.1.1. Marta (2010) dalam penelitian yang berjudul "Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di Indonesia". Hasil penelitian menunjukan secara simultan Suku bunga kredit (X1), Tingkat Inflasi (X2), Investasi (X3), Pengeluaran Pemerintah (X4), Cadangan Devisa (X5) dan Jumlah kantor bank (X6). Berpengaruh secara nyata terhadap Junlah Uang Beredar (Y). Sedankan secara analisis uji t, Suku bunga kredit (X1), Tingkat Inflasi (X2), Investasi (X3), dan Jumlah Kantor Bank (X6) tidak berpengaruh nyata terhadap Jumlah Uang beredar. Sedangkan Pengeluaran Pemerintah (X4) dan Cadangan Devisa (X5) berpengaruh nyata terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia (Y).

(18)

secara nyata terhadap Jumlah uang beredar (Y), sedangkan penanaman modal asing (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap Jumlah Uang Beredar (Y).

2.1.3. Risqy (2012) dalan penelitian yang berjudul "Faktor - Faktor yang Berpengaruhi Terhadap Jumlah Uang Beredar di Inonesia”. Dari uji F simultan Tingkat suku bunga kredit (X1), Inflasi (X2), Investasi (X3), GDP (X4) berpengaruh nyata terhadap Jumlah Uang beredar di Indonesia (Y). Sedangkan secara uji t, Tingkat suku bunga kredit (X1), Inflasi (X2), Investasi (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap Jumlah Uang beredar (Y), sedangkan GDP (X4) berpengaruh nyata terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia (Y).

2.1.4. Pratono (2004:x) “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang yang Beredar Di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukan suku bunga deposito, pengeluaran pemerintah, investasi dan kurs valuta asing didalam model cukup bermakna memberikan kontribusi pengaruh terhadap jumlah uang yang beredar di indonesia, sedangkan uji secara parsial diketahui suku bunga deposito dan investasi tidak berpengaruh pada jumlah uang yang beredar di Indonesia. Untuk lain diantara pengeluaran pemerintah dan kurs valuta asing dinyatakan berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia.

(19)

masih kurang stabil membuat masyarakat enggan untuk memegang uang dalam bentuk riil. Variabel nilai SPBU berpengaruh nyata terhadap jumlah uang yang beredar dimana. Variabel jumlah kantor bank berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar.

Penelitan terdahulu dengan penelitian sekarang memang berbeda, namun memiliki persamaan yaitu berkaitan dengan variabel terikat jumlah uang yang beredar tetapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang beredar arti luas yakni M3 (uang kartal dan uang giral ditambah dengan uang kuasi) dan penelitian ini mengunakan variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya serta dilakukan pada tahun yang berbeda.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Bank menurut Undang - undang No. 10 Tahun1998 Tentang Perbankan

(20)

Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber antara lain :

1. Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat - alat pembayaran sendiri atau uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan pengedarkan alat - alat penukaran baru berupa uang giral (Simorangkir, 1991:18)

2. Bank adalah lembaga perantara keuangan yang mentransfer dana dari para pemberi pinjaman kepada para peminjam. (Chender, 1998:84)

3. Menurut undang - undang nomor 14 tahun 1967 tentang dasar - dasar perkreditan, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Suyatno, 1991:3)

(21)

2.2.1.1. J enis Bank

Berdasarkan undang - undang nomor 4 tahun 1998 terhadap berbagai macam bank, namun hanya membagi dalam dua jenis, yaitu dilihat fungsinya, dan segi pemilikanya.

A.Dilihat dari segi fungsinya:

1. Bank Sentral (Central Bank) adalah bank Indonesia sebagaimana yang dimaksudkan dalam undang - undang 1945 dan berdasarkan undang - undang nomor 13 tahun 1968.

2. Bank Umum (Comercial Bank) adalah bank dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit dalam jangka pendek.

3. Bank Tabungan (Saving Bank) adalah bank dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam bentuk surat berharga.

(22)

5. Bank Desa ( Rurar Bank) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk uang dan natura ( padi, jagung, palawija) dan dalam usahanya memberikan natura kepada sektor pertanian dan pedesaan. (Suyatno dkk, 1997:15)

B.Dilihat dari segi kepemilikanya:

1. Bank Umum milik Pemerintah, yaitu bank yang hanya dapat didirikan berdasarkan undang - undang.

2. Bank Umum milik Swasta, yaitu bank yang hanya didirikan dengan menjalankan usaha setelah mendapat ijin dari menteri keuangan dengan pertimbangan dari Bank Indonesia.

3. Bank Koperasi, yaitu bank yang hanya modal berasal dari perkumpulan - perkumpulan kopeasi (Suyatno dkk, 1997:15).

2.2.1.2. Funsi Bank

(23)

Secara spesifik fungsi bank adalah sebagai berikut:

a. Agen of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah Trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila di landasi kepercayaan.

b. Agen of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedalam sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

c. Agen of Services

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga membeikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.

(24)

2.2.2. Uang

2.2.2.1. Pengertian Uang

Berdasarkan definisi uang meurut penulisan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang - barang (Robertson dalam Manulang, 1999:13).

2. Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran hutang (Sayer dalam Manulang, 1999:13).

3. Uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagi alat penukar (Pigou dalam Manulang, 1999:14).

4. Uang adalah segala sesuatu yang siap sediah dan pada umumnya diterima umum dalam pembayaran pembelian barang - barang, jasa - jasa dan untuk pembayaran hutang (Thomas dalam Manulang, 1999:14).

5. Uang adalah kekayaan dengan nama (dimana) atau pemilik kekayaan dapat melunaskan hutang dalam jumlah tertentu pada waktu itu juga (Hart dalam Manulang, 1999:14).

(25)

2.2.2.2. Fungsi Uang

Menurut Iswardono (1996:6-9), uang merupakan beberapa fungsi yaitu:

1. Satuan Hitung (Unit of Account)

Dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai alat digunakan untuk menunjukan nilai dari barang - barang dan jasa dijual (beli), besarnya kekayaan serta menghitung besar kecilnya kredit atau utang dapat dikaitan sebagai alat di gunakan dalam menentukan barang dan jasa.

2. Alat Penukar

Sebagai mendasari adanya spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi masing - masing barang dengan uang, orang tidak harus menukar barang yang diinginkan dengan barang yang diproduksinya di pasar sebagai alat penukar.

3. Penimbun Kekayaan

(26)

4. Standar Pencicilan Utang

Begitu uang diterima umum sebagai alat penukaran atau satuan hitung maka secara langsung uang akan bertindak sebagai unit atau satuan pembayaran cicilan utang juga utuk menyatakan besaran utang kita. Dengan menggunakan uang tersebut kita dapat melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan cepat baik secara kontan atau angsuran.

2.2.2.3. J enis-jenis Uang

Banyaknya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dipengaruhi oleh pemerintah, tetapi peranan dalam pengeluaran uang bukan hanya dipengaruhi oleh pemerintah tetapi juga badan - badan kredit. Hal ini yang menimbulkan dalam masyarakat terlihat berbagai jenis uang yaitu:

1) Full Bodied Money, merupakan mata uang yang nilai materinya sama

dengan nilai yang tertulis di dalam mata uangnya. Jadi mata uang yang nilai materinya sama dengan nilai nominalnya disebut full bodied money. Hal ini hanya mungkin terdapat pada mata uang yang terbuat dari logam - logam mulia dan jika didalam masyarakat tersebut dipenuhi dua syarat yaitu:

(27)

b). Tiap orang mempunyai hak yang terbatas dalam menyimpan uang logam.

Adanya dua syarat tersebut, dapat menyebabkan terjadi kesamaan dua nilai maka orang cenderung melebur mata uang ini berakibat cenderung turunnya harga logam di pasar.

2) Token Money

Token Money adalah mata uang yang nilai nominalnya (nilai

moneter) lebih tinggi dari intristiknya. Contoh dari token money adalah uang yang terbuat dari kertas. Jadi baik uang kertas bank maupun uang kertas pemerintah adalah Token Money.

Perbedaan full bodied money dengan token money adalah jika pada token money mata uang hanya dibuat oleh badan - badan tertentu seperti

Bank Sentral, pemerintah dan bank - bank deposito, maka full bodied money pencipta uang itu menjadi milik masyarakat. (Manulang, 1993:28)

3) Uang Kertas

(28)

Sebab - sebab banyak negara mempunyai mata uang yang terbuat dari kertas:

a. Ongkos pembuatan mata uang kertas ini tidak seberapa, jika dibandingkan dengan pembuatan mata uang logam.

b. Uang kertas mudah dibawa dari tempat yang satu ke tempat yang lainya.

c. Jika mata uang bertambah maka mudah untuk mendapatkanya.

4) Uang giral

Uang giral atau biasa disebut bank deposito money, adalah hutang sesuatu bank kepada seseorang atau kepada suatu badan perusahaan. Bank deposit money merupakan uang giral.

5) Near Money

Time deposit money dan obligasi pemerintah disebut near money,

(29)

2.2.3. Uang Beredar

Uang beredar adalah keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito). (Putong, 2007:23)

"Uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian, yaitu adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank - bank umum". (Sukirno, 2002:38)

Sukirno (2002) membedakan uang beredar menjadi dua pengertian yaitu: 1. Dalam pengertian sempit (M1)

Uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan - perseorangan, perusahaan - perusahaan, dan badan - badan pemerintah.

2. Dalam pengertian luas (M2)

Uang beredar adalah meliputi uang dalam peredaran, uang giral, dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari depositi berjangkan tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik.

(30)

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas maka diambil suatu batasan mengenai pengertian uang yang beredar, yaitu:

1. Menurut Boediono (1991:4) uang beredar yang didefinisikan sebagai uang kartal plus (atau currency plus Demand Deposit) disebut uang dalam arti sempit atau norrow money (M1).

M1= C +DD

Dimana, C = currency (uang kartal)

DD = demand deposit deposits (uang giral)

2. Menurut Boediono (2000:6) uang dalam arti luas atau uang M2 adalah kewajiban moneter sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang diatas terdiri atas uang M1 ditambah deposito berjangka dan bersaldo tabungan milik masyarakat pada bank - bank.

M2 = M1 + TD + SD

Dimana,TD = Time Deposits (deposit berjangka)

SD = Saving Deposits (saldo tabungan)

(31)

M3 = M1 + QM

Dimana, QM = Quasi Money

Uang kuasi merupakan aktiva milik sektor swasta domestik yang dapat memenuhi sebagai fungsi uang atau sementara kehilangan fungsinya sebagai media pertukar.(Insekindro, 1993:78)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa uang beredar adalah jumlah uang yang ditanggan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasi “Quasi money” (M3)

2.2.4. Teori Per mintaan Uang

2.2.4.1. Teori Kuantitas Uang

Menurut Sukirno (2000:40) dalam memerapkan teori kuantitas yang dilakukan oleh Irfing Fiser digunakan persamaan pertukaran. Persamaan pertukaran tersebut dinyatakan sebagai berikut:

MV = PT

Dimana :

M = Uang beredar

V = Kelakuan peredaran uang

(32)

T = Jumlah barang - barang dan jasa yang di perjual belikan didalam suatu tahun tertentu.

Dimana persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang sempit. Ini berarti M adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. Kelanjutan peredaran uang, yaitu V ditentukan berdasarkan keseringan (beberapa seringya) uang beredar yang terdapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam setahun. Dalam menentukan nilai P yang perlu diketahui adalah indeks harga. Faktor yang terakhir dalam persamaan pertukaran diatas, yaitu menunjukkan jumlah barang - barang dan setengah jadi yang diperjual belikan. (Sukirno, 1991:221)

2.2.4.2. Teori Per mintaan Keynes

Pada hakekatnya Keynes mengemukakan fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini dikenal dengan nama liquidity preference. (Boediono, 2007:27)

Keynes menggolongkan sebab - sebab keinginan untuk memegang uang tunai dalam 3 golongan, yaitu:

1.Motif transakasi (transaction motive)

(33)

dilakukan agar uasha dapat berjalan terus. Alasan menyimpan uang tunai untuk kebutuhan tersebut disebut dengan transaction.

2.Motive berjaga-jaga (precautionary motive)

Permintaan akan uang bertujuan melakukan pembayaran yang tidak reguler atau yang diluar transaksi normal, misalnya pembayaran keadan - keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran tidak terduga lainya. (Boediono, 2004:28)

Gambar 1: Motif Berjaga-jaga

Tingkat bunga r0 ---

r1 ---

0 Dt1 Dt2 Permintaan uang

Gambar 1 Transaksi dan berjaga – jaga Sumber : Boediono, 2007:27 3.Motif Spekulasi (speculative motive)

(34)

Gambar 2 : Motif Spekulasi

Tingkat Bunga --- ---

Ds

0 Ds1 Ds2 Sumber : Boediono, 2007:27

Gambar 3 : Permintaan J umlah Uang

r0 ---

Tingkat bunga

Dm(y1) Dm(y2)

0

Dm1 Permintaan Jumlah permintaan uang

Sumber : Boediono, 2001, Ekonomi Makro, Penerbit BPEP, UGM, Yogyakarta, Hal 156

(35)

permintaan tersebut tergantung pada pendapatan nasional, makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga - jaga.

Kurva 2 menggambarkan permintaan untuk spekulasi. Pada r0 permintaan uang spekulasi adalah sebanyak Dsi semakin menurun tingkat suku bunga, semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi karena orang - orang lebih suka memegang uangnya dari pada obligasi. Pada tingkat bunga r1 permintaan uang untuk spekulasi telah menjadi sebanyak Ds2.

Kurva 3 adalah kurva permintaan uang dalam perekonomian yang merupakan gabungan antara permintaan untuk transaksi dan berjaga - jaga dengan permintaan uang untuk spekulasi. Kurva Dm(y1) adalah permintaan uang dalam perekonomian pada pendapatan nasional sebanyak r0 dibentuk dengan menjumlahkan Dm(y1) dengan Dm(y2).

2.2.5. Teori Penawaran Uang

2.2.5.1. Teori Penawaran Uang

(36)

emas dalam proses produksinya menyedot emas yang ada sehingga menggurangi jumlah emas yang tersedia untuk alat pembayaran atau produksi emas meningkat (misalnya ditemukan tambang baru).

(37)

Gambar 4 : Kur va Penawaran Uang

Tingkat bunga (%) LM

r0 ---

r1 ---

0 y0 y1Pendapatan Nasional (Y)

Sumber : Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter. Buku 1 hal 137

2.2.5.2. Teori Penawaran Uang Modern

Dalam perekonomian modern, para produsen emas tidak lagi mempunyai peranan moneter yang paling penting seperti dahulu dalam sistem emas. Dalam sistem standar kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah Otoritas Moneter (pemerintah dan bank sentral) dan lembaga keuangan (keduanya bersama - sama disebut sebagai “sistem moneter”). Otoritas moneter keuangan (perbankan) merupakan supplier uang sekunder bagi masyarakat.

(38)

uang inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing - masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan - tindakan disub - pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. (Boediono, 1998:121)

Tindakan - tindakan ini tidak lain berupa usaha dari para pelaku tersebut untuk mengubah strukur dan komposisi dari kekayaan yang ia pegang menuju ke arah struktur dan komposisi yang ia inginkan.

Seandainya pasar uang inti dari otoritas moneter kepada masyarakat, misalnya pemerintah tiba – tiba menaikan pembelanjaan karena kenaikan gaji pegawai negeri. Pada putaran pertama, tambahan uang inti tersebut akan diterima oleh masyarakat dalam bentuk tambahan uang tunai (kartal) yang mereka pegang. Tindakan penyesuaian mereka adalah menyimpan kelebihan uang tunai berarti cadangan bank menjadi lebih besar dari sebelumnya. Bank merasa kelebihan cadangan (uang tunai), kemudahan mereka mungkin menanamkan kelebihan cadangan tersebut untuk membeli SBI. Kita lihat bahwa tambahan - tambahan uang inti yang berawal dari pemerintah (otoritas moneter), kembali kepada bank Indonesia (otoritas moneter) meskipun tidak seluruhnya. (Boediono, 1998:122)

(39)

tercipta, tergantung pada sifat dari putaran - putaran penyesuaian tersebut. Biasanya, tambahan uang beredar yang akhirnya diakibatkan oleh tambahan uang inti adalah besar dari pada tabungan uang inti tersebut. Melalui proses penyesuaian portofolio tersebut sebenarnya telah terjadi semacam “pelipatan” uang beredar atau terjadi prose multiplier. Proses inikah yang merupakan inti dari mengenai penawan uang. (Boediono, 1998:76).

2.2.6. Tingkat Suku Bunga

2.2.6.1. Definisi Tingkat Suku Bunga

Definisi suku bunga adalah sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah dan harga yang harus diterima oleh bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman. (Kasmir, 2006:133)

2.2.6.2. Pengertian Tingkat Suku Bunga

(40)

Samuelson dan Nordhaus (1996:332) memberikan definisi tingkat suku bunga adalah harga yang dibayar bank dan peminjam lainnya untuk pemanfaatan uang selama jangka waktu peminjaman.

Menurut Boediono (1998:75) dalam bukunya “Ekonomi Moneter” yang dimaksudkan tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.

Menurut Rosyidi (1999:160) suku bunga adalah tingkat harga dari uang yakni beberapa persen dari sejumlah uang tertentu yang harus dikembali atau dibayarkan karena terpakainya uang itu.

Definisi suku bunga adalah harga yang dibayarkan atas penggunaan kredit, sehingga disini dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah balas jasa yang diperoleh masyarakat atas sejumlah dana atas pinjaman yang terima. (Sihombing, 1990:7)

Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana untuk jangka waktu tertentu atau bisa dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. (Boediono, 1990:2)

(41)

2.2.6.3. Teori Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga

Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh pemerintah dan penawar akan uang. Pemerintah terhadap uang oleh Keynes disebut “Liquidity Preference”. Namun ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahwa permintaan akan uang menurut teori Keynes berdasarkan pada konsepsi bahwa pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk (oleh sebab itu diberi nama “Liquidity Preference”) inikah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk membayar uang. Teori Keynes khususnya menekan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga tersebut dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. (Boediono, 2001:82-83)

a. Tingkat Bunga Nominal

(42)

atau mengenai kapasitas bidang usaha debitur dan mengenai masa yang akan datang. (Boediono,2001:88)

b. Tingkat Bunga Riil

Menurut Boediono (1998:90) Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal minus inflasi yang terjadi selama periode yang sama.

Rr = Rn * Ri

Dimana :

R = Tingkat bunga riil

Ri = Laju inflasi

Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah tingkat balas yang dipeoleh masyarakat atas sejumlah dana atas pinjaman yang diterima.

(43)

mengeluarkan kebijaksanaan seperti pembatasan ekspansi kredit.

Tingkat suku bunga tinggi yang terjadi di Indonesia bermula dari tingginya tingkat suku bunga simpanan. Dan tingginya tingkat suku bunga simpanan ini dikarenakan kalangan perbankan hendak menyedot dana dari masyarakat sebab itu Indonesia terjadi saving investment gap atau perbedaan antara investasi dan simpanan yang cukup besar.

Gambar 5 :

Keseimbangan tingkat suku bunga pada teori pr efer ens

Tingkat bunga

%

D Ms (Penawaran Uang) Req

D (Liquidity Preference)

0 Jumlah penawaran uang dan permintaan

Sumber : Sunariyah, 2000. Pengantar Pasar Modal,

Edisi Kedua ,UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hal 75

(44)

Keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan uang pada titik req. Titik req adalah keseimbangan tingkat bunga didalam pasar.

Keseimbangan dari permintaan dan penawaran diminta menentukan tingkat bunga jangka pendek dalam suatu pasar. Apabila tingkat suku bunga dibawah tingkat keseimbangan masyarakat menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Penjualan surat berharga ini akan mendorong harga turun (tingkat bunga naik), sampai tingkat keseimbangan. Sebaliknya apabila tingkat bunga diatas keseimbangan. Masyarakat lebih sedikit uang kas dengan cara membeli surat berharga. Pembelian mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat bunga turun) sampai keseimbangan tercapai. (Nopirin, 2000:93)

(45)

Gambar 6 : Efek J umlah Uang Ter hadap Tingkat Bunga

I LM0

E0

iq --- LM1

i1 --- E2

i2 --- E1

IS

YF Y

Sumber : Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter 2. Penerbit BPFE Yogyakarta, hal 192

2.2.6.3 Kredit

Dalam hal ini ada beberapa definisi mengenai kredit

(46)

2. Menurut UU No. 14/1967 mengenai pokok perbankan, Bab 1 pasal 1 (c), yang dimaksud kredit adalah penyediaan uang atau tagihan – tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain, dalam hal ini mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang dibutuhkan. (Santoso, 1994:111)

3. Dipandang dari sudut ekonomi kredit diartikan sebagai penundaan pembayaran, maksudnya pengambilan atau penerimaan uang atau barang tidak dilaksanakan secara bersama pada penerimaannya akan tetapi pengembalianya dilakukan pada masa waktu yang akan datang.

Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan kredit adalah sesuatu bentuk pinjaman antara dua belah pihak berdasarkan kepercayaan di mana pihak memberikan prestasi baik berupa uang atau jasa pada pihak lain di mana ia berkewajiban utuk mengembalikan atau memenuhi kewajiban dalam jangka waktu tertentu.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat atas sejumlah dan pinjaman yang diterimanya.

(47)

membiayai produksi perusahaan. Hal ini akan mendorong kenaikan Jumlah Uang Beredar.

2.2.7. Inflasi

2.2.7.1. Pengertian Inflasi

Beberapa pengertian mengenai inflasi adalah sebagai berikut :

1. Pengertian singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga meningkat secara umum dan terus – menerus. (Boediono, 1998:161)

2. Yang dimaksudkan dengan inflasi proses kenaikan harga – harga umum barang – barang secara terus – menerus selama satu periode tertentu. (Nopiirin.2000:25)

3. Inflasi merupakan masalah ekonomi yang dominan disamping masalah pengangguran yang sudah sejak lama dihadapi oleh masyarakat diseluruh dunia. (Iswandono, 1991:49)

4. Inflasi adalah suatu peristiwa moneter yang terjadi disemua negara yang dianggap sebagai penyakit yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. (Sinungan, 1991:49)

(48)

2.2.7.2. Klasifikasi Inflasi

A. Jenis Inflasi menurut sifatnya

Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi atas dasar pernah tidaknya inflasi tersebut. Beberapa macam inflasi tersebut adalah:

1. Inflasi ringan, ditandai dengan laju inflasi yang rendah yaitu kurang dari 10% pertahun.

2. Inflasi menengah, ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar yaitu sampai 2 digit bahkan 3 digit. Dan kadangkala berjalan waktu yang relatif pendek. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat dari pada inflasi ringan.

3. Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga – harga naik 5 sampai 6 kali. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

B.Jenis Inflasi menurut sebabnya

1. Demand Pull Inflation

(49)

(ouput). Apabila kesempatan kerja penuh telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah menaikkan harga saja. Proses terjadinya (demand pull inflation) dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 7 : Demand Pull Inflation

Harga S

P2

P1 D2

D1

Q1 Q2 Output

Sumber : Boediono, 1994. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, hal 157

(50)

2. Cost Push Inflation

Inflasi yang disebabkan turunnya produksi, karena naiknya biaya produksi. Apabila proses ini berjalan terus menerus maka timbulkan Cost Push Inflation. Proses terjadinya cost push inflation dapat

dijelaskan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 8 : Cost Push Inflation

Harga S2 S1

D

P2

P1

Q1 Q2 Output

Sumber : Boediono, 1994

Keterangan :

(51)

C.Jenis inflasi berdasarkan asalnya

Berdasarkan asalnya, inflasi dibedakan sebagai berikut (Boediono,1998:84)

1. Inflasi yang berasal yang dalam negeri (Domestic Inflation) adalah inflasi yang timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang di biayai dengan percetakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation) adalah inflasi yang timbul karena harga langganan berdagang. Kenaikan harga barang - barang yang kita impor mengakibatkan kenaikan indeks biaya hidup, karena sebagai barang - barang yang tercakup didalamnya berasal impor selain juga secara tidak langsung akan menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dan kemudian harga jual dari barang yang menggunakan bahan mentah yang harus impor.

2.2.7.3. Akibat Inflasi

(52)

Efek terhadap pendapatan (Equity Effects) sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diutungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap dirugikan dengan adanya inflasi. Sebaiknya pihak - pihak mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari pada inflasi.

Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effects) yaitu inflasi dapat mengubah pola alokasi faktor - faktor produksi. Penambahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang tertentu. Inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

(53)

2.2.7.4. Cara Pengendalian Inflasi

Inflasi dapat terjadi karena besarnya uang beredar di masyarakat oleh karena itu mencegah laju inflasi adalah dengan pendalian uang beredar dimasyarakat tersebut dengan menggunakan kebijakan moneter, fiskal dan kebijakan yang berkaitan dengan produksi.

Sasaran kebijakan moneter dapat dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar, salah satu komponen jumlah uang beredar adalah uang giral. Bank sentral dapat mengatur jumlah uang giral ini melalui penatapan cadangan minimum. Untuk menakan laju inflasi cadanagn minimm dikenaikan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.

Bank sentral dapat mengunakan suatu pengendalian yang disebut dengan diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh Bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikan oleh Bank sentral maka keinginan Bank umum menjamin menjadi semakin kecil, sehingga cadangan yang ada Bank sentrral juga semakin kecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat semakin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.

(54)

Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanan penurunan biaya masuk sehingga impor barang meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. (Nopirin, 2000:35)

2.2.8. Investasi

2.2.8.1. Pengertian Investasi

Kata investasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “Penanaman Modal” investasi adalah suatu kegiatan ini sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sanggat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di daalam memperlancar proses produksi.

Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonmi mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang - barang modal baru, sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah investasi (Rosyidi, 1994:158).

Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari pabrik mesin dan produk - produk tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1995: 46)

(55)

modal dan perlengkapan - perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa - jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagi investor (atau pembentukan modal atau penanaman modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan berikut :

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin - mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b. Pembelajaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan - bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang - barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2001:107)

(56)

2.2.8.2. Teori Investasi

Masalah Investasi adalah suatu masalah yang langsung bekaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko (2000:84) terdapat 2 teori, yaitu :

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besar modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitass batasnya dibandingakan dengan tingkat bunga - bunganya. Sehingga investasi akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diterima bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

(57)

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan oleh konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI),yaitu bahwa investasi itu dijalankan

apabila MEI lebih tinggi dari pada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu (Suparmoko, 2000:84)

1.Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin banyak investasi terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

(58)

2.2.8.3. Macam - macam Investasi

Macam - macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Investment dan Induced Investment

Autonomous Investment ( investasi otonomi) adalah investasi yang besar

kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan factor - faktor diluar pendapatan. Faktor - faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi terimbass adalah investasi yang dipengaruhi oleh pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan

(59)

diarahkan kepada melayani atau memciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestic Investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan

Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang

memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memliki faktor produksi modal (capital) yang cukup mengelola sumber - sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber - sumber yang ada dimanfaatkan.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total investasi yang diadakan

(60)

2.2.8.4. Faktor - Faktor yang Menentukan Investasi

a. Ramalan Mengenai Keadaan Dimasa yang Akan Datang.

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang - barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat ramalan - ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang.

b. Tingkat Bunga.

Bagi perusahaan yang bijaksana hanya selalu mengikuti dan memperliatkan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat bunga dapat beroperainya setiap peruasahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

(61)

investasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga rendah, maka pengusaha akan meminjam dana dari bank umum untuk membiayai pengeluaran investai dengan harapan investasi tersebut menghasilkan keuntungan yang nilainya besar dari pada bunga yang ditanggungnya. Secara grafis, hubungan antara tingkat suku bunga dan pengeluaran investasi adalah sebagai berikut:

Gambar 9: Hubungan antara Suku Bunga dan Pengeluaran Investasi

Suku Bunga

r2 --- A

r1 --- B Kurva Investasi

0 i2 i1 Pengeluaran Investasi

Sumber : Sudarman, 2004, Pengantar Ekonomi Makro, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, Hal 47.

Keterangan :

(62)

penurunan sebesar I2. Tingkat suku bunga perbankan disuatu negara merupakan salah cerminan baiknya sistem perbankan dinegara yang bersangkutan. Dengan tingginya suku bunga akan bedampak pada rendahnya minat investasi untuk melakukan investasi sehingga akan mengakibatkan kelesuan disektor riil yang pada akhirnya mengurai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan.

c. Perubahan dan Perkembangan Teknologi

Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha lain, maka hal demikian itu ditanamkan mengadakan pembaharuan. Pada umumnya semakin banya perkembangan ilmu dan teknologi, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha.

d. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perubahan - perubahan

(63)

e. Keuntungan yang Dicapai Perusahaan

Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor penting yang dapat menentukan untuk kegiatan atau pengembangan investasi adalah keuntungan yang diperoleh. Apabila perusahaan - perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungannya atau modal kas, maka perusahaan yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti disamping mengurangi biaya investasi yang akan dilakukan secara otomatis akan menambah modal atau keuntungan perusahaan - perusahaan yang bersangkutan. (Rosyidi, 1994:165)

2.2.9. Pengeluaran Pemer intah

Menurut Boediono yang dimaksud dengan pengeluaran pemerintah adalah semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah - pemerintah daerah. Yang dimaksud kedalam pengeluran pemerintah hanya pembelian barang - barang dan jasa yang merupakam produk tahunan yang bersangkutan. (Boediono, 2000: 50)

Pengeluaran pemerintah ada dua macam, yaitu pengeluaran pemerintah (government expenditure) atau (G) itu sendiri, dan pembayaran transfer (transfer payment) atau (Tr) perbedaannya adalah bahwa G dibayarkan sebagai balas jasa

atas prestasi yg diterima oleh pemerintah, sedangkan Tr dibayarkan bukan sebagai balas jasa.

(64)

pemerintah adalah pembayaran pemerintah kepada individu - individu yang tidak dipakai untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai imbalanya. Pengeluaran pemerintah berupa tunjangan yang diberikan kepada penganggu, uang pensiun bagi pegawai negeri, bantuan bagi anak - anak yatim piatu atau anak - anak cacat. Dimaksudkan kedalam kategori pambayaran transfer karena semua jenis pembayaran ini bukan merupakan pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa pada tahun yg berjalan, akan tidak dimasukkan kedalam GNP. (Samuelson dan Nordhaus 2004 : 110-111)

2.2.9.1. J enis - jenis Pengeluaran Pemerintah A. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemerintah dan pengeluaran pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi dan pengeluaran rutin lainya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliaharaan aset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu serta menjaga stabilitas perkonomian. (Suminto, 2004)

(65)

dalam rangka pengolahan keuangan negara dan stabilitas perekonomian seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah penghematan pembayaran bunga utang dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah biasanya dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk menaikan gaji pegawai dan pensiun. Selain itu juga terjadi pembayaran bunga impilkasi di saat pengembalian.

Dalam kasus pinjaman dalam negeri, pembayaran bunga utang oleh pemerintah akan kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia karena terjadi transfer pendapatan oleh kelompok masyarakat yang membayar pajak kepada kelompok masyrakat yang menjadi kreditur. Dampak dari aliran ini masih berputar di dalam negeri karena masing – masing pihak adalah warga negara Indonesia. Sedangkan dalam kasus pinjaman luar negeri, terjadi aliran dampak ekonomi (multiplier effect) tang berbeda. Pihak – pihak yang menerima pengembalian pinjaman adalah pihak kreditur di luar negeri. (Suminto,2004)

(66)

bakar minyak (BBM). Subsidi ini muncul besar pada tahun 1997/1998 sebagai akibat dari melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia menyebabkan meningkatnya biaya pengadaan BBM sehinga melebihi hasil penjualan BBM itu sendiri. Akibatnya pemerintah terpaksa memberikan subsidi terutama terhadap minyak tanah dan solar.

Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan tabungan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain diupayakan melalui pinjaman alokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan koordinasi pelaksanaan pembelian barang dan jasa kebutuhan departemen atau lembaga negara non departemen dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap. (Basri,2005:35)

B. Pengeluaran Pembagunan

Menurut Basri (2005:55) pengeluaran pemerintah berbeda dengan anggaran rutin yang bersifat terus menerus, anggaran pembangunan yang digunakan membiayai suatu proyek akan mempunyai batas waktu, dimana apabila suatu proyek selesai maka pembiayaannya habis.

(67)

b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.

Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, dimana gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak lansung.

c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment.

Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk peminjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda. (Boediono, 2000: 34)

2.2.9.2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Ter hadap J umlah Uang Beredar Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap jumlah uang beredar adalah apabila pengeluaran pemerintah naik maka jumlah uang yang beredar akan naik pula karena digunakan pembiayaan pembangunan. (Sukirno, 2006: 158)

2.3. Kerangka Pikir

(68)

kegiatan kredit. Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabiliitas harga sangat penting artinya menguangi atau menekan tingkat inflasi. (Judisseno, 2002:21)

Pada dasarnya Jumlah Uang Beredar dipengaruhi oleh banyak faktor namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada fakror - faktor antara lain : tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi, investasi dan pengeluaran pemerintah.

1. Tingkat Suku Bunga Kredit

Dengan turunya tingkat suku bunga, akan mendorong pengusaha atau investor melakukan investasi, sehingga iklim investasi menjadi meningkat. Dalam kesempatan ini pengusaha atau investor mengambil lebih rendah biaya bunga tersebut yang digunakan untuk membiayai produksi perusahaan. Hal inilah yang akan meningkatkan permintaan kredit sehingga bisa mendorong kenaikan Jumlah Uang Beredar. (Susanti, 2001:26)

2. Inflasi

(69)

3. Investasi

Dengan adanya hubungan yang penting antara skedul permintaan investasi menghubungkan tingkat pembelanjaan investasi dengan permintaan akan uang, mengakibatkan adanya hubungan positif dengan jumlah uang beredar. Apabila investasi naik maka mengakibatkan modal dalam negeri maka akan membuka kesempatan kerja baru, dan dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap maka pendapatan masyarakat juga akan meningkatnya pendapatan masyarakat tentu akan meningkat konsumsinya hal inilah yang nantinya akan menyebabkan meningkatnya Jumlah Uang Beredar. (Samuelson dan Nordhaus, 2004:145)

4. Pengeluaran Pemer intah

(70)
(71)

Hipotesis

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan peneliti, landasan teori dan kerangka pikir diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

1. Di duga bahwa suku bunga kredit, tingkat inflasi, investasi, dan pengeluaran pemerintah sebagai variable bebas mempunyai pengaruh terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia.

(72)

3.1.Definisi Oper asiona l dan Pengukur an Var ia ble

Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah pernyataan tentang

definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan

teori yang ada, maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Dalam rencana penelitian ini definisi operasional dari masing-masing variabel

yang diteliti dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Var iabel Ter ikat / Dependent variable ( Y )

Yang dimaksudkan dengan Uang beredar adalah jumlah uang yang ada

ditanggan masyarakat yang berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka,

saldo tabungan dan uang kuasi “Quasi money” (M3). Dan dinyatakan dalam

satuan Milyar Rupiah.

b. Var iabel Bebas / Independent variable ( X )

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, meliputi :

1. Tingkat Suku Bunga Kredit ( X1 )

Tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah tingkat balas jasa

(73)

yang mana memiliki hubungan terbalik antara kenaikan tingkat suku bunga

dengan permintaan kredit, yang mana dinyatakan dalam bentuk persen (%).

2. Tingkat Inflasi (X2)

Tingkat inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga untuk naik

secara terus – menerus, laju inflasi ditentukan oleh pertambhan jumlah uang

beredar dan mengenai kenikan harga – harga dimasa mendatang. Dalam

penelitian ini inflasi dinyatakan dalam bentuk persen (%).

3. Tingkat Investasi ( X3 )

Tingkat investasi diartiakan sebagai pengeluaran dan pembelanjaan

penanaman – penanaman modal dan perlengkapatan produksi untuk membeli

barang – barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian, yang dinyatakan

dalam Milyar Ruiah.

4. Pengeluaran Pemerintah (X4)

Pengeluaran pemerintah adalah semua pembelian barang dan jasa yang

dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah - pemerintah daerah.

Pengeluaran pemerintah yang diteliti mengambil data dari jumlah pengeluran

(74)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data berkala ( Time Series ),

yaitu data tahunan yang diambil dalam waktu 10 tahun, yaitu mulai dari tahun 2002

sampai dengan tahun 2011.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data dan keterangan-keterangan yang diperlukan

dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut :Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui

laporan-laporan atau dokumen-dokumen yang ada dan informasi lainnya yang ada kaitannya

dengan penelitian ini.

Jenis Dan Sumber Data

Data merupakan faktor yang paling penting dalam setiap melakukan

penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data

yang dikumpulkan atau diperoleh dari instansi yang telah ada yang berhubungan

dengan penelitian ini atau data yang sudah dipublikasikan dan dapat diambil dari

instansi yang bersangkutan. Datayang diperoleh dalam penelitian ini, diperoleh dari

instansi yang terkait yaitu :

• Kantor Badan Pusat Statistik ( BPS ) cabang Surabaya.

(75)

• Departemen yang terkait.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Studi Kepustakaan

Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literature yang sesuai

dengan penelitian ini.

b. Studi Lapangan

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan

penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara :

Dokumentasi, yaitu meminta dan mengambil data berupa laporan atau

catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kuantitatif perhitungan)

berdasarkan teori - teori yang ada. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu

metode yang digunakan dalam menganalisis hubungan yang mempunyai pengaruh

antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Analisis regresi linier berganda ini

menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square ) dengan bantuan SPSS versi 13

yang dapat ditulis sebagai berikut :

(76)

Dimana

Y = Jumlah Uang Beredar

X1 = Tingkat Suku Bunga Kredit

X2 = Tingkat Inflasi

X3 = Investasi

X4 = Pendapatan Nasional

b1,b2,b3,b4 = Koefisien Regresi

e = Variabel Pengganggu

Teknik analisis ini digunakan untuk menguji koefisien regresi yang

mempunyai pengaruh pada variabel (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y)

maka sebelumnya perlu dilakukan uji R2 yaitu untuk mengetahui apakah model

analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya. Untuk mengetahui

nilai adjusted R2 atau koefisien nilai determinasi menggunakan rumus : (Nachrowi

dan Usman,2005:20)

R2 = J K Regr esi

J K TOTAL ( Nachrowi dan Usman, 2005:20 )

Dimana :

R2 = Koefisien Determinan

Gambar

Gambar 1: Motif Berjaga-jaga
Gambar 2 : Motif Spekulasi
Gambar 4 : Kurva Penawaran Uang
Gambar 5 :
+7

Referensi

Dokumen terkait

BIMEP (Biscay Marine Energy Platform) Armintzatik 1.700 metrora olatuen eta korronteen energia nahiz offshore haize - energia aztertzeko ezarritako instalazio berri bat da

Bupati sebagai alat birokrasi negara modern dan di sisi lain juga sebagai ketua LAD yang menjalankan fungsi Sombayya dapat dengan mudah menguasai segala macam gaukang

Penelitian ini diawali dengan menentukan ruang lingkup penelitian, yaitu mengidentifikasikan segala resiko yang terjadi pada sistem bahan bakar solar, dalam hal ini berarti resiko

SOP DOKTER KEPERAWATAN • SOP SOP APOTEKER OUT COME PELAYANAN MELALUI ASUHAN STANDARD PELAYANAN FARMASI RS LEADERSHIPDAN MANAJEMEN DAN KOMPETENSI PROFESI DALAM

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan maka untuk populasi dalam penelitian ini

Di era modern, pertanyaan tentang kebaikan bersama memperoleh banyak kekayaan tafsir yang sangat berpengaruh. Buku ini mengetengahkan empat ga- gasan Modern yang memberi