• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengendalian Kualitas 2.1.1 Pengertian Kualitas

Suatu studi oleh Baldah (2020) dalam Feigenbaum (1991), Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance,dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

Menurut Hendy dalam Wijaya, dkk (2017), kualitas merupakan upaya dari produsen untuk memenuhi kepuasan pelanggan dengan memberikan apa yang menjadi kebutuhan, ekspektasi, dan harapan dari pelanggan, dimana upaya tersebut terlihat dan terukur dari hasil akhir produk yang dihasilkan.

2.1.2 Pengertian.Pengendalian Kualitas

Menurut Munjiati (2015), pengendalian dan pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan produksi dan operasi berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan,.maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan tercapai.

Menurut Harsanto dalam Baldah (2020),.pengendalian mutu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk memantau kegiatan dan memastikan kinerja yang sebenarnya.

(2)

2.1.3 Tujuan.Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas adalah kegiatan yang terstruktur untuk memperoleh dan menjaga mutu produk yang dihasilkan agar dapat berfungsi baik dan sesuai standar yang ditetapkan.

Suatu studi dari Munjiati (2015) memiliki beberapa tujuan pengendalian kualitas, yaitu.:

A. Meningkatkan kepuasan pelanggan.

B. Penggunaan biaya yang rendah.

C. Selesai tepat pada waktu..

Tujuan utama dari pengendalian kualitas adalah untuk menentukam ruang lingkup proses produki atau layanan jasa ditetapkan oleh perusahaan..Tujuan pengendalian kualitas secara umum menurut Munjiati (2015) antara lain.;

A. Produk akhir memiliki spesifikasi dengan standart kualitas yang diberikan peusahaan.

B. Biaya design produk,.biaya inspeksi,.dan biaya proses manufaktur dioprasikan secara efisien.

C. Prinsip pengendalian kualitas adalah proses yang berkelanjutan untuk dianalisis dalam mengontrol dan meningkatkan proses yang memiliki fungsi untuk memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan oleh pelanggan.

(3)

7 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

Menurut Zulian dalam Munjiati (2015) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan yaitu.:

A. Kemampuasn proses.

Batas-batas yang akan dicapai harus disesuaikan dengan fungsi proses yang ada. Pengendalian suatu proses dalam batas diluar kemampuan adalah proses yang tidak berguna.

B. Spesifikasi yang berlaku.

Spesifikasi hasil produksi yang diinginkan harus sesuai dengan kondisi, apabila ditinjau dari segi kemampuan proses dan kebutuhan konsumen.

C. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima.

Tujuan mengendalikan pengendalian suatu proses dengan mengurangi produk yang berada dibawah standar minimal.

Tingkat pengendalian yang akan diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar sehingga dapat diterima.

D. Biaya kualitas.

Biaya kualitas pengaruh yang besar terhadap tingkat pengendalian kualitas dalam proses produksi dimana biaya kualitas sangat berkaitandengan pencapaian produk berkualitas tingi. Biaya kualitas meliputi.:

1. Biaya pencegahan.(preventive cost).

Biaya yang dikeluarkan dapat mencegah terjadinya kerusakan pada produk yang dihasilkan.

2. Biaya deteksi/evaluasi.(detection/appraisal cost).

Biaya yang timbul karena produk atau jasa yang diproduksi memenuhi persyaratan kualitas. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan kerusakan selama proses produksi.

3. Biaya kegagalan.(internal failure cost).

(4)

Biaya. yang terjadi. karena. adanya ketidaksesuaian.

persyaratan. kualitas sebelum barang dan jasa diterima oleh konsumen.

4. Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure cost).

Biaya yang terjadi akibat produk atau jasa tidak sesuai dengan syarat-syarat kualitas yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan atau konsumen.

2.3 Dimensi Kualitas

Menurut Munijiati M. dalam Rusel & Taylor (2015) mengindifikasi delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menganilisis karakteristik kualitas suatu produk, antara lain.:

A. Performance.merupakan karakteristik.dasar suatu produk.

B. Feature merupakan item tambahan pada keutamaan dasar suatu produk.

C. Realibility adalah keandalan suatu produk yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

D. Conformance meruapakan kesesuaian dengan standar.

E. Durability merupakan daya tahan atau kekuatan suatu produk.

F. Serviceability adalah.kemampuan suatu produk untuk.diperbaiki.

G. Aesthetic.merupakan seni atau karakter atau penampilan dari produk itu sendiri.

H. Perceived Quality merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena dapat terjadi kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.

(5)

9 2.4 Six Sigma

2.4.1 Definisi Six Sigma

Menurut Baldah (2020) dalam Brue (2002) six sigma adalah konsep statistik yang mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat pada level enam (six) yaitu hanya 3,4 cacat dari sejuta peluang difokuskan untuk mencapai kepuasan pelanggan.

Menurut (Ahmad, 2019) Six Sigma merupakan sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai atau memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha yang berfokus pada pemahaman dalam kebutuhan pelanggan dengan menggunkan fakta, data, dan analisis statistik serta memperhatikan pengelolaan, perbaikan, dan peningkatan dalam proses.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dengan konsep zero defect yang mengacu pada kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dapat di atasi dengan teknik modern. Kesalahan karena kurangnya fasilitas yang memadai dapat di atasi dengan survey pabrik dan perlatan periodik Ahmad (2019) dalam Ciptono & Diana, (2001). Tujuan six sigma adalah menciptakan proses industri yang stabil dan kemampuan sehingga mencapai zero.defect.

2.4.2 Istilah Dalam Six Sigma

2.4.2.1 Critical To Quality (CTQ)

Menurut (Bonar, Luthfi and An, 2018) Critical To Quality digunkan untuk mengklasifikasikan karakteristik kualitas produk, pelayanan dan/atau transaksi yang secara signifikan mempengaruhi satu atau lebih kebutuhan pelanggan dalam hal kualitas atau atribut yang sangat penting untuk diperhatikan kareba berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

2.4.2.2 Defect

(6)

Menurut (Putri and Handayani, 2019) Defect didefinisikan sebagai produk yang tidak sesuai dengan spesifikasinya. Jadi defect merupakan suatu. kegagalan dalam. memberikan. apa yang diinginkan konsumen atau semua kejadian atau peristiwa dimana produk atau jasa tidak sesuai dengan keinginan pelanggan.

2.4.2.3 Defect per Unit

Menurut (Pardiyono et al., 2021) defect per unit adalah jumlah rata-rata dari defect semua jenis terhadap total unit dari unit yang dijadikan sampel.

DPU = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

2.4.2.4 Defect per Opportunity

Menurut (Pardiyono et al. 2021) defect per unit merupakan kegagalan per satu kesempatan. Jumlah defect disesuaikan dengan kesempatan defect per unit karena termasuk pengembangan konsep defect per unit ditambah dengan variable opportunity (kemungkinan).

2.4.2.5 Defect per Million Opportunity

Defect per million opportunity (Pardiyono et al.

2021) merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas produk atau proses kinerja, karena berintegrasi secara langsung dengan ketidaksesuaian, biaya, dan waktu yang terbuang. Dapat dikatakan bahwa ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas six sigma yang menunjukkan kegagalan per satu juta kesempatan.

Target dari pengendalian kualitas six sigma sebesar 3,4.

(7)

11 Sumber: (Pardiyono et al. 2021)

Gambar 2.1 Hubungan sigma dengan DPMO

Besarnya kegagalan persatu juta kesempatan (DPMO) dihitung berdasarkan persamaan yaitu :

DPMO = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑐𝑎𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑥 106 2.4.2.6 Capability Process

Menurut (Tambunan, Sumartono, and Moektiwibowo 2020) Capability process merupakan suatu kemampuan proses untuk memproduksi dan menyerahkan output sesuai dengan ekspektasu dari kebutuhan pelanggan.

Hal ini dapat dikatakan sebagai ukuran kinerja yang menghasilkan sebuah proses yang sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan oleh menejemen kualitas berdasarkan kebutuhan pelanggan.

2.4.3 Tahap-Tahap Pengendalian Kualitas Menggunakan Metode Six Sigma

Menurut Gasperz (2002) dalam Baldah (2020); DMAIC merupakan suatu proses yang menghilangkan langkah-langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran-pengukuran baru dan menarapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target six sigma.

Menurut Pete & Holpp dalam Krismasurya, Setyanto, &

Tantrika (2000) metode yang digunakan mengacu pada prinsip- prinsip yang terdapat dalam metode six sigma. Metode ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan atau defect dengan menggunakan langkah-langkah terukur dan terstruktur. Dengan berdasarkan pada data yang ada maka continuous improvement dapat dilakukan dengan metodologi six sigma meliputi DMAIC sebagai berikut :

A. Define

Menurut Pande & Cavanagh dalam Krismasurya, Setyanto, & Tantrika (2000) tiga aktivitas utama yang berkaitan

(8)

dengan mendefinisikan sebuah proses inti dengan para pelanggan yaitu:

1. Mendifinisikan proses inti dari sebuah bisnis.

2. Menentukan output utama dari proses inti dengan para pelanggan.

3. Menciptakan sebuah proses strategis.

Define adalah langkah pertama penentuan proses apa yang akan dievaluasi ditentukan pada tahap ini. Pertimbangan proses yang akan dievaluasi adalah tahapan proses yang secara signifikan dapat mempengaruhi penciptaan laba bagi perusahan.

Cara yang digunakan dalam menentukan penyebab kerusakan sebagai berkut:

1. Mendefinisikan masalah utama dalam pengendalian kualitas untuk menghasilkan produk.

2. Mendefinisikan rencana tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis penelitian.

3. Menetapkan sasaran dan tujuan peningkatan kualitas six sigma berdasarkan hasil observasi.

(9)

13 B. Measure

Menurut Zahara dalam Latifah & Rosyidi (2017), measure adalah langkah kedua dari six sigma dimana tahap ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan proses produksi sejauh mana produk akhir yang akan dihasilkan dapat memenuhi kriteria kebutuhan pelanggan. Tahap pengukuran yang dilakukan melalui penetapan karakteristik CTQ, identifikasi menggunakan peta kendali dengan jumlah kapabilitas sigma dan jumlah DPMO.

C. Analyze

Menurut (Bonar, Luthfi, and An 2018) Analyze adalah sebuah langkah oprasional yang ke-tiga dalam peningkatan kualitas six xigma. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap ini antara lain.:

1. Menentukan stabilitas dan kemampuan proses. Suatu proses industri dianggap sebagai perbaikan terus menerus (continuous improvement) yang dimulai dengan rangakain siklus, pengembangan produk, proses produksi/operasi, dan distribusi sejak adanya gagasan untuk menghasilkan produk (barang/jasa).

2. Definisi sasaran kinerja dari karakteristik kualitas utama kualitas (CTQ).

Secara konseptual, keputusan kinerja dalam proyek peningkatan kualitas six.sigma sangat penting dan harus mengikuti prinsip anatara lain.:

a. Specific, yaitu sasaran kinerja yang bersifat spesifik dan dinyatakan secara tegas.

b. Measurable, merupakan target kinerja yang dapat diukur menggunakan indicator pengukuran (matrik) yang tepat,

(10)

guna mengevaluasi keberhasilan, peninjauan ulang, dan tindakan perbaikan diwaktu mendatang.

c. Achievable, yaitu target kinerja yang harus dicapai melalui usaha-usaha menantang (challenging efforts).

d. Result-Oriented, target kinerja yang berfokus terhadap hasil-hasil berupa peningkatan kinerja yang telah didefinisikan dan ditetapkan.

e. Time-Bound, sasaran kinerja yang menetapkan batas waktu untuk mncapai atribut kualitas (CTQ) kunci 3. Mengidentifikasi penyebab-penyebab pada masalah

kualitas.

Mengidentifikasi masalah dan menentukan akar penyebab masalah kualitas. Alat analisis yang digunakan adalah diagram sebab akibat atau fishbone diagram. Diagram sebab-akibat digunakan sebagai pedoman teknis fungsi operasional proses produksi untuk memaksimalkan nilai keberhasilan tingkat kualitas produk suatu perusahaan serta meminimalkan resiko kegagalan.

D. Improve

Menurut Sirine & Kurniawati (2017) dalam Baldah (2020) tahap improve dalam melakukan identifikasi dan deskripsi tindakan atau kegiatan perbaikan yang merupakan rekomendasi bagi pemecahan masalah pada tahap proses sehingga diperoleh cara-cara baru untuk sejealan dengan meningkatnya kapabilitas sigma. Menurut Rizqi (2014) dalam tujuan dari tahap improve yaitu meningkatkan elemen-elemen sistem untuk mencapai target performance.

Setiap rencana tindakan yang dilaksanakan harus dievaluasi tingkat efektivitasnya dalam mencapai tujuan kinerja dalam program peningkatan kulaitas untuk mencapai kapabilitas proses pada tingkat lebih besar atau sama dengan 6 (six) serta mengkonversikan hasil kedalam penurunan biaya kegagalan

(11)

15 kualitas. Maka sigma dari setiap dari setiap atribut kualitas (CTQ) kunci dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Menurut (Baldah 2020) control atau pengendalian merupakan sebuah upaya dalam melakukan perbaikan.

Mengevaluasi semua tindakan dan perbaikan yang telah dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atas apa yang telah diterapkan.

Menurut (Susetyo dalam Bonar, Luthfi, & An, 2018), control atau pengendalian merupakan sebuah tahap oprasional terakhir dalam upaya peningkatan kualitas berdasarkan konsep six sigma.

Hasil dari peningkatan kualitas dapat didokumentasikan dan disebarluaskan sebagai praktek-praktek dalam peningkatan kualitas sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman standar serta kepemilikan atau tanggung jawab dari kelompok kepada pemilik atau penanggung jawab proses.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tahap control menjadi sebuah tahap terakhir dalam pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan proses yang diterapkan karena termasuk dalam implementasi jangka panjang sehingga hasil yang didapatkan dapat berupa dokumentasi yang akan dijadikan sebagai pedoman standar dari perusahaan.

2.5 Cause and Effect Matrix

Menurut Sokovic, Pavletic, and Fakin (2005). Matriks sebab-akibat digunakan untuk mengevaluasi dan mendokumentasikan hubungan antara variabel input dan output serta menentukan kemungkinan hal dan peyebab utama dalam fase pengukuran proyek DMAIC. Metode ini secara objektif dapat mengevaluasi opini subjektif secara kolektif tentang prioritas output dari pelangan. Sehingga dapat memastikan tingkat kepuasan pelanggan dan menganalisis dengan menggunakan diagram Pareto. Diagram Pareto dengan jelas menampilkan informasi tentang kepentingan relatif dari akar penyebab masalahnya. Informasi ini membantu mengidentifikasi faktor terpenting yang akan dianalisis terlebih dahulu

(12)

2.6 Root Cause Analysis

Menurut (Varma and Lal 2020) Root Cause Analysis merupakan proses pemecahan masalah yang membantu dalam melakukan sebuah observasi atau penyelidikan insiden dan masalah yang teridentifikasi.

Metode ini mencoba memecahkan masalah dengan mengidentifikasi akar penyebab kejadian dan mengusulkan beberapa tindakan perbaikan untuk mengurangi intensitas akar penyebabnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan Huda (2018), Baldah (2020), dan Hairiyah (2020) menggunakan metode six sigma karena dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kualitas mutu produksi serta dapat mengurangi nilai kecacatan pada produk yang dihasilkan. Hairiyah 2020 dalam penerapan six sigma dan kaizen pada perbaiakn proses perbaikan mutu roti telah berhasil menurunkan jumlah produk cacat baik meleleh, warna, dan ukuran dengan nilai DPMO 115,6 dan nilai sigma 2,38.

Dari definisi di atas hasil dari nilai DPMO digunakan untuk mengetahui banyaknya jumlah cacat produk yang terjadi pada proses produksi. Hal itu menunjukkan semakin rendahnya kulaitas pada proses tersebut akan menimbulkan peluang-peluang kesalahan serta adanya presentase item tanpa cacat pada level sigma.

(13)

17

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan sigma dengan DPMO

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pentingnya peran pendidikan orang tua, pengetahuan gizi, pengeluaran pangan dan non pangan keluarga dalam menunjang status gizi anak, maka peneliti tertarik

Tahapan penelitian yang dilakukan pertama adalah identifikasi permasalahan yang ada pada gempabumi dan cuaca pelayaran yang didapatkan dari berita-berita terkait

Saat AC sedang dalam keadaan mati, bukalah jendela agar udara segar dan cahaya matahari dapat menembus ruangan; (2) kurangi menyemprot pewangi ruangan yang mengandung

1) Menyelenggarakan program Pendidikan Agama Islam yang berkualitas dan relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta di- namika masyarakat lokal, nasional

Yang bukan termasuk perilaku demokrasi yang perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut .... Memaksakan pendapat dalam

Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan motirk anak pada usia parsekolah antara lain dengan: meningkatkan status gizi anak, meningkatkan aktivitas bermain

Kejadian ini menyebabkan peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnya Kejadian ini menyebabkan peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnya terjadi