• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI IDENTIFIKASI KOROSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI IDENTIFIKASI KOROSI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI

IDENTIFIKASI KOROSI Kelompok V-A

Vindi Arifka NRP. 2313 030 002 Shinta Hilmy Izzati NRP. 2313 030 016 Zandhika Alfi Pratama NRP. 2313 030 035 Putri Dewi Fatwa NRP. 2313 030 040

Tanggal Percobaan 8 Nopember 2014 Tanggal Selesai 20 Nopember 2014 Asisten Laboratorium Intan Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Danawati HP, M.Pd

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

(2)

I- 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Korosi adalah degradasi (kerusakan atau penurunan kulaitas dari suatu logam yang di sebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, terjadi akibat reaksi kimia atau elektrokimia. Lingkungan yang di maksud adalah larutan dalam air, logam, garam gas atau uap. Sehingga penyebab atau defenisi korosi tergantung kepada proses dan jenis lingkungan dimana terjadinya. Atau pembedaan korosi dapat juga dari bentuk produk korosi yang terjadi, seperti korosi pada struktur mikro dari logam. Korosi pada logam terjadi akibat reaksi elektrokimia, sedangkan korosi pada non logam di sebabkan karena degradasi atau pelapukan. Contoh pada non logam adalah kayu terjadi pelapukan, plastik atau polimer terjadinya degradasi ikatan kimia dan menjadikan getas. Salah satu faktor penyebab korosi adalah pH dimana pH dapat mempercepat laju korosi bila pH tinggi.

Banyak sekali jenis-jenis korosi yang bisa diketahui dalam alat-alat industri, karena rata-rata menggunakan alat yang bahannya berasal dari besi. Penyebab korosi yang timbul dalam alat tersebut juga beragam. Sehingga jenis korosinya berbeda. Korosi yang terjadi pada alat industri yaitu Furnace Box PT Kalimantan Steel adalah korosi

(3)

I - 2 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Identifikasi korosi pada alat-alat industri sangat penting karena untuk meminimalisir dampak-dampak yang ditimbulkan dan kerugian akibat kerusakan pada alat tersebut. Cara untuk mengidentifikasi dengan melihat dan mengamati secara langsung kondisi alatnya kemudian melihat dari ciri-ciri yang ditimbulkan dari korosi tersebut. Sehingga bisa diketahui jenis korosi yang ditimbulkan. I.2 Tujuan Identifikasi

Tujuan percobaan identifikasi korosi adalah untuk mengetahui dan mengenalisis bentuk-bentuk korosi dan penyebab terjadinya korosi pada tangki penyimpan air yang terdapat di PT Kalimantan Steel.

I.3 Dasar Teori I.3.1 Korosi

Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan logam atau berkarat. Definisi korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang terjadi disebabkan oleh lingkungan sekelilingnya. Beberapa pakar bersikeras definisi hanya berlaku pada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material

non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh

rusaknya cat karet karena sinar matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja,

(4)

I - 3 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

serangan logam yang solid oleh logam yang cair (liquid

metal corrosion) (Anonim, 2013).

Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat tergantung dari material bahan, lingkungan, temperatur dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang sering disinggung adalah korosi pada logam. Ilustrasi dari proses pengkorosian pada material logam pada dimana besi yang dibentuk sesuai kegunaannya dapat terkorosi akibat lingkungan yang dihadapi pada aplikasinya (Anonim,

2013).

Gambar I.1. Proses Pengkorosian Logam I.3.2 Jenis-Jenis Korosi

Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam menurut Anonim (2013), sebagai berikut:

1. Korosi merata

Korosi merata adalah bentuk korosi yang pada umumnya sering terjadi. Hal ini biasanya ditandai dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia yang terjadi pada permukaan yang bereaksi. Logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada logam tersebut. Sebagai contoh, potongan baja atau seng dicelupkan pada asam sulfat encer, biasanya akan

(5)

I - 4 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

terlarut secara seragam pada seluruh permukaannya. Contoh lain dari korosi merata adalah pada pelat baja atau profil, permukaannya bersih dan logamnya homogen, bila dibiarkan di udara biasa beberapa bulan maka akan terbentuk korosi merata pada seluruh permukaanya.

Gambar I.2. Korosi Merata pada Logam

Korosi merata merupakan keadaan kerusakan yang sangat besar terhadap material. Namun demikian korosi ini kurang diperhatikan karena umur dari peralatan dapat diperkirakan secara akurat dengan pengujian lain yang lebih sederhana. Korosi merata dapat dilakukan pencegahan dengan cara pelapisan, inhibitor dan proteksi katodik.

Usaha pengendaliannya:

1. Diberi lapisan pelindung yang mengandung inhibitor seperti minyak.

2. Bila sudah berbentuk barang jadi dilindungi dengan pengecatan.

3. Untuk dinding kapal laut yang luas diberi proteksi katodik.

(6)

I - 5 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

4. Untuk jangka panjang pemakaian yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4 %.

2. Korosi Dwi Logam (galvanic corrosion)

Jenis korosi yang terjadi antara dua buah logam dengan nilai potensial berbeda saat dua buah logam bersatu dalam suatu elektrolit yang korosif. Contohnya bila besi kontak langsung dengan tembaga dimana tembaga lebih mulia, maka besi akan bersifat anodik dan akan mengorbankan diri sehingga akan terjadi korosi yang berat pada besi, sedangkan tembaganya tetap utuh.

Gambar I.3. Korosi Dwi Logam

Usaha pengendaliannya dengan cara memberi isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektron.

3. Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau non logam dan diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air yang menjadi sumber korosi. Konsentrasi O2 pada mulut lebih kaya dibandingkan pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodik dan bagian mulut jadi katodik, maka akan timbul arah arus dari dalam ke mulut.

(7)

I - 6 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Gambar I.4. Korosi Celah Usaha pengendaliannya adalah:

1. Memberi isolator pada celah. 2. Mengeringkan celah.

3. Bersihkan dari kotoran.

4. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion). 4. Korosi Sumuran

Korosi sumuran merupakan jenis korosi yang menyerang secara lokal selektif yang menghasilkan bentuk-bentuk permukaan lubang-lubang di logam. Terjadinya korosi jenis ini disebabkan komposisi logam tidak homogen dan dapat menimbulkan korosi yang dalam pada beberapa tempat. Dapat juga karena ada kontak antara logam yang berlainan dan logam kurang mulia, maka pada daerah batas timbul korosi berbentuk sumur.

Gambar I.5. Korosi Sumuran Usaha pengendaliannya antara lain :

(8)

I - 7 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

1. Pilih bahan yang homogen. 2. Melindungi dari zat agresif. 3. Memberikan inhibitor.

5. Korosi Erosi (erosion corrosion)

Korosi erosi merupakan jenis korosi yang menggunakan proses mekanik melalui pergerakan relatif antara aliran gas atau cairan korosif dengan logam. Dalam hal ini perusakan karena erosi dan korosi saling mendukung. Logam yang telah terkena erosi akibat terjadi keausan dan menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah terserang korosi dan bila ada gesekan akan menimbulkan abrasi lebih berat lagi dan seterusnya. Korosi erosi dapat juga disebabkan karena impingment corrosion, yaitu akibat fluida sangat deras dan dapat mengikis film pelindung pada logam yang mengakibatkan korosi pada logam.

Gambar I.6. Korosi Erosi Usaha pengendaliannya adalah:

1. Memberi pelindung dari zat yang agresif. 2. Memberi inhibitor.

(9)

I - 8 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

4. Hindari aliran fluida yang terlalu deras. 5. Mengurangi belokan fluida.

6. Korosi Retak Tegang (stress corrosion cracking)

Korosi retak tegang merupakan jenis korosi yang disebabkan kehadiran secara simultan tegangan tarik (tensile stress) dan media korosif yang menyebabkan terjadi penampakan retak di dalam logam.

Gambar I.7. Korosi Retak Tegang Usaha pengendaliannya adalah:

1. Turunkan beban.

2. Lindungi dari senyawa yang korosif. 3. Memberi inhibitor.

4. Pada bagian yang terdapat streses harus direlaksasi. 7. Korosi Batas Butir (intergranular corrosion)

Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang secara lokal menyerang batas butir-butir logam sehingga butir-butir logam akan hilang atau kekuatan mekanik dari logam akan berkurang, Korosi ini disebabkan adanya kotoran (impurity) batas butir, adanya unsur yang berlebih pada sistem perpaduan atau penghilangan salah satu unsur pada daerah batas butir.

(10)

I - 9 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Gambar I.8. Korosi Batas Butir

Untuk pengendalianya dapat dilakukan dengan cara menghindari terbentuknya karbida pada batas butir . 8. Hilangnya Unsur Paduan (dealloying)

Peluluhan selektif atau dealloying merupakan penghilangan salah satu unsur dari paduan logam oleh proses korosi.

Gambar I.9. Korosi Dealloying 9. Korosi Mikrobiologis

Korosi mikroba (microbial corrosion) adalah Korosi yang terjadi akibat aktivitas mikroba sebagai penyedia lingkungan yang korosif. Dalam hal ini biasanya terjadi pada pipa logam dalam tanah yang dibungkus oleh kain aspal yang terbuka dan menjadi koloni tempat bakteri sulfat. Bentuk korosinya pun sering menyerupai bekas lilitan kain pada pipa.

(11)

I - 10 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Gambar I.10. Korosi Mikrobiologis Untuk Pengendalianya dapat dilakukan dengan : 1. Khlorinasi supaya bakterinya mati.

2. Diberi cat anti fouling. 10. Korosi Kavitasi

Peronggaan (cavitation) Peronggaan terjadi saat tekanan operasional cairan turun di bawah tekanan uap gelembung-gelembung gas yang dapat merusak permukaan logam dasar.

Gambar I.11. Korosi Kavitasi Pengendalianya dapat dilakukan dengan : 1. Surface finish yang bagus dan dibuat licin. 2. Diberi pelapis atau pelindung.

(12)

I - 11 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

4. Menurunkan fibrasi.

I.3.3 Faktor Penyebab Terjadinya Korosi

Faktor penyebab terjadinya korosi dapat dibagi

menjadi 3 bagian yaitu sifat dari material, faktor lingkungan dan adanya reaksi

1. Sifat material

a. Pengaruh susunan kimia material

Semua logam termasuk baja tahan karat, alumunium, dan sebagainya cenderung akan akan mengalami pengkaratan oleh media korosif.

b. Pengaruh struktur kristal

Kurangnya homogenitas struktur dapat menimbulkan efek-efek galvanis mikro pada material yang menyebabkan pengkaratan. Perbedaan potensial akan mneyebabkan terjadinya aliran elektron bila baja dimasukkan kedalam larutan elektrolit. Pada material yang mengalami deformasi akan lebih mudah terjadi korosi, karena butiran dalam material mengalami perubahan bentuk dan susunanya.

c. Pengaruh beda potensial

Pengaruh beda potensial bila dua logam mempunyai beda Potensial tidak sama digabungkan dan dimasukkan dalam larutan elektrolit maka akan terjadi pengkaratan.

d. Pengaruh bentuk permukaan material

Permukaan logamm yang mempunyai bentuk sendiri akan menyebabkan terjadinya korosi. Adanya

(13)

I - 12 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

kotoran pada permukaan material akan menyebabkan korosi karena terperangkapnya oksigen dalam material.

(Nurfanani, 2012).

2. Variabel Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Laju Korosi:

1. Pengaruh dari potensial ini adalah :

a. Bila potensial logam semakin tinggi atau di buat lebih tinggi, maka kecendrungan terkorosi semakin rendah. b. Penaikan potensial dapat mengakibatkan pasivasi

pada baja karbon atau paduannya.

c. Dapat menjadi acuan untuk metoda anodisasi atau proteksi anodik. Dan proteksi katodik adalah membuat logam yang di lindungi berada pada posisi nobel dan berpotensial tinggi.

2. Pengaruh Temperatur

Laju korosi di pengaruhi oleh temperatur mengikuti teori Arhenius

r= A exp (-E/RT) dimana r = laju korosi

E = energi aktivasi R = Konstanta

T = Temperatur absolut

Pada kasus baja, sebagai contoh pada larutan dingin dan panas, bila larutan bertemperatur tinggi dapat menyebabkan tingkat ke asaman yang tinggi pula dan bila

(14)

I - 13 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

temperatur yang tinggi mengakibatkan difusi oksigen yang tinggi dalam larutan, maka korosi dapat menjadi cepat. 3. Pengaruh pH (keasaman)

Pada keasaman yang tinggi dimana pH<5:

a. Korosi besi pada larutan asam selain di pengaruhi oleh pH, juga di pengaruhi oleh konsentrasi ion dalam larutan. Dalam Asam sulfat dengan pH =0-4, laju korosi di pengaruhi oleh konsentrasi Fe2SO4. b. Pada larutan HCL, konsentrasi ion tidak berpengaruh.

c. Penambahan unsur Ni pada baja paduan akan memperbaiki ketahanan korosi dalam larutan asam sulfat.

Pada kondisi mendekati netral (5<pH<9):

 Lapisan hidroksida di permukaan besi lebih tahan melekat di bandingkan pada kondisi yang lebih asam

 Pengaruh kandungan Chlor dan oksigen lebih dominan.

Pada kondisi ke asaman rendah (pH<9)

 Baja terkorosi pada kandungan (Fe(OH)3)- dan (Fe(OH)4)- .

 pH dan temperatur yang lebih tinggi dapat menyebabkan SCC (stress corrosion cracking). 4. Pengaruh kecepatan fluida

(15)

I - 14 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Kecepatan aliran fluida berpengaruh terhadap laju korosi, karena mempengaruhi pertukaran ion dan elektron di permukaan logam.

 Fluida yang mengalir dengan lambat atau stagnant, dapat mengakibatkan korosi setempat.

 Untuk menghindari korosi ada kecepatan tertentu yang harus di penuhi.

 Bila fluida bersifat agresif dan mempunyai kecepatan yang cukup, maka dapat terjadi korosi erosi.

 Semakin tinggi kecepatan fluida, maka faktor perusakan mekanik menjadi dominan di banding kerudakan akibat korosi.

5. Pengaruh Konsentrasi

 Konsentrasi oksigen dalam larutan dapat mempercepat reaksi.

 Kandungan unsur reakstif dalam jumlah terrbatas, dapat menciptakan pasivasi.

 Tetapi dalam konsentrasi yang lebih besar, maka lapisan pasif dapat mengalami kerusakan.

Klasifikasi menurut Yusril (2011), proses korosi dapat di lihat lebih rinci dari segi kondisi dan jenis reaksi utama dari proses korosi, antara lain :

a. Reaksi kimia tanpa lapisan yang terbentuk.

Reaksi ini adalah reaksi kimia langsung antara logam dan lingkungan, tanpa terbentuk lapisan dan tanpa perpindahan muatan (elektron) misal antara logam

(16)

I - 15 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

dengan logam cair, lelehan garam, atau bukan larutan dalam air.

b. Reaksi elektrokimia dengan melibatkan perpindahan muatan (elektron) melalui pertemuan dua permukaan, reaksi ini di bedakan oleh;

1. Adanya anoda dan katoda, tapi tidak jelas secara fisik terpisah keberadaannya.

2. Adanya anoda dan katoda yang jelas keberadaannya, terukur jarak dan perpindahan muatan melalui logam antara anoda dan katoda. 3. Jenis anoda dan katoda yang terjadi pada

masing-masing pertemuan permukaan yang berbeda, misalnya pada reaksi oksidasi antara logam dengan gas oksigen tanpa melibatkan komponen air (diatas temperatur kamar) yang menghasilkan lapisan oksida, sehingga antar muka logam- oksida sebagai anoda dan antar muka oksida-oksigen sebagai katoda.

I.3.4 Lingkungan Korosi

Adapun beberapa pengaruh lingkungan korosi secara umum sebagai berikut.

1. Lingkungan Air

Air atau uap air dalam jumlah sedikit atau banyak akan mempengaruhi tingkat korosi pada logam. Reaksinya bukan hanya antara logam dengan oksigen saja, tetapi juga dengan uap air yang menjadi reaksi elektrokimia. Karena air berfungsi sebagai:

(17)

I - 16 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

karena terjadinya besi hidroksida.

2. Pelarut. Produk-produk korosi akan larut dalam air seperti besi klorida atau besi sulfat.

3. Katalisator. Besi akan cepat bereaksi dengan O2 dari udara sekitar bila ada uap air.

4. Elektrolit lemah. Sebagai penghantar arus yang lemah atau kecil.

Korosi pada lingkungan air bergantung pada pH, kadar oksigen dan temperatur. Misalnya pada baja tahan karat pada suhu 300-500oC bisa bertahan dari karat. Namun pada suhu yang lebih tinggi 600-650oC baja tahan karat akan terserang korosi dengan cepat. Demikian juga dengan penambahan kadar O2 dalam air maka akan mempercepat laju korosi pada logam.

2. Kadar Oksigen

Oksigen hampir ada dimana-mana, karena potensial redoks sangat tinggi maka oksigen dalam proses korosi akan terlebih dahulu akan direduksi oleh H+.

Potensial redoks reaksi:

O2 + H2O + 4e 4OH- , E=1,23 V

Kelarutan O2 dalam larutan harus dikurangi oleh garam yang terlarut dalam larutan dan kelarutannya bergantung pada logam yang tercelup dan luasan permukaan logam tercelup serta temperaturnya.

Adapun macam-macam air seperti air suling merupakan air yang paling bersih dan bebas dari kation dan anion serta terisolir dari udara dan bebas mikroba. Adapun

(18)

I - 17 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

air hujan atau salju merupakan proses sulingan alam, namun demikian air ini masih mengandung CO2 dari udara yang dapat membentuk senyawa H2CO3 dan akan bersifat asam menyebabkan korosif pada baja. Untuk air permukaan komposisi zat terlarut bergantung pada tanah yang ditempati atau tergenang. Tetapi pada umumnya zat yang terlarut lebih rendah dari pada air laut. Biasanya air permukaan mengandung Ca2+, Mg2+, NH4+, Cl-, dan SO-4 yang agresifitasnya lebih rendah daripada air laut.

Korosi oleh air bersih pada logam yang tidak mulia

akan terbentuk reaksi sebagai

berikut: L(OH)2 + H2

Sedangkan untuk air bersih dan adanya O2, akan ada proses oksidasi dari udara sekitarnya. Hal ini biasanya terjadi pada air dekat permukaan.

Reaksinya: 2L + 3H2O + 3/2O2 2L(OH)3 2. Lingkungan Udara

Temperatur, kelembaban relatif, partikel-partikel abrasif dan ion-ion agresif yang terkandung dalam udara sekitar, sangat mempengaruhi laju korosi. Dalam udara yang murni, baja tahan karat akan sangat tahan terhadap korosi. Namun apabila udara mulai tercemari maka serangan korosi dapat mudah terjadi. Salah satu polusi udara yang menimbulkan karosi adalah NOX dari pabrik asam nitrat, SO2 dari hasil pembakaran bahan bakar 3. Lingkungan Asam, Basa dan Garam

(19)

I - 18 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Pada lingkungan air laut, dengan konsentrasi garam NaCl atau jenis garam-garam yang lain seperti KCl akan menyebabkan laju korosi logam cepat. Sama halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibat adanya gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

Pada larutan basa seperti NaOH (caustic soda), baja karbon akan tahan terhadap serangan korosi pada media ini dengan suhu larutan 75 oF (24 oC) dan konsentrasi 45% berat. Pada larutan asam seperti asam kromat (CrO3), dengan konsentrasi asam kromat 10% pada suhu 60oC, tidak akan menyerang baja tahan karat. Dan tingkat korosi akan naik sebanding dengan temperatur dan konsentrasi yang juga meningkat.

Sedangkan pada larutan asam seperti H2SO4, proses terjadinya perkaratan pada permukaan baja yang terbuka keseluruhannya terhadap hujan lebih baik dari pada sebagian saja terkena hujan atau sebagian terlindungi.

Penggunaan larutan garam natrium kromat atau sodium kromat (Na2CrO4) dengan kadar tertentu mampu menghambat laju korosi. karena natrium kromat sebagai inhibitor kimia, yaitu suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam.

(20)

I - 19 Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Selain itu, fungsi dari inhibitor adalah mampu memperpanjang umur pakai logam, melindungi dan memperindah permukaan logam, lebih mengkilap dan terang dengan warna tertentu yang dihasilkan sesuai inhibitornya.

Penggunaannya sebagai berikut:

1. Na2CrO4 dengan konsentrasi 50 ppm digunakan pada pipa baja.

2. 2,3 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Cu-Zn-Fe. 3. 2,4 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Fe-Al. 4. 0,1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi

logam Fe, Cu, Zn dalam sistem air pendingin (water

cooling) dan pada larutan garam (Brines).

5. 0,1% - 1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi (inhibisi) logam Fe, Pb, Cu, Zn dalam sistem mesin pendingin (engine coolants)

(Nurfanani, 2012).

I.3.5 Pencegahan Korosi

Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik, coating, pembalutan dan penggunaan chemical inhibitor.

(21)

II- 1

BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

II.1 Pengumpulan Data

Hari/ Tanggal : Sabtu/8 Nopember 2014 Waktu : 10.00-11.00 WIB

Tempat : PT Kalimantan Steel II.2 Analisa Data

 Foto

Gambar II.1. Furnace Box  Spesifikasi alat

Tipe : F48000 Models

Dimension : 13.25 (33.7) W x 19 (48.3) H x 19.5 (49.5) D

(22)

II - 2 LABORATORIUM TEKNIK KOROSI

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Bab II Metodologi Percobaan Berat : 56 lb. (25.4 kg) Volts : 220-240 Watts : 1800 Frekuensi : 50/60 Temperatur : 2000°F (1093°C)  Fungsi

Dimana pada bagian ini terjadinya proses pembakaran batu bara. Gas panas yang dihasilkan dari proses pembakaran pada furnace ini yang akan dialirkan ke existing boiler. Untuk menghasilkan kapasitas uap dan tekanan seperti sebelumnya, maka pada bagian furnace box ini dibuat water wall yang berfungsi menyerap panas yang terjadi pada saat pembakaran. Sehingga meningkatkan luas pemanasan pada boiler.

(23)

III- 1

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Identifikasi

Gambar III.1 Furnace Box PT Kalimantan Steel III.2 Pembahasan

Mengidentifikasi jenis atau bentuk korosi yang terjadi pada Furnace Box di PT Kalimantan Steel.

Korosi merata (uniform corrosion)

Pada percobaan identifikasi korosi pada Furnace Box di PT Kalimantan Steel ditemukan suatu kondisi terjadinya korosi dengan jenis korosi merata (Uniform Corrosion) pada bagian penutup Furnace Box. Pada bagian yang ditunjukkan pada gambar III.1 diatas merupakan bentuk korosi yang

(24)

III - 2 LABORATORIUM TEKNIK KOROSI

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Bab III Metodologi Percobaan terjadi, korosi bercampur dengan kotoran dan selalu dalam kondisi lembab.

Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).

Korosi merata yang terjadi pada alat ini dapat terjadi karena pengaruh oleh lingkungan yang sangat korosif juga temperatur serta kontak udara lembab yang mempercepat laju korosinya. Korosi merata berlangsung secara lambat dan korosi ini dipicu oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam sehingga dengan bertambahnya waktu akan menyebar ke seluruh permukaan logam.

Cara Pencegahan

1. Pemilihan bahan konstruksi yang memiliki ketahanan le-bih baik dan mengatur kelembaban uap yang masuk. 2. Pengecekan dan pembersihan secara berkala pada

ins-talasi Furnace Box.

3. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlin-dung dari lingkungannya.

4. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.

(25)

IV- 1

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan identifikasi korosi pada tangki penyimpan air pada PT Kalimantan Steel adalah : 1. Jenis korosi yang terjadi pada alat furnace box adalah

korosi merata (uniform corrosion).

2. Penyebab terjadinya korosi tersebut adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju yang hampir sama. Jenis korosi ini dapat terjadi pada permukaan material karena dipicu oleh lingkungan yang sangat korosif juga temperatur serta kontak udara lembab yang mempercepat laju korosinya. Korosi merata berlangsung secara lambat dan korosi ini dipicu oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam sehingga dengan bertambahnya waktu akan menyebar ke seluruh permukaan logam.

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk meminimalisir atau menghambat korosi pada furnace

box diantaranya pemilihan bahan konstruksi yang

memiliki ketahanan lebih baik dan mengatur kelembaban uap yang masuk, dengan cara diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk, diberi proteksi katodik, untuk jangka pemakaian yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4%.

Gambar

Gambar I.2. Korosi Merata pada Logam
Gambar I.10. Korosi Mikrobiologis  Untuk Pengendalianya dapat dilakukan dengan :   1. Khlorinasi supaya bakterinya mati
Gambar II.1. Furnace Box
Gambar III.1 Furnace Box PT Kalimantan Steel

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak daun gambir ( Uncaria Gambir Roxb ) merupakan bahan organik yang dapat digunakan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi logam besi di medium

Ekstrak daun gambir ( Uncaria Gambir Roxb ) merupakan bahan organik yang dapat digunakan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi logam seng di medium

katodik, dan dapat pula dicegah menggunakan senyawa inhibitor korosi [2]. Senyawa inhibitor korosi merupakan suatu zat yang apabila ditambahkan dalam lingkungan yang korosif

Inhibitor daun teh dan inhibitor daun jambu dapat menghambat laju korosi lebih baik karena inhibitor tersebut memiliki daya rekat pada permukaan material yang lebih baik dibanding

Inhibitor teradsorpsi adalah jenis inhibitor dari golongan senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif melalui pembentukan lapisan

dari larutan uji menurun dengan kenaikan temperatur, yang mana ini akan menaikan laju difusi oksigen ke permukaan baja, sehingga meningkatkan laju korosi karena

Selama penggunaannya besi juga dapat mengalami kerusakan yang dipicu oleh kondisi lingkungan yang disebut dengan korosi. Korosi adalah proses degradasi suatu

Berdasarkan hal tersebut di atas diperoleh hasil bahwa pada tanah jenis lempung berdebu memiliki zat organik yang lebih rendah dari tanah berliat dan juga karena