• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LURING. : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. : 2 x 45 menit (1 Kali Pertemuan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LURING. : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. : 2 x 45 menit (1 Kali Pertemuan)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LURING Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Katingan Hulu

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas/ Semester : X (Sepuluh) / I (Ganjil)

Materi Pokok : Wariga dalam kehidupan

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 Kali Pertemuan)

A. Kompetensi Dasar/KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi/IPK

NO Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 1 1.3 Menghayati hakekat

Wariga dalam kehidupan

1.3.1 Menerima hakekat Wariga dalam kehidupan 1.3.2 Meyakini pengaruh planet dalam kehidupan 2 2.3 Mengamalkan Wariga

dalam kehidupan sehari-hari

2.3.1 Mengembangkan perilaku disiplin sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Wariga

2.3.2 Menentukan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan bersama dengan orang lain

3 3.3 Memahami hakekat Wariga dalam kehidupan

3.3.1 Mengelompokkan macam – macam Wariga untuk Upacara agama

3.3.2 Membandingkan Dampak negatif dan dampak positif Wariga dalam kehidupan 4 4.3 Mempraktekkan cara

menentukan Wariga dalam kehidupan umat Hindu

4.3.1 Menghitung Wewaran dengan rumus 4.3.2 Mendemostrasikan wewaran dengan jari Tangan

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran berakhir, peserta didik dapat : 1. Menerima hakekat Wariga dalam kehidupan

2. Meyakini pengaruh planet dalam kehidupan

3. Mengembangkan perilaku disiplin sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Wariga

4. Menentukan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan bersama dengan orang lain 5. Mengelompokkan macam-macam Wariga untuk Upacara agama

6. Membandingkan Dampak negatif dan dampak positif Wariga dalam kehidupan 7. Menghitung Wewaran dengan rumus

8. Mendemostrasikan wewaran dengan jari Tangan

C. Materi Pembelajaran

1. Macam-macam Wariga untuk berbagai bidang kehidupan 2. Macam – macam Wariga untuk Upacara agama

3. Dampak Wariga dalam kehidupan

D. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran Pendekatan : Saintifik

Model : Discovery Learning

(2)

E. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar 1. Media

Media pembelajaran yang digunakan yaitu LKPD dan gambar 2. Alat Pembelajaran

Alat pembelajaran yang digunakan adalah Laptop, LCD 3. Bahan

Kertas Karton, spidol 4. Sumber Belajar

▪ Buku teks Pelajajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas X ▪ Buku Wariga ▪ Kalender Bali ▪ http://kalenderbali.org/ ▪ http://padmayowana.blogspot.co.id/2014/01/wewaran-dalam-lontar-bhagawan-garga.html F. Kegiatan Pembelajaran

(pada kegiatan pembelajaran sebaiknya tergambar PPK, literasi, 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative), dan HOTS (Higher Order Thinking Skill.) Langkah – Langkah/ Sintaks dalam Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu Pendahuluan Pendidik dan peserta didik mengawali pertemuan dengan

mengucapkan salam Panganjali ”Om Swastyastu”

Pendidik menunjuk salah satu Peserta didik untuk memimpin Puja Tri Sandhya atau berdoa

Pendidik mempersiapkan kerapian, kebersihan ruang kelas, presensi/absensi, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan dan pengaturan tempat duduk

Pendidik menanyakan kabar dan keadaan pisik siswa serta memberi motivasi dan bersyukur

Pendidik memberikan apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis dengan tanya jawab : apakah anak-anak sudah sarapan pagi di rumah? pada jam berapakah anak-anak sarapan pagi? Bagaimana kalian mengatur waktu?

1. Pendidik menyampaikan topik tentang “Wariga”

2. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan ini.

3. Pendidik menyampaikan Manfaat mempelajari Wariga dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidik menginformasikan model pembelajaran yang dipakai yaitu Value Discovery Learning

(Contoh di atas PPK-nya adalah religius dengan cara berdoa sebelum melaksanakan pembelajaran)

10 menit

Inti 1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Peserta didik Mengamati gambar kalender Bali

Peserta didik membaca buku teks pelajaran tentang renungan Wariga hal 75-76 pada buku siswa kelas X

(3)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi waktu 2. Problem Statement (Pertanyaan atau Identifikasi

Masalah)

Peserta didik menanyakan tentang pengertian Wariga, aspek pokok menentukan wariga, wewaran, wuku 3. Data Collection (Mengumpulkan Data)

Pada tahap ini, peserta didik mengumpulkan informasi dengan cara membaca sumber utama buku siswa Pendidikan agama Hindu kelas X

Mengeksplorasi :

Pendidik membagi peserta didik menjadi 5 kelompok (dengan permainan Nyamuk – Tang, Ting, Tung, Teng, Tong)

Kelompok 1 (Eka Wara) : Materi tentang 1. Pengertian Wariga

2. Lima aspek penting dalam menentukan Wariga

Kelompok 2 (Dwi Wara) : materi tentang Wuku dan Hakikat Wariga dalam kehidupan

Kelompok 3 (Tri Wara) : materi tentang wewaran, pengaruh Planet terhadap hari

Kelompok 4 (Catur Wara) : materi tentang Menghitung Wewaran dengan rumus

Kelompok 5 (Panca Wara) : materi tentang Mendemostrasikan Wuku dengan jari Tangan

Peserta didik mengumpulkan data sesuai pembagian kelompok dengan mencari data di perpustakaan, Browsing internet, bertanya dengan teman, membaca buku

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Peserta didik menuliskan materi pada kertas karton putih kemudian ditempel di dinding

Peserta didik mempresentasikan materi yang diperoleh dalam diskusi kelompok

Waktu untuk mengumpulkan dan mengolah data adalah 15 menit (melatih disiplin waktu)

Pendidik memantau aktivitas diskusi dari satu kelompok ke kelompok lain

Pendidik memastikan proses memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan diatur dengan aturan yang telah disepakati bersama (membiasakan kedisiplinan siswa)

1. Verification (Pembuktian)

Peserta didik menghitung wewaran dengan rumus Mendemostrasikan Wuku dengan jari tanga 2. Generalization (menarik Kesimpulan)

Peserta didik membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran

(4)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi waktu Penutup Pendidik memberikan penguatan untuk memperoleh

kesimpulan dengan mengajukan pertanyaan yang menuntun untuk mencapai tujuan pembelajaran

Pendidik dan Peserta didik melakukan refleksi diri tentang pembelajaran dan pelajaran apa yang diperoleh setelah belajar tentang topik “Wariga” dengan menggunakan “Refleksi Tepuk Tangan”

Pendidik mengangkat nilai- nilai Moral yang perlu dikembangkan dengan menggunakan lembar penilaian sikap Disiplin

Pendidik melakukan Evaluasi untuk mengukur umpan balik (pertanyaan ada pada bagian penilaian pengetahuan) yaitu tes Lisan untuk mengatahui ketercapaian pembelajaran Pendidik memberikan Tugas Mandiri terstruktur untuk

pertemuan berikutnya yaitu membuat gambar jari tangan cara menentukan hari suci berdasarkan wuku

Pendidik menyampaikan indikator yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu tentang Penanggal dan Panglong Peserta didik yang terbaik mendapat reward dari Pendidik

dengan cara memberi kalimat – kalimat positif/pujian Diakhiri dengan Santih Mantra dan Parama Santi

10 menit

G. Penilaian, Pembelajaran Remidial dan Pengayaan 1. Penilaian

A. Penilaian Sikap/Afektif

1. Jenis penilaian: Penilaian diri (sikap Disiplin) dan jurnal 2. Metode penilaian: Observasi selama pembelajaran 3. Instrumen Penilaian atau Rubrik Penilaian: terlampir B. Penilaian Pengetahuan

1. Jenis dan metode Penilaian : Tes tertulis, Tes Lisan dan Tugas 2. Instrumen Penilaian : terlampir

C. Penilaian Keterampilan

1. Jenis dan metode Penilaian : Tes Praktik 2. Instrumen penilaian : terlampir

2. Pembelajaran Remidial

a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang belum tuntas dalam pencapaian kompetensi.

b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau penugasan dan diakhiri dengan tes. c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali ters

remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.

3. Pengayaan

a. Membaca Bhagavad Gita oleh I Gede Puja b. Membaca Sarasamuccaya oleh I Nyoman Kajeng

(5)

c. Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai berikut:

Siwa yang mencapai nilai n(ketuntasan)nn(maksimum) diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan

d. Siwa yang mencapai nilai nn(maksimum) diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.

Mengetahui

Kepala SMAN 1 Katingan Hulu

SYAHRANI, S.Pd

NIP 19751217 200501 1 016

Katingan, … Desember 2020 Guru Mata Pelajaran

ARYANTO, S.Pd. AH NIP 19840921 201001 1 003

(6)

MATERI PEMBELAJARAN A. Macam-macam Padewasaan untuk upacara agama

Kalender Bali atau Kalender Saka disusun berdasarkan revolusi Bumi terhadap Matahari (Solar/Surya) dan juga revolusi Bulan terhadap Bumi (Lunar/Chandra). Sistem penanggalan yang digunakan pada kalender Bali yaitu Era Sakayang berawal pada tahun 78 Masehi dan disebut juga penanggalan Saliwahana. Penyebaranagama Hindu dari India di Asia Tenggarak hususnya di Bali, berdampak sangat besar dalam penyusunan kalender Saka. Berbagai modifikasi unsur lokal telah dilakukan dalam penyusunan kalender Saka agar sesuai dengan kultur budaya, adat dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat local diBali. Unsur-unsur local yang disusun pada kalender Saka menjadi patokan ritual keagamaan, hari baik dalam melakukan pekerjaan, menanam padi (agraria), membangun rumah (arsitektur), meramal watak seseorang (psikologi), meramal finansial seseorang, hingga detail-detail segala kegiatan masyarakat penggunanya. Selanjutnya di Bali, sistem ini dituangkan dalam lontar-lontar Wariga.

Kalender Saka dapat dikatakan sebagai sistem penanggalan Lunisolar (kalender Suryachandra). Kalender Lunisolar yang dimaksud adalah kalender yang

menggunakan fase bulan sebagai acuan utama, dan juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya. Kalender Saka ini ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat. Dalam kalender Saka yang berlaku di Bali, jatuhnya bulan-bulan kabisat, tidak sama diantara para pengamat wariga. Banyak varian dalam penggunaan sistem kabisat ini.

Disaat tahun 1948-1949, diadakan paruman/ rapat yang dilakukan oleh para Sulinggih (Pandita) di Bali dan Lombok. Hasil paruman tersebut memberi kepercayaan kepada alm. Ketut Bangbang Gde Rawi untuk menyusun kalender Bali yang disusun berdasarkan perhitungan Bulan sekaligus matahari.

Upacara dalam agama Hindu memiliki dimensi yang luas tidak semata-mata mengandung dimensi relegius saja. Seperti arti kata upacara dalam bahasa Sansekerta yang berarti mendekat. Mendekat dalam Upacara agama Hindu dilakukan dengan hati yang tulus dan keikhlasan mengabdi dan membangun keharmonisan dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta, dengan sesama manusia serta dengan alam lingkungan, yang terakomulasi dalam konsep tri hita karana yaitu tiga hubungan yang menyebabkan kebahagiaan.

Upacara agama menjadi suatu yang penting sebagai bagian dari tri kerangka dasar agama Hindu. Seperti disebutkan dalam Manawa Dharmasastra VII, 10, ada lima dasar penerapan Dharma (termasuk upacara) yaitu Ikşa, Śakti, Deśa, Kāla dan Tattwa. Ikşa, artinya, pandangan atau cita-cita seseorang, Śakti artinya kemampuan, Desa artinya ketentuan setempat (tempat), Kala artinya waktu dan tattwa artinya hakikat kebenaran Veda.

Jadi dalam melaksanaakan suatu upacara penentuan waktu dewasa menjadi suatu yang sangat penting. Seperti contoh untuk mendapatkan Vitamin D dari Sinar matahari, maka sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari, bukan pada siang hari,

Sumber:www.babadbali.com

(7)

artinya mencari atau melakukan sesuatu pada waktu yang tepat bisa berhasil sesuai dengan tujuan. Hal senada terkait dengan ketepatan waktu juga disebutkan dalam kitab Sàrasamuccaya 183 sebagai berikut:

Berdasarkan sloka tersebut mengandung makna bahwa pemberian dana pada waktu-waktu yang ditentukan tersebut akan memberikan pahala yang sangat besar. Jadi untuk mendapatkan suatu hasil atau pahala yang baik dari suatu kegiatan (upacara agama) ditentukan oleh waktu yang tepat dari pelaksanaannya. Berangkat hal tersebut dibawah ini akan diberikan beberapa contoh padewasan untuk melakukan upacara agama yang termasuk kedalam upacara Panca Yajña.

1. Melakukan Upacara DewaYajña

Selain upacara agama yang dilakukan pada hari-hari suci baik yang ditentukan berdasarkan atas wewaran, wuku, penanggal, panglong, sasih, yang dirayakan oleh umat Hindu secara berkala dan berkelanjutan, dalam kesempatan ini akan diberikan contoh-contoh padewasan untuk nangun (memulai) upacara Dewa Yajña. a. Sasih yang baik untuk melakukan Dewa Yajña : Kapat, kelima, kedasa.

b. Amerta Bhuana: Dewasa Ayu untuk Dewa Yadnya, Pemujaan Tuhan Yang Maha Esa serta leluhur untuk mendapat kesejahteraan.

c. Amerta Dewa : Hari baik melaksanakan dharma, Panca Yajña: khususnya Dewa Yajña: juga hari yang baik digunakan untuk membangun khayangan/tempat-tempat suci

d. Amerta Masa : Hari yang baik untuk melakukan Panca Yajña dalam rangka memohon kesejahteraan

e. AyuNulus : Hari yang baik untuk melaksanakan Yajña, pekerjaan, usaha dan kegiatan yang berlandaskan dharma

f. DauhAyu : hari yang baik untuk melaksanakan PancaYajña

g. Dewa ngelayang: dewasa yang baik memuja Ida Sang Hyang Widi, membangun kahyangan, pura, maupun sanggah

h. DewaWerdi : hari baik untuk melaksanakan Panca Yajña, khusunya Dewa Yajña.

2. Melakukan Upacara BhutaYajña

Upacara Bhuta Yajña yang dilakukan oleh umat Hindu pada hari-hari suci yang telah ditentukan berdasarkan wewaran, wuku, sasih, penanggal panglong termasuk

“Ayanûu cayaddattaý, ûadacìtimukheûu ca, candrasùryoparàge ca, viûuve ca tadakûawam” Terjemahan:

Inilah perincian waktu yang baik, ada yang disebut daksinayana, waktu matahari bergerak ke arah selatan, ada yang disebut uttarayana, waktu matahari bergerak ke arah utara (dari khatulistiwa). Adayang dinamakan sadacitimukha yaitu pada saat terjadinya gerhanabulan atau matahari, wisuwakala yaitu matahari tepat di khatulistiwa, adapun pemberian dana serupa benda pada waktu yang demikian itusangatbesar sekalipahalanya.

(8)

pada saat piodalan dipura-pura, mrajan atau tempat suci lainnya. Selain itu dilakukan pula nangun (membangun/memulai) Bhuta Yajña di luar ketetapan tersebut. Dewasa yang baik untuk melakukan upacara Bhuta Yajña sebagai berikut: a. Sasih baik untuk Bhuta Yadnya: keenem dan kesanga.

b. Dewa Mentas: Hari yang cocok untuk melaksanakan Bhuta Yajna dan upacara penyucian diri dalam rangka pendidikan.

3. Melakukan Upacara PitraYajña

Untuk upacara Pitra Yajña terkait dengan keputusan Kesatuan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap aspek-aspek Agama Hindu I s/d XV, terkait dengan Jenis-jenis Padewasan untuk upacara Pitra Yajña (atiwa-tiwa) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Padewasan yang sifatnya amat segera atau dadakan, atiwa-atiwa segera bisa dilakukan dengan mengacu pada wariga, dewasa, dan kekeran (aturan) desa. Adapun larangan atiwa-tiwa adalah Pasah, Anggara Kasih, Buddha Wage, Buddha Kliwon, Tumpek, Purwani Purnama, dan Tilem.

b. Pedewasan serahina (sehari-hari) adalah bila pelaksanaan atiwa-tiwa tersebut dilaksanakan lebih dari tujuh hari dan memperhatikan padewasan serahinayang perhitungannya berdasarkan wewaran, wuku, dan dauh.

c. Padewasan berjangka (berkala), adalah pelaksanaan atiwa-tiwa berdasarkan jangka waktu tertentu (berkala) yang perhitungannya berdasarkan wewaran, wuku, tanggal, panglong, sasih, dan dauh, dan disertai dengan sasih yang baik yaitu Kasa, Karo, Ketiga.

Selain itu di bawah ini disebutkan beberapa contoh waktu yang baik untuk melalukan pemujaan kepada leluhur atau Pitra Yajña yaitu:

1). Sasih yang baik untuk memukur (atmawedana) : kedasa 2). Sasih yang baik untuk Pitra Yajña : kasa, karo, ketiga

3). AmertaAkasa: Hari baik untuk pemujaan kepada leluhur guna memperoleh pengetahuan serta berwawasan yang lebih luas.

4). SedanaTiba : Dewasa Ayu mengadakan upacara terhadap leluhur disanggah/mrajan. Yang Harus dihindari:

Kala Gotongan adalah hari yang pantang untuk mengubur, kremasi, ngaben (atiwa-tiwa) karena berakibat kematian berturut-turut. Tapi hari ini baik untuk pekerjaan dengan cara memikul atau bergotong-royong.

Was Penganten : pantang untuk mengubur atau pun kremasi, karena dapat berakibat banyak orang sakit atau meninggal.

4. Upacara ManusaYajña

Jenis dari pelaksanaan upacara Manusa Yajña sangat banyak, yaitu mulai dari janin berada dalam kandungan hingga meninggal. Saat bayi lahir sesungguhnya ia telah mencari hari yang baik bagi kelahirannya. Pada tahap selanjutnya dilakukan rangkaian upacara hingga meningkat dewasa melalui upacara Raja sewala atau Rajasinga. Pada tahap selanjutnya setelah masa Brahmacari dilanjutkan masa Grhastha Asrama yaitu masa berumah tangga. Memasuki masa berumah tangga didahului dengan proses upacara sarira samskara berupa upacara Pawiwahan. Penentuan hari yang baik dalam upacara wiwaha sangat diharapkan, karena hal ini akan memberikan pengaruh terhadap eksistensi rumah tangga. Sebelum terjadinya proses pewiwahan (perkawinan) dan dikukuhkan dengan melaksanakan upacara perkawinan dalam memilih pasangan hidup didasarkan atas bibit, bebet, dan bobot. Dalam penentuan pilihan iniada pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan dasar pilihan, salah satunya didasarkan atas primbon perjodohan. Hal ini

(9)

diyakini memberikan pengaruh terhadap perkawinan. Ada beberapa primbon perjodohan sebagai rambu-rambu dalam memilih pasangan hidup yang didasarkan dasar wewarigan.

a. Perjodohan Berdasarkan Sapta Wara Kelahiran lanang (laki-laki) wadon (perempuan) Minggu-Minggu berakibat sering sakit-sakitan

Senin-Senin berakibat buruk Selasa-Selasa berakibat buruk Rabu-Rabu berakibat buruk

Kamis-Kamis berakibat yuana (awet), senang Jumat-Jumat berakibat melarat

Sabtu-Sabtu berakibat yuana, senang Minggu-Senin berakibat banyak penyakit Minggu - Selasa berakibat melarat

Minggu-Rabu berakibat yuana,senang Minggu-Kamis berakibat konflik

Minggu-Jumat berakibat yuana, senang Minggu-Sabtu berakibat melarat

Jumat-Sabtu berakibat celaka

Senen-Selasa berakibat yuana (rupawan), senang Senen-Rabu berakibat beranakwadon(perempuan) Senen-Kamis berakibat disukaiorang

Senen-Jumat berakibat yuana, senang Senen-Sabtu berakibat rezekian Selasa-Rabu berakibat kaya Selasa-Kemis berakibat kaya Selasa-Jumat berakibatpisah/cerai Selasa-Sabtu berakibat sering konflik Rabu-Kamis berakibat yuana,senang Rabu-Jumat berakibat yuana,senang Rabu-Sabtu berakibatbaik

Kemis-Jumat berakibat yuana, senang Kemis-Sabtu berakibatpisah/cerai

b. Jodoh berdasar Gabungan atau jumlah neptu (urip) Panca Wara dan Sapta Wara laki dan perempuan, kemudian dibagi 5. Dan sisa menujukan pengaruh yang ditimbulkan dari perjodohan

Sisa1 : SRI, berarti rumah tangga beroleh rezeki

Sisa2 : DANA, berarti rumah tangga keadaan keuangan baik

Sisa3 : LARA berarti anggota rumah tangga dalam kesusahan atau kesakitan

Sisa4 : PATI berarti kesengsaran, mungkin bisa menemui kematian atau kehilangan rezeki

Habis dibagi : LUNGGUH, berarti akan mendapatkan kedudukan

c. Berdasarkan jumlah seluruh neptu dibagi empat, dan sisa menunjukan pengaruh yang ditimbulkan dari perjodohan

Sisa1 disebut GENTO berarti jarang anak Sisa2 disebut PATI berarti banyak anak Sisa3 disebut SUGIH berarti banya krezeki

Habis di bagi disebut PUNGGEL berarti kehilangan rezeki, cerai atau mati d. Jodoh berdasarkan Pertemuan jumlah Neptu

(10)

Jumlah Neptu Sapta Wara dan Panca Waralaki, jumlah neptu Sapta Waradan Panca Wara si perempuan masing-masing di bagi 9 (Sembilan), kemudian sisanya masing-masing dipertemukan:

1 dengan 1 : saling mencintai 1 dengan 2 : baik

1 dengan 3 : rukun, jauh amerta 1 dengan 4 : banyak celaka 1 dengan 5 : cerai

1 dengan 6 : jauh sandang pangan 1 dengan 7 : banyak musuh

1 dengan 8 : terombang-ambing

1 dengan 9 : jadi tumpuan orang susah 1 dengan 2 : dirgahayu, banyak rezeki 2 dengan 3 : salah satu cepat mati 2 dengan 4 : banyak godaan 2 dengan 5 : sering celaka 2 dengan 6 : cepat kaya

2 dengan 7 : anak-anak bayak mati 2 dengan 8 : pendek rezeki

2 dengan 9 : panjang rezeki 3 dengan 3 : melarat

3 dengan 4 : banyak cobaan/celaka 3 dengan 5 : cepat cerai

3 dengan 6 : mendapat nugraha 3 dengan 7 : banyak godaan 3 dengan 8 : salah satu cepat mati 3 dengan 9 : kayarezeki

4 dengan 4 : sering sakit 4 dengan 5 : banyak rencana 4 dengan 6 : kaya, banyak rezeki 4 dengan 7 : melarat

4 dengan 8 : banyak rintangan 4 dengan 9 : salah satu kalah 5 dengan 5 : keberuntungan terus 5 dengan 6 : terbatas/pendek rezeki

5 dengan 7 : sandang pangan berkepanjangan 5 dengan 8 : banyak rintangan

5 dengan 9 : terbatas sandang pangan 6 dengan 6 : besar goadaannya 6 dengan 7 : rukun

6 dengan 8 : banyak musuh 6 dengan 9 : terombang-ambing 7 dengan 7 : dikuasai istri

7 dengan 8 : celaka akibat perbuatan sendiri 7 dengan 9 : panjang jodoh dan berpahala 8 dengan 8 : disenangi orang

8 dengan 9 : banyak celaka 9 dengan 9 : susah rezeki

(11)

e. Jodoh Tri Premana

Petemon (pertemuan) laki-perempuan yang bernama Tri Premana ini didasarkan atas perhitungan jumlah neptu Panca Wara ditambah Sad Wara ditambah Sapta Wara dari weton (kelahiran) di pihak laki dan perempuan lalu di bagi 16 (enam belas)dan sisa dari pembagian memiliki makna sebagai berikut:

Sisa1 bermakna diliputi kebimbangan, dalam keadaan suka dan duka, baik buruk, sehingga dituntut ketabahan

Sisa2 bermakna durlaba, rezeki seret, tapi suka melancong Sisa3 bermakna sering mendapat malu dan kecewa

Sisa4 bermakna susah mendapatkan sentana (keturunan) Sisa5 bermakna merana, sering sakit

Sisa6 bermakna merana sering sakit

Sisa7 bermakna mengalami suka duka, baik buruk dalam perjalanan hidupnya menuju bahagia

Sisa8 bermakna sukar untuk memenuhi hajat hidupnya sehari-hari, bahkan sampai kekurangan (terak)

Sisa9 bermakna kurang hati-hati, kesakitan tak henti-hentinya mewarnai hidupnya, sampai menimbulkan kekecewaan dan penyesalan hidup

Sisa10 bermakna mendapatkan wibawa serta disegani bagaikan raja/ ratu yang berkuasa, sehingga dapat mengayomi keluarga

Sisa 11 bermakna mendapat sukses dalam perjalanan hidup,tercapai cita- citanya penuh kepuasan (sidha sertasabita)

Sisa 12 bermakna sedana nulus, rezeki lancar/gampang

Sisa13 bermakna dirgayusa, panjang umur, rezekinya berkepanjangan Sisa 14 bermakna mendapatkan kebahagiaan/kesenangan selalu

Sisa15 bermakna sering mengalami kesusahan, keadaan buruk serta banyak problem

Sisa 16 bermakna memperoleh kebahagiaan dan kesenangan

Sebagai kelanjutan dari jenjang perjodohan yang telah dilakukan dengan memperhatikan beberapa pertimbangan tersebut di atas, sudah tentu diharapkan berlanjut pada jenjang perkawinan. Perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan yang sah baik secara agama maupun secara hukum. Secara agama perkawinan adalah sakral. Sehingga dalam pelaksanaannya perlu memilih hari yang baik karenaakan memberikan pengaruh pula dalam keharmonisan rumah tangga. Berikut ini akan diuraikan beberapa dewasa ayu untuk upacara Manusa Yajña (pewiwahan)

a. Mertha Yoga : Upacara untuk Manusa Yajña. yang termasuk ke dalam Merta Yoga yaitu ; Soma Keliwon Landep, Soma Umanis Taulu, Soma Wage Medangsia, Soma Umanis Medangkungan, Soma Paing Menail, Soma Pon Ugu, Soma Wage Dukut.

b. Baik Buruknya Sapta Wara untuk upacaraPewiwahan

1. Minggu : Buruk, sering terjadi pertengkaran, dapat berakibat pertengkaran 2. Senin : Baik mendapat keselamatan dan kesenangan

3. Selasa : Buruk, suka berbantah, masing-masing tidak mau mengalah 4. Rabu : Amat baik, berputra sertaberbahagia

5. Kamis : Baik hidup rukun, senang dan disenangi orang 6. Jumat : Baik, tentram sentosa, tak kurang sandangpangan 7. Sabtu : Sangat buruk, senantiasa dalam kesusahan

(12)

c. Baik Buruknya Penanggal /Tanggal untuk upacara Perkawinan Tanggal 1 Dirgahayu, sejahtera

Tanggal 2 Sidha cita, Sidha karya, disayang keluarga Tanggal 3 Memperoleh banyak anak, sentana

Tanggal 4 Suami sering sakit

Tanggal 5 Dirgahayu, dirgayusa, selamat, sejahtera dan panjang umur Tanggal 6 Menemui kesusahan

Tanggal 7 Suka, rahayu, hidup bahagia Tanggal 8 Sering sakit hampir meninggal Tanggal 9 Senantiasa sengsara

Tanggal 10 Sidha karya, Disegani orang (wirya guna) Tanggal 11 Kurang ulet berkarya, penghasilan kurang Tanggal 12 Mendapat kesusahan

Tanggal 13 labha bhukti, mendapat keberuntungan, terutama menyangkut pangan kinum

Tanggal 14 Sering berbantah, kemungkinan bisa sampai cerai Tanggal 15 Sangat buruk, bisa menemui kesengsaraan

d. Baik Buruknya Sasih hubungannya dengan upacara wiwaha (upacara pernikahan)

1. Kasa, (Srawana -Juli) : buruk anak-anaknya menderita 2. Karo, (Bhadrawada -Agustus) : buruk sangat miskin

3. Ketiga, (Asuji -September) : Sedang banyak anak-anak 4. Kapat, ( Kartika -Oktober) : baik, kaya dicintai orang

5. Kelima, (Marggasira - Nopember) : baik, tidak kurang makan dan minum 6. Keenem (Posya -Desember) : buruk, janda

7. Kepitu (Magha -Januari) : baik, mendapat keselamatan, panjang umur

8. Kawolu (Palguna - Pebruhari) : buruk kurang makan dan minum

9. Kesanga (Citra-Maret) : buruk sekali, selalu sengsara sakit-sakitan 10.Kedasa (Waisaka -April) : baik sekali, kaya raya selalu gembira 11.Desta (Jyesta -Mei) : buruk, duka, sering bertengkar marah 12.Sada (Asadha -Juni) : buruk,sakit-sakitan.

e. Baik buruknya Wuku hubungannya dengan upacara Manusa Yajña (Wiwaha) Rangda Tiga adalah wuku pantangan untuk melakukan upacara pernikahan (wiwaha), apabila ada orang yang melakukan pernikahan dalam wuku ini dinyatakan bisa menjanda atau menduda. Adapun kemunculannya pada wuku berikut; wariga, warigadian, pujut, pahang, menhil, parang bakat

Amerta Mukti adalah baik untuk melaksanakan upacara Manusa Yajñauntuk memohon waranugraha kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menyucikan diri, lahir danbatin

Dagdig krana adalah hari yang buruk untuk segala upacara, terutama untuk pertemuan asmara.

Dewa Werdi adalah hari baik untuk melaksanakan Manusa Yajña, metatah Dirgayusa adalah sangat baik melakukan upacara Manusa Yajña, tapi sangat jarang ditemukan dewasa ini yang jatuh pada buddhapon, penanggal 10

Panca Werdi adalah hari yang baik untuk melaksanakan Manusa Yajña antara lain mepetik, potong gigi, dan lain-lain, karena berpahala dirgayusa

(13)

B. Macam-Macam Padewasaan Bidang Pertanian

Diawali dengan mantra yang terdapat dalam Rgveda tersebut diatas, sebagai pemujaan kepada Tuhan sebagai penguasa Sinar dan pemberi kebahagiaan pada segala musim karena Tuhannlah sebagai penguasa dan sang pengendali dari musim tersebut. Demikian pula halnya dalam bidang pertanian, musim tanam sangat ditentukan dari padewasan. Karena tanaman akan berhasil dengan baik apabila jenis tanaman tepat dan cocok dengan musim pada saat tersebut.

Sistem pertanian dalam ajaran Hindu bukanlah suatu hal yang baru, karena perkembangan agama Hindu di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan agama Hindu di daerah asalnya India. Sebelum pengaruh agama Hindu dan Buddha datang, kepercayaan tradisional masyarakat Indonesia telah mengenal pemujaan terhadap unsur-unsur alam termasuk benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan bintang. Sebagai masyarakat agraris yang relegius terbangun sebuah keyakinan bahwa keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari pengaruh-pengaruh diluar dirinya. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang baik tidak lepas dari usaha realitas diluar dirinya. Mencari hari baik (dewasaayu), serta melakukan kegiatan ritual sebagai salah satu “resep” jitu untuk menopang keberasilan dalam aktivitas kehidupan.

Sebelum dikenalnya sistem penanggalan seperti dalam kelender yang ada saat ini, dalam menentukan hari baik mereka selalu berpatokan pada munculnya benda- benda langit (bintang) serta posisi bumi, bulan dan matahari. Hal ini digunakan untuk menentukan hari yang baik dalam bercocok tanam, termasuk aktivitas religi.

Jika bintang Wuluku/tenggala (orion) beradat epat diatas, dua dari bintangnya berada di posisi barat dari garis tengah utara-selatan jam 18.00-20.23 (dauhwengi) nanceb masa : petani mulai menanam padi yang berumur 4 sampai 5 bulan, seperti padi ijogading (4 bulan), pokal (4,5 bulan). Jatuh berkisar sasih Palguna-Caitra/ Kaulu-Kesanga (8-9) atau Januari-Pebruhari. Jika Bintang Karawika (Taurus) mulai terlihat ditimur berkisar pukul 03.36-05.59 (dauhwengi) mabyansawah, petani mulai menanam bawang, semangka, dan lain-lain. Jatuh berkisar sasih Shrawana-Bhadrapada/Kasa-Karo (1-2)/ Juni-Juli.

Dasar pertimbangan dan landasan filosofis relegius tersebut, hingga kini diwarisi wariga yang berkaitan dalam bidang pertanian. Adapun beberapa contoh baik- buruknya hari dalam kaitannya bidang pertanian sebagai berikut:

Bercocok tanam sesuai Sapta Wara

a. Redite menanam tanaman yang beruas (sarwabuku) b. Soma menanam tanaman yang berumbi (sarwabungkah) c. Anggara tanaman yang daunnya yang berfungsi, (sarwadaun) d. Buddha menanam segala yang berbunga (sarwasekar)

Pràtar devìm aditiý johavìmi maddhyadina udità sùryasa ràye mitràvaruóà savatàtele tokàya tanayàya úaý yoh

Terjemahan:

Kami memanggil yang Ilahi dan cerah tak terbatas pada saat fajar, dan tengah hari ketika matahari tinggi, kami memujamu wahaipenguasa sinar dan kebahagiaan pada segala musim, demi untukkekayaan, keturunan, kemakmuran dan kebahagiaan

(14)

e. Wrhaspati menaman segala biji-bijian (sarwawija) f. Sukra nenanam segala buah (sarwaphala)

g. Saniscara menam tanaman merambat (sarwamelilit)

Hari baik menanam padi berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku a. Redite - Umanis - Merakih

b. Coma - Umanis - Tolu

c. Anggara - Umanis - Uye

d. Buddha - Umanis - Julungwangi e. Wraspati - Umanis - Ugu

f. Sukra - Umanis - Langkir g. Saniscara - Umanis - Watugunung

Pantangan menanam tanaman berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku a. Wrhaspati - Pon - Landep

b. Redite - Pon - Julungwangi c. Soma - Pon - Dunggulan d. Anggara - Pon - Langkir e. Budha - Pon - Pujut f. Wrhaspati - Pon - Krulut g. Wraspati - Pon - Tambir

F. Dampak Padewasaan

Dalam pandangan ahli spiritual setiap fenomena alam memiliki rahasia dan akan mencerminkan watak (karakter) tersendiri. Termasuk fenomena perubahan “hari” dalam system penanggalan. Mengapa bisa demikian? Dikarenakan gerakan bumi tidak pernah berhenti, maka setiap detik posisinya berubah. Untuk kembali pada posisi yang sama, membutuhkan siklus waktu tertentu. Siklus jam, siklus hari, bulan, tahun, pasaran (Legi, Pon dsb), Wuku dan lain sebagainya. Pada intinya setiap siklus berhubungan dengan posisi orbit bumi.

Dengan latar belakang tersebut, maka kelahiran manusia dan kejadian dialam semesta ini (misalnya musim) dengan sendirinya akan menempati salah satu siklus diantara siklus-siklus yang ada. Misalnya manusia yang dilahirkan pada hari Senin, akan masuk kedalam siklus Senin yang telah dihuni oleh banyak orang sebelumnya, yang lahir pada hari yang sama. Oleh karena itu secara umum mereka menjadi satu wadah yang bernama siklus. Maka berdasarkan ‘Ilmu Titen’ atau ilmu hasil dari mengenali / mengamati dan terus berlangsung turun-temurun, watak seseorang atau pergerakan alam secara garis besar dapat dikenali bahkan diprediksi.

Agama adalah kebenaran dan kebaikan. Orang-orang yang berpegang teguh padanya akan terimbas oleh kebenaran dan kebaikan agama. Padewasan adalah salah satu cara untuk menjalankan ajaran agama yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan, termasuk kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kehidupan, sehingga pengaruh dari pemahaman terhadap padewan berdampak pada prilaku agama yang semakin konsisten serta pengamalan agama yang semakin intensif. Kekuatan agama terhadap diri manusia terlihat dari berbagai dimensi kehidupan manusia dalam membentuk sikap keagamaan.

(15)

keagamaan antara lain:

a. Dampak moral yaitu salah satu kencendrungan mengembangkan perasaan bersalah ketika manusia berperilaku menyimpang dari hal-hal yang tertuang dalam padewasan. b. Dampak kognitif yaitu meningkatnya pemahaman dan keyakinan manusia, bahwa

segala keberhasilan yang diraih oleh manusia tidak saja berasal dari dalam dirinya (usaha) tetapi ada suatu kekuatan yang berasal dari luar dirinya yang bersumber dari Tuhan, yang turut serta memberikan andil dalam keberhasilan tersebut.

c. Dampak afektif yaitu pengalaman batin seseorang yang merupakan salah satu factor yang ada dalam pengalaman setiap orang beragama. Sebagian orangmungkin mengganggap bahwa pelaksanaan upacara-upacara sesuai dengan padewasan sekedar serimonial saja, namun sebagian yang dengan khusuk berlandaskan keyakinan mencurahkan emosinya akan merasakan ketenangan dan kedamaian.

d. Dampak psikomotor yaitu adanya kehati-hatian manusia dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

e. Dampak sosial yaitu dengan adanya pemahaman padewasan manusia selalu membangun hubungan sosial yang harmonis, bukan saja sesama manusia tetapi juga dengan Tuhan dan alam lingkungannya.

Mengetahui

Kepala SMAN 1 Katingan Hulu

SYAHRANI, S.Pd

NIP 19751217 200501 1 016

Katingan, … Desember 2020 Guru Mata Pelajaran

ARYANTO, S.Pd. AH NIP 19840921 201001 1 003

(16)

LAMPIRAN : PENILAIAN A. Penilaian Sikap/Afektif

1. Penilaian Diri

LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP DISIPLIN Nama Peserta Didik : ……….

Kelas : ……….

Materi Pokok : ……….

Tanggal : ……….

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh peserta didik untuk menilai sikap disiplin diri peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang kamu miliki sebagai berikut :

Ya = apabila kamu menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan Tidak = apabila kamu tidak menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan.

No Sikap yang diamati Melakukan

Ya Tidak 1 Saya masuk kelas tepat waktu

2 Saya menyelesaikan tugas tepat waktu 3 Saya memakai seragam sesuai tata tertib 4 Saya mengerjakan tugas yang diberikan 5 Saya tertib dalam mengikuti pembelajaran

6 Saya mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan

7 Saya membawa buku tulis sesuai mata pelajaran 8 Saya membawa buku teks mata pelajaran

Jumlah

Mengetahui

Kepala SMAN 1 Katingan Hulu

SYAHRANI, S.Pd

NIP 19751217 200501 1 016

Katingan, … Desember 2020 Guru Mata Pelajaran

ARYANTO, S.Pd. AH NIP 19840921 201001 1 003

(17)

2. Penilaian Jurnal

Petunjuk Pengisian Jurnal :

1. Tulislah identitas peserta didik yang diamati, tanggal pengamatan dan aspek yang diamati oleh Pendidik

2. Tulis Kejadian-kejadian yang dialami oleh peserta didik baik yang merupakan kekuatan maupun kelemahan peserta didik sesuai dengan pengetahuan Pendidik terkait dengan kompetensi inti

Mengetahui

Kepala SMAN 1 Katingan Hulu

SYAHRANI, S.Pd

NIP 19751217 200501 1 016

Katingan, … Desember 2020 Guru Mata Pelajaran

ARYANTO, S.Pd. AH NIP 19840921 201001 1 003

No. Hari/Tanggal Kejadian Keterangan/Tindak

(18)

B. Instrumen Penilaian Pengetahuan 1. Instrumen Tes Tertulis

KISI-KISI SOAL

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas/Program : X (Sepuluh)

Semester : I

Mengetahui

Kepala SMAN 1 Katingan Hulu

SYAHRANI, S.Pd

NIP 19751217 200501 1 016

Katingan, … Desember 2020 Guru Mata Pelajaran

ARYANTO, S.Pd. AH NIP 19840921 201001 1 003 N

o.

Kompetens

i Dasar IPK Materi

Stimulus

Indikator Soal Bentuk Soal No. Soa l 1 Memahami Hakekat Wariga dalam kehidupan 3.3.1 Menjelaskan pengertian Wariga Hakekat Wariga dalam kehidupan Peserta didik mampu menjelaskan Wariga Uraian 1 3.3.3 Mengidentifika si lima aspek penting dalam menentukan Wariga Peserta diidk mampu menjelaskan 5 aspek penting dalam menentukan wariga Uraian 2 3.3.4 Mendeskripsik an Wuku Peserta didik mampu menyebutkan Wewaran dan Wuku Uraian 3 3.3.5 Mengelompok kan wewaran Disajikan uraian singkat tentang salah satu hari suci

Peserta didik mampu menemukan wewaran dalam suatu hari suci

Uraian 4 3.3.2 Menguraikan Hakikat Wewaran Disajikan uraian tentang sloka sarasamuccaya Peserta didik mampu menggali nilai – nilai yang terkandung dalam sloka sarasamuccaya Uraian 5

(19)

INSTRUMEN TES TERTULIS Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Katingan Hulu

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas : X ( Sepuluh )

Kompetensi dasar : 3.1 Memahami hakekat Wariga dalam kehidupan

Indikator : 3.1.1 Mengidentifikasi lima hal pokok dalam menentukan Wariga 3.3.2 Mendeskripsikan Wuku

3.3.3 Menjelaskan wewaran Soal:

No Pertanyaan Jawaban Skor

1 Jelaskanlah pengertian Wariga!

WARIGA adalah sistem pembagian waktu atau astronomi hindu yang dimuat dalam kitab vedangga bagian jyotisa, pengetahuan wariga di sabdakan oleh Sang Hyang Widhi melalui Rsi Atri dan disistematisasikan oleh Bhagavan Garga yang mengulas secara rinci pengaruh planet dan tata surya terhadap kehidupan manusia. Dengan pembagian yang meliputi jam (Dawuh), hari (Wara), minggu (wuku), bulan (sasih) dan penanggal panglong

Betul 20

2 Jelaskan 5 aspek pokok dalam menentukan wariga!

1. DAWUH 2. WEWARAN 3. WUKU 4. SASIH 5. PENANGGAL PANGELONG Betul 20

3 Sebutkan 10 Wewaran dan 30 Wuku!

Betul 20

(20)

No Pertanyaan Jawaban Skor 4

Diketahui suatu hari adalah tumpek wariga, coba temukan sapta wara, panca wara dan wuku dari hari tumpek wariga tersebut!

Tumpek Wariga

Tumpek : Saniscara Kliwon Sapta wara : Saniscara Panca Wara : Kliwon Wuku : Wariga

Betul 20

5

Bacalah dengan seksama kutipan sloka berikut ini! Ayanūu ca yaddattaý, adacìtimukheūu ca, candrasūryoparàge ca, viūuve ca tadakūawam” (Sarasamuscaya 183). Terjemahan:

Inilah perincian waktu yang baik, ada yang

disebut daksinayana, waktu matahari bergerak ke arah selatan, ada yang disebut uttarayana, waktu matahari bergerak ke arah utara (dari khatulistiwa). Ada yang dinamakan sadacitimukha yaitu pada saat terjadinya gerhana bulan atau matahari, wisuwakala yaitu matahari tepat di khatulistiwa, adapun pemberian dana berupa benda pada waktu yang demikian itu sangat besar sekali pahalanya. Setelah membaca sloka tersebut,galilah nilai - nilai (minimal 2 nilai) yang terkandung dalam sloka tersebut diatas!

nilai – nilai yang terkandung dalam sloka SS. 183

1. Nilai Yajna yaitu baik

melaksanakan Dewa Yajna Pada saat Utarayana dan baik

melakukan Bhuta yajna pada saat Daksinayana

2. Nilai pendidikan yaitu terdapat 3 keadaan atau pergerakan

matahari (daksinayana,

Utarayana dan sadacitimukha) yang mempengaruhi karakter manusia

Betul 20

KETERANGAN :

NILAI : Jumlah skor perolehan X 100 Jumlah skor maksimal

(21)

2. Test Lisan

Daftar Pertanyaan Test Lisan :

1. Apakah yang dimaksud dengan wuku? 2. Apa nama wuku nomor 2?

3. Sebutkan panca wara!

4. Diketahui suatu hari adalah Hari Raya Galungan, coba analisislah Panca Wara dari hari tersebut!

5. Diketahui suatu hari adalah tumpek, coba analisislah Sapta Wara dari hari tersebut!

Jawaban : 1. Minggu 2. Landep

3. Umanis, Paing, Pon, Wage, Kliwon 4. Kliwon

5. Saniscara

3. Penilaian Tugas

1. Peserta didik membuat gambar jari tangan cara menentukan hari suci berdasarkan wuku

FORMAT PENILAIAN TUGAS

ASPEK INDOKATOR KEBERHASILAN SKOR

PEROLEHAN Persiapan Perencanaan

Bahan dan Alat yang digunakan Proses Metode/Langkah Kerja

Waktu Hasil Isi laporan

Kerapian pelaporan

KETERANGAN :

NILAI : Jumlah skor perolehan X 100 Jumlah skor maksimal

Mengetahui

Kepala SMAN 1 Katingan Hulu

SYAHRANI, S.Pd

NIP 19751217 200501 1 016

Katingan, … Desember 2020 Guru Mata Pelajaran

ARYANTO, S.Pd. AH NIP 19840921 201001 1 003

(22)

C. Penilaian Keterampilan 1. Test Praktik

a. Praktikkan cara menentukan hari suci berdasarkan wuku

Instrumen Penilaian Praktik

Nama Peserta Didik : ... Tanggal : ... Kelas : ...

N

O ASPEK YNG DINILAI

TINGKAT KEMAMPUAN

4 3 2 1

1 Penampilan

2 Kebenaran penempatan hari suci

3 Kemampuan menyebutkan hari suci (24 hari suci) Jumlah Keterangan : Skor Kriteria 4 Sangat Baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang

NILAI : Jumlah skor perolehan X 100 Jumlah skor maksimal

Kriteria Nilai : Predikat Rentang Nilai Kriteria A 80 – 100 Sangat Baik B 70 – 79 Baik C 60 – 69 Cukup D < 60 Kurang

(23)

2. Presentasi

RUBRIK PENILAIAN PERSENTASI Nama /Kelompok : ... Kelas : ... Tanggal Persentasi : ...

NO INDIKATOR DESKRIPSI SKOR

1 Penguasaan Materi yang di

presentasikan

1. Menunjukkan Penguasaan Materi presentasi dengan kurang baik 2. Menunjukkan Penguasaan Materi

presentasi dengan Cukup baik 3. Menunjukkan Penguasaan Materi

presentasi dengan baik

4. Menunjukkan Penguasaan Materi presentasi dengan sangat baik 2 Sistematika

Presentasi

1. Materi Presentasi disajikan secara tidak runtut dan tidak sistematis

2. Materi Presentasi disajikan secara kurang runtut dan tidak sistematis 3. Materi Presentasi disajikan secara

runtut tetapi tidak sistematis 4. Materi Presentasi disajikan secara

runtut dan sistematis

3 Penguasaan Bahasa 1. Bahasa yang digunakan sangat sulit dipahami

2. Bahasa yang digunakan agak sulit dipahami

3. Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami

4. Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami

4 Ketepatan intonasi dan kejelasan artikulasi

1. Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang tidak tepat dan

artikulasi/lafal yang tidak jelas

2. Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang kurang tepat dan

artikulasi/lafal yang kurang jelas 3. Penyampaian materi disajikan dengan

intonasi yang cukup tepat dan artikulasi/lafal yang cukup jelas 4. Penyampaian materi disajikan dengan

intonasi yang sangat tepat dan artikulasi/lafal yang sangat jelas 5 Kemampuan

Memanfaatkan media persentasi

1. Media yang dimanfaatkan tidak jelas, tidak menarik dan tidak menunjang seluruh sajian

2. Media yang dimanfaatkan kurang jelas, kurang menarik dan kurang menunjang seluruh sajian

(24)

3. Media yang dimanfaatkan cukup jelas, cukup menarik dan menunjang seluruh sajian

4. Media yang dimanfaatkan sangat jelas, menarik dan menunjang seluruh sajian 6 Kemampuan

mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan

1. Sangat kurang mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau

sanggahan

2. Kurang mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan 3. Mampu mempertahankan dan

menanggapi pertanyaan atau sanggahan dengan cukup baik

4. Mampu mempertahankan dan

menanggapi pertanyaan atau sanggahan dengan sangat baik, arif dan bijaksana

NILAI : Jumlah skor perolehan X 100 Jumlah skor maksimal

Kriteria Nilai :

Predikat Rentang Nilai Kriteria

A 80 – 100 Sangat Baik B 70 – 79 Baik C 60 – 69 Cukup D < 60 Kurang Mengetahui

Kepala SMAN 1 Katingan Hulu

SYAHRANI, S.Pd

NIP 19751217 200501 1 016

Katingan, … Desember 2020 Guru Mata Pelajaran

ARYANTO, S.Pd. AH NIP 19840921 201001 1 003

Referensi

Dokumen terkait

Hakikat Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang bersumber pada Kitab Suci Veda selalu mengarah pada konsep Tri Kaya Parisudha (berpikir yang baik, berkata yang baik, dan

Pendidikan agama Hindu dan Budi Pekerti yang berlandaskan Kitab Suci Veda menekankan peserta didik untuk memiliki Sraddha Bhakti, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur

Melihat kejadian tersebut Beliau mengembangkan konsep untuk mempersatukan umat Hindu di Bali dengan membangun Tempat Suci berbentuk Padmasana sebagai tempat pemujaan terhadap

1. Rsi Yajña berarti persembahan atau pengorbanan suci kepada Brahmana atau para Rsi atas jasa beliau pada manusia dalam membina dan mengembangkan ajaran agama. Pitra Yajña

Tradisi Upacara Kelahiran umat Hindu yang ada di Pura Jala Siddhi Amerta sangatlah banyak, seperti; Upacara Magedong-gedongan (usia kandungan 175 hari), Upacara

didik untuk bertanya dan mendiskusikan materi yang berkaitan dengan Tatwa, Suśīla, Ācara, kitab Suci dan sejarah agama Hindu, sehingga peserta didik mendapatkan jawaban

Kecakapan yang diharapkan adalah peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan

PENDAHULUAN Menanyakan kesiapan siswa Salam pangenjali “Om Swastyastu” Mantram mengawali kegiatan “Om awighnamastu namosiddham, sidhirastu tad astu swaha.” Mengabsensi siswa