• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri (Sardiman, 2007: 37). Sigit (2013: 4) menyatakan bahwa konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman peserta didik yaitu proses konstruksi pengetahuan, pengalaman dan pemahaman yang dilakukan oleh peserta didik.

Thobroni (2015: 91) menyatakan bahwa peserta didik belajar untuk menemukan sendiri kompetensi dan pengetahuannya guna mengembangkan dirinya sendiri. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Triano (2007: 106) bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menekankan pentingnya peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui keaktifan dalam proses pembelajaran.

Teori konstruktivisme merupakan gagasan dari Piaget dan selanjutnya dikembangkan oleh Vigotsky (Bahruddin & Wahyuni, 2015:

166). Piaget (Siregar dan Nara, 2010: 39) berpendapat bahwa pengetahuan ada pada diri seseorang yang dikonstruksikan dari pengalaman karena adanya pemahaman yang baru. Konstruktivisme dilandasi oleh prinsip bahwa pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi melalui usaha yang dilakukan oleh manusia (Sani, 2019:19- 23). Pengetahuan tidak dapat berpindah dengan sendirinya dari guru kepada peserta didik. Peserta didik harus aktif mencari dan menggali pengetahuan karena tugas guru pada masa sekarang adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik.

commit to user

(2)

Dalam pandangan teori Konstruktivisme, model pembelajaran problem based learning adalah peserta didik memiliki tanggung jawab untuk belajar sehingga pesesrta didik akan termotivasi dan menjadi pembelajar yang baik (Ram & Leake, 1995). Pada model pembelajaran problem based learning peserta didik tidak hanya dituntut untuk menerima informasi dari guru melainkan juga proses menggali pengetahuannya sendiri dalam suatu kelompok serta melakukan proses diskusi. Pada pembelajaran dengan model problem based learning peserta didik harus aktif mengembangkan pengetahuannya, baik pengertian maupun pemahaman konsep melalui proses diskusi. Peserta didik diajarkan untuk tidak bergantung pada guru, mereka harus bisa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

Dalam pandangan teori konstruktivisme, model pembelajaran snowball throwing adalah peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kreativitasnya dalam mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik lain (Suprijono, 2009:131). Peserta didik dilatih untuk mengembangkan kemampuan untuk menjadi pemikir yang mandiri melalui proses belajar dalam suatu kelompok. Pada pembelajaran dengan model snowball throwing peserta didik akan dilatih untuk mengevaluasi hasil belajarnya, menilai proses belajar yang telah dilakukan dalam suatu kelompok.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran akuntansi sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah diantaranya langkah perumusan, penafsiran soal, dan penyelesaian laporan keuangan.

Kemampuan berpikir kreatif pada masa sekarang sangat diperlukan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni di era globalisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Heller, etc commit to user

(3)

(Sihaloho, Sahyar & Ginting, 2017) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan pemikiran yang menciptakan ide atau gagasan yang baru. Johnson (2007: 214) menyatakan berpikir kreatif merupakan kebiasaan berfikir yang dilatih dengan menghidupkan imajinasi, mengungkapkan gagasan baru dari sudut pandang sendiri.

Malaka (2011:67) mengemukakan bahwa “berpikir kreatif bukan hanya membuat hal-hal baru tetapi manusia hanya bisa menemukan apa yang belum ditemukan oleh orang lain serta mengubah atau menggabungkan hal-hal yang sudah ada”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang harus dimiliki peserta didik abad ke-21. Kemampuan berpikir kreatif ditandai dengan peserta didik yang mampu menciptakan ide, mengemukakan gagasan dan pertanyaan, mampu menjawab dengan cepat dan tepat.

b. Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang yang dapat diidentifikasi melalui perilaku seseorang tersebut. Ciri-ciri perilaku yang menunjukkan seseorang memiliki kemampuan berpikir kreatif di antaranya: (1) teguh pada pendirian; (2) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi; (3) mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan; (4) fokus dengan pekerjaannya; (5) menerima pendapat orang lain (Santoso, 2012: 454). Sumarno (2010) mengidentifikasi seseorang yang kreatif akan memiliki rasa percaya diri (self confident), mampu mengatur diri sendiri (self regulated), menghasilkan sesuatu hal yang baru dan asli (originality) dan berpikir secara fleksibel (fleksibility think). Sejalan dengan pendapat Lamoma (2014) ciri-ciri individu yang kreatif yaitu memiliki rasa ingin tahu, memiliki minat yang luas terhadap pengetahuan, menyukai aktivitas dan tantangan yang berhubungan dengan kreativitas. commit to user

(4)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa ciri- ciri individu yang berpikir kreatif adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, fokus dengan pekerjaannya, memiliki minat yang luas terhadap pengetahuan dan berpikir secara fleksibel.

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Silver (Amalina, 2016:55) menyatakan bahwa komponen berpikir kreatif adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (novelty). Evans & Guilford (Munandar, 2004 : 192) menyatakan kriteria untuk menentukan seorang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik yaitu fluency (berpikir lancar), flexibility (berpikir luwes), originality (keaslian berpikir), elaboration (merinci) dan evaluation (evaluasi). Menurut Dwijanto (Silviani, Zubainur, dan Subianto, 2008: 28) kemampuan berpikir kreatif dapat diukur dengan empat indikator yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian), elaboration (elaborasi). Fluency yaitu kemampuan seseorang untuk menjawab masalah dengan tepat. Flexibility yaitu kemampuan seseorang untuk menjawab masalah melalui berbagai cara yang beragam. Originality yaitu kemampuan seseorang untuk menjawab masalah dengan mengemukakan gagasan melalui bahasa dan cara yang berbeda dengan orang lain. Elaboration yaitu kemampuan seseorang untuk merinci secara detail suatu permasalahan dan memperluas jawaban.

Penelitian ini menggunakan indikator menurut William (Munandar, 1987: 135) yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration dan evaluation. Pemilihan indikator tersebut karena sesuai dengan mata pelajaran akuntansi dasar. Pada materi jurnal penyesuaian dan laporan keuangan peserta didik akan diminta untuk menerapkan suatu konsep, mengembangkan kemampuan bertanya mengenai permasalahan, mengevaluasi kondisi perusahaan dilihat dari laporan keuangan dan memberi tanggapan atas evaluasi yang commit to user

(5)

diberikan oleh peserta didik lain. Berikut tabel 2.1 indikator berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 2.1 Indikator berpikir kreatif peserta didik menurut William (Munandar, 1987: 135); Handoko (2017: 88); Arini & Asmila (2017:

27).

Indikator Sub Indikator (perilaku peserta didik) Fluency

(Kelancaran )

1. Mampu menjelaskan gagasan mengenai permasalahan

2. Bertanya

3. Memperhatikan penjelasan guru 4. Mencari banyak sumber pengetahuan Flexibility

(Keluwesan)

1. Mampu menjawab pertanyaan guru saat presentasi

2. Mampu menafsirkan suatu masalah 3. Mampu menerapkan suatu konsep Originality

(Keaslian)

1. Menghasilkan gagasan, jawaban, dan pertanyaan yang bervariasi

2. Mampu menggunakan cara lama dan memikirkan cara baru

Elaboration (Elaborasi)

1. Mampu memberi tanggapan atas pendapat orang lain

2. Mampu mengembangkan gagasan yang dikembangkan orang lain

3. Mampu mengaitkan suatu kejadian dengan suatu konsep yang dipelajari

Evaluation (evaluasi)

1. Dapat menentukan kebenaran dari suatu pernyataan

2. Mampu mempertahankan pendapatnya

d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Berpikir Kreatif

Faktor yang memengaruhi seseorang untuk berpikir kreatif yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Nashori, 2002: 57).

1) Faktor Internal

a) Keterbukaan terhadap pengalaman

Keterbukaan terhadap pengalaman yaitu kemampuan untuk menerima segala sumber informasi yang masuk tanpa adanya kekakuan terhadap informasi tersebut. Dengan demikian, commit to user

(6)

seseorang yang berpikir kreatif akan open minded yaitu menerima perbedaan.

b) Evaluasi internal

Penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri serta menerima masukan dan kritik dari orang lain.

c) Kemampuan untuk bereksplorasi dengan konsep yang baru Kemampuan untuk merancang konsep baru yang lain dari sebelumnya.

d) Spiritualisasi

Penerimaan ide atau konsep yang tinggi hanya mungkin dipikirkan dengan akal, tetapi agar terwujud harus diberikan dengan iman dan keberkatan yang tumbuh dari wahyu.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal seperti lingkungan memungkinkan seseorang untuk berkembang cara berpikir kreatif seperti lingkungan yang memberikan kebebasan untuk individu berekspresi mengeluarkan pendapatnya dan mengeksplore pengetahuannya. Soemarjan (1964: 45) menyatakan bahwa timbul dan berkembangnya cara berpikir kreatif seseorang tidak lepas dari kebudayaan serta pengaruh dari masyarakat tempat individu tersebut tinggal. Sejalan dengan pendapat dari Munandar (2002: 60) menyatakan bahwa kebudayaan yang memungkinkan untuk tumbuh dan berkembangnya kreativitas adalah kebudayaan yang menghargai kreativitas tersebut.

Aktivitas yang dapat meningkatkan berpikir kreatif adalah proses diskusi antar peserta didik yang dapat memacu untuk mengungkapkan ide-ide yang mereka punyai. Mereka akan dilatih untuk mengungkapkan pendapatnya dalam suatu kelompok. Ketika pemecahan permasalahan akuntansi, peserta didik membutuhkan proses diskusi untuk menganalisis

commit to user

(7)

permasalahan yang dihadapi sebagai proses peserta didik memahami jawaban.

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran yang mempunyai ciri adanya pemberian masalah nyata kepada peserta didik untuk belajar berfikir kritis serta keterampilan memecahkan masalah (Nasution, 2015: 108). Menurut Suprihatiningrum (2013: 215), model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran dimana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu permasalahan, kemudian melakukan pemecahan masalah yang bersifat student center learning.

Sementara menurut Sujana (2014: 134) model pembelajaran problem based learning adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai masalah autentik yang bermanfaat bagi peserta didik untuk dijadikan batu loncatan dalam melakukan investigasi dan penelitian.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa model pembelajaran problem based learning adalah suatu model yang menyajikan suatu permasalahan sehingga peserta didik dituntut untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dirinya. Peserta didik akan dilatih untuk mengeksplorasi dirinya sendiri melalui diskusi kelompok.

b. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan dari penggunaan model pembelajaran problem based learning adalah melatih peserta didik untuk berpikir kreatif, analitis, sistematis dan logis untuk memecahkan suatu permasalahan dengan mengeksplorasi data secara empiris. Dalam pelaksanaan model pembelajaran problem based learning peserta didik akan diberdayakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Sesuai dengan indikator dari berpikir kreatif adalah aspek fleksibility dan fluency yaitu peserta didik didorong untuk mampu commit to user

(8)

mengemukakan gagasan yang bervariasi, dan memberikan kesempatan untuk menginterpretasi dari suatu fenomena. Aspek kedua adalah originality. Tahapan dimana peserta didik akan diminta untuk mengumpulkan informasi untuk memecahkan permasalahan tersebut kemudian peserta didik dapat menambahkan ide-ide dalam pemecahan kasus tersebut. Aspek ketiga adalah elaboration, dimana peserta didik setelah mendapatkan informasi kemudian merencanakan untuk menyiapkan laporan dan menyajikan di depan kelas. Aspek terakhir adalah evaluation, adalah tahapan peserta didik untuk mengevaluasi hasil pembelajaran bersama dengan guru (Purnamaningrum et al , 2012: 40).

c. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning.

Sintaks model pembelajaran problem based learning menurut Zulfa, dkk (2019) adalah:

1) Orientasi peserta didik terhadap masalah.

Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, aktivitas yang akan dilakukan, apa permasalahan yang akan dibahas serta proses penilaian yang akan di lakukan oleh guru. Guru harus memotivasi peserta didik agar terlibat aktif dalam pembelajaran.

2) Mengorganisir peserta didik.

Pada tahap ini, guru membantu peserta didik untuk mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi, seperti pembentukan kelompok kecil.

3) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik untuk mengumpulkan informasi, menciptakan dan membagikan ide- ide untuk mendapatkan penjelasan dari permasalahan tersebut.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pada tahap ini, guru membantu peserta didik untuk menganalisis data yang telah terkumpul kemudian disesuaikan dengan commit to user

(9)

masalah yang telah dirumuskan. Setelah itu peserta didik menyajikan hasil dari diskusi kelompok tersebut.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada tahap ini, guru bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang telah di presentasikan oleh setiap kelompok. Setelah pembelajaran selesai, guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah dipelajari tadi agar peserta didik memiliki konsep yang bulat tentang kompetensi mengenai jurnal penyesuaian, laporan keuangan dan jurnal penutup.

d. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Amir (2009: 27) menyatakan bahwa kelebihan dari penerapan model pembelajaran problem based learning adalah:

1) Peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu permasalahan;

2) Peserta didik dituntut memiliki kemampuan dalam membangun pengetahuannya sendiri;

3) Pembelajaran akan berfokus pada pemecahan sebuah masalah;

4) Peserta didik akan terbiasa menggunakan sumber belajar lain selain dari buku pegangan, seperti internet, perpustakaan, wawancara dan observasi;

5) Peserta didik dilatih untuk melakukan komunikasi ilmiah seperti diskusi kelompok dan presentasi di depan kelas;

6) Peserta didik lebih mudah memahami suatu materi karena melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat bertanya kepada temannya mengenai materi yang belum dimengerti.

Model pembelajaran problem based learning menyuguhkan rangkaian aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik. Mereka tidak hanya mendengar, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Pada model pembelajaran problem based learning peserta didik menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, commit to user

(10)

mencari dan mengolah data dan membuat kesimpulan. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan menggunakan pendekatan ilmiah.

e. Kelemahan Model Problem Based Learning

Mudjiman (2006: 57) menyatakan bahwa kelemahan penerapan model pembelajaran problem based learning yaitu:

1) Waktu yang dibutuhkan untuk penerapan model ini cukup lama;

2) Apabila guru tidak memberikan pengertian tujuan dari penerapan model ini peserta didik akan malas untuk mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut;

3) Tidak semua peserta didik memiliki keterampilan untuk bertanya;

4) Menuntut sumber belajar dan sarana belajar yang cukup;

5) Adanya peserta didik yang dominan dalam kelompok, sehingga apabila peserta didik yang lain tidak memiliki pendapat yang kuat dia akan terkesan memaksa.

Kelemahan yang ada di model pembelajaran problem based learning yaitu terdapat proses evaluasi seperti pengajuan pertanyaan oleh antar kelompok tetapi tidak seluruh peserta didik diwajibkan untuk mengajukan pertanyaan tersebut. Untuk itu dikombinasikan dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing yang memungkinkan peserta didik untuk melatih kreativitas melalui proses membuat pertanyaan. Waktu yang lama saat penerapan model problem based learning dapat membuat peserta didik jenuh terhadap pembelajaran. Untuk itu diberikan model snowball throwing yaitu sebuah model pembelajaran yang memberikan permainan imajinatif seperti merangkai sebuah pertanyaan untuk melatih kreativitas peserta didik.

commit to user

(11)

4. Model Pembelajaran Snowball Throwing a. Pengertian Model Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing berarti melempar. Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Suprijono (2011: 8) menyatakan bahwa snowball throwing adalah sebuah model pembelajaran dengan membentuk kelompok heterogen dan memilih ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing peserta didik membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola salju kemudian dilempar ke peserta didik lain, setelah itu peserta didik yang telah mendapat bola kertas harus menjawab pertanyaan yang tertera di bola kertas tersebut. Menurut Widodo (2009), snowball throwing adalah metode pembelajaran dengan memodifikasi proses pembelajaran di dalam kelas yang menitikberatkan pada kemampuan peserta didik untuk merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam permainan yang menarik.

Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran kelompok yang melatih keterampilan berpikir peserta didik. Melatih peserta didik untuk membuat dan menjawab soal dalam sebuah permainan imajinatif.

b. Tujuan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Asrori (2010) menyatakan bahwa tujuan penerapan model pembelajaran snowball throwing yaitu melatih peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain, melatih kreativitas dan imajinasi peserta didik dalam membuat pertanyaan, serta memacu peserta didik untuk bekerjasama, saling membantu, serta aktif dalam pembelajaran. Lie (2005: 1) menyatakan tujuan model pembelajaran snowball throwing adalah melatih peserta didik untuk tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan kepada temannya.

commit to user

(12)

Berdasarkan uraian tersebut, bahwa tujuan model pembelajaran snowball throwing adalah melatih kreativitas peserta didik, serta melatih untuk tanggap menerima pesan dan menyampaikan pesan ke orang lain. Kreativitas tersebut berasal dari pertanyaan yang disusun sendiri oleh peserta didik.

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Snowball Throwing

Ciri-ciri model pembelajaran snowball throwing menurut Aditya (2013) diantaranya:

1) Setiap peserta didik memiliki peran masing-masing dalam suatu kelompok;

2) Terdapat hubungan timbal balik dan interaksi secara langsung antar peserta didik dan guru;

3) Setiap peserta didik diharuskan membuat soal yang dibuat seperti bola salju;

4) Pertanyaan yang telah dibentuk kemudian dilemparkan ke peserta didik lain;

5) Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan yang tertera dalam kertas tersebut.

Model snowball throwing adalah model yang menitikberatkan pada sebuah pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan, dimana masing-masing peserta didik melempar bola yang berisi pertanyaan. Setiap peserta didik yang terlibat harus mempersiapkan dirinya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya.

Hal tersebut digunakan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan baru maupun memperbaiki pengetahuan yang lama.

d. Sintaks Model Pembelajaran Snowball Throwing

Sintaks model pembelajaran snowball throwing menurut Huda (2011) adalah:

1) Guru menyampaikan materi terkait pembelajaran yang akan disajikan;

2) Guru membagi peserta didik kedalam kelompok; commit to user

(13)

3) Peserta didik berdiskusi di dalam kelompok tersebut mengenai materi yang dirasa belum paham;

4) Peserta didik menuliskan pertanyaan dilembar kertas kemudian di bentuk seperti bola salju;

5) Peserta didik melemparkan bola kertas kepada peserta didik lain;

6) Setiap peserta didik mendapat satu bola kertas kemudia diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara bergantian;

7) Guru bersama peserta didik menarik kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan, melakukan evaluasi dan menutup pembelajaran.

Sintaks pada model snowball throwing menekankan pada proses membuat pertanyaan yang dituliskan dalam sebuah kertas untuk dilemparkan ke kelompok lain. Model ini bertujuan untuk memancing kreativitas peserta didik dalam merangkai soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaiakan oleh ketua kelompok. Dengan membuat pertanyaan, peserta didik akan berlatih menelaah materi pembelajaran yang nantinya akan merucut kepada daya kreativitas peserta didik akan meningkat. Model snowball throwing dikemas dalam sebuah permainan sehingga peserta didik harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali.

5. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning kombinasi Snowball Throwing

Berdasarkan paparan di atas, sintaks pembelajaran problem based learning kombinasi Snowball throwing sebagai berikut:

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning kombinasi Snowball Throwing

commit to user

(14)

Kegiatan Guru Fase Kegiatan Peserta Didik Menjelaskan tujuan

pembelajaran dan mempersiapkan

peserta didik untuk memulai

pembelajaran.

Orientasi peserta didik terhadap masalah

Memperhatikan guru saat menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan diri untuk belajar.

Menyajikan materi secara ringkas kepada peserta didik dan membagi peserta kedalam kelompok heterogen

Menggorganisir peserta didik

Memperhatikan penyajian materi guru, bertanya, mencatat materi dan berkumpul dalam satu kelompok.

Menunjuk seorang peserta didik untuk menjadi ketua dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan diskusi kelompok.

Membimbing

penyelidikan individu dan kelompok

Berdiskusi dengan kelompok mengenai materi yang belum dimengerti.

Menginstruksikan peserta didik untuk menyiapkan karya seperti laporan

Megembangkan dan menyajikan hasil karya

Peserta didik membagi tugas untuk menyiapkan bahan presentasi.

Menginstruksikan peserta didik untuk membuat soal dalam

kertas dan

membentuknya menjadi bola kertas.

Belajar kelompok. Peserta didik membuat soal dalam

kertas dan

membentuknya menjadi bola kertas.

Menginstruksikan peserta didik untuk melemparkan bola kertas kepada kelompok lain.

Belajar kelompok. Peserta didik melempar bola kertas ke kelompok lain, setelah itu menjawab pertanyaan yang tertera dalam kertas.

Guru bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan jawaban dari beberapa pertanyaan .

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Peserta didik melakukan

penyimpulan materi atas jawaban yang telah disampaiakan.

commit to user

(15)

6. Pembelajaran Berbasis E-Learning

a. Pengertian pembelajaran berbasis E-Learning

Pembelajaran berbasis e-learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didukung dan difasilitasi oleh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran berbasis e-learning ditujukan sebagai usaha untuk membuat transformasi proses pembelajaran kedalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet (Munir, 2009: 169). Aminoto &

Pathoni (2014: 17) menyatakan bahwa E-learning merupakan perangkat aplikasi dan proses yang dibuat untuk kegiatan pembelajaran yang mengarah pada kelas virtual berbasis web.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis E-Learning merupakan pembelajaran yang didukung dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang mengarah pada kelas virtual.

b. Karakteristik pembelajaran berbasis E-Learning

Rusman dkk (2011: 264) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis E-learning antara lain (a) interactivity (kemandirian); (b) independency (kemandirian); (c) accessibility (aksebilitas); (d) enrichment (pengayaan). Pembelajaran e-learning memiliki karakteristik: 1) memiliki konten yang relevan dengan tujuan pembelajaran; 2) menggunakan metode instruksional; 3) menggunakan elemen-elemen media dalam penyampaian materi; 4) pembelajaran yang di desain untuk pembelajaran secara mandiri; 5) membangun pemahanan dan keterampilan yang terkait dengan tujuan pembelajaran secara perseorangan atau kelompok.

c. Model Pembelajaran Problem Based Learning Kombinasi Snowball Throwing Berbasis E-Learning

Pembelajaran e-learning merupakan sebuah alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan dalam masa pandemi yang saat ini sedang terjadi di belahan dunia seperti di Indonesia. commit to user

(16)

Pembelajaran tersebut memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang mengarah pada kelas virtual sehingga peserta didik dapat melakukan pembelajaran jarak jauh serta menggali informasi dari berbagai sumber. Pembelajaran e-learning adalah model pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi sebagai media untuk meningkatkan kualitas pendidikan dimasa sekarang (Maspaeni, Wibawa & Yusuf, 2017). Salah satu model pembelajaran berbasis e- learning adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

Model pembelajaran Problem Based Learning berbasis e-learning dapat membantu peserta didik dalam hal menggali materi dari berbagai sumber dengan memanfaatkan internet.

Berikut merupakan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning kombinasi Snowball Throwing berbasis E-learning:

1) Mengorientasikan peserta didik pada masalah

a) Guru melakukan pembelajaran e-learning melalui google meet dan mengundang peserta didik untuk bergabung di kelas online;

b) Guru memeriksa kehadiran peserta didik;

c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan;

d) Guru menampilkan atau memberi permasalahan kepada peserta didik.

2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar a) Guru menjelaskan materi melalui google meet;

b) Peserta didik mencoba untuk memahami rumusan masalah yang telah ditetapkan;

c) Peserta didik bertanya mengenai materi atau permasalahan yang belum mereka pahami;

d) Peserta didik mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk menyusun pemecahan masalah.

3) Membimbing penyelidikan individu atau kelompok commit to user

(17)

a) Peserta didik berdiskusi mengenai permasalahan tersebut, guru membimbing peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan menciptakan ide.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

a) Guru membantu peserta didik untuk menganalisis data yang telah terkumpul dengan mengirimkan hasilnya melalui WhatsApp, kemudian menyajikan hasil dari diskusi tersebut dalam google meet;

b) Guru memanggil secara acak peserta didik yang akan menyajikan hasil dari permasalahan tersebut;

c) Peserta didik memerhatikan dan memberikan tanggapan untuk hasil presentasi setiap anak;

d) Guru bersama peserta didik membahas hasil kerja setiap anak.

5) Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah

a) Peserta didik menuliskan pertanyaan dilembar kertas kemudian dibentuk seperti bola salju;

b) Guru memanggil peserta didik secara bergantian untuk memperlihatkan daftar pertanyaan kepada teman- temannya;

c) Guru memanggil secara acak peserta didik untuk menjawab pertanyaan tersebut. Apabila peserta didik tidak mengetahui jawabannya maka peserta didik lain yang mengetahui jawaban mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut;

d) Guru bersama Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan;

e) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran, dan memotivasi untuk tetap semangat serta mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi baru; commit to user

(18)

f) Guru menginformasikan kepada peserta didik terkait dengan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan yang akan datang;

g) Guru dan peserta didik berdoa mengakhiri pelajaran dan menutup dengan memberi salam.

7. Pembelajaran Akuntansi

a. Pengertian Pembelajaran Akuntansi

Pembelajaran merupakan kegiatan untuk menciptakan suasana belajar lebih untuk peserta didik yang tidak hanya proses transfer ilmu melainkan adanya perubahan tingkah laku peserta didik (Sardiman, 2011: 20). Menurut Duffy dan Roehler (Suparman , 2009: 76), pembelajaran merupakan suatu usaha yang melibatkan pengetahuan profesional guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan pengetahuan profesional guru untuk menciptakan suasana belajar lebih untuk peserta didik yaitu dengan adanya perubahan tingkah laku.

Kieso (2005: 2) menyatakan akuntansi merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari identifikasi, pencatatan dan pengkomunikasian peristiwa ekonomi untuk diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut AAA (American Accounting Association) dalam Sardiman (2009: 2), akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi untuk pengambilan keputusan bagi para pemakai informasi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa akuntansi merupakan proses identifikasi, pencatatan dan penyampaian informasi ekonomi kepada pihak yang berkepentingan.

commit to user

(19)

Pembelajaran akuntansi adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan pengetahuan professional guru untuk menciptakan perubahan tingkah laku peserta didik untuk belajar tentang proses informasi keuangan dengan mengidentifikasi dan menganalisis transaksi keuangan tersebut.

b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Akuntansi 1) Fungsi Pembelajaran Akuntansi

Fungsi pembelajaran akuntansi diantaranya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur akuntansi seperti pengidentifikasian, pencatatan, pengikhtisaran laporan keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

2) Tujuan Pembelajaran Akuntansi

Tujuan pembelajaran akuntansi adalah membekali lulusan dengan penguasaan dan penerapan kompetensi dasar, prinsip dan prosedur untuk kepentingan melanjutkan pendidikan maupun untuk terjun kemasyarakat. Pembelajaran akuntansi membekali lulusan dengan berbagai komponen dasar agar mampu memenuhi standar yang berlaku didunia kerja. Lulusan akuntansi diharapkan mampu mengembangkan sikap professional untuk mengisi dunia kerja yang dibutuhkan di masa sekarang.

c. Proses Pembelajaran Akuntansi

Proses pembelajaran akuntansi merupakan proses yang meliputi 1) kompetensi memahami, pengertian, tujuan, peran, dan pihak yang membutuhkan informasi akuntansi; 2) memahami jenis profesi akuntansi; 3) memahami jenis dan bentuk badan usaha; 4) memahami asumsi dan prinsip dasar akuntansi; 5) memahami tahapan siklus akuntansi; 6) menerapkan persamaan dasar akuntansi; 7) menjelaskan commit to user

(20)

transaksi bisnis perusahaan; 8) menerapkan buku jurnal; 9) menerapkan posting; 10) menganalisis transaksi jurnal penyesuaian; 11) menganalisis perkiraan penyususnan laporan keuangan.

Penelitian ini menggunakan kompetensi dasar menganalisis dan menyusun transaksi jurnal penyesuaian serta menganalisis dan menyusun laporan keuangan. Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran yaitu jurnal penyesuaian dan laporan keuangan. Pada materi tersebut membutuhkan kemampuan berpikir kreatif untuk perumusan, penafsiran, menganalisis jurnal, mengembangkan kemampuan bertanya mengenai permasalahan dan mengevaluasi kondisi perusahaan.

B. Kerangka Berpikir

Pada proses pembelajaran akuntansi dasar di kelas X Akuntansi SMK Batik 2 Surakarta terdapat permasalahan mengenai kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang rendah. Kemampuan berpikir kreatif sangat dibutuhkan di masa sekarang, karena kompetensi yang dibutuhkan peserta didik di masa abad 21 salah satunya adalah berpikir kreatif. Berpikir kreatif sangat diperlukan dalam pembelajaran karena mendorong peserta didik untuk memahami masalah, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian dan melibatkan peserta didik secara aktif untuk menemukan sendiri penyelesaian tersebut. Pentingnya berpikir kreatif pada mata pelajaran akuntansi adalah membantu peserta didik menganalisis, merumuskan, dan menafsirkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Berpikir kreatif memerlukan sebuah pemikiran yang tajam dengan menggerakkan imaginasi, membangun dan menerapkan ide-ide yang dimilikinya melalui diskusi dalam sebuah kelompok. Berpikir kreatif bisa dikembangkan dalam sebuah model problem based learning. Pada model tersebut, peserta didik akan diberi permasalahan yang dapat melatih kreativitas mereka melalui sebuah diskusi yaitu poses menggali pengetahuan, pengungkapan ide, penggabungan ide sampai pada penarikan kesimpulan. Dalam penerapannya model pembelajaran problem commit to user

(21)

based learning dapat memberdayakan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuaannya sendiri dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sesuai dengan indikatornya yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration dan evaluation. Kelemahan pada model pembelajaran problem based learning yaitu proses kreativitas peserta didik belum terlalu tampak dalam hal mengungkapkan pertanyaan.

Kelemahan pada model pembelajaran problem based learning dapat diatasi dengan penggunaan model pembelajaran snowball throwing. Model ini menyuguhkan sebuah permainan imajinatif dengan merangkai pertanyaan dalam kertas yang dibuat menyerupai bola salju. Model snowball throwing dapat meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran karena suasana kelas yang akan dibuat santai selama permainan berlangsung tanpa rasa tegang dan tetap dengan mempertahankan suasana kelas yang kondusif. Selain itu, melatih peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain, melatih kreativitas dan imajinasi peserta didik dalam membuat pertanyaan.

Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yang dinyatakan oleh Piaget dan Vygotsky bahwa peserta didik harus aktif menggali pengetahuannya sendiri dan menguji pemikiran mereka. Dengan demikian peserta didik akan memiliki pengalaman belajar yang baik sehingga mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru dengan mudah. Proses membangun pengetahuan terjadi pada model problem based learning karena peserta didik akan diberi permasalahan kemudian didiskusikan untuk melatih proses berpikir kreatif dalam mencari, mengabungkan, dan mengungkapkan gagasan.

Melalui penerapan model snowball throwing, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik lain. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan kemampuan untuk menjadi pemikir yang mandiri melalui proses belajar dalam suatu kelompok. Melalui penerapan model problem based learning dan snowball throwing diharapkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik akan meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purnamaningrum, Dwiastuti, Probosari, Noviawati (2012), Abdullah (2016), Hasanah, Darmawan, commit to user

(22)

Nanang (2019) peneliti menduga bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dan penerapan model snowball throwing berbasis e-learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka berpikir sebagai berikut:

Kemampuan berpikir kreatif rendah

Penerapan Model Problem Based Learning 1. Menganalisis permasalahan

2. Berdiskusi

3. mengevaluasi pemecahan masalah

Penerapan Model Snowball Throwing 1. Merangkai pertanyaan

2. Mencari jawaban atas pertanyaan 3. Permainana imajinatif

1. Kemampuan analisis 2. Pemecahan masalah 3. Kemampuan evaluasi

1. Penguasaan materi 2. Pemecahan masalah 3. Keaktifan

Kemampuan berpikir kreatif peserta didik meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

commit to user

(23)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran problem based learning kombinasi snowball throwing berbasis e-learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada mata pelajaran Akuntansi Dasar kelas X Ak SMK Batik 2 Surakarta.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Transaksi dalam mata uang asing dicatat ke dalam mata uang fungsional Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Pada tanggal laporan

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Selanjutnya, ada beberapa solusi yang ditemukan untuk kendala tersebut yakni pengumuman mengenai peserta bimbingan belajar hendaknya dilakukan diawal pada saat

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian