• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Variasi Komposisi dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Serat Daun Nanas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Variasi Komposisi dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Serat Daun Nanas"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Variasi Komposisi dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Serat Daun Nanas

Evy Agnessylviana Rooseta1, Widya Emilia Primaningtyas2, Wiwik Dwi Pratiwi3 Teknik Desain dan Manufaktur, Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,

Indonesia1

Teknik Desain dan Manufaktur, Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia2

Teknik Pengelasan, Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia3 Jl. Teknik Kimia, Keputih, Kec. Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur 60111

E-mail: evyagnes64@gmail.com ABSTRAK

Limbah daun nanas belum dimanfaatkan secara maksimal, dimana umumnya limbah hanya dikembalikan ke lahan. Padahal apabila daun nanas diolah dengan baik akan memberikan nilai tambah. Contohnya penggunaan serat daun nanas untuk pembuatan komposit. Penggunaan serat alam sebagai bahan pembuatan komposit memiliki beberapa keunggulan. Salah satu keunggulan dari serat alam adalah serat dapat dengan mudah ditemui dan dapat di perbarui. Selain itu, komposit dengan serat alami lebih ringan daripada serat sintetis. Serat sintetis juga memiliki beberapa kekurangan yaitu dapat membuat iritasi pada tangan dan dapat melukai paru-paru saat proses produksi dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan penelitian mengenai pengaruh orientasi dan komposisi terhadap kekuatan tarik pada komposit berpenguat serat daun nanas. Variasi orientasi yang digunakan adalah one direction, two direction dan random, sedangkan variasi komposisi serat adalah 55%, 60% dan 65% berdasarkan fraksi volume. Serat daun nanas yang digunakan melalui proses delignifikasi menggunakan larutan NaOH konsentrasi 5% selama 2 jam. Komposit yang menghasilkan kekuatan tarik paling besar adalah komposit dengan orientasi serat one direction dengan komposisi serat sebanyak 60% yaitu 89,03 ± 12,70 MPa. Sedangkan kekuatan tarik terendah pada komposit orientasi random dengan komposisi serat 65% yaitu 4,04 ± 1,02 MPa.

Kata Kunci: Serat Daun Nanas, Orientasi, Komposisi, Kekuatan Tarik.

ABSTRACT

Pineapple leaf waste has not been utilized optimally, where generally the waste is only returned to the land.

In fact, if the pineapple leaves are processed properly, it will provide added value. For example, the use of pineapple leaf fiber for the manufacture of composites. The use of natural fibers as a composite material has several advantages. One of the advantages of natural fibers is that they are easily found and renewable.

In addition, composites with natural fibers are lighter than synthetic fibers. Synthetic fibers also have several disadvantages, namely they can irritate the hands and can injure the lungs during the production process. In this study, research was conducted on the effect of orientation and composition on the tensile strength of pineapple leaf fiber reinforced composites. The orientation variations used are one direction, two direction and random, while the variations in fiber composition are 55%, 60% and 65% based on volume fraction. Pineapple leaf fiber used through the delignification process using 5% NaOH solution for 2 hours. The composite that produces the greatest tensile strength is a composite with one direction fiber orientation with a fiber composition of 60%, namely 89.03 ± 12.70 MPa. While the lowest tensile strength in random orientation composites with a fiber composition of 65% is 4.04 ± 1.02 MPa

Keywords: Pineapple leaf fiber, Composition, Orientation, Tensile Strength

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara tebesar ke-5 di dunia yang memproduksi nanas, rata-rata produksi nanas pada tahun 1009-2013 mencapai

1,6 juta ton pertahun [1]. Produksi nanas yang melimpah sejalan dengan limbah yang dihasilkan. Sampai saat ini hasil dari tumbuhan nanas yang dimanfaatkan adalah buahnya.

(2)

Sedangkan, limbah tanaman nanas pada umumnya dikembalikan ke lahan pertanian yang pada akhirnya dijadikan sebagai pupuk alami ataupun dibakar. Ada sebagian juga yang memanfaatkan limbah tanaman ini sebagai kerajinan tangan hingga produk tekstil. Selain itu, serat daun nanas juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan komposit. Serat daun nanas digunakan sebagai penguat pada pembuatan komposit. Pengaplikasian komposit contohnya pada kapal FRP, umumnya kapal FRP menggunakan penguat dengan bahan sintetis.

Dewasa ini telah dikembangkan komposit dengan bahan-bahan alam sebagai alternative pengganti bahan sintetis. Keuntungan penggunaan bahan alam salah satunya adalah serat alam lebih ringan jika dibandingkan dengan serat sintetis [2].

Setyawan, dkk (2012) sebelumnya melakukan peneletian mengenai pengaruh orientasi serat continuous dan acak pada komposit serat daun nanas terhadap kekuatan tarik. Komposisi yang digunakan adalah 10%, 20%, 30% dan 40%.

Pada orientasi serat continuous semakin bertambahnya serat maka kekuatannya semakin naik. Berseberangan dengan orienasi serat acak, semakin bertambahnya komposisi serat kekuatan tariknya akan semakin berkurang.

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah dengan penambahan komposisi serat diatas 40% kekuatan tarik yang dihasilkan semakin meningkat atau menurun. Dan juga ingin membandingkan bagaimana kekuatan tarik pada orientasi serat one direction, two direction dan random. Serat yang digunakan adalah serat continuous dengan metode pembuatan hand lay- up dan penyusunan serat 3 layer.

Fiqri, dkk (2017) melakukan penelitian mengenai kekuatan bending dan impak pada komposit alam. Kekuatan yang dihasilkan belum memenuhi syarat pada BKI. Sehingga disarankan pengaplikasian komposit alam pada komponen interior seperti kursi, meja, Furniture dan lain- lain.

2. METODOLOGI

2.1 Perhitungan Massa Jenis Serat Perhitungan massa jenis dilakukan dengan metode piknometer. Untuk mengetahui massa jenis suatu bahan dilakukan pengukuran berat piknometer kosong, piknometer dengan serat dan piknometer serat di campur dengan minyak goreng menggunakan timbangan. Kemudian massa jenis dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

ρ =

m

v

(1)

Kemudian dilakukan pengujian FTIR untuk mengamati kandungan pada serat sebelum dan sesudah delignifikasi. FTIR merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa pada sampel dengan mendeteksi gugus fungsi [3], pengamatan dilakukan dengan melihat puncak- puncak spesifik pada grafik yang dihasilkan.

Puncak spesifik menunjukkan gugus fungsional suatu senyawa. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah proses delignifikasi mengurangi kandungan lignin pada serat atau tidak. Pengujian dilakukan pada sampel yang telah di serbukkan kemudian membandingkan grafik hasil FTIR pada serat sebelum dan setelah proses delignifikasi.

2.2 Pembuatan Specimen

Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan specimen pada penelitian ini:

a. Serat daun nanas yang digunakan sebagai bahan komposit melalui proses delignifikasi menggunakan larutan NaOH konsentrasi 5%

selama 2 jam, kemudian serat dicuci dan diurai.

Proses delignifikasi menggunakan magnetic stirrer untuk mempermudah proses perendaman.

b. Perhitungan kebutuhan serat dan resin untuk pembuatan specimen. Perhitungan kebutuhan berdasarkan fraksi volume. Untuk mengetahui kebutuhan serat dan resin dalam gram menggunakan perhitungan sebagai berikut, c. Massa serat = 55

100x Vc x

ρ

s (2) d. Perbandingan komposisi serat dan resin yang digunakan adalah 55%:45%, 60%:40% dan 65%:35%.

e. Specimen uji dibuat menggunakan cetakan dengan bahan silicone rubber. Penggunaan bahan ini bertujuan supaya hasil specimen mudah dilepas setelah mengering. Proses pencetakan dilakukan menggunakan alat bantu, yaitu clamp sebagai penjepit cetakan. Clamp dipasang untuk menjepit cetakan yang telah terisi oleh bahan komposit. Tujuan penggunaan clamp supaya specimen yang dihasilkan sesuai dengan cetakan yang diinginkan.

f. Setelah mengering specimen dilepas dari cetakan. Kemuadian komposit dengan orientasi one direction di beri grip tambahan, karena pada orientasi ini ketebalan specimen sangat tipis yaitu 1,5 mm. Sedangkan orientasi two direction dan random tidak di beri grip tambahan karena dimensinya yang cukup tebal yaitu 2,5 mm.

Penambahan grip dilakukan untuk menegah kerusakan specimen akibat pencekaman

(3)

specimen pada grip mesin. Selain itu pemberian grip juga dilakukan untuk menegah slip saat proses pengujian tarik. Grip tambahan yang digunakan berupa kain amplas yang di rekatkan pada specimen menggunakan lem G.

2.3 Pengujian Tarik

Standar pengujian yang digunakan menggunakan ASTM D3039. Pengujian dilakukan menggunakan Universal Testing Machine dengan kapasitas 10 kN di Laboratorium Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Speed of testing yang digunakan sesuai standar ASTM D3039 adalah 2 mm/min.

2.4 Uji Statistika

Uji statistika menggunakan ANOVA dua arah.

Syarat penggunaan ANOVA sebagai uji statistika adalah residual berdistribusi normal dan residual bersifat homogen. Apabila residual berdistribusi normal dan bersifat homogen setelah itu dilakukan perumusan hipotesis, dimana H0 menyatakan bahwa variabel bebas tidak memiliki pengaruh sedangkan H1 menyatakan bahwa variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Daerah penolakan H0 terjadi apabila p-value < α atau F- value > F-tabel. Dimana level signifikansi yang diunakan adalah 0,05. Software yang digunakan untuk melakukan uji statistika adalah minitab 2019.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.5 Perhitungan Massa Jenis

Perhitungan massa jenis dilakukan menggunakan metode piknometer. Perhitungan massa jenis pada serat sebelum delignifikasi dan setelah delignifikasi menunjukkan penurunan.

Sebelum delignifikasi massa jenis serat adalah 1,38 gr/cm3 kemudian setelah proses delignifikasi massa jenis turun menjadi 1,28 gr/cm3.

2.6 Pengujian FTIR

Gugus fungsi hidroksil atau Ikatan kimia OH yang ditunjukkan pada grafik merupakan struktur dari selulosa [4]. Gugus fungsi ini muncul pada bilangan gelombang sekitar 3300 – 3400 cm-1.

Kemudian pada interval serapan 1450-1600 cm-1 menunjukkan gugus fungsi C=C. Panjang bilangan pada serat setelah delignifikasi menunjukkan penurunan, dimana ikatan tersebut merupakan senyawa dari lignin [5]. Pada serat

setelah delignifikasi ikatan C=C hanya berkurang tidak hilang sepenuhnya.

Gambar 1. Grafik perbandingan hasil FTIR sebelum dan setelah delignifikasi

2.7 Hasil Pengujian Tarik

Tabel 1. Kekuatan tarik seluruh specimen

Komposisi

One Direction Two Directiom Random

σmax

(MPa) Rata-

rata (MPa)

σmax (MPa)

Rata- rata (MPa)

σmax

(MPa) Rata-

rata (MPa)

55%

84.85 84.88

± 6.79

44.50 42.07

± 5.86

6.17 7.18

± 0.91

78.11 35.39 7.94

91.68 46.33 7.43

60%

82.56 89.03

± 12.70

43.48 40.06

± 4.06

6.12 4.72

± 1.32

80.86 35.6 4.56

103.66 41.22 3.49

65%

68.68 68.40

± 5.11

35.61 35.09

± 1.51

4.54 4.04

± 1.02

63.15 33.39 4.71

73.36 36.28 2.87

Pada orientasi one direction kekuatan tarik tertinggi terjadi pada komposisi serat 60% dan resin 40% berdasarkan fraksi volume. Kekuatan tarik yang dihasilkan yaitu 89,03 ± 12,7 MPa.

Pada komposisi 55% kekuatan tarik lebih kecil jika dibandingkan dengan komposisi 60%. Hal tersebut karena semakin bertambahnya serat maka kekuatan tarik yang dihasilkan juga meningkat [6]. Kemudian kekuatan tarik turun pada komposisi serat 65% dan resin 35%.

Kekuatan tarik yang dihasilkan adalah 68,40 ± 5,11 MPa. Penggunaan komposisi serat 65%

terlalu besar dan resin 35% terlalu sedikit sehingga ikatan antara serat dan resin tidak sempurna. Penambahan komposisi serat pada

(4)

orientasi two direction dan random semakin menurunkan kekuatan tarik. Dengan komposisi serat 55% menghasilkan kekuatan tarik 42,07 ± 5,86 MPa pada orientasi two direction dan 7,18

± 0,91 MPa maka ikatan antara resin dan serat tidak sempurna.

Orientasi yang menghasilkan kekuatan tarik tertinggi terjadi pada orientasi one direction, karena pada orientasi ini penyusunan serat searah dengan arah beban tarik. Sehingga seluruh serat yang digunakan memberikan kekuatan untuk menahan beban tarik. Sedangkan pada orienatsi two direction terdapat penyusunan serat tegak lurus dengan arah beban tarik. Penyusunan serat tegak lurus dengan beban tarik tidak memberikan kekuatan pada komposit, pada penyusunan ini yang memberi kekuatan adalah matriks.

Sedangkan pada orientasi random penyusunan serat terjadi secara acak.

Gambar 2. Kekuatan tarik seluruh variasi Setelah mendapat data pengujian, dilakukan uji statistic menggunakan metode two way ANOVA pada kedua variabel. Syarat penggunaan metode ini adalah residual berdistribusi normal dan homogen. Hasil Anova yang di dapat adalah p- value dan F-value. Pada penelitian ini nilai yang didapat adalah p-value lebih kecil dari level signifikansi dan F-value lebih besar dari F-tabel, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel yang digunakan mempengaruhi hasil pengujian tarik.

4. KESIMPULAN

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

a. Variasi komposisi mempengaruhi kekuatan tarik pada komposit daun nanas. Komposisi serat tertinggi terjadi pada komposisi 60% serat pada orientasi one direction dengan kekuatan tarik sebesar 89,03 ± 12,7 MPa. Kekuatan tarik

terendah pada komposisi serat 65% pada orientasi random dengan nilai kekuatan tarik 4,04 ± 1,02 MPa.

b. Variasi orientasi mempengaruhi kekuatan tarik komposit serat daun nanas. Kekuatan tertinggi pada orientasi serat one direction searah dengan beban tarik.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :

a. Diharapkan dilakukan preparasi sera, seperti penetapan penyusunan serat dengan cara dijahit.

Untuk memudahkan proses fabrikasi.

b. Diharapkan dilakukan preparasi dengan cara memipihkan serat supaya tidak terjadi bulky atau pengembangan pada spesimen.

c. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengujian lain, seperti pengujian impak, untuk mengetahui kekuatan pada pembebanan lain.

d. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengamatan mikro pada specimen seperti uji SEM.

e. Disarankan pada penelitian selanjutnya diberi penambahan resin sebesar 15% saat proses produksi.

PUSTAKA

[1] Jenderal, Sekretariat, And Kementerian Pertanian. (2016). Komoditas Pertanian Sub Sektor Hortikultura. : 7–8.

[2] Lokantara, Putu, Ngakan Putu, And Gede Suardana. (2009). Studi Perlakuan Serat Serta Penyerapan Air Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Tapis Kelapa / Polyester.

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakra M 3(1):

49–56.

[3] Sari, N. W. Et Al. (2011) ‘Analisis Fitokimia Dan Gugus Fungsi Dari Ekstrak Etanol Pisang Pendahuluan Metodologi Penelitian Waktu Dan Tempatpenelitian Alat Dan Bahan Persiapan Sampel Ekstraksi Pemeriksaan Alkaloid Pemeriksaan Flavonoid’, (L).

[4] Pangau, J. R., Sangian, H. F. And Lumi, B.

M. (2017) ‘Karakterisasi Bahan Selulosa Dengan Iradiasi Pretreatment Gelombang Mikro Terhadap Serbuk Kayu Cempaka Wasian (Elmerillia Ovalis) Di Sulawesi Utara’, Jurnal Mipa, 6(1), P. 53. Doi:

10.35799/Jm.6.1.2017.16157.

[5] Purwanto, Arif Suhaso, And Fajar Kurniawan. (2021). Fungsional Serat Sisal : 22–26.

[6] Setyawan, Paryanto Dwi, Nasmi Herlina Sari, And Dewa Gede Pertama Putra.

(2012). Pengaruh Orientasi Dan Fraksi

(5)

Volume Serat Daun Nanas ( Ananas Comosus ) Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Polyester Tak Jenuh ( Up ).

Jurusan, Dosen Mesin, Teknik Mataram, Universitas Majapahit, Jl Mataram, No 2(1): 28–32.

Gambar

Tabel 1. Kekuatan tarik seluruh specimen
Gambar 2. Kekuatan tarik seluruh variasi Setelah  mendapat  data  pengujian,  dilakukan  uji  statistic menggunakan metode two way ANOVA  pada kedua variabel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil temuan penelitian pada perguruan tinggi swasta yang ada di Banten, khususnya di Cilegon, Serang dan Pandeglang, melahirkan sebuah model. Model ini

Nilai koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase sumbangan variable bebas terhadap variable terikat berdasarkan perhitungan

Kepada teman semasa sekolah di Tangerang Selatan, Dita, Indah, Nidya, Uyyun, Astria, Recil, Maya, Tia, Irfan, Bayu, Ole, dan lain sebagainya karena terlalu

Cerebral palsy merupakan suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang menetap dan tidak progresif, terjadi pada usia dini sehingga mengganggu perkembangan otak

Berbagai kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka menyukseskan dekade tersebut, diantaranya adalah melanjutkan kegiatan Temu Ilmiah Reumatologi setiap tahun yang pada tahun 2017

Dari tujuh kelompok pengeluaran barang dan jasa yang menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 2 kota di Kepulauan Riau Oktober 2017, Inflasi gabungan dua kota IHK di Kepulauan

Artis tato merupakan seorang yang memiliki client yang bermacam macam, jika client tersebut meminta agar artis dating ke client tersebut maka dari itu sangat dibutuhkan tas

lsi Wawancara Wawancara dengan Key Informan "Mengenai pekerjaan sesuai dengan harapan organisasi sudah menjadi kewajiban dan konsekuensi kerja bagi pegawai, oleh sebab itu jika