• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PANEN DAN PASCA PANEN PADI SAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PANEN DAN PASCA PANEN PADI SAWAH"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PANEN DAN PASCA PANEN PADI SAWAH

Oleh :

Golongan M/Kelompok 4

1. Fanenisa Ramadhani 171510301035 2. Soviana Andani Insani M. 171510301038 3. A. Ardio Perdana 171510301046 4. Rhisma Evina Happy P. 171510301049

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

2018

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi merupakan bahan makanan yang menjadi sumber utama makanan pokok bagi masyarakat dindonesia. Meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk ang adda diindonesia membuat pemerintah mengupayakan peningkatan produksi pertanian lebih spesifik pada tanaman padi. Supaya tidak terjadi yang dapat mengakibatkan terganggunya sistem produksi padi pada lahan sawah, oleh sebab itu perlu adanya upaya guna mengembangkan serta mengkonservasi sumberdaya alam yang ada tersebut. Salah satunya ialah faktor kesuburan lahan yang menjadi salah satu faktor utama dalam proses mengembangkan dalam proses perbaikan produksi pada tanaman padi tersebut.

Bahan organik yang terkandung dalam tanah lahan persawahan sebagian dalam keadaan kurang zat hara yang terkadung dalam lahan tersebutt. Maka dari itu , bahan organis seperti beroa jerami padi , kompos , pupuk kandang dan bahan organik lainnya sangat diperlukan sebagai bahan penambah zat hara dalam tanah.

Penggunaab baha organik sebagai pengganti bahan kimia merupakan langkah awal dalam memperbaiki sifat tanah. Oleh sebab itu, penggunaan ahan organik untuk rekomendasi sebagai bahan pengganti bahan kimia tersebut sangat dianurkan. Selai itu, penggunanan bahan bahan seperti sisa jerami padi , pupuk kandang serta bahan organik lainnya sebagai bahan yang dianjurkan juga sebagai penghemat pada proses pemakaian bahan pupuk kimia.

Penerapan pemberian pupuk kandang akan memperbaiki sifat serta struktur tanah, dan meningkatkan penahan air dalam tanah. Pada lahan persawahan, nitrogen sangat dibutuhkan dalam kapasitas yang lumayan banyak.

Kandungta nitrogen ini dapat dijumpai pada bagian daun serta biji paa tanaman.

Pada nitrogen berfungsi sebagau bahan molekul pada klorofil atau zat hijau pada daun serta berfungsi sebagai penyusun enzim pada tanaman. Untuk menambah zat hara yang terkandung dalam tanah maka perlu adanya zat tambahan seperti halnya urea dan pupuk ZA.

(3)

Petani yang berada diindonesia pada akhir akhir ini lebih banyak menggunakan pupuk anorganik dibanding dengan penggunaan pupuk organik.

Bilamana proses ini teradi secara terus-menerus maka akan mengakibatkan kurang seimbangnya zat hara pada tanah, serta rusaknya sifat serta struktur pada tana ang nantina akan mengakibatkan turuna tingkat produktivitas pada tanah pada lahan persawahan tersebut. Beberapa faktor pada penggunaan pupuk anorganik ialah harga pupuk organik sendiri lebih maha jika dibandingkan dengan pupuk organik.

Pada proses pemupukan sendiri perlu adanya pemberian pupuk yang secara efisiensi.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui cara pemupukan tanah sawah.

2. Menerapkan 5 tepat pemupukan di sawah dengan rekomendasi pemupukan yang telah diuraikan.

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman utama pada bidang pertanian mengingat nasi adalah salah satu makanan pokok di Indonesia. Tanaman padi akan menghasilkan beras. Beras dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan gizi untuk masyarakat. Beras sebagai tanaman pangan utama masyarakat Indonesia mendapat perhatian lebih tinggi dari berbagai pihak.

Tahap budidaya tanaman padi meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan perawatan, panen dan pasca panen (Tamba dkk., 2017).

Setiap dilakukan budidaya tanaman pasti terdapat proses panen dan pasca panen. Waktu panen padi dan penanganan pasca panen sangat berpengaruh terhadap kualitas beras yang dihasilkan oleh tanaman padi. Panen merupakan kegiatan akhir dari budidaya tanaman padi yang kemudian setelah dilakukan panen akan dilakukan proses pasca panen. Meminimalkan kerugian saat dilakukan proses pemanenan yaitu dengan menggunakan teknologi yang efektif untuk panen padi. Penentuan panen tanaman padi dilakukan berdasrkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis (Adisa, 2013).

Pasca panen tanaman padi merupakan kegiatan untuk melakukan persiapan pengelolaan, penyimpanan, dan pemasaran. Kegiatan pasca panen berkaitan dengan produksi dan mutu hasil tanaman padi. Kegiatan pasca panen dapat mengalami kerugian yang bervariasi seperti keadaan tanaman padi, lokasi tanaman padi, serta musim tanam. Penyebab kerugiaan pasca panen karena pemilihan varietas, hama atau penyakit. Langkah yang harus dilakukan untuk menghandiari kerugian pada saat kegiatan pasca panen yaitu dilakukan dengan dimulai pada saat sebelum kegiatan pemanenan tetapi dapat dilakukan pencegahan. Beberapa kerugia tidak bisa dihindari (Acedo and Easdown., 2015).

Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm. Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi mutu dan rasa nasi. Rasa nasi yang dihasilkan akan pulen,pera atau ketan. Nasi yang pulen perlu dihasilkan oleh petani mengingat makanan

(5)

sumber karbohidrat yang utama di Indonesia. Beras juga merupakan salah satu bahan baku industri untuk pembuatan makanan (Purwono dan Purnamawati., 2007).

Penentuan pemanenan padi pada umumnya memiliki karakteristik untuk dapat di panen. Salah satu karakteristik padi dapat di panen adalah dengan umur, dimana umur menentukan dari kualitas paddi tersebut. Panen pada saat umur optimum sangat penting untuk memperoleh mutu beras yang baik dan menekan kehilangan hasil. Umur optimum tanaman padi yaitu sekitar 30-35 hari dimana pada saat hari 30-35 padi memilki ciri-ciri yaitu padi yang telah menguning keemasan. Dengan tanda warna padi yang kuning keemasan maka dari itu padi siap di panen (Iswari, 2013)

Menurut Nazam (2014)Eksistensi lahan sawah juga berfungsi sebagai stabilisasi kualitas lingkungan (mitigasi banjir, pengendali erosi tanah, pemelihara pasokan air tanah, penambat karbon, penyejuk dan penyegar udara, pendaur ulang sampah organik, dan pemelihara keanekaragaman hayati), serta pemelihara nilai sosial budaya dan daya tarik perdesaan (rural amenity). Pemgunaan lahan pertanian jika di barengi atau dirawat maka hasil padi akan terlihat, karena tdak hanya dilihat dari luar padi itu matang namun tanah atau kondisi tanah sangat berpengaruh.

Pada era globalisasi pertanian mulai berkembang dari sistem penanamannya hingga jenis tanamannnya. Keberagaman pada pada tanaman kususnya pada daerah tropis disesbabkan oleh adanya ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara perbanyakan tanaman dengan berbagai cara dan salah satunya dengan cara kultur jaringan. Kultur jaringan dikenal dengan sebutan Tissue Culture. Sistem perbanyakan dengan metoda kultur jaringan ini menggunakan bagian jaringan atau organ dari suatu tanaman yang ditanam secara suci hama ( steril ) di dalam ruangan maupun media khusus (in vitro) dan akan menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak sampai ribuan dengan sifat yang sama dengan induknya. Dengan adanya Teknik perbanyakan tanaman maka keberagaman tanaman pada pertanian tropika semakin beragam dan dapat diambil keuntungan dari setiap tanamannya (Rina dan Danu, 2012).

(6)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian Acara Pemupukan Tanah Sawah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 28 April 2018, bertempat di Agrotechnopark Jubung pukul 09.00 – 12.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Pupuk Urea 2. Pupuk phonska

3. Lembar kerja pengamatan dan Atk 3.2.2 Alat

1. Timba atau ember

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan masing-masing pupuk yang akan digunakan sesuai dengan jenis dan dosisnya

2. Melakukan pemupukan ke areal pertanaman / sawah dengan cara ditebar secara merata.

3.4 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati dalam praktikum ini adalah : 1. Jenis pupuk

2. Dosis pupuk 3. Waktu pemupukan 4. Tempat pemupukan 5. Cara pemupukan

(7)

3.5. Analisis data

Berdasarkan pengamatan yang praktikan dapat untuk merangkai laporan hasil praktikum, praktikan menggunakan analisis data deskriptif.

(8)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Pelaksanaan Praktikum dan Pengamatan Panen Padi PEKERJAAN PANEN PADI

1. Penentuan Krieria Panen Padi 1. 1. Tahap Pengerjaan

a. Melihat kenampakan padi pada hamparan sawah atau lahan b. Mngamati menggunakan pengamatan visual

c. Kriteria panen padi d. Terdapat daun bendera

e. 90%-95% butir gabah berwarna kuning atau kuning keemasan.

2. Hasil Pekerjaan

Padi yang dipanen sesuai engan kriteria tanaman padi yang siap dipanen.

3. Keterangan

2 Pelaksanaan Panen Padi 1. Tahap Pengerjaan

a. Menancapkan ajir berukuran 1x1 m yang dililiti tali tali raffia sebagai batas berukuran dengan keliling 4 m

b. Menggunakan sabit untuk memotong padi

c. Mengumpulkan hasil padi yang suda dipotong lalu memasukkan ke dalam karung kemudian dipukul untuk merontokkan padi.

d. Memilah dengan menumpukkan rontokan padi dan meletakkan dalam plastik

e. Menimbang hasil.

2. Hasil Pekerjaan

Padi yang telah dipane terpisah dari batangnya.

(9)

3. Keterangan

3. Perontokan Padi dengan Tangan 1. Tahapan Pekerjaan

Padi yang telah dipotong menggunakan sabit dimasukkan kedalam karung lalu dipukul-pukul menggunakan ajir.

2. Hasil Pengamatan

Bulir padi rontok dari batangnya karena dipukul menggunakan ajir 3. Perhitungan hasil padi per ukuran luas petak sampel

0.65 kg x 10.000 = 6.500 kg/ha 4. Keterangan

4. Perontokan Padi Dengan Mesin 1. Tahap Pekerjaan

a. Mengambil beberapa ikat padi

b. Memasukkan beberapa ikat padi tersebut ke dalam mesin threaser c. Memegang malai padi saat akan dimasukkan ke dalam mesin.

d. Padi akan keluar dengan sendirinya.

2. Hasil Pekerjaan

Padi akan terlepas dari malai atau batangnya.

(10)

3. Perhitungan hasil padi per ukuran luas petak sampel 4. Keterangan

4.1.2 Tabel Hasil Perhitungan Panen

Hasil Perhitungan Kelompok 1 luas lahan

luas sampel× hasil panen = 10.000 m2

1m2 × 0.5 kg = 5000 kg/m2 = 5 ton/ha Kelompok 2 luas lahan

luas sampel× hasil panen = 10.000 m2

1m2 × 0.55 kg = 5500 kg/m2 = 5.5 ton/ha Kelompok 3 luas lahan

luas sampel× hasil panen = 10.000 m2

1m2 × 0.3 kg = 3000 kg/m2 = 3 ton/ha Kelompok 4 luas lahan

luas sampel× hasil panen = 10.000 m2

1m2 × 6.5 kg = 6.500 kg/m2 = 6.5 ton/ha Kelompok 5 luas lahan

luas sampel× hasil panen = 10.000 m2

1m2 × 6.5 kg = 6.500 kg/m2 = 6.5 ton/ha

4.2 Pembahasan

Waktu panen yang tepat adalah ketika daun padi dan gabah berwarna kuning. Panen yang dilakukan lebih awal akan menyebabkan penurunan mutu

(11)

gabah bulir beras pecah saat digiling karena proses pematangan yang belum sempurna. Keterlambatan panen juga tidak baik dilakukan karena akan menyebabkan penurunan produksi karena banyak gabah yang rontok. Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang atau kemarau.

Pemanenan padi yang dilakukan oleh kelompok kami adalah menggunakan pengamatan visual. Pengamatan visual adalah pengamatan keadaan padi yang dilakukan dengan melihat keadaan morfologi padi. Menurut Busenda dkk. (2016) Padi yang menguning dan malai menunduk menandakan bahwa padi telah siap dipanen. Padi yang dijadikan bahan praktikum acara pemanenan padi telah memenuhi kriteria pemanenan karena memiliki kondisi dengan ciri 90% - 95% butir gabah berwarna kuning atau kuning keemasan, malai merunduk dan daun bendera serta berumur 3-4 bulan sesuai anjuran pemerintah mengenai waktu panen.

Varietas tanaman padi kelompok kami adalah varietas Situ Bagendit dengan usia 105 HST setelah dilakukannya pemanenan. Kelompok kami menggunakan sampel dengan ukuran 1x1 m. Luas lahan 1 m2 tersebut menghasilkan 6.500 kg berat gabah. Penghitungan hasil padi per ukuran luas petak yaitu dengan luas lahan dibagi dengan luas sampel kemudian dikalikan dengan berat dari hasil luas sampel yang diperoleh. Menurut Bakhtiar dkk, (2013) potensi tanaman padi varietas Situ Bagendit adalah sebesar 3 - 5 ton/ha dengan umur 110 – 120 hari. Kondisi ini tidak sesuai dengan hasil praktikum kelompok kami karena hasil panen yang diperoleh kelompok. Hal tersebut apat dikarekana oleh kadar air yang terlampau tinggi.

Pemanenan padi sebaiknya menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, dan ekonomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan varietas padi yang akan dipanen. Alat dan mesin panen yang sesuai dengan varietas padi akan memperkecil kemungkinan kehilangan hasil panen karena alat atau mesin yang digunakan sudah sesuai dengan bentuk fisik dari tanaman tersebut. Penggunaan teknologi mesin untuk pemanenan juga dapat menghemat waktu sehingga lebih efisien.

Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk pemanenan padi adalah Reaper.

(12)

Menurut Swastika (2012), mesin panen Reaper mempunyai spesifikasi : (1)kapasitas kerja 0,25 ha per jam (4jam/ha), (2) mesin penggerak 3PK, (3) bahan bakar bensin, (4) hanya untuk memotong padi tanpa merontok, dan (5) dioperasikan dengan mendorong alat (seperti menggerakkan traktor tangan). Cara pemanenan padi menggunakan Reaper adalah memotong padi dengan sabit pada ke empat sudut petakan sawah sebagai tempat berputarnya mesin Reaper.

Kemudian arahkan mesin pada tanaman yang akan dipanen. Pemotongan dilakukan sekaligus unuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan keluar satu tumpuk ke arah sebelah kanan mesin. Pemanenan dilakukan dari bagian luar peakan menuju ke bagian tengah petakan sawah.

(13)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Pupuk anorganik ialah bahan atau zat hara buatan yang dibuat oleh pabrik ataupun oleh manusia dengan skala home industri dengan cara mencampur bahan bahan kimia sehingga memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan tanah ataupun tanaman pada prosentase cukup tinggi.

2. Pupuk urea dan phonska yang digunakan dalam pemupukan mengandung unsur N, P dan K yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam proses pertumbuhan. Pemberian pupuk harus sesuai dengan dosis yang ditetapkan agar mendapat hasil produksi yang optimal.

3. Terdapat beberapa hal maupun beberapa faktor yang menjadi penunjang dalam keberhasilan proses pemupukan yaitu diantaranya ialah tepat dosis, tepat waktu , tepat cara serta tepat lokasi.

4. Oksidasi dalam proses kegiatan pemupukan merupakan suatu kegiatan atau prospek dimana bertambahnya bilangan oksidasi nitrogen yang ada didalam tanah.

5.2 Saran

Pada proses pelaksanaan praktikum pemupukan dilakukan oleh semua praktikan, tidak hanya sebagai metode pelatihan saja. Proses tersebut memiliki makna, agar semua praktikan mengetahui proses pemupukan secara utuh dan menyeluruh. Serta bagi praktikan, sebaiknya juga memahami penjelasan yang diutarakan oleh dosen maupun asisten laboratorium yang telah memberikan informasi kepada praktikan supaya praktikan lebih memahami definisi maupun prospek tatacara pemupukan secara benar dan menyeluruh.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adisa, A. F. 2013. Estimating Field Loss Of a Developed Rice Stripper Harvester in Nigeria. Science and Technology. 2(4) : 353-358

Jr Acedo, A. and Easdown, W. 2015. Post-Harvest Losses of Vagatables in South Asia. Centre For Alleviation of Poverty Through Sustainable Agriculture.

32(2) : 1-12

Tamba, F. M., Maharani, E., dan Edwina, S. 2017. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Dengan Metode SRI (System of Rice Intensification) Di Desa Empat Balai Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. Ilmiah Pertanian. 13(2) : 11-22

Purwono dan Purnamawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.

Penebar Swadaya : Jakarta

Nazam et al . 2014. PENETAPAN LUAS LAHAN OPTIMUM USAHATANI

PADI SAWAH MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN

BERKELANJUTAN DI NUSA TENGGARA BARAT. Agriekonomi.

29(2): : 113 – 145.

Iswari K. 2013. KESIAPAN TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN PADI DALAM MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MENINGKATKAN MUTU BERAS. Lubang Pertanian. 51(2):59-67.

Rina K dan Danu. 2012. Teknik Persemaian. Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Tanaman Hutan

Bakhtiar, Hasanuddin, dan T. Hidayat. 2013. Identifikasi Beberapa Varietas Unggul Padi Gogo Di Aceh Besar. Agrista, 17(2): 49-54.

Busenda, A.Z., E. Sayamar, dan Kausar. 2016. Analisis Kearifan Lokal Tanaman Padi Sawah Di Nagari Simpuruik Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. JOM Faperta, 3(1): 1-13.

Swastika, D. K. S. 2012. Teknologi Panen Dan Pascapanen Padi: Kendalaadopsi Dan Kebijakan Strategi Pengembangan. Analisis Kebijakan Pertanian.

10(4):331-346

(15)

DOKUMENTASI

(16)
(17)
(18)

LAMPIRAN

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Referensi

Dokumen terkait

BUDIAWAN, F 26.1223, Prototipe Program Komputer Untuk Menganalisis Sistem Penanganan Pasca Panen Padi.. Di bawah

Data yang digunakan dalam penelitian tentang prediksi hasil panen padi adalah data rata-rata curah hujan dan irigasi dan hasil panen padi yang diperoleh dari Dinas

Hasil perhitungan analisis sidik ragam, tidak terjadi pengaruh interaksi antara konsentrasi giberelin dengan varietas padi sawah terhadap umur panen pada cekaman

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab.. Tabel 5.1.04

Tabel 5.1.05 : Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi

hasil maksimal dalam meningkatkan produktivitas padi sesuai dengan potensi hasil deskripsi varietas namun aplikasi bokashi jerami padi sebagai sumber Si dan

Supaya didapatkan hasil evaluasi yang berhubungan dengan kemampuan beroperasi di lahan dari mesin panen maka dilakukan kegiatan survey lapang yang bertujuan untuk:

Sistem Alat Kehilangan hasil dari.. Penelitian di Karawang menunjukkan kehilangan hasil pada panen kelompok hanya berkisar anatara 4,3-4,9%, sedangkan sistem panen