• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PERSIDANGAN ONLINE PERKARA PIDANA PADA MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP OBJEKTIVITAS HAKIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PERSIDANGAN ONLINE PERKARA PIDANA PADA MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP OBJEKTIVITAS HAKIM"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS PERSIDANGAN ONLINE PERKARA PIDANA PADA MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP OBJEKTIVITAS HAKIM

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus)

Skripsi

Oleh:

Munhamir Ihwana Ahmadi 21701021219

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM

MALANG 2021

(2)

i

EFEKTIVITAS PERSIDANGAN ONLINE PERKARA PIDANA PADA MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP OBJEKTIVITAS HAKIM

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh Gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Hukum

Oleh:

Munhamir Ihwana Ahmadi 21701021219

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM

MALANG 2021

(3)

ix

Covid-19 terhadap Objektivitas Hakim

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus) Munhamir Ihwana Ahmadi

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan terkait Efektivitas Persidangan Online Perkara Pidana pada Masa Pandemi Covid-19 terhadap Objektivitas Hakim (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus) dilatarbelakangi oleh Indonesia sejak awal tahun 2020 dilanda pandemi covid-19 yang berdampak pada semua sektor salah satunya dunia peradilan. Hal tersebut menjadikan Mahkamah Agung mengeluarkan trobosan berupa persidangan online salah satunya pada perkara pidana. Tetapi hal tersebut mengalami beberapa hambatan yang kemungkinan berdampak pada objektivitas Hakim dalam menjatuhkan putusan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumusakan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana penerapan persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 (studi kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus)? Bagaimana efektivitas persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 terhadap objektivitas Hakim (studi kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus)?

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris dengan menggunakan metode pendekatan sosiologis dan pendekatan peraturan perundang-undangan.

Jenis data yang digunakan berupa data primer berupa hasil studi lapang di Pengadilan Negeri Surabaya dan data sekunder berupa peraturan perundang- undangan, buku, jurnal, dll. Pengumpulan data primer dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi di Pengadilan Negeri Surabaya, sedangkan data sekunder dengan cara studi kepustakaan. Selanjutnya semua data tersebut diolah dan dikaji dengan menggunakan metode deskriptif analitis yang memadukan data lapang dengan data kepustakaan.

Hasil penelitian ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Ruly Ardijanto, S.H., M.H bahwa pelaksanaan sidang online pada semua perkara pidana dan semua tahapan. Mekanisme administrasi dan persidangan sesuai dengan ketentuan dalam Perma 4 Tahun 2020.

Persidangan online yang dilakukan tidak berdampak pada asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan juga asas pemeriksaan dengan hadirnya terdakwa. Hambatan-hambatan yang terjadi mulai dari sarana prasarana, pembuktian secara online, dasar hukum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan online ini belum cukup mendetail, dan pemenuhan hak korban maupun masyarakat dalam informasi persidangan dapat diatasi sehingga hal tersebut tidak berdampak pada objektivitas Hakim dalam menjatuhkan putusan.

Kata Kunci: Persidangan Online, Pandemi Covid-19, Objektivitas Hakim

(4)

x

Covid-19 on Judges' Objectivity

(Case Study at the Special Class I.A Surabaya District Court)

Munhamir Ihwana Ahmadi

Faculty of Law, University of Islam Malang

In this thesis, the author raises issues related to the Effectiveness of Online Criminal Case Trials during the Covid-19 Pandemic Period on the Objectivity of Judges (Case Study at the Special Class IA Surabaya District Court) against the background that Indonesia has been hit by the COVID-19 pandemic since the beginning of 2020 which has impacted all sectors. One of them is the judiciary.

This makes the Supreme Court issue a breakthrough in the form of an online trial, one of which is in criminal cases. However, this has encountered several obstacles that may have an impact on the objectivity of the judge in making decisions.

Based on the above, this paper raised the formulation of problems: How is the implementation of online criminal case trials during the COVID-19 pandemic (case study at the Special Class I.A Surabaya District Court)? How effective is the online trial of criminal cases during the covid-19 pandemic on the objectivity of judges (case studies at the Special Class I.A Surabaya District Court)?

This research is an empirical juridical research using a sociological approach and a statutory approach. The type of data used is primary data in the form of field studies at the Surabaya District Court and secondary data in the form of laws and regulations, books, journals, etc. Primary data collection by interview, observation and documentation at the Surabaya District Court, while secondary data by means of literature study. Furthermore, all the data is processed and studied using descriptive analytical method that combines field data with library data.

The results of this study are based on interviews with Mr. Ruly Ardijanto, S.H., M.H that the implementation of online trials in all criminal cases and all stages. The administrative and trial mechanisms are in accordance with the provisions of Perma 4 of 2020.

The online trial that was conducted did not affect the principle of a fast, simple and low-cost trial as well as the principle of examination in the presence of the defendant. The obstacles that occur starting from infrastructure, online evidence, the legal basis that guides the online implementation is not detailed enough, and the fulfillment of the rights of victims and the community in court information can be overcome so that it does not have an impact on the objectivity of judges in making decisions.

Keywords: Online Court, Covid-19 Pandemic, Judge Objectivity

(5)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kemunculan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dinyatakan sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada akhir tahun 2019. Sebagian besar negara-negara di dunia telah terdampak wabah covid-19 termasuk Indonesia. Tidak hanya menyebabkan dampak ekonomi,

sosial dan politik secara makro, covid-19 juga menyebabkan berbagai dampak negatif lainnya seperti diberlakukannya pembatasan interaksi sosial atau fisik (social/physical distancing) termasuk dunia peradilan yang harus dihadapi Mahkamah Agung dalam mengeluarkan kebijakan terkait penyesuaian pola kerja dan pelayanan pada lembaga peradilan.1

Salah satu kebijakan akibat pandemi covid-19 adalah diberlakukannya social distancing, sehingga pelaksanaan kegiatan pengadilan tidak dapat

berjalan sebagaimana biasanya dikarenakan tidak memungkinkannya institusi pengadilan untuk mengadakan persidangan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku sebelum adanya pandemi covid-19. Sehingga yang biasanya persidangan dilaksanakan secara konvensional beralih menjadi online atau teleconference (jarak jauh).2

Persidangan secara elektronik adalah serangkaian proses memeriksa, mengadili dan memutus perkara terdakwa oleh pengadilan yang dilaksanakan

1 Wahyu Iswantoro, Persidangan Pidana secara Online, Respon Cepat MA Hadapi Pandemi Covid-19, Jurnal Selisik, Volume 6, No. 1, Juni 2020, Hlm. 57.

2 Nur Akmal Razaq, Legalitas Persidangan Daring di Masa Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Hukum Pidana, Jurnal Inovasi Penelitian, Volume 1, No. 6, Nopember 2020, Hlm.

1227.

(6)

dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, audio visual dan sarana elektronik lainnya sebagaimana Pasal 1 angka 12 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2020 tentang Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik (Perma Nomor 4 Tahun 2020). Untuk menyikapi adanya pandemi covid-19 lembaga terkait penegakan hukum pidana di Indonesia mengeluarkan peraturan yang tertuang dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan

Peradilan yang Berada di Bawahnya, Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2020 tentang Sistem Kerja di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya dalam Tatanan Normal Baru, Surat Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 379/DJU/PS.00/3/2020 Tahun 2020 tentang Persidangan Perkara Pidana Secara Teleconference.

Lembaga penegak hukum juga membuat Memorandum of Understanding (MoU) yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama antara

Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Kementerian Hukum dan HAM Nomor 402/DJU/KM.01.1/4/2020, KEP-17/E/Ejp/04/2020, PAS- 08.HH.05.05 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Persidangan Melalui Teleconference. Sehingga terjadi perubahan dalam proses persidangan, yang

semula secara langsung di pengadilan menjadi secara online.

Dapat kita ketahui bahwa pemeriksaan saksi secara teleconference pertama kali dilakukan pada tahun 2002, dimana Mahkamah Agung

(7)

memberikan izin kepada mantan Presiden BJ. Habibie untuk memberikan kesaksian secara online dalam kasus penyimpangan dana non-budgeter Bulog atas nama terdakwa Akbar Tandjung.3 Sejak saat itu persidangan pembuktian secara online semakin banyak dilaksanakan di pengadilan.

Penerapan persidangan online saat ini tidak hanya pada agenda pembuktian, melainkan agenda lainnya yaitu dari awal sampai akhir persidangan. Hal ini menimbulkan problematika karena pada Pasal 154 dan Pasal 196 KUHAP mewajibkan terdakwa hadir. Pasal 230 KUHAP juga menjelaskan bahwa sidang dilaksanakan di gedung pengadilan dalam ruang sidang dengan Hakim, Penuntut Umum, Penasehat Hukum dan Panitera yang mengenakan pakaian sidang dan atribut masing-masing.

Asas hukum pidana yang termuat dalam penjelasan butir 3a KUHAP bahwa setiap orang di muka hukum mendapat perlakuan yang sama di muka hukum dengan tidak membedakan perlakuan (equality before the law), serta penjelasan butir 3h KUHAP bahwa pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa. Hadirnya Perma Nomor 4 Tahun 2020 menciptakan ketidakpastian hukum karena mengizinkan persidangan dilakukan dalam dua kondisi yaitu secara online atau secara langsung di pengadilan, sehingga hal tersebut tidak tercipta asas equality before the law.

Pelaksanaan persidangan online menimbulkan pro dan kontra. Sidang teleconference dianggap melanggar KUHAP karena menimbulkan hambatan

3 Ruth Marina Damayanti Siregar, Legalitas Keterangan Saksi Melalui Teleconference sebagai Alat Bukti dalam Perkara Pidana, Jurnal Jurisprudence, Volume 5, No. 1, 2015, Hlm. 26.

(8)

dan kekurangan.4 Adapun hambatan pelaksanaan persidangan secara online antara lain:

1. Kendala sinyal sehingga dapat mengganggu kelancaran pemeriksaan perkara dan penggalian fakta di persidangan.

2. Sarana dan prasarana antara Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan tidak sama dalam mendukung persidangan online.

3. Keaktifan Hakim dalam memeriksa melalui prosedur lisan berkurang.

4. Penasehat Hukum tidak dapat secara leluasa memberikan bantuan hukum kepada terdakwa, begitupun Penuntut Umum dalam melakukan penuntutan.

5. Hak terdakwa dalam sidang berkurang.

Berdasarkan hambatan-hambatan tersebut berdampak pada objektivitas Hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa karena dengan diterapkannya persidangan online mengakibatkan Hakim kesulitan menggali kebenaran materiil di persidangan yang disebabkan oleh kendala sinyal dan sarana prasarana yang berdampak tidak terpenuhinya tujuan hukum berupa keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Hal tersebut juga dirasakan oleh instansi penegak hukum lainnya yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Lembaga Pemasyarakatan.

Persidangan perkara pidana secara online dapat dikatakan layaknya pisau bermata dua karena bisa mendatangkan keuntungan dalam hal pencegahan penularan virus dan sebagai trobosan hukum acara pidana. Di sisi

4 Amir Baihaqi, PN Surabaya Sebut Sidang Teleconference Langgar KUHAP, Tapi ….., dalam https://news.detik.com, diakses pada tanggal 1 Mei 2021.

(9)

lain terjadi inkonsistensi berlakunya hukum acara pidana membuat sulitnya mencapai tujuan hukum acara pidana yaitu mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil.5

Pengadilan sebagai lembaga penegak hukum merupakan bagian dari sistem peradilan pidana yang menjadi tempat untuk mencari keadilan bagi para pencari keadilan dengan keinginan agar peradilan dilaksanakan secara sederhana, cepat dan biaya ringan. Putusan pengadilan yang adil menjadi syarat penting guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan damai. Apabila dalam putusan dirasa kurang adil maka akan menyebabkan kepercayaan masyarakat berkurang dan enggan menyelesaikan permasalahan melalui jalur hukum.6

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian terkait Efektivitas Persidangan Online Perkara Pidana pada Masa Pandemi Covid-19 terhadap Objektivitas Hakim (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19?

5 Didik Endro Purwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana, Surabaya: Airlangga University Press, Hlm. 15.

6 Suriani dan Ismail, Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pelaksanaan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan, Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan ke-4, Tahun 2020, Hlm. 788.

(10)

2. Bagaimana efektivitas persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 terhadap objektivitas Hakim?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19.

2. Untuk mengetahui efektivitas persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 terhadap objektivitas Hakim.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, baik dari aspek teoritis, praktis maupun akademik, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memperkaya khazanah intelektual dalam rangka menambah wawasan ilmu pengetahuan terkait efektivitas persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 terhadap objektifiktas Hakim serta dapat menjadi acuan bagi peneliti di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Memberikan kontribusi pengetahuan bagi masyarakat, akademisi dan praktisi hukum dalam menerapkan persidangan online pada perkara pidana sehingga tidak ada hak orang lain, khususnya terdakwa yang dilanggar.

(11)

3. Manfaat Akademik

Untuk meningkatkan minat terhadap konsentrasi hukum pidana dan menunjang penulis mendapatkan gelar kesarjanaan ilmu hukum.

E. Orisinalitas Penelitian

Penulis memaparkan penelitian-penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui orisinalitas/keaslian penelitian yang penulis lakukan. Penelitian terdahulu sebagai alat pembanding, sehingga mengetahui kesamaan dan perbedaan serta kekurangan maupun kelebihan penelitian-penelitian tersebut.

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu:

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Profil Judul

1

Akhmad Wildan Al Fariz Skripsi

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang

2020

Pandangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang terhadap Pelaksanaan Persidangan Secara Elektronik dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang)

Isu Hukum

1. Bagaimana pandangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang terhadap pelaksanaan persidangan secara elektronik dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019?

2. Bagaimana tinjauan asas keadilan, kepastian dan kemanfaatan terhadap pelaksanaan persidangan secara elektronik menurut Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang?

Hasil Penelitian

1. Pandangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang terhadap pelaksanaan persidangan secara elektronik dalam Perma Nomor 1 Tahun 2019 yaitu memberikan kemudahan untuk pihak yang berperkara dalam hal waktu pengiriman dokumen lebih cepat, selain itu pengguna layanan e-Court tidak hanya advokat sebagai pengguna terdaftar saja, tetapi juga pengguna lain.

2. Tinjauan asas keadilan, kepastian dan kemanfaatan terhadap pelaksanaan persidangan secara elektronik dalam Perma Nomor 1 Tahun 2019 menurut Hakim sudah terpenuhi. Asas keadilan

(12)

memberikan kemudahan bagi Hakim dan pencari keadilan dalam pelaksanaan persidangan tanpa ke pengadilan kecuali pada sidang pertama dan pembuktian. Asas kepastian dalam persidangan sesuai Perma Nomor 1 Tahun 2019. Asas kemanfaatan diwujudkan dengan asas cepat, sederhana dan biaya ringan.

Persamaan Mengkaji dan menganalisis penerapan persidangan secara elektronik.

Perbedaan Penelitian terdahulu mengkaji pandangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang dalam penerapan persidangan secara elektronik. Sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji efektivitas persidangan online perkara pidana terhadap objektivitas Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus.

Kontribusi Mahkamah Agung hendaknya

mempertimbangkan terkait mediasi yang berkurang saat proses pengiriman dokumen.

2

Profil Judul

Dian Cahyaningrum Pusat Penelitian Badan

Keahlian DPR RI Volume XII, No. 14,

II/Puslit/Juli/2020

Persidangan Secara Elektronik pada Masa Pandemi Covid-19

Isu Hukum

1. Bagaimana pemberlakuan sidang secara elektronik pada masa covid- 19?

2. Apa kendala yang dihadapi dalam persidangan secara elektronik?

Hasil Penelitian

1. Persidangan secara elektronik belum diatur dalam KUHAP. Hal ini dapat dipahami karena teknologi yang digunakan pada saat itu belum semaju saat ini. Namun pengaturan persidangan elektronik telah diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik. Perma tersebut menyempurnakan Perma Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik. Manfaat persidangan elektronik adalah terwujudnya persidangan cepat dan tidak birokratis, sederhana dan biaya ringan. Selain itu untuk memotong interaksi fisik dalam pelayanan publik.

2. Kendala yang dihadapi dalam persidangan elektronik antara lain:

a. Kendala Substantif

1) Pasal 20 Perma Nomor 1 Tahun 2019, persidangan online untuk perkara perdata, perdata agama, tata usaha militer dan tata usaha negara tidak bersifat mandatory, melainkan memerlukan persetujuan para pihak.

2) Pelaksanaan persidangan secara elektronik relatif tertutup karena akses untuk mengikuti persidangan hanya diberikan kepada para

(13)

pihak yang berperkara.

3) Kendala dalam pembuktian dalam perkara pidana terdakwa tidak dapat dihadirkan secara langsung dalam persidangan. Sehingga Penuntut Umum, Penasehat Hukum dan Hakim kesulitan mengajukan pertanyaan. Barang bukti juga tidak dapat diakses secara jelas.

b. Kendala Teknis

3. SDM dan sarana prasarana, Ombudsman menemukan adanya potensi mal administrasi yaitu penundaan berlarut dalam pelaksanaan persidangan secara online karena minimnya sumber daya petugas IT.

Ketidakjelasan waktu pelaksanaan sidang dan keterbatasan penguasaan teknologi.

Persamaan Mengkaji dan menganalisis penerapan persidangan online di masa pandemi covid- 19.

Perbedaan Penelitian terdahulu mengkaji penerapan dan kendala persidangan online. Sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji efektivitas persidangan online perkara pidana terhadap objektivitas Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus.

Kontribusi DPR RI memiliki peran penting untuk mengatasi kendala persidangan online melalui fungsi legislasinya.

3

Profil Judul

Anggita Doramia Lumbanraja

Jurnal Crepido, Volume 2, No. 01, Juli 2020

Perkembangan Regulasi dan Pelaksanaan Persidangan Online di Indonesia dan Amerika Serikat Selama Pandemi Covid-19

Isu Hukum

1. Bagaimana perkembangan regulasi dan praktik persidangan online di Indonesia selama pandemi covid-19?

2. Bagaimana perkembangan regulasi dan praktik persidangan online di Amerika Serikat selama pandemi covid-19?

Hasil Penelitian

1. Praktik persidangan online di lingkungan Mahkamah Agung sebagai e- litigation tidak akan berlaku efektif apabila KUHAP tidak mengalami perubahan. Asas kehadiran terdakwa pada KUHAP bertentangan dengan praktik e-litigation, apabila diterapkan dalam perkara pidana.

Sementara SEMA Nomor 1 Tahun 2020 tidak memperbolehkan perkara pidana diperiksa melalui aplikasi e-litigation.

2. Praktik virtual courts di Amerika Serikat sudah lama diterapkan dan mengalami perkembangan. Virtual courts diatur dan dilimitasi pada CARES Act yang berlaku sejak 27 Maret 2020.

Persamaan Mengkaji dan menganalisis penerapan persidangan online pada masa pandemi covid-19.

(14)

Perbedaan Penelitian terdahulu mengkaji perkembangan regulasi dan penerapan persidangan online pada masa pandemi covid-19. Sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji efektivitas persidangan online perkara pidana terhadap objektivitas Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus.

Kontribusi Para pemangku kepentingan untuk segera mengatasi permasalahan yang terjadi agar penyelesaian perkara pidana secara e- litigation tidak berhenti.

4

Profil Judul

Suriani dan Ismail Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan

ke-4, Tahun 2020

Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pelaksanaan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan

Isu Hukum

1. Bagaimana tahapan proses persidangan perkara pidana di pengadilan?

2. Bagaimana pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelaksanaan persidangan perkara pidana di pengadilan?

Hasil Penelitian

1. Pemeriksaan perkara pidana dengan pemeriksaan biasa dimulai dari pembacaan surat dakwaan, eksepsi, tanggapan Penuntut Umum, putusan sela, pembuktian, tuntutan, pledoi, replik, duplik dan putusan.

2. Proses peradilan pidana sebelum pandemi covid-19 dilakukan secara langsung, dimana Majelis Hakim, Penuntut Umum, Terdakwa dan/atau Penasehat Hukum dan juga saksi berada dalam ruangan yang sama.

Sejak pandemi covid-19 persidangan dilakukan secara terpisah melalui teleconference dengan dikeluarkannya SEMA Nomor 1 Tahun 2020 Persamaan Mengkaji dan menganalisis penerapan

persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19.

Perbedaan Penelitian terdahulu mengkaji pengaruh pendemi covid-19 terhadap persidangan perkara pidana. Sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji efektivitas persidangan online perkara pidana terhadap objektivitas Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus.

Kontribusi Pemerintah segera merevisi KUHAP dengan menyesuaikan keadaan masa kini dan masa yang akan datang.

5

Profil Judul

Fahmi Putra Hidayat dan Asni

Efektivitas Penerapan E-Court dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama

(15)

Jurnal Qadauna, Volume 2, No. 1, Desember 2020

Makassar Isu Hukum

1. Bagaimana pelaksanaan e-Court di Pengadilan Agama Makassar?

2. Bagaimana hambatan penerapan e-Court di Pengadilan Agama Makassar?

3. Bagaimana efektivitas pelaksanaan e-Court di Pengadilan Agama Makassar?

Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan e-Court di Pengadilan Agama Makassar yaitu pendaftaran akun pengguna terdaftar, login dan pendaftaran perkara. Dalam pelaksanaannya membutuhkan jaringan internet, web base, dsb.

2. Hambatan dalam penerapan e-Court yaitu akses internet yang kurang memadai dalam mengakses e-Court.

3. Efektivitas pelaksanaan e-Court sudah efektif, namun pelaksanaan sidang kurang karena proses persidangan menggunakan e-litigation.

Persamaan Mengkaji dan menganalisis penerapan persidangan secara online.

Perbedaan Penelitian terdahulu mengkaji penerapan persidangan online pada perkara di Pengadilan Agama Makassar. Sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji persidangan online pada perkara perdata serta objektivitas Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus.

Kontribusi Semua pencari keadilan harus menguasai IT.

Berkas sidang harus dikirim H-1 sebelum pelaksanaan sidang.

Sedangkan penelitian ini adalah:

Tabel 2. Penelitian Dilakukan

No Profil Judul

1

Munhamir Ihwana Ahmadi Skripsi

Universitas Islam Malang 2021

Efektivitas Persidangan Online Perkara Pidana pada Masa Pandemi Covid-19 terhadap Objektivitas Hakim (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus)

Isu Hukum

1. Bagaimana penerapan persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 (studi kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus)?

2. Bagaimana efektivitas persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 terhadap objektivitas Hakim (studi kasus di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus)?

Nilai Kebaruan

1. Fokus penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A

(16)

Khusus.

2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan persidangan online pada masa pandemi covid-19.

3. Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas persidangan online pada masa pandemi covid-19 terhadap objektivitas Hakim.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris atau yang disebut dengan penelitian lapang (field research).7 Kajian empiris adalah kajian yang memandang hukum sebagai kenyataan (das sein) mencakup kenyataan sosial, kultur dan lain sebagainya.8 Soerjono Soekanto berpendapat bahwa ada beberapa macam jenis penelitian hukum yaitu salah satunya adalah penelitian hukum empiris ataupun yang biasa disebut dengan penelitian hukum sosiologis yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum.9

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan penelitian yang mempelajari pengaruh masyarakat terhadap hukum. Sejauh mana gejala-gejala yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi hukum dan sebaliknya serta bertolak dari paradigma ilmu empiris.10 Penelitian ini juga menggunakan pendekatan perundang- undangan (statute approach) yaitu penelitian terhadap produk-produk

7 Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek, cet. Ke-2, Jakarta: Sinar Grafika, Hlm. 16.

8 Achmad Ali & Wiwie Heryani, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris tehadap Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Hlm. 2.

9 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, Hlm. 51.

10 Johnny Ibrahim, 2013, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, Hlm. 40.

(17)

hukum.11 Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk menelaah semua undang-undang dan regulasi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.

3. Lokasi Penelitian

Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus menjadi pilihan lokasi penelitian. Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus berada di Jl. Arjuno No. 16-18, Sawahan, Kec. Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur. Penulis memilih Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus sebagai lokasi penelitian karena menerapkan sidang telekonferensi untuk perkara pidana. Hal tersebut dilakukan karena merebahnya wabah virus covid-19 yang harus diantisipasi dengan tidak kontak langsung.12

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun dokumentasi yang kemudian diolah oleh penulis. Data yang diperoleh langsung dari sumber utama data primer merupakan bahan hukum yang bersifat aoutoriatif artinya bahan hukum yang mempunyai otoritas.13 Adapun data primer dalam penelitian ini didapatkan secara langsung dengan melakukan penelitian lapang ke Pengadilan Negeri Surabaya.

11 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, Hlm. 92.

12 Pengadilan Negeri Surabaya, Sidang Telekonferensi Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus, dalam https://pn-surabayakota.go.id, diakses pada tanggal 1 Mei 2021.

13 Peter Muhamad Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, Hlm. 141.

(18)

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan data primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer,14 seperti: buku, jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan, makalah hasil seminar dan lain sebagainya. Adapun peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana (KUHP);

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP);

4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban;

5) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;

6) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2020 tentang Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik;

7) Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di

14 Ronny Hanitijo Soemitro, 1994, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:

Ghalia Indonesia, Hlm. 12.

(19)

Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya;

8) Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2020 tentang Sistem Kerja di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya dalam Tatanan Normal Baru;

9) Surat Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 379/DJU/PS.00/3/2020 Tahun 2020 tentang Persidangan Perkara Pidana Secara Teleconference.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan benar dibutuhkan teknik pengumpulan data yang tepat, antara lain:

a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai untuk memberikan jawaban atas pertanyaan.15 Wawancara penting dalam menggali informasi dari para informan yang memiliki pengetahuan terkait permasalahan yang diangkat. Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus.

b. Teknik Observasi

Observasi adalah teknik pengamatan yang didasarkan atas pengalaman secara langsung, bertujuan mendapatkan keterangan

15 Lexy J. Moleong, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, Hlm. 135.

(20)

mengenai situasi dengan melihat dan mendengar apa yang terjadi, kemudian mencatatnya dengan cermat. Teknik observasi dilakukan untuk menuntut adanya pengamatan yang baik terhadap penelitian.16 Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan efektivitas persidangan online pada masa pandemi covid-19 terhadap objektivitas Hakim.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data dalam mengamati hal-hal atau variable-variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, jurnal dan lain sebagainya.17 Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian.

Dokumentasi bertujuan untuk melengkapi data yang bersumber dari penelitian lapang yang dapat diperiksa kesesuaian datanya.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan.18 Dalam penelitian ini, menggunakan teknik analisis data berupa deskriptif kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.19 Data primer yang didapat dari penelitian lapang kemudian diolah dengan data sekunder dari hasil studi kepustakaan, sehingga dapat menjawab permasalahan yang diangkat.

16 Ibid, Hlm. 125.

17 Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, Hlm. 193.

18 Dadang Kahmad, 2000, Metode Penelitian Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia, Hlm.

102.

19 Tatang M. Amirin, 1995, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. Ke-3, Hlm. 134.

(21)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan dalam mengerjakan dan memahami. Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinalitas penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang landasan konseptual yang dipakai oleh penulis, antara lain tinjauan umum tentang sistem peradilan pidana, persidangan online, kedudukan dan kewenangan Hakim dan tujuan hukum.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis pembahasan terhadap permasalahan hukum yang diangkat berdasarkan data primer yang diperoleh dalam penelitian lapang di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus yang kemudian dianalisis dengan data sekunder yaitu terkait efektivitas persidangan online perkara pidana pada masa pandemi covid-19 terhadap objektivitas Hakim.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dalam menjawab permasalahan yang diangkat serta memberikan saran atau rekomendasi dari penulis.

(22)

70 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Diterbitkannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2020 tentang Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik yang mengatur tata cara pelaksanaan persidangan perkara pidana baik dalam lingkup peradilan umum, militer, maupun jinayat secara online. Dalam perkara pidana terdakwa terikat oleh masa penahanan yang waktunya terbatas dan walaupun sebenarnya masa penahanannya masih dapat diperpanjang, akan tetapi terdakwa proses penuntutan dilakukan secara cepat merupakan hak terdakwa yang dijamin oleh undang-undang maupun konstitusi. Sehingga pengadilan dalam keadaan tertentu harus melaksanakan persidangan secara online atau teleconference. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ruly Ardijanto, S.H., M.H bahwa perkara pidana yang disidangkan secara online merupakan semua jenis perkara pidana. Untuk setiap harinya

sidang perkara pidana secara online tidak bisa ditentukan jumlahnya.

Agenda sidang yang dilakukan pada semua tahap agenda sidang, sebagaimana berikut: tahap pemanggilan, pembukaan dan pemeriksaan identitas terdakwa, pembacaan surat dakwaan, eksepsi, pembuktian, pembacaan surat tuntutan, pembelaan, replik dan duplik serta putusan.

(23)

Mekanisme administrasi dan persidangan perkara pidana yang dilakukan secara online sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2020 tentang Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik.

2. Persidangan secara online di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus memenuhi terwujudnya peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan. Karena dengan persidangan online terdakwa tidak mengalami penundaan perkara yang terikat dengan jangka waktu penahanan.

Sehingga dalam hal ini asas peradilan cepat terpenuhi dan hak terdakwa tidak dilanggar. Selain itu persidangan online sangatlah mudah dan tidak rumit untuk menghadirkan saksi atau ahli dalam memberikan keterangan.

Asas biaya ringan juga terpenuhi dengan persidangan online karena saksi atau ahli maupun pihak lain tidak membutuhkan biaya untuk datang ke pengadilan. Asas pemeriksaan dengan hadirnya terdakwa juga terpenuhi dalam persidangan online karena dalam hal ini terdakwa masih bisa memberikan kesaksian yang sah dengan didampingi oleh pihak yang berwenang dan ditempatkan pada tempat yang memiliki fasilitas elektronik. Hasil wawancara dengan Bapak Ruly Ardijanto, S.H., M.H., bahwa hambatan persidangan online di Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus antara lain: sarana prasarana (jaringan internet), pembuktian secara online, dasar hukum pelaksanaan online ini belum cukup mendetail, dan pemenuhan hak korban maupun masyarakat dalam informasi persidangan. Adanya hambatan yang terjadi dalam persidangan online tidak berdampak kepada objektivitas Hakim dalam menjatuhkan

(24)

putusan, sehingga putusan tersebut tetap memenuhi unsur keadilan, kepastian dan karena meskipun saksi atau ahli memberikan kesaksian melalui persidangan online tapi tetap disumpah agar tidak berdusta dalam memberikan keterangan. Apabila di kemudian hari ditemukan keterangan saksi atau hali yang berbohong maka dikenai dengan sanksi pidana sebagaimana Pasal 242 KUHP. Jalannya persidangan juga dicatat dan ditulis oleh Panitera Pengganti. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan tersebut dengan memberikan sebuah operator jaringan di pengadilan, penjara dan tempat lain sebagainya untuk digunakan sidang yang susah jaringan internetnya.

B. Saran

Atas permasalahan yang diangkat, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk pembentuk undang-undang agar segera mengamandemen Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengenai persidangan online guna memperjelas dan tidak terjadi tumpang tindih aturan hukum.

2. Diharapkan persidangan online dapat diterapkan dalam hal apapun tidak terkecuali pada masa pandemi covid-19, karena berdasarkan hasil penelitian persidangan online sangat efektif dan efisien sehingga mewujudkan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan dan tidak berdampak pada objektivitas Hakim dalam menjatuhkan putusan.

3. Untuk lembaga penegak hukum agar memperbaiki sarana prasarana guna menunjang persidangan online.

(25)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

A.Z. Abidin Farid, 1981, Sejarah dan Perkembanagn Asas Oportunitas di Indonesia, Ujung Pandang: UNHAS.

Achmad Ali & Wiwie Heryani, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris tehadap Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Amran Suadi, 2014, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Andi Hamzah, 2010, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: Mandar.

Bambang Poernomo, 1993, Pola Dasar, Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana dan Penegakan Hukum Pidana, Yogyakarta: Liberty.

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek, cet. Ke-2, Jakarta:

Sinar Grafika.

Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika.

Bernard L. Tanya, dkk, 2013, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Yogyakarta: Genta Publishing.

Dadang Kahmad, 2000, Metode Penelitian Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia.

Didik Endro Purwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana, Surabaya: Airlangga University Press.

Dominikus Rato, 2010, Filsafat Hukum Mencari, Menemukan dan Memahami Hukum, Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Harun M. Husein, 1991, Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana, Jakarta: PT, Rineka Cipta.

HMA. Kuffal, 2008, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, Malang: UMM Press.

Johnny Ibrahim, 2013, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing.

Lexy J. Moleong, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

(26)

Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, 1993, Hukum sebagai Suatu Sistem, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Lilik Mulyadi, 2012, Hukum Acara Pidana Indonesia Suatu Tinjauan Khusus Terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Loebby Loqman, 1982, Praperadilan di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Luhut M.P. Pangaribuan, 2014, Hukum Acara Pidana: Surat Resmi Advokat di Pengadilan, Jakarta: Papasa Sinar Sinanti.

M. Hatta Ali, 2012, Peradilan Sederhana, Cepat & Biaya Ringan Menuju Keadilan Restoratif, Bandung: PT. Alumni.

M. Yahya Harahap, 2001, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika.

Mardjono Reksodiputro, 1993, Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Melihat Kepada Kejahatan dan Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi), Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Muhammad Erwin, 2012, Filsafat Hukum, Jakarta: Raja Grafindo.

Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang: Universitas Diponegoro.

Peter Muhamad Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

Romli Atmasasmita, 1983, Bunga Rampai Hukum Acara Pidana, Jakarta: Bina Cipta.

Romli Atmasasmita, 1996, Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionalisme, Jakarta: Bina Cipta.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1994, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Sidharta Arief, 2007, Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, Bandung: PT. Refika Aditama.

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.

Sonny Keraf, 1998, Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya, Yogyakarta:

Kanisius.

(27)

Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Tatang M. Amirin, 1995, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. Ke-3.

Tolib Effendi, 2014, Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana Perkembangan dan Pembaharuannya di Indonesia, Malang: Setara Press.

Wildan Suyuthi Mustofa, 2013, Kode Etik Hakim, Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Yesmil Anwar dan Adang, 2004, Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan Pelaksanaannya dalam Penegakan Hukum di Indonesia), Bandung:

Widya Padjajaran.

Yofita A. Mangesti & Bernard L. Tanya, 2014, Moralitas Hukum, Yogyakarta:

Genta Publishing.

Zainal Arifin Hoesein, 2013, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Yogyakarta:

Imperium.

Jurnal:

Abdul Wahid, et.al, Masifikasi Pendidikan Konstitusi Sebagai Proteksi Hak Kebhinekaan di Era Pandemi Covid-19, Yurispruden, Volume 3, Nomor 2, Juni 2020.

Anggita Doramia Lumbanraja, Perkembangan Regulasi dan Pelaksanaan Persidangan Online di Indonesia dan Amerika Serikat Selama Pandemi Covid-19, Jurnal Crepido, Volume 02, Nomor 01, Juli 2020.

Fahmi Puta Hidayat dan Asni, Efektivitas Penerapan E-Court dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Makassar, Qadauna, Volume 2, Nomor 1, Desember 2020.

Hanafi, dkk, Eksistensi Persidangan Online Ditengah Pandemi Covid-19 dalam Perkara Pidana di Indonesia, Al’Adl: Jurnal Hukum, Volume 13, Nomor 2, Juli 2021.

Mariyadi dan M. Taufik, Hak Informasi atas Bencana Alam dalam Kajian Hak Asasi Manusia, Yurispruden, Volume 1, Nomor 2, Januari 2018.

Norika Fajriana, Teleconference dalam Pemeriksaan Perkara Pidana di Pengadilan, Badamai Law Journal, Volume 3, Issue 1, Maret 2018.

Nur Akmal Razaq, Legalitas Persidangan Daring di Masa Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Hukum Pidana, Jurnal Inovasi Penelitian, Volume 1, No.

6, Nopember 2020.

(28)

Ruth Marina Damayanti Siregar, Legalitas Keterangan Saksi Melalui Teleconference sebagai Alat Bukti dalam Perkara Pidana, Jurnal Jurisprudence, Volume 5, No. 1, 2015.

Suriani dan Ismail, Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pelaksanaan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan, Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan ke-4, Tahun 2020.

Swindy A.J. Tingtingon, Kesaksian Saksi Melalui Teleconference dalam Persidangan di Pengadilan, Lex et Societatis, Volume II, Nomor 8, September-November 2014.

Wahyu Iswantoro, Persidangan Pidana secara Online, Respon Cepat MA Hadapi Pandemi Covid-19, Jurnal Selisik, Volume 6, No. 1, Juni 2020.

Tesis:

Sinta Dewi HTP, Legalitas Keterangan Saksi melalui Teleconference sebagai Alat Bukti dalam Perkara Pidana, Tesis Magister Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2020 tentang Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2020 tentang Sistem Kerja di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya dalam Tatanan Normal Baru.

Surat Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 379/DJU/PS.00/3/2020 Tahun 2020 tentang Persidangan Perkara Pidana Secara Teleconference.

Internet:

Amir Baihaqi, PN Surabaya Sebut Sidang Teleconference Langgar KUHAP, Tapi

….., dalam https://news.detik.com.

Pengadilan Negeri Surabaya, Sidang Telekonferensi Pengadilan Negeri Surabaya Kelas I.A Khusus, dalam https://pn-surabayakota.go.id.

Pengadilan Negeri Surabaya, Wilayah Yurisdiksi, dalam https://pn- surabayakota.go.id

(29)

Syamsul Arief, Skype, Teleconference di Pengadilan dan KUHAP (Online), dalam http://news.detik.com.

Referensi

Dokumen terkait

° Dalam rangka menjamin lulusan yang lebih baik dan berdaya saing maka institusi berkewajiban menciptakan sistem yang mengupayakan pengembangan kemampuan akademik yang

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia- Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Analisis Ekonomi Serangan Penyakit Layu

cara untuk memperkenankan penyimpangan khusus dari persyaratan – persyaratan Peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan tersebut hanya jika misalnya karena ciri – ciri khas

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan sidang perkara pidana secara empiris selama pandemic COVID-19 serta tinjauan yiridis

Skripsi yang berjudul “Implementasi Perma Nomor 1 Tahun 2019 Terkait Proses Pembuktian Dalam Persidangan e-Litigasi di Pengadilan Agama Banjarmasin”, ditulis oleh Raudatun

Sebagai media promosi, web menampilkan informasi tentang produk batik Pacitan yang ditampilkan dalam 3 menu yaitu menu home untuk melihat produk dengan jumlah terbatas, menu

Dry socket merupakan komplikasi umum setelah pencabutan gigi, terbukanya dinding soket disebabkan adanya gangguan pembentukan bekuan darah normal yang terjadi pada tahap

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di SMA N 1 Ngemplak Boyolali, yang terletak di Jl. Embarkasi Haji Donohudan, Kecamatan Ngemplak,