• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Effect of Social Media Instagram on Juvenile Delinquency

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "The Effect of Social Media Instagram on Juvenile Delinquency"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

The Effect of Social Media Instagram on Juvenile Delinquency

Muhammad Hudzaifah Hasan dan Cahyo Setiadi Ramadhan

Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, 55183 Email: m.hudzaifah.fai17@mail.umy.ac.id, cahyosetiadi@umy.ac.id

ABSTRAK

Pada saat ini, instagram banyak digemari oleh para remaja.

Instagram merupakan salah satu jenis dari media sosial, yang merupakan aplikasi dimana semua orang bisa mengaksesnya dan bebas menggunakannya. Dengan adanya kebebasan itu, terkadang para remaja tidak mengetahui apa saja batasan-batasan yang harus di jaga pada rentang usia mereka. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan instagram terhadap kenakalan remaja studi kasus SMA Muhammadiyah 1 Bantul dan bagaimana penggunaan instagram di sekolah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Setelah dilakukan penelitian, ditemukan bahwa, Penggunaan instagram di kalangan remaja SMA Muhammadiyah 1 Bantul memiliki nilai kecenderungan rendah yaitu sebesar 98,3% atau 57 orang responden. Penggunaan instagram memiliki pengaruh terhadap kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 1 Bantul. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dapat menerima hipotesis yaitu “ada pengaruh penggunaan instagram terhadap kenakalan remaja”, jadi Ha diterima H0 ditolak. Nilai signifikan t sebesar 0,000 < 0,05 dengan demikian variabel independen berpengaruh. Dengan hasil ini bisa menjadikan referensi bagi guru BK SMA Muhammadiyah 1 Bantul untuk membimbing dan mencegah penggunaan instagram pada siswanya supaya tidak berlebihan yang bisa menimbulkan kenakalan remaja.

Kata Kunci: media sosial, instagram, kenakalan remaja PENGANTAR

Media sosial atau "medsos" merupakan hasil dari perkembangan zaman di bidang teknologi. Perannya yang semakin dominan dalam kehidupan manusia, hingga menjadi kebutuhan. Ruang virtual baru yang menjadi sarana informasi, edukasi, dan hiburan bagi manusia. Hal ini menjadikan sarana baru berkomunikasi di kalangan masyarakat. Dengan demikian media sosial akan menjadi positif apabila dimanfaatkan sebagaimana mestinya, namun bisa jadi negatif jika disalahgunakan.

Media sosial juga bisa menyebabkan kecanduan.

Sebagaimana Aprilia, Sriati dan Hendrawati (2020) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja atau sebanyak 51,4% mengalami kecanduan media sosial tingkat rendah, sedangkan hampir setengah dari remaja atau sebanyak 48,6% mengalami kecanduan media sosial tingkat tinggi. Hal demikian serupa dengan hasil penelitian oleh Putri, Nurwati dan Budiarti (2016) dengan hasil media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Bagi kalangan remaja media sosial sudah menjadi candu.

Salah satu jenis media sosial yang familiar digunakan oleh remaja pada saat sekarang ini adalah instagram. Sebuah ruang digital yang menampung berbagai aktifitas sosial, dan kurang lebih hanya menyajikan pada fitur foto dan video

yang berdurasi pendek. Sebagaimana dalam Putri (2019), pengguna instagram rentan usia 13-17 tahun cukup banyak yaitu 10,6% dari total 61.610.000 pengguna di Indonesia.

Sabarin dan Djunaidi (2018) juga mengungkapkan bahwa hasil penelitiannya di SMA Negeri 1 Mauponggo mengungkapkan bahwa para siswa/siswi telah menggunakan media sosial. Lain halnya dengan jenis media sosial yang lainnya yang memiliki ciri atau khas tersendiri dari masing-masing media mereka, sehingga instagram juga memiliki ciri khas tersendiri pula.

Tradisi mengungkapkan dan membuka diri yang berlebihan merupakan sebab yang muncul dari penggunaan media sosial yang berlebihan (Nasrullah, 2017). Misalnya dalam instagram, semua remaja bisa saja mem-posting foto atau video dan menceritakan kondisi yang dialaminya, tetapi sebagaimana pada proses komunikasi dua arah, kepada siapa status itu disampaikan pun tidak bisa dijelaskan.

Sebab, semua orang pengguna instagram dapat membaca status tersebut dan memberikan komentar tanpa harus mem- follow akun tersebut. Sangat memungkinkan komentar yang diterima pemilik akun dari orang-orang yang melihat statusnya yaitu komentar yang kurang baik atau sesuatu yang belum pernah mereka alami dalam kehidupan sehari- hari. Dengan adanya kebebasan tersebut, terkadang muncul unggahan-unggahan dari seluruh dunia yang tidak layak untuk dilihat oleh para remaja, dan juga masa remaja merupakan masa mereka ingin bebas namun harus tetap dilandasi oleh pengetahuan agama.

Kondisi tersebut dikarenakan remaja merupakan masa topan dan badai karena remaja memiliki keinginan yang besar untuk bebas dan menentukan nasib sendiri. Apabila keinginan tersebut terarah dengan baik, remaja akan menjadi individu yang memiliki rasa tanggung jawab (Marliani, 2015). Beberapa psikolog mengartikan kenakalan remaja secara sederhana yaitu setiap tingkah laku yang remaja perbuat di mana hal tersebut melanggar aturan atau norma yang ada di masyarakat. Namun hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa terjadi (Karlina, 2020).

Kondisi kenakalan remaja juga terjadi di SMA Muhammadiyah 1 Bantul.

Penulis mengambil siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Bantul karena mereka sudah memiliki landasan tentang pengetahuan agama dan merupakan sekolah Islam. Dengan demikian para remaja memiliki kepercayaan pada dirinya bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Sebagaimana dalam Agama Islam yang mengajarkan bahwa setiap sesuatu yang kita kerjakan akan selalu dicatat oleh para Malaikat sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam Surat Qaf ayat 16-18 yang artinya:

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak

(2)

ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”

Karena sifat media sosial terutama instagram yang bebas dimana semua orang bisa menggunakan dan mengunggah apapun yang di inginkan, dan para siswa SMA Muhammadiyah 1 Bantul sudah memiliki atau menggunakan instagram. Kemudian rentang usia remaja yang pada masa itu masa mereka ingin bebas dan mencari jati diri. Dengan begitu mereka bisa meniru sesuatu yang tidak baik di instagram yang bisa menjadi kenakalan remaja.

Sesuai dengan informasi dari salah satu guru BK di sekolah tersebut, bahwa ada kenakalan remaja di sekolah tersebut.

Menjadi hal yang menarik untuk diteliti ketika siswa-siswi yang bersekolah Islam, tentunya diberikan landasan keislaman lebih banyak dari siswa-siswi di sekolah negeri.

Melihat dari banyaknya fenomena pengguna instagram pada rentang usia remaja, penulis ingin menguji apakah penggunaan media sosial instagram mempengaruhi kenakalan remaja yang ada di SMA Muhammadiyah 1 Bantul.

Dengan kata lain, tujuan penelitian ini ingin mengetahui dampak penggunaan media sosial instagram dan mengetahui kondisi penggunaan media sosial instagram di SMA Muhammadiyah 1 Bantul. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teori konseling khususnya konseling perkembangan remaja. Adapun secara praktis hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi guru BK di sekolah SMA Muhammadiyah 1 Bantul dalam membimbing siswanya, juga bagi sekolah lain bisa menjadi pertimbangan.

KAJIAN LITERATUR

Adanya beberapa penelitian yang sama sesuai dengan rumusan masalah, maka peneliti mencari beberapa sumber ilmiah mengenai penelitian ini. Adapun salah satu penelitian yang sudah dilakukan terdahulu oleh Sabarin dan Djunaidi (2018). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran guru dan masyarakat sekolah di SMA Negeri 1 Mauponggo dalam menghadapi kenakalan remaja yang disebabkan oleh pengaruh media sosial dan bagaimana cara yang dapat dilakukan sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja tersebut. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun hasilnya adalah peran guru dalam membimbing peserta didik agar lebih bijak lagi karena hampir semua orang menggunakan media sosial termasuk siswa/siswi SMA Negeri 1 Mauponggo.

Dari paparan penelitian sebelumnya, maka penelitian kali ini tidak sama dengan penelitian sebelumnya. Fokus dari penelitian ini yaitu pada pembuktian apakah media sosial instagram memiliki pengaruh pada kenakalan remaja.

Adapun persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama menyinggung tentang kenakalan remaja dan media sosial.

Kerangka Teori

Media Sosial

Nasrullah (2017) membagi media dalam kriteria-kriteria tertentu akan memudahkan siapa pun untuk melihat media.

Dengan demikian, Meyrowitz memiliki pandangan dalam upaya memahami kata “medium” untuk mengetahui seperti

apa media beroperasi bisa menjadi rujukan. Terdapat tiga gagasan untuk melihat medium.

(1) Medium sebagai saluran (medium-as-vessel/conduit).

Sejenis cerobong asap, cerobong merupakan jalur untuk pengeluaran asap, sedangkan medium ialah saluran yang membawa pesan sebagai konten.

(2) Medium adalah bahasa (medium-as-languange).

Medium merupakan bahasa itu sendiri. Dengan demikian media memiliki sesuatu yang unik yang bisa mewakili ekspresi atau mengandung suatu pesan.

(3) Medium sebagai lingkungan (medium-as- environtment). Dalam artian bahwa media tidak hanya fokus pada teks saja, namun juga harus dilihat dari segi konteks itu sendiri. Meyrowitz memiliki tiga pandangan dalam memaknai medium ini yaitu memberikan arti bahwa medium bisa dipandang dari berbagai macam aspek. Medium tidak hanya bisa dipandang dari persoalan teknis atau teknologi apa yang terkandung di dalamnya, apakah cetak, digital, analog, visual dan sebagainya.

Weber dalam (Nasrullah, 2017) memiliki pendapat, kata sosial secara sederhana mengacu pada relasi sosial.

Kategori aksi sosial (social action) dan hubungan sosial (social relation) adalah hubungan sosial itu sendiri. Dengan demikian hal ini mampu menerangkan tentang apakah yang dimaksud dengan aktivitas sosial dan aktivitas individual.

Namun, diperlukan simbol-simbol yang bermakna di antara individu yang menjadi aktor dalam relasi tersebut.

Nasrullah (2017) memberikan kesimpulan dari beberapa penjelasan diatas yaitu medium di dunia maya yang memungkinkan user merepresentasikan dirinya dengan membuat konten dalam bentuk tulisan, dalam bentuk gambar, maka terjadilah interaksi, kerjasama, berbagi antar pengguna sehingga dapat membentuk hubungan sosial virtual.

Dari beberapa definisi atau pernyataan tentang media sosial tersebut, penulis menyimpulkan bahwa definisi media sosial merupakan sebuah media komunikasi berupa media online, dengan para penggunanya mereka dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan konten yang dapat diolah oleh pemilik akun media sosial dan dikonsumsi oleh pengguna lainnya.

Pengaruh Positif dan Negatif Media Sosial

Menurut Gani (2015) terdapat pengaruh positif dan negatif dari pemakaian media sosial. Adapun pengaruh positif sebagai berikut:

(1) Relasi teman semakin luas. Dengan adanya media sosial ini kita bisa dengan mudah mendapatkan teman dari seluruh dunia yang juga menggunakan media sosial. Walaupun kita tidak tahu atau belum pernah bertemu secara langsung dengan teman baru sebulumnya.

(2) Dapat memotivasi anak dan remaja untuk melatih mengembangkan diri melalui orang-orang yang mereka dapat melalui media sosial, dengan demikian mereka akan saling berinteraksi.

(3) Dengan adanya media sosial dapat menjadikan anak dan remaja lebih memiliki rasa sosial yang tinggi.

Contohnya ketika ada teman mereka yang sedang berulang tahun namun mereka tidak bisa hadir maka bisa menggunakan media sosial yang ada, dengan

(3)

mengirim pesan, foto atau video ucapan selamat, kemudian bisa menjalin hubungan pertemanan walaupun jarak mereka jauh.

Adapun pengaruh negatif sebagai berikut:

(1) Bisa menyebabkan anak dan remaja malas belajar karena mereka sudah kecanduan bermain sosial media.

(2) Menjadikan anak dan remaja kurang bersosial secara langsung dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian bisa berdampak pada pemahaman bahasa mereka, karena bahasa di dunia maya dan dunia nyata berbeda.

(3) Menyebabkan mereka tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, karena sudah kecanduan dengan media sosial.

(4) Di media sosial tidak ada aturan tata bahasa atau ejaan yang baik dan benar. Hal ini dapat menyebabkan anak tidak bisa membedakan cara berbahasa di dunia maya dan dunia nyata.

(5) Tidak dapat mengatur waktu dengan baik, kesehatan mata menjadi terganggu.

(6) Orang-orang yang ingin melakukan tindak kejahatan dapat melakukan aksinya dengan mudah karena media sosial yang bersifat bebas. Ketika kita menjumpai orang baru di media sosial, kita tidak pernah tahu apakah orang tersebut baik atau tidak.

(7) Banyak tindak kejahatan yang ada di media sosial seperti judi, merusak nama baik, penipuan dan lain sebagainya.

(8) Ketergantungan. Misalnya seperti penyakit yang akhir-akhir ini baru ditemukan yaitu facebook depression.

(9) Tidak bisa mengontrol diri.

(10) Banyak remaja yang kecanduan menggunakan media sosial tanpa mengenal waktu.

(11) Media sosial terkadang digunakan untuk bisnis prostitusi.

Etika Komunikasi Dalam Islam

Media sosial merupakan sarana baru dalam berkomunikasi di zaman sekarang ini. Kita sebagai seorang muslim harus tetap memiliki etika dalam berkomunikasi baik itu secara langsung berhadapan dengan lawan bicara maupun secara tidak langsung seperti menggunakan media sosial.

Komunikasi yang baik bagi umat islam adalah komunikasi yang dengan qawl karim, qawl ma’ruf, qawl maisur dan qawl layyin.

Sayyid Quthub menyatakan bahwa perkataan yang karim pada hakikatnya adalah tingkatan yang tertinggi yang harus dilakukan seseorang, seperti yang tergambar dalam hubungan anak dengan kedua orang tuanya. Menurut Ar- Razi qawl ma’aruf adalah perkataan yang baik, yang menancap kedalam jiwa, sehingga yang diajak bicara tidak merasa dianggap bodoh, perkataan yang tidak menyakitkan.

Kemudian qawl maisur yaitu perkataan yang baik, lembut dan melegakan. Kemudian qawl layyin yaitu perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh, pembicara berusaha meyakinkan kepada pihak lain bahwa apa yang disampaikannya adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara tersebut (Alfani dan Saputra, 2019).

Dengan demikian kita sebagai umat islam harus tetap menjaga etika dalam hal apapun sesuai ajaran Agama Islam.

Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbasis Android yang memungkinkan penggunanya mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri (Agustina, 2016). Menurut Aditya (2015) nama instagram berasal dari pengertian seluruh fungsi aplikasi ini. Kata “insta” berasal dari kata “instan”, seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan “foto instan”.

Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram”, dimana cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan instagram yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah instagram berasal dari instan- telegram.

Keunggulan Instagram

Instagram juga memiliki keunggulan pada aplikasinya (Kurniawan, 2017) diantaranya:

(1) Ketika seseorang mengunggah sebuah posting-an, maka bisa mencantumkan informasi seperti lokasi, waktu dan lain sebagainya. Pemilik akun juga bisa menuliskan tentang biografinya.

(2) Ketika seseorang mencari atau menyukai sesuatu topik, maka instagram dapat mengetahuinya dengan menampilkan hal tersebut pada beranda pencarian akun individu tersebut.

(3) Bisa membuka aplikasi kapan saja dengan syarat adanya internet.

(4) Aplikasi yang mudah dipahami bagi yang memilikinya.

(5) Banyak fitur yang disajikan seperti pesan, like, komentar dan lain sebagainya.

(6) Terdapat pada semua penyedia layanan ponsel smartphone dengan cara mengunduhnya.

Fitur-Fitur Instagram

Sebagaimana yang dijelaskan Atmoko (2015) terdapat beberapa fitur instagram yaitu Lux, Filter, Tilt-shift, Hastag (#), Mentions, Follow, Share, Like dan komentar.

Hastag merupakan salah satu fitur atau konten dari instagram. Fitur ini digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pencarian suatu topik dan mengelompokkan foto atau video pada suatu topik. Dengan adanya fitur ini mempermudah untuk mecari foto atau video dengan topik yang kita inginkan.

Mentions merupakan salah satu fitur atau konten dari instagram. Fitur ini digunakan untuk mempermudah menandai atau memanggil pengguna lain pada suatu posting-an yang ingin seseorang tersebut melihat atau membacanya. Dengan fitur ini juga mengurangi kesalahan ketika menyebut nama pengguna lain pada saat menggunakannya, karena ketika menulis akun tersebut akan muncul dalam pilihan secara otomatis.

Follow merupakan salah satu fitur atau konten dari instagram. Instagram merupakan salah satu dari media sosial atau media komunikasi. Dengan demikian maka harus terjadi interaksi sesama pengguna instagram. Dengan follow atau mengikuti akun lain maka akan menjadi teman

(4)

atau dapat melihat posting-an suatu akun, dan dari sinilah terjadi interaksi sesama pengguna.

Like & Komentar merupakan fitur atau konten dari instagram. Dengan melihat jumlah like maka seseorang bisa mengetahui seberapa banyak teman atau orang lain yang menyukai posting-an foto atau videonya. Biasanya orang menyukai suatu posting-an karena kualitas atau pesannya yang bagus. Adapun komentar yang terdapat pada suatu posting-an bisa digunakan untuk banyak hal, seperti memuji, mengkritik, mendapatkan teman baru dan lain sebagainya.

Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja ialah perilaku di luar norma-norma yang ada, atau kejahatan/kriminal remaja, adalah penyakit (patologis) secara sosial yang diakibatkan oleh sikap anti sosial pada anak-anak dan remaja. Oleh sebab itu mereka melakukan perbuatan yang menyimpang (Kartono, 2005).

Secara umum mereka para remaja dipahami berada pada masa peralihan dengan sifat melawan sosial yang terpendam, diikuti dengan berbagai macam banyak konflik hati atau kerisauan batin pada masa remaja. Dengan demikian gejala kenakalan dan kriminal yang ada itu disebabkan oleh masa pertumbuhan karakter anak yang mengandung beberapa aspek yaitu:

(1) Kematangan seksual

(2) Eksplorasi jati diri kedewasaan (Erikson dalam Kartono, 2005)

(3) Terdapat ambisi materil yang berlebihan (4) Minimnya ketaatan diri

Pada umumnya remaja yang melakukan tindak kriminal adalah mereka yang tidak mengontrol dirinya, bahkan mempunyai standar perilaku tertentu, terlepas dari mengabaikan keberadaan orang lain. Pada dasarnya kesalahan atau kenakalan yang mereka lakukan disertai dengan bentuk-bentuk subyektif yaitu menggapai suatu objek dengan diikuti agresi dan kekerasan. Secara umum para remaja ini terlalu egois, dan sering sekali menyimpang atau membesar-besarkan harga dirinya (Kartono, 2005).

Dari beberapa definisi atau pernyataan tentang kenakalan remaja tersebut, penulis menyimpulkan bahwa definisi kenakalan remaja merupakan tindakan atau perilaku remaja yang melanggar norma-norma yang terdapat di masyarakat atau lingkungan sekitar. Mereka melakukan hal tersebut dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi, dimana mereka sedang mencari identitas diri, memiliki ambisi yang berlebihan dan ingin bebas.

Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Seiring perkembangan zaman, banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, free-sex, dan terlebih banyak tindakan kriminal lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lestari, Humaedi, Budiarti dan Hasanah (2017) semua ini bisa terjadi disebabkan adanya faktor- faktor kenakalan remaja sebagai berikut:

(1) Kurangnya kasih sayang orang tua.

(2) Kurangnya pengawasan dari orang tua.

(3) Pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.

(4) Peran dari perkembangan teknologi yang berdampak negatif.

(5) Tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.

(6) Dasar-dasar agama yang kurang.

(7) Tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya.

(8) Kebebasan yang berlebihan.

(9) Masalah yang dipendam.

Kemudian menurut Unayah dan Sabarisman (2015) terdapat beberapa penyebab yang menyebabkan mereka melakukan perbuatan kenakalan remaja yaitu:

(1) Cara mendidik yang salah dari orang tua.

(2) Orang tua yang telampau sibuk pada pekerjaannya.

(3) Memilih teman atau lingkungan pergaulan yang salah, sehingga menyebabkan terjerumus pada pergaulan yang salah.

(4) Krisis identitas pada dirinya sendiri

Kemudian Al-Qur’an dan Hadits menjelaskan juga tentang kenakalan remaja (Idawati, 2017) diantaranya:

(1) Kasih sayang orang tua adalah mutlak diperlukan oleh anak. Ikatan batin yang kuat itu akan memudahkan terlaksananya suatu akhlak secara murni dan norma- norma yang diajarkan oleh orang tua. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah termasuk golongan kami, orang- orang yang tidak mengasihi anak kecil diantara kami dan tidak mengetahui hak orang besar diantara kami”.

(HR. Abu Daud dan Turmudzi)

(2) Kasih sayang bukan berarti memanjakan. Terkadang pemanjaan bisa mematikan kehendak atau niat dan karya anak. Apalagi jika berlebihan dapat mematikan inisiatif dan kecerdasan, sehingga melahirkan kenakalan.

(3) Kemiskinan, kefakiran atau kondisi ekonomi keluarga yang minim dapat menyebabkan kenakalan remaja.

Karena kehidupan mereka menjadi kacau, sehingga akan mudah melahirkan pikiran-pikiran dan sikap negatif, kemudian timbul kenakalan dan tindak kriminalitas. Firman Allah Ta’ala:

ا ًراَن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفْنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Qs. At-Tahrim: 6).

(4) Banyak tidak disadari oleh masyarakat, seolah-olah harta yang haram tidak punya dampak apa-apa terhadap anak. Padahal secara kejiwaan barang haram itu sangat berpengaruh terhadap moral anak yang akan tumbuh dan berkembang. Firman Allah Ta’ala:

َط ًلً َلََح ِض ْرَ ْلْا يِف اَّمِم اوُلُك ُساَّنلا اَهُّيَأ اَي ۚ ِناَطْيَّشلا ِتا َوُطُخ اوُعِبَّتَت َلً َو اًبِ ي

نيِبُم ٌّوُدَع ْمُكَل ُهَّنِإ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Qs. Al-Baqarah: 168)

(5) Minuman keras, yang memabukkan dan menghilangkan kontrol kesadaran, sehingga muncul perilaku ganas, mudah tersinggung, melakukan kekerasan dan bisa kecanduan.

Klasifikasi dan Tipe Kenakalan Remaja

Kemudian Susetyo dan Wonoseputro (2019) menyebutkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

(5)

(1) Kenakalan biasa, adalah suatu bentuk kenakalan remaja yang dapat berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan, membolos sekolah dan lain sebagainya.

(2) Kenakalan yang menjurus pada tindakan kriminal, adalah suatu bentuk kenakalan remaja yang merupakan perbuatan pidana, berupa kejahatan yang meliputi: mencuri, mencopet, menodong, menggugurkan kandungan, memperkosa, membunuh, berjudi, menonton dan mendengarkan film porno, dan lain sebagainya.

(3) Kenakalan khusus, adalah kenakalan remaja yang diatur dalam Undang-Undang pidana khusus, seperti kejahatan narkotika, psikotropika, pencucian uang (Money Laundering), kejahatan di internet (Cyber Crime), kejahatan terhadap HAM dan sebagainya.

Hubungan Media Sosial Instagram dan Kenakalan Remaja

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa media sosial bersifat bebas. Dalam hal ini semua orang bisa menggunakannya termasuk instagram. Dalam aplikasi instagram memiliki ciri khusus pada share foto atau video. Fitur-fitur yang terdapat dalam instagram diantaranya like, komen, hastag dan lain sebagainya.

Masa remaja merupakan masa dimana mereka sedang merasa ingin bebas dan sedang dalam pencarian jati diri.

Terlebih di zaman sekarang sudah banyak para remaja yang memiliki media sosial khususnya instagram, sebagaimana dalam Putri (2019) pengguna instagram rentan usia 13-17 tahun cukup banyak yaitu 10,6 persen dari total 61.610.000 pengguna di Indonesia. Dengan mereka memiliki atau menggunakan aplikasi instagram, maka mereka bisa melihat posting-an yang tidak layak untuk dilihat terlebih di rentang usia remaja, dari semua orang di Indonesia bahkan seluruh dunia.

Kemungkinan bisa diperkirakan yang menjadi salah satu yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah penggunaan instagram yang sangat bebas para remaja bisa mengakses apapun yang mereka inginkan tanpa adanya pengawasan dari orang tua dan lain sebagainya.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini akan mengkaji 2 hal yaitu (1) Penggunaan Instagram yaitu:

• Seberapa sering menggunakan hastag.

• Seberapa sering menggunakan mentions.

• Seberapa banyak mem-follow akun.

• Seberapa sering menggunakan like dan komentar.

(2) Kenakalan Remaja yaitu:

• Kenakalan biasa.

• Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal.

• Kenakalan khusus.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang ingin mengetahui pengaruh media sosial instagram terhadap kenakalan remaja. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merumuskan hipotesis untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Cara yang paling tepat untuk mengetahui hubungan adalah

menggunakan metode regresi dengan pendekatan kuantitatif.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari sesuatu subyek dan lokasi yang akan diteliti (Ismail, 2015). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah remaja yang ada di SMA Muhammadiyah 1 Bantul.

Dalam penelitian ini, teknik sampling menggunakan non- probabilitas dengan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Maka pengumpulan data akan diambil sampel 58 siswa/siswi di SMA Muhammadiyah 1 Bantul dengan kriteria kelas XI, karena sudah cukup lama menjadi siswa/siswi dan memiliki kesempatan untuk menjadi subjek penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini yaitu skala penggunaan media sosial instagram dan skala kenakalan remaja. Rancangan skala penggunaan media sosial intagram dan skala kenakalan remaja disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori.

Skala akan diuji cobakan sebelum disebarkan kepada responden atau subjek penelitian. Skala tersebut akan diujikan kepada siswa dan siswi kelas XI SMA Negeri 2 Klaten, karena rentan umur yang sama dan menggunakan media sosial instagram, sesuai dengan subjek pada penelitian ini. Dari hasil uji coba akan diketahui reliabilitas skala dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa skala tersebut memiliki koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha 0.907 pada skala penggunaan instagram dan 0.865 pada skala kenakalan remaja.

Adapun uji validitas skala penggunaan instagram dijaga dengan menyusun skala tersebut berdasarkan teori. Selain itu skala yang sudah disusun juga dihadapkan kepada ahli yang dianggap sebagai orang yang memahami mengenai penyusunan skala khususnya skala penggunaan instagram.

Selain itu dilakukan juga pengujian kekuatan item dengan menggunakan bantuan IBM SPSS 25. Kekuatan item dilihat dari korelasi item total, adapun korelasi item total tidak boleh dibawah 0.361.

Adapun uji validitas skala kenakalan remaja dijaga dengan menyusun skala tersebut berdasarkan teori, hal. Selain itu skala yang sudah disusun juga dihadapkan kepada ahli yang dianggap sebagai orang yang memahami mengenai penyusunan skala khususnya skala kenakalan remaja.

Selain itu dilakukan juga pengujian kekuatan item dengan menggunakan bantuan IBM SPSS 25. Kekuatan item dilihat dari korelasi item total, adapun korelasi item total tidak boleh dibawah 0.361.

Analisis

Dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan instagram berpengaruh terhadap kenakalan remaja, maka akan digunakan teknik analisis statistik regresi linear sederhana. bagaimana pengaruh kedua variabel menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Sederhana.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Muhammmadiyah 1 Bantul merupakan salah satu lembaga pendidikan sekolah menengah di Kabupaten Bantul yang didirikan pada 1 Agustus 1964. SMA Muhammadiyah 1 Bantul sudah memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) yang berguna dalam pendataan sekolah.

NSS dikelola oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang bertujuan untuk mempermudah mengetahui lokasi sekolah terkait. Sekolah ini juga sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) yaitu kode pengenal yang ditetapkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) untuk membedakan satu sekolah dengan sekolah lainnya agar tidak terjadi kegandaan data sekolah. SMA Muhammadiyah 1 Bantul juga sudah terakreditasi A berdasarkan SK Nomor: 22.01/BAP-SM/TU/X/2015/22 Oktober 2015. Dengan demikian sekolah ini sudah memiliki pengakuan peringkat kelayakan, memiliki mutu pendidikan, kelayakan dalam pelaksanaan program yang dilakukan dan lain sebagainya. SMA Muhammadiyah 1 Bantul juga sudah memanfaatkan teknologi informasi dimana sudah memiliki e-mail dan website sekolah. Namun masih belum maksimal dalam penggunaannya seperti belum tercantum visi dan misi sekolah.

Deskripsi Data

(1) Rentang Usia Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Bantul

Tabel 1. Data Frekuensi Usia

Usia Frekuensi Presentase

15 Tahun 1 1,7%

16 Tahun 37 63,8%

17 Tahun 15 25,9%

18 Tahun 5 8,6%

Jumlah 58 100%

(Sumber: Data diolah tahun 2021)

Dari tabel 1. menunjukkan bahwa terdapat 1 responden atau 1,7% yang berusia 15 tahun. Terdapat mayoritas responden pada usia 16 tahun yaitu 37 responden atau 63,8%. Pada usia 17 tahun terdapat 15 responden atau 25,9%. Kemudian yang terakhir usia 18 tahun 5 responden atau 8,6%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Bantul yaitu 16 tahun. Dengan mayoritas usia 16 tahun dan yang kedua 17 tahun, maka rentang usia kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Bantul memiliki usia yang ideal untuk tingkatan tersebut di Indonesia.

(2) Deskripsi Hasil Penelitian Penggunaan Instagram Setelah melakukan penelitian, maka terdapat data yang telah diolah atau dikoding dan melakukan analisis dengan alat bantu berupa aplikasi SPSS 25.

Berikut hasil analisis statistik deskriptif.

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penggunaan Instagram

Mean 26.95

Median 25.00

Std. Deviation 6.004

Variance 36.050

Range 32

Minimum 20

Maximum 52

(Sumber: Data diolah tahun 2021)

Dari tabel 2. dapat dilihat bahwa nilai tengah atau mean untuk variabel penggunaan instagram yaitu 26,95. Sedangkan nilai median yaitu 25,00. Nilai minimum untuk penggunaan instagram adalah 20 dan nilai maximum adalah 52. Data tersebut digunakan untuk menghitung tabel distribusi frekuensi serta nilai kecenderungan instrumen kuesioner pada penggunaan instagram. Kemudian dilakukan kategorisasi menggunakan mean hipotetik dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Frekuensi Kategorisasi Pemeringkatan Kategori Frekuensi Presentase

Rendah 57 98,3%

Sedang 1 1,7%

Tinggi 0 0%

Total 58 100%

(Sumber: Data diolah tahun 2021)

Dari tabel 3. menunjukkan bahwa frekuensi nilai kecenderungan instrumen penelitian pada soal penggunaan instagram. Dapat disimpulkan nilai kecenderungan penggunaan instagram memiliki nilai kecenderungan yang rendah yaitu sebesar 98,3%.

Walaupun demikian, perlu menjadi perhatian bahwa terdapat 9 orang responden yang memiliki nilai mendekati kategori sedang.

(3) Deskripsi Hasil Penelitian Kenakalan Remaja Setelah melakukan penelitian, maka terdapat data yang telah diolah atau dikoding dan melakukan analisis dengan alat bantu berupa aplikasi SPSS 25.

Berikut hasil analisis statistik deskriptif:

Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja

Mean 24.78

Median 22.00

Std. Deviation 6.302

Variance 39.721

Range 28

Minimum 18

Maximum 46

(Sumber: Data diolah tahun 2021)

Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai tengah atau mean untuk variabel kenakalan remaja yaitu 24,78.

Sedangkan nilai median yaitu 22,00. Nilai minimum untuk kenakalan remaja adalah 18 dan nilai maximum adalah 46. Data tersebut digunakan untuk menghitung tabel distribusi frekuensi serta nilai kecenderungan instrumen kuesioner pada kenakalan remaja.

Kemudian dilakukan kategorisasi menggunakan mean hipotetik dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Frekuensi Kategorisasi Pemeringkatan Kategori Frekuensi Presentase

Rendah 57 98,3%

Sedang 1 1,7%

(7)

Tinggi 0 0%

Total 58 100%

(Sumber: Data diolah tahun 2021)

Dari tabel 5. menunjukkan bahwa frekuensi nilai kecenderungan instrumen penelitian pada soal variabel y (kenakalan remaja). Dapat disimpulkan nilai kecenderungan kenakalan remaja memiliki nilai kecenderungan yang rendah yaitu sebesar 98,3%.

Walaupun demikian, perlu menjadi perhatian bahwa terdapat 8 orang responden yang memiliki nilai mendekati kategori sedang.

(4) Uji Prasyarat Analisis

Untuk melakukan analisis regresi linear perlu dilakukan uji prasyarat atau uji asumsi klasik, dengan tujuan untuk memberikan kepasatian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten.

Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan menggunakan alat bantu IBM SPSS 25.

Terdapat 3 uji prasyarat dengan hasil yaitu, uji normalitas menggunakan test kolmogorov-smirnov dengan hasil diketahui bahwa data penggunaan instagram maupun kenakalan remaja dalam penelitian ini berdistribusi normal. Kemudian terbebas dari masalah heteroskedastisitas dan terbebas dari masalah autokorelasi. Dengan demikian dapat dilakukan uji regresi linear sederhana.

• Uji Regresi Linear Sederhana

Berdasarkan uji prasarat yang telah dilakukan diketahui data yang ada memadai untuk dilakukan analisis regresi linear sederhana. Berdasarkan analisis regresi linear sederhana yang menggunakan alat bantu IBM SPSS 25, diketahui bahwa persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = a + bX.

Dari hasil analisis regresi diperoleh koefisien untuk variabel penggunaan instagram sebesar 0,866 dengan konstanta sebesar 1,441 sehingga model persamaan regresi yang diperoleh adalah:

Y = 1,441 + 0,866 X

Kemudian hasil uji empiris pengaruh media sosial instagram terhadap kenakalan remaja studi kasus SMA Muhammadiyah 1 Bantul menunjukkan nilai p value (Sig) sebesar ,000. Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh antara penggunaan instagram terhadap kenakalan remaja studi kasus SMA Muhammadiyah 1 Bantul.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilaksanakan dapat dikatakan bahwa penggunaan instagram memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 1 Bantul (p value < 0,05).

Kemudian hasil koefisien determinasi menunjukkan 0,681 atau 68,1%. Dengan demikian 68,1% dinamika kenakalan remaja dipengaruhi oleh penggunaan instagram. Sedangkan 31,9% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel penggunaan instagram.

Pembahasan Hasil Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman, maka bidang teknologi salah satu bidang yang juga berkembang mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya adalah media sosial. Dahulu masih sangat sedikit media sosial yang ada dan penggunanya juga sedikit atau bisa dikatakan orang-orang tertentu saja yang dapat menggunakan media sosial. Namun sekarang sudah banyak jenis media sosial dan penggunanya juga semakin banyak, bahkan para remaja juga sudah menggunakannya. Salah satu jenis media sosial yang banyak digunakan oleh para remaja saat ini adalah instagram, sebagaimana yang diteliti oleh penulis yaitu penggunaan instagram oleh para remaja.

Pada penelitian ini, penulis memperoleh hasil penelitian tentang pengaruh media sosial instagram terhadap kenakalan remaja studi kasus SMA Muhammadiyah 1 Bantul. Penggunaan instagram pada usia remaja memberikan pengaruh terhadap kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 1 Bantul, yaitu tingkat penggunaan instagram menunjukkan nilai kecenderungan rendah dengan frekuensi 57 orang responden atau 98,3% dan 1 orang responden atau 1,7% dengan kecenderungan sedang.

Dari hasil ini menunjukkan bahwa para remaja kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Bantul sudah menggunakan aplikasi media sosial instagram.

Kemudian kenakalan remaja merupakan salah satu tingkah laku penyimpangan norma-norma sosial yang terdapat di masyarakat. Dengan demikian kenakalan remaja harus diperhatikan agar tidak mengganggu kenyamanan di masyarakat. Terdapat banyak faktor yang dapat menimbulkan kenakalan remaja. Hasil dari tingkat kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 1 Bantul tergolong rendah dengan nilai presentase sebanya 98,3%

dari 58 orang responden.

Hasil analisis dan interpretasi data bahwa terdapat pengaruh penggunaan instagram terhadap kenakalan remaja. Hal ini dapat dilihat dari uji empiris yang menunjukkan nilai signifikan sebesar ,000 < 0,05 yang artinya Ha diterima H0 ditolak. Hasil penelitian tersebut menerima hipotesis yang menyatakan “ada pengaruh penggunaan instagram terhadap kenakalan remaja” di SMA Muhammadiyah 1 Bantul.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amanah (2017) dengan judul “Pengaruh Situs Jejaring Sosial Facebook Terhadap Tingkat Kenakalan Remaja Di BTN Berlian Permai Kelurahan Tamangapa” yang menyatakan bahwa adanya pengaruh dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,643 atau 64,3% sedangkan sisanya sebesar 35,7% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Kemudian Sabarin dan Djunaidi (2018) meneliti tentang

“Peran Guru dan Mayarakat Sekolah Dalam Menghadapi Media Sosial Terkait dengan Kenakalan Remaja di SMA Mauponggo” yang menyatakan bahwa adanya pengaruh kenakalan remaja yang di sebabkan oleh media sosial. Hal tersebut terjadi karena internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menggunakan media sosial dan menghadapi lingkungan sekitarnya.

(8)

Dengan demikian bahwa media sosial dengan jenis instagram, facebook atau media sosial secara umum memiliki pengaruh terhadap kenakalan remaja. Walapun berbeda objek penelitian dimana penulis melakukan penelitian pada remaja di sekolah islam, sedangkan yang dilakukan oleh Amanah (2017) pada remaja umum dan Sabarin & Djunaidi (2018) pada sekolah umum.

Kemudian Abusiri (2016) meneliti tentang “Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Prilaku Menyimpang Anak di Kelas 8 dan 9 Pada SMPN 2 Sumberjambe Kabupaten Jember” yang menyatakan bahwa facebook tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku menyimpang anak. Dari 221 siswa yang diteliti 106 siswa atau 48%

memiliki akun facebook dan 115 siswa atau 53% tidak memiliki.

Dengan demikian penelitian yang dilakukan Abusiri (2016) tidak ada pengaruh antara facebook dengan prilaku menyimpang anak. Hal tersebut memiliki hasil berbeda dengan yang penulis lakukan karena penelitian Abusiri menggunakan objek berupa siswa SMP dan objek yang penulis teliti adalah siswa SMA.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah peneliti jelaskan pada bagian hasil pembahasan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

(1) Penggunaan instagram di kalangan remaja SMA Muhammadiyah 1 Bantul memiliki nilai kecenderungan rendah yaitu sebesar 98,3%, yang terdiri dari 57 orang responden. Maka dari itu, remaja di SMA Muhammadiyah 1 Bantul mayoritas termasuk dalam kategori rendah dalam menggunakan instagram.

(2) Penggunaan instagram memiliki pengaruh positif terhadap kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 1 Bantul. Hal ini berdasarkan nilai koefisien x dari rumus persamaan regresi Y

= a + bX bernilai positif yaitu 0,866. Dengan demikian semakin tinggi penggunaan instagram semakin tinggi juga kenakalan remaja.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti dapat memberi saran yang sekiranya berguna bagi beberapa pihak:

(1) Bagi remaja yang bersekolah, khususnya sekolah islam, hendaknya megatur atau mengurangi penggunaan aplikasi media sosial instagram oleh remaja. Dengan demikian bisa terhindar dari hal- hal negatif yang ada di instagram.

(2) Bagi pihak sekolah dan orang tua bisa bekerjasama dengan membuat sistem yang meminimalisasi penggunaan instagaram oleh remaja dan memberikan batasan-batasan dalam menggunakannya. Dengan demikian anak mampu mengetahui tentang batasan-batasan yang harus dilaksanakannya.

(3) Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang pengaruh media sosial instagram terhadap kenakalan remaja agar bisa menambahkan variabel-variabel lain yang lebih

spesifik atau jenis-jenis media sosial lain yang belum pernah diteliti. Dan juga bisa menambah jumlah sampel agar meningkatkan kepahaman bagi peneliti dan pihak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abusiri, Khs. (2016). Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Prilaku Menyimpang Anak Di Kelas 8 Dan 9 Pada SMPN 2 Sumberjambe Kabupaten Jember. Al-Ashr, Vol. 1, No. 1: 1-18.

Aditya, Rangga. (2015). Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap Minat Fotografi Pada Komunitas Fotografi Pekanbaru. Jom FISIP, Vol. 2, No. 2: 1-14.

Agustina. (2016). Analisis Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Sikap Konsumerisme Remaja Di SMA Negeri 3 Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi, Vol. 4, No.

3: 410-420.

Alfani, A., & Saputra, H. (2019). Menghujat dan Menista di Media Sosial Perspektif Hukum Islam. Jurnal Hukum Islam, Vol. 4, No. 1: 35-50.

Amanah, Andi Nuraimmah. (2017). Pengaruh Situs Jejaring Sosial Facebook Terhadap Tingkat Kenakalan Remaja Di BTN Berlian Permai Kelurahan Tamangapa. Skripsi Gelar Sarjana. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Aprilia, R., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat Kecanduan Media Sosial Pada Remaja. Nursing Care, Vol.

3, No. 1: 41-53.

Atmoko, B. D. (2015). Instagram Handbook. Jakarta:

Media Kita.

Gani, Alciano G. (2015). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Anak Remaja. Jurnal Mitra Manajemen, Vol. 7, No. 2: 32-42.

Hartono. (2016). SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta: Pelajar.

Idawati. (2017). Kenakalan Remaja Dalam Pandangan Islam. Kultura. Vol. 18, No. 1: 1411- 0229.

Ismail, N. (2015). Metodologi Penelitian Untuk Studi Islam.

Yogyakarta: Samudra Biru.

Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Edukasi Nonformal, Vol. 1, No. 2: 147-158.

Kartono, Kartini. (2005). Patologi sosial 2: Kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali.

Kurniawan, P. (2017). Pemanfaatan Media Sosial Instagram Sebagai Komunikasi Pemasaran Modern Pada Batik Burneh. Kompetensi, Vol. 11, No. 2: 217-225.

Lestari, Eriska Gita., Humaedi, Sahadi., Budiarti, Melainny S., dan Hasanah, Dessy. (2017). Peran Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja. Jurnal Penelitian &

PKM, Vol. 4, No. 2: 129-389.

(9)

Marliani, Rosleny. (2015). Psikologi Perkembangan.

Bandung: Pustaka Setia.

Nasrullah, Rulli. (2017). Media sosial: Perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi. Edisi Ketiga.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Putri, Astrid Rahadiani. (2019). Diakses pada 20 Februaru 2021. https://kumparan.com/kumparantech/jumlah- pengguna-instagram-di-indonesia-capai-61-juta-

1sVVLzdQO0T/full

Putri, Wilga Secsio Ratsja., Nurwati, Nunung., Budiarti, Meilanny S. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja. Jurnal Riset dan PKM, Vol. 3, No. 1: 47- 51.

Sabarin, Gufran dan Djunaidi, Achmad. (2018). Peran Guru dan Masyarakat Sekolah Dalam Menghadapi Pengaruh Media Sosial Terkait dengan Kenakalan Remaja di SMA Negeri 1 Mauponggo. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, No. 2: 74-82.

Susetyo, Melisawati., dan Wonoseputro, Christine. (2019).

Fasilitas Pembinaan dan Penanganan Kenakalan Remaja di Surabaya. Jurnal eDimensi Arsitektur, Vol. VIII, No. 1:

321-328.

Unayah, Nunung dan Sabrisman, Muslim. (2015).

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas. Jurnal Sosio Informa, Vo. 1, No. 2: 121-140.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Kajian prinsip keterkaitan dilakukan dengan analisis substansi (content analysis) terhadap rumusan isu strategis yang termuat dalam visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan

Berdasarkan hasil penelitian, media sosial yang banyak digunakan oleh para social entrepreneurs untuk melakukan pemberdayaan adalah facebook, instagram, youtube dan

* + hari SMRS panas semakin tinggi dan keluhan mual muntah 'ertam'ah sering isi muntah seperti yang dimakan kepala terasa nyeri muntah darah disangkal adanya

Selain memiliki berbagai fungsi , media pembelajaran juga memiliki berbagai manfaat, Suprahatininggrum (2017), Mengatakan, bahwa media pembelajaran memiliki beberapa

R yang sudah tinggal selama enam tahun di panti dan lansia lainnya yaitu M ikut memberikan pendapatnya mengenai peran orang terdekat dalam memberikan kebutuhan kasih

Upah sebagai salah satu komponen kompensasi memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan dan sebagai faktor.. perangsang dalam mendorong

Penyakit Diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuatif namun penyakit ini masih sering

Proses penganimasian pada film Indahnya Gotong Royong menggunakan bone tool seperti namanya yaitu tulang, dengan bone tool kita bisa menggerakkan animasi yang tidak menyatu