• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP Negeri 1 Sungai Loban : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP Negeri 1 Sungai Loban : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMP Negeri 1 Sungai Loban

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas/Semester : VIII/ I

Topik Sub Topik Pembelajaran ke

: Sapta Timira sebagai prilaku yang harus dikendalikan dalam kehidupan : Penjelasan konsep dan bagian-bagian Sapta Timira

: Pertama Alokasi Waktu : 10 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mencoba, mengolah dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

KD Indikator

1.1 Menghargai kehidupan dalam beragama dan keunikan terhadap kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai ajaran Sapta Timiradan mensyukuri anugrah Tuhan

1.1.1 Membiasakan siswa mengucapkan salam panganjali

1.1.2 Membiasakan siswa mengucapkan Dainika Upasana/do,a setiap hari

1.1.3 Menghargai seseorang dalam prilaku Sapta Timira

1.2 Menghargai orang lain untuk mengendalikan Sapta Timira

1.2.1 Mengamalkan ajaran Sapta Timira untuk mengendalikan diri dari prilaku Sapta Timira

1.3.1 Bersikap jujur dan disiplin dalam

pengendalian ajaran Sapta Timira dalam kehidupan

1.3.2 Bersikap bertanggung jawab peduli, santun dalam pengendalian ajaran Sapta Timira dalam kehidupan.

1.3.3 Bersikap percaya diri dalam pengendalian diri dalam ajaran sapta timira dalam kehidupan

1.3 Memahami Sapta Timira sebagai prilaku yang harus dikendalikan dalam

kehidupan

1.3.1 Menjelaskan pengertian Sapta Timira 1.3.2 Menyebutkan bagian – bagian Sapta Timira

Sebagai aspek pengendalian diri dalam kehidupan

(2)

1.4 Cerita- cerita yang terkait dengan ajaran Sapta Timira dalam kehidupan

1.4.1 Menceritakan cerita yang terkait dengan Sapta Timira

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik diharapakan : 1. Mampu menerapkan perbuatan –perbuatan yang sudah dapat dikendalikan

terkait dengan ajaran Sapta Timira dalam kehidupan 2. Mampu memahami pengertian susila

3. Menjelaskan pengertian Sapta Timira

4. Menyebutkan bagian – bagian Sapta Timira Sebagai aspek pengendalian diri dalam kehidupan

5. Menjelaskan bagian-bagian Sapta Timira

Fokus Penguatan Karakter : Religius, Disilin , jujur, toleransi D. Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler

Konsep Sapta Timira adalah perilaku yang harus di kendalikan 1) Konsep Pengertian Susila

2) Konsep pengertian Sapta Timira 3) Bagian-bagian Sapta Timira

2. Materi Pembelajaran Pengayaan ( dilaksanakan untuk menambah pengetahuan tentang Sapta Timira )

Membaca kitab Bhagavadgita terutama tentang Sabda Parwa yang berisi tentang cerita Kurawa yang bermaksud menghabisi Pandawa

3. Materi Pembelajaran Remedial ( dilaksanakan apabila siswa tidak tuntas dalam indicator tertentu )

a. Bagian-bagian Sapta Timira E. Sumber Belajar

1. Kitab Suci Veda (Bhagawadgita) 2. Itihasa ( Ramayana dan Mahabharata ) 3. Buku Guru K-13 edisi Revisi

4. Buku Siswa K- 13 edisi Revisi

5. Dan sumber belajar lain, seperti koran, majalah dll F. Metode Pembelajaran

a. Metode : Ceramah, Tanya jawab, diskusi dan penugasan b. Model : Coperative learning tife TPS

G. Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Pendahuluan (3 menit)

1) Siswa dan guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam panganjali “ Om swastyastu“

2) Siswa dan guru melaksanakan Saraswati Puja dipimpin salah satu siswa 3) Siswa dan guru mengucapkan doa awal Pelajaran

4) Guru mempresensi

5) Guru melakukan apersepsi dengan bercerita orang yang tidak bisa mengendalikan diri

6) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan penilaian yang akan dilakukan 7) Guru menginformasikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS)

(3)

8) Guru memberikan kesempatan siswa untuk membentuk kelompok belajar sesuai daftar tempat duduk yang sudah ditetapkan oleh guru.

b. Kegiatan Inti (5 menit)

1. Guru membagikan LKS kemudian meminta siswa untuk mempelajari bahan yang tertera pada LKS.

2. Guru menjelaskan pelajaran secara singkat kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terhadap materi yang belum dimengerti.

3. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban (tahap Scramble)

4. Guru meminta siswa untuk mempelajari soal-soal pada kartu soal (tahap Scramble)dan meminta siswa berfikir (Think) mengenai pemecahannya dan mencocokkan hasil pemecahannya pada kartu jawaban (tahap Scramble).

5. Guru meminta siswa berpasangan (Pair) untuk mendiskusikan hasil pemikiran mereka.

Hal ini dimaksudkan agar terjalin kerja sama dan tukar pikiran antar masing-masing anggota kelompok.

6. Guru membimbing jalannya diskusi.

7. Guru meminta sebagian dari pasangan untuk berbagi (Share) mengenai hasil diskusi mereka ke depan kelas.

8. Guru memberikan kesempatan kepada pasangan yang lain untuk memberikan tanggapan.

c. Penutup (2 menit)

1) Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang Sapta Timira

2) Peserta didik bersama guru melakukan refleksi kegiatan belajar hari ini.

3) Peserta didik mengerjakan evaluasi

4) Guru menutup pelajaran dengan Parama Sanhi

5) Siswa dan guru menutup pembelajaran dengan doa akhir pelajaran.

H. Penilaian, Pembelajaran Remidial dan Pengayaan a. Teknik penilaian

1) Penilaian Sikap : Spiritual dan sosial (observasi) 2) Penilaian Pengetahuan : lisan dan tes tertulis

3) Penilaian Keterampilan : tes praktek/unjuk kerja/proyek b. Instrumen penilaian

Penilaian Sikap

1. Kompetensi Sikap Spiritual

SMP Negeri 1 Sungai Loban :

Mata pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas : VIII/I

Materi Pokok : Sapta Timira Tahun Pelajaran : 2021/2022

Nama Guru : I Gusti Ngurah Sudita, S.Ag a. Teknik Penilaian : Observasi

b. Instrumen penilaian dan pedoman penskoran

(4)

Instrumen Penilaian: Lembar Observasi (Lihat Lampiran 1.1) Kisi-kisi:

NO. Butir Nilai (Sikap) Indikator Jumlah Butir

Instrumen 1 Meyakini 1. Membiasakan berbuat baik

sesuai dengan ajaran Sapta Timira sebagai aspek pengendalian diri dalam kehidupan

1

2 Mengamalkan 2. Menumbuhkan Perilaku sebagai aspek

pengendalikan diri dalam ajaran Sapta Timira

1

3 Kejujuran 3. Membiasakan siswa untuk berprilaku jujur terhadap sesama

1

Sikap Spiritual

No Nama

Sikap Spiritual

Nilai akhir Kedisiplinan

berdoa Skor 1 – 4

Ketekunan berdoa Skor 1 - 4 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Keterangan:

Sikap Spriritual

1. Indikator sikap spiritual “kedisiplinan berdoa”:

a) Disiplin melaksanakan doa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran b) Disiplin mengucapkan salam agama Hindu setiap memulai pembelajaran.

c) Disiplin dalam mengucapkan doa Dainika Upasana sebelum memulai belajar.

d) Disiplin mengucapkan doa memulai sesuatu.

2. Indikator sikap spiritual “ketekunan berdoa”:

a) Tekun dalam mengucapkan doa sebelum dan selesai pelajaran b) Tekun mengucapkan salam agama Hindu dalam kehidupan c) Tekun mengucapkan doa Dainika Upasana sebelum belajar d) Tekun mengucapkan doa memulai pekerjaan.

3. Rubrik pemberian skor:

Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.

Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

(5)

Penskoran:

No Skor Rentang nilai Kriteria

1 Skor 4 80 – 100 Sangat baik

2 Skor 3 70 – 79 Baik

3 Skor 2 60 – 69 Cukup

4 Skor 1 < 60 Kurang

Jumlah skor

Nilai = --- X 100 Skor maksimal

Mengetahui Sungai Loban, 26 Juli 2022

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

Nurdahroji, S.Pd,MM.Pd. I Gusti Ngurah Sudita, S.Ag NIP. 19640811 198803 1 012 NIP. 19771224 200604 1 004

(6)

Lampiran 1

RANGKUMAN MATERI

Rangkuman Materi

Dalam ajaran agama Hindu terdapat konsep Tri Kerangka Dasar yang terdiri dari Tattwa, Susila dan Etika. Tattwa adalah pengetahuan tentang Ketuhanan, Susila mengajarkan tentang perbuatan yang baik dan Acara mengajarkan tentang upacara / Ritual. Salah satu ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan ajaran susila adalah ajaran Sapta Timira yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena akan memberikan jaminan bagi masyarakat untuk hidup tertib, tentram dan berkeadilan. Fenomena yang terjadi belakangan ini di masyarakat, seperti tawuran antar pelajar, pergaulan bebas yang menjurus kepada perilaku amoral yang melanda remaja pelajar. Bukan itu saja, banyak remaja yang berperilaku tidak sopan, ugal- ugalan di jalan umum, dan sebagainya. Gejala ini pertanda masyarakat sudah mengalami depresi. Oleh karena itu, Hindu memberikan solusi yang senantiasa relevan sepanjang zaman.Adapun solusi yang ditawarkan oleh agama Hindu dalam rangka mencegah dan menanggulangi perilaku masyarakat yang terjebak dekodensi moral akut, yaitu dengan kembali kejati diri, selalu aktif mengikuti diskusi tentang ajaran suci Veda, menghindari bergaul dengan teman yang suka minum minuman keras, mengikuti dan melaksanakan tradisi baik yang hidup di masyarakat.

A. PENGERTIAN SAPTA TIMIRA

Sapta Timira berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu sapta berarti tujuh, dan kata timira berarti gelap, suram, dan bodoh. Dengan demikian, Sapta Timira berarti tujuh jenis kegelapan yang menguasai tubuh manusia. Ketujuh jenis kegelapan menyebabkan pikiran manusia menjadi sesat dan sombong..

B. BAGIAN BAGIAN SAPTA TIMIRA

Sapta Timira adalah tujuh macam kegelapan pikiran, yaitu :

S = Surupa = mabuk ketampanan D = Dhana = mabuk kekayaan GU= Guna = mabuk kepandaian SD GU KU YO SUKA\ KU = Kulina = mabuk keturunan

YO = Yowana = mabuk keremajaan SU = Sura = mabuk minuman keras KA = Kasuran = mabuk kemenangan C. ARTI DAN MAKNA BAGIAN BAGIAN SAPTA TIMIRA

1. Surupa

Surupa adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena wajah cantik atau rupa yang tampan. Kecantikan atau ketampanan yang merupakan anugrah dari Tuhan, Kegantengan atau kecantikan seseorang kadang kala menyebabkan yang bersangkutan menjadi angkuh, sombong dan tinggi hati. Semestinya kegantengan atau kecantikan wajah dibarengi dengan perilaku yang baik, budi yang luhur. Orang yang ganteng atau cantik, hendaknya dapat mengendalikan diri dengan membuang jauh-jauh sikap dan perilaku yang tidak baik disertai dengan keluhuran budi, bila tidak demikian tidak ada nilainya karena semuanya itu tidaklah kekal. Hendaknya surupa ini tidak dibiarkan menjadi penyebab dari kehancuran.

Perjalanan mahkluk lahir – hidup – mati :

(7)

BAIK SURGA SURGA SYUTA CANTIK, KAYA, CERDAS

MAHKLUK KARMA MATI PHALA LAHIR

BURUK NERAKA NERAKA SYUTA BURUK, MISKIN, DUNGGU

Tidak dipernolehkan mabuk rupa yang menjadikan manusia sombong, angkuh, lupa diri bahkan karena rupa digunakan untuk mengoda laki-laku hidung belang seperti yang banyak dilakukan oleh wanita tuna susila mengoda laki-laki dan menjual tubuhnya. Contoh yang dapat dijadikan teladan seperti dewi sita istri rama walaupun telah diculik oleh rahwana tetapi dewi sita tetap mempertahankan kesucianya walaupun sering sekali digoda rahwana di taman alengka, dewi sita tidak hanya cantik rupanya tetapi dia juga cantik hatinya.

Upaya menghindari agar tidak mabuk rupa:

- Mensyukuri anugrah Tuhan

- Selalu menyadari bahwa kecantikan tidak kekal (bila sudah tua badan akan keriput, bungkuk dan renta)

- Selalu mengingat bahwa yang selalu dihargai orang lain adalah kebaikan budi pekerti luhur.

2. Dhana

Dhana adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena banyak mempunyai harta benda atau kekayaan. Kekayaan dapat berwujud rumah, barang-barang, emas, motor, tanah, TV, uang, dll. Harta dapat mewujudkan tujuan hidup “Moksartham jagadhita ya ca iti dharma”

(kesejahteraan jasmani dan rohani) harta merupakan sarana hidup untuk mencapai Moksa dan tujuan hidup bukan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya

Kekayaan itu besar gunanya, namun besar juga godaannya, karena pengaruh kekayaan orang sering menjadi lupa diri dan mabuk dana, ciri-ciri orang mabuk dana yaitu sering mengunakan harta untuk kepentingan sendiri, tidak pernah memberi sedekah (berdana punia), menepuk dada, angkuh, sombong dan sering tidak mau menolong orang lain, menghina orang lain, mengumbar hawa nafsu dan lupa diri.

Upaya pengunaan harta benda yang baik agar kita terhindar dari mabuk dana HARTA BENDA YANG KITA MILIKI

Dibagi 3

YADNYA MEMENUHI KEBUTUHAN MASA DEPAN

karena itu pergunakanlah kekayaan itu untuk kepentingan yang sesuai dengan dharma, perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama. Karena itu orang yang memiliki banyak harta benda seyogyanya dapat menjaga diri, tidak menepuk dada atau tidak sombong dengan harta bendanya.

3. Guna

Guna adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena mempunyai kepintaran atau kepandaian. Orang yang pandai juga kadang lupa diri, menganggap orang lain tidak tahu apa- apa. Orang seperti ini cenderung angkuh dan kurang disukai oleh masyarakat selain itu kepandaian dapat membahayakan menimbulkan kegelapan pikiran untuk melakukan perbuatan yang terlarang seperti; menipu, memfitnah, memperalat orang, mengadu domba dan sebagainya. Oleh karena kepandaian semestinya dibarengi dengan perbuatan yang baik, budi pekerti yang luhur. Kepintaran semestinya diamalkan dan dipergunakan untuk maksud tujuan baik, sehingga dapat membantu masyarakat yang kurang mempunyai pengetahuan

(8)

sehingga dapat meringankan seseorang dalam menempuh segala macam suka dan duka kehidupan di dunia ini, karena itu usahakanlah agar kepandaian yang dimiliki betul-betul merupakan pelita hati yang menerangi kegelapan pikiran.

4. Yohana

Yohana adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena masa remaja atau masa muda.

Yowana ini dapat menimbulkan kegelapan pikiran karena itu pergunakanlah masa muda ini dengan sebaik-baiknya jangan disia-siakan. Anak muda remaja karena kurang pendidikan dan pengalaman, sering kali lebih menyukai kebebasan dan hura-hura, sering kali sok jagoan dan suka berkelahi. Masa-masa ini penuh dengan kegairahan hidup, kesempatan untuk berbuat banyak terhadap apa yang sangat diharapkan dan masa yang baik untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bagi nusa dan bangsa serta agama oleh karena itu sebaikanya semasa masih remaja, anak-anak itu diberi pendidikan agama yang memadai, diberi pelajaran mengenai etika, bagaimana harus berperilaku di dalam masyarakat, sebagaimana harus membawa diri dan lain-lain.

5. Kulina

Kulina yang artinya keturunan, dari keturunan seseorang mengetahui leluhurnya yang harus dihormatinya. Janganlah sampai takabur, sombong, angkuh dan menghina orang, apalagi menganggap orang lain rendah dan bodoh jika memiliki keturunan yang terhormat dan terpandang.

6. Sura

Sura adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena minuman keras. Minuman keras merupakan musuh yang sangat buruk. minuman keras bila diminum melebihi dari keperluan tubuh dapat menyebabkan mabuk, sehingga dapat merusak syaraf dan pikiranpun menjadi tidak waras sehingga dapat menimbulkan keonaran, perkelahian, lupa diri dan berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Karena itu manusia beragama sebaiknya waspada dan menjauhi minuman keras.

Minuman keras tergolong kedalam jenis makanan "rajas guna" atau sifat nafsu. Bagi orang yang telah mantap dalam kedudukan spiritual, minuman keras tersebut tidaklah cocok bagi dirinya. Minuman keras betapapun kecil pengaruhnya, tetap memberi kemungkinan untuk menyeret seseorang kedalam jaringan "mata rantai kejahatan" inilah yang menjadi alasan orang-orang suci untuk menolak minuman keras. Minuman keras dapat dianalogikan dengan wanita cantik. Seorang maha Pandita yang melihat wanita cantik itu akan menganggap sebagai mayat berjalan. Sedangkan bagi lelaki yang nafsunya besar akan menganggap wanita cantik itu sebagai obyek pemuas nafsu. Sementara seekor anjing akan melihat dagingnya yang lezat, Seperti itu pula kedudukan minuman keras, bagaikan wanita cantik, tinggal kita menentukan sikap, mau memilih peran yang mana, sebagai pendeta, lelaki yang bernafsu atau hanya menjadi seekor anjing. Untuk itu disarankan waspadalah dan hindarilah serta jauhilah minuman-minuman keras supaya terhindar dari segala kegelapan pikiran

Kita sering mendengar, membaca, bahkan menyaksikan baik melalui media massa, cetak maupun elektronik, khususnya televisi ditayangkan sebuah atraksi bulldozer yang sedang memusnahkan ribuan bahkan jutaan botol minuman keras yang dipelopori oleh Polri bersama pihak terkait lainnya. Sehingga menimbulkan berbagai tanggapan-tanggapan dari berbagai kalangan khusnya dari kalangan Agama sangat bangga akan sikap tegar Polri untuk memberantas peredaran minuman keras sampai keakar-akarnya. Karena minuman keras dapat mengancam eksistensi bangsa kita, yang dalam jangka pendek dapat menggoyahkan stabilitas keamanan dan dalam jangka panjang dapat mengancam masa depan bangsa.

7. Kasuran

(9)

Kasuran adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena merasa mempunyai keberanian.

Setiap orang perlu memiliki keberanian. Tanpa adanya keberanian orang akan merasa menderita. Hidup ini adalah suatu perjuangan, oleh karena itu keberanian itu sangat diperlukan. Keberanian di sini dipergunakan untuk dapat mengatasi liku-liku kehidupan seperti: keberanian dalam mengatasi penderitaan, beranian membela dan mempertahankan kebenaran dan lain sebagainya. Hendaknya keberanian itu selalu dilandasi oleh dharma.

Orang tidak layak mabuk karena keberanian, sebab keberanian hanya karena berani saja tanpa dilandasi adanya kebenaran adalah keliru dan dipandang salah. Keberanian adalah untuk membela yang benar sesuai dengan ucapan “Satyam Ewam Jayate Nartam’ artinya, kebenaran adalah selalu menang dan bukan kejahatan.

Janganlah keberanian ini di salah gunakan untuk berbuat diluar kewajaran sehingga menimbulkan orang lupa diri. Keberanian tanpa disertai dengan pikiran yang sehat dan baik dapat mengakibatkan kerugian atau kesulitan bagi orang lain maupun sendiri sendiri.

Keberanian hendaknya selalu dilandasi oleh kebenaran dan dharma, oleh perbuatan yang luhur sesuai dengan ajaran agama.

Penilaian:

1. Teknik penilaian Tugas Tidak Terstruktur Tes tertulis

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Sebutkan arti dari kata susila!

2. Jelaskan pengertian Sapta Timira !

3. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian Sapta Timira!

1 Sikap spiritual

Tulis satu atau lebih teknik penilaian sikap spiritual dan tuangkan dalam tabel.

No. Teknik Bentuk Instrumen

Contoh Butir Instrumen

Waktu Pelaksanaan

Keterangan Observasi Soal

uraian

Jelaskan

pengertian Sapta Timira

Saat

pembelajaran berlangsung siswa

mendengarkan ajaran Sapta Timira

Penilaian untuk dan pencapaian pembelajaran (assessment for and of

learning)Tanya jawab

Penilaian diri

Sikap Pada saat melaksanaan ulangan siswa jujur

Saat

pembelajaran usai siswa bertanya yang belum jelas

Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning)

Penilaian antar teman

Lihat Lampiran ...

Setelah pembelajaran usai

Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning)

(10)

2 Sikap sosial

Tulis satu atau lebih teknik penilaian sikap sosial dan tuangkan dalam tabel.

No. Teknik Bentuk Instrumen

Contoh Butir Instrumen

Waktu Pelaksanaan

Keterangan Observasi Jurnal Lihat Lampiran ... Saat

pembelajaran berlangsung

Penilaian untuk dan pencapaian pembelajaran (assessment for and of learning) Penilaian

diri

Lihat Lampiran ...

Saat

pembelajaran usai

Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning)

Penilaian antar teman

Lihat Lampiran ...

Setelah pembelajaran usai

Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning)

3 Pengetahuan

No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Instrumen

Waktu Pelaksanaan

Keterangan Lisan Pertanyaan (lisan)

dengan jawaban terbuka

Lihat Lampiran ...

Saat

pembelajaran berlangsung

Penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) Penugasan Pertanyaan

dan/atau tugas tertulis berbentuk esei, pilihan ganda, benarsalah, menjodohkan, isian, dan/atau lainnya

Lihat Lampiran ...

Saat

pembelajaran berlangsung

Penilaian pembelajaran (assessment learning) sebagai pembelajaran (assessment learning)

untuk for dan

as

Tertulis Pertanyaan dan/atau tugas tertulis berbentuk esei, pilihan ganda, benarsalah, menjodohkan, isian, dan/atau lainnya

Lihat Lampiran ...

Setelah pembelajaran usai

Penilaian pencapaian pembelajaran (assessment

learning) of

(11)

Portofolio Sampel pekerjaan terbaik hasil dari penugasan atau tes tertulis

Saat

pembelajaran usai

Data untuk

penulisan deskripsi pencapaian

pengetahuan (assessment of

learning)

4 Keterampilan

No. Teknik Bentuk Instrumen

Contoh Butir Instrumen

Waktu Pelaksanaan

Keterangan

1 Praktik Tugas

(keterampilan)

Lihat Lampiran ...

Saat

pembelajaran berlangsung dan/atau setelah usai

Penilaian untuk, sebagai, dan/atau pencapaian pembelajaran (assessment for, as, and of learning) 2 Produk Tugas

(keterampilan)

Lihat Lampiran ...

Saat

pembelajaran berlangsung dan/atau setelah usai

Penilaian untuk, sebagai, dan/atau pencapaian pembelajaran (assessment for, as, and of learning) 3 Proyek Tugas besar Lihat

Lampiran ...

Selama atau usai

pembelajaran berlangsung

Penilaian untuk, sebagai, dan/atau pencapaian pembelajaran (assessment for, as, and of learning) 4 Portofolio Sampel produk

terbaik dari tugas atau proyek

Saat

pembelajaran usai

Penilaian untuk pembelajaran dan sebagai data untuk penulisan deskripsi pencapaian

keterampilan

2. Pembelajaran Remedial

Tulis kegiatan pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:

a. Pembelajaran ulang b. Bimbingan perorangan c. Belajar kelompok

d. Pemanfaatan tutor sebaya

e. Bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian.

3. Pembelajaran Pengayaan

Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman materi (kompetensi) antara lain dalam bentuk

(12)

tugasmengerjakan soalsoal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, meringkas buku- buku referensi dan mewawancarai narasumber.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Pegangan Guru (BPG) Pendidikan Agama Hindu menjelaskan karakteristik Pendidikan Agama Hindu, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Kelas I yang tertuang

Penilaian sikap pada materi ini, guru mengarahkan peserta didik untuk menjabarkan dinamika yang terjadi dalam perkembangan agama Hindu.. di Asia yang ditunjukkan

Bagian terpenting dari kelompok Vedangga adalah Kalpa yang padat dengan isi Hukum Hindu, yaitu Dharmasastra, sumber hukum ini membahas aspek kehidupan manusia yang disebut

Manfaat/fungsi Kitab suci Veda sebagai sumber hukum agama Hindu Setelah kita membaca masing-masing pengertian dari kelima sumber hukum di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa

Sekadar contoh, di antara nilai budi pekerti dalam agama Hindu dikenal dengan Tri Marga (bakti kepada Tuhan, orang tua, dan guru; karma, bekerja sebaik-baiknya untuk

 Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan pengamatan, menyimak, membaca 15 JP  Buku Teks pelajaran Agama Hindu  Kitab Sarasamusc aya... -

PENDAHULUAN Menanyakan kesiapan siswa Salam pangenjali “Om Swastyastu” Mantram mengawali kegiatan “Om awighnamastu namosiddham, sidhirastu tad astu swaha.” Mengabsensi siswa

Mengajak siswa berdiskusi tentang bagian – bagian sad ripu Penutup Peserta didik dibimbing merefleksi tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan mempelajari materi selanjutnya,