• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 16 Tahun1981 Seri II Nomor 16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 16 Tahun1981 Seri II Nomor 16"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

Nomor : 16 Tahun1981 Seri II Nomor 16

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG

PEMBAGIAN WILAYAH PERUNTUKAN NUSA DUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG :

Menimbang : 1. Bahwa Pembangunan dan pengembangan Wilayah Wisata Nusa Dua adalah bagian dari pada pembangunan dan Pengembangan Kepariwisataan di Bali umumnya di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung

khususnya dan merupakan pelaksanaan

Pembangunan Industri Pariwisata secara Nasional. 2. Bahwa walaupun Nusa Dua termasuk didalam Wilayah

Administrasi Bukit, tetapi oleh karena Nusa Dua dibangun dan dikembangkan secara khusus untuk dijadikan Wilayah Wisata tersendiri, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Wisata tersebut dalam hubungannya dengan pembagian Wilayah Peruntukan Nusa Dua yang terlepas dari Pembagian Wilayah Peruntukan Bukit.

3. Bahwa Rencana Induk dan Usulan Zoning Regulation Wilayah Lingkungan Bukit telah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten Daerah Tk. II Badung dengan Surat Keputusan tanggal 1 Juli 1977, Nomor 5/DPRD/1977.

(2)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah - Daerah Tingkat II didalam Wilayah Daerah-daerah Tk. I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

3. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969, tentang Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia;

4. Peraturan-Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor : 2/PD/DPRD/1974, Nomor 3/PD/DPRD/1974 dan Nomor 4/PD/DPRD/1974 masing-masing tentang Tata Ruang untuk Pembangunan, Lingkungan Khusus dan Bangunan-Bangunan.

Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tk. II Badung dalam sidang Paripurna tanggal 9 April 1979.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tk. II Badung tentang Pembagian Wilayah Peruntukan Nusa Dua.

BAB I

KETENTUAN UMUM DAN PENGERTIAN DASAR Pasal 1

(1) Ketentuan Umum : Yang dimaksud dengan :

a. Pemda : Pemerintah Kabupaten Daerah

Tk.II Badung.

b. Bupati : Bupati Kepala Daerah Tk. II

(3)

c. D.P.R.D : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tk. II Badung.

d. Perda : Peraturan Daerah Kabupaten

Daerah Tk. II Badung.

e. Gubernur : Gubernur Kepala Daerah Tk. I

Bali. (2) Pengertian – pengertian dasar :

Pengertian – pengertian dasar yang sudah ada dalam

Peraturan Daerah Tk. I Bali Nomor :

2/PD/DPRD/1974 dan Peraturan Daerah Tk. II Badung tentang Pembagian Wilayah Peruntukan Bukit, akan dipakai dalam Peraturan – Peraturan

Pembagian Wilayah Peruntukan ini, kecuali

difinisi/batasan garis pesisir untuk Nusa Dua berlaku sbb :

Garis Pantai adalah garis yang berimpit dengan batas kepemilikan sepanjang pesisir yang pengertiannya dapat diperkirakan mengikuti Vegitation line (Garis dimana tumbuh – tumbuhan mulai hidup)

BAB II

PENETAPAN WILAYAH PERUNTUKAN Pasal 2

DAFTAR WILAYAH PERUNTUKAN

Wilayah Peruntukan berikut ini ditetapkan untuk Nusa Dua yang meliputi :

a. Tempat tinggal satu keluarga (T.S) yaitu tempat tinggal keluarga tunggal.

b. Tempat tinggal keluarga jamak (T.J) yaitu tempat tinggal keluarga jamak.

c. Tempat penginapan untuk umum (T.U) yaitu hotel – hotel dan tempat – tempat akomodasi untuk wisatawan lainnya.

d. Pusat Wilayah Wisata (P.W.W) yaitu fasilitas – fasilitas perdagangan, kantor dan hiburan untuk Wisatawan.

(4)

e. Pendidikan Kejuruan Perdagangan (K.P) yaitu fasilitas – fasilitas pendidikan kejuruan dan perdagangan besar yang berhubungan dengan penggunaan tempat tinggal dan penggunaan hotel tersebut.

f. Fasilitas – fasilitas Umum (F.U) yaitu semua jenis fasilitas untuk umum, masyarakat dan fasilitas hubungan dan perhubungan.

g. Penggunaan – penggunaan ultilitas Umum (P.U) yaitu fasilitas – fasilitas penggunaan untuk umum.

h. Daerah pertanian dan lapangan terbuka (P.T) yaitu Daerah – Daerah Pertanian, lapangan terbuka, jalur hijau, dan Daerah – Daerah yang penggunaannya ditentukan kemudian.

Pasal 3

PETA PEMBAGIAN WILAYAH PERUNTUKAN YANG RESMI

(1) Peraturan Daerah ini berlaku bagi tanah – tanah yang dibagi menjadi Wilayah Peruntukan sebagai yang terlihat pada Peta pembagian Wilayah Peruntukan Nusa Dua dan dengan demikian Peta tersebut disahkan dan dijadikan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Peta resmi ini harus disahkan sesuai dengan pengesahan Perda.

(2) Peta Pembagian Wilayah Peruntukan yang resmi tersebut disimpan di Kantor Pekerjaan Umum Kabupaten Daerah Tk. II Badung dan terbuka untuk umum. Supaya mudah dapat digunakan, Peta Pembagian Wilayah Peruntukan tersebut dapat diperbanyak, tetapi hanya Peta aslinya yang harus dianggap sebagai dokumen yang sah dan mempunyai kekuatan hukum mengenai status Pembagian Wilayah Peruntukan pada saat ini.

(5)

(3) Tidak diperkenankan mengadakan perubahan –

perubahan terhadap Peta Pembagian Wilayah

Peruntukan yang resmi ini, kecuali bila mengikuti tata cara/prosedur yang telah ditetapkan dalam pasal 30 Peraturan Daerah ini.

(4) Bila Peta Pembagian Wilayah Peruntukan ini mengalami kerusakan sebagian atau keseluruhannya, atau hilang, maupun sukar untuk ditafsirkan, karena adanya perubahan – perubahan atau tambahan yang baru, Bupati harus membuat Peta Pembagian Wilayah Peruntukan yang baru sebagai pengganti yang lama. (5) Peta Pembagian Wilayah Peruntukan yang baru ini

harus disahkan seperti yang telah ditentukan dalam ayat (1) pasal ini.

BAB III

PENAFSIRAN MENGENAI BATAS-BATAS WILAYAH PERUNTUKAN Pasal 4

Bila timbul keragu-raguan mengenai batas-batas Wilayah Peruntukan sebagai yang terlihat pada Peta Pembagian Wilayah Peruntukan, maka harus digunakan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

a. Batas – batas yang diperkirakan mengikuti garis sumbu jalan atau garis batas pemilikan jalan, harus dinyatakan sebagai batas – batas yang dimaksud. b. Batas – batas yang diperkirakan mengikuti batas

pekarangan atau batas tanah milik pribadi, harus dinyatakan sebagai batas – batas yang dimaksud. c. Batas – batas yang diperkirakan mengikuti batas

Wilayah Pemerintahan, misalnya Wilayah Kabupaten, Wilayah Kecamatan Desa dan Kota, harus dinyatakan sebagai batas – batas yang dimaksud.

d. Batas – batas yang mengikuti garis pantai, harus dinyatakan sebagai batas yang dimaksud dan bila garis pantai itu berubah letaknya, batas-batas

(6)

tersebut harus dinyatakan berpindah mengikuti garis pantai yang ada.

e. Batas-batas yang diperkirakan mengikuti sumbu parit, sungai, saluran air, danau atau yang sejenisnya maka batas-batas tersebut hendaknya dinyatakan sebagai batas-batas yang dimaksud.

f. Batas-batas pengertiannya sejalan dengan, atau merupakan perluasan pengertian dari hal-hal yang disebutkan dan huruf a sampai dengan huruf c diatas, dinyatakan demikian pula.

g. Jarak-jarak yang tidak dinyatakan secara khusus dalam Peta resmi Pembagian Wilayah Peruntukan ini, penentuannya hendaknya disesuaikan dengan skala Peta yang resmi.

h. Bila ada penyimpanan-penyimpanan dari apa yang telah dinyatakan dalam Peta resmi Pembagian Wilayah Peruntukan ini, atau bila ada yang belum tercakup dalam huruf a sampai dengan huruf g maka Bupati harus menetapkan batas-batas Pembagian Wilayah Peruntukan tersebut.

BAB IV

PERSYARATAN-PERSYARATAN WILAYAH PERUNTUKAN

Pasal 5

TEMPAT TINGGAL KELUARGA TUNGGAL

(1) Tujuan Wilayah Peruntukan Tempat tinggal Keluarga Tunggal adalah untuk menyediakan Wilayah/tempat-tempat guna pembangunan unit-unit Wilayah/tempat-tempat tinggal keluarga tunggal, yang dapat memberikan kebebasan pribadi, lapangan terbuka yang cukup disekeliling tiap tempat tinggal sehingga memungkinkan terhindarnya dari gangguan kebisingan, kepadatan dan gangguan dari penggunaan tanah untuk tujuan lain.

(7)

(2) Penggunaan-penggunaan yang diijinkan ialah :

a. Unit-unit tinggal keluarga tunggal dan bangunan-bangunan pelengkapnya.

b. Tempat-tempat ibadah.

(3) Tinggi bangunan maksimal 2 (dua) tingkat dengan tinggi maksimum 9 (sembilan) meter.

(4) Luas pekarangan minimum 750 (Tujuh ratus lima

puluh) m2 dan lebarnya minimum 20 (dua puluh)

meter : jika tidak ada batas-batas pekarangan, kepadatan 13,3 (tiga belas tiga per sepuluh) unit-unit tempat tinggal per Ha harus dipakai sebagai dasar untuk menentukan luas dan lebar pekarangan minimum.

(5) Luas tanah yang tertutup oleh bangunan maksimum ialah 20 (dua puluh)%.

(6) Perbandingan luas lantai maksimum ialah 30 (tiga puluh)%.

(7) Garis sempadan bangunan minimum ialah ;

a. Garis sempadan utama minimum harus 10 (sepuluh) meter dari batas pekarangan depan, atau dari jalan terdekat, bila tidak ada batas pekarangan.

b. Tempat-tempat berteduh terbuka dan tempat parkir mobil biasa dibangun dengan jarak 5 (lima) meter dari batas pekarangan depan atau batas jalan terdekat.

c. Garis sempadan semua bangunan minimum harus 4 (empat) meter dari batas pekarangan samping. d. Garis sempadan semua bangunan minimum harus

5 (lima) meter dari batas pekarangan belakang. e. Jika tidak ada batas pekarangan samping atau

pekarangan belakang jarak minimum antara unit-unit tempat tinggal harus merupakan jumlah garis sempadan samping dan garis sempadan belakang

yang dibutuhkan seolah-olah ada batas

pekarangan.

(8) Persyaratan- Persyaratan tempat parkir diluar jalan ditetapkan dalam pasal 17 Peraturan Daerah ini.

(8)

(9) Tanda-tanda pengenal, tanda penunjuk arah, tanda keamanan dan tanda-tanda yang bersifat sementara diatur dalam Pasal 19 Peraturan Daerah ini.

Pasal 6

TEMPAT TINGGAL KELUARGA JAMAK

(1) Tujuan Wilayah Peruntukan tempat tinggal Keluarga Jamak, adalah untuk menyediakan Wilayah/tempat-tempat untuk pembangunan Unit-Unit, Wilayah/tempat-tempat tinggal keluarga jamak, yang menyediakan pemusatan tempat-tempat tinggal yang lebih besar dari tempat – tempat tinggal keluarga tunggal tetapi yang masih bisa menjamin lingkungan yang aman dan sehat bagi penghuninya.

(2) Penggunaan-penggunaan yang diijinkan ialah :

a. Unit-unit tempat tinggal keluarga tunggal dan keluarga jamak serta bangunan pelengkap.

b. Jumlah kamar tidur setiap tempat tidak boleh melebihi 6 (enam) buah.

c. Tempat-tempat ibadah.

(3) Tinggi bangunan maksimum 2(dua) tingkat dengan tinggi maksimum 9 (sembilan) meter.

(4) Luas pekarangan minimum 1.000 (seribu) m2

Lebar pekarangan minimum 25 (dua puluh lima) meter.

Luas pekarangan minimum 400 (empat ratus) m2

untuk tiap unit tempat tinggal.

Jika tidak ada batas-batas pekarangan maka kepadatan 25 (dua puluh lima) unit tempat tinggal per Ha harus dipakai dasar untuk membangun.

(5) Luas tanah yang tertutup oleh bangunan maksimum 30 (tiga puluh)%.

(6) Perbandingan luas lantai maksimum 40 (empat puluh)%

(7) Garis sempadan bangunan minimum sama dengan yang ditetapkan dalam pasal 5.

(9)

(8) Persyaratan-persyaratan tempat parkir diluar jalan : sudah ditetapkan dalam Pasal 17 Peraturan Daerah ini.

(9) Tanda-tanda pengenal, tanda-tanda penunjuk arah, tanda-tanda keamanan dan tanda-tanda yang bersifat sementara diatur sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Daerah ini.

Pasal 7

TEMPAT PENGINAPAN UNTUK UMUM

(1) Tujuan Wilayah Peruntukan Tempat penginapan

untuk Umum adalah untuk menyediakan

Wilayah/tempat untuk pembangunan hotel-hotel dan tempat-tempat penginapan lainnya bagi wisatawan, dan juga untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang mempunyai hubungan langsung dengan Wisatawan, juga untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dengan memberikan perlindungan kepada Daerah-Daerah terutama yang sesuai untuk tempat-tempat penginapan bagi wisatawan, agar Daerah-Daerah itu tidak digunakan untuk tujuan yang lain.

(2) Penggunaan yang diijinkan ialah ;

a. Hotel-hotel dan tempat-tempat penginapan lainnya. b. Restoran-restoran, bar-bar dengan atau tanpa

fasilitas-fasilitas hiburan atau tarian-tarian, toko-toko pengecer dan yang memberikan pelayanan perorangan, kantor-kantor, fasilitas-fasilitas untuk hiburan dan rekreasi didalam maupun diluar gedung, termasuk ruangan-ruangan rekreasi, kolam renang, lapangan tennis dan lapangan-lapangan untuk olah raga lainnya, dan unit-unit tempat tinggal keluarga tunggal maupun keluarga jamak untuk dipakai oleh staf manager yang bekerja dalam Daerah pemilikan tersebut dan semuanya ini merupakan pelengkap terhadap penggunaan hotel tersebut.

(10)

(3) Kepadatan maksimum ialah 70 (tujuh puluh) kamar tidur per Ha.

(4) Tinggi bangunan maksimum 4 (empat) tingkat dengan tinggi maksimum 15 (lima belas) meter sebagai yang telah ditetapkan dalam Pasal 1.

(5) Luas dan Lebar pekarangan minimum ditetapkan dalam pasal 16 Peraturan Daerah ini.

(6) Luas tanah tertutup bangunan, adalah maksimum 35 (tiga puluh lima)%.

(7) Perbandingan luas lantai maksimum ialah 85 (delapan puluh lima)%.

(8) Garis sempadan bangunan-bangunan utama

minimum harus 25 (dua puluh lima) meter dari batas

pekarangan depan, samping dan pekarangan

belakang.

a. Garis sempadan bangunan-bangunan utama minimum harus 25 (dua puluh lima) meter dari batas pekarangan depan, samping dan pekarangan belakang.

b. Bangunan-bangunan terbuka termasuk tempat-tempat berteduh yang tidak melebihi luas 50 (lima puluh) m2, dan jalan-jalan kaki beratap tetapi tidak

termasuk fasilitas-fasilitas ultilitas boleh dibangun sampai jarak 10 (sepuluh) meter dari batas pekarangan dan tempat berteduh yang tidak melebihi 5 (lima) m2, boleh dibangun sampai jarak

5 (lima) meter dari batas pekarangan.

c. Garis-garis sempadan tambahan

bangunan-bangunan utama yang didasarkan pada tinggi bangunan-bangunan tersebut adalah merupakan persyaratan pula sebagai yang telah ditetapkan dalam Peta Pembagian Wilayah Peruntukan yang sah demikian juga halnya dengan garis sempadan pantai sebagai yang telah ditetapkan dalam Pasal 14 Peraturan Daerah ini.

(9) Persyaratan-Persyaratan tempat parkir diluar jalan ditetapkan dalam pasal 17 Peraturan Daerah ini.

(11)

(10) Tanda-tanda yang diperkenankan ialah ;

a. Satu tanda pengenal hotel yang ditancapkan dipekarangan yang tidak langsung disinari : luas tanda tidak boleh melebihi 2 (dua) m2 : tingginya

tidak melebihi 2,5 (dua setengah) meter, dipasang didepan hotel menghadap ke jalan, atau ditempat jalan masuk utama. Juga diperkenankan 1 (satu) tanda lagi yang ditancapkan di pekarangan, tidak langsung disinari : luasnya tidak melebihi 1 (satu)

m2; tingginya tidak melebihi 2 (dua) meter :

dipasang pada sisi jalan kaki.

b. Tanda-tanda pada emper (canopy sign) dan tanda-tanda yang dipasang ditembok tidak boleh dari 4 (empat) buah yang dapat dilihat dari luar pekarangan : luas tiap-tiap tanda-tanda tidak boleh lebih dari 2 (dua) m2 : tinggi tanda-tanda tersebut

tidak boleh melebihi langit-langit lantai kedua, dan tidak langsung disinari.

c. Tanda-tanda pengenal, tanda-tanda penunjuk arah, tanda-tanda keamanan, dan tanda-tanda yang bersifat sementara diatur dalam Pasal 19 Peraturan Daerah ini.

Pasal 8

PUSAT WILAYAH WISATA

(1) Tujuan Pusat Wilayah Wisata tersebut adalah untuk menyediakan Daerah-Daerah/tempat-tempat yang

cocok bagi pembangunan fasilitas-fasilitas

perdagangan, kantor-kantor dan hiburan-hiburan yang terpadu erat satu sama lin, yang semuanya ini akan dapat melayani kebutuhan wisatawan.

(2) Penggunaan - penggunaan yang diperkenankan ialah :

a. Toko-toko pengecer termasuk toko-toko yang menjual barang-barang klontong, obat, hasil kesenian dan hasil kerajinan tangan, dan

(12)

toko-toko yang menjual barang-barang yang tertentu.

b. Tempat-tempat yang bisa memberikan

pelayanan perorangan, misalnya : tempat potong rumput, salon kecantikan, tukang jahit dan toko-toko reparasi, studio tarian dan kesenian.

c. Kantor-kantor termasuk : Biro perjalanan, Perusahaan Penerbangan dan perusahaan angkutan lainnya, bank-bank dan kantor-kantor keuangan lainnya, Kantor-Kantor Administrasi Perusahaan, dan Kantor-Kantor Profesi untuk dokter-dokter.

d. Restoran-Restoran, Bar-Bar dengan atau tanpa fasilitas-fasilitas hiburan dan tarian, gedung-gedung bioskop, tempat-tempat olah raga, dan tempat-tempat makan.

e. Tempat-tempat yang memberikan fasilitas-fasilitas untuk konprensi dan rapat-rapat, tempat-tempat pesta, dan tempat-tempat pameran.

f. Tempat-tempat untuk fasilitas-fasilitas

mengadakan pertunjukan-pertunjukan dan

kegiatan-kegiatan kebudayaan, seperti

panggung terbuka, panggung tertutup,

gedung-gedung pertunjukan untuk tarian, sandiwara, musik, museum dan tempat-tempat pameran.

g. Fasilitas-fasilitas umum yang memberikan pelayanan langsung kepada Wisatawandan penduduk, seperti Mandala Wisata dan kontor Penerangan Pariwisata, Kantor-Kantor Pos dan tempat ibadah.

h. Kegiatan-kegiatan pengolahan dan

penyimpanan barang-barang harus

merupakan Bagian dari kegiatan perdagangan dan Kantor yang hanya melayani orang-orang ditempat itu saja, dan harus mentaati

(13)

peraturan-peraturan keamanan sebagai yang ditetapkan dalam Pasal 20 Peraturan Daerah ini.

i. Kegiatan pemasyarakatan yang diadakan secara periodik harus mendapat ijin dari Bupati.

(3) Tinggi bangunan maksimum : 2 (dua) tingkat dengan tinggi maksimum 10 (sepuluh) meter, kecuali seperti yang telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini.

(4) Luas dan lebar pekarangan minimum : ditetapkan dalam Pasal 16 Peraturan Daerah ini.

(5) Luas tanah tertutup bangunan maksimum 50 (lima puluh)%

(6) Perbandingan luas lantai maksimum ialah 85 (delapan puluh lima)%.

(7) Garis sempadan bangunan minimum ialah

a. Garis sempadan bangunan utama minimum harus 10 (sepuluh) meter dari batas pekarangan depan, samping dan pekarangan belakang atau diukur dari batas jalan terdekat bila pekarangan tidak mempunyai batas-batas.

b. Bangunan terbuka toko-toko berselasar (arcades) dan selasar (covered wolkways), bisa dibangun sampai jarak 3 (tiga) meter dari batas pekarangan atau batas jalan yang terdekat.

(8) Persyaratan-persyaratan tempat parkir diluar jalan ditetapkan dalam Pasal 17 Peraturan Daerah ini. (9) Tanda-tanda yang diperkenankan ialah :

a. Satu tanda dalam pekarangan yang

dipancangkan dalam tanah yang menunjukkan Pusat Wilayah Wisata dan Fasilitas-fasilitas Utamanya, yang tidak langsung disinari : luas

tanda tidak boleh melebihi 2 (dua)m2, tingginya

tidak melebihi 3 (tiga)m, dipasang pada jalan masuk utama pada pusat Wilayah.

b. 1 (satu) tanda dalam pekarangan atau yang terpancang dalam tanah yang menunjukkan

(14)

pusat perdagangan atau komplek-komplek yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk kegiatan kebudayaan dan tidak langsung disinari : luas

tanda tak melebihi 1 (satu) m2 tingginya

takmelebihi 2 (dua) m : dipasang pada sisi jalan masuk utama untuk pejalan kaki.

c. Tanda-tanda bangunan perorangan ; tidak lebih dari 2 (dua) tanda dengan luas keseluruhan 1 (satu) m2 untuk tiap-tiap bangunan : tidak

boleh lebih tinggi dari garis terendah dari atap bangunan tak boleh langsung disinari.

d. Tanda – tanda pengenal, tanda – tanda penunjuk arah, tanda – tanda keamanan, dan tanda – tanda bersifat sementara diatur dalam Pasal 19 Peraturan Daerah ini.

Pasal 9

PENDIDIKAN KEJURUAN USAHA KOMERSIL

(1) Tujuan Wilayah Peruntukan Pendidikan

kejuruan – Usaha komersil ialah untuk menentukan Daerah – Daerah yang dipakai agar berfungsi sebagai tempat pendidikan kejuruan dan usaha komersil khusus.

(2) Penggunaan – penggunaan yang diperkenankan ialah :

a. Sekolah – Sekolah Perhotelan dan Lembaga – Lembaga Pendidikan sejenisnya.

b. Hotel – hotel beserta fasilitas – fasilitasnya. c. Penggunaan untuk tempat tinggal seperti

untuk keluarga tunggal dan Keluarga Jamak dan fasilitas – fasilitas asrama, yang berhubungan erat dengan penggunaan – penggunaan yang diijinkan dalam ayat (a) dan ayat (b).

(15)

d. Fasilitas – fasilitas perdagangan jasa – jasa, misalnya : fasilitas mencuci pakaian, untuk

memberikan pelayanan kepada Wilayah

Wisata, tetapi tidak akan sesuai bila ditempatkan di Pusat Wilayah Wisata tersebut. (3) Kepadatan maksimum 70 (tujuh puluh) kamar per

Ha. Untuk Hotel – Hotel dan asrama – asrama. (4) Tinggi bangunan maksimum 2 (dua) tingkat

dengan tinggi maksimum 10 (sepuluh) meter kecuali seperti yang telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini.

(5) Luas dan lebar pekarangan minimum : ditetapkan dalam Pasal 16 Peraturan Daerah ini.

(6) Luas tanah tertutup bangunan maksimum 50 (lima puluh) %.

(7) Perbandingan luas lantai maksimum ialah 85 (delapan puluh lima) %.

(8) Garis sempadan bangunan minimum ialah :

a. Garis sempadan minimum untuk bangunan utama harus 15 (lima belas) meter dari batas pekarangan depan, samping dan pekarangan belakang, atau dari jalan terdekat, jika ada batas – batas pekarangan.

b. Bangunan terbuka dan selaras (covered walkways) diperkenankan sampai jarak 3 (tiga) meter dari batas pekarangan atau batas jalan. (9) Persyaratan – persyaratan tempat parkir diluar

jalan ditetapkan pasal 17 Peraturan Daerah ini. (10) Tanda – tanda yang diperkenankan ialah :

a. Satu tanda pekarangan yang dipasangkan di tanah yang tidak langsung disinari, luas tidak melebihi 1 (satu m2 tingginya tidak melebihi 2

(16)

(dua) meter untuk setiap fasilitas yang berbeda, kecuali untuk hotel – hotel yang persyaratan – persyaratannya sama dengan persyaratan – persyaratan tanda dalam Wilayah Peruntukan tempat penginapan untuk umum.

b. Tanda – tanda pada emper (canopy sign) dan tanda – tanda yang dipasang ditembok; tak boleh lebih dari 2 (dua) tanda yang luasnya tidak melebihi 1 (satu) m2 untuk setiap fasilitas,

dan tidak lebih tinggi dari garis atap yang terendah, kecuali untuk hotel – hotel yang persyaratannya sama dengan persyaratan tanda – tanda dalam Wilayah Peruntukan tempat – tempat penginapan untuk umum. c. Tanda – tanda pengenal, tanda – tanda

penunjuk arah, tanda – tanda keamanan dan tanda – tanda yang bersifat sementara ditetapkan dalam Pasal 19 Peraturan Daerah ini.

Pasal 10

FASILITAS – FASILITAS UMUM

(1) Tujuan Wilayah Peruntukan Fasilitas Umum adalah untuk menentukan Daerah – Daerah yang letaknya sesuai dengan pembangunan fasilitas – fasilitas yang diperuntukan masyarakat umum sehingga dapat melayani umum secara efisien. (2) Penggunaan yang diperkenankan ialah :

a. Fasilitas – fasilitas Umum untuk masyarakat, termasuk kantor – kantor Pemerintah dan administrasi lainnya, Kantor Polisi dan Kantor Pemadam Kebakaran, Kantor Pos, Meseum, perpustakaan – perpustakaan, fasiltas – fasiltas konperensi dan rapat – rapat, dan pusat – pusat kebudayaan.

(17)

b. Fasilitas – fasilitas Pendidikan termasuk gedung – gedung Sekolah.

c. Tempat – tempat ibadah termasuk Pura – Pura, Mesjid – Mesjid, Gereja – Gereja dan Kelenteng – Kelenteng.

d. Fasilitas – fasilitas kesehatan termasuk klinik – klinik dan rumah – rumah sakit.

e. Taman – taman rekreasi termasuk lapangan tempat bermain lapangan – lapangan olah raga, kebun – kebun binatang dan kebun – kebun raya.

f. Fasilitas – fasilitas transportasi termasuk segala jenis jalan – jalan beserta jembatan – jembatan dan viaduct (overpasses), tempat – tempat parkir kendaraan, stasiun Bus Bemo, taxi, tempat – tempat berteduh distasiun – stasiun umum, jalan – jalan kuda beserta fasilitasnya, pompa – pompa bensin dengan fasilitas reparasi darurat, tempat – tempat kapal berlabuh, fasilitas – fasilitas perkapalan beserta penyimpanan kapal –kapal, lapangan terbuka dan Daerah – Daerah pertamanan yang berhubungan dengan fasilitas trasportasi. g. Tempat – tempat kerja, reparasi, dan tempat –

tempat penyimpanan bahan yang secara

langsung ada hubungannya dengan

pembangunan dan pemeliharaan fasilitas – fasilitas Wilayah Wisata diperkenankan untuk dibangun setelah mendapat persetujuan dari Bupati.

h. Pembangunan – pembangunan warung – warung dan sejenisnya yang tradisionil, balai banjar dan wantilan, diperkenankan setelah mendapat persetujuan dari Bupati.

(3) Persyaratan – persyaratan umum; tempat untuk bermacam – macam fasilitas didalam Wilayah Peruntukan Fasilitas Umum harus sesuai dengan

(18)

tempat – tempat yang telah ditentukan dalam Master Plan yang telah disahkan.

(4) Tinggi bangunan maksimum : 2 (dua) tingkat dengan tinggi maksimum 10 (sepuluh) meter kecuali sebagai hal – hal yang diperkenankan dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini.

(5) Luas dan lebar pekarangan minimum : ditetapkan dalam Pasal 16 Peraturan Daerah ini.

(6) Luas tanah yang tertutup bangunan ialah % (lima puluh) %.

(7) Perbandingan luas lantai maksimum ialah 75 (tujuh puluh lima) %.

(8) Garis sempadan bangunan minimum sama dengan pasal 8 ayat 7 Peraturan Daerah ini.

(9) Persyaratan – persyaratan tempat parkir diluar jalan diatur dalam pasal 17 Peraturan Daerah ini. (10) Tanda – tanda yang diperkenankan ialah :

a. dalam tanah yang menunjukan fasilitas tersebut, tidak langsung disinari, luasnya tidak

melebihi 1 (satu) m2 dan tingginya tidak

melebihi 2 (dua) meter untuk tiap –tiap fasilitas yang berbeda.

b. Tanda – tanda pada emper (canopy sign) dan tanda – tanda yang dipasang ditembok tidak boleh langsung disinari tidak melebihi dari 2 (dua)buah tanda dan luas keseluruhan tak melebihi 1 (satu) m2 untuk tiap – tiap fasilitas

dan tingginya tidak melebihi garis atap yang terendah.

c. Tanda – tanda pengenal, tanda – tanda yang bersifat sementara diatur dalam Pasal 19 Peraturan Daerah ini.

(19)

Pasal 11 UTILITAS UMUM

(1) Tujuan Wilayah Peruntukan Utilitas umum adalah

untuk menentukan tempat – tempat yang letaknya sesuai dengan pembangunan – pembangunan fasilitas – fasilitas umum, sehingga dapat memberikan pelayanan secara efisien tanpa menimbulkan gangguan – gangguan disekitarnya.

(2) Penggunaan – penggunaan yang diperkenankan

ialah :

a. Fasilitas – fasilitas umum yang memiliki maupun yang diusahakan oleh Pemerintah atau Swasta termasuk listrik : Air pengolahan saluran pembuangan, fasilitas pembangunan sampah dan fasilitas telekomunikasi.

b. Fasilitas – fasilitas lainnya yang memberikan

pelayanan kepada umum yang ada

hubungannya dengan fasilitas utilitas umum.

(3) Tinggi bangunan maksimum : 2 ( dua) tingkat

dengan tinggi maksimum (sepuluh) meter.

(4) Luas dan lebar pekarangan minimum : ditetapkan

dalam Pasal 16 Peraturan Daerah ini.

(5) Luas tanah tertutup bangunan maksimum ialah

50 (lima puluh) %.

(6) Perbandingan luas lantai maksimum ialah 85

(delapan puluh lima) %.

(7) Garis sempadan bangunan minimum ialah :

a. 15 (lima belas) M dari batas pekarangan depan, samping dan belakang, atau dari batas jalan terdekat, jika tak ada batas – batas pekarangan.

b. Bangunan pelindung terbuka dan selasar (covered walkways) bisa dibangun dalam jarak 3 (tiga) meter dari batas pekarangan atau dari batas jalan yang terdekat.

(20)

(8) Persyaratan – persyaratan tempat parkir diluar jalan ditetapkan dalam pasal 17 Peraturan Daerah ini.

(9) Tanda – tanda yang diperkenankan ialah :

a. Satu tanda dipekarangan dipancangkan dalam tanah yang menunjukkan fasilitas tersebut, tidak langsung disinari luasnya tidak melebihi 1 (satu) m2 dan tingginya tidak melebihi 2 (dua)

meter untuk tiap – tiap fasilitas yang berbeda. b. Tanda – tanda pada emper (canopy sign) dan

tanda – tanda yang dipasang ditembok tidak boleh langsung disinari, tidak boleh lebih dari 2 (dua) buah tanda yang keseluruhan luasnya tak melebihi 1 (satu) m2 untuk tiap – tiap

fasilitas, dan tak lebih tinggi dari garis atap yang rendah.

c. Tanda – tanda pengenal, tanda – tanda penunjuk arah, tanda – tanda keamanan, dan tanda – tanda yang bersifat sementara diatur sesuai dengan pasal 19 Peraturan Daerah ini.

Pasal 12

DAERAH PERTANIAN DAN LAPANGAN TERBUKA

(1) Tujuan dari Wilayah Peruntukan Daerah

Pertanian dan lapangan terbuka adalah terutama untuk melindungi tanah dan Daerah – Daerah pantai agar tetap dalam keadaan yang alamiah dan dalam keadaan yang tidak dikembangkan : atau melindungi tanah – tanah yang digunakan untuk pertanian, karena keindahan alamnya dan sesuai untuk tempat rekreasi demi kepentingan keseimbangan ecology dan juga penting untuk menambah keindahan alam sekitarnya.

Jika dalam Peta Pembagian Wilayah Peruntukan dinyatakan sebagai Daerah dalam Peta Pembagian Wilayah Peruntukan dinyatakan sebagai Daerah

(21)

yang belum dipakai (A.O.S.Res), Wilayah Peruntukan ini boleh dipakai untuk memelihara Daerah – Daerah yang tidak dikembangkan

sampai saat kemudian bila ditentukan

penggunaan Daerah itu untuk keperluan yang lebih sesuai.

(2) Penggunaan – penggunaan yang diperkenankan

ialah :

a. Untuk pertanian, termasuk bercocok tanam, perkebunan, dan lapangan rumput untuk ternak.

b. Lapangan terbuka dan jalur hijau yang telah ditentukan.

c. Persemian yang juga berfungsi sebagai jalur hijau.

d. Fasilitas – fasilitas rekreasi yang terbatas, termasuk jalan – jalan rekreasi, jalan – jalan sepeda, jalan – jalan kuda, jalan – jalan setapak, tempat – tempat berteduh dan fasilitas – fasilitas yang berhubungan dengan itu.

(3) Persyaratan – persyaratan lainnya : Pembangunan

dalam Wilayah Peruntukan ini harus sesuai dengan ketentuan – ketentuan dan Master Plan yang telah disahkan untuk daerah ini.

(4) Tanda – tanda yang diperkenankan ialah : tanda –

tanda pengenal, tanda – tanda keamanan dan tanda – tanda yang bersifat sementara diatur sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 19 Peraturan Daerah ini.

BAB V

KETENTUAN-KETENTUAN KHUSUS Pasal 13

JALAN-JALAN DAN TEMPAT-TEMPAT UMUM

(1) Semua Daerah yang ditetapkan untuk digunakan oleh masyarakat umum adalah jenis-jenis fasilitas-fasilitas umum, jalan-jalan, tempat-tempat parkir,

(22)

jalan setapak, jalan sepeda, dan jalan-jalan kuda, pantai, taman, pura-pura, Daerah-Daerah lapangan terbuka harus terbuka bagi dan dapat digunakan oleh masyarakat umum untuk tujuan-tujuan yang non komersiil, yang dimaksud Daerah-Daerah yang terbuka bagi umum adalah Wilayah Peruntukan yang berikut ini; Pusat Wilayah Wisata, fasilitas-fasilitas umum, Daerah pertanian dan lapangan-lapangan terbuka dan Daerah-Daerah lain yang menampung yang disetujui bersama oleh pemegang hak atas tanah dan Pemerintah.

(2) Jalan-jalan dan tempat-tempat umum harus tunduk kepada Peraturan –Peraturan Pemerintah yang telah ada dan peraturan-peraturan tambahan yang menampung yang disetujui bersama antara Pemda dan pemegang hak atas tanah.

(3) Di Daerah terbuka disepanjang tepi pantai yang mempunyai ukuran lebar 15 (lima belas) meter yang disediakan oleh penyewa, terdapat jalan setapak. Dan Daerah terbuka untuk umum.

Pasal 14

GARIS SEMPADAN PANTAI

(1) Garis sempadan minimum bangunan-bangunan utama dari garis pantai adalah sebagai berikut :

a. Bangunan yang tingginya 0,00 – 5.00 meter = 30 (tiga puluh) meter.

b. Bangunan yang tingginya 5.01 – 10.00 meter = 40 (empat puluh) meter.

c. Bangunan yang tingginya 10,01 – 15.00 meter = 50 (lima puluh) meter.

(2) Bangunan – bangunan terbuka, termasuk tempat-tempat berteduh yang luasnya tidak boleh melebihi

50 (lima puluh) m2 dan bangunan-bangunan selaras

(23)

ultilitas, boleh dibangun sampai jarak 20 (dua puluh) meter dari garis pantai dan tempat-tempat berteduh yang terbuka yang tidak melebihi 5 (lima) m2 dapat

dibangun sampai jarak 10 (sepuluh) meter dari garis pantai.

Pasal 15

(1) Tinggi maksimum bangunan harus 15 (lima belas) meter kecuali bentuk-bentuk arsitektur khusus boleh melebihi 15 (lima belas) meter, sesuai dengan standard peraturan Pembangunan tang telah diatur dalam Pasal 23 Peraturan Daerah ini.

(2) Di wilayah peruntukan yang mempunyai persyaratan tinggi 2 (dua) tingkat dengan tinggi maksimum 10 (sepuluh) meter biasa dibangun lebih tinggi demi untuk kepentingan arsitektur, tetapi tetap dengan 2 (dua) tingkat dengan tinggi maksimum 15 (lima belas) meter, untuk ini perlu mendapat ijin dari Bupati.

Pasal 16

LUAS DAN LEBAR PEKARANGAN MINIMUM

Luas dan lebar pekarangan harus mengikuti ketetapan – ketetapan yang ada dalam Peta Pembagian Wilayah Peruntukan yang resmi dari Daerah tersebut.

Pasal 17

PERSYARATAN – PERSYARATAN TEMPAT PARKIR

(1) Persyaratan – persyaratan minimum untuk tempat parkir diluar jalan adalah sebagai berikut :

a. Tempat penginapan umum 1 (satu) tempat

Dan asrama – asrama kendaraan untuk

setiap 4 (empat)

kamar penginapan

(24)

b. Bangunan pedagang eceran, 1 (satu) tempat ken

Kantor perusahaan, dan daraan untuk

Fasilitas bagi tempat – setiap luas lantai

tempat pertemuan bangunan 50 (lima

puluh)m2yang tidak

digunakan untuk tempat penginapan

c. Restoran, ruang pesta dan 1 (satu) tempat

bangunan – bangunan tem- kendaraan untuk

pat – tempat makan lainnya, setiap luas lantai bar dengan atau tanpa hibu- bangunan 10 (se-

ran, termasuk bangunan – ba puluh) m2 yang di

ngunan pelengkap hotel dan pakai untuk tempat

fasilitas rekreasi. penyimpanan

d. Auditorium tempat – tempat 1 (satu) tempat

pertunjukan – pertunjukan, kendaraan untuk gedung – gedung pertunjukan, 10 (sepuluh) tempat ruang dan konperensi rapat - duduk

rapat dan tempat – tempat pertemuan lainnya.

e. Sekolah perhotelan, tempat 1 (satu) tempat ken

mencuci, dan utilitas umum daraan untuk

setiap 5 (lima)

karyawan.

f. Unit – unit tempat tinggal 1 (satu) tempat ken

daraan untuk

setiap unit tempat

tinggal.

g. Fasilitas – fasilitas rekreasi 3 (tiga) tempat ken

daraan untuk

setiap lobang lapa

ngan golf : 2 (dua)

(25)

untuk setiap

lapangan tenis :

dan tempat-tempat

kendaraan untuk

fasilitas – fasilitas

rekreasi yang lain,

ditetapkan oleh Bupati.

(2) Minimum 65 (enam puluh lima) % dari tempat parkir kendaraan untuk setiap keperluan yang tertentu harus ditempatkan pada parkir yang dipusatkan namun Bupati dapat memberikan persetujuan khusus menempatkan parkir kendaraan ditempat yang berbeda terkecuali untuk unit – unit tempat tinggal, yang harus mempunyai tempat parkir, ditempat sendiri, beberapa tempat parkir kendaraan yang tidak digunakan setiap hari, misalnya untuk auditorium, ruang – ruang komperensi dan rapat – rapat, ruang – ruang pesta dan tempat – tempat pertemuan lainnya, boleh ditempatkan di tempat – tempat yang ditumbuhi rumput yang tidak dikeraskan sesuai dengan kebijaksanaan Bupati. (3) Untuk memperhitungkan luas yang dibutuhkan

untuk parkir maka harus digunakan 16 (enam belas)

m2 untuk setiap kendaraan di tambah dengan luas

yang diperlukan untuk tempat kendaraan bergerak dan pertamanan.

Tempat parkir harus digunakan untuk tempat parkir segala macam kendaraan yang diperlukan termasuk mobil besar dan kecil. Tempat – tempat parkir kendaraan minimum harus mempunyai ruang vertikal bebas 1,85 (satu delapan puluh lima perseratus) m. (4) Minimum 10 (sepuluh)% dari tempat – tempat parkir

yang berisi 10 (sepuluh) kendaraan atau lebih yang disediakan untuk umum harus dibangun dengan

(26)

pertamanan yang sesuai, yaitu 1 (satu) pohon untuk setiap 4 (empat) kendaraan dan harus mendapat pengairan yang baik.

Pasal 18

PURA – PURA, TEMPAT – TEMPAT SUCI DAN TEMPAT – TEMPAT PEMUJAAN / IBADAH LAINNYA

(1) Setiap Pura yang sudah ada pada waktu pengesahan Peraturan Daerah ini tidak boleh dipindahkan oleh pemegang hak atas tanah atau penyewa tanah tanpa persetujuan khusus dari yang berwenang mengenai soal agama dan juga dari penyungsung Pura tersebut, setiap Pura yang sudah ada harus dipelihara dan dapat direhabilitasi, direkkonstruksi diperbaharui setelah mendapat ijin dari yang berwenang mengenai soal – soal agama dan dari para penyungsung pura tersebut.

(2) Setiap tempat – tempat suci yang sudah ada pada waktu pengesahan Peraturan Daerah ini, tidak boleh dipakai untuk pembangunan oleh pemegang hak atas tanah atau penyewa tanah tanpa ijin khusus dari yang berwenang mengenai soal – soal agama tersebut. (3) Tempat – tempat pemujaan/ibadah boleh dibangun di

Wilayah Peruntukan maupun juga, asal saja

bangunan tersebut memenuhi persyaratan

keamanan.

Pasal 19

PERSYARATAN – PERSAYARAT TANDA

(1) Setiap tanda yang dapat dilihat dari jalan umum, Jalan kaki, jalan sepeda, dan jalan kuda, diharuskan hanya menyebutkan nama pengenal utama dari tempat itu dan harus sesuai dengan ketentuan –

(27)

ketentuan Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 Peraturan Daerah ini.

Tidak diperkenankan ada tanda – tanda yang mereklamekan barang – barang yang nampak dari jalan – jalan umum, jalan kaki, jalan sepeda dan jalan kuda.

(2) Disamping tanda – tanda yang diperkenankan dalam Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12, diperkankan pula satu tanda yang menunjukkan Wilayah Wisata

dengan luas tidak melebihi 4 (empat) m2 tinggi tidak

melebihi 3 (tiga) meter yang dipancangkan

dipekarangan pada jalan masuk kendaraan utama menuju Wilayah Wisata yang tidak langsung disinari dan satu tanda lagi yang menunjukkan Wilayah Wisata tersebut dengan luas tanda tidak melebihi 2 (dua) m2 tingginya tidak melebihi 2 (dua) meter

dipancangkan pada jalan masuk kendaraan dan jalan kaki yang menuju Wilayah Wisata tersebut.

(3) Disamping tanda – tanda yang diperkenankan dalam Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, Peraturan Daerah ini, pemegang hak atas tanah diijinkan pula untuk memasang tanda – tanda penunjuk arah dan tanda – tanda keamanan yang berukuran kecil tidak bersifat komersil dan tidak disinari langsung, ditempat – tempat yang dianggap perlu.

(4) Tanda – tanda yang bersifat sementara yang diperkenankan adalah sebagai berikut :

a. Satu tanda yang menyatakan sedang ada pembangunan, dipasang dipekarangan menghadap ke jalan, dibagian muka bangunan yang sedang dibangun atau sedang diperbaiki, atau dibagian maka proyek pembangunan komplek gedung yang sedang dibangun, dan pada tanda tersebut dinyatakan alasan – alasan dari pembangunan atau untuk tujuan apa bangunan atau komplek tersebut serta nama arsitek, insinyur, kontraktor,

(28)

pelaksana, bahan yang membiayai dan nama orang – orang dan organisasi – organisasi yang ada hubungannya dengan pembangunan tersebut, luas tanda itu tidak boleh melebihi 3 (tiga) m2 dan

harus dicabut setelah pembangunan selesai.

b. Tanda – tanda tanah dan tanda – tanda tanah milik pribadi, satu tanda dalam pekarangan menghadap ke jalan, mereklamekan penjualan, sewa atau kontrak rumah dan tanahnya; luas tanda tidak boleh melebihi 0,5 (setengah) m2 dan

tanda harus dicabut bila penjualan dan sebagainya sudah selesai atau dibatalkan.

c. Tanda – tanda untuk acara khusus, Tanda – tanda yang mudah dipindah dan tanda – tanda angin boleh dipasang dipekarangan bangunan komersiil yang sedang menyelenggarakan upacara – upacara khusus; tanda – tanda semacam itu tidak boleh dipasang lebih dari 14 (empat belas) hari kalender dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.

(5) Tanda – tanda dalam bentuk sebagai tersebut dibawah ini dilarang :

a. Setiap tanda yang tidak tergolong dalam bentuk tanda – tanda menurut ketentuan dalam Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 19 Peraturan Daerah ini. b. Setiap tanda angin atau tanda yang mudah

dipindah kecuali yang sesuai dengan ketentuan dalam ayat 4e pasal ini.

c. Setiap tanda yang disinari langsung, yang kerdap – kerdip atau yang berputar, atau tanda – tanda yang bergerak jenis lainnya.

d. Setiap tanda yang dipasang di luar pekarangan, kecuali tanda – tanda petunjuk jalan dan tanda – tanda keamanan.

(29)

(6) Batas – batas tinggi, kelonggaran ruangan, dan penonjolan dari semua tanda yang diperkenankan di Wilayah Peruntukan itu adalah sebagai berikut :

a. Tinggi tanda maksimum ditetapkan dalam Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 19 Peraturan Daerah ini. b. Tanda – tanda gantung dan tanda – tanda yang

menonjol, yang menjorok sampai diatas jalur pejalan kaki, harus mempunyai kelonggaran ruangan yang tidak kurang dari 2,25 (dua seperempat) meter antara pinggir bawah tand dan permukaan lantai.

c. Tanda – tanda tidak diperkenankan menonjol atau menjorok keluar sampai diatas jalan umum, kecuali tanda – tanda pengenal, tanda – tanda penunjuk arah, tanda – tanda keamanan dan tanda – tanda untuk peristiwa khusus sebagai yang telah ditentukan dalam pasal ini.

d. Tanda – tanda tidak boleh dipasang diatas atap bangunan atau menonjol keluar diatas permukaan bawah dari atap.

e. Tanda – tanda yang menonjol keluar tidak boleh melebihi 1,5 (satu setengah) meter dari bangunan. (7) Setiap penyinaran buatan dari suatu tanda, harus

bersifat penyinaran yang tidak langsung, apakah dari dalam atau dengan pantulan, tanpa ada berkas sinar yang terlihat secara langsung dari jalan – jalan umum, jalan kaki, jalan sepeda, jalan kuda, atau dari hotel dan Daerah – Daerah tempat tinggal.

(30)

Pasal 20

PENYIMPAN DAN PEMINDAHAN BARANG – BARANG BERBAHAYA

Pemindahan dan penyimpan barang – barang berbahaya, misalnya barang – barang yang mudah terbakar dan yang mudah meledak, dan bahan – bahan atau barang – barang berbahaya lainnya harus mentaati peraturan – peraturan pemerintah yang sudah ada.

Hal ini meliputi :

a. Pemindahan barang – barang berbahaya ke Daerah – Daerah Wilayah Wisata.

b. Penyimpanan dan atau penggunaan barang – barang berbahaya di tempat – tempat yang sudah ditentukan. c. Hak pengawasan Pemda terhadap fasilitas – fasilitas

penyimpanan yang sudah ditentukan, dan hak untuk memperoleh keterangan – keterangan mengenai jenis dan jumlah barang – barang berbahaya yang disimpan. d. Pemeliharaan alat – alat perlengkapan, supaya tetap

dalam keadaan yang baik, untuk dapat secara efektif mengatasi setiap kecelakaan yang bisa terjadi sebagai akibat dari menyimpan dan atau penggunaan barang – barang yang berbahaya tersebut.

Pasal 21

TEMPAT KAPAL BERLABUH, DERMAGA, BANGUNAN PENAHAN OMBAK DAN BANGUNAN – BANGUNAN LAIN YANG MENJOROK KETENGAH LAUT

(1) Pembangunan tempat kapal – kapal berlabuh, dermaga, bangunan – bangunan penahan ombak, bangunan – bangunan pelindung pantai, dan bangunan – bangunan lainnya yang menjorok dari pantai ketengah laut harus mendapat ijin khusus dari Bupati.

(31)

(2) Ijin hanya diberikan, setelah diputuskan bahwa bangunan – bangunan yang menjorok tersebut tidak akan menyebabkan pengaruh – pengaruh buruk terhadap pantai didalam atau diluar Nusa Dua, tapi justru memberikan manfaat bagi pantai dan lainnya. Pemegang hak atas tanah yang ingin membuat bangunan yang menonjol serupa itu : harus bertanggung jawab dan membuktikan, bahwa tidak ada pengaruh buruk yang diakibatkan, atau dapat

membuktikan bahwa hal tersebut adalah

menguntungkan, dengan melakukan suatu penelitian dan analisa.

Pasal 22

PEMBAKARAN SAMPAH

Pembakaran sampah bahan – bahan dan barang – barang secara terbuka dilarang disemua Wilayah Peruntukan, kecuali bila ada hubungannya dengan upacara – upacara adat dan agama.

Pasal 23

PENETAPAN PERATURAN – PERATURAN PEMBANGUNAN LAINNYA Pemegang hak atas tanah dan Panitia Penilai design Nusa Dua menyiapkan daftar standar pembangunan yang tidak ditetapkan dalam peraturan – peraturan Daerah ini. Dengan bentuk arsitektur Bali yang disesuaikan dengan lingkungannya yang disahkan oleh Bupati, termasuk tempat dan tinggi tembok, pagar – pagar, bentuk tanda – tanda, jarak antara bangunan – bangunan, tinggi bangunan yang menonjol dan atap, misalnya antene tiang – tiang bendera dan ruangan – ruangan untuk perlengkapan lift. Dalam hal ini termasuk pula cara melindungi dan mengamankan pohon – pohon besar yang sudah ada dan pertamanan lainnya.

(32)

Setelah standard pembangunan tersebut disahkan oleh Bupati, peraturan – peraturan pembangunan ini harus dilaksanakan sebagai bagian dari Peraturan – Peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan ini standard – standard pembangunan Peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan ini standard – standard pembangunan tersebut harus diajukan kepada Bupati dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah pengesyahan peraturan – peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan ini.

BAB VI

PENAKSIRAN MENGENAI PERATURAN PEMBAGIAN WILAYH PERUNTUKAN

Pasal 24

Penetapan Peraturan Daerah ini bermaksud untuk menetapkan persyaratan – persyaratan minimum dan sama sekali tidak akan menghalangi pemegang – pemegang hak atas tanah dan Panitia design Nusa Dua untuk mentepakan persyaratan – persyaratan yang lebih mengikat.

BAB VII TATA – LAKSANA

PERSYARATAN – PERSYARATAN IJIN BANGUN – BANGUNAN DAN SURAT KETERANGAN PEMENUHAN PERSYARATAN WILAYAH PERUNTUKAN

Pasal 25

(1) Tidak diperkenankan mendirikan bangunan – bangunan apapun tanpa ijin bangunan – bangunan. (2) Barang siapa yang akan membangun didalam Wilayah

Peruntukan harus mengajukan permohonan ijin bangun – bangunan kepada Bupati.

(3) Pemohon akan diberikan Ijin Bangun – Bangunan setelah mendapat ijin prinsip dari Gubernur.

(33)

(4) Surat Permohonan Ijin Bangun – Bangunan seperti dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini harus disertai : a. Penjelasan mengenai tanah milik tersebut secara

terperinci untuk menentukan letaknya yang tepat. b. Gambar dari tanah milik memakai skala, yang

memperlihatkan bangunan – bangunan yang sudah ada, maupun yang diusulkan, letak dan jenis jalan – jalan dan fasilitas – fasilitas transportasi lainnya ke dan di dalam tanah milik dan keterangan – keterangan lain yang perlu untuk

menunjukkan bahwa bertentangan dengan

persyaratan – persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pembagian Wilayah Peruntukan ini. c. Gambar kerja dan bentuk arsitektur yang lengkap

dan terperinci dan tempat dari bangunan yang diusulkan, yang akan dipakai untuk tujuan pembangunan.

d. Gambar terperinci mengenai macam, banyak dan sumber utilitas umum, termasuk air, tenaga listrik, telekomunikasi dan saluran pembuangan dan pembuangan sampah – sampah.

e. Perencanaan pertamanan, pengairan dalam

saluran pembuangan air hujan yang terperinci. (5) Bila tidak ada keputusan terhadap permohonan ijin

bangunan tersebut dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah permohonan itu diajukan dengan persyaratan – persyaratan sebagaimana mestinya, maka permohonan otomatis disetujui, kecuali jika pemohon setuju untuk memperpanjang waktunya. (6) Setiap pekerjaan atau pembangunan jenis lainnya

yang telah mendapat ijin bangunan tersebut tidak dimulai pengerjaannya dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari ditambah dengan perpanjangan waktu yang disetujui setelah ijin bangunan dikeluarkan maka ijin bangunan tersebut otomatis batal.

(34)

(7) Permohonan perpanjangan berlakunya ijin bangunan diajukan kepada Bupati. Permohonan ini harus tertulis yang disertai dengan alasan – alasan secukupnya. Perpanjangan waktu tersebut tidak diperkenankan lebih dari 90 (sembilan puluh) hari.

(8) Secara hukum tidak dibenarkan menempati

bangunan tersebut walaupun ijin bangunan sudah dikeluarkan, sebelum Bupati mengeluarkan surat keterangan pemenuhan persyaratan – persyaratan. Pembagian Wilayah Peruntukan yang mengatakan bahwa bangunan dan penggunaan yang diusulkan sudah sesuai dengan peraturan – peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan ini.

(9) Bupati mempunyai hak untuk mengawasi tanah milik

tersebut selama dan setelah penyelesaian

pembangunan itu untuk meyakinkan bahwa

persyaratan – persyaratan peraturan pembagian Wilayah Peruntukan ini benar – benar telah dipenuhi, sebelum mengeluarkan surat keterangan pemenuhan persyaratan – persyaratan Pembagian Wilayah Peruntukan.

Surat keterangan pemenuhan persyaratan –

persyaratan Pembagian Wilayah Peruntukan tersebut bisa digabungkan dengan keterangan penggunaan bangunan, jika keterangan semacam itu diperlukan dalam peraturan – peraturan bangunan.

(10) Disamping harus memperoleh ijin bangun –

bangunan dan surat keterangan pemenuhan

persyaratan Pembagian Wilayah Peruntukan, juga

menjadi tanggung jawab pemohon untuk

(35)

Pasal 26

PENYIMPANGAN – PENYIMPANGAN

(1) Dalam beberapa hal yang khusus Bupati dapat

memberikan penyimpangan – penyimpangan

persyaratan – persyaratan Peraturan Daerah ini, asal saja penyimpangan tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum, yang bila, didalam beberapa pelaksanaannya akan mengakibatkan hal – hal yang tidak diinginkan, disebabkan karena keadaan tanah yang sangat berbeda dengan lainnya. (2) Dalam hal apapun, tidak diperkenankan ada

penyimpangan – penyimpangan terhadap garis sempadan pantai atau tinggi maksimum dari bangunan, sebagai yang telah ditetapkan dalam pasal 14 dan 15 dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Prosedur permohonan yang diperkenankan bagi penyimpangan – penyimpangan adalah :

a. Harus mengajukan permohonan tertulis, dengan menyertakan keadaan tanah tersebut yang sangat berbeda dengan keadaan dan tanah lainnya di Wilayah Peruntukan yang sama.

b. Permohonan tersebut harus bisa menunjukkan bahwa penafsiran secara leterlyk/harfiah dari peraturan ini akan menyebabkan pemohon kehilangan hak – haknya, yang mana tidak demikian halnya di Daerah – Daerah lain di Wilayah Peruntukan itu dan dinyatakan pula bahwa keadaan – keadaan yang khas tersebut bukanlah akibat dari tindakan sipemohon.

c. Bupati akan memberi jawaban terhadap

permohonan penyimpangan ini didalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari setelah permohonan itu diajukan.

(36)

Pasal 27

PENGAJUAN KEBERATAN

(1) Pemegang hak atas tanah, orang – orang dan Badan

Hukum yang ditolak permohonannya untuk

memperoleh penyimpangan – penyimpangan dari Bupati bisa pengajuan keberatan kepada Gubernur. (2) Permohonan pengajuan keberatan harus diajukan

tertulis kepada Gubernur dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari setelah keputusan diberikan oleh Bupati dan harus dinyatakan alasan khusus untuk permohonan naik banding tersebut.

Pasal 28

PELANGGARAN – PELANGGARAN DAN SANKSI – SANKSI

(1) Yang berwenang, berhak memasuki tanah milik perorangan untuk pelaksanaan peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan ini, sesuai dengan Pasal 14 dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor :

2/Pd/DPRD/1974, sedangkan yang melanggar

dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 17 dalam Peraturan Daerah tersebut.

(2) Bila ternyata terdapat pelanggaran terhadap

peraturan Pembagian Peruntukan ini, Bupati harus memberikan peringatan kepada barang siapa yang melanggar serta menyatakan sifat pelanggaran tersebut dan memerintahkan untuk melakukan tindakan yang perlu memperbaikinya, seperti :

a. Memerintahkan untuk menghentikan penggunaan yang tidak sah dari tanah, bangunan dan bangunan – bangunan lainnya.

b. Memerintahkan untuk memindahkan bangunan atau bangunan – bangunan lainnya, penambahan dan perubahan – perubahan bentuk yang tidak beraturan.

(37)

c. Memerintahkan untuk menghentikan segala pekerjaan yang masih sedang berlangsung.

d. Mengambil tindakan yang perlu, agar persyaratan – persyaratan dari Peraturan – Peraturan Daerah ini dapat dipenuhi.

(3) Bupati dapat mengambil tindakan hukum melalui saluran instansional sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar persyaratan Peraturan Daerah ini ditaati.

(4) Bupati dapat menarik kembali/membatalkan ijin bangunan yang dikeluarkan jika pemohon tidak mentaati Peraturan – Peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan ini.

(5) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam pasal – pasal 3 ayat (3) 5, 6, 7, 8 , 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21 ayat (1) 22, 25, ayat (1), 22, 25 ayat (1), diancam dengan hukuman kurungan selama – lamanya 6 bulan atau denda sebanyak – banyaknya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

(6) Tindak pidana yang dimaksud dalam ayat (5) Pasal ini pelanggaran.

Pasal 29

UANG BANGUN – BANGUNAN

Besarnya uang bangun – bangunan disesuaikan dengan Peraturan yang berlaku untuk itu.

Pasal 30

USUL – USUL PERUBAHAN TERHADAP PERATURAN PEMBAGIAN WILAYAH PERUNTUKAN

Pembagian Wilayah Peruntukan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini dapat diubah, ditambah, atau

(38)

dicabut sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah didasarkan atas :

1. Usul perubahan hendaknya dibuat oleh Bupati atau oleh DPRD tergantung pada bentuk – bentuk perubahannya.

2. Usul – usul perubahan ini dapat diusulkan oleh Pejabat – Pejabat/Pegawai – Pegawai Pemerintah, oleh Perorangan atau oleh perusahaan.

3. Permohonan usul perubahan harus diajukan tertulis, dengan menyatakan macam perubahan yang hendak diusulkan disertai alasan – alasannya. Jika usul perobahan itu mengenai batas – batas Wilayah Peruntukan, maka harus dilampirkan pula sebuah Peta beserta batas – batas yang telah ada dan usul perubahannya.

4. Permohononan usul perubahan harus ditinjau sedemikian rupa untuk mengetahui apakah perobahan – perobahan akan dapat mencapai tujuan dari Perda Pembagian Wilayah Peruntukan ini sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Daerah ini.

BAB VIII

KETENTUAN – KETENTUAN PENUTUP Pasal 31

(1) Hal – hal yang belum diatur dalam Perda ini, akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Bupati. (2) Dengan berlakunya Perda ini maka segala peraturan

yang mengatur hal – hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi.

(3) Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati.

(4) Peraturan Daerah ini disebut “Peraturan Darah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung tentang Pembagian Wilayah Peruntukan Bukit” dan mulai berlaku sejak disahkan.

(39)

Mengetahui : Denpasar, 9 April 1979

Dewan Perwakilan Rakyat Bupati Kepala Daerah

Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung

Tingkat II Badung

Ketua,

ttd. ttd.

(A.A. Ngurah Manik Parasara) (I. D. G. OKA) DISAHKAN :

Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Tanggal 22 Juli 1980 No. 24/Hot/I.C/1980.

An. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Dan Tatalaksana ttd.

I Gusti Nyoman Pacung, SH NIP. : 01001940

Diundangkan Kedalam Lembaran Daerah Tingkat II Badung

Tanggal : 7 Januari 1981 Nomor : 16 Seri D Nomor 16.

An. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung. Sekretaris Wilayah/Daerah,

ttd

( Drs. I Gusti Agung Mayun Eman ) Nip. : 010026454

(40)

PENJELASAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TENTANG

PEMBAGIAN WILAYAH PERUNTUKAN BUKIT U M U M

1. Rencana induk Pariwisata Bali yang ditentukan oleh DPRD Propinsi Daerah Tk. I Bali pada tanggal 19 Desember 1973 (dengan surat keputusan No. 21/KPTS/DPRD/1973), memberikan petunjuk yang luas mengenai pengembangan Pariwisata di Bali dalam bidang sosial, fisik, maupun dalam bidang ekonomi yang terarah dan secara menyeluruh.

Salah satu bagian penting dari rencana induk Pariwisata Bali ialah telah diusulkannya Nusa Dua sebagai Wilayah Wisata, dan untuk ini telah disiapkan rencana pembangunanannya.

Sebagian besar dari tempat – tempat penginapan wisatawan akan berada di wilayah Wisata Nusa Dua, dan tempat ini akan merupakan satu – satunya pusat tempat penginapan yang terbesar di Daerah Tk. I Bali. Sebagai akibatnya, Wilayah Wisata Nusa Dua ini akan mempunyai pengaruh yang luar biasa dan apabila perkembangannya

wajar, akan merupakan faktor penting bagi suksesnya

pengembangan Pariwisata di Bali maupun di Indonesia.

2. Tujuan umum dari Peraturan Daerah ini bermaksud untuk memberikan suatu petunjuk yang tepat bagi pembangunan fisik Nusa Dua sebagai salah satu alat penting dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Nusa Dua itu. Juga tidak kurang pentingnya ialah pengarahan Nusa Dua tersebut sehingga serasi dengan lingkungan fisik dan Kebudayaan Pulau Bali.

3. Karena telah direncanakan, bahwa penggunaan tanah di Nusa Dua mempunyai corak yang khusus, dan juga karena perkembangan yang serupa ini tidak terdapat ditempat lain di Propinsi Daerah Tk. I Bali, maka oleh karena itu perlu kiranya yang khusus bagi Daerah ini. Peraturan Daerah ini dirancang agar tercapai suatu tingkat mutu lingkungan dan fasilitas yang tinggi yang sesuai untuk suatu wilayah/kawasan Pariwisata internasional.

(41)

Akan tetapi walaupun Peraturan Pembagian Wilayah Peruntukan ini ditetapkan khususnya untuk Nusa Dua.

Peraturan Daerah ini pada umumnya tidaklah bertentangan dengan Peraturan lingkungan khusus Daerah Tk. I Bali yang berlaku, dan hendaknyalah peraturan ini dianggap sebagai pelengkap dari peraturan tersebut (No. 2 dan 3/PD/DPRD1974). Tujuan khusus peraturan Pembagian Wilayah peruntukan ini mencakup hal – hal sebagai berikut :

a. Mengembangkan pengaturan penggunaan tanah yang memberikan tempat agar berfungsi secara efisien serta memberi lingkungan yang menarik, praktis bagi para Wisatawan untuk tinggal maupun bagi karyawan yang bekerja.

b. Memajukan sistim hubungan lalu lintas yang aman, nyaman dan ekonimis bagi kendaran maupun bagi orang – orang yang berjalan kaki yang erat perpaduannya dengan pola penggunaan tanah. c. Memelihara sumber – sumber alam, tempat – tempat rekreasi,

keindahan alam dan benda – benda budaya dan menjamin mudahnya kunjungan masyararakat ketempat – tempat umum serta fasilitas umum yang penting.

d. Menetapkan dasar perkembangan kepadataan, lapangan terbuka, infrastruktur, kwalitas perencanaan dan bangunan yang sesuai untuk suatu Wilayah/Kawasan Wisata yang bertaraf internasional. e. Memperbaiki tingkat kehidupan sosial maupun ekonomis, termasuk perluasan kesempatan kerja bagi penduduk Bukit dan Bali lainnya.

f. Menggunakan pengembangan pariwisata dan Nusa Dua sebagai

suatu alat untuk mempertahankan dan meningkatkan

kebudayaan Bli yang khas yang bersumber pada Agama Hindu. g. Menyediakan tempat – tempat yang cocok dan penggunaan tanah

yang cukup untuk semua bentuk fasilitas masyarakat dan fasilitas umum yang dibutuhkan.

h. Mengharuskan tempat – tempat yang cocok dan penggunaan tanah yang cukup untuk semua bentuk fasilitas masyarakat dan fasilitas umum yang dibutuhkan.

i. Mengharuskan supaya bangunan – bangunan, komplek – komplek bangunan maupun bentuk bangunan lainnya dibuat dan diatur secara fungsionil dan indah, setta penampilan keseluruhannya Daerah yang dibangun secara menarik, termasuk dalam hal ini

(42)

membangun pertamanan yang mencerminkan atau menunjukkan kerharmonisan dengan bentuk bangunan Bali yang tradisionil. j. Mencegah pengotoran udara dan air, mencegah kebisingan, dan

mencegah segala apapun yang dapat mengakibatkan pengerusakan alam lingkungan.

Pasal 1 : Tegetation Line ialah garis pantai atau tempat

yang paling depan dari laut yang dapat ditumbuhi tumbuh – tumbuhan darat ilmiah.

Pasal 2 : Cukup jelas.

Pasal 3 : Peta pembagian Wilayah Peruntukan yang resmi

menunjukkan batas – batas berbagai – bagai

Wilayah Peruntukan secara tepat, dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Perda Pembagian Wilayah Peruntukan tersebut harus diberlakukan sebagai dokumen hukum, dalam segala hal.

Pasal 4 : Karena batas-batas Wilayah Peruntukan dalam

Peta Pembagian Wilayah Peruntukan yang resmi itu mungkin memerlukan penafsiran untuk menentukan letak batas-batas tersebut diatas

tanah; pasal ini menetapkan cara-cara

penafsiran tersebut.

Pasal 5 : Cukup jelas.

Pasal 6 : Cukup jelas.

Pasal 7 : Cukup jelas.

Pasal 8 : Cukup jelas.

Pasal 9 : Cukup jelas.

Pasal 10 : Wilayah peruntukan fasilitas umum ini

memperkenankan bermacam-macam

pembangunan fasilitasi jenis umum.

Fasilitasi-fasilitasi semacam itu, walaupun milik

perorangan, dirancang untuk penggunaan

(43)

Karena fasilitas-fasilitas umum yang diperkenankan bermacam-macam, Ayat (3) menyebutkan juga letak-letaknya sebagai yang telah dinyatakan dalam rencana pembangunan yang telah diterima sehingga fasilitas-fasilitas umum tersebut mempunyai hubungan yang wajar satu dengan yang lainnya.

Pasal 11 : Cukup jelas.

Pasal 12 : Wilayah peruntukan Daerah Pertanian dan

lapangan terbuka dimaksudkan untuk

memelihara Daerah-Daerah menurut

penggunaan alamiahnya, penggunaan tanah untuk pertanian atau Daerah Hijau sebagai pelengkap Wilayah Peruntukan lainnya yang dibangun secara lebih intensif.

Akan tetapi mungkin penggunaan dari beberapa

Daerah-Daerah lapangan terbuka akan lebih untuk tujuan-tujuan rekreasi dan pembangunan fasilitas-fasilitas rekreasi yang yang terbatas adalah wajar jika dilakukan sesuai dengan rencana pembangunan.

Karena dalam Wilayah Peruntukan lapangan

terbuka terdapat bermacam-macam penggunaan tanah, ayat (3) menyebutkan letak-letaknya

sebagai yang dinyatakan dalam rencana

pembangunan yang telah diterima, sehingga satu sama lain mempunyai hubungan wajar.

Daerah terbuka Wilayah Peruntukan Cadangan

(P.T.C) akan dipergunakan untuk

memelihara/membiarkan Daerah-Daerah sebagai lapangan Terbuka sampai pada suatu saat dimana telah dianggap perlu untuk membangun

Daerah-Daerah ini untuk

penggunaan-penggunaan yang lain. Pada saat itu Daerah-Daerah tersebut dapat diubah menjadi Wilayah

(44)

Peruntukan sebagaimana dikehendaki, berdasarkan rencana pembangunan.

Pasal 13 : Umum diperkenankan menuju Daerah-Daerah

dan fasilitas-fasilitas yang bersifat umum, dan

hal ini dinyatakan oleh jenis Wilayah

Peruntukan, sehingga tindakan ada pertanyaan dimana jalan umum diperkenankan.

Wilayah Peruntukan Pusat Wilayah wisata

termasuk dalam Wilayah Peruntukan jalan umum, karena wisata termasuk dalam Wilayah Peruntukan jalam umum, karena membuat Daerah-Daerah danfasilitas-fasilitas jenis umum dan menyediakan jalan langsung dari tempat parkir kepantai.

Penyediaan jalan umum ini diperkenankan

hanya untuk tujuan-tujuan non komersiil, kecuali mendapat ijin khusus dari pemegang hak atas tanah tersebut.

Pasal 14 : Garis sempadan pantai dibutuhkan untuk

memelihara bentuk garis pantai yang alamiah. Pasal 15

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Dalam ayat (2) kelonggaran – kelonggaran

diperkenankan untuk tinggi bangunan – bangunan yang bertingkat 2 (dua) yang tingginya diatas 10 (sepuluh) meter sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah.

Kelonggaran – kelonggaran ini memungkinkan

perencanaan / bentuk bangunan – bangunan dengan bentuk – bentuk arsitektur yang menarik, dan juga memungkinkan atap – atap yang tinggi, akan tetapi bangunan – bangunan yang diusulkan yang tingginya lebih dari 10 meter hanya akan diperkenankan, jika tidak menghalangi pemandangan yang indah dan juga

(45)

bangunan tersebut tetap serasi dengan bangunan yang lain dan dengan alam sekitarnya.

Pasal 16 : Berhubungan Nusa Dusa adalah merupakan

satu Wilayah yang direncanakan secara integrasi maka akan lebih tepat untuk menunjuk kembali kepada rencana pembangunan yang telah ditetapkan sehubungan dengan luas pekarangan – pekarangan dari pada penentuan luas minimum terkecuali untuk keperluan tempat tinggal.

Pasal 17 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Syarat untuk menempatkan 65% dari tempat

parkir kendaraan – kendaraan di Daerah – Daerah tempat parkir yang dipusatkan, akan mengurangi jumlah lalu lintas melalui Wilayah Wisata dan menyediakan lebih banyak Daerah terbuka pertamanan bagi tanah untuk hotel

maupun lainnya. Bupati dapat memberi

pengecualian terhadap keadaan yang tidak realistis dan tidak diinginkan.

Untuk memperkenankan pemarkiran terpusat

dengan memanfaatkan tempat – tempat parkir yang tidak dipakai setiap harinya di Daerah – Daerah berumput, akan mendorong adanya Daerah – Daerah tempat parkir yang lebih menarik, dan serentak pula menyediakan tempat – tempat parkir Kendaraan yang dibutuhkan untuk digunakan pada saat – saat padat.

Ayat (3) : Cukup Jelas.

Ayat (4) : Cukup jelas.

Pasal 18 : Cukup jelas.

Pasal 19 : Cukup jelas.

Pasal 20 : Cukup jelas.

Pasal 21 :

Ayat (1) : garis pantai, terutama garis – garis pantai yang

berpasir adalah Daerah – Daerah yang sensitif dipandang dari segi keindahan alam, yang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel leverage, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap nilai perusahaan pada perusahaan barang konsumsi

Hal ini menyisakan ruang kosong ( space ) dalam bak. Sehingga ruang kosong ini bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pembesaran clownfish. Selain itu, sebaran copepod yang

Penilaian proses dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan, baik itu sikap siswa dalam mengikuti kegiatan di dalam

Tahun 2OO7 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Bengkulu tentang Pengangkatan dan Pemberhentian

Dari data ekonomi sendiri, dirilis data inflasi Juni 2017 yang tumbuh sebesar 0.69% yang dimana meskipun diatas prediksi pemerintah akan tetapi untuk semester

Form Biaya Aktivitas Sesudah Menerima Pembebanan Biaya Pimpinan Form berfungsi untuk menginputkan data user yang digunakan untuk login dalam aplikasi sistem informasi HPP pada

yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema – tema yang dihasilkan adalah reaksi psikologis orangtua meliputi kecemasan dan kemarahan dan tema yang kedua

Seperti yang dialami siswa-siswi SMA N 1 Karangtengah yang berasal dari keluarga broken home, siswa-siswi tersebut memilih untuk menjadi anak yang baik dan mampu