BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Mayoritas pekerja pada informal melakukan pekerjaanya masih secara manual,pekerja di tuntut memiliki kemampuan yang lebih terutama pada bagian tubuh seperti otot dan tulang.
Namun, dibalik tuntutan kerja, pekerja memiliki keterbatasan dari kemampuan yang mereka miliki seperti terkait dengan postur kerja serta beberapa faktor individu yang mempengaruhi produktivitas kerja. Pekerja sering memaksakan kemampuannya melebihi batas kemampuan sehingga pekerja sering mengalami penyakit akibat kerja1.
Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permenakertrans No. PER.01/MEN/1981). Sedangkan menurut Internasional Labour Organization (2013), penyakit akibat kerja adalah penyakit yang didapat akibat adanya suatu pemajanan terhadap beberapa faktor risiko yang timbul dari suatu kegiatan pekerjaan. Salah satunya penyakit Musculoskeletal Disorders (MSDs)2.
Muskuloskeletal merupakan suatu cedera pada jaringan lunak yang disebabkan adanya paparan yang berulang atau terus-menerus terhadap gerakan berulang, kekuatan atau posisi yang tiba-tiba atau berkelanjutan. Penyebabnya dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada struktur tubuh maupun fungsinya pada leher serta punggung bawah, sendi, saraf serta daerah tulang belakang, otot, tulang rawan, tungkai atas, tungkai bawah dan tendon. Muskuloskeletal ini dapat muncul akibat dari aktivitas yang dilakukan seseorang seperti mengangkat benda berat dan dapat juga terjadi karena adanya gerakan yang sama atau dari postur tubuh yang tidak ergonomis3.
Selain itu, ada macam-macam penyakit atau gangguan pada musculoskeletal seperti gangguang sendi (penyakit asam urat), gangguan pada tulang punggung (Low Back Pain), gangguan tulang (osteoporosis), patah tulang, gangguan pada otot (keselo, kram otot), Cedera tendon, dll.
Di Indonesia, baik industri formal maupun informal telah berkembang pesat seiring dengan kemajuan era industrialisasi global. Perkembangan ini memiliki dampak yang positif dan negatif.
Salah satu industri informal yang tumbuh paling cepat di Indonesia adalah industri batik. Industri ini dapat dilihat banyak nya batik yang diminati sampai ke internasional. Pada tahun 2009 batik
memasuki ke dalam Representattive List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity atau wairsan budaya merupakan suatu penghargaan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO4.
Terdapat beberapa perbedaan pada penggunaan peralatan kerja dan posisi kerja pada pengrajin batik sesuai dengan teknik pembuatannya, khusunya pada pengrajin batik dengan beban kerja yang besar pada bagian tangan. Peralatan kerja yang mereka gunakan seperti canting, cap dan kuas. Untuk posisi kerja pada saat bekerja, posisi duduk menggunakan kursi pendek (dingklik) dan tangan menekan canting pada bidang kerja (kain)5.
Proses pembuatan batik ini membutuhkan waktu satu bulan untuk menghasilkan kain batik yang berkualitas, tergantung pola dan corak yang dibuat. Motif dan corak yang terdapat pada kain batik berasal dari proses decanting yang membutuhkan keluasan dan ketelitian untuk mencapai hasil yang memuaskan. Dalam proses pengabungan, para pekerja duduk di ruang sempit dan dilakukan pada waktu yang lama sesuai kebutuhan. Posisi kerja mengacu pada bagaimana pekerja melakukan pekerjaan nya dengan postur tubuh yang dilakukan, maka posisi kerja yang nyaman dan aman dapat mempengaruhi produktivitas kerja yang lebih baik4.
Pekerjaan yang memaksakan tenaga kerja pada posisi kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan pekerja lebih cepat mengalami kelelahan dan secara tidak langsung memberikan tambahan pada beban kerja. Untuk penerapan posisi kerja yang ergonomis dapat mengurangi kelelahan atau masalah pada kesehatan yang berkaitan dengan postur kerja dan memberikan rasa nyaman terhadap pekerja terutama dalam pekerjaan yang monoton dan berlangsung lama. Jika penerapan ini tidak sesuai akan menimbulkan ketidaknyaman atau munculnya rasa sakit pada bagian tubuh tertentu. Salah satu nya dampak kesehatan yang sering muncul akibat dari postur kerja adalah musculoskeletal disorders (MSDs)6.
Menurut Alfara et al, 2017, umumnya, kebanyakan pekerja yang merasakan keluhan muskuloskeletal berawal dari kebiasaan yang dilakukan pada saat bekerja7. Jika postur kerja yang dilakukan tidak sesuai dan dilakukan selama durasi kerja yang relatif lama, maka akan menimbulkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Postur kerja tidak alamiah adalah sikap kerja atau posisi kerja saat bekerja yang dapat menyebabkan pada bagian-bagian tubuh menjauhi posisi alamiahnya seperti posisi punggung yang terlalu membungkuk, posisi leher yang terlalu mendongak atau menunduk, serta posisi lain yang tidak sesuai dengan posisi alamiahnya (Tarwaka, 2015)8.
Berdasarkan penelitian Krishna Tri Sanjaya, dkk (2013), keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pekerja batik yaitu bagian tubuh punggung, leher, pinggang, lengan atas kanan dan kiri, lengan bawah kanan dan kiri, pantat, betis kanan dan kiri, paha kanan dan kiri1.
Deandra Batik Tulis merupakan home industry batik yang terkenal di Bandar Lampung.
Batik yang diproduksi di Deandra Batik Tulis ini berupa batik tulis Lampungg. Proses pada pembuatan batik ini adalah dimulai dari persiapan, pembuatan pola, proses membatik, proses pewarnaan dan proses pengeringan. Proses tersebut membutuhkan peran manusia dalam mecinpatakan produk batik yang berkualitas. Pada kegiatan ini terdiri dari beberapa gerakan yang dilakukan oleh pekerja dalam waktu yang lama. Kegiatan ini dimulai dari aktivitas mencanting pada permukaan kain mori dan pekerja menjangkau cairan pada kompor. Umumnya pengrajin batik tulis bekerja dengan cara duduk. Kursi yang digunakan pada pengrajin batik adalah kursi pendek yang disebut dengan “dingklik”. Kursi ini tidak memiliki sandaran punggung, sehingga tidak adanya menopang beban tubuh pada pekerja, postur pekerja pada saat melakukan pekerja akan cenderung membungkuk. Kondisi kerja ini akan menyebabkan pengrajin batik dengan sikap kerja yangg tidak alamiah dan dapat berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan pada saat bekerja.
Menurut Tarwaka (2004), bahwa pada sikap kerja yang tidak ergonomi, pergerakan otot yang berlebihan dan aktivitas yang berulang-ulang merupakan faktor dari pekerjaan yang dapat menimbulkan terjadinya keluhan musculoskeletal. Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya musculoskeletal seperti getaran, tekanan dan makrolimat yang dikategorikan seperti penyebab sekunder dan jika terjadi membetuk kombinasi atau bersamaan antara faktor tersebut, akan dapat meningkatkan risiko terjadinya keluhan musculoskeletal2.
Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan setiap bagian otot yang dapat dirasakan seseorang, dari penyakit yang sangat ringan hingga penyakit yang sangat menyakitkan.
Pengulangan otot dapat menyebabkan kerusakan pada persendian, ligamen, tendon, dll9. Dampak pada keluhan muskoleskeletal berdampak pada kesehatan pekerja jika seseorang tidak ditangani dengan serius, keluhan ini berlanjut dalam waktu yang cukup lama dan menyebabkan kerugian baik dalam proses perawatan penyakit pekerja maupun kecacatan permanen pekerja2.
Berdasarkan hasil penelitian dari Meisi Wulan (2020), menyatakan pada posisi kerja yang kurang baik pada pengrajin batik tulis dapat menimbulkan gangguan sistem musculoskeletal seperti nyeri punggung bawah (Low Back Pain)10.
Low Back Pain dapat dirasakan oleh siapapun salah satunya pekerja pengrajin batik.
Keluhan ini merupakan jenis gangguan musculoskeletal yang dapat menyebabkan kelemahan otot, tendon, nyeri leher dan punggung pada trauma kumulatif. Penyebab nyeri punggung yang sering terjadi adalah duduk dalam waktu lama, duduk tidak benar dan aktivitas berlebihan.
Setelah duduk selama 15-20 menit, otot punggung mulai lelah (Santoso, 2013)11. Selain nyeri punggung bawah, pekerja batik dapat mengalami keluhan seperti Cumulative Trauma Disorders (CTD). Keluhan ini merupakan gangguan yang umum bersifat kronik yang mengenai jaringan lunak pada tubuh seperti otot, ligament, persendian dan saraf. Penyebab terjadinya CTD adalah postur kerja yang dilakukan dalam jangka lama. Pengrajin batik dengan masa kerja dan durasi kerja yang cukup lama, kemungkinan dapat timbulnya keluhan CTD pada pekerja12.
Sedangkan, menurut hasil penelitian dari Harlukinita, dkk (2014) pekerja batik tulis sering merasakan keluhan seperti kebas ditelapak tangan ataupun mengeluh nyeri pada telapak tangan.
Hal ini disebabkan karena pada proses pengerjaan batik tulis menggunakan alat tradisional dan memakan waktu yang lama. Penyakit ini disebut dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)13.
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu gangguan saraf tepi yang sering ditemukan di kehidupan sehari-hari diakibatkan terjadinya penyempitan pada terowongan karpal, akibatnya dapat mengakibatkan pembengkakan fasia maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil di pergelangan tangan sehingga dapat terjadinya penekanan pada pergelangan tangan13. Untuk kegiatan pembuatan kain batik yang mengaharuskan pengrajin menggerakkan tangan secara berulang, menggenggam alat membatik dengan tangan, dan menekan alat pembatik dengan tangan dapat membuat pekerja memiliki risiko terkena penyakit akibat kerja pada bagian tangan14.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan bahwa pada kondisi musculoskeletal merupakan penyebab tertinggi kedua di dunia, pada nyeri punggung menjadi penyebab utama kecacatan secara global. Pada Studi Global Burden of Disease (GBD) memberikan suatu bukti bawah dampak pada kondisi musculoskeletal menyoroti beban disabilitas yang signifikan mengenai kondisi ini. Untuk prevalensi pada kondisi musculoskeletal bervariasi seperti usia dan diagnosis antara 20%-33% orang didunia mengalami kondisi keluhan musculoskeletal15.
Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, prevalensi pada penyakit musculoskeletal di Indonesia yaitu sebesar 11,9% dan untuk gejala penyakit musculoskeletal di
Indonesia sudah mencapai 24,7% (Kemenkes RI, 2013)16. Sedangkan pada provinsi Lampung angka pada prevalensi untuk penyakit musculoskeletal berdasarkan diagnosis dan gejalanya sudah mencapai 18,9%. Angka pada prevalensi penyakit musculoskeletal ini tertinggi pada pekerjaan seperti petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2% dan meningkat terus menerus dengan mencapai pada usia antara 35-55 tahun.
Selain itu, pada perancangan sistem kerja yang tidak ergonomi dapat mengakibatkan pemakaian pada tenaga yang berlebihan serta postur kerja yang salah mengakibatkan terjadinya keluhan otot dan kelelahan dini. Fasilitas kerja yang digunakan pada saat melakukan pekerjaan seharusnya dapat membuat seseorang merasa aman, nyaman dan tidak menimbulkannya rasa lelah yang berlebihan sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan dengan hasil yang optimal17.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumardiyono, dkk (2018), risiko bahaya kesehatan pekerja pembatik tulis pada posisi duduk menggunakan kursi “dingklik” yang tidak ergonomi dapat menimbulkan gangguan musculoskeletal. Penggunaan kursi yang ergonomis dapat menurunkan tingkat gangguan musculoskeletal dari tingkat “Sedang” menjadi tingkat “Rendah”5.
Aktivitas membungkuk pada saat bekerja sebaiknya perlu dirancang seminimal mungkin agar dapat mengurangi timbulnya gangguan pada sistem muskuloskeletal. Perlu nya pengawasan terhadap pekerja saat pekerja melakukan pekerjaan agar posisi tubuh tetap ergonomi18. Hal tersebutlah yang menjadikan peneliti berkeinginan melakukan penelitian ini. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti merencanakan penelitian ini dengan judul “Hubungan Postur Tubuh Dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Pengrajin Batik Tulis di Bandar Lampung”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana gambaran postur kerja dengan keluhan muskulokeletal pada pekerja deandra batik tulis di Bandar Lampung Tahun 2021”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja deandra batik tulis di Bandar Lampung Tahun 2021.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Menggambarkan postur kerja pekerja deandra batik tulis menggunakan Quick Exposure Check (QEC).
2. Mengidentifikasi keluhan muskuloskeletal yang dialami pekerja deandra batik tulis menggunakan Nordic Body Map (NBM).
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat memahami dan mengetahui berbagai aspek kegiatan di usaha pembuatan batik tulis serta menambah pengalaman peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan ergonomi ditempat kerja.
1.4.2 Bagi Deandra Batik Tulis
Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah menjadi bahan masukan sehingga lebih mementingkan kenyamanan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.
1.4.3 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Manfaat penelitian bagi lembaga atau institusi pendidikan adalah sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian berikutnya.