• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi silang dalam kedokteran gigi adalah penyebaran penyebab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Infeksi silang dalam kedokteran gigi adalah penyebaran penyebab"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi silang dalam kedokteran gigi adalah penyebaran penyebab penyakit diantara pasien, dokter gigi, dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi (Mulyanti,2012).

Dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan gigi tidak lepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien.

Sebagai hasil pemajanan yang berulang kali terhadap mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi. Apabila tidak dilakukan pengendalian Infeksi yang efektif dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2012).

Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2012, infeksi silang dapat terjadi di tempat pelayanan kesehatan gigi melalui 4 cara, diantaranya pasien ke tenaga pelayanan kesehatan gigi, tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien dan tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dari tenaga pelayanan kesehatan gigi.

1

(2)

Hasil penelitian dari Center of Disease Control and Prevention (CDC) dari 360 orang tenaga kesehatan kejadian terluka di tempat praktek yaitu 36%

dokter gigi, 34% ahli bedah mulut, 22% perawat gigi, dan 4% mahasiswa kedokteran gigi (Munawaroh,2016).

Goodman dan Solomon mengkaji 13 laporan tentang penularan penyakit menular yang terjadi dalam praktik perawatan gigi antara tahun 1961 dan tahun 1990 diantaranya yaitu laporan kasus yang pernah terjadi di praktik perawatan gigi yaitu satu laporan yang menginformasikan bahwa tuberkulosis paru ditularkan oleh seorang dokter gigi yang terinfeksi TB paru infeksius, sembilan laporan dokter gigi terinfeksi virus hepatitis B dan menularkannya kepada pasien, serta satu laporan yang menginvestigasi dugaan seorang dokter gigi tertular HIV/AIDS (Aries,2010 cit Ramadhani dkk,2015).

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia mempunyai kewajiban untuk selalu bekerja sesuai dengan standar pelayanan kedokteran gigi di Indonesia, yaitu melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Prosedur pelaksanaan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tersebut harus dilaksanakan pada semua praktik pelayanan kesehatan gigi dan mulut di seluruh Indonesia. Dokter gigi harus dapat memastikan seluruh tenaga pelayanan yang bekerja di dalam lingkungannya mempunyai pengetahuan dan mendapatkan pelatihan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Hal tersebut termasuk kebersihan tangan, disinfeksi dan sterilisasi peralatan serta bahan yang digunakan. Teknik pembersihan,

(3)

disinfeksi dan sterilisasi harus sesuai dengan perkembangan keilmuan dan secara rutin dilakukan monitoring (Kemenkes RI,2012).

Setiap dental unit memiliki potensi sebagai perantara dalam proses infeksi silang sehingga dokter gigi maupun pasien memiliki risiko tinggi terhadap paparan infeksi silang (Guida et al., 2012 cit TH.Novia,2016).

Pusat kesehatan masyarakat merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia yang memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok dan langsung berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari dinas kabupaten (Entjang,2000 cit Steven 2014).

Puskesmas X yang berada di Jalan Pahlawan no.1 Cipanas-Cianjur terdiri dari balai pengobatan umum dan balai pengobatan gigi. Balai pengobatan gigi melakukan pelayanan terhadap kesehatan gigi dan mulut yang terdiri dari dokter gigi dan perawat gigi. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, bahwa jumlah pasien yang berkunjung ke balai pengobatan gigi puskesmas X rata-rata berjumlah 30 pasien dengan berbagai kasus.

Berdasarkan pengalaman penulis berobat di poli gigi Puskesmas X, penulis melihat pada saat proses sterilisasi alat dan alat pelindung diri yang tidak sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan, seperti kita ketahui bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui alat yang tidak disterilkan seperti HIV, TBC, dan Hepatitis.

(4)

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang pengendalian infeksi silang di Poli Gigi Puskesmas X dengan judul penelitian

“Gambaran Penatalaksanaan Pengendalian Infeksi Silang di Poli Gigi Puskesmas X”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran penatalaksanaan pengendalian infeksi silang di Poli Gigi Puskesmas X ?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran penatalaksanaan pengendalian infeksi silang di Poli Gigi Puskesmas X.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengendalian infeksi silang pada tenaga kesehatan gigi di Poli Gigi Puskesmas X.

b. Mengetahui pengendalian infeksi silang pada alat yang digunakan di Poli Gigi Puskesmas X.

c. Mengetahui pengendalian infeksi silang pada limbah di Poli Gigi Puskesmas X.

(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang gambaran penatalaksaan pengendalian infeksi di Poli Gigi Puskesmas X.

2. Bagi Institusi Jurusan Keperawatan Gigi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi atau masukan dalam hal penatalaksaan pengendalian infeksi di klinik gigi.

3. Bagi Institusi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan tentang gambaran penatalaksanaan pengendalian infeksi silang di Poli Gigi Puskesmas X, sehingga dapat digunakan sebagai pijakan untuk merencanakan pengendalian infeksi silang terutama di Poli Gigi Puskesmas X.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kapasitas dan kecepatan laju infiltrasi pada sistem OTI lebih tinggi dibandingkan dengan sistem TOT; (2) Perlakuan sistem OTI maupun TOT

Diagram tegangan pada balok yang mengalami lentur merupakan benda tegangan dengan arah tegangan sesuai dengan arah momen yang bekerja, pada momen positip serat atas

Setelah diketahui gambaran dari masing-masing kompetensi kedua kelompok sampel, selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogis antara

Yang bukan termasuk permainan yang dapat melatih keseimbangan adalah ...B. petak umpet dan

dari itu, untuk menciptakan suatu karya arsitektur yang puitis, struktur harus.. bersifat jujur, dalam artian harus memiliki nilai estetisnya sendiri

1 Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

Adanya kandungan SDBS pada ikan di pasaran kemungkinan karena air yang digunakan dalam budidaya ikan air tawar tersebut mengandung surfaktan SDBS.

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dan kondisi keuangan Bank Rakyat Indonesia dengan menganalisis rasio keuangannya