• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelatihan Fleksibilitas Peran Untuk Menurunkan Derajat Behavior Based Conflict Pada Anggota Satpam PT "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelatihan Fleksibilitas Peran Untuk Menurunkan Derajat Behavior Based Conflict Pada Anggota Satpam PT "X" Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Efektivitas Pelatihan Fleksibilitas Peran Untuk Menurunkan Derajat Behavior based conflict pada Anggota Satpam PT “X” Bandung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh pelatihan Fleksibilitas Peran dalam menurunkan behavior based conflict pada anggota Satpam di PT’X” Bandung. Penelitian ini menggunakan teori Work Family Conflict (Greenhaus and Beutell, 1985).

Partisipan pada penelitian ini adalah 19 orang, yang terdiri dari anggota satpam PT’X” Bandung yang memiliki karaktristik mempunyai pasangan yang bekerja dan memiliki derajat Behavior based conflict yang berada dalam kategori tinggi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Behavior based conflict. Adapun validitas dari kuesioner Behavior- Based Conflict yaitu berkisar antara 0.694 - 0.894. Sedangkan untuk reliabilitas dari kuesioner Behavior based conflict yaitu 0.922. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan Ho ditolak dengan Z= 3.830 pada taraf kepercayaan 95% (α=0.05) Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh anggota satpam PT”X”Bandung yang mengikuti pelatihan Fleksibilitas Peran mengalami penurunan derajat Behavior Based Conflict dari tinggi menjadi kategori rendah, hal ini menandakan bahwa modul pelatihan Fleksibilitas Peran ini dapat digunakan untuk menurunkan Behavior based conflict. Anggota satpam PT”X” Bandung menghayati bahwa pelatihan Fleksibilitas Peran yang diselenggarakan ini bermanfaat, menarik dan menyadarkan mereka untuk dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan peran yang mereka jalankan sebagai anggota satpam dan sebagai kepala keluarga seperti yang telah mereka dapatkan dari setiap sesi pelatihan.

(2)

ii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The study is about the Effectiveness of Role Flexibility Training to reduce the degree of Behaviour based conflict for security guard in PT " X " Bandung. The aim of this study is to make the design of training modules and conduct role flexibility training for reducing behaviour based conflict for security at PT " X " Bandung who has a working spouse.

There were 19 participants in this study consisting of security guard PT “X " Bandung which has some criteria, such as working spouse and high degree of

Behaviour based conflict . Measuring instruments used in this study is Behaviour Based Conflic questionnaire. The validity of the questionnaire Behavior - Based Conflict ranged between 0694-0894 . As for the reliability of the questionnaire Behavior -based conflict is 0922 .

The results of these study showed that reject the nul hypothesis with Z= 3.830 with the significant degree at 95% (α=0.05). The result showed that the behaviour based conflict decreased significantly for all participants. It indicates that modules of role flexibility training can be used to decrease behavior based conflict. The data are being analyzed with Wilcoxon. The participants appreciate that the role of flexibility training is useful, interesting and sensitize them to behave in accordance with the demands of their role as members of the securituy guard and also as the head of the family.

(3)

iii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR BAGAN ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH ... 12

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN ... 12

1.3.1. Maksud Penelitian ... 12

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN ... 12

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 13

1.5. METODOLOGI PENELITIAN ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

2.1. PERAN ... 15

2.1.1. Peran (Role) ... 15

2.1.2. Konflik Peran (Role Conflict) ... 15

2.2. WORK-FAMILY CONFLICT ... 16

2.2.1. Arah dan Bentuk Work-Family Conflict ... 17

2.2.2. Behavior-Based Conflict ... 19

2.2.2.1. Pengukuran Behavior Based Work-Family Conflict ... 20

2.2.2.2. Strategi Menurunkan Behavior-Based Work-Family Conflict ... 21

2.3. PELATIHAN SEBAGAI METODE BELAJAR ... 21

(4)

iv

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

2.3.2. Fase Experiental Learning ... 22

2.3.3. Area Pembelajaran ... 24

2.3.4. Tahapan Proses Belajar Efektif ... 27

2.3.5. Pembelajaran Orang Dewasa ... 29

2.3.5.1. Proses dan Perilaku Belajar Orang Dewasa ... 29

2.3.5.2. Pendekatan Dan Strategi Belajar Orang Dewasa ... 32

2.3.6. Merancang Modul Pelatihan ... 33

2.3.7. Metode Pelaksanaan Pelatihan ... 36

2.3.7.1. Metode Ceramah (Lecturing) ... 36

3.2. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 62

3.2.1. Variabel Penelitian ... 62

3.2.2. Definisi Konseptual ... 63

3.2.3. Definisi Operasional ... 63

3.3. Alat Ukur ... 63

3.3.1. Spesifikasi Alat Ukur ... 63

3.3.2. Validitas Alat Ukur Behaviour-Based Work - Family Conflict .. 65

3.3.3. Reliabilitas Alat Ukur Behavior-Based Work- Family Conflict . 67 3.4. DATA PENUNJANG ... 67

3.5. MODUL PELATIHAN ... 67

3.6. POPULASI SASARAN DAN TEKNIK SAMPLING ... 68

3.6.1. Populasi Penelitian ... 68

(5)

v

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

3.7. TEKNIK ANALISIS DATA ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

4.1. GAMBARAN UMUM PESERTA ... 72

4.2. HASIL EVALUASI EFEKTIVITAS MODUL PELATIHAN ... 73

4.2.1. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Reaksi Peserta ... 73

4.2.1.1. Evaluasi Reaksi Peserta Terhadap Keseluruhan Pelatihan ... 74

4.2.1.2. Evaluasi Level Reaksi Peserta Terhadap Trainer dan Fasilitator ... 75

4.2.1.3. Evaluasi Level Reaksi Peserta Terhadap Setiap Sesi Pelatihan ... 76

4.2.2. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Level Learning Pelatihan ... 79

4.2.2.1. Gambaran Behavior Based Conflict Peserta Sebelum (Pretest) Dan Sesudah (Posttest) Pelatihan ... 80

4.2.2.2. Gambaran Analisis Item Behavior Based Conflict ... 78

4.3. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 89

BAB KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1. KESIMPULAN ... 108

5.2. SARAN ... 109

5.2.1. SARAN TEORITIS ... 109

5.2.2. SARAN PRAKTIS ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

DAFTAR RUJUKAN ... 114

(6)

vi

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(7)

vii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data Evaluasi ... 48

Tabel 3.1. Bentuk Kuesioner Behavior-Based Work-Family Conflict ... 64

Tabel 3.2. Kategori Penilaian Behavior-Based Work-Family Conflict ... 65

Tabel 4.1. Gambaran Peserta ... 72

Tabel 4.2. Gambaran Evaluasi Keseluruhan Pelatihan ... 74

Tabel 4.2.1. Gambaran Bahan Evaluasi : Fasilitas ... 74

Tabel 4.2.2. Gambaran Bahan Evaluasi : Pelaksanaan ... 74

Tabel 4.2.3. Gambaran Bahan Evaluasi : Metode Pelatihan .... 74

Tabel 4.2.4. Gambaran Bahan Evaluasi : Tugas Pelatihan ... 75

Tabel 4.3. Evaluasi Terhadap Trainer dan Fasilitator ... 75

Tabel 4.3.1. Evaluasi Terhadap Trainer dan Fasilitator : Trainer ... 75

Tabel 4.3.2. Evaluasi Terhadap Trainer dan Fasilitator : Fasilitator ... 75

Tabel 4.4. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi I ... 76

Tabel 4.4.1. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi I : Materi ... 76

Tabel 4.4.2. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi I : Kegiatan Pelatihan ... 76

Tabel 4.4.3. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi I : Tugas ... 77

Tabel 4.4.4. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi I : Kesesuaian ... 77

Tabel 4.5. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi II ... 77

Tabel 4.5.1. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi II : Materi ... 77

Tabel 4.5.2. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi II : Kegiatan Pelatihan ... 78

Tabel 4.5.3. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi II : Tugas ... 78

Tabel 4.5.4. Evaluasi Reaksi Terhadap Sesi II : Kesesuaian .... 78

Tabel 4.6. Uji Beda Wilcoxon ... 79

(8)

viii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.8. Item 1 ... 80

Tabel 4.9. Item 2 ... 81

Tabel 4.10. Item 3 ... 81

Tabel 4.11. Item 4 ... 81

Tabel 4.12. Item 5 ... 81

(9)

1

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi penting untuk dasar sosialisasi dari banyak hal yang harus dibekalkan pada anak-anak untuk masa depan mereka. Saat ini keluarga banyak yang memilih menjadi keluarga dengan pasangan suami istri bekerja. Perkawinan ini disebut dengan perkawinan egaliter. Menurut Lemme, Levant & Pollack (1995). Pernikahan egaliter adalah suatu pernikahan dimana kedudukan antara suami dan istri sama dan sejajar dalam menjalankan peran memimpin keluarga. Istri bersama-sama suami bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah. Sekitar 80% pasangan bekerja, baik suami maupun istri sehingga kedua-duanya sama-sama memberikan kontribusi ekonomi bagi keluarga (www.tabloidnova.com, 4 September 2009, diakses 5 juli 2012). Kondisi pasangan suami istri yang bekerja terutama dilatari oleh pemenuhan kebutuhan secara finansial sehingga suami dan istri sepakat untuk saling bahu membahu dalam hal ekonomi.

(10)

2

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Pekerjaan menjadi sarana perubahan keluarga dan diri, baik suami maupun istri. Mereka mampu merubah kepribadian dan lingkungan melalui peran dalam pekerjaan maupun peran di keluarga. Keluarga dipandang sebagai hal yang pertama dan paling penting karena di dalamnya menjadi sumber kasih sayang untuk suami/istri maupun anak-anak atau keluarga besar yang terlibat di dalamnya. Tiap orang dalam keluarga dapat mengembangkan diri dan memperoleh aktualisasi dirinya, serta merupakan tempat yang penting bagi sebuah kebahagiaan dan harapan. Sedangkan pekerjaan dalam konteks keluarga adalah salah satu upaya pasangan, baik istri maupun suami, untuk pemenuhan kebutuhan dasar bagi kehidupan keluarga (Guitin, 2009).

Pasangan suami istri bekerja memiliki pembagian tugas dan tanggung jawab yang diharapkan dapat berjalan dengan selaras. Pada kenyataannya tidak selalu peran di tempat kerja dan keluarga ini dijalani dengan baik oleh pasangan suami istri tersebut. Menurut (Prawitasari, 2007), salah satu dampak yang harus dihadapi pasangan suami istri jika mereka tidak mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga akan muncul berbagai konflik. Semakin besar waktu dan energi yang dicurahkan pada peran keluarga dan pekerjaan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik. Konflik pekerjaan dengan keluarga ini terjadi ketika individu pasangan (suami/istri) yang dituntut untuk memenuhi harapan perannya dalam keluarga dan dalam pekerjaan.

(11)

3

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha dari pekerjaan mereka. Pekerjaan memang menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun tidak selalu menjadi sumber kebahagiaan. Banyak pasangan suami istri yang mengalami ketidakseimbangan kehidupan keluarga dengan peran pasangan suami atau istri yang sekaligus sebagai pekerja di luar rumah. Gejala yang ditangkap dari hasil observasi menggambarkan bahwa banyak pasangan yang mengalami konflik dari sisi waktu yang seharusnya digunakan untuk keluarga dan pekerjaan secara proporsional. Selain itu tampak pula gejala-gejala munculnya tekanan kerja atau rumah tangga yang dihayati sebagai sumber masalah pribadi sehingga energi psikologis tidak memadai untuk mengelola rumah tangga atau menunjukkan performance kerja yang optimal. Gejala lain yang juga tampak adalah adanya perilaku-perilaku yang tidak sesuai ditampilkan sesuai dengan peran yang diemban dalam setting keluarga atau setting pekerjaan, Kebiasaan-kebiasaan dalam pekerjaan seringkali mewarnai begitu kental dalam pengelolaan rumah tangga.

Gambaran gejala-gelaja di atas menunjukkan adanya konflik dalam keluarga yang berkaitan dengan pekerjaan. Konflik yang dapat muncul antara pekerjaan dan keluarga disebut juga dengan work family conflict. Work family conflict

(12)

4

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha konsentrasi dan unjuk kerja karyawan serta munculnya banyak gangguan fisik dan kesehatan mental yang terganggu.

Jika melihat masing-masing bentuk yang telah disebutkan diatas, work family conflict juga memiliki dua arah (bidirectional), yang dapat dilihat dari sumber-sumber konflik yang berasal dari pekerjaan dan sumber-sumber konflik yang berasal dari keluarga. Dua arah dari work family conflict adalah WIF (work interference with family) yaitu tuntutan pekerjaan mengganggu urusan keluarga dan FIW (Family interference with work) (Greenhaus dan Beutell dalam Hammer et al, 2007) yaitu urusan keluarga mengganggu kegiatan pekerjaan.

Dalam kehidupan pasangan suami istri yang bekerja, work family conflict ini biasanya terjadi pada saat pasangan berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan tetapi usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan keluarganya seperti urusan anak dan menangani urusan-urusan rumah tangga, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan dengan tekanan yang berasal dari pekerjaan seperti waktu kerja, beban kerja yang berlebihan dan deadline kerja (Frone, 1992).

(13)

5

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha memenuhi waktu yang dibutuhkan oleh peran yang lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita bekerja untuk membantu ekonomi keluarga mengalami kekurangan waktu untuk mengelola rumah tangga dan membina anak-anak di rumah. Berdasarkan penelitan Nurviyanti (2012) diperoleh gambaran bahwa wanita bekerja mengalami time based conflict karena banyak waktu yang digunakan untuk pekerjaan. Dengan demikian waktu yang seharusnya digunakan untuk, merawat anak dan mengurus rumah menjadi sangat kurang. Gejala psikologis yang muncul adalah kebingungan jika beban kerja di tempat kerja tinggi. Karena pengelolaan waktu yang kurang, banyak dari mereka yang tidak disiplin dalam hal waktu dan pada akhirnya berimbas pada kesehatan yang menurun dan kurangnya konsentrasi kerja.

(14)

6

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Behavior-based conflict yaitu bentuk lain dari work family conflict yang berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga). Pada konflik berbasis perilaku diperoleh gambaran bahwa perilaku yang sebenarnya baik dan sesuai untuk satu peran diterapkan secara tidak proporsional pada peran lain sehingga berakibat pada penurunan efektivitas peran suami atau istri pada peran yang lain. Konflik jenis ini menjadi perhatian peneliti karena adanya gejala yang memprihatinkan di PT X.

PT X adalah salah satu badan usaha yang menyediakan tenaga-tenaga handal dalam hal keamanan bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga satuan keamanan (satpam). Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka kebutuhan akan tenaga satuan keamanan untuk menjaga keamanan dan ketertiban di perusahaan-perusahaan serta perumahan juga semakin meningkat. Keamanan dan ketertiban adalah merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, begitu juga dengan kesejahteraan yang seperti dua mata uang koin, yang satu muka tidak bisa terlepas dan dipisahkan dengan muka yang lain. Keamanan dan ketertiban tidak akan tercapai apabila tingkat kesejahteraan tidak memadai, sebaliknya juga tingkat kesejahteraan tidak akan tercapai apabila keamanan dan ketertiban tidak mendukung (Burhan, 2013).

(15)

7

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha performance kerja banyak ditemukan pada tenaga-tenaga keamanan berdasarkan laporan dari pengguna jasa atau koordinator wilayah yang membawahi para satpam. Gejala yang diperoleh adalah adanya masalah yang menggambarkan penurunan kedisiplinan yaitu sering terlambat masuk kerja, tidak semangat, ada pula satpam enggan untuk pulang padahal setelah lepas piket ia tentu membutuhkan waktu istirahat di rumah, kurang konsentrasi bahkan sering melamun. Performa kerja seperti ini tentu mengganggu pekerjaannya dan berdampak buruk terhadap citra perusahaan karena tanggung jawab sebagai seorang satpam itu sangat besar, ia harus mampu menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan kerja, menjaga asset perusahan selain itu lingkup kerjanya juga luas, bahkan sering berhubungan dengan para customer, sehingga dituntut kesigapan, ketegasan, keluwesan serta keramahtamahan.

(16)

8

(17)

9

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Work interference with family (WIF) dapat terjadi jika perilaku yang ditampilkan sesuai perannya di pekerjaan mempengaruhi perilakunya di rumah, sebagai contoh: perilaku para satpam yang diwarnai dengan perilaku layaknya militer di pekerjaan seperti bersikap sangat disiplin, bersuara lantang, dan tegas tampak terbawa ke dalam lingkup keluarga menjadikan perannya sebagai ayah menjadi terhambat karena relasi dan komunikasi di keluarga tidak berjalan dengan baik dengan cara-cara ketegasan, kedisiplinan dan kekakuan sikap kepala keluarganya. Komunikasi yang minim dengan istri dan anak-anak menjadi konsekuensi dari perilaku kerja yang dibawa ke rumah yang memiliki karakteristik situasi dan tuntutan yang berbeda dengan pekerjaannya sebagai tenaga keamanan. Dari hasil wawancara dengan satpam PT’X’ juga diperoleh data bahwa mereka juga menganggap bila tidak bersikap keras di rumah maka istri dan anak- anaknya tidak akan menghargainya, istri sering mengeluh bahwa sikapnya terlalu keras, anak sering merasa takut. Dari beberapa pernyataan tersebut tergambar adanya konflik dengan arah work interference with family (WIF).

Konflik dengan arah family interference with work (FIW) terjadi jika perilaku yang ditampilkan sesuai dengan tuntutan perannya di keluarga mempengaruhi perilakunya di pekerjaan. Dari hasil wawancara pada satpam PT’X’ didapatkan data bahwa ada teman-teman di lingkungan kerja sering menyalah artikan kebaikannya dengan menyuruhnya menggantikan jadwal jaga mereka padahal ia juga terkadang butuh istirahat setelah lelah piket malam, kadang takut dianggap galak oleh karyawan perusahaan ataupun oleh customer

(18)

10

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha sering ditegur oleh atasannya karena ia sering bercanda dengan sesama satpam walaupun maksudnya adalah untuk mencairkan suasana. Beberapa pernyataan tersebut menggambarkan adanya konflik dengan arah family interference with work (FIW).

Kondisi konflik tersebut di atas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena berdampak buruk pada penyelenggaraan fungsi keluarga yang benar dan pencapaian unjuk kerja yang optimal. Inti dari penanganan konflik adalah terciptanya fleksibilitas dalam menjalankan perilaku kerja dan perilaku di keluarga. Fleksibilitas juga berarti mampu untuk menghayati dan menjalankan peran sesuai dengan situasinya. Untuk pencapaian kondisi yang fleksibel ini diperlukan suatu cara yang tepat untuk mengatasi atau menurunkan behavior-based work-family conflict. Ada beberapa macam kegiatan yang bisa digunakan dalam memfasilitasi anggota satpam untuk mengurangi behavior based conflict, namun peneliti dalam hal ini menggunakan kegiatan pelatihan sebagai metode intervensi.

Salah satu bentuk intervensi yang dianggap tepat untuk menurunkan

(19)

11

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha pekerjaan, fungsi keluarga, penghayatan yang seharusnya berbeda sebagai pekerja dan ayah atau suami, serta kurangnya keterampilan-keterampilan sosial yang berkaitan dengan kedua peran yang dijalankannya. Metode intervensi berupa pelatihan yang digunakan lebih memberikan pengembangan secara sistematis mengenai pengetahuan yang dibutuhkan anggota satpam dengan derajat

behavior based conflict yang tinggi. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Lucas (1994), bahwa pelatihan atau training didefinisikan sebagai suatu aktifitas formal maupun non formal yang berkontribusi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan tingkat kemampuan seseorang. Selain itu, penentuan pelatihan sebagai intervensi masalah ini mempertimbangkan keefektifannya dalam proses pembelajaran di level reaksi dan learning.

Pelatihan yang dirancang untuk menurunkan behaviour-based conflict

(20)

12

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

a. Bagaimana rancangan modul pelatihan fleksibilitas peran ?

b. Apakah modul pelatihan behavior based conflict yang dibuat dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menurunkan behavior based conflict pada anggota satpam di PT’X’ Bandung?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1. Maksud Penelitian

Pemberian pelatihan fleksibilitas peran untuk menurunkan behavior based conflict pada satpam PT’X’ Bandung

1.3.2. Tujuan Penelitian

a. Memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat menurunkan

behavior based conflict pada anggota satpam yang terukur melalui evaluasi level reaction dan level learning.

b. Mengetahui penurunan derajat behavior based conflict pada anggota satpam setelah diberikan pelatihan fleksibiltas peran.

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1. Kegunaan Teoritis

(21)

13

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha b. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

tema behavior based conflict.

c. Menjadi referensi pembuatan modul pelatihan sebagai intervensi bagi permasalahan yang berkaitan dengan behavior-based conflict

1.4.2. Kegunaan Praktis

a. Bagi anggota satpam PT’X’ sebagai peserta pelatihan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang melekat dengan peran gandanya sebagai satpam dan kepala keluarga sehingga dapat digunakan sebagai bahan refleksi diri untuk lebih fleksibel dalam menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga yang seimbang sesuai dengan kondisi yang dijalaninya. b. Bagi PT X, terutama bagian pengembangan sumber daya manusia,

penelitian ini bisa diterapkan sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami anggota satpam sehingga diperoleh

performance kerja terbaik.

1.5. METODOLOGI PENELITIAN

(22)

14

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha diberikannya pelatihan fleksibilitas peran. Independent variabel dalam penelitian ini adalah modul pelatihan fleksibilitas peran.

b. Subjek dalam penelitian ini adalah satpam PT "X” Bandung yang memenuhi karakteristik subjek penelitian. Subjek penelitian adalah anggota satpam yang mengalami behavior-based conflict dalam derajat tinggi.

c. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner behavior-based conflict yang diambil dari 6 item terakhir (13-18) dari kuesioner

work-family conflict yang disusun oleh Carlson. Kacmar & Williams (2000) yang merupakan pengembangan dari teori Greenhaus & Bautell (1985).

d. Data yang diperoleh dari hasil uji coba modul pelatihan akan dianalisis menggunakan Uji Statistik Wilcoxon (Wilcoxon Signed-Rank Test) dan evaluasi reaksi dan learning pelatihan dari Kickpatrick, serta tabulasi silang antara variabel utama dan data-data penunjang.

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(23)

108

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini telah teruji dapat digunakan untuk menurunkan behavior based conflict pada anggota satpam PT “X” Bandung yang mengikuti pelatihan, terbukti setelah mengikuti pelatihan hasil post test peserta mengalami penurunan..

2. Rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini mendapat reaksi positif dari seluruh peserta pelatihan. Sebagian besar peserta merasakan bahwa pelatihan ini sangat berguna untuk menambah wawasan mengenai fleksibilitas peran dalam pekerjaan dan dalam kehidupan keluarga, sebagian lagi mengatakan menjadi lebih percaya diri dalam berperilaku baik di rumah maupun di pekerjaan.

(24)

109

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha peserta menilai menarik. Tugas- tugas dan handout yang diberikan selama pelatihan, sebagian besar peserta menilainya bermanfaat.

4. Hasil evaluasi level reaksi peserta terhadap trainer dan fasilitator, sebagian besar peserta memberikan penilaian dalam range sangat baik dan baik.

5. Hasil evaluasi level reaksi sebagian besar peserta terhadap kegiatan pelatihan pada sesi I adalah sangat bermanfaat dan menarik.

6. Hasil evaluasi level reaksi sebagian besar peserta terhadap kegiatan pelatihan sesi II yaitu sangat bermanfaat dan sangat menarik.

7. Hasil evaluasi level learning, dengan menggunakan analisis uji beda Wilcoxon maka diperoleh hasil bahwa terdapat penurunan behavior conflict

dari sebelum sampai sesudah pelatihan.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan saran teoritis dan saran praktis, sebagai berikut :

5.2.1. SARAN TEORITIS

Kepada penelitian lain, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk : a. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan

behavior based conflict dengan adanya jangka waktu pemberian pretest dan

(25)

110

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hasil dari pemberian pelatihan tersebut semakin efektif.

b. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan

behavior based conflict dengan membandingkan dengan rancangan model intervensi yang lain.

c. Melakukan evaluasi penelitian hingga 4 level yaitu level reaksi, level

learning, level perilaku dan level hasil agar keefektifan pelatihan fleksibilitas peran untuk menurunkan behavior based conflict makin terlihat jelas.

5.2.2. SARAN PRAKTIS

1. Kepada anggota satpam PT”X” Bandung, modul pelatihan ini dapat menjadi media untuk memperoleh pemahaman mengenai pentingnya menurunkan

behavior-based work family conflict dan memperoleh keterampilan untuk menjalankan peran sehari-hari terutama di area pekerjaan dan keluarga.

(26)

108

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Alicia A. Grandey*, Bryanne L. Cordeiro and Ann C. Crouter (2005). "A longitudinal and multi-source test of the work–family conflict and job satisfaction relationship", Journal of Occupational and Organizational Psychology, Volume 78, Issue 3, pages 305–323.

Anthony M. Graziano, Michael L. Raulin (2000). Research Methods: A Process of Inquiry (8th Edition). Pearson.

Barling, J.,Kelloway, F. Kelvin, & Frone, Michael R.1999. “Handbook of Work Stress”. California: Sage Publications Inc.

Baron Branscombe & Byrne (2008), "Social Psychology". Allyn & Bacon, Incorporated

Burhan, Wirman, H.2013. “Manajemen Security Sisbinkamtibmas Swakarsa”.

Bandung :RekayasaSains.

Burke, R. J., & Bradshaw, P (1981). “Occupational and life stress and the family. Small Group Behavior”, 12, 329-375.

Benjamin S. Bloom (1956). “Taxonomy of Educational Objectives Book 1: Cognitive Domain”. Longman, NY.

Bramley, P (1996). “Evaluating Training Effectiveness: Translating Theory into Practice (The Mcgraw-Hill Training Series)”, Mcgraw-Hill

CLARKE-STEWART, Alison & DUNN, Judy (Eds.)(2006). “Families Count: Effects on Child and Adolescent Development”. NY: Cambridge University Press.

DeGenova, Maty Kay. 2009. ”Intimate, Rletaionship, Marriage &Familie Seventh Edition.New York : McGraw Hill. Companies.

Edgar H. Schein (1973). "Organizational Psychology", Prentice-Hall of India. Gulo W. 2002. “Metodologi Penelitian”. PT.Gramedia Widiasarana. Jakarta. Greiff, B. S., & Munter, P. K (1980). “T'radeoffs: Executive, family and

organizational life”. New York: New American Library.

(27)

109

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Khan, R.L, Wolfe, D.M, Quin, R,Snoek, J,D dan Rosenthal,

R.A.1964.”Organizational stress: Studies in role confict and ambiguitas”. New York: Wiley.

Margaret Anne Reid, Harry Barrington & Mary Brown (2000). “Human Resource Development. Chartered Institute of Personnel and Development”.

Malcolm Shepherd Knowles (1990). “The Adult Learner: A Neglected Species (Building Blocks of Human Potential)”. Gulf Publishing Co; 4 Sub edition.

Myers. 2001. “Social psychology (fifth edition)”. New York : Mc Graw Hill Companies, Inc.

Noe. R. A (2002). “Employee training and development (2nd ed)”. Boston: McGraw-Hill

Olson, D.H &Defrain, J. 2006.“Marriages, diversity and strengths (5ed)”.New York. McGraw Hill Company.

Pannen, P dan Malati, I (1994). “Mengajar di Perguruan Tinggi Bagian Dua Pendidikan Orang Dewasa”. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Papalia, D.E., Olds. S.W.,& Feldman R. D. 2007. “Human Development 10th ed”. New York : McGraw Hill. Companies.

Perrewe, Pamela L., Ganster, Daniel C. 2007. “Exploring The Work And Non- work Interface” (first edition). USA: Elsevier.

Santrock, John. W. 1998. “Adolecence 7thed”. New York : McGraw Hill.Companies.

Sarbin, T.R. & Allen, V.L. 1968.“Role theory, handbook of social psychology”

Vol 1. Massachusetts. Addison Wesley publisher co.

Silberman, M. (1996). “Active learning: 101 strategies to teach any subject”. Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, Djudju (2006). "Evaluasi program pendidikan luar sekolah untuk pendidikan nonformal dan pengembangan sumber daya manusia”. Bandung: Remaja Rosdakarya

(28)

110

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Stephen D. Brookfield, and Preskill, Stephen. (1999) “Discussion as a Way of

Teaching: Tools and Techniques for University Teachers”.

Buckingham: SRHE and Open University Press.

Voydanoff, Patricia. 2007. “Work, Family and Community : Exploring Interconnections”. New Jersey : Lawrence Elbaum Associates ,Inc. Walter, Gordon A. and Marks, Stephen F. (1981). “Experiential Learning and

Change: Theory, Design and Practice”. New York, NY: John Wiley & Sons.

Wilbert J McKeachie (1969) . “Teaching Tips a Guidebook for the Beginnning College Teacher 6th Edition”. D C Heath.

(29)

111

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Bernett., Del Campo., Del Campo., Stainer. 2003. “Work and Family

Balance among dual earner working-class Mexican-American. Implacation for Therapists. Contemporary Family Therapy, 25 (4), 353-366.

Bhowon, Umo. 2005. “Work and Family: Conflict, Role Salience and

Satisfaction”. [on-line]. Tanggalakses : 17 Agustus 2011. Available FTP http://vcampus.uom.ac.mu/ researchweek/ rw08/posters/ eg2/ abstract72.doc.

Busby, Dean M., Christensen, Clark., Crane, D. Russell., Larson, Jeffry H. 1995. “A Revison Of The Dyadic Adjustment Scale For Use The Distressed

And Nondistressed Couples: Construct Hierarchy And Multidimentional Scales. Journal Of Marital and Family Therapy Vol. 12, No. 3, 299-308.

Carlson., Kacmar., Williams. 2000. “Construction and Initial Validation Of A Multidimentional Measure Of Work Family Conflict”. Journal of Vocational Behavior, vol. 56, pg. 249-276.

Christine; Megawati,O; Indah, M. 2010. “Pengaruh Konflik Pekerjaandan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studipada Dual Career Couple di Jabodetabek)”. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 12, No. 2, September 2010.

Damayanti, Natalia. 2011. “Tesis: PerancangandanUjiCobaModulPelatihanSelf

RegulationFase Forethought bidangakademikpadasiswakelas VIII di SMP X Bandung”. Bandung : Magister PsikologiUniversitas Kristen Maranatha.

Derya, Selin. 2008. “Thesis : Crossover Of Work Family Conflict : Antecedent

and Consequences Of Crossover Process In Dual Earner Couples”. Turkey : Psychology of Koc University.

Desmayanti, Shintya. 2009. “Skripsi : Hubungan Resolusi Konflik dan Kepuasan

(30)

112

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Mirtha Yolanda (2012), “Uji Coba Modul Pelatihan Strain Based Conflict arah

Work Interference Family (SBC-WIF) dalam Meningkatkan Dyadic Cohesion pada Pasangan Suami Istri yang Bekerja”

Frone., Russel., and Cooper. 1992. “Antecedents and outcomes of work-family conflict: Testing a model of the work-work-family interface”.

Journal of Applied Psychology, 77 (1):65–78.

Greenhaus., andBeutell. 1985. “Sources of Conflict between Work and

Family Conflict Roles”. The Academy of Management Review, Vol. 10, No. 1 (Jan., 1985), pp. 76-88.

Guitian, Gregorio. 2009. “ Conciliating Work and Family: a Catholic Social

Teaching Perspective. Journal of Business Ethic, 88: 513-524.

Higgins, Christhoper A., and Duxbury, Linda E. 1992. “Work Family Conflict : A Comparison of Dual Career and Traditional Career Men.” Journal Of Organizational Behavior. 13 :389 – 411.

Hassan, R. (2004, 19 Juni).Usia Lima TahunPerkawinanRawan. Diakses 28 juni 2012darihttp://www.republika. co.id.

Mabes Polri. 2007. "Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah”. Jakarta.

Malekiha., Baghban., Fatehizade. 2008. “Study Of Effect Shiftwork On

Work Family Conflict And Marital Satisfaction In Female Nurse Of Educational Hospital”. Journal Of Behavioral Sciences vol. 2, no. 3, pg 253-262.

Minnote, Krista L., Minnotte, Michael C., Pedersen, Daphne E., Mannon, Susan E., Kiger, Gary. 2010. “His and Her Perspectives : Gender Ideology, Work to Family Conflict, and Marital Satisfaction”. [online].

diakses 8 Agustus 2011.

http://www.mendeley.com/research/perspectives-gender-ideology-worktofamily-conflict-marital-satisfaction/#page-1.

Mufida, Alia. 2008. “Skripsi :Hubungan Work Family Conflict dengan

Psychological Well Being Ibu yang Bekerja ” . Jakarta :FakultasPsikologiUniversitas Indonesia.

(31)

113

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Nurvianti Kusuma Pratiwi (2012), “Perancangan dan Uji Coba Pelatihan untuk

Meningkatkan Role Salience Menjadi Kategori Sedang Pada Wabita Dual Career di Bandung”

Olson, D. H., Fowers, B. J. (1989). Enrich Marital Inventory : A discriminant Validity and Cross Validity Assesment. [online]. Tanggal Akses : 16 Febuari 2012. Available FTP : www.prepareenrichcanada.com/ studies/ study3.html.

Prawitasari, A. K ; Purwanto, Y ; Yuwono, S. 2007. “Indigenous Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Hubungan Work-Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawati Berperan Jenis Kelamin Androgini di PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Cabang Purbalingga. Jurnal Manajemen Vol 9, no. 2.

Steiner, J (1972). “What price success?” Harvard Business Review, 50(2), 69-74. Tine Lisdiana (2014), “Rancangan dan Uji Caba Modul Pelatihan untuk

Menurunkan Time Based Work Family Conflict pada Wanita yang Bekerja di Bandung”

Walker, E. J (1976). “Til business do us part?” Harvard Business Review, 54(1), 94-101.

Wismanto, B. KepuasanPerkawinanDiperoleh Dari KomitmenPerkawinan. Diakses 28 Juni 2012 dari http://www.unika.ac.id/ warta/ 22082005.htm. www.tabloidnova.com, 4 september2009 diakses 5 juli 2012.

Referensi

Dokumen terkait

The benefit of pulmonary rehabilitation against quality of life alteration and functional capacity of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient assessed using St G

Hasil penelitian menyimpulkan (1) tidak semua pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah vokasi berlatar belakang keilmuan bahasa Indonesia (2) kreativitas

41 Pola Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Sumatera Barat Sosial Humaniora, Seni Budaya, Pendidikan Penelitian Lapangan Dalam Negeri (Menengah). SYOFIARTI

Kinerja perawat merupakan penampilan kerja perawat berdasarkan standar- standar atau uraian tugas perawat yang telah ditetapkan (Swansburg, 2000).Kinerja perawat dalam

37 Dari uji rating atribut yang dilakukan produk yang memiliki nilai paling tinggi baik untuk atribut flavor, kelelehan, kelembutan, dan penerimaan umum adalah

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN DANA PNPM-MPd (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN.. MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN) KECAMATAN MAJENANG

Sehingga, Mesin Tenun merupakan suatu alat yang digerakkan oleh motor penggerak atau tenaga manusia untuk menghasilkan suatu kerajinan yang berupa kain. Penunjang

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah komponen corporate governance yaitu dewan pengawas syariah, komite renumerasi dan nominasi dan struktur kepemilikan berpengaruh