• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG RADIOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS YANG MENJALANI TERAPI RADIASI DI RSUP HAJI ADAM MALIK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG RADIOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS YANG MENJALANI TERAPI RADIASI DI RSUP HAJI ADAM MALIK SKRIPSI"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG RADIOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS YANG

MENJALANI TERAPI RADIASI DI RSUP HAJI ADAM MALIK

SKRIPSI

Oleh :

ANNISA SARTIKA DEWI 160100028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG RADIOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS YANG

MENJALANI TERAPI RADIASI DI RSUP HAJI ADAM MALIK

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

ANNISA SARTIKA DEWI 160100028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Radioterapi Pada Pasien Kanker Serviks yang Menjalani Terapi Radiasi di RSUP Haji Adam Malik

Nama Mahasiswa : Annisa Sartika Dewi

NIM : 160100028

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga skripsi yang berjudul “Gambaran Timgkat Pengetahuan Tentang Radioterapi Pada Pasien Kanker Serviks yang Menjalani Terapi Radiasi di RSUP Haji Adam Malik”

berhasil diselesaikan. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini diantaranya:

1. Ayahanda Bambang Hermoyo, S.Pd, M.Pd dan Ibunda Sri Candra Kartika tersayang selaku orangtua penulis, yang telah mengasuh, membesarkan dan membimbing serta senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. M. Fauzi Siregar, Sp. Onk. Rad. selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan banyak waktu dalam memberikan ilmu, bimbingan, semangat dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

4. dr. Elvita Rahmi Daulay, M.Ked (Rad), Sp.Rad (K). selaku ketua penguji dan Dr.dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M (K). selaku anggota penguji yang telah memberikan nasihat dan saran yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik– baiknya.

5. Seluruh pegawai Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah mengizinkan dan membantu peneliti dalam pengumpulan data penelitian.

6. Teman–teman sejawat dan seperjuangan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan motivasi, semangat, dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini terlaksanakan dengan baik.

(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi yang merupakan hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dari berbagai sisi, baik dari segi struktur dan isi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk memperbaiki kekurangan tersebut.

Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi teman sejawat dan para pembaca serta memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia kedokteran.

Medan, 29 November 2019 Penulis

Annisa Sartika Dewi

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Singkatan... viii

Abstrak ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Peneliti ... 5

1.4.2 Bagi Pendidikan Bidang Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan ... 5

1.4.3 Bagi Masyarakat ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kanker Serviks ... 6

2.1.1 Pengertian Kanker Serviks ... 6

2.1.2 Etiologi Kanker Serviks ... 6

2.1.3 Faktor Risiko Kanker Serviks ... 6

2.1.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks ... 9

2.1.5 Diagnosis ... 9

2.1.6 Stadium Kanker Serviks ... 10

2.1.7 Tatalaksana Kanker Serviks ... 11

2.1.8 Algoritma Pengobatan Kanker Serviks ... 12

2.2 Konsep Radioterapi ... 12

2.2.1 Pengertian Radioterapi ... 12

2.2.2 Tujuan Penggunaan Radioterapi ... 12

2.2.3 Satuan Pengukuran Radioterapi ... 13

2.2.4 Prinsip Radioterapi ... 13

2.2.5 Jenis Radioterapi ... 15

2.2.6 Efek Samping Radioterapi ... 17

2.3 Konsep Pengetahuan ... 18

2.3.1 Pengertian Pengetahuan ... 18

2.3.2 Tingkat Pengetahuan ... 19

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 19

2.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan ... 21

2.3.5 Pengetahuan Tentang Radioterapi ... 22

2.4 Kerangka Teori ... 23

(7)

2.5 Kerangka Konsep ... 23

2.6 Hipotesa ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.2.1 Waktu Penelitian ... 24

3.2.2 Tempat Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

3.3.1 Populasi ... 24

3.3.2 Sampel ... 25

2.3.4 Besar Sampel Penelitian ... 25

3.4 Kriteria Inklusi dan Esklusi ... 25

3.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 26

3.6 Defenisi Operasional ... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.2 Hasil Penelitian ... 29

4.2.1 Deskripsi Usia Responden ... 30

4.2.2 Deskripsi Pekerjaan Responden ... 30

4.2.3 Deskripsi Pendidikan Responden ... 31

4.2.4 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden . 31 4.2.5 Deskripsi Sumber Informasi Responden ... 32

4.3 Pembahasan... 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 46

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Algoritma Tatalaksana Kanker Serviks... … 12 2.2 Kerangka Teori Penelitian ... 23 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 23

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Definisi Operasional ... 27

4.1 Deskripsi Usia Responden ... 30

4.2 Deskripsi Pekerjaan Responden ... 30

4.3 Deskripsi Pendidikan Responden ... 31

4.4 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden ... 31

4.5 Deskripsi Sumber Informasi Radioterapi Responden 32 4.6 Proporsi Tingkat Pengetahuan Bedasarkan Usia ... 33

4.7 Proporsi Tingkat Pengetahuan Bedasarkan Pekerjaan 34 4.8 Proporsi Tingkat Pengetahuan Bedasarkan Pendidikan ... 35

(10)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS = Acquired Immuno Deficiency Syndrome

BNO-IVP = Blass Nier Overzicht-Intravenous Pyelography CT scan = Computerized Tomography Scan

FIGO = International Federation of Gynecology and Obstetrics

Gy = Gray

HPV = Human Papilloma Virus

IARC = International Agency for Research on Cancer

IVA = Inspeksi Visual Asam Asetat

KB = Keluarga Berencana

MRI = Magnetic Resonance Imaging

NCI = National Cancer Institute

PET scan = Positron Emission Tomography Scan

PNS = Pegawai Negeri Sipil

PORI = Perhimpunan Onkologi Radiasi Indonesia

Rad = Radiation Absorbed Dose

RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat

SD = Sekolah Dasar

SMP = Sekolah Menengah Pertama

SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SPSS = Statistical Package for the Social Sciences

USG = Ultrasonography

USU = Universitas Sumatera Utara

(11)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim dan disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Penanganan kanker serviks antara lain melalui pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan bioterapi. Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (sinar pengion) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai pengobatan yang dijalani akan berdampak buruk terhadap konsistennya perilaku berobat pasien sehingga aspek-aspek penting pengobatan menjadi hal yang perlu dipahami pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada penderita kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik dan hubungannya dengan karakteristik tertentu. Metode: Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan desain cross- sectional study. Sampel penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks yang sedang menjalani terapi radiasi di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik pada bulan Oktober- November yaitu sebanyak 30 sampel. Penelitian ini menggambarkan dan menganalisa tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada pasien yang menjalani terapi radiasi dengan usia, pekerjaan, dan pendidikan pasien dengan menggunakan kuesioner. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan pasien yaitu berpengetahuan baik sebanyak 26 orang (86,7%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (10%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (3,3%). Kesimpulan: Tingkat pengetahuan tentang radioterapi yang menjalani radioterapi mayoritas berpengetahuan baik. Hasil penelitian setelah dilakukan uji fisher’s exact menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan radioterapi dengan usia, pekerjaan dan pendidikan pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi.

Kata kunci: pengetahuan, radioterapi, kanker serviks

(12)

ABSTRACT

Introduction: Cervical cancer is a malignancy that occurs in the cells of the cervix and is caused by Human Papilloma Virus (HPV). Treatment of cervical cancer are surgery, radiotherapy, chemotherapy and biotherapy. Radiotherapy is a treatment with high-energy rays (ionizing radiation) to kill cancer cells or shrink the tumor. Patient knowledge can improve health outcome.

Lack of knowledge about important aspects of cervical cancer’s treatment can contribute on low of the consistency of patient treatment behavior. Purpose: This study aims to describe the level of knowledge about radiotherapy in cervical cancer patients at RSUP Haji Adam Malik and its relationship to certain characteristics. Methods: This research is descriptive analytic with cross- sectional study design. The samples of this study were all cervical cancer sufferers who were undergoing radiation therapy at the Radiotherapy Installation of RSUP Haji Adam Malik in Oktober-November which were 30 samples. This study describes and analyzes the level of knowledge about radiotherapy in patients undergoing radiation therapy with age, occupation, and patient education using a questionnaire. Results: The results of the study showed that the majority of the level of patient knowledge was good knowledge of 26 people (86.7%), followed by adequate knowledge of 3 people (10%), and less knowledge of 1 person (3.3%). Conclusion: The majority of knowledge about radiotherapy undergoing radiotherapy is well-informed. The results of the study after the fisher's exact test showed no significant relationship between the level of knowledge of radiotherapy with age, occupation and education of cervical cancer patients undergoing radiation therapy.

Keywords: knowledge, radiotherapy, cervical cancer.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim dan disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV adalah sekumpulan virus yang menyebabkan kutil di bagian-bagian tubuh manusia.

Ada banyak jenis HPV yang sebagian besar adalah virus yang tidak berbahaya. Tapi ada beberapa jenis HPV yang mengganggu sel-sel leher rahim untuk bisa berfungsi secara normal dan akhirnya bisa memicu kanker. HPV sangat umum ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks (Kemenkes, 2017). Pada penyakit kanker serviks menunjukkan adanya sel-sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Fitriana & Ambarini, 2012). Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks (Edianto, 2010).

Menurut WHO, kanker serviks merupakan kanker tertinggi keempat pada wanita dengan sekitar 570.000 kasus baru pada tahun 2018 mewakili 6,6%

dari semua kanker pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kanker serviks atau leher rahim menempati urutan kasus kanker paling tinggi di Indonesia ditahun 2017, hampir 15.000 kasus setiap tahun. Separuh dari penderita meninggal dunia. Ini membuat kanker leher rahim mendapat predikat sebagai penyakit pembunuh wanita nomor 1 di Indonesia (Yayasan Kanker Indonesia, 2017).

Pada tahun 2014, Kementerian Kesehatan Indonesia menemukan jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Berdasarkan data penelitian yang berasal dari rekam medis pasien di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016 didapatkan pasien terbanyak yang menderita

(14)

(44,2%) dengan mayoritas tingkat pendidikannya adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 107 orang (54,3%) dengan jenis pekerjaannya terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 145 orang (73,6%) yang dimana riwayat paritas terbanyak adalah 3 sebanyak 46 orang (23,4%) dan pasien kanker serviks terbanyak ditemukan pada stadium IIIB sebayak 96 orang (48,7%) (Wahyuni, 2016).

Kanker serviks cenderung terjadi pada usia pertengahan. Di Indonesia, serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita usia produktif. Pada usia 30-50 tahun perempuan yang sudah kontak seksual akan berisiko tinggi terkena kanker serviks. Usia tersebut merupakan puncak usia produktif perempuan sehingga akan menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan dan kesehatan seksual. Menurut Madjikoen (2007), gejala-gejala yang ditimbulkan akibat kanker serviks, yakni munculnya rasa sakit saat berhubungan seksual, perdarahan pascasenggama, keputihan berlebih, pendarahan spontan vagina abnormal di luar siklus menstruasi, penurunan berat badan drastis, nyeri atau kesulitan dalam berkemih, nyeri perut bagian bawah atau kram panggul (Fitriana & Ambarini, 2012).

Seiring dengan berkembangnya teknologi di dunia medis, maka ditemukan beberapa cara pengobatan kanker serviks. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk penanganan kanker antara lain pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan bioterapi. Setiap jenis pengobatan terhadap penyakit ini dapat menimbulkan masalah fisiologis, psikologis dan sosial bagi pasien. Pilihan pengobatan yang digunakan pada pasien kanker harus berdasarkan pada tujuan yang realistik dan dicapai untuk setiap tipe kanker yang spesifik (Gaol, 2017). Pada stadium tumor dini maka terapi pengobatan akan dilakukan pembedahan pada organ yang terkena sel kanker, pada stadium lanjut akan dilakukan terapi secara adjuvant dengan tujuan kuratif melalui kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radioterapi. Pada kanker stadium lanjut untuk tujuan paliatif maka akan diberikan terapi radiasi dengan dosis yang tinggi (Widjaya et al., 2017).

(15)

Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya.

(PORI, 2013). Namun, efek samping radioterapi memungkinkan timbulnya dampak negatif secara fisik maupun psikis bagi penderita kanker serviks (Fitriana & Ambarini, 2012). Pada penderita kanker serviks yang menjalani pengobatan dengan radioterapi akan menunjukkan efek samping yang cukup besar seperti semakin memburuknya kemampuan fungsi seksual, lebih mudah mengalami gangguan somatisasi serta timbulnya ganggan psikososial. Kondisi psikologis yang terjadi pada penderita kanker serviks yang menjalani pengobatan yakni munculnya perasaan takut, tidak berdaya, rendah diri, sedih dan lebih mudah mengalami kecemasan maupun depresi [Frumovitz et al., 2005; Fitriana & Ambarini, 2012].

Kurangnya pengetahuan pasien mengenai aspek-aspek penting pengobatan yang dijalani akan berdampak buruk terhadap konsistennya perilaku berobat pasien sehingga aspek-aspek penting pengobatan menjadi hal yang perlu dipahami pasien. Penelitian Burge, dkk (2005) melaporkan bahwa semakin rendah pengetahuan pasien terhadap informasi-informasi penting pengobatan maka semakin tidak konsisten pasien tersebut untuk melakukan pengobatan, dan begitu pula sebaliknya. Sementara itu pemahaman pasien tentang radioterapi yang baik dapat meningkatkan perawatan kesehatan pasien secara mandiri. Pasien yang paham dengan hal-hal yang berhubungan dengan radioterapi cenderung akan mempersiapkan dirinya untuk mengantisipasi kemungkinan efek samping yang akan timbul akibat radioterapi, selanjutnya radioterapi dapat berjalan dengan lancar dan drop out radioterapi dapat dihindari. Penelitian yang dilakukan Kyei, dkk. (2015) di Ghana menyatakan bahwa pasien yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang efek samping pengobatan cenderung untuk patuh menjalani pengobatan hingga akhir (Rosita

& Widyaningsih, 2017).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada pasien kanker serviks

(16)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik?

1.3 TUJUAN PENELIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada penderita kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik dan hubungannya dengan karakteristik tertentu.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan usia pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik.

2. Mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik.

3. Mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik.

4. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik

5. Menganalisa gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan usia pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik.

6. Menganalisa gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik.

(17)

7. Menganalisa gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai gambaran pengetahuan tentang radioterapi pada pasien yang menjalani terapi radiasi.

1.4.2 Bagi Pendidikan Bidang Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi khususnya bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan mengenai gambaran pengetahuan tentang radioterapi pada penderita kanker serviks yang menjalani terapi radiasi.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran pengetahuan tentang radioterapi pada pasien yang menjalani terapi radiasi.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KANKER SERVIKS 2.1.1 Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks dikenal juga dengan istilah kanker leher rahim. Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum (Kemenkes, 2015).

2.1.2 Etiologi Kanker Serviks

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16.

Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu dini (< 16 tahun), jumlah pasangan seksual tinggi (> 4 orang), dan adanya riwayat infeksi berpapil (warts). Karena berhubungan erat dengan infeksi HPV, wanita yang mendapat atau menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive) dan penderita HIV berisiko menderita kanker serviks. Selain itu, bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok yang dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna (Edianto, 2010).

2.1.3 Faktor Risiko terjadinya Kanker Serviks

Faktor-faktor berikut meningkatkan peluang kanker serviks pada wanita menurut American Cancer Society [Marcovic, 2008; Nurwijaya et al., 2010]:

a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)

Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang tersebar luas menular melalui hubungan seksual. Infeksi HPV telah diidentifikasi

(19)

sebagai faktor risiko yang paling utama untuk kanker serviks. Di antara 125 lebih jenis HPV terdapat jenis HPV yang agresif (HPV 16 dan 18) yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel menjadi ganas di serviks.

b. Perilaku seks

Perempuan yang memiliki lebih dari satu pasangan seks berada pada risiko yang lebih tinggi terinfeksi virus HPV. Aktivitas seksual dini sebelum usia 18 tahun lebih berisiko tinggi sebab sel-sel serviksnya sangat rapuh diusia muda. Selain itu mempunyai pasangan yang sering berganti- ganti dalam hubungan seks serta berhubungan seks dengan laki-laki yang tidak disunat juga menyebabkan peningkatan risiko kejadian kanker serviks. Selain itu, perempuan yang telah mengidap penyakit menular seks seperti AIDS dan Gonorrhoea, lebih rentan terhadap kanker serviks.

c. Riwayat keluarga kanker serviks

Beberapa keluarga menunjukkan insiden yang lebih tinggi menderita kanker serviks jika mempunyai ibu atau saudara perempuan yang telah menderita kanker serviks karena kondisi genetik yang membuat mereka lebih rentan terinfeksi HPV.

d. Umur

Umur tampaknya memainkan peran tertentu, sebab kanker ini lebih sering terjadi pada usia 40 tahun ke atas dan sangat jarang terjadi pada wanita kurang dari usia 15 tahun. Kanker serviks juga banyak menyerang perempuan usia manula, yang mungkin karena alasan sederhana bahwa setelah mengalami menopause banyak dari mereka berpikir bahwa tidak perlu lagi untuk melakukan Pap Smear.

e. Merokok

Wanita yang merokok memiliki risiko dua kali lebih besar terhadap kanker serviks yang tidak perokok. Bahan kimia yang ditemukan dalam rokok setelah terhisap melalui paru-paru dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Beberapa senyawa tersebut dapat dijumpai pada lendir serviks yang merokok. Peneliti meyakini bahwa bahan-bahan

(20)

kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks.

f. Pil KB

Penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks, terutama yang sudah positif terhadap HPV. Kontrasepsi oral (pil KB) yang dikonsumsi sedikitnya selama 5 tahun ada hubungan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Analisis data oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2003 menemukan bahwa ada peningkatan risiko kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi oral, dan risiko berkurang ketika obat kontrasepsi dihentikan. Laporan lain dari IARC menyatakan bahwa dari 8 studi mengenai efek penggunaan kontrasepsi oral pada wanita yang positif terhadap HPV, ditemukan peningkatan risiko 4 kali lebih besar dari mereka yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun. Risiko kanker serviks juga meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral sebelum 20 tahun.

g. Sering hamil

Melahirkan anak banyak dan sering hamil juga dapat meningkatkan risiko kanker serviks pada wanita.

h. Diet yang tidak sehat

Jenis asupan makanan sehari-hari yang tidak sehat dan tidak layak juga bisa menempatkan perempuan pada risiko terkena kanker serviks.

Kekurangan zat gizi juga diakui sebagai penyebab sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan tidak dapat melawan virus.

i. Ras

Wanita berasal dari Asia dan Afrika berisiko lebih tinggi mengalami kanker serviks dan pada saat terdeteksi sudah memiliki stadium lanjut dibandingan dengan wanita kulit putih.

(21)

2.1.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Menurut CancerHelps (2010) kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala baru muncul saat sel kanker sudah menginvasi jaringan di sekitarnya, antara lain:

1. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal

2. Perdarahan yang biasa terjadi adalah perdarahan setelah bersenggama, perdarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi dan periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya.

3. Keputihan yang tidak normal seperti lender, kental, berwarna kuning atau kecokelatan, berbau busuk dan gatal.

4. Rasa sakit saat bersenggama

Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum juga dapat terjadi karena penyebaran sel kanker juga merupakan gejala penyakit lanjut (Rasjidi. I dalam Darmawati, 2010).

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.

Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks dan bone scan, CT scan atau MRI, serta PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2018).

(22)

2.1.6 Stadium Kanker Serviks

Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO masih berdasarkan pada pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto toraks serta sitoskopi dan rektoskopi. Sekali stadium ditetapkan tidak boleh berubah lagi walau apapun hasil akhir terapi yang diberikan (Edianto, 2010).

Tingkat Kriteria

Stadium 0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)

Stadium I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat diabaikan)

Stadium IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop.

Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam stadium IB

Stadium IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada ukuran secara horizontal

Stadium IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang

Stadium IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih besar dari IA2

Stadium IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang

Stadium IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm

Stadium II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina

Stadium IIA Tanpa invasi ke parametrium

Stadium IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang

Stadium IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm

(23)

Stadium IIB Tumor dengan invasi ke parametrium

Stadium III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal

Stadium IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak dinding panggul

Stadium IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal

Stadium IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum dan/atau meluas keluar panggul kecil (true pelvis)

Stadium IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari kelenjar getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)

Tabel 2.1 Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2009 (Kemenkes, 2015)

2.1.7 Tatalaksana Kanker Serviks

Pada umumnya kasus stadium lanjut (stadium IIb, III, dan IV) dipilih pengobatan radiasi yang diberikan secara intrakaviter dan eksternal, sedangkan stadium awal dapat diobati melalui pembedahan atau radiasi. Pembedahan diikuti atau tanpa radiasi pada stadium 0, I atau IIA atau radiasi saja pada umumnya memberikan hasil pengobatan yang cukup baik.

Radioterapi (ditambah kemoterapi pada kasus-kasus tertentu) menjadi pengobatan terpilih pada kanker serviks stadium I-IIA tidak operable dan IIB-IIIB antara lain karena efektif dan efisien (dibandingkan dengan pembedahan ditambah kemoterapi), angka mortalitas praktis nol dan morbiditas sangat rendah pada penatalaksanaan yang baik serta tidak menimbulkan rasa takut (Susworo &

Kodrat, 2017).

(24)

2.1.7 Algoritma Pengobatan Kanker Serviks

Gambar 2.2 Algoritma Tatalaksana Kanker Serviks Menurut Kemenkes 2015

2.2 KONSEP RADIOTERAPI 2.2.1 Pengertian Radioterapi

Radioterapi adalah modalitas klinis yang menggunakan radiasi sinar pengion untuk mengobati pasien dengan neoplasma ganas (dan beberapa penyakit jinak) (Kusumadjati & Djakaria, 2015). Radioterapi ataupun terapi radiasi merupakan perawatan kanker yang menggunakan radiasi dosis tinggi untuk membunuh sel kanker dan mengecilkan tumor. Ahli onkologi radiasi menggunakan terapi radiasi untuk mencoba menyembuhkan kanker, untuk mengontrol pertumbuhan kanker atau untuk meredakan gejala, seperti rasa sakit (NCI, 2019).

2.2.2 Tujuan Penggunaan Radioterapi

(25)

Radioterapi seperti juga halnya pembedahan yang merupakan terapi lokoregional, yaitu terapi untuk kanker yang luas esktensinya masih terbatas, lokal dan/atau lokoregional (Sukardja, 2000). Radioterapi dapat diberikan untuk tujuan:

a) Kuratif

Radioterapi kuratif biasanya diberikan berbentuk terapi tunggal untuk penyembuhan suatu kanker (Fitriatuzzakiyyah et al., 2017). Secara langsung mencegah kambuh lokal dan regional, dan secara tidak langsung mencegah terjadinya metastasis jauh. Selain itu, untuk mengecilkan tumor agar meningkatkan operabilitas (Susworo & Kodrat, 2017).

b) Paliatif

Radioterapi paliatif diberikan untuk mengurangi nyeri, mengecilkan tumor atau tukak, mengatasi perdarahan, menghilangkan gejala neurologi akibat metastasis (Susworo & Kodrat, 2017).

2.2.3 Satuan Pengukuran Radioterapi

Untuk mengukur kekuatan radiasi dipakai dosimetri yaitu alat untuk mengukur banyaknya energy yang diserap perunit jaringan (Rad = Radiation Absorbed Dose) (Sukardja, 2000).

a. Satu Gray (Gy) = 1 Joule per kg jaringan b. Satu Rad = 1 centi Gy = 0,01 Gy.

2.2.4 Prinsip Radioterapi

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tata laksana kanker serviks. Radioterapi dalam tata laksana kanker serviks dapat diberikan sebagai terapi kuratif definitif, adjuvan post-operasi, dan paliatif. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018), prinsip radioterapi adalah sebagai berikut:

a. Radioterapi Definitif/Radikal

(26)

Radioterapi pasca operasi diberikan sebagai terapi ajuvan bila memenuhi salah satu kriteria batas sayatan positif atau close margin, karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi sedang – buruk, karsinoma adenoskuamosa, adenokarsinoma, invasi limfovaskuler positif, dan invasi kelenjar getah bening pelvis. Bentuk dan dosis radiasi:

a. Pada keadaan dimana batas sayatan tidak bebas tumor atau pada close margin, diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna whole pelvis dengan dosis 50 Gy, 1,8-2Gy per fraksi 5 fraksi per minggu, diikuti dengan brakiterapi ovoid 3x7 Gy preskripsi pada permukaan ovoid.

b. Pada bentuk dini, diberikan radiasi ekserna saja terhadap whole pelvis.

2. Stadium I-IIA Tanpa Pembedahan

Pada stadium I-IIA tanpa pembedahan, indikasi radiasi adalah stadium Ib2, IIA dengan ukuran tumor > 4cm, indeks obesitas > 70 %, usia

> 65 tahun, kontra indikasi anestesi, pasien menolak pembedahan. Bentuk dan dosis radiasi:

a. Diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna whole pelvis sebagai terapi primer dengan dosis 50 Gy, 1,8-2Gy per fraksi, 5 fraksi per minggu, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy

b. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi sebagai radiosensitiser (kemoradiasi).

3. Stadium IIB-IIIA, IIIB

Indikasi pemberian radiasi pada stadium IIB-IIIA, IIIB adalah sebagai terapi primer pada stadium IIB-IIIB. Bentuk dan dosis radiasi:

a. Diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna whole pelvis sebagai terapi primer dengan dosis 50 Gy, 1,8-2Gy per fraksi, 5 fraksi per minggu, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy .

b. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi sebagai radiosensitiser (kemoradiasi)

(27)

c. Apabila masih terdapat residu parametrium setelah 50 Gy, dapat diberikan tambahan booster radiasi eksterna di daerah parametrium dengan dosis 15-20 Gy, atau brakiterapi interstitial, atau kombinasi intrakaviter dan interstitial.

4. Stadium IVA dengan respon baik

Indikasi radiasi stadium IVA yang menunjukkan respon baik dari tumor yang menginfiltrasi kandung kemih atau rektum setelah radiasi eksterna dosis 40 Gy. Bentuk dan dosis radiasi:

a) Bila respon baik, radioterapi dilanjutkan sampai dengan dosis 50 Gy, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy.

b) Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi sebagai radiosensitiser (kemoradiasi).

c) Bila tidak berespon atau respon tumor < 50 % radiasi dihentikan dan dianjurkan untuk pemberian kemoterapi dosis penuh.

b. Radiasi Paliatif

Indikasi radiasi paliatif adalah stadium IVA dengan respon buruk setelah 40 Gy dan stadium IVB paliatif pada tumor primer atau lokasi metastasis. Bentuk dan dosis radiasi:

1. Radioterapi paliatif bertujuan untuk mengurangi gejala dengan dosis 40 Gy pada tumor primer bila terdapat perdarahan, atau pada tempat metastasis dengan dosis ekuivalen 40 Gy untuk memperbaiki kualitas hidup.

2. Radiasi dapat diberikan bersamaan dengan kemoterapi.

2.2.5 Jenis Radioterapi

Menurut Susworo & Kodrat (2017), jenis radioterapi adalah sebagai berikut:

1) Radiasi Eksterna

(28)

Radiasi eksterna disebut juga teletherapy, merupakan metode pemberian radiasi dengan sumber radiasi terletak pada suatu jarak tertentu dari tubuh pasien dan radiasi ini mempunyai jangkauan yang luas, sehingga bukan hanya tumor primer dan kelenjar yang berdekatan yang mempunyai tumor yang memperoleh radiasi, tetapi juga jaringan sehat disekitarnya. Namun, pemberian lapangan radiasi yang luas mempunyai risiko terlalu banyak jaringan sehat yang ikut serta dalam radiasi, yang akan mengakibatkan tingginya efek samping, baik akut ataupun lanjut.

Berbagai faktor berperan dalam pembatasan pemberian dosis ini, antara lain luasnya lapangan radiasi, semakin luas tentunya semakin rendah dosis yang dapat diberikan. Adanya organ vital yang terikut serta dalam radiasi ini akan sangat membatasi dosis maksimal yang dapat diberikan, terlebih apabila organ vital ini mempunyai kepekaan lebih tinggi terhadap radiasi.

2) Brakiterapi

Brakiterapi (brachytherapy; braki = pendek) merupakan komplemen metode teleterapi dengan cara memasangkan sumber radiasi ke dalam tumor. Brakiterapi bertujuan untuk memberikan dosis terapi tambahan (booster) setelah pemberian radiasi eksterna sehingga akan tercapai dosis tumorisidal.

Perbedaan dengan radiasi eksterna dengan brakiterapi adalah pada brakiterapi cakupan daerah radiasi jauh lebih sempit, dengan demikian hanya sedikit jaringan sehat yang akan memperoleh radiasi. Oleh karena itu dapat diberikan dosis tinggi tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada jaringan sehat sekitarnya.

3) Kombinasi radiasi eksterna dan brakiterapi

Kombinasi radiasi eksterna dan brakiterapi dilakukan untuk memperoleh hasil pengobatan kanker yang optimal, yakni dosis maksimal pada jaringan tumor tetapi minimal pada jaringan sehat. Radiasi eksterna

(29)

bertujuan mematikan tumor primer serta metastasis disekitarnya. Salah satu syarat keberhasilan kombinasi kedua sistem radiasi ini adalah adanya respon tumor primer maupun penjalaran terhadap radiasi eksterna.

2.2.6 Efek Samping Radioterapi

Pada kanker serviks, efek samping radioterapi antara lain:

1. Kelelahan

Semua pasien yang disinar mengalami tingkat kelelahan tinggi selama pengobatan sehingga harus benar-benar dibantu dan diperhatikan, khususnya dalam mengerjakan tugas-tugasnya (Nurwijaya et.al., 2010).

2. Masalah kulit

Kulit yang terkena pengobatan mungkin tampak merah, seperti terbakar matahari, cokelat atau teriritasi. Kulit menjadi sangat sensitif dan pasien tidak boleh terpapar langsung sinar matahari, tidak memakai lotion tubuh dan tidak memakai pakaian ketat (selama pengobatan dan untuk setidaknya selama satu tahun setelah radiasi) (Nurwijaya et.al., 2010).

3. Kehilangan nafsu makan

Hilangnya nafsu makan dapat menyebabkan kelelahan dan kehilangan nutrisi. Selain itu mual, muntah, penurunan kadar Hb juga sering terjadi pada terapi radiasi (Nurwijaya et.al., 2010).

4. Sistisis akut

Sistisis akut merupakan infeksi saluran kemih bawah yang berisfat akut.

Pada kanker serviks efek akut yang terjadi adalah sistisis akut yang ditandai dengan keluhan perasaan sering buang air kecil tetapi ternyata tidak ada yang keluar. Keluhan ini pada umumnya dapat diatasi dengan pengobatan simptomatis (Susworo & Kodrat, 2017).

5. Lainnya

Efek samping yang lain akibat radiasi adalah alopesia (kerontokan rambut). Pemberian radioterapi pada dosis 30 dan 35 Gy dapat

(30)

sebulan setelah pemberian radioterapi [Otto, 2001; Erfina, 2010]. Efek samping lanjut pada rektum biasanya lebih sering terjadi di Indonesia, berupa fibrotik dinding anterior rektum yang seringkali mengakibatkan perdarahan setiap kali buang air besar (Susworo & Kodrat, 2017). Selain itu, pembedahan yang dilanjutkan dengan radiasi telah dihubungkan dengan efek samping gastrointestinal berupa diare ataupun inkontinensia fekal dan pada genitourinari berupa inkontinensia urin (Brohet & Ramli, 2014).

2.3 KONSEP PENGETAHUAN 2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yan penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoadmodjo, 2012).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikannya, mendefinisikannya, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

(31)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (nyata atau sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sisntesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2011) dalam Gaol (2017), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

(32)

akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

(33)

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

2.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan (Notoatmodjo, 2007).

Metode pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negatif, dan lain-lain. Bila pertanyaan dalam bentuk positif maka jawaban benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0, sedangkan bila pertanyaan dalam bentuk negatif maka jawaban benar diberi nilai 0 dan salah diberi nilai 1 (Iskani, 2013).

Rumus yang di gunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013) dalam Dewi (2016), yaitu:

Presentasi =

x 100%

Menurut Arikunto (2010) dalam Dewi (2016), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu:

1. Baik : hasil persentase 76%-100%

(34)

2.3.5 Pengetahuan tentang Radioterapi

Peran penting pengetahuan dalam pengobatan radioterapi adalah pasien dapat mengendalikan efek samping radioterapi, mencegah dan mengurangi kesakitan akibat efek samping yang ditimbulkan (Rosita & Widyaningsih, 2017).

Ketidaknyamanan yang dialami penderita akibat efek samping radioterapi secara fisik maupun psikologis, lamanya waktu pengobatan, tingginya biaya pengobatan, serta prosedur yang rumit seringkali menimbulkan kecemasan pasien akan bahaya yang terjadi akibat radioterapi. Salah satu aspek yang mempengaruhi kecemasan dapat berupa pengetahuan yang telah dimiliki subjek tentang situasi yang sedang dirasakan, apakah sebenarnya mengancam atau tidak mengancam, serta pengetahuan tentang kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya dalam menghadapi situasi tersebut [Patton, 2008; Rosita & Widyaningsih, 2017].

Hal penting yang perlu diperhatikan bahwa tingkat pengetahuan pasien terkait pengobatan yang dijalani merupakan salah satu aspek dalam membangun kemauan dan kemampuan pasien. Sehingga pasien mengikuti saran-saran medis, menjalankan radioterapi sesuai dengan yang direncanakan, mematuhi jadwal konsultasi medis, serta menyelesaikan tindak lanjut medis sesuai dengan rekomendasi (Rosita & Widyaningsih, 2017).

Kurangnya pengetahuan pasien mengenai aspek-aspek penting pengobatan yang dijalani akan berdampak buruk terhadap konsistennya perilaku berobat pasien sehingga aspek-aspek penting pengobatan menjadi hal yang perlu dipahami pasien (Rosita & Widyaningsih, 2017). Penelitian yang dilakukan Kyei, dkk.

(2015) di Ghana menyatakan bahwa pasien yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang efek samping pengobatan cenderung untuk patuh menjalani pengobatan hingga akhir (Rosita & Widyaningsih, 2017).

(35)

2.4 KERANGKA TEORI

Gambar 2.2 Kerangka Teori Kanker Serviks

Etiologi Faktor Risiko Tanda dan Gejala

Diagnosa Stadium Tatalaksana

Pembedahan Radioterapi

Pengetahuan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan:

Pendidikan Pekerjaan Usia Minat Pengalaman Lingkungan Informasi

Tingkat Pengetahuan:

Tahu Memahami Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi

Ukuran Tingkat Pengetahuan Baik

Cukup Kurang

(36)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

2.6 HIPOTESA

Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang radioterapi dengan usia, pekerjaan dan pendidikan.

Pengetahuan Tentang Radioterapi pada Pasien

Kanker Serviks yang Menjalani Terapi Radiasi

Pengetahuan Baik Pengetahuan Cukup Pengetahuan Kurang

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional study dengan teknik pengambilan data consecutive sampling. Penelitian ini menggambarkan dan menganalisa tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada pasien yang menjalani terapi radiasi yang dilakukan di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan usia, pendidikan, pekerjaan serta jumlah radioterapi yang sudah dilakukan pasien pada suatu waktu tertentu.

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 3.2.1 Waktu Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dari 15 Oktober 2019 sampai dengan 20 November 2019.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik Medan dengan pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi.

Selain itu, masih belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi ditempat ini sebelumnya.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti.

Responden yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di Instalasi Radioterapi RSUP Haji

(38)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah penderita kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di RSUP Haji Adam Malik. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dimana sampel penelitian adalah total populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian ini yaitu subjek yang datang berurutan di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik yaitu sebanyak 30 orang.

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosa dengan kanker serviks yang sedang menjalani perawatan terapi radiasi di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik selama 15 Oktober 2019 sampai 20 November 2019 dan bersedia menjadi subjek penelitian setelah mendapat penjelasan tentang penelitian dan teknik pengukuran yang akan dilakukan.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah diwakilkan oleh orang lain, tidak mampu berkomunikasi, dan tidak mengisi kuesioner dengan sempurna.

3.5 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini, informasi yang diperlukan melalui data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara kunjungan ke lokasi penelitian dan mewawancarai serta membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden.

Kuesioner yang dibagikan berupa pertanyaan yang menggali pengetahuan pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik tahun 2019.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti melalui lembar kuesioner agar dapat dilakukan penganalisaan data. Bagi calon

(39)

responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan atau informed consent.

Pengukuran instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala guttman yaitu menggunakan Benar (B) dan Salah (S) sebagai alternatif jawaban. Instrumen kuesioner yang digunakan untuk penelitian adalah instrumen yang sudah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Pertanyaan yang digunakan dalam uji coba instrumen kuesioner ini berjumlah 25 item pernyataan yang telah disetujui oleh dosen pembimbing dan disebarkan kepada 30 responden di Instalasi Radioterapi RS Murni Teguh Medan dengan hasil yang valid. Kuesioner tersebut berisi pernyataan tentang definisi, tujuan, jenis, prosedur, lama pemberian, efek samping dan pencegahannya serta motivasi dan dukungan keluarga pada radioterapi. Hasil dari uji reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen angket yang digunakan bersifat reliabel yaitu dengan cronchbach’s alpha sebesar 0.910 > 0,7 dengan arti kuesioner ini bersifat realiabel.

Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kelompok variabel yang telah ditentukan, selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan program komputer berupa aplikasi statistik yaitu Statistic Package for Social Science (SPSS).

(40)

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

Variabel Defenisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengukuran

Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai radioterapi

Angket Kuesioner

1. Baik = skor : ≥ 76-100%

2. Cukup = skor : 60-75%

3. Kurang = skor : ≤ 60 %

Ordinal

Umur

Usia adalah umur responden yang dihitung sejak kelahiran sampai dilakukannya penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Angket Kuesioner

1. ≤ 25 Tahun 2. 26-35 Tahun 3. 36–45 Tahun 4. 46 – 55 Tahun 5. ≥ 56 Tahun

Interval

Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang

pendidikan formal yang pernah ditempuh dan berhasil

diselesaikan oleh pasien yang merupakan responden dari penelitian ini.

Angket Kuesioner

1. Rendah: responden menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat.

2. Menengah: responden menamatkan jenjang pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.

3. Tinggi: responden menamatkan jenjang pendidikan diploma atau perguruan tinggi

Ordinal

Pekerjaan Pekerjaan adalah

suatu kegiatan Angket Kuesioner 1. Ibu Rumah Tangga

2. Pegawai Negeri Sipil Nominal

(41)

atau aktivitas responden sehari- hari.

(PNS)

3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta 5. Buruh

Sumber informasi

Sumber (media) yang digunakan responden dalam memperoleh informasi mengenai radioterapi

Angket Kuesioner

1. Media cetak 2. Media elektronik 3. Teman

4. Tenaga Kesehatan 5. Lebih dari 1 sumber

Nominal

Tabel 3.1 Definisi Operasional

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik.

RSUP Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang mulai beroperasi sejak Juni 1991, dimulai dengan rawat jalan dan pelayanan rawat inap pada bulan Agustus 1992. RSUP Haji Adam Malik merupakan pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera bagian Utara dan Bagian Tengah yang meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatera Barat.

RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit yang melaksanakan pelayanan pendidikan, penelitian, dan pelatihan dibidang kesehatan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 335/Menkes/SK/VII/1990 tanggal 11 Juli 1990: RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai rumah sakit kelas A, dan ditetapkan sebagai pendidikan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/SK/IX/1991 tanggal 6 September 1991. Rumah sakit ini beralamat di Jalan Bunga Lau No.17, Kemenangan Tani, Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara, 20136.

4.2 HASIL PENELITIAN A. ANALISIS DESKRIPTIF

Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi secara frekuensi terhadap semua variabel penelitian, yaitu meliputi variabel usia, pekerjaan dan pendidikan responden pada kanker serviks yang sedang menjalani terapi radiasi. Total sampel yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini adalah 30 responden.

(43)
(44)

4.2.1 DESKRIPSI USIA RESPONDEN

Variabel usia responden dalam penelitian ini dikategorikan antara lain usia

≤ 25 tahun, 26-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun dan ≥ 56 tahun. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Deskripsi Usia Responden

No Usia Jumlah (n) Persentase (%)

1 ≤ 25 tahun 0 0

2 26-35 tahun 1 3.3

3 36-45 tahun 5 16.7

4 46-55 tahun 14 46.7

5 ≥56 tahun 10 33.3

Total 30 100

Pada Tabel 4.1 didapatkan bahwa mayoritas umur responden adalah pada kisaran 46-55 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), diikuti usia ≥56 tahun sebanyak 10 orang (33.3%), selanjutnya usia 36-45 tahun sebanyak 5 orang (16,7%), dan usia 26 – 35 tahun sebanyak 1 orang (3,3%).

4.2.2 DESKRIPSI PEKERJAAN RESPONDEN

Variabel pekerjaan responden dalam penelitian ini didasarkan pada data demografi pasien, meliputi pekerjaan menjadi ibu rumah tangga, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, buruh, dan wiraswasta. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Deskripsi Pekerjaan Responden

No Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 21 70

2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1 3.3

3 Pegawai Swasta 0 0

4 Wiraswasta 4 13.3

5 Buruh 4 13.3

Total 30 100

(45)

Pada Tabel 4.2 didapatkan bahwa mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 21 orang (70%), diikuti wiraswasta dan buruh yang masing-masing sebanyak 4 responden (4,4%), dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1 orang (3,3%).

4.2.3 DESKRIPSI PENDIDIKAN RESPONDEN

Variabel pendidikan dalam penelitian ini meliputi pendidikan rendah, menengah dan tinggi. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Deskripsi Pendidikan Responden

No Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Rendah 20 66.7

2 Menegah 9 30.0

3 Tinggi 1 3.3

Total 30 100

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan pendidikannya, mayoritas responden adalah berpendidikan rendah yaitu sebanyak 20 orang (66,7%), diikuti dengan berpendidikan menengah sebanyak 9 orang (30%), dan berpendidikan tinggi sebanyak 1 orang (3,3%).

4.2.4 DESKRIPSI TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN

Pada tingkat pengetahuan responden tentang radioterapi pada penelitian ini meliputi pengetahuan kurang, cukup dan baik. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel.4.4

Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden

No Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kurang 1 3.3

2 Cukup 3 10.0

3 Baik 26 86.7

Total 30 100

(46)

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuannya, mayoritas responden yaitu berpengetahuan baik sebanyak 26 orang (86,7%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (10%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (3.3%).

4.2.5 DESKRIPSI SUMBER INFORMASI RESPONDEN

Variabel sumber informasi pengetahuan tentang radioterapi dalam penelitian ini yaitu melalui media cetak, media elektronik, teman, tenaga kesehatan ataupun lebih dari 1 sumber informasi. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Deskripsi Sumber Informasi Radioterapi Responden

No Sumber Informasi Jumlah (n) Persentase (%)

1 Media Cetak 0 0

2 Media Elektronik 0 0

3 Teman 0 0

4 Tenaga kesehatan 27 90

5 Lebih dari 1 sumber 3 10

Total 30 100

Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas berdasarkan sumber informasi radioterapi pada responden adalah bersumber dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 27 orang (90%) dan diikuti oleh lebih dari 1 sumber informasi yaitu sebanyak 3 orang (10%).

B. ANALISIS STATISTIK

Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik yaitu melalui uji fisher’s exact dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis statistik yang dimaksud adalah untuk menguji korelasi usia, pekerjaan dan pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan. Proses pengolahan data penelitian i n i menggunakan alat bantu program komputer dengan aplikasi SPSS.

Gambar

Tabel 2.1 Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2009 (Kemenkes, 2015)
Gambar 2.2 Algoritma Tatalaksana Kanker Serviks Menurut Kemenkes 2015
Gambar 2.2 Kerangka Teori Kanker Serviks
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kant or Pusat Tat a Usaha Universit as Gadjah M ada, Bulaksumur Universit as Gadjah M ada mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/ Jasa Dana DIPA unt uk pelaksanaan kegiat an t

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran,

Harapan peneliti selanjutnya adalah dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca baik itu pengetahuan tentang adat dan kebudayaan yang ada di Kecamatan Paloh

Rancangan pengembangan produk yang akan dilaksanakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan penggunaan produk yaitu untuk menambah kreatifitas pendidik dan

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan modul pada materi tata nama senyawa kimia dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu hasil belajar siswa

Model-Model Pengajaran dan Pem belajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigm atis, J ogjakarta: Pustaka Pelajar.. Ibrahim dan Nana

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC