• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Self-Regulated Learning Pada Siswa Kelas Internasional dengan Siswa Kelas Reguler di SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perbedaan Self-Regulated Learning Pada Siswa Kelas Internasional dengan Siswa Kelas Reguler di SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

23 Social Library

Vol 1, No 1, 2021.

http://penelitimuda.com/index.php/SL

Perbedaan Self-Regulated Learning Pada Siswa Kelas Internasional dengan Siswa Kelas Reguler di SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan.

Farida Hanum Siregar1 Agistha Fanessya Perangin-Angin

[email protected]

Abstract

Method used in this research is the comparative method. The population in this study were all students of class X and XI SMA Shafiyyatul Amaliyah, namely 210 students. International class with a total of 30 in the regular class with a total of 180 students. The number of samples is 60 samples, 30 from the international class and 30 from the regular class. The technique used in sampling the two sample groups is the random sampling technique, meaning that all members in the population have the same opportunity to be selected as samples. Based on the calculation results of theanalysis t-test, it is known that there are differences in self-regulated learning between international class students and students in regular classes. This result is known by looking at the value or coefficient of difference in the ttest of 5.652 with a significance of 0.000 (p <0.050). Furthermore, by looking at the average value, it is known that international class students have higher self- regulated learning with an average value of 132.40 compared to regular class students, who have an average score of 113.93.

Keywords: Self-Regulated Learning, international class students, regular class students

A. PENDAHULUAN

Setiap orang selalu mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang, akan tetapi dalam diri setiap orang tentu tidak semua memiliki motivasi yang sama terutama dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan dorongan dan keinginan tidak muncul dari dalam diri siswa, sementara saat ini dunia pendidikan mengalami begitu banyak persaingan, sehingga membutuhkan kemampuan untuk dapat bersaing. Memperoleh kemampuan tidaklah mudah tanpa memahami dan memiliki strategi yang tepat, terutama strategi yang membantu siswa dalam mengatur kegiatan belajarnya, mengontrol perilaku belajar, dan mengetahui tujuan, arah, serta sumber-sumber pendukung untuk belajarnya. salah satu startegi yang di harapkan terbentuk pada diri seorang siswa adalah self-regulated learning.

(2)

24 Regulasi diri dalam belajar (self-regulated learning) merupakan sebuah pendekatan yang penting selama proses pembelajaran berlangsung, ketika di tingkat dasar maupun lanjutan. Self-regulated learning adalah strategi pendekatan belajar secara sosial kognitif.

Self-regulated learning penting bagi semua jenjang akademis. Self-regulated learning dapat diterapkan dalam diri siswa dengan cara diajarkan, dipelajari dan dikontrol (Zimmerman, 1989). Pada umumnya, siswa yang berhasil dan sebagian besar sukses di sekolah adalah siswa yang menggunakan strategi self-regulated learning.

Dengan adanya self regulated learning siswa diharapkan lebih bisa menunjukkan perilaku-perilaku atau usaha yang dapat menunjang keberhasilannya dalam proses belajar. Dalam penelitian ini peneliti berkeinginan untuk meneliti siswa yang melaksanakan pendidikan di Sekolah Bertaraf Internasional dan Nasional. Salah satu sekolah yang memiliki Kelas Internasional dan Nasional atau Kelas Reguler adalah sekolah Shafiyyatul Amaliyah Medan. Materi pelajaran menggunakan kurikulum internasional yang terbilang baru bagi siswa, terlebih lagi setiap siswa memiliki kemampuan bahasa inggris yang berbeda karena keterbatasan yang ada, siswa harus mampu meregulasi, mengatur dan mengontrol proses belajarnya. Disisi lain pada kelas reguler proses pembelajaran berjalan seperti pada umumnya, siswa di tuntut untuk mampu mengikuti pelajaran dengan baik, namun tanpa diberikan beban untuk beradaptasi dengan proses belajar yang baru

Dari hasil observasi peneliti mengungkapkan perbedaan yang terjadi pada siswa kelas internasional yang lebih aktif serta kondusif, seperti jumlah siswa yang lebih sedikit, peran guru yang memotivasi siswa, dan terdiri dari siswa-siswi yang memiliki pengelolaan belajar yang baik, hal ini dikarenakan siswa kelas internasional adalah siswa terpilih berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan. Sedangkan kelas reguler dengan jumlah siswa lebih banyak dan situasi belajar kurang kondusif atau ribut, hanya sedikit siswa yang aktif ketika diskusi mengenai materi pelajaran di kelas, dan siswa didalamnya beragam dari yang memiliki kemampuan belajar tinggi hingga rendah.

Self regulated learning menyangkut selfgeneration dan self-monitoring pada pemikiran, perasaan, dan perilaku untuk menjangkau tujuan (Santrock dkk., 2004).

Pengaturan diri dalam belajar membuat para siswa memiliki kontrol dan mendorongnya untuk memperhatikan metode belajarnya. Zimmerman menyatakan bahwa self regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam mengatur proses pembelajaran mereka sendiri (Zimmerman, 1989).

Self regulated learning adalah suatu strategi pengelolaan dan pengaturan diri secara aktif

(3)

25 selama proses belajar, meliputi tiga aspek; metakognisi, motivasi, dan perilaku. Siswa yang mampu meregulasi diri tidak hanya sukses secara akademik tetapi juga akan memandang masa depan dengan lebih optimis.

Self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self efficacy, motivasi dan tujuan (Zimmerman & Schunk, 2008). (a). Self Efficacy. Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar (Cobb, 2003). Self efficacy dapat mempengaruhi peserta didik dalam memilih suatu tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. (b). Motivasi. Motivasi yang dimiliki peserta didik secara positif berhubungan dengan self regulated learning. Motivasi dibutuhkan peserta didik untuk melaksanakan strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Peserta didik cenderung akan lebih efisien mengatur waktunya dan efektif dalam belajar apabila memiliki motivasi belajar. (c). Tujuan. Tujuan merupakan penetapan tujuan apa yang hendak dicapai seseorang. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan peserta didik untuk memonitor kemajuan mereka dalam belajar. Tujuan memiliki dua fungsi dalam self regulated learning yaitu menuntun peserta didik untuk memonitor dan mengatur usahanya dalam arah yang spesifik.

Menurut Zimmerman dan Schunk (2001) mengungkapkan aspek-aspek self regulated learning yaitu: 1. Metakognisi. Metakognisi adalah kemampuan untuk dapat memahami hal yang dibutuhkan dalam menghadapi situasi belajar (Zimmerman, 1989).

Zimmerman juga menjelaskan bahwa penetahuan tentang metakognisi meliputi: (a) perencanaan yaitu suatu penetapan tujuan dan perencanaan hasil belajar yang akan dicapai dengan menerapkan strategi belajar tertentu, (b) pengorganisasian yaitu pematauan secara efektif terhadap penggunaan metode dan strategi belajar yang tepat, (c) pemonitoran dan pengevaluasian yaitu kemampuan melihat dan menyadari kekurangan dan kelebihan dalam belajar dengan bercermin pada hasil tes dan keyakinan menghadapi tes. 2. Motivasi. Motivasi yaitu keyakinan siswa dalam belajar. Seperti yang diungkapkan Zimmerman (1989), motivasi merupakan pendorong yang ada pada individu untuk dapat mengarahkan individu dalam megorganisir aktifitas belajarnya. Aspek motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi, (a) komponen harapan, yakni keyakinan peserta didik mengenai kemampuannya dalam mengerjakan tugas, (b) komponen nilai, meliputi tujuan dan keyakinan mengenai pentingnya minat terhadap suatu tugas, (c) komponen afeksi, yakni reaksi emosional terhadap suatu tugas. 3. Perilaku. Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri dan memanfaatkan lingkungan maupun

(4)

26 menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. Menurut Zimmerman (2008) mengungkapkan perilaku merupakan gabungan dari tiga komponen, yaitu: (a) strategi kognitif, terdiri dari; pengulangan materi yang telah diterima, mengorganisasi dalam hal mengatur dan menyusun catatan, elaborasi berupa menambah wawasan melalui bahan pelajaran yang relevan, dan berfikir kritis, menguji asumsi dengan memperoleh alternatif jawaban. (b) strategi metakognisi, terdiri dari; perencanaan, pemantauan, dan penilaian.

(c) mengelola sumber daya, terdiri dari; mengelola lingkungan dan waktu, regulasi usaha, belajar kelompok, dan mencari bantuan.

Zimmerman (1989) menekankan untuk dapat meregulasi diri dalam proses belajar siswa harus menggunakan strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan akademis.

Strategi dalam self-regulated learning mengarah pada tindakan dan proses yang diarahkan pada perolehan informasi atau keterampilan yang melibatkan perngorganisasian (agency), tujuan (purpose) dan persepsi instrumental seseorang.

Agency adalah kemampuan individu untuk memulai dan mengarahkan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI SMA Shafiyyatul Amaliyah yakni sebanyak 210 siswa. Kelas internasional dengan jumlah 30 pada kelas reguler dengan jumlah 180 siswa . Jumlah sampel sebanyak 60 sampel 30 dari kelas internasional dan 30 dari kelas reguler. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada kedua kelompok sampel tersebut adalah teknik Random Sampling, artinya semua anggota dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variable yang diketahui (dalam Hadi, 2000). Metode pengambilan data yang dijadikan alat ukur dalam penelitian in i adalah dengan menggunakan skala self-regulated learning. Skala merupakan adaptasi dari Nindyah (2013), yang tersusun berdasarkan aspek-aspek self regulated learning.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis t-test, diketahui terdapat perbedaan self-regulated learning antara siswa kelas internasional dengan siswa di kelas reguler.

Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan ttest sebesar 5,652 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0.050). Selanjutnya dengan melihat nilai rata-rata diketahui bahwa siswa kelas internasional memiliki self-regulated learning lebih tinggi dengan nilai rata-rata 132,40 dibandingkan dengan siswa kelas reguler, yang memiliki

(5)

27 nilai rata-rata 113,93. Jumlah butir pernyataan yang dipakai untuk mengungkap self- regulated learning dalam penelitian ini sebanyak 63 butir yang diformat dalam 3 kategorisasi penilaian. Nilai mean hipotetiknya {(63 x 1) + (63 x 4)}:2 = 157,5.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa nilai rata-rata mean empirik pada variabel self-regulated learning siswa kelas internasional adalah 194,67 sedangkan siswa kelas reguler mean empiriknya adalah 167,50.

Dalam upaya mengetahui perbedaan self-regulated learning antara siswa kelas internasional dengan siswa kelas reguler maka perlu dibandingkan antara mean atau nilai rata-rata empirik dengan mean atau nilai rata-rata hipotetik dengan memperhatikan besarnya bilangan SD dari variabel yang sedang diukur dari besarnya bilangan SD tersebut, maka apabila mean atau nilai rata-rata hipotetik < mean atau nilai rata-rata empirik, dimana selisisihnya melebihi nilai SD, maka self-regulated learning siswa dinyatakan tinggi dan apabila mean atau nilai ratarata hipotetik > mean atau nilai rata- rata empirik, dimana selisihnya melebihi nilai SD, maka self-regulated learning siswa dinyatakan rendah.

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan Analisis t-test, dapat diketahui bahwa ada perbedaan self-regulated learning antara siswa kelas internasional dengan siswa kelas reguler di SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan. Hal ini dapat diketahui melalui koefisien perbedaan analisis t-test sebesar 5,652 dengan probabilitas 0,000 (p<0.050) Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan diterima.

Selain itu diperoleh juga hasil bahwa siswa pada kelas internasional memiliki self- regulated learning yang lebih tinggi dari pada siswa pada kelas reguler, dengan melihat nilai rata-rata self-regulated learning siswa pada kelas internasional yang lebih tinggi dengan nilai rata-rata 194,67 dibandingkan dengan siswa pada kelas reguler yang memiliki nilai rata-rata 167,50. Ini dikarenakan siswa di kelas internasional adalah siswa yang unggul karena telah di seleksi sebelum memasuki kelas internasional dan memiliki proses pembelajaran yang lebih rumit karena berbasis bilingual, serta menjalankan tiga kurikulum yaitu, Internasional, Nasional, dan Departemen Agama, sehingga menuntut siswa lebih berkonsentrasi (kognisi), memiliki lebih banyak waktu belajar dan mengatur strategi belajar dengan tepat dan rutin setiap harinya (perilaku), tetap semangat dalam mengikuti pelajaran dan mempertahankan nilai-nilai positif belajarnya (perasaan).

Self regulated learning didefenisikan oleh Zimmerman (1990) sebagai suatu proses dimana seorang siswa mengaktifkan dan mendorong kognisi, perilaku, dan perasaannya

(6)

28 secara sistematis dan berorientasi pada pencapaian tujuan belajar. Siswa belajar meregulasi diri disaat menghadapi tantangan atau kurikulum baru, dimana siswa dituntut untuk beradaptasi kembali (Pintrich, 2002).

Pada kelas internasional, siswa diajarkan oleh guru Native, serta beberapa guru yang juga sorang dosen, dengan tenaga pengajar yang maksimal ini siswa diharapkan lebih memiliki wawasan yang lebih luas dan metode belajar yang tepat sehingga siswa dapat mengingat dengan baik saat memperoleh informasi. Siswa dalam kelas internasional hanya terdiri kurang dari 20 sehingga siswa lebih mudah untuk berkonsentrasi selama belajar, dan memperoleh perhatian yang cukup dari guru, proses pembelajaran dapat terkendali dengan baik sehingga membuat mereka tidak lalai dari tugas-tugasnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Daulay & Rola, 2009) yang menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki lebih banyak waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas dapat memiliki motivasi dan tujuan belajar yang lebih berorientasi pada pencapaian tujuan belajar.

Thoresen dan Mahoney memaparkan dari perspektif sosial kognitif bahwa keberadaan self-regulated learning ditentukan oleh tiga faktor yang meliputi wilayah pribadi, wilayah perilaku, dan wilayah lingkungan yang turut mempengaruhi proses self- regulated learning (Zimmerman, 1989). Faktor pribadi melibatkan persepsi self-efficacy siswa yang tergantung pada masingmasing empat tipe yang mempengaruhi pribadi seseorang: (1) pengetahuan siswa (student’s knowledge), (2) proses metakognitif, (3) tujuan, dan (4) afeksi. Faktor perilaku terdiri dari subproses yang meliputi self- observation, self-judgement, dan self-reaction. Ketiganya memiliki hubungan yang sifatnya resiprositas seiring dengan konteks persoalan yang dihadapi.

Faktor pribadi/individu yaitu diasumsikan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor perilaku dan faktor lingkungan, sehingga siswa harus mampu mengatur dan menggunakan strategi belajar, membuat rencana dan tujuan belajar, mencatat hal-hal penting, serta mengulang dan mengingat pelajaran agar selfregulated learning terus berproses. Jika terjadi masalah pada salah satu aspek ini, maka self-regulated learning akan mengalami hambatan. Salah satu kasus yang ditemukan adalah self-regulated learning siswa kelas reguler lebih rendah dari siswa kelas internasional, ini terjadi karena adanya masalah pada wilayah pribadi/individu dan lingkungan belajar, pada kelas reguler masih terdapat sebagian siswa yang kurang berusaha menyesuaikan diri dalam proses pembalajar an sehingga tidak memahami materi tugas dengan baik, siswa-siswa tersebut kurang aktif selama proses belajar dan sering menciptakan suasana kelas 14 yang tidak

(7)

29 tertib selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa juga kurang memanfaatkan dengan tepat fasilitas yang didukung oleh lingkungan sekolah.

Namun demikian, berdasarkan perbandingan kedua nilai rata-rata empirik 181.08 dan rata-rata hipotetik 157,5, diketahui bahwa self-regulated learning siswa kelas internasional dengan siswa di kelas reguler di SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan sudah berada pada kategori tinggi.

C. KESIMPULAN DAN SARAN

Berpedoman pada hasil-hasil yang telah diperoleh dan melalui pembahasan yang telah dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan self-regulated learning yang signifikan antara siswa pada kelas internasional dengan siswa pada kelas reguler.

Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan self regulated learning sebesar 5,652 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0.050) Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian dinyatakan diterima. Selanjutnya dengan melihat nilai rata-rata diketahui bahwa siswa kelas internasional memiliki self-regulated learning dengan nilai rata-rata empirik 194,67 lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas reguler yang memiliki nilai rata-rata empirik 167,50. Perbandingan kedua nilai mean hipotetik dan mean empirik self-regulated learning pada siswa kelas internasional dan reguler tergolong tinggi. Hal ini didasarkan pada nilai rata-rata empirik yang diperoleh yaitu 181,08 lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik yaitu 157,5 dengan selisih yang melebihi nilai SD yang besarnya 22,984.

Sejalan dengan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dibuat, maka diharapkan kepada siswa kelas internasional bagi yang telah mampu beradaptasi dengan baik terhadap system pembelajaran di kelas harapannya mampu mengatur jadwal belajar agar lebih maksimal, serta memiliki semangat yang tinggi dalam belajar agar dapat memiliki daya saing meraih beasiswa luar negeri. Kepada siswa kelas reguler diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan belajarnya, proses pembelajaran yang dapat diikuti dengan mudah agar lebih memicu siswa untuk dengan mudah meraih prestasi.

Melihat pentingnya self-regulated learning pada perkembangan kognitif peserta didik, pihak sekolah hendaknya lebih mengakomodir kegiatan pembelajaran di kelas internasional dan reguler dengan membuat pelatihan self-regulated learning bagi para guru dan siswa agar kegiatan belajar mengajar disekolah mengalami perkembangan dan kemajuan yang lebih baik kedepannnya, serta mengevaluasi kembali kemampuan berbahasa asing seluruh perangkat akademisi agar dapat menjadi sekolah Bertaraf Internasional terbaik dan terus mempertahankan kulitasnya. Menyadari bahwa penelitian

(8)

30 ini belumlah sempurna, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini untuk meneliti faktor-faktor yang lain yang dapat mempengaruhi self-regulated learning seperti kedisiplinan, kejenuhan belajar, pola asuh orang tua, dan lainnya. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian lanjutan ini nantinya akan diperoleh hasil yang lebih lengkap yang dapat menambah kekurangan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Daulay, S. F., & Rola, F. (2009). Perbedaan self regulated learning antara mahasiswa yang bekerja dan yang tidak bekerja. Fakultas Psikologi. Universitas Sumatera Utara.

Pintrich, P. R. (2002). The role of metacognitive knowledge in learning, teaching, and assessing. Theory into practice, 41(4), 219–225.

Santrock, J. W., Francke Ramm, M. de L., González Loa, H. L., & Velázquez Arellano, J. A.

(2004). Introducción a la psicología.

Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic learning.

Journal of educational psychology, 81(3), 329.

Zimmerman, B. J., & Schunk, D. H. (2008). An essential dimension of self-regulated learning. Motivation and self-regulated learning: Theory, research, and applications, 1, 1–30.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat self regulated learning siswa di MAN 2 Batu Malang Berdasarkan hasil kategorisasi pada variabel self-regulated learning siswa dari 159 responden yang berada pada kategori

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal limit fungsi berdasarkan self regulated learning yang dimiliki siswa kelas XI

Salah satu indikator nyata yang dapat menjadi bukti bahwa siswa perempuan memiliki tingkat self-regulated learning yang lebih tinggi daripada siswa laki-laki adalah lebih

Berdasarkan hasil jawaban tes kemampuan koneksi dan wawancara, bahwa siswa inisial RO dengan self regulated learning tinggi pada indikator koneksi antar konsep

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris bagaimana kecerdasan spiritual memprediksi self-regulated learning pada siswa SMA dikota Maluku Utara

Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan positif yang signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP pada setiap kategori self regulated learning.. Presentase rata-rata

Pada hasil penelitian kemampuan self-regulated learning aspek perencanaan dapat diketahui bahwa dari 62 siswa kelas X Akomodasi Perhotelan menunjukkan 13 siswa yang memiliki tingkat