• Tidak ada hasil yang ditemukan

Portal Interobalitas E-Government (PIE) : Platform Integrasi Sistem Informasi Pemerintahan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Portal Interobalitas E-Government (PIE) : Platform Integrasi Sistem Informasi Pemerintahan."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jurusa n Te knik Ele ktro UNRA M – Ma ta ra m , 17 Juli 201 2 271

Portal Interobalitas E-Government (PIE) :

Platform Integrasi Sistem Informasi Pemerintahan

Mochammad Rizki Romdoni1, I. K.G Darma Putra2

1

Program Studi Magister Teknik Elektro Bidang Keahlian Manajemen Informasi dan Komputer, Universitas Udayana

2

Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

1

m_rizki_r@yacanet.com,

2

duglaire@yahoo.com

Abstrak

Indonesia telah memiliki landasan formal dalam memandu pengembangan E-Government di lingkungan pemerintah yaitu INPRES No. 3 tahun 2003, namun dalam penerapannya, secara keseluruhan belum menyentuh arahan yang terdapat pada INPRES tersebut, misalnya integrasi dan interoperabilitas sistem informasi pemerintahan. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan sebuah arsitektur berbasis SOA yang diberi nama PIE (Portal Interoperabilitas E-Government), yang akan digunakan oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Pemerintah Kota Denpasar dalam berintegrasi dan berbagi sumber daya antar SKPD dengan mudah dan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh Masyarkat Pengguna. Hasil penelitian adalah mengintegrasikan sistem informasi pemerintahan melalui PIE dengan mengikuti prinsip-prinsip dalam SOA.

Kata kunci : SOA, integrasi sistem, enterprise service bus, model-driven service enginereeng

1. Pendahuluan

Penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di lingkungan pemerintahan memunculkan istilah E-Government, yang dalam beberapa kasus berhasil memberikan banyak nilai positif yang menggembirakan. Kini, Indonesia telah memiliki landasan kebijakan dan strategi pengembangan E-Government yaitu Instruksi

Presiden No. 3 Tahun 2003.

Didalam INPRES tersebut disinggung mengenai kurangnya perhatian atau upaya untuk mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja pada instansi pemerintah ke dalam pelayanan publik yang terpadu, oleh karena itu salah satu sasaran dari INPRES ini adalah pembentukan jaringan organisasi pendukung (back-office) yang menjembatani portal-portal informasi dan pelayanan publik dengan sistem pengolahan atau pengelolaan informasi yang terkait pada sistem manajemen dan proses kerja di instansi yang berkepentingan. Sasaran ini mencakup pengembangan kebijakan pemanfaatan dan pertukaran informasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah (INPRES No. 3, 2003).

Berdasarkan hal tersebut fokus penelitian ini adalah membentuk sebuah kanal yang dijadikan sebagai media pertukaran informasi dalam konteks antar portal atau sistem informasi pemerintahan, yang ruang lingkupnya di skala yang lebih kecil yaitu di tingkat SKPD pemerintah kota; disini

diambil contoh kasus yaitu di lingkungan Pemerintah kota Denpasar.

Pemerintah kota Denpasar telah memiliki program kerja pengembangan E-Government tahun 2011-2015 yang senafas dengan INPRES diatas yaitu “terjalin komunikasi dan koordinasi antar

instansi melalui jaringan komputer”. Program kerja

tersebut ditangani oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) (Diatmika, 2012).

PIE (Portal Interoperabilitas E-Government) berperan sebagai back-office sekaligus kanal dari pertukaran informasi; harapannya adalah seperti yang tercantum didalam INPRES No. 3 Tahun 2003 yaitu integrasi sistem informasi pemerintahan menjadi lebih mudah.

2. Arsitektur PIE

Pengembangan PIE sebagai platform integrasi sistem informasi pemerintahan berbasis pada prinsip-prinsip SOA (Service-oriented

Architecture) yaitu Services, Interoperability, dan Loosely Coupling.

Secara teknis service adalah sebuah antarmuka (interfaces) untuk sebuah atau beberapa

messages yang mengembalikan informasi dan/atau

merubah sebuah state suatu entitas yang terkait (backend). Tujuan utama SOA yang utama adalah menghubungkan sistem-sistem yang heterogen dengan mudah, dikenal dengan ‘high

(3)

272 Jurusa n Te knik Ele ktro UNRA M - Ma ta ra m , 17 Juli 201 2

Loose couple dalam pengembangan aplikasi

mengacu pada ukuran tingkat ketergantungan komponen software satu sama lain (Gao, 2007), dalam konteks SOA loose coupling adalah sebuah prinsip dimana konsumer dan services terisolasi dari perubahan teknologi dan lingkungan yang mendasarinya; dalam beberapa hal tertentu, prinsip

loose coupling mendeskripsikan pemisahan logis

sebuah permasalahan. Artinya, konsumer secara sengaja dipisahkan koneksinya secara fisik atau langsung dengan services yang maksudnya adalah untuk melindungi integritas konsumer atau provider dan menghindari ketergantungan fisik diantara

services (Bean, 2010).

Arsitektur PIE yang akan dibangun secara umum di ilustrasikan pada gambar 1. Arsitektur tersebut terdiri dari beberapa entitas yaitu SKPD sebagai provider dan konsumer servis; Masyarakat Pengguna sebagai konsumer servis; Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai administrator; dan PIE (Portal Interoperabilitas E-Government) sebagai platform integrasi.

     

     

Gambar 1 Arsitektur PIE

2.1 PIE Web

PIE menyediakan antar muka berbasis web yang dikembangkan menggunakan sebuah

framework dalam bahasa pemrograman PHP yaitu

PRADO. PIE Web merupakan titik akses untuk menghubungkan masyakarat pengguna ke eServis dan sebagai tempat untuk mengelola eServisnya masing-masing SKPD pemerintah kota Denpasar; khusus bagi Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) digunakan untuk mengelola dan memelihara PIE secara keseluruhan.

2.2 PIE Core

PIE memiliki komponen penting lain, yaitu PIE Core. PIE Core menyediakan interkonektivitas dan discovery capabilities eServis yang disediakan oleh SKPD, di samping itu memfasilitasi location

transparency, transport protocol conversion, message transformation, dan security.

PIE Core merupakan enkapsulasi terhadap ESB (Enterprise Service Bus). Untuk mempersingkat waktu pengembangan, pada penelitian ini digunakan ESB open source yang sudah tersedia, yaitu Mule ESB versi ke 3.2 (community edition).

2.3 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Pemerintah kota Denpasar dalam menjalankan roda pemerintahanya didukung oleh perangkat alat daerah, diantaranya adalah delapan belas SKPD dan sembilan badan pemerintah; sedangkan secara administratif pengelolaan kota di bagi menjadi empat kecamatan (Pemkot Denpasar, 2012). Namun pada penelitian ini, tidak seluruh perangkat Pemerintah kota Denpasar yang akan di integrasikan, tetapi hanya akan diambil beberapa

sample dari SKPD sebagai pilot project (Jiatmika,

2012) yaitu :

a. Dinas Perijinan

b. Dinas Kesehatan (DINKES)

c. Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (DISNAKER)

d. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (CAPIL)

Ke-empat SKPD tersebut telah memiliki sistem informasi, namun masih parsial (Jiatmika, 2012); sedangkan DISKOMINFO sendiri berperan sebagai pengelola, pemelihara, dan memberikan sosialisasi serta pelatihan mengenai arsitektur PIE kepada SKPD, masyarakat pengguna, atau badan pemerintah lainnya dalam rangka melaksanakan salah satu program E-Government DISKOMINFO. Berikut adalah daftar sistem informasi setiap SKPD di dalam tabel 1.

Tabel 1 Sistem Informasi Setiap SKPD

SKPD Sistem Informasi

Dinas Perijinan Sistem Informasi Manajemen Satu Pintu

Dinas Kesehatan Sistem Informasi Apotik pada Rumah Sakit

Dinas Tenaga Kerja

Transmigrasi dan Sosial

Sistem Informasi Bursa Kerja Online

Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil

(4)

Jurusa n Te knik Ele ktro UNRA M – Ma ta ra m , 17 Juli 201 2 273

Sistem informasi SKPD pada tabel 1, perlu dipersiapkan sebelumnya untuk bisa berinteraksi dengan PIE, baik dalam rangka mempublis atau mengkonsumsi sebuah eService atau lebih dengan cara menetapkan persyaratan (requirements) penggunaan teknologi tertentu pada proyek sistem informasi yang baru; adapun jika telah memiliki

legacy system tetap memungkin bisa berintegrasi

dengan cara melakukan refactoring atau menambahkan modul baru sehingga memiliki kemampuan tersebut. Pilihan teknologi yang bisa digunakan dalam berintegrasi dan berinteroperabilitas, misalnya web service, JMS (Java Service Message), dan lain-lain.

2.4 Masyarakat Pengguna

Masyarakat pengguna adalah entitas dalam bentuk software yang mengkonsumsi eService yang telah disediakan oleh SKPD. Entitas tersebut bisa dikembangkan oleh seorang pengembang mandiri, vendor software, rekanan proyek sistem informasi pemerintah, atau yang lainnya. Setiap entitas dapat mengkonsumsi satu atau lebih eServis SKPD.

3. Metodelogi Pengembangan

Secara umum, sebuah metodelogi menjelaskan sebuah cara yang teratur dan sistematis tentang bagaimana mencapai sesuatu. Istilah metodelogi disini, menyatakan sebuah set atau kumpulan metode dan artifak terkait yang dibutuhkan dalam mendukung rekayasa sistem berbasis SOA; dalam mendukung kebutuhan tersebut, Elveseater et al (2011) menyajikan MDSE (Model-driven Services Enginereeng) dengan

SoalML yang berbasis pada pendekatan MDA

(Model-driven Architecture)

PIE dikembangkan menggunakan metodelogi MDSE (Model-driven Service Enginereeng). MDSE merupakan gabungan dari dua istilah yaitu

model-driven dan service enginereeng. Model-model-driven

adalah sebuah paradigma baru dalam pengembangan perangkat lunak, yang salah satu fiturnya

design-time interoperability (Kampka, 2007). Sedangkan service enginereeng, sebuah disiplin yang berkaitan

dengan teknik pengembangan service yang sistematik untuk memfasilitasi kerja sama business

to business (B2B) atau integrasi perangkat lunak

aplikasi bisnis (Kampka, 2007).

Spesifikasi OMG MDA menyediakan tiga sudut pandang yang berbeda yaitu dari business

architect, system architect, dan system developer.

MDSE menyediakan panduan menggunakan SoaML dalam mendefinisikan dan menentukan sebuah SOA (service oriented architecture) dari prespektif

business dan IT.

Tahapan MDSE dimulai dari menjelaskan model bisnis, dikenal dengan level CIM (Computational Independent Models) yang menghasilkan BAM (Business Architecture Model), selanjutnya untuk memodelkan IT, dipisah menjadi dua model yaitu PIM (Platform Independent

Models) menghasilkan SAM (Services Architecure Model) dan PSM (Platform Specific Models).

Gambar 2 menggambarkan proses secara keseluruhan MDSE dan mengidentifikasi kumpulan model yaitu Business Architecture Model (BAM) mencakup business goal, business process, capabilities, services architecture, dan service contract and choreographies. SAM (System Architecture Model) menentukan services interfaces, interfaces and messages types, services choreographies and software components. Model-to-model (M2M) transformation terdiri dari aturan

transformasi dan panduan prosedur untuk mendukung pemetaan semi otomatis dari BAM ke SAM.

Gambar 2 Keseluruhan Proses Dalam MDSE (Model-driven Service Enginereeng)

Platform-Specific Model (PSM) memuat

perancangan dan implementasi artifak SOA yang di tentukan ke dalam platform teknologi tertentu misalnya web services, java enterprise edition (JEE), multi-agent sistem (MAS), peer-2-peer (P2P),

(5)

274 Jurusa n Te knik Ele ktro UNRA M - Ma ta ra m , 17 Juli 201 2

4. Work in Progress

Penelitian ini belum selesai dilakukan, makalah ini merupakan progress yang telah dicapai dan pembahasannya difokuskan pada proses bisnis PIE yang dimodelkan dengan BPMN (Business

Process Modelling Notation). Namun demikian

secara keseluruhan perancangan PIE mengikuti tahapan yang ada didalam metodelogi MDSE yaitu BAM (Business Architecture Model) dan SAM (Services Architecture Model).

4.1 Business Process

BPM (Business Process Model) merupakan pasangan SOA didalam persyaratan bisnis dan sistem informasi modern (Imran et al, 2008). Di dalam konteks BAM, BPM mendefinisikan proses bisnis beserta sumber dayanya pada domain yang relevan dengan SOA; dengan demikian business

goal yang telah ditetapkan dapat terpenuhi

(Elvesaeter, 2011).

Proses Bisnis PIE dibagi dua yaitu pengelolaan eServis dan konsumsi eServis (gambar 5). Gambar 4 menjelaskan pengelolaan eServis, yang terdiri dari tiga partisipan yaitu “konsumer”, “provider”, dan “PIE Web”. Didalam gambar diagram BPMN tersebut, “konsumer” dan “provider” di asumsikan telah terdaftar di dalam PIE Web. Proses ini, dimulai dari log on ke dalam PIE Web; setelah berhasil, provider menginputkan sistem informasi, selanjutnya membuat dan mengkonfigurasi eServis yang akan dibagi dengan entitas lain. Setiap sistem informasi dapat memiliki eServis lebih dari satu.

PIE Web memasang alamat IP atau domain untuk eServis tersebut, lalu disimpan ke dalam basis data PIE. Saat konsumer membutuhkan informasi eServis yang terdaftar, PIE Web melakukan query ke dalam database PIE berdasarkan jenis konsumernya; jika “SKPD” maka eServis di filter berdasarkan mode protected dan public; jika “Masyarakat Pengguna” hanya bertipe tipe public.

“Konsumer” melakukan registrasi pada eServis yang telah diperoleh, kemudian “provider” memberikan persetujuan apakah diterima atau ditolak; bila diterima provider mengkonfigurasi eServis yang diminta oleh konsumer dan PIE Web menyimpan konfigurasi tersebut.

Gambar 5 menjelaskan proses bisnis konsumer mengkonsumsi eServis yang disediakan oleh provider. Proses diawali dengan proses permintaan validasi “appsid” atau id aplikasi, bila berhasil maka PIE Core akan mengirimkan pesan sukses ke konsumer. Selanjutnya konsumer mengirimkan message payload ke PIE Core. PIE Core melakukan pengecekan terhadap eServis untuk mengetahui modenya; bila “sandbox” maka task

“get number request” akan dieksekusi untuk mengetahui jumlah request selama sehari, seandainya hasilnya lebih besar dari yang telah di tetapkan maka konsumsi eServis akan di hentikan.

Gambar 4 Proses Bisnis PIE Pengelolaan eServis (Diagram BPMN)

(6)

Jurusa n Te knik Ele ktro UNRA M – Ma ta ra m , 17 Juli 201 2 275

Gambar 5 Proses Bisnis Konsumer Konsumsi eServis Provider (Diagram BPMN)

4.2 Hasil Sementara Interoperabilitas Sistem

Informasi

Secara umum gambar 6 mengilustrasikan pertukaran data dan protokol yang digunakan oleh partisipan PIE. Platform teknologi untuk berintegrasi partisipan-partisipan tersebut, menggunakan teknologi yang populer di pakai pada saat ini, misalnya rest (representational state transfer), JMS (Java Message Services) dengan Apache ActiveMQ, dan Web Service.

Gambar 6 Interoperabilitas Komponen PIE

Sebagai contoh pada makalah ini akan mengintegrasikan Sistem Informasi Apotik Rumah

Sakit (SIAR) dan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), seperti yang digambarkan pada gambar 7 berikut.

Gambar 7 Skenario Integrasi SIAR dan SIAK Melalui PIE

SIAR adalah sistem yang digunakan untuk membantu Apoteker dalam mengelola Apotik. SIARS dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic .Net. Salah satu program Pemerintah Kota Denpasar adalah menggratiskan biaya pengobatan beserta resepnya di rumah sakit pemerintah. Program ini memiliki syarat dan ketentuan yaitu hanya berlaku bagi warga kota Denpasar yang dibuktikan dengan cara menunjukan KTP. Supaya program ini tepat sasaran maka diperlukan verifikasi keabsahan KTP ke SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) di Dinas Catatan Sipil.

Berdasarkan skenario tersebut maka SIARS akan mengkonsumsi eService yang disediakan oleh SIAK dengan cara melakukan request http (http://192.168.10.1:8001/noktp/8292929)

sedangkan SIAK akan mempublis eService melalui JMS (Java Server Message) Queue. Broker yang digunakan adalah Apache ActiveMQ. Selanjutnya PIE melakukan transformasi message dari satu sisi ke sisi lain.

Petugas apoteker di Rumah Sakit menginputkan data pasien melalui form pasien (gambar 8). Didalam form tersebut terdapat beberapa isian diantaranya nomor pasien, nama pasien, dan yang penting adalah nomor ktp.

(7)

276 Jurusa n Te knik Ele ktro UNRA M - Ma ta ra m , 17 Juli 201 2

Di saat petugas menekan tombol save maka SIARS akan menghubungi PIE untuk mendapatkan validitas no. KTP. PIE mengirim message ke ActiveMQ, secara random SIAK melakukan pengecekan Queue di ActiveMQ, bila terdapat

message di Queue maka akan diproses; hasilnya

dikirim kembali ke ActiveMQ, selanjutnya PIE akan melakukan transformasi ke dalam bentuk JSON. Berikut adalah potongan kode dalam VB.Net, untuk request http ke PIE.

SIARS akan melakukan validasi nomor ktp menggunakan metod isNoKTPValid() pada objek objKTP, yang di instansiasi dari kelas KTP. Keluaran dari metod tersebut, disimpan pada variabel bool yang bernilai true atau false.

Deserialize JSON ke dalam bentuk Objek dibantu

oleh pustaka Newtonsoft.

Gambar 9 Form Daftar Master Penduduk

SIAK (Sistem Informasi Administrasi Akademik), pada skenario ini dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Java dengan Netbeans IDE. Sebagai contoh dibuat sebuah form untuk menampilkan data penduduk (gambar 9). Sesuai skenario, SIAK akan mempublis eService dalam bentuk JMS dengan broker Apache ActiveMQ. Berikut adalah potongan kode JMS untuk menerima message atau mengambil message

queue dari broker :

kode untuk mengirim message queue ke ActiveMQ :

private String receiveMessage () { String noKTP=null;

session.createQueue(NoKTPQueueIN); MessageConsumer consumer =

Dim bool As Boolean = False Dim strError As String = "" Dim noktp As String

Try

noktp=Me.txt_NOKTP.Text

Dim objKTP As New KTP(noktp,

"http://192.168.10.1:8001/noktp/"+

noktp)

bool = objKTP.isNoKTPValid()

Catch ex As Exception

strError = ex.Message

End Try

private void sendMessage (String noktp) { ).log(Level.SEVERE, null, ex);

(8)

Jurusa n Te knik Ele ktro UNRA M – Ma ta ra m , 17 Juli 201 2 277

5. Kesimpulan dan Saran

PIE berhasil mengintegrasikan dua sistem informasi pemerintahan yang berbeda platform yaitu SIAR (DINKES) dan SIAK (CAPIL). Tahapan di dalam metodelogi MDSE membantu cara pandang atau berfikir dalam pengembangan arsitektur SOA. Mule sebagai ESB (Enterprise Service Bus) berperan dengan baik dalam mendukung arsitektur PIE.

Selanjutnya perlu dicoba mengintegrasikan sistem informasi lainnya yang tersisa, diharapkan setelah diterapkan pada lingkungan riil; seluruh SKPD di lingkungan pemerintah kota Denpasar dapat berintegrasi dan berkolaborasi dengan baik.

Daftar Pustaka:

Brian Elvesaeter, Cyril Carrez, Parastoo Mohagheghi, Arne-Jorgen Berre, Svein G. Johnsen, Arnor Solberg. 2011. Model-driven Service Enginereering with SoaML. In : Schahram Dustdar, Fei Li. 2011. Service

Enginereeng European Research Results.

Germany: SpringerWeinNewYork. pp. 25-54. Daniel Kampka. 2007. Model-Driven Service

Engineering. Tersedia di:

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?d oi=10.1.1.84.8274&rep=rep1&type=pdf [di unduh, 19 Maret 2012].

Birol Barkem. 2008. From BMM to SOA. In :

Journal of Object Technology, vol 7, no.8.

2008. Paris.pp. 57-70. Tersedia di :http://www.jot.fm/issues/issue_2008_11/colum n6/ [di unduh: 26 Maret 2012).

Nicolai M. Josuttis. 2007. SOA in Practice: The Art

of Distributed System Design. California:

O’Rielly Media, Inc.

Tijs Rademakers, Jos Dirksen. 2009. Open Source EBSs in Action: Example Implementation in Mule and ServceMix. Greenwich: Manning Publication.

Tom Yuan Gao. 2007. The Complete Reference To Professional SOA With Visual Studi 2005 (C# & VB 2005) .NET 3.0. US: Lulu Press.

James Bean. 2010. SOA and Web Services Interfaces Design: Principles, Techniques, and Standars. Burlington : Elseveir.

Frank Truyen. 2006. The Fast Guide to Model

Driven Architecture: The Basic of MDA.Cephas

Consulting Corp.

Instruksi Presiden RI No . 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan danStrategi Nasional pengembangan E-Government .

Ketut Agus Indra Diatmika, S.Kom. Staf Pos dan Telematika Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar. (komunikasi pribadi, 02 Januari 2012).

(9)

Gambar

Gambar 1 Arsitektur PIE
Gambar 2 Keseluruhan Proses Dalam MDSE (Model-driven Service Enginereeng)
Gambar 4 Proses Bisnis PIE Pengelolaan eServis (Diagram BPMN)
Gambar 5 Proses Bisnis Konsumer Konsumsi eServis Provider (Diagram BPMN)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun gin- seng jawa dengan DPPH menggunakan beberapa pelarut dapat dilihat pada Tabel 3, yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol

Pada perlakuan lama perendamanpun belum ditemukan waktu yang tepat untuk proses masuknya IAA ke dalam sel tanaman melalui proses absorbsi yang terjadi di seluruh

1.Air Bersih adalah air yang melalui proses pengolahan sebelum diminum yang merupakan salah satu kebutuhan penunjang kesehatan di Rumah Sakit 1.Untuk menyediakan air bersih

dengan demikian cara ini etika sering disalahpahami sebagai hal yang serupa dengan hukum karena alas an sederhana bahwa banyak orang percaya etika merupakan prinsip pemandu yang

Untuk mengetahui kondisi terbaik bagi perkembangan embrio hasil fertilisasi in vitro, dilakukan penelitian untuk mengkultur embrio in vitro yang menyerupai kondisi in vivo dan

Secara rinci, metode peneitian tahun pertama diuraikan sebagai berikut. Pemilihan dan pengadaan disesuaikan dengan 8 macam sensor gas seperti dalam Tabel 2. Mengingat ketersediaan

Strategi konservasi orangutan di sekitar Cagar Alam Dolok Sibual-buali (CADS) dapat dikembangkan secara in-situ, seperti melalui perlindungan kawasan, pengayaan

Jenis korosi ini dapat terjadi pada permukaan material karena dipicu oleh lingkungan yang sangat korosif juga temperatur serta kontak udara lembab yang mempercepat