• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PANJANG – BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN KAKAP TOMPEL (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PANJANG – BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN KAKAP TOMPEL (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PANJANG – BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN KAKAP TOMPEL (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)

SKRIPSI

WIDAD SYAMMULIA L211 13 002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

HUBUNGAN PANJANG – BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN KAKAP TOMPEL (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)

Oleh:

WIDAD SYAMMULIA L211 13 002

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(3)
(4)

ABSTRAK

WIDAD SYAMMULIA. L211 13 002. Hubungan panjang – bobot dan faktor kondisi ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775). Di bawah bimbingan Farida G. Sitepu sebagai Pembimbing Utama dan Suwarni sebagai Pembimbing Anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang bobot dan faktor kondisi berdasarkan jenis kelamin ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma). Kegunaan penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai pola pertumbuhan dan kebugaran ikan kakap tompel.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2017.

Pengambilan sampel ikan dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan Rajawali Makassar. Analisis terhadap sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pengambilan ikan contoh dilakukan empat kali selama dua bulan dengan mengambil seluruh hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan alat tangkap berupa jaring insang tetap dan jaring tiga lapis. Sampel diukur panjang total dan bobot tubuhnya kemudian sampel dibedah dengan menggunakan pisau bedah dan diamati jenis kelamin. Hubungan panjang bobot ikan menggunakan

isometrik menggunakan rumus (Beckam, 1995 dalam Andy Omar, 2015) dan pertumbuhan alometrik menggunakan rumus (Ricker, 1975 dalam Andy Omar, 2015).

Jumlah sampel ikan kakap tompel yang diperoleh selama penelitian sebanyak 203 ekor. Sampel ikan jantan sebanyak 136 ekor dan sampel ikan betina sebanyak 67 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan panjang bobot ikan kakap tompel (L. Fulviflamma) yang diamati berdasarkan kisaran panjang total tubuh jantan 178-229 mm dan betina 169-220 mm, kisaran bobot tubuh jantan 89,32-189,02 g dan betina 70,25-171,43 g. Korelasi panjang bobot ikan kakap tompel jantan dan betina memiliki hubungan yang erat atau kuat.

Tipe pertumbuhan ikan kakap tompel jantan bersifat isometrik sebaliknya tipe pertumbuhan ikan kakap tompel betina menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negatif. Faktor kondisi ikan kakap tompel jantan dan ikan kakap tompel betina berbeda nyata.

Keyword : ikan kakap tompel, Tipe pertumbuhan, Faktor kondisi

(5)

ABSTRACT

WIDAD SYAMMULIA. L211 13 002. Long relations – The weight factor and the snapper black spot conditions (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775).

Supervised by Farida G. Sitepu as the main supevisor and Suwarni hade as the second supervisors.

The purpose of this research are to determine the relationship of weight length and condition factors based on sex of snapper black spot (Lutjanus fulviflamma). The useful of this research are to provide the information about the growth pattern and fitness of the snapper black spot.

During April to July 2017, The sample was taken at “Auction fish Rajawali Makassar”. The sample analysis was conducted at the Laboratory of Fisheries Biology, Department of Fisheries, Faculty of Marine Science and Fisheries, Hasanuddin University, Makassar.

The sampling was done on four times over two months by taking all the catches of fishermen by using fishing gear in the form of permanent gill nets and triple net. The sample measured the total length and weight after the sample was dissected using a scalpel and observed the sex. Long-term relationship of fish weight using equation (Effendie, 1997) and calculation of isometric growth factor factor by formula (Beckam, 1995 on Andy Omar, 2015) and allometric growth using formula (Ricker, 1975 on Andy Omar, 2015).

The number of snapper black spot samples obtained during the study 203. The sample of male fish are 136 fish and the female fish samples are 67 fish. The results showed that the long correlation - the weight of the snapper black spot (L. Fulviflamma) was observed based on the total length of the male body 178-229 mm and the female 169-220 mm, the range of male body weight 89.32-189.02 g And the female 70, 25 -171.43 g. The long correlation of male and female fishes has a close or strong relationship.

The growth type of male snapper black spot is isometric in contrast to the type of growth of the female snapper which shows negative allometric growth pattern. Factor The condition of male and female snapper black spot fish is significantly different.

Keywords: snapper black spot, growth type, condition factor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bontang pada tanggal 15 April 1995, dan merupakan anak kedua dari 5 bersaudara pasangan Ayahanda Muhammad Nur Syamsir, SE dan Ibunda Muliana, SE. Penulis memulai pendidikan pada tingkat Taman Kanak-Kanak TK Cendrawasih Bontang dan lulus pada tahun 2002, tahun 2007 lulus SD Negeri 008 Bontang, tahun 2010 lulus Mts Negeri Al-Ikhlas Bontang dan tahun 2013 lulus SMK Negeri 2 Bontang. Pada bulan agustus 2013 penulis diterima sebagai Mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(7)

iv   

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan sholawat atas junjungan nabi kita Muhammad SAW atas contoh teladannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan Judul

“Hubungan Panjang – Bobot Dan Faktor Kondisi Ikan Kakap Tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis kepada :

1. Keluarga penulis, Ayahanda Muhammad Nur Syamsir dan ibunda Muliana, serta saudara - saudara tercinta Kakak Dia, Adek dea, Adek Dede dan Adek Dedi atas segala doa, dukungan dan semangat yang tak henti-hentinya baik secara moril dan material.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Farida G. Sitepu, M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu Ir. Suwarni, M.Si selaku pembimbing anggota atas segala waktu, masukan dan bimbingan kepada penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih atas segala koreksi dan dukungan kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc., Bapak Dr. Ir.

Muhammad Arifin Dahlan, M.Si., Bapak Dr. Ir. Budiman Yunus, M.Si selaku tim penguji atas arahan, saran, kritikan dan masukkan selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

4. Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan, Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan para dosen beserta staf Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan yang telah memberikan sumbangsih yang sangat besar kepada penulis

(8)

v   

5. Teman–teman seperjuangan Manajemen Sumberdaya Perairan Angkatan 2013 dan seluruh kawan-kawan Perikanan, KMP MSP FIKP UNHAS, FDC UNHAS, Terkhusus kepada tim peneliti ikan kakap tompel Zulfadly Ahmad, Melinda David, Enggar Trio Wardani. Tim seperjuangan penelitian ikan betutu Fatmawaty, Adiara Firdhita AN, Syuryani atas segala bantuan kerja sama, doa dan dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenannya berbagai saran dan kritik membangun senantiasa diharapkan di masa mendatang, sehingga bermanfaat serta memberi nilai untuk kepentingan ilmu pengetahuan selanjutnya dan segala amal baik serta jasa dari pihak yang membantu penulis mendapat berkat dan karunia-Nya. Amin yaa robbal alamin.

Makassar, Agustus 2017 Penulis

Widad Syammulia

(9)

vi   

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Tujuan dan Kegunaan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Klasifikasi dan deskripsi ikan Kakap tompel (Lutjanus fulviflamma

Forsskal, 1775) 3

II.2 Kebiasaan hidup dan penyebaran ikan kakap tompel (Lutjanus

fulviflamma Forsskal, 1775) 4

II.3 Hubungan panjang - bobot ikan kakap tompel (Lutjanus

fulviflamma Forsskal, 1775) 5

II.4 Faktor kondisi ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal

17775) 6

III. METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat 8

III.2 Alat dan Bahan 9

III.3 Metode pengambilan sampel 9

III.4 Prosedur Pengamatan Laboratorium 9

III.5 Analisis data 10

A. Hubungan panjang – bobot 10

B. Faktor kondisi 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hubungan panjang - bobot ikan kakap tompel (Lutjanus

fulviflamma Forsskal, 1775) 12

IV.2 Faktor kondisi ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma

Forsskal, 1775) 16

V. SARAN

V.1 Kesimpulan 18

V.2 Saran 18

(10)

vii   

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(11)

viii   

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil analisis hubungan panjang bobot tubuh ikan kakap tompel

(Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) jantan dan betina 12 2. Nilai faktor kondisi ikan Kakap tompel (Lutjanus fulviflamma

Forsskal, 1775) berdasarkan jenis kelamin 16

(12)

ix   

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) 4 2. Peta lokasi penelitian pengambilan contoh ikan di Tempat

Pendaratan Ikan (TPI) Rajawali, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 8 3. Hubungan panjang – bobot ikan kakap tompel (Lutjanus fulvilamma

Forsskal, 1775) jantan 15

4. Hubungan panjang – bobot ikan kakap tompel (Lutjanus fulvilamma

Forsskal, 1775) betina 15

(13)

x   

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis regresi hubungan panjang – bobot ikan kakap tompel

(Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) jantan 22 2. Analisis regresi hubungan panjang – bobot ikan kakap tompel

(Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) betina 23 3. Uji statistik faktor kondisi ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma

Forsskal, 1775) jantan dan betina 24

4. Catatan Lapangan Wawancara 25

(14)

1   

I. PENDAHULUAN

I.1

Latar belakang

Famili ikan kakap ditemukan pada perairan laut tropis dan subtropis pada daerah berkarang, lamun dan berpasir. Kelompok ikan snapper hidup pada perairan dangkal sampai menengah yaitu 100 meter, walaupun beberapa spesies bisa hidup sampai kedalaman 500 meter (WWF - INDONESIA, 2011).

Ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma) biasa juga disebut dengan ikan bunga baru. Ikan kakap tompel merupakan jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi dimana harga ikan Kakap tompel dapat mencapai Rp. 4.000 – 7.500/ekor dan ikan ini banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki rasa yang enak dan daging yang empuk (hasil wawancara nelayan). Daging ikan kakap mengandung Air (80,3 %), Protein (18,2 %), Lemak (0,4 %), Abu (1,1 %) (Ditjen Perikanan, 1990).

Berdasarkan data produksi hasil tangkapan Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan tahun 2015, produksi hasil tangkapan ikan kakap mengalami fluktuasi dari tahun ketahun, dimana pada tahun 2010 produksi hasil tangkapan ikan kakap mencapai 514.5 ton, pada tahun 2011 hasil tangkapan mengalami penurunan produksi 188.5 ton, pada tahun 2012 hasil tangkapan mengalami peningkatan mencapai 344.0 ton, pada tahun 2013 hasil tangkapan kembali mengalami peningkatan mencapai 384.1 ton, pada tahun 2014 mengalami penurunan produksi 112.2 ton.

Penelitian yang telah dilakukan adalah tentang studi hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan kakap merah (Lutjanus boutton) di Perairan Pallameang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Noor, 2011) tetapi tentang ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma) masih sangat kurang terutama di

(15)

2   

Sulawesi, sementara keberadaan ikan kakap tompel terdapat di alam sehingga perlu dilakukan pengelolaan terhadap ikan kakap tompel ini.

Dalam pengelolaan diperlukan informasi tentang aspek biologi antara lain hubungan panjang bobot dan faktor kondisi. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan.

I.2 Tujuan dan kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang bobot dan faktor kondisi berdasarkan jenis kelamin ikan kakap tompel yang tertangkap di tempat pelelangan ikan (TPI) Rajawali kota Makassar.

Kegunaan dari penelitian ini, diharapkan untuk memberikan informasi mengenai pola pertumbuhan dan kebugaran ikan kakap tompel.

(16)

3   

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Klasifikasi dan deskripsi ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)

Klasifikasi ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma) Menurut Nelson (2006) dan Andy omar (2012) adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata Sub phylum : Craniata

Super kelas : Gnathostomata Kelas : Actinopterygii Sub kelas : Neopterygii Divisi : Teleostei Sub devisi : Euteleostei Super ordo : Acanthopterygii Seri : Pecomorpha Order : Perciformes Sub ordo : Percoidei Super famili : Percoidea Famili : Lutjanidae Sub famili : Lutjaninae Genus : Lutjanus

Spesies : Lutjanus fulviflamma (Forsskal, 1775)

Ikan kakap tompel (Gambar 1) merupakan anggota famili Lutjanidae yang mempunyai ciri badan lonjong dan pipih (Kordi et al., 2010). Sirip punggung ikan kakap tompel mempunyai 10 duri keras dan 12-14 duri lunak, sirip dubur mempunyai 3 duri keras dan 8 sirip lunak (Fishbase, 2017).

(17)

4   

Gambar 1. Ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) yang di daratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rajawali, Kota Makassar

Ikan kakap tompel pada umumnya berwarna keputih-putihan atau coklat terang pada sisi tubuh, coklat tua pada bagian atas kepala dan punggung, terdapat 6 sampai 7 garis kuning pada sisi, sebagian besar dibawah gurat sisi.

Bagian bawah kepala, perut, sebagian besar batang ekor, dan sirip-sirip kekuning-kuningan. Sebuah bintik hitam (black spot) yang mencolok yang terdapat tepat pada garis rusuk di bawah dasar bagian depan sirip sirip lemah punggung (Saranga, 2004).

II.2 Habitat, kebiasaan hidup dan penyebaran ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)

Golongan ikan ini hidup di daerah terumbu karang. Pada usia muda ikan ini kadang-kadang ditemukan di muara sungai atau di hilir sungai, air tawar dan pada usia dewasa ikan ini biasanya ditemukan pada daerah pesisir, terumbu karang dan di laguna. Makanan utamanya adalah ikan, udang, kepiting dan krustasea lainnya (Discover Life, 2017).

(18)

5   

Penyebaran ikan kakap tompel tersebar di Indo-Pasifik dari Samoa ke Afrika Timur, dan dari Australia utara ke Kepulauan Ryukyu. Tersebar luas di perairan pantai Taiwan (Fishbase, 2017).

II.3 Hubungan panjang bobot ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)

Hubungan panjang bobot ikan bertujuan untuk melihat pola pertumbuhan ikan dengan parameter panjang dan bobot. Bobot dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya, dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang atau sebaliknya. Selain itu, dapat diketahui juga pola pertumbuhan, kebugaran dan pengaruh perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan (Effendie 2002).

Pengukuran panjang tubuh ikan memberikan bukti langsung terhadap pertumbuhan. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap berlangsung walaupun ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan. Panjang tubuh ikan dapat diukur dengan cara mengamati panjang total, panjang cagak, dan panjang baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Panjang cagak adalah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan sampai ujung bagian luar lekukan sirip ekor, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan dari kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggungnya atau pangkal sirip ekor (Effendie 2002).

Effendie (2002) menyatakan bahwa jika panjang dan bobot diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = a Lb(W = berat, L = panjang, a dan b adalah suatu konstanta). Nilai b berfluktuasi antara 2,5 dan 4 tetapi kebanyakan mendekati 3 karena pertumbuhan mewakili peningkatan dalam tiga dimensi, sedangkan pengukuran panjang diambil dari satu dimensi.

(19)

6   

Nilai b yang merupakan konstanta adalah nilai pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan.

Nilai b=3 menggambarkan pertumbuhan isometrik, yang akan mencirikan ikan mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah atau pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan bobot. Nilai b ≠ 3 menggambarkan pertumbuhan alometris. Jika b < 3 menunjukkan pertambahan panjang ikan lebih cepat dari pertambahan bobot. Jika b > 3 menunjukkan pertambahan bobot ikan lebih cepat dari pertambahan panjang ikan (Effendie, 2002).

Hasil penelitian Noor (2011) ikan kakap merah jantan memiliki kisaran panjang tubuh 110–149 mm (rata-rata panjang tubuh 129 mm) dan kisaran bobot tubuh 15,33–50,90 g (rata–rata bobot tubuh 34.07 g), ikan betina memiliki kisaran panjang tubuh 113–157 mm (rata–rata panjang tubuh 130 mm) dan kisaran bobot tubuh 23.24–55.18 g (rata–rata bbot tubuh 34.75 g

Hasil penelitian Muchlisin et al., 2014 bahwa ikan kakap (Lutjanus russelli) jantan dan betina di Teluk Uleehee Kota Banda Aceh medapatkan nilai b

3,04. Untuk hubungan panjang-bobot Lutjanus ehrenbergii jantan dan betina mendapatkan W =0,028L2,768 untuk jantan, W = 0,035 L 2,704 untuk betina.

Hubungannya sangat kuat pada jantan (r2 = 0,994) dan betina (r2 = 0,981) (Mokhtar et al., 2014).

II.4 Faktor kondisi ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) Faktor kondisi atau Ponderal index ini menunjukkan keadaan ikan, baik dilihat dari segi kapasitas fisik, maupun dari segi survival dan reproduksi.

Faktor kondisi relatif merupakan simpangan pengukuran dari sekelompok ikan tertentu dari bobot rata-rata terhadap panjang pada kelompok umurnya, kelompok panjang, atau bagian dari populasi (Weatherley, 1972 dalam Andy Omar, 2014). Faktor kondisi relatif tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam

(20)

7   

analisis untuk membandingkan di antara populasi, karena faktor kondisi ini biasanya berfluktuasi berdasarkan ukuran ikan. Juga dapat terjadi peningkatan faktor kondisi relatif pada saat ikan mengisi gonadnya dengan sel-sel kelamin dan akan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan (Carlender, 1968 dalam Andy Omar, 2014).

Selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang dimana perbandingan linearnya akan tetap. Dalam hal ini dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil atau besar. Bila terdapat perubahan berat tanpa diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya akan menyebabkan perubahan nilai perbandingan tadi (Effendie, 2002).

Hasil penelitian ikan kakap merah nilai faktor kondisi yang diperoleh dari hasil penelitian Noor, 2011 di Perairan Pallameang, Kabupaten Pirang, Sulawesi Selatan yaitu nilai faktor kondisi yang tertinggi yaitu 1.6032 ± 0.1197, diperoleh pada ikan jantan dengan ukuran besar yang berkisar antara 126-141 mm sedangkan nilai faktor kondisi yang terendah yaitu 0.8324 ± 0.1018, diperoleh pada ikan betina dengan kelompok ukuran kecil yang berkisar antara 110–125 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai faktor kondisi mningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan panjang tubuh ikan.

Hasil penelitian Muchlisin et al., 2014 bahwa ikan kakap (Lutjanus russelli) di Teluk Uleehee Kota Banda Aceh faktor kondisi bobot relatif berkisar antara 58,73 sampai 166,09 rata-rata 101,52.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Muhamad dan Mohamad (2012) terhadap ikan laut berupa ikan kembung ( Rastrelliger kanagurta ) menunjukkan hasil yang sesuai dengan ikan kakap merah (

Mengingat analisis potensi dan pola musim penangkapan sumber daya kakap merah di perairan Pangandaran dalam penelitian ini hanya bertitik - tolak dari data hasil

Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa metode yang efektif dalam pembuatan gelatin dari kulit ikan kakap merah adalah konsentrasi asam asetat 1%, 2%, dan 3% sementara

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak ikan kepala kakap merah dengan kualitas terbaik yaitu pada perlakuan rendering basah dengan lama ekstraksi selama 1 jam,

Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa metode yang efektif dalam pembuatan gelatin dari kulit ikan kakap merah adalah konsentrasi asam asetat 1%, 2%, dan 3% sementara

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan limbat (Clarias nieuhofii ) yang tertangkap pada bubu kawat di perairan rawa desa sukamaju

Saluran pemasaran Ikan Kakap Merah yang berawal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong Kabupaten Indramayu dimulai dengan nelayan yang menjual hasil

Dokumen ini membahas proses pembekuan ikan kakap merah di PT. Global Maju Pratama Pattene di Sulawesi