• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Temuan Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SD Negeri Karangasem II berlokasi di Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta yang berdiri sejak tahun 1985. SD Negeri Karangasem II terakreditasi sangat baik (A). Kurikulum 2013 pada semua kelas sudah diterapkan di SD Negeri Karangasem II. Selama 5 hari kegiatan pembelajaran dilaksanakan, yaitu hari Senin–Jumat. Pelaksanaan dimulai pukul 07.00 WIB untuk semua kelas. Kelas I, II, dan III berakhir pada pukul 12.00 WIB. Kelas IV, V, dan VI berakhir pada pukul 12.30 WIB.

Suparmi, S.Pd.SD. sebagai Kepala SD Negeri Karangasem II, sedangkan Drs. Joko Sapto Utomo sebagai wali kelas V. SD Negeri Karangasem II terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 4 guru agama (Islam, Kristen, Katholik, dan Buddha), 1 guru bahasa Inggris, 1 guru olahraga, 2 guru komputer, 1 guru tari, dan 1 guru Pramuka yang mengabdi. Tahun 2019/2020, peserta didik berjumlah 193 orang dengan rincian kelas I berjumlah 27 orang, kelas II berjumlah 27 orang, kelas III berjumlah 30 orang, kelas IV berjumlah 33 orang, kelas V berjumlah 39 orang, dan kelas VI berjumlah 37 orang.

SD Negeri Karangasem II memiliki ruang kepala sekolah, ruang guru, enam ruang kelas, perpustakaan, UKS, ruang agama Kristen dan Katholik, laboratorium komputer, ruang agama Buddha, tempat parkir, mushala, kantin, kamar mandi guru, kamar mandi peserta didik dan lapangan. Setiap kelas terdapat tempat sampah yang diletakkan di depan ruang kelas dan teras untuk duduk. Pada ruang kelas IV dan VI sudah terpasang LCD. Sekolah ini juga memiliki dispenser dan kipas angin. Pada saat pembelajaran tari, peserta didik setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok perempuan dan laki-laki untuk bergantian menari.

(2)

commit to user 2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V SD Negeri Karangasem II. Jumlah peserta didik kelas V adalah 39 orang dengan rincian 22 peserta didik laki-laki dan 17 peserta didik perempuan. Tidak terdapat peserta didik yang berkebutuhan khusus di kelas V. Kesehatan peserta didik baik dan tidak ada yang menderita penyakit kronis. Pada saat melaksanakan observasi awal terdapat 8 peserta didik yang tidak masuk sekolah dikarenakan sakit cacar air. Peserta didik di kelas V sangat aktif, baik dalam pembelajaran maupun keseharian. Mereka senang bercerita mengenai cita-citanya.

Peserta didik kelas V sangat aktif dan partisipatif. Hal ini terlihat ketika pembelajaran sedang berlangsung. Pada saat guru memberikan pertanyaan, peserta didik sangat antusias untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Guru sering mendekati dan menunjuk peserta didik yang kehilangan fokus saat pembelajan berlangsung agar kembali fokus.

Interaksi sosial yang terjalin antara guru dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik tergolong baik. Peserta didik memiliki kedekatan dengan guru, tetapi tetap memiliki rasa hormat kepada guru. Orang tua peserta didik sangat mendukung mereka dalam menempuh pendidikan.

Orang tua peserta didik juga aktif mengikuti kegiatan POM yang diadakan oleh sekolah. Kegiatan POM ini dilaksanakan pada setiap kelas untuk mendiskusikan mengenai kegiatan sekolah dan perkembangan anak-anaknya selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis

Mata pelajaran IPA sering dikeluhkan oleh peserta didik, terutama bagi peserta didik yang tidak menyukainya. Pembelajaran IPA di kelas V sudah tergolong rumit. Istilah yang berasal dari bahasa asing dalam penyebutan nama banyak ditemukan dalam pembelajaran IPA. Materi pembelajaran IPA diajarkan oleh guru secara berulang-ulang dan peserta didik sudah mulai memahaminya. Tujuan dari guru mengulang-ulang materi supaya peserta didik dapat memahaminya secara mendalam.

(3)

commit to user

Peserta didik kesulitan dalam menjawab pertanyaan guru yang jawabannya menggunakan istilah asing. Peserta didik hanya dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan istilah umum. Hampir keseluruhan peserta didik menjawab sesuai dalam buku dan belum dapat mengembangkan jawaban menggunakan bahasanya sendiri.

Pernyataan-pernyataan yang dibuat peserta didik dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA. Pernyataan meliputi kemampuan peserta didik dalam melakukan deduksi, induksi, dan mengevaluasi berbagai asumsi dengan benar. Deduksi dilakukan dengan membuat pernyataan umum terlebih dahulu, kemudian baru secara khusus.

Induksi dilakukan dengan membuat pernyataan secara khusus dan dilanjutkan secara umum. Asumsi yang dievaluasi didasarkan pada pernyataan yang telah dibuat sebelumnya. Namun, dalam membuat premis (pernyataan) peserta didik masih membutuhkan bimbingan dari guru.

Kemampuan menarik kesimpulan data sebuah pembelajaran juga sangat penting dalam tingkat berpikir kritis peserta didik. Kemampuan menarik kesimpulan dapat berupa membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan dengan benar, serta membuat beberapa argumen untuk dijadikan sebagai kesimpulan. Peserta didik dalam menyimpulkan masih tergolong rendah.

Peserta didik lebih sering menyimpulkan hasil pembelajaran dengan bimbingan guru. Kesimpulan hanya secara umum dan belum mendalam.

Kemampuan peserta didik dalam hal ini belum maksimal. Peserta didik masih banyak membutuhkan bimbingan dari guru.

4. Deskripsi Perencanaan Pembelajaran IPA

Pada awal semester sebelum guru mengajarkan materi pembelajaran kepada peserta didik, guru terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran berupa program tahunan, program semester, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan dari pembuatan data tersebut adalah supaya pembelajaran dapat tersusun dengan baik dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai.

(4)

commit to user

Program tahunan digunakan guru untuk menetapkan rencana penetapan alokasi waktu selama satu tahun. Program tahunan ini dikembangkan oleh guru masing-masing kelas. Program ini sebagai rencana umum pelaksanaan pembelajaran setelah diketahui jumlah jam pembelajaran efektif dalam satu tahun. Program dipersiapkan guru sebelum tahun ajaran karena menjadi pedoman bagi pengembangan program berikiutnya, seperti program semester, silabus, dan RPP. Program tahunan yang dibuat oleh guru kelas V sudah memenuhi syarat penting yang harus ada dalam program tahunan, yaitu identitas (kelas dan tahun ajaran) dan format isian (semester, tema, subtema, dan alokasi waktu).

Program semester disusun berpedoman pada program tahunan.

Program semester berisi agenda yang hendak dicapai selama satu semester.

Kegiatan dalam program semester dibentuk menurut pertimbangan alokasi waktu yang tersedia dan jumlah pokok bahasan selama satu semester. Program ini mempermudah guru dalam mengalokasikan waktu ketika mengajar. Tujuan dari penyusunan program semester sebagai arah aktivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah diprogramkan.

RPP penting bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. RPP menjadi pegangan guru dalam mengajar di kelas. RPP dibuat untuk satu pertemuan atau lebih. Guru mengembangkan RPP secara rinci mulai dari tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran dalam mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP yang dibuat oleh guru kelas V pada pembelajaran IPA belum mengarah kepada kemampuan berpikir kritis peserta didik. Guru masih menggunakan tingkatan kognitif pengetahuan dan pemahaman. Dengan demikian, peserta didik hanya menghafal materi pembelajaran yang ada dalam buku maupun lembar kerja peserta didik.

5. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran IPA

Pembelajaran dalam kelas berlangsung kondusif. Peserta didik sangat aktif dan partisipatif. Peserta didik berebut menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Guru menerapkan berbagai metode dan strategi agar tujuan

(5)

commit to user

pembelajaran dapat tercapai. Guru menggunakan metode sesuai dengan tuntutan pembelajaran aktif kurikulum 2013, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pengamatan, dan penugasan.

Berbagai cara dilakukan guru untuk mengembalikan fokus peserta didik saat belajar. Guru akan mendekati dan menunjuk peserta didik yang terlalu aktif sehingga kehilangan fokus dalam pembelajaran. Cara ini terbukti sangat ampuh untuk mengembalikan fokus peserta didik dalam pembelajaran.

Guru juga melakukan pendekatan terhadap peserta didik yang pasif di kelas.

Pukul 07.00 WIB hingga berakhir pukul 12.30 WIB pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pembelajaran IPA pada kelas V terintegrasi dalam tematik terpadu yang saling berkaitan dengan materi pembelajaran lain.

Namun, guru sering menekankan pada pembelajaran IPA dan memberikan jam tambahan setelah pembelajaran selesai supaya peserta didik dapat menguasai materi pembelajaan dengan baik. Observasi dilakukan oleh peneliti ketika materi pembelajaran sistem peredaran darah pada manusia.

Peserta didik berbaris dengan rapi di depan kelas sebelum memasuki kelas. Salah satu peserta didik menyiapkan secara bergantian dalam setiap harinya. Kemudian, peserta didik jalan di tempat sambil menyanyikan lagu nasional. Pembelajaran selalu dibuka dengan doa yang dipimpin oleh ketua kelas. Lima menit sebelum memasuki pembelajaran, guru selalu memberikan pembiasaan berupa membaca ayat Alquran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sikap religius peserta didik dan ilmu yang didapatkan ketika menempuh pendidikan dapat bermanfaat.

Guru mengulas kembali materi pembelajaran yang lalu secara singkat untuk mengetahui daya ingat dan kemampuan peserta didik. Ketika memberikan penjelasan mengenai materi pembelajaran guru sering mengajukan pertanyaan untuk memancing keaktifan dan mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadapat materi pembelajaran IPA.

Pembelajaran diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah pembelajaran selesai, guru selalu memberikan jam tambahan di luar jam pembelajaran.

(6)

commit to user

6. Deskripsi Metode Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran IPA

Guru menggunakan banyak metode di kelas. Namun, lebih sering menerapkan metode ceramah dan tanya jawab pada saat kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru menarik keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Guru menggunakan metode tersebut dengan pembawaan yang menarik dan tidak membosankan.

Guru menggunakan media yang ada di sekitar peserta didik untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Guru menggunakan papan tulis untuk menggambar organ peredaran darah. Gambar yang dibuat oleh guru sangat sederhana dan mudah dipahami oleh peserta didik. Guru menggambar sambil menjelaskan dan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Peserta didik sangat antusias terhadap pembelajaran. Guru selalu meminta peserta didik untuk mengucapkan secara berulang mengenai bagian organ peredaran darah dan alurnya. Hal ini dapat meningkatkan daya ingat peserta didik. Jika ada peserta didik yang kurang memperhatikan, maka guru akan mendekatinya dan memberikan pertanyaan yang sama.

Guru juga membentuk kelompok di dalam kelas untuk melakukan diskusi kelas. Diskusi kelas dapat memancing tingkat berpikir peserta didik karena mereka mencari jawabannya secara mandiri. Guru juga menugaskan peserta didik untuk merangkum materi pembelajaran. Kegiatan ini terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Daya ingat peserta didik lebih baik dibandingkan dengan guru memberikan rangkuman secara langsung. Jika merangkum materi pembelajaran secara mandiri secara keseluruhan peserta didik memiliki catatan. Ketika guru memberikan rangkunman secara langsung, maka tidak semua peserta didik membaca rangkuman dari guru.

7. Deskripsi Interaksi Peserta Didik dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA pada kelas V berlangsung interaktif. Guru sering melakukan tanya jawab terhadap peserta didik. Peserta didik berpartisipasi aktif dalam mengajukan ide atau gagasannya. Ada beberapa peserta didik yang hanya diam ketika kegiatan tanya jawab. Ada juga peserta didik yang aktif,

(7)

commit to user

tetapi tidak memperhatikan penjelasan materi dari guru. Hal ini perlu adanya interaksi yang baik antara guru dan peserta didik di kelas.

Interaksi antara guru dan peserta didik sangat penting dalam pembelajaran. Guru selalu berusaha melakukan pendekatan terhadap semua peserta didik kelas V. Sebagian besar peserta didik memiliki hubungan yang baik dengan guru. Selama observasi ditemukan bukti mengenai hubungan baik antara guru dan peserta didik. Ketika jam istirahat, guru tidak langsung pergi.

Akan tetapi, mendengarkan cerita dan bercandaan dengan peserta didik.

Dengan demikian, peserta didik merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan guru. Bercandaan berlebih antaranak merupakan hal yang wajar. Jika ada yang bertengkar, guru menghadapinya dengan kepala dingin sehingga antara kedua pihak saling memaafkan.

Interaksi yang baik dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif.

Jika guru disukai peserta didik, maka akan menghargai gurunya yang sedang menjelaskan materi. Oleh karena itu, penting bagi pendidik dalam menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik. Interaksi yang baik membuat warga belajar merasa nyaman ketika belajar di kelas. Guru juga dapat dengan mudah menyampaikan materi.

8. Deskripsi Evaluasi Pembelajaran IPA

Guru mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas V melalui pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru meminta peserta didik untuk merangkum materi pembelajaran yang ada di buku. Tujuan dari kegiatan ini adalah supaya peserta didik lebih memahami materi pembelajaran. Kegiatan ini terbukti dapat mengasah kemampuan peserta didik. Guru dapat mengukur kemampuan peserta didik melalui ulangan harian. Hasil ulangan harian peserta didik lebih tinggi dibandingkan ketika guru memberikan rangkuman materi untuk dibaca peserta didik.

9. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober–November 2019. Hasil penelitian didapatkan melalui observasi dan wawancara. Observasi dilakukan sebanyak tiga kali pada tanggal 1–2 Oktober dan 18 November 2019.

(8)

commit to user

Wawancara dilakukan kepada guru dan peserta didik kelas V SD Negeri Karangasem II. Wawancara dilakukan selama 2 hari pada 15 November dan 19 November 2019. Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas V pada Jumat, 15 November 2019. Wawancara kepada peserta didik dilakukan peneliti pada Selasa, 19 November 2019.

Hasil observasi yang dilakukan pada Selasa, 1 Oktober 2019 ditemukan beberapa indikator kemampuan berpikir kritis yang belum tepenuhi.

Indikator tersebut terdiri dari memberikan argumen, membuat premis, menarik kesimpulan, dan mengatur prosedur dan teknik. Peserta didik dalam memberikan argumen berupa menunjukkan sumber yang digunakan dan memberikan bukti secara nyata dengan benar belum terbukti. Premis yang berupa melakukan deduksi, induksi, dan evaluasi berbagai asumsi belum dilakukan peserta didik. Penarikan kesimpulan seperti membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan, serta menghasilkan beberapa argumen belum terpenuhi. Peserta didik juga belum mengatur prosedur dan teknik, yaitu menentukan, memberikan alasan, serta menggunakannya. Hal tersebut disebabkan peserta didik belum pernah diajarkan materinya sehingga masih asing.

Hasil observasi yang dilakukan pada Rabu, 2 Oktober 2019 sudah mengalami sedikit kemajuan. Peserta didik sudah dapat memberikan argumen.

Akan tetapi, membuat premis dan menarik kesimpulan masih mengalami kesulitan. Peserta didik juga belum mengetahui alasan menggunakan prosedur dan teknik, tetapi dapat menentukan serta menggunakannya.

Hasil observasi pada Senin, 18 November 2019 masih sama dengan temuan observasi sebelumnya. Peserta didik masih kesulitan membuat premis dan menarik kesimpulan, tetapi sudah menghasilkan beberapa argumen.

Alasan menggunakan prosedur dan teknik juga masih mengalami kendala.

Peserta didik masih mengandalkan guru dan buku, belum secara mandiri. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelas V SD Negeri Karagasem II masih mengalami kesulitan dalam kemampuan berpikir kritis untuk pembelajaran

(9)

commit to user

IPA. Pembelajaran IPA di kelas V memang sudah tergolong sulit sehingga harus benar-benar dalam memahami materi.

Kemampuan berpikir kritis pembelajaran IPA sangat penting bagi peserta didik mengingat abad 21 menuntut untuk mengikuti perkembangan zaman semakin maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya yang canggih. Jika kemampuan tersebut tidak diasah sejak kecil, maka peserta didik tidak dapat mengikuti perkembangan abad 21 dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi guru mengajarkan kemampuan berpikir kritis terutama pada pembelajaran IPA.

B. Pembahasan 1. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas V SD Negeri Karangasem II masih kurang, terlihat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung belum memenuhi tiga indikator berpikir kritis, yaitu membuat premis, menarik kesimpulan, serta mengatur prosedur dan teknik. Tiga indikator yang belum terpenuhi tersebut terbukti pada saat peneliti melakukan observasi dan wawancara.

Data yang diperoleh ketika observasi di kelas terlihat bahwa peserta didik belum bisa membuat pernyataan atas jawaban secara mandiri. Guru sering mengajukan pertanyaan untuk mengasah kemampuan peserta didik, tetapi peserta didik hanya menjawab pertanyaan berdasarkan buku. Peserta didik tidak menjawab pertanyaan menggunakan kalimatnya sendiri. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa peserta didik belum bisa menarik kesimpulan mengenai pembelajaran IPA secara mandiri. Prosedur dan teknik yang digunakan peserta didik tidak sepenuhnya karena inisiatif sendiri, tetapi adanya bantuan dari guru. Guru dapat memodifikasi soal ulangan supaya dapat mendorong peserta didik dalam menentukan prosedur dan teknik yang akan digunakan.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik kelas V tidak menuliskan kesimpulan terhadap materi pembelajaran IPA yang

(10)

commit to user

didapatkan. Jika materi yang didapatkan peserta didik mudah, maka dapat menuliskan kesimpulan secara mandiri. Jika materinya sulit, maka guru dan peserta didik menyimpulkan secara bersama-sama. Hasil wawancara terhadap guru juga terungkap bahwa peserta didik belum bisa menyimpulkan secara mendalam, tetapi hanya secara umum.

2. Perencanaan Pembelajaran IPA

Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru berupa program tahunan, program semester, silabus, dan RPP. RPP yang dibuat guru sudah mencakup komponen RPP sesuai kurikulum 2013. Akan tetapi, indikator pencapaian kompetensi yang dibuat oleh guru masih dalam kategori Low Order Thinking Skill (LOTS). Terbukti dalam RPP hanya mencakup pengetahuan dan

pemahaman peserta didik saja.

RPP yang dibuat tidak menutup kemungkinan guru untuk mengembangkan kompetensi peserta didik. Guru selalu berusaha menstimulus kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan. Hal tersebut terbukti pada RPP yang dibuat guru tertulis dalam tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran yang dirancang guru disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru tidak semerta-merta untuk memenuhi kewajiban saja, tetapi sesuai dengan kebutuhan.

Hasil temuan peneliti pada perencanaan pembelajaran yang dibuat guru memang sudah menyesuaikan kebutuhan. RPP yang dibuat guru disesuaikan dengan indikator yang hendak dicapai sehingga memiliki tujuan yang jelas. Materi pembelajaran mengacu pada buku guru dan peserta didik sebelum dikembangkan lebih luas. Akan tetapi, belum memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kesulitan kemampuan berpikir kritis inilah yang menjadi permasalahan karena guru mengajar dengan berpedoman RPP tersebut. Guru lebih sering mengacu pada RPP yang telah dibuat dibandingkan mengembangkan kompetensi lain.

(11)

commit to user 3. Pelaksanaan Pembelajaran IPA

Pelaksanaan pembelajaran IPA sudah aktif. Guru juga sering melakukan tanya jawab kepada peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.

Peserta didik secara keseluruhan berebut menjawab pertanyaan dari guru, walaupun ada beberapa peserta didik yang hanya diam. Guru cermat dalam mengamati peserta didik saat pelaksanaan pembelajaran. Jika terdapat peserta didik yang kurang berpartisipasi aktif dalam kelas, maka guru akan mendekatinya dan mengajukan pertanyaan untuk dijawab peserta didik tersebut. Oleh sebab itu, hampir semua peserta didik di dalam kelas memiliki keaktifan saat pembelajaran.

Data observasi dan wawancara menunjukkan bahwa guru memberikan beberapa pertanyaan yang dapat membuat peserta didik aktif dalam setiap pembelajaran. Peserta didik yang belum memahami materi sering mengajukan pertanyaan kepada guru. Peserta didik sangat antusias ketika pembelajaran berlangsung.

Guru sering memberikan hal-hal menarik ketika pelaksanaan pembelajaran untuk menciptakan semangat belajar peserta didik. Keaktifan peserta didik belum memenuhi indikator berpikir kritis. Jawaban atas pertanyaan dari guru ditemukan peserta didik dalam buku. Jadi, peserta didik hanya berpedoman pada buku dan lembar kerja yang dimiliki. Kemampuan untuk menemukan jawaban dengan pemikiran sendiri belum dimiliki peserta didik.

Alasan guru belum mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik ialah karena tuntutan target materi pembelajaran yang sudah ditentukan. Guru dituntut untuk segera menyelesaikan materi pembelajaran pada waktu yang terbatas. Banyaknya kegiatan di luar jam pembelajaran juga menghambat pelaksanaan pembelajaran. Banyak waktu yang terbuang untuk mengikuti kegiatan di luar kelas. Akibatnya, guru kehilangan kesempatan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Guru juga tidak berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kemampuan

(12)

commit to user

ini membutuhkan waktu yang lama, sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas.

Peserta didik sangat memperhatikan pembelajaran IPA karena materinya cukup sulit. Guru menekan peserta didik yang tidak memperhatikan supaya dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Pandangan guru kepada peserta didik saat di kelas juga sangat cermat. Kondisi ini dapat meminimalisir peserta didik yang tidak fokus pada pembelajaran. Fokus yang hilang akan membuat peserta didik tidak memahami materi.

IPA bersifat kompleks sehingga guru mengaplikasikan teori disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik peserta didik. Guru menerapkan teori dari Gestalt dan asosiasi. Teori ini saling mengaitkan pengetahuan peserta didik. Pengetahuan peserta didik yang saling terkait dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Sumber yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran berasal dari buku. Guru tidak tertutup untuk mencari materi di internet. Guru juga tidak melarang peserta didik untuk mencari materi di internet, tetapi ketika di rumah. Peserta didik tidak diperbolehkan mengeluarkan dan membuka handphone selama berlangsungnya pembelajaran.

Guru memberikan materi dari yang mudah ke sulit. Jika keduanya sudah diajarkan, maka guru berusaha mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis, walaupun tidak seluruh indikator kemampuan berpikir kritis terpenuhi. Peserta didik belum memahami secara khusus materi. Guru harus mengajarkan materi pembelajaran IPA terlebih dahulu.

Prosedur dan teknik yang digunakan peserta didik dalam menyelesaikan masalah tergantung pada bentuk perintahnya, misalnya peserta didik disuruh mengurutkan alur peredaran darah manusia. Jika jawabannya tertutup, maka peserta didik tidak menggunaka prosedur dan teknik. Peserta didik langsung memberikan jawaban secara singkat seperti yang terdapat pada sumbernya.

(13)

commit to user

Model pembelajaran yang dapat membangun dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis ialah model Learning Cycle 5E. Model ini terdiri dari 5 langkah pembelajaran, yaitu engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate (Hagerman, 2012). Langkah-langkah model Learning Cycle 5E yang

disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Facione (2016) dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Sintaks Model Learning Cycle 5E

Fase Learning Cycle 5E

Indikator Kemampuan berpikir Kritis menurut Facione (2016)

Tampak Ya Tidak

Engage

1. Interpretasi 

2. Analisis 

3. Evaluasi 

4. Kesimpulan 

5. Penjelasan 

6. Regulasi diri 

Explore

1. Interpretasi 

2. Analisis 

3. Evaluasi 

4. Kesimpulan 

5. Penjelasan 

6. Regulasi diri 

Explain

1. Interpretasi 

2. Analisis 

3. Evaluasi 

4. Kesimpulan 

5. Penjelasan 

6. Regulasi diri 

Elaborate

1. Interpretasi 

2. Analisis 

3. Evaluasi 

4. Kesimpulan 

5. Penjelasan 

6. Regulasi diri 

Evaluate

1. Interpretasi 

2. Analisis 

3. Evaluasi 

4. Kesimpulan 

5. Penjelasan 

6. Regulasi diri 

(Sumber: Facione, 2016)

(14)

commit to user

Hasil observasi memperlihatkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum memenuhi kriteria kemampuan berpikir kritis pembelajaran IPA. Guru tidak menggunakan model saat pembelajaran IPA berlangsung.

Model pembelajaran harus didukung oleh 4 komponen model pembelajaran sebagai berikut.

a. Sintaks

Sintaks model Learning Cycle 5E, yaitu:

1) Engage

Guru membangkitkan minat peserta didik dengan mengajukan pertanyaan faktual. Peserta didik dapat mengajukan pendapatnya melalui demonstrasi. Guru memberikan pertanyaan berdasakan topik pembelajaran. Tahap ini memenuhi 3 indikator kemampuan berpikir kritis menurut Facione (2016) antara lain interpretasi, analisis, dan penjelasan. Indikator yang belum terpenuhi di antaranya evaluasi, kesimpulan, dan regulasi diri.

2) Explore

Guru membentuk kelompok kecil di kelas untuk menguji dan membuat hipotesis baru, serta mencari alternatif pemecahannya berdasarkan pendapat peserta didik dalam diskusi. Tahap ini memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berdasarkan teori Facione (2016).

3) Explain

Peserta didik dituntut untuk menerangkan suatu konsep dengan pemikiran sendiri berdasarkan bukti. Indikator kemampuan berpikir kritis pada tahap ini sudah terpenuhi karena peserta didik sudah terlatih dalam memecahkan persoalan.

4) Elaborate

Pengalaman peserta didik dibangun secara lebih luas dan dapat mengaplikasikannya secara nyata. Tahap ini sudah memenuhi 6 indikator kemampuan berpikir kritis.

(15)

commit to user 5) Evaluate

Konsep baru peserta didik dapat diamati oleh guru. Peserta didik dapat melaksanakan evaluasi diri atas pembelajaran melalui observasi, bukti, dan penjelasan sebelumnya.

b. Prinsip Reaksi

Model Learning Cycle 5E terdapat adanya respons peserta didik terhadap guru dalam pembelajaran. Guru dapat mengetahui karakteristik peserta didik dengan baik. Model ini membantu guru dalam memberikan stimulus kepada peserta didik. Peserta didik juga berlatih dalam menemukan sendiri pemecahan masalah. Stimulus yang diberikan oleh guru berupa pengarahan terhadap proses penyelidikan, bukan dalam mengidentifikasi permasalahan (Joyce, Weil & Calhoun, 2015).

c. Sistem Sosial

Model Learning Cycle 5E merupakan model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan peserta didik berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Guru hanya menjadi fasilitator, sedangkan peserta didik menggali kemampuan secara mandiri. Guru membantu peserta didik agar dapat mengonstruksi pengetahuan secara optimal dan memberikan umpan balik terhadap suatu pembelajaran. Piaget mengatakan bahwa pengetahuan perlu dikonstruksi karena mengadaptasi pemikiran ke dalam realitas berdasarkan kesiapan intelektual anak dengan lingkungan belajarnya (Maskun & Rachmedita, 2018). Vygotsky juga berpendapat bahwa dalam mengonstruksi pengetahuan seorang anak memerlukan orang dewasa atau teman sebaya untuk menyelesaikan persoalan pada diri karena keterbatasan kemampuannya (Maskun & Rachmedita, 2018).

d. Sistem Pendukung

Penggunaan media dan metode mendukung tercapainya tujuan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E. Peserta didik dapat menggali informasi secara mendalam. Sistem pendukung lain yang dapat dimanfaatkan, seperti lembar kerja peserta didik dan buku penunjang.

(16)

commit to user

Hasil analisis menunjukkan bahwa model Learning Cycle 5E dapat dimanfaatkan guru untuk membangun kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Model ini dapat membantu guru dalam menggali pengetahuan peserta didik dengan berpikir tingkat tinggi.

Guru dalam kegiatan pembelajaran IPA belum menggunakan media inovatif. Media berfungsi sebagai sarana penyampaian segala informasi dari guru terhadap peserta didik. Media sangat penting bagi guru untuk menerangkan suatu konsep dan keterampilan peserta didik. Jika guru tidak menggunakan media inovatif dapat menjadikan pembelajaran terkesan monoton. Peserta didik menjadi cepat bosan dan motivasi belajarnya rendah.

Media yang inovatif mendorong peserta didik untuk tetap fokus dalam pembelajaran. Semangat belajar peserta didik juga meningkat. Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan oleh guru dengan dukungan media pembelajaran inovatif.

4. Metode Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran IPA

Metode guru dalam melaksanakan pembelajaran berupa ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, dan pengamatan. Guru menggunakan metode sesuai dengan kurikulum 2013. Penggunaan metode ini juga disesuaikan dengan materi pembelajaran dan perencanaan yang dibuat. Tujuan penggunaan metode agar pembelajaran di kelas lebih interaktif dan kondusif.

Hasil observasi menunjukkan bahwa metode tanya jawab paling sering digunakan oleh guru untuk memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Metode ini mengakibatkan peserta didik berusaha menjawab pertanyaan dari guru. Jika peserta didik belum memahami materinya, maka segera menanyakannya pada guru. Namun, masih terdapat peserta didik yang belum memahami materi pembelajaran dan malu untuk menanyakannya pada guru. Guru mengatasinya dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tersebut.

Hasil wawancara kepada guru dan peserta didik juga membuktikan adanya metode tanya jawab saat pembelajaran. Guru mengajak peserta didik

(17)

commit to user

untuk mengamati gambar terlebih dahulu. Pengamatan terhadap gambar akan menarik berbagai pertanyaan dari peserta didik. Tujuannya untuk menghindari pembelajaran yang verbalisme. Oleh karena itu, guru menjelaskan dan memberikan contoh-contoh terlebih dahulu. Metode tanya jawab digunakan oleh guru untuk mendorong peserta didik lebih aktif di kelas.

Guru menuturkan bahwa peserta didik dilatih untuk menemukan jawaban secara mandiri, misalnya melalui diskusi kelompok. Diskusi kelompok mengajarkan peserta didik untuk memanifestasikan gagasan secara lebih luas. Guru juga tetap membimbing selama jalannya diskusi. Namun, fakta yang ada menurut hasil observasi membuktikan bahwa guru tidak menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran. Hal ini perlu diterapkan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi.

Metode tanya jawab yang dilakukan selama pembelajaran belum mengarah kepada kemampuan berpikir kritis peserta didik. Namun, guru tetap mengasah kemampuan berpikir peserta didik. Guru biasanya memberikan pertanyaan dengan jawaban yang salah. Akan tetapi, peserta didik tetap teguh pada jawabannya. Hal ini berarti materi yang disampaikan guru dapat dipahami peserta didik. Pertanyaan hanya sebatas yang ada dalam buku dan belum menuntut peserta didik untuk mencari jawaban atas pemikiran sendiri.

Sebagian besar peserta didik belum bisa membuat pernyataan atas suatu jawaban. Peserta didik juga belum dapat menyimpulkan materi pembelajaran yang didapat. Kesimpulan masih dibantu oleh guru.

Peserta didik kelas V belum memiliki kemampuan berpikir yang maksimal sehingga guru dalam mengajarkan materi pembelajaran secara pelan-pelan. Sebagian besar peserta didik sudah memberikan gagasannya, walaupun masih ada beberapa yang kurang aktif. Guru juga menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan supaya lebih memahami materi. Guru tidak mengalami banyak kendala di kelas. Potensi peserta didik yang berbeda-beda membuat guru harus mengajarkan materi secara perlahan. Salah satu kendala yang dihadapi guru adalah peserta didik yang berpikirnya masih lambat.

(18)

commit to user

Peserta didik ini sering mengalami ketertinggalan dan guru hanya mengajarkan secara garis besar. Guru melakukan pendekatan kepada peserta didik dan orang tua peserta didik. Tujuannya adalah untuk mengontrol perkembangan potensi peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Pendekatan ini membuat guru lebih mudah dalam mengenali karakteristik peserta didik.

5. Interaksi Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran IPA

Interaksi guru dan peserta didik terjalin dengan baik di kelas. Guru sangat terbuka kepada peserta didiknya sehingga tidak ada rasa canggung dalam berbagi pengalaman. Sikap terbuka guru masih wajar karena peserta didik tetap memiliki rasa hormat.

Interaksi yang baik membuat pembelajaran di kelas kondusif. Peserta didik juga lebih aktif dalam pembelajaran. Guru dapat dengan mudah mengkondisikan peserta didiknya. Segala cara yang dilakukan guru untuk mengkondisikan peserta didiknya selalu berhasil.

Peserta didik merespons pertanyaan yang diajukan guru. Peserta didik saling berebut menjawab pertanyaan dengan melantangkan suaranya. Guru selalu mendekati peserta didik yang pasif di kelas.

Komunikasi saat pembelajaran di kelas V terbentuk tiga pola. Pola pertama adalah aksi. Pola ini berupa interaksi satu arah yakni ketika guru menyampaikan materi pembelajaran IPA melalui ceramah dan demonstrasi, sedangkan peserta didik diam sambil mengamati dan menerima informasi dengan baik. Contohnya adalah ketika guru menyampaikan materi pembelajaran peredaran darah manusia. Guru menggambarkan sebuah alur peredaran darah untuk disampaikan dan diamati oleh peserta didik. Peserta didik mendengarkannya dengan baik.

Pola yang kedua adalah interaksi. Pola yang terjadi karena adanya proses dua arah, baik antarpeserta didik maupun antara guru dan peserta didik.

Interaksi terjadi ketika peserta didik menanyakan materi kepada peserta didik lain, meminjam alat tulis, dan bercandaan karena bosan dan tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru. Interaksi antara guru dan peserta didik

(19)

commit to user

terjadi ketika tanya jawab mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran seperti materi alur peredaran darah manusia.

Pola ketiga adalah transaksi. Pola transaksi berupa komunikasi banyak arah yang melibatkan guru, peserta didik, dan sumber belajar. Guru menunjuk lima peserta didik untuk membacakan hasil rangkuman materinya di depan peserta didik lainnya. Kegiatan ini juga diikuti dengan tanya jawab antara guru, peserta didik yang melakukan presentasi, dan peserta didik lain yang tidak melakukan presentasi.

6. Evaluasi Pembelajaran IPA

Guru memberikan soal ulangan harian untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam pembelajaran IPA. Soal tersebut berupa esai singkat. Guru menugaskan peserta didik untuk membuat soal secara mandiri beserta jawabannya sebelum memberikan soal ulangan. Tujuannya supaya peserta didik lebih memahami materi yang sudah disampaikan. Hasil yang didapat lebih baik dibandingkan dengan guru yang memberikan rangkuman dan peserta didik hanya membacanya.

Guru memberikan soal ulangan harian berupa esai singkat. Soal yang dibuat tergantung pada materi pembelajaran yang diajarkan. Namun. soal belum mengacu pada kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Evaluasi pembelajaran belum memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis. Alat penilaian yang dibuat oleh guru masih sebatas pengetahuan dan pemahaman. Guru belum maksimal dalam mengajarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga peserta didik akan kesulitan ketika dihadapkan pada masalah yang menuntut berpikir kritis.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh stimulasi bermain ular tangga terhadap perilaku cuci tangan pada anak prasekolah di TK ABA 02 Mejayan

Ayat ini menegaskan bahwa: Dan janganlah kamu mendekati zina dengan melakukan hal-hal – walaupun dalam bentuk menghayalkannya sehingga dapat mengantar seseorang

Tahap requirement analysis requirement analysis adalah tahap interaksi intensif antara analis sistem adalah tahap interaksi intensif antara analis sistem dengan

Perlakuan salinitas yang berbeda tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat penetasan telur (HR) larva kerang mutiara tetapi juga berpengaruh terhadap tingkat

Dimensi perencanaan berkaitan dengan proses perencanaan dengan indikator antara lain: adanya organisasi yang melakukan perencanaan TIK, adanya sistem perencanaan

Yksi SVL-kuljetusten ja joukkoliikenteen integroinnin tärkeistä edellytyksistä on toimi- joiden välinen yhteistyö. Tärkeää on etenkin yhteistyö kuljetusten suunnittelijoiden ja

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman yang dalam satu dekade ini umum dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Penggunaan sistem hidroponik dapat menghasilkan tanaman