• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONVERSI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DAN PERKEMBANGANNYA TAHUN DI KECAMATAN PRAFI, KABUPATEN MANOKWARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONVERSI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DAN PERKEMBANGANNYA TAHUN DI KECAMATAN PRAFI, KABUPATEN MANOKWARI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONVERSI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DAN PERKEMBANGANNYA TAHUN 2013- 2018 DI KECAMATAN PRAFI, KABUPATEN MANOKWARI

Virginia Dina Dumatubun, Aris Subagiyo, Agus Dwi Wicaksono Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886 Email: niadumatubun@gmail.com

ABSTRAK

Konversi lahan merupakan suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya ke non pertanian. Meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia seperti permukiman, tempat usaha (perdagangan dan jasa) dan fasilitas umum menyebabkan proses konversi lahan pertanian menjadi lahan tebangun semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Prafi tahun 2013-2018 dan luas lahan pertanian yang telah dikonversi menjadi lahan terbangun. Pemilihan tahun 2018 sebagai kondisi eksisting penggunaan lahan karena tahun tersebut banyak kawasan pertanian yang telah dikonversi menjadi lahan terbangun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis statistik deksriptif, analisis spasial perubahan penggunaan lahan.

Perubahan penggunaan lahan ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah penduduk serta lokasi kecamatan yang akan berkembang menjadi kabupaten sehingga berdampak pada perkembangan lahan terbangun yang signifikan. Perkembangan kawasan lahan terbangun tidak menyebar secara merata di Kecamatan Prafi, sehingga kepadatan wilayah yang tinggi hanya berada di Desa Udapi Hilir, Desa Prafi Mulya, Desay dan Desa Aimasi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan di Kecamatan Prafi tahun 2018 luas lahan terbangun sebagai permukiman seluas 1.547,24 hektare dengan persentase 5,38%, lahan pertanian berupa sawah mengalami penurunan luas lahan 1.365,48 hektare dengan persentase 4,75% pada tahun 2013 dan tahun 2018 terjadi penurunan seluas 846,88 hektare dengan persentase 3,19%. Penggunaan lahan lain yang dikonversi menjadi lahan terbangun adalah hutan seluas 39,31 hektare dan kebun menjadi lahan terbangun seluas 89,16 hektare.

Kondisi perkembangan permukiman Kecamatan Prafi selama lima tahun belum menyebar secara merata, dengan adanya kajian konversi lahan pertanian untuk mengendalikan aktivitas konversi lahan yang tinggi dan membantu proses penataan ruang dalam merencanakan perkembangan wilayah.

Kata Kunci : Penggunaan-lahan, Konversi-lahan, Perkembangan-wilayah ABSTRACT

Land conversion is a process of Land use changing from certain forms of use to other uses, for example to non- agriculture. The increasing need for land to meet the needs of human life such as settlements, places of business (trade and services) and public facilities causes the process of converting agricultural land into arable land to increase. This study aims to determine the change of land use in Prafi District in 2013-2018 and the area of agricultural land that has been converted into built land. 2018 chosen as the existing condition of land use based on consideration in that year that many agricultural areas have been converted to built-up land. The method used in this study are descriptive statistical analysis and spatial analysis of land use change. This change in land use is due to increasing population and the location of district that will be upgraded into region, which lead a significant impact on development of built-up land. The development of the developed land area did not spread evenly in Prafi District, so that the high density of the area was only in the village Udapi Hilir, village Prafi Mulya, village Desay and village Aimasi.Other land uses that have been converted to developed land consist of 39.31 hectares of forest and 89.16 hectares of farms. The studies of agricultural land conversion are expected to help control high land conversion activities and aid the process of spatial planning in regional development.

Keywords: Land-use, Land-conversion, Regional-development

PENDAHULUAN

Kabupaten Manokwari merupakan salah satu wilayah dengan penduduk terbesar di Provinsi Papua Barat. Luas Wilayah Kabupaten

Manokwari adalah 3.186,28 km² yang terbagi menjadi sembilan Kecamatan dan 174 Kelurahan, jumlah penduduk di Kabupaten Manokwari sebanyak 173.020 jiwa yang terdiri atas 91.636 jiwa penduduk laki-laki dan 81.384 jiwa penduduk

(2)

MANOKWARI

perempuan. Jumlah penduduk tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, sebagai gambaran dilihat tahun 2017 Kabupaten Manokwari mengalami pertumbuhan sebesar 2,47 persen dan tahun 2018 Kabupaten Manokwari mengalami pertumbuhan sebesar 112,60 persen.

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari, 2019).

Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Manokwari dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan cukup pesat.

Pertumbuhan yang terjadi dipandang sebagai suatu proses perkembangan wilayah untuk melakukan pembangunan dan membutuhkan ruang untuk beraktivitas semakin besar, seperti aktivitas pengolahan lahan bentuk fisik, aktivitas social dan ekonomi dalam bentuk penggunaan lahan. Pemenuhan dalam penggunaan lahan yang terus bertambah tidak diiringi dengan pertambahan lahan, sehingga banyak penggunaan lahan di Kabupaten Manokwari mulai bergerak dan menyebar ke wilayah pinggiran seperti Kecamatan Prafi.

Kecamatan Prafi merupakan wilayah perkotaan hanya bersifat fungsional sebagai Kecamatan (distrik) dan Udapi Hilir sebagai ibu kota distrik, daerah transmigran yang memiliki karakteristik wilayah didominasi oleh kawasan pertanian berupa sawah/lahan basah. Jumlah penduduk sebanyak 16.150 pada tahun 2017 dengan persentase jumlah 1.97%. Di Kecamatan Prafi banyak kawasan sebelumnya merupakan areal persawahan maupun perkebunan, hutan dan sebagainya kini beralih fungsi menjadi permukiman maupun perdangan dan jasa.

Ketersedian lahan, serta konversi lahan menjadi ancaman serius bagi penyedian ketahanan pangan di waktu mendatang. Beralihnya fungsi lahan ke non pertanian saat ini memang belum terlalu signifikan, tetapi seiring perkembangan ekonomi di sektor non pertanian maka keberadaan dan keberlanjutan lahan yang produktif patut diwaspadai (Rencana Tata Ruang Kabupaten Manokwari Tahun 2013-2023).

Sebagai wilayah studi yang di dominasi oleh kawasan lahan pertanian perlu untuk mengendalikan pembangunan di areal sawah.

Berkurangnya lahan pertanian yang potensial akan berakibat pada ketersedian pangan untuk penduduk Kecamatan Prafi dan menurunkan angka produksi padi. Selain itu terjadi pembangunan yang tidak merata pada setiap desa-desa di Kecamatan Prafi. Penurunan hasil produksi pangan seperti padi dapat mengakibatkan jumlah ketersedian beras berkurang untuk suatu wilayah dan dapat mempengaruhi tingkat ketahan pangan desa Kecamatan Prafi, maka diperlukan komitmen yang kuat untuk mencegah terjadinya konversi lahan pertanian. Dengan demikian melalui tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi luas lahan pertanian yang telah dialih fungsikan menjadi lahan kawasan terbangun dan dampaknya terhadap ketahanan pangan serta menjaga kelestarian lingkungan melalui kebijakan dan pernyataan yang jelas untuk mengolah dan menata wilayah tersebut. (Alatubir, 2018).

Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan. Fungsi dari perencanaan penggunaan lahan adalah memberi arahan terhadap pengambilan keputusan penggunaan lahan karena apabila alih fungsi lahan terus meningkat tanpa pengendalian dan pengawasaan tegas maka memengaruhi ketahanan pangan dan ketidakseimbangan ekologi dan memicu terjadinya kerusakan lingkungan. (Panuju, 2017).

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif dan evaluatif.

Penentuan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis spasial.

Penentuan Variabel

Variabelada penelitian ini didasarkan pada teori, variabel-variabel yang digunakan dalam studi ini merupakan objek yang diteliti sehingga mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan. Variabel harus bervariasi antara satu dengan yang lainnya.

Tabel 1. Variabel Penelitian

Tujuan Variabel Sub Variabel Parameter Sumber

Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Prafi

Perubahan Penggunaan Lahan

Lahan Terbangun Permukiman Perdangan dan Jasa

- Luas Kawasan Terbangun - Kristanto, 2007 - Nuraeni, 2017

Fungsi Lahan Pertanian

- Luas lahan pertanian lahan basah

- Rustiadi, Yoga.P,. 2018 - Nurma, K., Irwan

Rudianto. 2013

(3)

Tujuan Variabel Sub Variabel Parameter Sumber - Luas Tegalan/pertanian

lahan kering Lahan Pertanian Kawasan pertanian

eksisting

- Luas dan lokasi kawasan pertanian di Kecamatan Prafi

- Pratama, 2018 - Pranuju, 2017

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data berupa survei primer yang dilakukan dengan cara observasi lapangan, serta survei sekunder untuk memperoleh data dari instansi terkait dan studi literatur. Populasi dalam penelitian ini yaitu kepala keluarga di Kecamatan Prafi yang terdiri dari 16 desa dengan total sebanyak 4.366 KK.

Pemilihan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 0,1.

n = 𝑁

1+𝑁 (𝑑2)...(1) Keterangan :

n : jumlah sampel yang dicari N : jumlah populasi

d :tingkat kepercayaan/ketepatan (0.005) n : 1+4366 (0.0025)4366

n : 1+10,9154366

n : 366,42887

Setelah diketahui besar sampel dalam satu kecamatan, maka sampel tersebut dibagi secara proporsional dalam 16 desa di Kecamatan Prafi.

ni = 𝑁𝑖𝑁 𝑥 𝑛...(2) Keterangan :

n : jumlah sampel ke i Ni : jumlah populasi ke i N :jumlah populasi n : jumlah sampel

Berdasarkan rumus (2), jumlah sampel untuk masing-masing desa yang tersebar di Kecamatan Prafi yaitu:

Tabel 2. Jumlah KK Per Desa di Kecamatan Prafi

Desa Jumlah KK Jumlah Sampel

Aimasi 769 64

Bedipmatoa 89 8

Bogor 70 6

Desay 759 64

Ingkuasi 68 5

Kali Amin 61 5

Kerenu 26 2

Lismaungu 72 6

Mebji 31 3

Desa Jumlah KK Jumlah Sampel

Prafimulya 737 62

Somi 41 3

Udapi Hilir 1150 97

Ugyhebrig 33 3

Umbuy 48 4

Wasegi Indah 327 27

Wasegi Pop 85 7

Total 4366 366

METODE ANALISIS

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Data diolah dengan menggunakan distribusi frekuensi, suatu cara untuk mempermudah klasifikasi dan penyusunan data yang telah terkumpul. Distribusi frekuensi merupakan penyusunan data besar kecilnya data itu dalam beberapa kelas tertentu.

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Analisis perubahan penggunaan lahan, berupa overlay penggunaan lahan secara timeseries dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk mengetahui perkembangan perubahan guna lahan sawah yang telah beralih fungsinya menjadi kawasan terbangun. Data raster yang digunakan adalah data citra satelit 2013 sebagai tahun dasar, sedangkan kondisi eksisting penggunaan lahan digunakan tahun 2018 karena tahun 2018 banyak terdapat kawasan pertanian yang telah dikonversi menjadi lahan terbangun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Lahan di Kecamatan Prafi Tahun 2013

Klasifikasi penggunaan lahan di Kecamatan Prafi menggunakan data citra dari satelit google earth tahun 2013 dengan sistem SIG (Sistem Informasi Geografis) yang didigitasi berdasarkan jenis penggunaan lahan telah terbagi menjadi jenis penggunaan lahan hutan, sawah/lahan basah, tegalan/lahan kering, dan permukiman. Keadaan penggunaan lahan tahun 2013 belum terjadi alih fungsi untuk kawasan

(4)

MANOKWARI

terbangun yang tinggi. Kondisi topografi wilayah datar sehingga ada kecenderungan terjadi konversi lahan sawah menjadi lahan terbangun.

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Tahun 2013 Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit tahun 2013, didapatkan hasil perhitungan luasan lahan pada setiap klasifikasi penggunaan lahan berikut.

Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan Tahun 2013

Jenis Penggunaan Lahan Luas_Ha Persentase %

Hutan 26.078,61 90,68

Tegalan/lahan kering 333,13 1,16

Permukiman 982,09 3,41

Sawah/lahan basah 1.365,48 4,75

Total 28.759,32 100

Sumber: Hasil analisis, 2019

Penggunaan Lahan di Kecamatan Prafi Tahun 2018

Penggunaan lahan tahun 2018 terlihat sudah mulai timbul kawasan terbangun baru yang menyebar diseluruh wilayah Kecamatan Prafi, namun pola menyebar tidak teratur karena arah pertumbuhan dan pembangunan yang tidak merata. Desa yang perkembangannya paling banyak adalah Desa Udapi Hilir, Prafimulya, dan Desa Aimasi. Karena lokasi desa strategis berada di jalan utama yang menghubunkan antar kecamatan dan desa lain.

(a) (b) Gambar 2. Penghubung akses jalan

Keterangan:

(a) Jalan antar kecamatan

(b) Jalan antar desa

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Tahun 2018 Berdasarkan hasil digitasi peta tahun 2018, serta hasil observasi survei lapangan maka didapatkan hasil perhitungan geometri luasan penggunaan lahan di Kecamatan Prafi tahun 2018.

Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Tahun 2018

Jenis Penggunaan Lahan Luas_Ha Persentase %

Hutan 20.715,91 78,12

Tegalan lahan/kering 3.408,71 12,85

Permukiman 1.547,24 5,83

Sawah lahan/basah 846,88 3,19

Total 26.518,74 100

Sumber: Hasil analisis, 2019

Berdasarkan Tabel 4, kawasan terbangun pada tahun 2018 mengalami peningkatan pemanfaatan lahan yang digunakan menjadi lahan terbangun, karena pemekaran daerah perkotaan, ini memberikan tantangan yang cukup signifikan bagi pengembangan daerah perkotaan.

Perkembangan Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Prafi Tahun 2013-2018

Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Prafi tahun 2013 sampai tahun 2018 setiap klasifikasi memiliki tingkat perubahan luas yang berbeda.

Tabel 5. Klasifikasi Luasan Perubahan Penggunaan Lahan kecamatan Prafi (2013-2018)

Penggunaan Lahan

Tahun 2013

Tahun 2018

Perubahan 2013-2018

Persentase

% Hutan 26078,6 20715,9 -5.362,71 0,20 Perkebunan 333,13 3408,7 3.075,58 1,1 Permukiman 982,09 1547,24 565,15 0,21

Sawah 1365,48 846,88 -518,61 0,19

Luasan (Ha) 28.759,3 26.518,7 Sumber: Hasil analisis, 2019

Diketahui selama kurun waktu lima tahun 2013 sampai 2018 di Kecamatan Prafi telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sebesar 518,61

(5)

Ha dengan persentase 0,19%. Hasil analisis perubahan penggunaan lahan tahun 2013 sampai tahun 2018 adanya kecenderungan mengalami perubahan fungsi lahan dan beberapa faktor utama perubahan lahan yaitu faktor penduduk dan aspek kebijakan. Data penggunaan lahan hutan tahun 2013 dan tahun 2018, selama lima tahun penggunaan lahan hutan di Kecamatan Prafi mengalami perubahan seluas -5.362,71 Hektare dengan persentase -20,22 %, Hutan Jadi

permukiman, tetapi secara keseluruhan ketersedian Hutan di Kecamatan Prafi masih masih dominan pada seluruh desanya.

Berikut merupakan kondisi penggunaan lahan dan perubahannya tahun 2013 dan tahun 2018 yang telah di-overlay. Hasil overlay menunjukkan bahwa terdapat penggunaan lahan di daerah penelitian mengalami penurunan penggunaan lahan.

Tabel 6. Matriks Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Prafi Tahun 2013 – 2018 Per Desa

Desa Luas Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2013 – 2018 (Hektare)

Hutan Sawah/Lahan Basah Tegalan/Lahan Kering Permukiman

Desa Aimasi 2.192,48 -224,49 8.633,92 3.335,22

Desa Bedipmatoa 3.921,22 2.747,51 1.889,79 890,44

Desa Bogor 979,07 0,00 5.784,45 2.877,29

Desa Desay 10.353,67 5.611,55 45.584,90 3.849,78

Desa Ingkuasi 1.479.43 967,33 0,00 -24,98

Desa Kali Amin 28.608,61 0,00 4.760,51 9.475,44

Desa Kerenu 762,34 0,00 1.509,94 1.502,64

Desa Lismaungu -551,47 -14,18 2.332,73 -17,58

Desa Mebji 386,96 377,91 252,97 752,93

Desa Prafimulya -2,65 1.207,72 366,01 1.356,40

Desa Somi 9.880,80 0,00 2.468,33 0,00

Desa Udapi Hilir 3.697.20 1.418,40 25.275,53 2.548,84

Desa Ugyhebrig 26.964,21 0,00 20.212,18 20.197,74

Desa Umbuy 7,88 -0,39 288,76 -40,04

Desa Wasegi Indah 10.905,28 0,00 0,00 11,33

Desa Wasegi Pop -430,82 474,40 951,81 2,73

Luas Total 99.154,22 12.565,76 12.0311,83 46.718,18

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 4. Peta Perkembangan Kawasan Terbangun Kecamatan Prafi tahun 2013-2018

(6)

MANOKWARI

Perkembangan Kawasan Hutan

Klasifikasi penggunaan lahan hutan tersebar secara keseluruhan pada desa di Kecamatan Prafi. Luasan kawasan Hutan 26,078 Ha pada tahun 2013 berkurang menjadi 20.715,91 Ha atau 20,22% dari total luasan Kecamatan Prafi. Persebaran lokasi perubahan lahan hutan yang menjadi kawasan terbangun.

Gambar 5. Peta Perkembangan Kawasan Hutan Tahun 2013

Gambar 6. Peta Perkembangan Kawasan Hutan Tahun 2018

Perkembangan Pertanian Lahan Kering/

Tegalan

Perbandingan peta lahan pertanian lahan kering/tegalan di Kecamatan Prafi pada tahun 2013 sampai tahun 2018 ketersedian lahan kering seperti tegalan tidak terdapat di seluruh desa di Kecamatan Prafi. Pada tahun 2018 desa yang tidak memiliki lahan pertanian lahan kering sesuai dengan hasil digitasi yaitu Desa Bedip Matoa, Desa Somi, Desa Wasegi Indah, Desa Umbuy, dan

Desa Ugyhebrig. Luas Kawasan tegalan/lahan kering tahun 2013 adalah 333,13 Hektare bertambah menjadi 3.408,71 Hektare atau 0,146 persen dari total luas di Kecamatan Prafi.

Gambar 7. Peta Perkembangan Lahan Kering/Tegalan Tahun 2013

Gambar 8. Peta Perkembangan Lahan Kering/Tegalan Tahun 2018

Perkembangan Pertanian Lahan Basah/Sawah Penurunan luas lahan pertanian di Kecamatan Prafi sesuai dengan hasil analisis melalui digitasi dan perhitungan geometri yang dibandingkan dalam jangka waktu lima tahun, dari tahun 2013 sampai tahun 2018 yang digunakan sebagai kondisi eksisting. Persebaran penurunan luas lahan pertanian terpencar di beberapa desa yang dialih fungsikan menjadi kawasan terbangun seperti permukiman, perdagangan dan jasa, dan lain-lain. Luas lahan pangan pertanian yang berkelanjutan di kecamatan Prafi 502,00 Hektare yang direncanakan tahun 2013 sampai 2023, tetapi

(7)

berdasarkan perhitungan selisihnya selama jangka waktu lima tahun lahan pangan berkelanjutan luasnya menjadi berkurang yaitu 174,11 Hektare.

Gambar 9. Peta Perkembangan Pertanian Lahan Basah/Sawah Tahun 2013

Gambar 10. Peta Perkembangan Pertanian Lahan Basah/Sawah Tahun 2018 Perkembangan Kawasan Permukiman

Membandingkan peta penggunaan lahan permukiman tahun 2013 dan tahun 2018 di Kecamatan Prafi. Peningkatan luas lahan permukiman dari 982,09 Hektare pada tahun 2013 meningkat menjadi 1.547,24 Hektare tahun 2018. Peningkatan alih fungsi lahan dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun diakibatkan oleh pertambahan penduduk dan adanya rencana penetapan Kecamatan Prafi sebagai Kabupaten Manokwari. Hal tersebut membuat kawasan permukiman di Kecamatan Prafi dalam waktu yang akan datang dapat meningkat secara singnifikan banyak penduduk

yang memutuskan untuk tinggal dan berivestasi di Kecamatan Prafi.

Gambar 11. Peta Perkembangan Kawasan Permukiman Tahun 2013

Gambar 12. Peta Perkembangan Kawasan Permukiman Tahun 2018

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui kesimpulan sebagai berikut.

1. Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Prafi tahun 2013-2018, pada setiap jenis penggunaan lahannya memiliki tingkat perubahan yang berbeda-beda. Peningkatan kebutuhan lahan terbangun karena peningkatan populasi penduduk dan meningkatnya aktivitas masyarakat serta rencana penetapan di Kecamatan Prafi menjadi Kabupaten Manokwari mendorong terjadinya konversi lahan sawah, karena kondisi topografi wilayah yang datar sehingga mudah melakukan aktivitas pembangunan.

(8)

MANOKWARI

2. Perubahan dan perkembangan lahan pertanian di Kecamatan Prafi yang terkonversi menjadi lahan terbangun seluas 34.910 Hektare. Alih fungsi lahan pertanian sawah/lahan basah menjadi permukiman paling tinggi berada di Desa Ingkuasi dan yang paling rendah terjadi konversi lahan sawah menjadi permukiman di Desa Mebji. Pada tahun 2013 seluas 1.365,48 Hektare berkurang menjadi 846,88 hektare pada tahun 2018 terjadi penurunan luas lahan pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Alatubir. 2018. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan di Kecamatan Prafi.

Manokwari. Papua Barat. Jurnal Teknik lingkungan.

Anonim. 2009. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Nomor 41,

Tahun 2009.

Chrisna , M. 2019. Analisis Luas Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi Di Kalimantan Utara. Jurnal Karawisata. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada..

Vol. 9. No.1

Kebijakan Pemerintah Provinsi Papua Barat.

Recana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun 2013- 2024.

Nurma, K. 2013. Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah (Studi kasus Di Kota Semarang) Jurnal wilayah dan lingkungan.Vol,01 No. (2)

Panuju,D.R. 2017. Model Pemetaan dan Perlindugan Lahan Pertanian Pangan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem InformasiGeografis.Jurnal. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor. Vol, 02 No. 01.

Referensi

Dokumen terkait

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan bantuan media gambar

Dengan hand gesture recognition dan menggunakan metode convexhull algorithm pengenalan tangan akan lebih mudah hanya dengan menggunakan kamera, hanya dengan hitungan detik aksi

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan warna resin komposit nanohibrida setelah perendaman dalam larutan kopi dengan konsentrasi gula yang

Penelitian yang dilakukan oleh M Jung menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kekasaran permukaan resin komposit nanofiller yang dipoles satu

Filsafat sebagai usaha menyusun sebuah sistem ide-ide umum yang berpautan, logis dan pasti yang dalam kerangka sistem itu setiap unsur dan pengalaman kita

Pendapat ini di dukung oleh Ilgen et al, (1979 dalam Hall, 2004) yang menyatakan bahwa informasi kinerja dari sistem akuntansi manajemen dapat berpengaruh

Kedua arteri coronaria kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat diatas katup aorta dan berjalan ke bawah

TOYOTA AVANZA G 2005 silver met tangan pertama pajak panjang barang mulus KM 91rb. Kramat Kwitang Senen