• Tidak ada hasil yang ditemukan

1Peter - Lesson 1A. Chapter 1:1-5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1Peter - Lesson 1A. Chapter 1:1-5"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1Peter - Lesson 1A

Chapter 1:1-5

P.O. Box 702107 San Antonio, Texas, 78270

210.319.5055

©2008. Verse By Verse Ministry International.

All rights reserved

versebyverseministry.org/lessons/1peter_lesson_1a

(2)

1 Petrus 1A 1 Petrus 1:1-5

Bapa disurga, kami akui, begitu sering kami tidak memberikan waktu untuk Firman-Mu, Bapa. Engkau adalah pencipta alam semesta, yang telah menggunakan kehidupan

manusia selama berabad-abad untuk menyampaikan rencanaMu melalui Firman-Mu yang kudus. Seringkali kami tidak memberikan prioritas yang layak untuk hal yang paling penting dalam hidup kami ini. Inilah pengakuan kami semua. Kami datang kepada Engkau Tuhan, menyadari kesempatan untuk membuka Firman-Mu.

Terima kasih Bapa, bahwa Engkau telah menarik kami untuk membuka Firman-Mu.

Sangat mudah bagi musuh yang begitu aktif dalam mencari cara menghalangi kami untuk belajar FirmanMu.

Namun Bapa, dengan anugerahMu, Engkau membuka pintu untuk kami, dan disini kami sekarang. Terimakasih untuk FirmanMu yang terbuka di hadapan kami. Bawa hati dan pikiran kami untuk FirmanMu. Tolong kami untuk mengesampingkan setiap gangguan pada saat ini. Bantu kami untuk tidak melihat ini hanya sebagai suatu rutinitas. Tujuan kami, Bapa, untuk hidup di bumi ini, adalah untuk Engkau.

Bapa, doa kami, apa pun yang ada di pikiran kami, apapun rencana lain yang kami miliki, semuanya akan dikesampingkan dari pikiran kami, dan kami akan menemukan Engkau saat kami duduk dekat kakiMu. Bapa, buatlah FirmanMu hidup dan aktif di dalam hati kami, supaya Roh Kudus bekerja dalam hati kami. Tunjukkan kepada kami dosa-dosa kami, untuk membangun iman kami dalam kebenaran, sehingga kami bisa keluar dari tempat ini lahir baru seperti kehendakMu. Kami meminta kuasa Roh Kudus bekerja dengan bebas.

Bukan oleh kekuatan manusia. Supaya untuk setiap pekerjaan yang baik, kami memuliakanMu. Terima kasih, Bapa. Di dalam nama Yesus. Amin.

Kita akan belajar dari surat rasul Petrus yang pertama, tapi mari kita memulai dengan kitab Yohanes pasal 21.

Ketika Rasul Yohanes mengakhiri Injilnya yang luar biasa, dalam pasal itu, dia memilih untuk berfokus pada saat yang intim dengan Tuhan setelah Tuhan Yesus bangkit, setelah kembali dari kematian dan berjalan di bumi untuk waktu yang singkat, dengan rasulnya yang paling menonjol, Simon Petrus.

Di Yohanes pasal 21, Yohanes mencatat bagaimana Tuhan menampakkan diri kepada Petrus ketika Petrus memancing di Danau Galilea.

Minggu-minggu sebelumnya, pada saat penyaliban, Petrus telah menjadi pembelot yang paling menonjol di antara semua rasul. Mereka semua membelot, mereka semua lari.

Tetapi Petrus yang kita baca menyangkal Kristus tiga kali pada saat itu. Ia mengatakan hal-hal yang menyangkal Kristus di muka umum, meskipun dia adalah rasul pertama di antara dua belas murid yang mengakui Kristus di depan umum.

Pengakuannya kepada Yesus menjadi batu karang yang diatasnya Kristus akan

membangun Gereja. Kemudian sekarang, di akhir Injil Yohanes, inilah Petrus yang merasa malu, kembali ke perahu nelayannya, kembali ke kehidupan yang dia jalanin sebelum ketemu Kristus.

(3)

Di saat Petrus duduk diatas perahu sambil memancing, saya membayangkan Petrus yang pikirannya terus-menerus mengingat tiga tahun terakhir, dan membayangkan dia

bertanya-tanya, apakah semua itu sesuai dengan harga yang telah ia bayarkan?

Apa yang telah saya lakukan? Apakah saya telah membuang tiga tahun hidup saya?

Apa yang sebenarnya yang terjadi dengan Yesus dari Nazaret?

Kemudian kita membaca di Yohanes pasal 21 bagaimana Yesus menampakkan diri kepada mereka ketika mereka sedang memancing dan memanggil mereka dari pantai. Mereka melompat dari perahu dan datang kepadanya. Dan kemudian ketika mereka beristirahat, saat mereka berkumpul sarapan di pantai, Yesus memulihkan Petrus dengan percakapan singkat di pasal 21 ayat 15 sampai 19.

Ayat 15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini? Jawab Petrus kepada-Nya:

Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau. Kata Yesus kepadanya:

Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Jawab Petrus kepada-Nya: Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau. Kata Yesus kepadanya: Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Ayat 17. Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?

Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: Apakah engkau mengasihi Aku? Dan ia berkata kepada-Nya: Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau. Kata Yesus kepadanya: Gembalakanlah domba- domba-Ku.

Ayat 18. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau

mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.

Ayat 19. Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: Ikutlah Aku.

Ini merupakan saat yang penting dimana Yesus mengangkat Petrus dari keputusasaan dan dari rasa malunya. Dan Yesus menusuk hatinya dengan pertanyaan ini. Apakah engkau mengasihi Aku?

Yesus bertanya kepadanya tiga kali, Apakah engkau mengasihi Aku? Apakah engkau mengasihi Aku?

Dan Yesus bertanya secara spesifik, Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?

Jika kita lihat dari konteksnya, Yesus mengacu kepada ikan-ikan yang dibawa Petrus dari kapal. Yesus bertanya, Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari ikan-ikan ini?

Ini secara tidak langsung menanyakan, apakah engkau mengasihiKu lebih dari

pekerjaanmu, lebih dari gaya hidupmu? Karena di sini Yesus menemukan Petrus yang telah kembali bekerja.

(4)

Petrus menanggapi pertanyaan itu dengan tegas, dia berkata, "Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau". Kemudian Yesus perintahkan kepada Petrus, "Kalau begitu,

gembalakan domba-dombaKu."

Dua kali lagi Yesus mengajukan pertanyaan yang sama, dan dua kali lagi Yesus mendapat jawaban yang sama dari Petrus. Dan dua kali lagi Yesus berkata, "Beri makan,

gembalakan, rawat domba-dombaKu."

Sekarang kita tahu, ternyata pada saat itu Yesus sedang menghapus stigma dari tiga penyangkalan Petrus, dengan cara memberinya kesempatan untuk menyatakan tiga pernyataan kesetiaan dan iman untuk kembali kepada Yesus. Juga menarik bagaimana Yesus menjadikan pernyataan kesetiaan yang baru dari Petrus, dengan permintaan dan persyaratan. Yesus berkata, Gembalakan domba-dombaKu, beri makan domba-dombaKu.

Kita mengerti apa yang Yesus maksudkan.

Yesus berkata, engkau akan menyatakan kasihmu kepada Ku dengan cara menunjukkan kasihmu kepada kawanan domba Tuhan, dan terutama memberi mereka makan dengan Firman Tuhan. Yesus mengharapkan Petrus untuk mendemonstrasikan ketaatanNya dengan cara menggembalakan kawanan domba-Nya.

Mengenai hal ini, Petrus baru saja menyatakan, bahwa dia tidak akan pernah menyangkal atau meninggalkan Tuhan lagi.

Di dalam surat pertamanya kepada Gereja, yang akan kita pelajari saat ini, kita akan melihat bukti positif dari kesetiaan Petrus terhadap misi tersebut. Karena ini adalah suratnya yang pertama dan terutama tentang penggembalaan kawanan domba. Dengan latar belakang ini, mari kita beralih ke surat pertama Petrus pasal satu, dan mari kita mulai mempelajari surat ini.

Sebelumnya, saya ingin kita mengingat latar belakang penulis, selain latar belakang surat itu, Petrus, seorang pria yang saya pikir dalam banyak hal seperti rasul Paulus, selamanya tersiksa dalam ingatannya sendiri mengingat saat-saat ia telah mengecewakan Tuhannya.

Rasul Paulus selamanya mengingat kembali saat Stefanus dilempari batu, dan kejadian lain yang serupa, di mana Paulus mendukung mereka yang menganiaya orang Kristen.

Sekarang, selamanya didorong oleh upaya untuk menghapus masa lalunya jika mungkin, melalui pelayanannya kepada Tuhan, mengetahui semuanya telah diampuni di atas kayu salib.

Petrus juga, selamanya mengabdikan diri untuk menggembalakan domba Tuhan, dengan ingatan bagaimana dia sendiri pernah mengecewakan Tuhan. Ia tidak ingin ada orang lain yang mengalami hal yang sama. Dalam setiap kitab surat yang kita pelajari, kita bukan hanya ingin memahami siapa penulisnya, tetapi kita juga ingin memahami situasi pembaca surat tersebut.

Kita tahu Petrus adalah pemimpin para rasul. Ini terbukti tidak hanya di saat Yesus berjalan di bumi, dimana Petrus yang paling vokal dan paling menonjol dari antara 12 murid-muridNya. Petrus juga meneruskan peran ini pada masa gereja mula-mula. Ini bukanlah kebetulan.

Saya pikir, Tuhan sudah mempunyai rencana untuk menjadikan Petrus sebagai pemimpin para rasul di gereja mula-mula. Melalui Petrus, Tuhan membangun kepemimpinan gereja mula-mula. Petrus diangkat oleh Kristus ke dalam peran itu setelah ia melayani di

(5)

Yerusalem bertahun-tahun setelah kebangkitan Yesus.

Kita tahu Petrus adalah orang yang berkotbah saat Pentakosta, saat yang paling penting dalam pembentukan gereja mula-mula. Di sinilah Petrus mengemban peran terdepan dan sentral sebagai pemimpin.

Dalam surat 1 Korintus pasal 15 ayat 5, kita membaca Paulus mengatakan bahwa Petrus adalah satu-satunya orang yang secara pribadi bertemu dengan Kristus yang telah dibangkitkan. Petrus adalah satu-satunya orang yang bertemu dengan Kristus secara pribadi pada minggu-minggu awal setelah kebangkitan.

kemudian, kita tahu Petrus sudah menikah. Menurut 1 Korintus 9 ayat 5, dia berpergian bersama istrinya ketika dia pergi pelayanan. Ini merupakan fakta menarik di dalam alkitab, tentang sifat pernikahan yang berhubungan dengan pelayanan, yang bertentangan dengan beberapa pengajaran teologi yang salah di dalam gereja.

Lalu, kita tidak tahu kapan Petrus meninggal. Tetapi, tradisi gereja menyatakan bahwa Petrus mati sekitar tahun 64 tahun Masehi, disalibkan terbalik di kota Roma. Tidak ada alasan untuk meragukan hal ini.

Melihat surat itu sendiri, pemimpin awal gereja ini merupakan pria yang mengalami pengalaman yang merendahkan hatinya dalam perjalanan imannya. Hal ini terlihat di dalam surat-surat yang ditulisnya. Tidak hanya terlihat di surat Petrus yang pertama, tetapi juga terlihat di surat Petrus yang kedua. Secara keseluruhan, surat-suratnya tidak doktrinal. Ini sangat kontras dengan surat-surat Paulus.

Jika kita mempelajari salah satu dari surat-surat Paulus, kita tahu bahwa Paulus sering mengemukakan soal-soal teologi atau doktrin dalam gereja, kemudian masuk ke dalam diskusi penerapannya di dalam kehidupan. Intinya, bagaimana kita menerapkan apa yang kita tahu ke dalam hidup kita.

Petrus mengangkat sedikit doktrin di surat-suratnya. Tetapi, ia hanya menyinggung sedikit, karena ia cenderung lebih menyukai pendekatan praktis dalam pelayanannya.

Yang sering ia kemukakan adalah bagaimana cara menjalani kehidupan.

Ia bahkan menjelaskan di awal surat ini, bahwa tujuannya menulis bukan untuk membahas prinsip teologi dengan para pembacanya. Ia tahu pembaca suratnya sudah memahami sebagian besar dari pokok teologis utama yang akan ia kemukakan dalam surat tersebut. Walaupun ia tidak membahas teologi secara panjang lebar, ia

mendasarkan pembahasan tentang aplikasi di atas pemahaman teologi yang benar.

Kita akan melihat keduanya. Kita akan mengambil waktu di sepanjang surat ini untuk melihat doktrin-doktrin yang dikemukakan, dan juga aplikasinya. Jadi, jika ia mengangkat sesuatu topik, kita akan membahas teologi yang bersangkutan.

Tetapi, jika Petrus tidak menjadikannya fokus dalam suratnya, kita juga tidak akan membahasnya, supaya kita tetap sejalan dengan maksud dan tujuan penulis. Dengan mengikuti penulis, kita menghindari mengikuti pikiran kita sendiri.

Ini juga berarti ada waktu-waktu dalam proses belajar, mungkin muncul doktrin yang menimbulkan pertanyaan dalam pikiran saudara, tetapi mungkin kita tidak bahas. Adalah bagus jika itu terjadi, karena akan mendorong saudara untuk kembali kepada Firman dan mempelajari hal-hal tersebut.

(6)

Mari kita maju membahas surat ini. Jadi, apa yang Petrus bicarakan?

Tujuan utamanya di sini adalah melakukan tindakan yang benar, menjalani kehidupan yang kudus demi Kristus, dan keharusan untuk mengandalkan anugerah Kristus dalam menjalankannya. Ingat apa yang Petrus lakukan ketika dia menyangkal Kristus tiga kali.

Ketika Petrus menyangkal Kristus tiga kali, apakah kita pikir seharusnya dia tahu untuk tidak melakukannya? Bukankah dia sudah diperingatkan bahwa itu akan terjadi? Namun dia masih saja jatuh.

Mengambil pelajaran itu ke dalam hidupnya sendiri, apakah ia tidak menyadari kenyataan bahwa hanya dengan pengetahuan yang benar tidak selalu membawa kita ke jalan yang benar?

Hanya mengetahui apa yang benar tidak cukup, karena saya bisa tahu mana yang benar tetapi masih melakukan hal yang salah. Adalah peran seorang gembala untuk memimpin dombanya menuju ke jalan yang benar.

Contoh sederhananya domba tahu mereka perlu makan. Namun seekor domba sedikit bodoh sehingga tidak akan menemukan padang rumput yang baru, kecuali jika dibimbing ke sana. Atau mereka pergi ke tempat bahaya saat sibuk mencari padang rumput.

Diperlukan seorang gembala untuk membantu domba-domba melewati proses itu.

Meskipun demikian, Petrus terus mengingatkan kita untuk kembali kepada anugerah Tuhan yang memampukan kita untuk melaksanakan pengajaran yang telah diberikan Tuhan. Pada dasarnya Petrus berkhotbah tentang menyadari, mengakui dan menyerah kepada kedaulatan Tuhan. Mari kita buka 1 Petrus pasal satu.

Kita mulai dengan 2 ayat pertama.

Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.

Jika kita mempelajari surat-surat para rasul, semuanya dimulai dengan salam. Inilah salam Petrus. Tetapi yang menarik, ia tidak membuang banyak waktu dengan salam ini.

Ia sudah mulai memberi ajaran sebelum dia selesai dengan ayat dua. Ia mulai dengan menyatakan identitasnya secara sederhana. Ia memperkenalkan dirinya sebagai rasul Yesus Kristus.

Petrus adalah pemimpin mereka, batu karang, seperti yang telah kita bahas sebelumnya.

Nama Petrus dalam bahasa Aram, atau Cephas, dalam bahasa Yunani, berarti batu karang.

Nama Petrus berarti orang yang memiliki iman yang tak tergoyahkan, walaupun ia begitu rapuh di saat-saat sebelum penyaliban. Namun, dia harus menjadi yang pertama di antara para rasul, baik dalam kehormatan maupun otoritas.

Seperti kita ketahui, Petrus melayani orang-orang Yahudi, terutama di Yerusalem. Jadi, Paulus adalah rasul untuk orang bukan Yahudi, sedangkan Petrus adalah rasul orang Yahudi. Petrus berbicara terutama kepada orang Yahudi, walaupun kita tidak akan menganggap seluruh pendengarnya adalah orang Yahudi. Ini menimbulkan sedikit kontroversi kepada mereka yang mempelajari surat ini dan mencoba memahami siapa

(7)

penerima surat ini.

Pada dasarnya ada dua sudut pandang. Satu sisi percaya bahwa surat ini ditulis khusus untuk orang-orang Yahudi yang tinggal di luar Yerusalem. Ini terbukti dari beberapa ayat awal yang baru saja kita baca. Dia menujukan suratnya kepada mereka yang tinggal sebagai orang pendatang yang tersebar dimana-mana. Kata tersebar disini adalah

diaspora, yang merupakan istilah untuk wilayah di luar Yerusalem, di mana banyak orang Yahudi tinggal setelah mereka tersebar dari Yudea.

Jadi, banyak yang menganggap surat ini ditulis hampir eksklusif untuk pola pikir Yahudi.

Di sini ada beberapa hal menarik yang akan kita bahas nanti.

Pandangan yang lain, dan yang saya juga lebih setuju, adalah surat ini bukan esklusif ditujukan kepada orang Yahudi Kristen, tetapi juga ditujukan kepada orang non-Yahudi.

Jadi, bukan hanya dari satu sudut pandang.

Petrus sendiri mengatakan dia menulis untuk para pendatang di kota-kota di daerah Asia Kecil. Sekarang, pertanyaan pertama kita adalah, mengapa Petrus mengatakan ia menulis kepada orang pendatang?

Disini kita tidak berbicara tentang makluk yang datang dari planet lain. Orang pendatang di sini adalah orang-orang yang tinggal di luar negara asalnya. Kita bisa menafsirkan Petrus sedang berbicara kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di negara asing, karena mereka tidak tinggal di Yudea. Namun, ini mungkin bukan yang ia maksudkan di sini.

Terlepas dari apakah pembaca suratnya adalah orang Yahudi atau bukan Yahudi, istilah orang pendatang memiliki makna spiritual yang jelas tersirat di dalam kata-katanya.

Jelas, inilah yang dimaksud oleh Petrus. Orang-orang percaya adalah orang-orang pendatang spiritual. Orang-orang percaya bukan tinggal tetap di kota-kota di bumi.

Sebagian penerima surat ini tinggal di Pontus, lalu sebagian tinggal di Bithinia, sekarang adalah bagian dari Turki utara, tepat di Laut Hitam. Sebagian tinggal di Galatia, yang saat ini merupakan Turki bagian tengah. Sebagian lagi tinggal di Kapadokia, yang saat ini adalah Turki bagian Timur. Inilah semua wilayah yang disebut Asia Kecil pada jaman surat itu ditulis.

Surat ini adalah surat ensiklik, yang artinya surat yang diedarkan. Surat ini tiba di masing- masing kota secara bergantian. Dibacakan disatu tempat, lalu dibawa lagi ke tempat berikutnya dan dibacakan lagi disana.

Tidak penting di mana para penerima surat ini tinggal. Apakah mereka tinggal di kota-kota yang disebutkan, atau bukan.

Tidak penting jika mereka kembali ke Yerusalem. Tidak penting jika mereka pindah ke Roma.

Tidak penting jika mereka pindah ke Indonesia. Mereka akan selalu merupakan orang pendatang. Kemana pun surat ini pergi, kepada siapapun yang mendengar di Gereja, istilah orang pendatang adalah istilah yang sesuai.

Kita semua saudara-saudari, secara rohani adalah orang pendatang, seperti yang Alkitab gambarkan mengenai kita. Persekutuan orang beriman tidak dengan dunia ini, tidak dengan apapun, juga tidak dengan tempat apapun di bumi ini. Setelah kita menjadi orang percaya, kita sudah menjadi orang pendatang bagi bumi ini.

(8)

Yesus katakan kepada para muridNya di Yohanes pasal 15 ayat 19.

Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.

Dalam ayat itu, Yesus menyatakan bahwa saat kita percaya kepada Injil, kita menjadi anak Tuhan dan karenanya kita menjadi musuh dunia. Kita diberikan kewarganegaraan yang baru. Dan ini bukan suatu perumpamaan. Ini bukan perumpamaan yang digunakan para penulis Alkitab untuk menggambarkan sesuatu.

Ini adalah arti yang sebenarnya. Dari sudut pandang Tuhan, kita bukan lagi warga dunia ini. Saat kita dilahirkan, kita milik dunia ini. Kita berada di bawah kuasa dunia ini. Paulus menyebutnya anak-anak durhaka ini. Ingat?

Tetapi, pada saat kita percaya, kita ber-imigrasi ke surga. Saudar telah ber-imigrasi ke surga. Sekarang kita adalah warga negara dari sebuah kota suci di surga, yang suatu hari akan kita miliki, selamanya. Tetapi, kita masih menunggu tempat tersebut untuk menjadi kenyataan.

Berikut ini analogi yang bisa dimengerti dengan mudah. Jika saudara dilahirkan di luar negeri, misalnya di keluarga misionaris yang melayani Tuhan di luar negeri. Kewarga- negaraan saudara adalah mengikuti kewarga-negaraan dari orang tua saudara.

Tetapi, dimana saudara tinggal? Luar negeri.

Meskipun engkau tidak pernah menginjakkan kaki di Indonesia, engkau lahir sebagai warga negara Indonesia.

Ketika saudara lahir baru, dilahirkan baru oleh Bapa, di dalam Kristus, bersama Kristus engkau menjadi warga negara kerajaan Surga disaat engkau lahir baru.

Meskipun engkau belum menginjakkan kaki di kerajaan surga, kota Yerusalem yang ada di surga menunggu engkau di bumi yang baru. Saudara sudah merupakan warga negara yang sah secara hukum di kerajaan surga, bahkan di saat ini juga.

Kitab Ibrani pasal 11 ayat 13 berbicara tentang pemikiran orang-orang Perjanjian Lama tentang masa depan mereka. Mereka mengetahui bahwa mereka adalah warga negara surga di masa depan. Mari kita baca Ibrani pasal 11 ayat 13 sampai 16.

Ayat 13. Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan

melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.

Ayat 14. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.

Ayat 16. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.

Mari kita ingat Abraham. Abraham adalah salah satu orang terkaya di bumi pada

(9)

zamannya. Ia bisa membeli apa saja. Apakah saudara sadar Abraham tidak pernah membeli tanah?

Tuhan mengirimnya ke Yudea, mengirimnya ke Tanah Perjanjian yang baru, dan berkata kepadanya: ini tanahmu. Saya memberikannya kepadamu. Tapi, ia tidak pernah membeli tanah di mana pun. Apa yang ditulis di kitab Ibrani adalah, ketika Tuhan menjanjikan tanah yang lebih baik, jika Abraham berpikir bahwa itu adalah tanah yang nyata secara fisik, maka ia pasti akan mulai membeli-beli tanah di tempat tersebut.

Tuhan memberikan Abrahan kekayaan yang cukup untuk melakukannya. Tetapi Abraham adalah perantau seumur hidupnya! Ia adalah seorang gelandangan dari perspektif dunia.

Satu-satunya tanah yang ia pernah beli adalah tanah kuburan untuk istrinya. Ini seharusnya adalah pertanyaan besar di pikiran kita.

Mengapa seseorang dengan kekayaan sebesar itu, tidak membeli tanah yang Tuhan katakan adalah miliknya?

Karena seperti yang ditulis di kitab Ibrani, mereka tahu bahwa janji Tuhan yang

sebenarnya adalah untuk tanah yang berbeda, di bumi yang berbeda. Janji yang sama, tetapi bukan di dunia ini, melainkan di dunia surgawi. Karena apa pun yang engkau beli di dunia ini akan hancur ketika dunia terbakar habis. Di mana harapan kita?

Kita pikir, sebagai anak Tuhan, kita dibawa kemana?

Kita tidak ditetapkan untuk tinggal di sini dan sekarang, melainkan di masa depan.

Kita tinggal di sini sekarang dan menantikan masa depan, mengetahui saat itu akan datang. Dan orang yang mengerti hal ini, tidak berinvestasi di dunia ini, karena itu adalah sia sia.

Di awal surat, Petrus menyebut gereja sebagai orang pendatang, adalah untuk

mengingatkan kenyataan bahwa mereka tidak diselamatkan untuk keabadian dibumi ini.

Mereka diselamatkan untuk keabadian di kerajaan surga yang belum terlihat oleh mereka, tetapi itu tidak berarti tidak nyata atau tidak akan datang. Ini pernyataan mendasar yang akan diajukan Petrus dalam surat ini berulang kali.

Ini baru permulaan, dan ini adalah hal yang harus kita gumulkan. Hal yang akan kita gumulkan adalah: apakah kita hidup sebagai turis dan perantau di dunia ini?

Apakah kita sibuk menumbuhkan akar di dunia ini, yang hanya merupakan tempat tinggal kita yang sementara? Jika engkau lahir di Etiopia, dari orangtua warga negara Indonesia yang tinggal di Etiopia, engkau tahu dimana negeri asalmu, meskipun engkau belum pernah ke Indonesia.

Saudara mungkin merasakan keterikatan kepada budaya. Ini adalah normal karena engkau tumbuh di sana, tetapi engkau tidak akan bingung tentang kewarganegaraanmu yang sebenarnya.

Demikian pula, jika engkau menetapkan diri di dunia ini, dan melupakan kewarga- negaraanmu sebenarnya, engkau bisa lupa di mana harapan sejati berada. Jika engkau telah menyukai dunia ini dengan berbagai hal yang dibilang penting oleh dunia, maka engkau hanya menipu diri sendiri.

Petrus akan mengangkat topik ini berulang kali dalam surat ini. Ini adalah tema utama dari surat ini, yang akan muncul berulang kali.

(10)

Ada tema utama kedua dari surat ini yang juga akan muncul beberapa kali. Petrus memperkenalkan tema kedua ini di dalam 2 ayat pertama yang sama. Ia mengatakan bahwa para pembaca surat bukan hanya orang pendatang, tetapi juga dipilih oleh Tuhan.

Dipilih oleh Tuhan! Orang percaya adalah pilihan Tuhan!

Petrus tidak melontarkan komentar ini secara sepintas. Ia memaksudkannya dengan serius. Ia mengatakan, kita adalah orang pendatang dan kita juga adalah pilihan Tuhan.

Kita dibawa masuk ke dalam kehidupan baru kita sebagai orang percaya oleh kuasa Tuhan, dan pada saat itu kita menjadi orang pendatang didunia ini, dan menjadi warga negara di kerajaan surga.

Ini dilakukan oleh Tuhan. Ayat 2 mengatakan, menurut rencana Tuhan. Pemilihan kita ke dalam keluarga Tuhan berawal pada tujuan kekal kehendak Tuhan. Adopsi kita sebagai anak-anak Tuhan tak bisa dihindarkan, dan merupakan sebuah keputusan menurut kehendak Tuhan. Keputusan ini bahkan dilaksanakan sebelum dunia dijadikan, menurut Efesus pasal 1. Kamu adalah milik-Nya sebelum engkau dilahirkan, oleh kehendak-Nya, dipilih untuk percaya kepadaNya di suatu hari.

Lebih dari itu, alkitab mengatakan bahwa kita adalah milik-Nya sebelum Adam diciptakan. Rancangan Tuhan bukan hanya berarti Tuhan tahu apa yang akan terjadi sebelumnya, tetapi juga mengungkapkan bahwa apa yang akan terjadi merupakan kehendak-Nya, dan itu akan terjadi.

Kita membaca pernyataan Stefanus yang berbicara tentang sejarah Israel, di Kisah Para Rasul 2 ayat 22 dan 23. Isinya demikian.

Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.

Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

Stefanus menggambarkan rencana dan rancangan Tuhan yang telah ditentukan sebelumnya, bahwa ini akan terjadi seperti yang telah terjadi, dan akan terjadi melalui tangan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.

Paulus mengatakannya dengan sederhana di Efesus 1 ayat 5, katanya.

Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak- anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.

Rancangan Tuhan selalu terhubung dengan kuasa kedaulatan Tuhan untuk mewujudkan hal yang Ia tetapkan, sesuai dengan kehendak-Nya.

Banyak orang cenderung menafsirkan bahwa Tuhan sudah mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan percaya kepadaNya, dan oleh karena itu Ia menyebut kita umat pilihan.

Penafsiran ini tidak hanya menyangkal kebenaran Alkitab, tetapi juga menyangkal akal sehat.

Apakah kita menyebut seseorang presiden terpilih karena orang tersebut memutuskan ingin menjadi presiden? Apakah sebutan terpilih berdasarkan keputusan seseorang?

(11)

Jika itu benar, maka semua orang yang mencalonkan diri sebagai presiden akan disebut Presiden terpilih. Kita menggunakan sebutan tersebut dengan cara seperti ini. Sebutan terpilih berarti seseorang sudah diputuskan terpilih untuk suatu posisi. Begitu pulalah cara alkitab menggunakan istilah “orang-orang yang dipilih”.

Ketika Tuhan memilih, Tuhan memilih orang-orang untuk menerima anugerah-Nya.

Ketika presiden terpilih, itu terjadi karena sekelompok pemilih memutuskan untuk menjadikan orang itu sebagai presiden.

Perhatikan di ayat tiga, Petrus berkata bahwa Tuhanlah yang telah menyebabkan kita lahir baru kepada hidup yang penuh pengharapan. Sebelumnya, di ayat 1 dan 2, Petrus menggambarkan cara Tuhan mengerjakannya. Ia mengatakan di ayat dua, keselamatan kita terjadi:

Satu, karena rancangan Bapa.

Dua, karena pekerjaan pengudusan oleh Roh Kudus.

Tiga, hanya dimungkinkan oleh karena pengorbanan Kristus di kayu salib.

Ketika Tuhan memilih kita, roh Tuhan mengubah hati kita sehingga kita dapat menerima kebenaranNya dan PutraNya yang membersihkan dosa-dosa kita dengan darah-Nya. Tiga pribadi dalam tritunggal bekerjasama dalam pekerjaan penebusan, mengerjakan rencana yang Tuhan sudah tetapkan, pastikan, dan inginkan sebelum kita lahir. Dengan

deminkian, pada saat kita percaya kepadaNya, siapa yang bisa menerima kemuliaan selain Tuhan?

Bila ada yang mengatakan, saya tahu itu karena anugerah, tetapi saya yang memilih Tuhan, maka ia telah mengambil sebagian kemuliaan yang seharusnya milik Tuhan.

Alkitab mengatakan tidak ada yang memilih Tuhan. Tidak seorang pun. Tetapi dalam anugerah dan belas kasihNya, Ia dapat mengubah hati kita sehingga kita percaya dan memilih-Nya. Injil Yohanes 6 ayat 44 mengatakan, Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku.

Itulah kebenarannya, meskipun para pembacanya pada saat itu mungkin tidak membutuhkan khotbah seperti itu. Apakah engkau menyadarinya?

Gereja modern membutuhkan pengajaran ini. Gereja pada saat surat Petrus ditulis hanya akan mengangguk, karena bangsa Israel sepenuhnya telah mengerti bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan.

Kita baca Ulangan 7 ayat 6:

Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan- Nya.

Setiap orang Yahudi sudah mengerti prinsip Tuhan yang memilih manusia untuk menjadi anak-anak-Nya. Ini merupakan kesimpulan yang sudah lewat. Jadi, Petrus sudah tidak terlalu mengangkatnya dari sisi doktrin. Petrus hanya menyinggungnya sebagai penyampaian fakta, sebagaimana pembacanya akan menerimanya. Jadi disini Petrus tidak bermaksud untuk membahas doktrin predestinasi. Apa tujuannya menyinggung hal ini? Kenapa ia singgung di dalam suratnya?

(12)

Jawabannya adalah perspektif.

Dia ingin membangun perspektif di dalam orang-orang percaya. Di sini, Petrus sudah mulai membangun sebuah konsep, yang akan muncul berulang kali. Konsep ini digabungkan dengan konsep orang pendatang.

Kita lihat bagaimana kedua konsep ini bekerja sama. Jika kita adalah orang pendatang, apakah ini hanya berdasarkan pilihan kita? Petrus katakan bahwa para pembaca suratnya adalah orang pendatang. Engkau berada di dunia yang bukan milikmu lagi.

Seperti yang Yesus sendiri katakan, karena engkau bukan dari dunia ini, maka dunia akan membencimu. Mereka akan menganiayamu, dan engkau akan bertanya, bagaimana saya bisa sampai di sini? Mengapa saya menjadi orang pendatang di dunia ini? Saya tidak memilih untuk menjadi orang pendatang, kan?

Jika saya menolak hal-hal keKristenan ini dan kembali ke cara hidup Yahudi, saya tidak akan mengalami banyak cobaan dan masalah seperti ini. Yang menarik adalah, seorang Yahudi sudah menjadi orang yang dianiaya ketika mereka hidup di zaman Petrus. Jika engkau seorang Yahudi dan Kristen, maka orang Yahudi pun akan menganiayamu.

Jadi bukan hanya seluruh dunia membencimu, saudaramu juga membencimu. Engkau kehilangan kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga itu. Engkau tidak lagi

diterima ditempat ibadah. Engkau tidak lagi diizinkan untuk berpartisipasi dalam festival yang biasa dilakukan. Bayangkan dilarang ikutan Natal, Paskah, dan hari kemerdekaan.

Apa lagi yang bisa kau lakukan?

Dari mana cara hidup barumu berasal? Oleh pilihan Tuhan!

Sekarang, dalam situasi yang tidak engkau sukai, sikapmu akan berbeda jika engkau mengerti itu adalah pilihan Tuhan.

Masalah membutuhkan solusi, dan penganiayaan merupakan masalah. Budaya saya yang kurang diterima merupakan masalah. Jadi jika saya punya masalah, saya ingin

memperbaiki masalah saya. Kecuali tentu saja, masalah kita adalah keadaan yang Tuhan berikan untuk kita sebagai pilihanNya. Sekarang sikapmu mungkin jauh berbeda, bukan?

Seharusnya begitu.

Ketika masa-masa sulit, ketika iman bisa goyah, siapa lagi yang bisa memahami hal ini lebih baik dari Petrus?

Dan jikalau Petrus bisa mengerti pada saat itu mengapa Yesus dianiaya, dan harus pergi ke kayu salib, apakah kita pikir Petrus akan menyangkal Yesus?

Mengapa Petrus menyangkal Kristus di tengah-tengah apa yang sedang terjadi? Pada saat itu Petrus melihat Yesus dianiaya. Mengapa ia harus menyangkal Kristus?

Yah, tentu saja supaya dia tidak ikut disalib juga kan? Intinya adalah supaya ia tidak kena masalah karena Yesus.

Tetapi di sisi lain, kalau dia memahami hal itu, bahwa Tuhan tidak mengirim semua murid ke kayu salib sekarang. Bapa hanya mengirim anakNya.

Jika ia mengerti mengapa. Jika ia memahami itu adalah kehendak Tuhan yang berdaulat, sebagaimana yang dikatakan oleh Kisah Para Rasul, yang telah ditentukan, ditakdirkan dan dirancang oleh Tuhan, bahwa hal itu akan terjadi dengan cara tertentu pada hari

(13)

tertentu.

Jika ia bisa memahami hal itu, apakah ia akan menyangkal Kristus?

Setelah mengetahui itu, sebagai seorang gembala, bukankah ia bisa menjadi sumber pengetahuan dan wawasan untuk gereja yang mungkin juga dianiaya?

Apakah ada keadaan yang kita tidak suka, disebabkan oleh iman kita?

Ketika iman terguncang, disaat istri atau suami ada dalam pernikahan yang buruk, mereka akan coba keluar. Budak di bawah majikan yang buruk, mereka berusaha untuk

memberontak. Karyawan di bawah majikan yang buruk, juga berusaha untuk memberontak. Mereka yang di bawah penganiayaan akan mencari pertolongan.

Masalahnya adalah, kita cenderung mencari solusi yang bertentangan dengan kesaksian kita. Hal ini sudah hampir menjadi rumus.

Walau ini tidak tertulis di Alkitab, menurut pengalaman saya, semakin banyak

penganiayaan datang untuk menguji imanmu, semakin besar kesaksianmu yang perlu dikorbankan bila engkau ingin keluar dari penganiayaan itu.

Kita tahu, pengujian di zaman Petrus sangat sederhana. Tolak Kristus sebagai Tuhan, dan akui Kaisar Roma sebagai Tuhan, maka semua penganiayaan akan selesai. Meskipun hal itu mudah, tapi hal tersebut begitu rumit dan sangat merusak kesaksianmu. Petrus mengingat pelajaran ini, dan ia mengajarkannya di sini. Mari kita lihat kelanjutannya.

Setelah perkenalan singkat barusan, mar kitai lihat apa yang diajarkan dalam ayat-ayat berikutnya. Pelajaran Petrus pertama tentang perspektif untuk para pembaca suratnya, dan juga untuk engkau dan saya hari ini, adalah deskripsi tiga bagian tentang karakteristik keselamatan kita.

Petrus akan menjelaskan karakteristik keselamatan kita, dan ia akan menjelaskannya dalam tiga tahap.

Ia akan bicara soal warisan.

Ia akan berbicara tentang pengalaman, dan realitas masa kini.

Dan akhirnya, ia akan berbicara tentang hak istimewa orang kristen.

Warisan, pengalaman, dan hak istimewa.

Ini juga sesuai dengan kronologi: masa depan, masa kini, masa lalu. Kita akan bahas secara berurutan. Dalam pelajaran ini, kita akan bahas yang pertama dan singgung sedikit yang kedua.

Mari kita baca pasal 1 ayat 3 sampai 5, di mana kita lihat penjelasan tentang warisan.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

Ayat 5. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.

Pada titik ini dalam suratnya, lumrah untuk mengingatkan pembaca mengenai warisan.

(14)

Ini ditujukan kepada mereka yang goyah atau kepikiran tentang keadaan mereka sekarang, mengapa Tuhan membiarkan mereka melalui segala cobaan tersebut.

Apa yang dipertaruhkan di sini?

Petrus memulai di ayat ketiga dengan mengingatkan orang-orang percaya bahwa keselamatan mereka adalah yang pertama dan terutama. Mereka mempunyai pengharapan di dalam kebangkitan Yesus.

Saya sering kagum kepada beberapa orang Kristen yang benar-benar bisa menjelaskan apa arti percaya, ketika mereka menyarankan kepada orang lain untuk percaya kepada Kristus untuk diselamatkan.

Apa yang harus saya percaya?

Apakah cukup percaya bahwa Kristus pernah hidup?

Tidak susah untuk percaya Kristus pernah hidup. Para sejarahwan pun akan setuju bahwa Kristus pernah ada. Apakah ini cukup untuk keselamatan?

Tentu saja yang harus kita percayai adalah Kristus adalah Mesias, bahwa ia mati di kayu salib karena dosa-dosa kita. Bagaimana saya bisa tahu itu benar?

Mana buktinya?

Roma 10 memberi kita jawabannya. Roma 10 ayat 9.

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

Itulah yang harus engkau percayai tentang Yesus Kristus. Bahwa kematian dan

kebangkitan-Nya dikerjakan oleh kuasa Tuhan demi orang-orang berdosa. Percaya bahwa Tuhan membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati.

Dalam kepercayaan ini, kita memiliki dasar pengharapan. Petrus mengatakan, dengan mengetahui bahwa kuasa Tuhan yang sama yang membangkitkan Yesus dari kematian akan disediakan untuk mereka melalui iman, yang percaya kepada Yesus, untuk mengalami hasil akhir yang sama.

2 Korintus 4 ayat 13 dan 14 mengatakannya seperti ini.

Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata- kata.

Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan

membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

Ada pengharapan yang hidup dalam kepercayaan itu.

Tahukan engkau, ketika engkau dan saya menggunakan kata pengharapan dalam hidup sehari-hari, itu bukan definisi alkitabiah dari kata itu.

Misalnya, jika saya katakan, saya berharap pergi makan siang, dan dapat makanan yang enak, atau saya harap mobil saya tidak mogok dalam perjalanan pulang, atau saya berharap tim favorit saya menang hari ini. Kita biasa menggunakan kata berharap seperti

(15)

itu kan?

Ini bukan definisi alkitabiah untuk kata “pengharapan”. karena dari cara saya menggunakannya, saya seharusnya menggunakan kata lain.

Saya seharusnya menggunakan kata “ingin”. Saya ingin cuaca hari ini baik, saya ingin perjalanan saya lancar, dan sebagainya. Saya ingin hal-hal itu akan terjadi, yang artinya bahwa saya benar-benar tidak tahu apakah itu akan terjadi.

Nomor satu, saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi.

Nomor dua, ada kemungkinan saya salah. Itulah sebabnya saya mengatakan “keinginan”.

Karena itu merupakan ketidakpastian, makanya saya mengkhawatirkan apakah hal itu akan terjadi.

Pengharapan di dalam Alkitab bukan seperti itu. Di dalam Alkitab, penggunaan kata

“pengharapan” di dalam bahasa Yunani adalah kepastian. Ada sukacita dalam pengharapan karena itu adalah kepastian yang bulat bahwa hal itu akan terjadi.

Kita tahu bahwa kita akan dibangkitkan setelah kematian tubuh fisik kita. Kita tahu ini, makanya kita berharap, karena Tuhan yang menyelamatkan Yesus dengan cara itu telah berjanji untuk melakukan hal yang sama kepada kita. Dan bukti dari janji itu adalah kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan Yesus.

Jika seseorang menawarkan solusi yang bisa membantumu menghindari kematian, dan kemudian mereka sendiri mati dan tidak terlihat lagi, maka seberapa yakin kita kepada solusi orang itu?

Misalnya, broker investasi yang menawarkan cara untuk menghasilkan satu juta dollar, tetapi orang itu masih mengendarai mobil tua. Kita pasti bertanya, jika anda tahu begitu banyak tentang cara menghasilkan uang, mengapa anda masih mengemudi mobil tua?

Apakah engkau pernah berpikir seperti itu?

Demikian pula, orang yang tahu banyak tentang bagaimana cara mengatasi kematian, ia sendiri harus mampu mengatasi kematian sebagai bukti positif dari kuasanya, sebelum kita menaruh kepercayaan pada kepadanya.

Ketika Yesus berjalan di bumi setelah kematiannya, ada banyak bukti yang

didokumentasikan oleh kitab-kitab Injil, bahwa solusinya dalam mengatasi kematian adalah solusi yang benar. Yaitu solusi yang bergantung kepada kematian-Nya

menggantikan engkau dan saya.

Pada suatu hari nanti, saat tubuh fisik ini menyerah, dalam saat pengangkatan, maka tubuh ini akan diganti dengan yang baru, dan kita akan hidup dengan tubuh yang baru.

Itulah pengharapan yang kita miliki.

Jika kita mempunyai iman seperti Abraham, kita benar-benar memiliki pengharapan tersebut. Jika kita benar-benar percaya bahwa kita akan hidup lagi setelah tubuh ini pergi, dan hidup itu akan berlanjut selamanya, maka bagaimana kita menghargai tubuh kita yang sekarang ini?

Kita gunakan analogi mobil dalam hal ini. Misalnya, engkau yakin akan menerima mobil baru tahun depan, tapi sementara, selama satu tahun ini engkau harus mengendarai mobil tua yang masih engkau miliki. Berapa banyak uang dan waktu yang akan engkau

(16)

habiskan untuk mobil yang sekarang?

Engkau hanya ingin mobil itu asal bisa jalan bukan? Bila engkau pergi ke montir mobil, maka engkau hanya melakukan yang minimum hanya supaya mobil ini masih bisa jalan.

Karena engkau yakin akan mempunyai mobil yang baru tahun depan.

Kita akan mendapat tubuh baru, tubuh yang baru, yang tak bisa rusak dan abadi. Yang akan hidup selamanya dengan Tuhan di tempat yang baru, yang jauh lebih baik dari yang sekarang. Apa yang engkau lakukan dalam hidupmu dengan harapan ini?

Apakah kita bisa melihat bukti dalam hidupmu bahwa engkau memiliki harapan itu?

Atau apakah saya malah melihat keputusan-keputusan hidupmu yang menimbulkan tanda tanya?

Apakah kita menyadari bahwa, itu kekhawatiran Petrus di sini ketika ia mengatakan, keselamatanmu adalah harapan yang engkau miliki di dalam kebangkitan. Semoga engkau tahu itu benar. Sekarang itu tidak cukup.

Lalu Petrus mengingatkan pembaca bahwa perubahan hidup ini diikuti oleh suatu warisan. Ayat 4 mengingatkan bahwa keselamatan kita membawa serta warisan yang tidak tercemar dan tidak bisa binasa yang tersimpan di Surga. Warisan itu tidak bisa layu, tidak bisa ditarik kembali, tidak bisa hilang.

Silakan engkau bayangkan bagaimana proses menerima warisan. Berapa banyak dari saudara yang diberkati dengan anggota keluarga yang meninggalkan warisan untukmu?

Proses ini selalu dimulai dengan surat wasiat kan?

Bisa saja orang mewariskan kekayaannya lebih awal, seperti yang diceritakan di

perumpamaan anak yang hilang. Tapi, hal itu dilakukan atas dasar pengetahuan bahwa dia berhak mendapatkan warisan tersebut ketika ayahnya mati. Biasanya, selalu ada surat wasiat.

Di dalam surat wasiat tersebut, kematian orang yang menuliskannya akan menghasilkan keuntungan untuk penerima warisan. Ahli waris dari surat wasiat, sebagai penerima keuntungan dari semua yang dicantumkan oleh pemilik surat wasiat. Begitulah cara kerja warisan, tidak ada bedanya dengan di Alkitab.

Yesus Kristus membuat perjanjian wasiat terakhir, yang kita sebut Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru disediakan bagi para ahli waris untuk menerima warisan atas kematian orang yang membuat surat wasiat tersebut, yaitu Kristus. Dan sebagai ahli waris, kita menjadi penerima warisan itu.

Jika kita menginginkan deskripsi alkitabiah tentang semua yang baru saya katakan, Ibrani 9 adalah deskripsi tentang bagaimana kematian orang yang menuliskan Perjanjian

menjadi mekanisme pemberian warisan. Nah, pemberi warisan kita, Kristus, telah meninggal. Ia meninggal karena kematian, yang dibutuhkan oleh perjanjian wasiat, supaya kita bisa menerima warisan. Sekarang kita bertanya, sudahkah saya menerima warisanku? Saya agak ragu, bila saya melihat rumah yang saya tinggali dan saya tidak puas dengannya. Itukah warisan yang saya dapatkan? Itukah yang dimaksud dengan warisan?

Warisan itu sudah diberikan kepada ahli warisnya, bahkan kepada mereka yang belum lahir, warisan mereka sudah disiapkan dan disimpan di surga saat ini. Jadi kenapa kita tidak memilikinya sekarang? Karena Tuhan lebih pintar dari kita!

(17)

Jika Tuhan ingin memberimu warisan itu sekarang, bagaimana hal itu akan dilakukan?

Bagaimana warisan itu akan datang?

Warisan itu harus datang dalam bentuk fisik dunia ini, karena itu merupakan bentuk kita sekarang. Jika warisan yang diberikan adalah secara fisik, apa yang akan terjadi?

Semua warisan tersebut akan jatuh ke dalam kutukan dunia fisik. Sama dengan semua lainnya di dunia, warisan itu akan membusuk, ngengat akan memakannya, pencuri akan mengambilnya, dan akhirnya akan terbakar habis. Apa engkau mau warisan seperti itu?

Saya sih tidak mau!

Dalam hikmatNya Tuhan berkata: Saya punya rencana yang lebih baik untuk warisanmu, dan saya akan tahan dulu warisan itu untuk sementara waktu.

Mungkin maksudnya hanya beberapa dekade, dan setelah itu engkau akan tiba di surga dengan warisan itu. Pada saat itu, baik engkau maupun warisanmu tidak akan binasa.

Baik engkau maupun warisanmu tidak akan pernah meninggalkan hadirat Tuhan. Ini adalah warisan yang abadi!

Ada hal yang lain juga sebagai pertimbangan. Jika engkau diberikan warisan sekarang, dan misalnya engkau orang yang paling hemat di dunia, apakah warisan itu bisa tidak habis selamanya? Akhirnya warisan itu akan habis.

Saya tahu, kadang-kadang ketika kita memikirkan tentang warisan itu, mungkin terpikir dalam hati kita, tampaknya salah kalau kita memikirkan warisan. Apakah benar untuk menghabiskan waktu saya memikirkan warisan yang Tuhan disediakan untuk saya?

Kelihatannya sangat tidak spiritual. Coba kita lihat lagi di Alkitab.

Apakah yang paling sering Paulus katakan kepada orang-orang Kristen ketika ia hendak memberi rasa pengharapan dan antisipasi?

Kebangkitan dan warisan abadi kita yang paling sering dikatakan Paulus. Ia mencoba memicu kehidupan kita yang taat, supaya kita memikirkan apa yang dikorbankan dalam warisan kita.

Coba pikirkan, ada apa lagi selain itu? Bisakah engkau keluar dari keselamatan dengan berbuat dosa? Puji Tuhan, tidak bisa. Karena kita tidak mendapatkannya dengan usaha sendiri. Jadi apa motivasi yang Tuhan berikan kepada ahli warisnya supaya anak-anakNya menjadi taat?

Warisan yang baik. Bapa di surga mengetahui jauh lebih baik bagaimana memberikan anak-anakNya warisan yang baik. Tetapi apakah warisan yang baik itu datang dalam bentuk berkat dan anugerah masa sekarang?

Iya, tetapi warisan yang baik itu digambarkan terutama dalam Kitab Suci sebagai warisan abadi yang disimpan untuk kita, sesuai dengan kerelaan-Nya, berdasarkan ketaatan kita.

Itulah sebabnya Paulus berkata, saya tidak akan mengecewakanNya, saya akan menjalankan lomba ini sampai akhir dan menerima mahkota yang Tuhan siapkan untukku. Jadi, kita tidak mau memutar balikan hal itu dalam pikiran kita dan menggunakannya dengan salah.

Tetapi, saya menantangmu untuk mencari cara menjalani kehidupan yang sesat didorong oleh keinginan untuk menerima warisan abadi dari Tuhan. Engkau tidak bisa

melakukannya.

(18)

Saya lebih khawatir terhadap orang Kristen yang di pikirannya tidak ada keinginan untuk menerima warisan abadi Tuhan. Mereka yang tidak termotivasi oleh masa depan yang abadi, tetapi termotivasi pada apa yang ada di dunia ini saat ini.

Umumnya pikiran kita cenderung fokus pada apa yang bisa kita dapatkan dari gaji kita, daripada fokus pada apa yang Tuhan siapkan untuk kita di masa depan yang abadi. Jadi, kita punya pengharapan dalam kebangkitan, dan warisan menunggu kita pada saat kita dibangkitkan.

Dikatakan pula kedua hal itu terwujud bukan oleh kekuatan kita, tetapi oleh kuasa Tuhan.

Jika kita khawatir mengalami kemunduran, salah melangkah, jadi orang yang goyah pada akhirnya, menghadapi tantangan hidup yang membuat iman menjadi berkurang, atau kapal karam, seperti yang digambarkan Paulus. Jika itu yang ada dalam pikiranmu, Petrus mengatakan dengan sangat jelas di ayat 5 bahwa kita adalah orang-orang yang dilindungi oleh kuasa Tuhan.

Jadi, kita dilepas dalam dunia dengan harapan yang terbaik, karena Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita di dalam kuasa-Nya, tetapi juga melindungi kita di dalam warisan itu dengan kuasa-Nya, tanpa menyangkal ketaatan kita sendiri. Hal tersebut tidak

mengurangi kewajiban bahwa kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mengikutiNya, tapi juga menjamin bahwa kebangkitan dan warisanmu tidak terancam hilang. Meskipun apa yang engkau kerjakan di bumi akan menentukan takaran warisanmu nanti, tetapi warisanmu tidak terancam hilang.

Anda tidak bisa melakukan yang Petrus lakukan dengan menyangkal Kristus sebanyak tiga kali, kemudian berpikir Kristus akan meninggalkanmu karena Petrus adalah contoh hidup terbaik dari Alkitab bahwa Kristus tidak akan meninggalkanmu. Kristus dan Tuhan sendiri setia bahkan disaat kita tidak percaya.

Kemudian Petrus melanjutkan ke ajaran kedua dengan singkat. Kita baca 1 Petrus ayat 6 sampai 9.

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.

Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Saya ingin engkau melihat sebentar apa yang Petrus ajarkan disini. Lihatlah kontras yang digambarkannya. Tadi Petrus sudah bicara soal warisan, sekarang dia berbicara tentang realitas masa kini. Di sini kita berbicara tentang hidup kekal, yang dibandingkan dengan dunia yang kita tinggali sekarang sebagai pendatang. Dalam kehidupan kekal, semuanya adalah permanen.

Sekarang dia berpaling ke hidup masa kini. Ia mengatakan hal-hal seperti seketika, sekalipun. Penting untuk Petrus membandingkan bahwa hal-hal di dunia ini berlalu dan

(19)

bersifat sementara. Bukan tempat kita menaruh iman dan kepercayaan kita.

Dia menggambarkan perbandingan ini supaya kita tidak terlalu mementingkan hidup masa kini meskipun kita masih memahami masa kini. Kemudian di ayat 6, katanya: Kamu mengalami berbagai percobaan, tetapi hanya untuk seketika. Kata Yunani berarti singkat.

Dengan ini kita masuk kebagian berikutnya. Kitab ini sangat fokus pada percobaan, pada tantangan yang datang dalam iman. Mungkin engkau dan saya tidak mengalami ada orang yang mendobrak pintu kita untuk menyeret kita ke penjara oleh karena iman kita.

Tapi kita tahu, ada orang lain yang mempunyai pengalaman seperti itu.

Apa kita tahu apa yang musuh lakukan? Musuh kita sangatlah licik. Ia datang di mana kita lengah. Dalam kasus kita di zaman sekarang, kita sudah siap menghadapi dan melawan orang-orang melarang kita berdoa di sekolah, misalnya, atau melarang kita melakukan aktifitas-aktifitas kristen lainnya. Tapi bagaimana dengan orang yang menawarkan kita ribuan saluran hiburan?

Atau hal-hal apa saja yang menyita bukan hanya pikiran dan hati kita, tetapi juga waktu kita, yang membuat kita tidak sempat untuk melakukan banyak hal lain yang Tuhan ingin kita lakukan?

Atau perusahaan yang menawarkan perkerjaan dengan tawaran bonus yang akan mengubah gaya hidupmu, dan akhirnya membuat engkau menghabiskan 60 jam seminggu, 70 jam seminggu di tempat kerja, dan tidak ada waktu tersisa untuk Tuhan.

Kita lihat, musuh tidak datang kepadamu seperti yang engkau pikirkan, tapi dia akan mendatangimu.

Ketika pencobaan datang, apa yang engkau harus siap untuk lakukan adalah,

mengorbankan pekerjaan bergaji besar, mengorbankan semua hiburan itu, meninggalkan teman-teman yang senang entertainmen setiap malam, atau apa pun yang menarikmu keluar dari tempat yang Tuhan siapkan. Itulah pengorbananmu, apapun bentuknya. Dan itu akan menjadi tantangan jika fokusmu di hidup ini adalah kepada hal-hal yang

sekarang, dan bukan hidup abadi.

Bahkan, terkadang engkau mungkin gagal di sepanjang jalan. Jika engkau telah berfokus pada hidup yang kekal, sebagaimana semua itu bisa mengambil perhatianmu?

Yakobus mengatakannya pasal 4 ayat 13 dan 14.

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

Ketika Petrus bilang, kita mungkin akan melewati pencobaan sekarang, untuk sementara waktu, dan hanya sebentar saja. Apakah Petrus maksudkan pencobaan dalam hidupmu akan hanya sebentar-sebentar? Itu bukan yang Petrus maksudkan, itu pengertian yang salah. Yang Petrus maksudkan adalah hidup kita sangat singkat.

Ada orang yang dilahirkan dengan pencobaan. Misalnya terlahir dalam keadaan cacat.

Keadaan tersebut bisa berlanjut sampai seumur hidup untuk orang itu.

Sekarang Alkitab menyebut hal itu sebagai pencobaan yang singkat. Mengapa? Karena bila diukur dengan kekekalan, hidup manusia ibarat seperti uap, dan sangat singkat.

(20)

Hidup singkat ini tidak pernah bisa menjadi alasan kurangnya ketaatan kita kepada panggilan Tuhan dalam hidup kita.

Petrus mengingatkan pesan-pesan ini dengan cara yang halus, tapi dia ingin kita mengerti bahwa pesan yang disampaikan surat ini adalah tentang ketaatan dan penderitaan, namun dengan pola pikir yang berfokus pada kekekalan, bukan kepada masa sekarang.

Setidaknya kita bisa menghargai anugerah dan kedaulatan Tuhan, meskipun kita mungkin tidak memahaminya secara penuh.

Sementara ini kita pasti mampu menanggung apa pun yang Tuhan izinkan, demi

kemuliaanNya dan kesaksian kita untukNya, karena kita tahu Tuhan menjaga kita untuk mendapatkan kehidupan yang kekal denganNya, dengan warisan yang telah menunggu.

Itulah pesan yang disampaikan Petrus. Kita akan sambung dalam pelajaran berikutnya.

Mari kita berdoa, dan meminta Tuhan untuk memberi kita beberapa kesempatan, supaya kita dapat mengingat pelajaran ini dan menghidupinya. Sekalipun hanya dengan cara yang sederhana, kesempatan untuk menjelaskan kepada dunia di mana harapan kita berada, dengan pilihan yang kita buat, yang mungkin mendorong mereka untuk menanyakan sumber dari harapan yang ada di dalam diri kita.

Mari kita berdoa.

Bapa terkasih, betapa mulianya bahwa kami dapat menjadi bagian dari keluarga Tuhan oleh kuasaMu. Beri kami kerendahan hati untuk menghargainya.

Menurut kehendakMu dan waktuMu, kami menjadi bagian di dalam Kristus karena iman.

Ingatkan kami tentang hal itu dan buat kami tetap rendah hati.

Bawalah kami keluar dari diri kami yang lama, dengan mengetahui bahwa masih ada orang lain yang Engkau panggil dan Engkau mungkin menggunakan kami untuk menjadi alat untuk menarik mereka ke dalam iman kepada Engkau.

Bapa, beri kami kesempatan untuk berguna untukMu. Pada saat kami menderita dalam percobaan, dan mengalami kesulitan di sepanjang hidup kami, berilah kami mata yang tertuju kepada kekekalan, sehingga kami dapat menghargai, meskipun ada hal-hal yang menimpa kami, semuanya hanya singkat. Namun Bapa, apa yang ditentukan dalam tanggapan kami bersifat kekal.

Bapa, beri kami kekuatan dengan mengandalkan anugerah-Mu dan bukan kekuatan kami sendiri pada saat-saat itu.

Terima kasih Bapa, atas pelajaran ini. Buatlah pengetahuan ini berguna dalam hidup kami dan juga orang lain, melalui tuntunan Roh Kudus. Oleh kehendak-Mu biarlah kami

kembali untuk belajar di pelajaran berikutnya.

Di dalam nama Yesus Kristus, Amin.

Referensi

Dokumen terkait

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” (Efesus 1:3)..

42: 1-3 Para rasul menerima Injil untuk kita oleh Tuhan Yesus Kristus; Yesus Kristus telah diutus dari Allah. Oleh itu, maka Kristus adalah dari Allah dan Rasul-rasul adalah

apabila penghuni tidak segera menempati unit hunian di Rumah Susun yang telah disewanya dalam waktu 1 (satu) bulan; atau penghuni meninggalkan unit hunian Rumah Susun

Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.. NYANYIAN  G.B 1 PUJILAH

Halaman 11 dari 15 o jika kasus uji tersebut tidak memenuhi batasan subsoal ke-i, maka karakter ke-i. berisi karakter

Mafia, Plastic man mencari keberadaan mafia sebelumnya dan bertanya kepada seorang pedagang “dimana keberadaan ketua mafia yang ingin memegang daerahtanjung tembaga

Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana pemasaran produk yang dilakukan oleh anggota MLM tersebut, strategi perekrutan anggota yang

harga penawaran, agar mulai menerapkan siklus perhitungan biaya proyek dan untuk menghitung biaya tidak langsung, dengan merapkan model tersebut dan dalam