• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pustakawan Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dalam Berbahasa Inggris Di Perpustakaan Universitas Negeri Medan SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Upaya Pustakawan Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dalam Berbahasa Inggris Di Perpustakaan Universitas Negeri Medan SKRIPSI"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Pustakawan Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dalam Berbahasa Inggris Di Perpustakaan Universitas Negeri

Medan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sains Informasi (S.S.I) di Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi

OLEH

PUTRI NISRINA LESTARI 150709046

PROGRAM STUDI S1 PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Lestari, Putri Nisrina. 2019. Upaya Pustakawan Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dalam Berbahasa Inggris Di Perpustakaan Universitas Negeri Medan

Tujun penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan pusakawan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dalam berbahasa Inggris di Perpustakaan universitas Neger Medan. Metode Penelitian menggunakan kualitatif yang di laksanakan pada Perpustakaan Universitas Negeri Medan. Jalan Williem Iskandar, Pasar V, Kenangan Baru, Percut Sei Tuan, Sumatera Utara 20371. Teknik penentuan informan yaitu purposive sampling dengan sampel sebanyak 3 orang pustakawan. Teknik pengumpulan data dengan menggunkaan stui observasi, wawancara, dan studi pustaka.

Hasil penelitian berdasarkan (1) Motivasi, pustakawan memiliki motivasi untuk terus meningkatkan kompetensi nya khususnya keterampilan komunikasi bahasa Inggris, (2) Belajar Sendiri (Self Direct Learning), menggunakan waktu dan membuat metode pembelajaran sendiri, (3) Private Course atau TOEFEL, mengikuti tes TOEFEL untuk mengasah kemampuan pustakawan dalam bidang bahasa Inggris (4) In House Training,mengikuti pelatihan yang bersangkutan dengan bidang perpustakaan (5) pemanfaatan audio visual pada perpustakaan, memanfaatkan media audio visual yang tersedia di perpustakaan seperti CD, cassette, dsb. (6) Membentuk clubmeeting/discussion, membuat forum diskusi untuk membahas topic terbaru tentang ilmu pengetahuan (7) Memegang Prinsip, berkeyakinan bahwa keterampilan bahasa Inggris sudah seharusnya dimiliki pustakawan agar dapat bersaing hingga tingkat internasional.

Kata Kunci: Kompetensi Pustakawan, Komunikasi, berbahasa Inggris, Perpustakaan Universitas Negeri Medan

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kehadirat Allah Swt, karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Imu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Skripsi ini adalah

“Upaya Pustakawan Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dalam Berbahasa Inggris Di Perpustakaan Universitas Negeri Medan”

Selama penulisan usulan penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya kepada penulis

2. Bapak Prof. DR. Runtung Sitepu, S.H M.Hum Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan FIB USU.

4. Ibu Dr. Hj. Eva Rabita, M.Hum selaku Ketua Program Studi S1 Perpustakaan dan Sains Informasi sekaligus Dosen Pembimbing saya, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Drs. Dismansyah, MA. Selaku Dosen Penguji I, yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Belling Siregar, S.S., M.Lib selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

(6)

7. Seluruh Staf Pengajar di Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi yang telah memberikan pengetahuan dan mendidik Penulis selama perkuliahan.

8. Kepada Kepala Perpustakaan berserta Staf Perpustakaan Universitas Negeri Medan yang telah memberikan izin, bantuan dan informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaikan skripsi ini.

9. Orang tua Ayahanda Alm. Suafri dan Ibunda Ramlah yang telah mendidik dan mendoakan penulis dengan rasa penuh kasih sayangnya dan perjuangannya tiada henti Penulis haturkan ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan yang tinggi kepada mereka berdua atas jerih payah dan motivasinya agar penulis dapat meraih cita-cita dan menuju masa depan yang lebih baik lagi.

10. Kepada Kakak Irma Maisita yang telah memberikan masukan dan telah setia menjadi teman berbagi pengalaman dalam penyusunan penelitian ini.

Akhirnya hanya kepada Allah semua ini diserahkan. Keberhasilan seseorang tidak akan berarti tanpa adanya proses dari kesalahan yang dibuatnya, karena manusia adalah tempatnya salah dan semua kebaikan merupakan anugerah dari Allah SWT.

Semoga masih ada kesempatan penulis untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dan semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT. Amin.

Medan, Oktober 2019

Putri Nisrina Lestari

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 6

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 6

2.1.1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 6

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi... 8

2.2 Pustakawan ... 9

2.2.1 Pengertian Pustakawan ... 9

2.2.2 Peran Pustakawan ... 10

2.2.3 Kompetensi Pustakawan ... 13

2.3 Komunikasi ... 21

2.3.1 Pengertian Komunikasi ... 21

2.3.2 Fungsi Komunikasi ... 21

2.3.3 Tujuan Komunikasi ... 22

2.3.4 Jenis - Jenis Komunikasi ... 23

2.3.5 Komunikasi Bahasa Inggris ... 27

(8)

2.4 Manfaat Bahasa Inggris Bagi Pustakawan ... 28

2.5 Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Bagi Pustakawan……….. 29

2.6 Tugas Pokok Dan Fungsi (TUPOKSI) Pustakawan Yang Membutuhkan Keterampilan Bahasa Inggris ... 30

2.7 Pustakawan Di Era Digital ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Metode Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Informan Penelitian ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Jenis Dan Sumber Data ... 38

3.6 Instrumen Penelitian... 38

3.7 Teknik Analisis Data ... 39

3.8 Keabsahan Data (Validity of Data) ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Motivasi ... 42

4.2 Belajar Sendiri atau Self Direct Learning (SDL) ... 44

4.3 Private Course atau Kursus TOEFL ... 45

4.4 In Haouse Training ... 46

4.5 Pemanfaatan audio visual Yang Tersedia Di Perpustakaan ... 48

4.6 Membentuk Clubmeeting/Discussion ... 49

4.7 Memegang Prinsip ... 51

4.8 Rangkuman Hasil Penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 56

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN I ... 60 LAMPIRAN II ... 62

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi yang semakin maju saat ini perpustakaan dituntut agar mampu mengikuti kemajuan dan perkembangan sosial penggunanya dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology/ICT). Terlebih lagi pada saat ini di Indonesia, mulai di selenggarakan nya “The World Class University”. Keberadaan Perpustakaan merupakan pintu utama untuk bersaing atau ikut ke tingkat internasional. Maka, pustakawan perguruan tinggi seharusnya melatih diri sebagai manajer informasi di era globalisasi ini.”

Pemahaman Teknologi Informasi atau ICT di sebuah perpustakaan merupakan awal mula kemajuan, kecanggihan dan juga kemampuan layanan suatu perpustakaan.

Dengan demikian”pemenuhan kebutuhan perpustakaan terlalu memerlukan keahlian pelaksana atau pustakawan nya sehingga teknologi yang tersedia dapat di gunakan secara efektif dan efisien. Selain harus”memiliki kemampuan penguasaan Teknologi Informasi, seorang pustakawan juga harus memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris.”

Di Indonesia kemampuan berbahasa Inggris untuk pustakawan belum“dijadikan sebagai suatu hal yang penting dalam”meningkatkan produktivitas kerja mereka. Namun, untuk mengatasi era globalisasi dan informasi, pustakawan sebagai manajer informasi seharusnya”sudah memiliki keahlian atau kemampuan

(11)

dalam menggunakan bahasa Inggris agar dapat meningkatkan citra profesionalisme seorang pustakawan.

Pada kegiatan FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi) yang dilaksanakan di tahun 2009, di nyatakan”untuk menghadapi kepada perpustakaan perguruan tinggi tingkat internasional, seorang pustakawan perguruan tinggi wajib memajukan sikap profesionalisme nya yaitu memiliki 4 (empat) hal yang utama antara lain:“komampuan ilmu pada bidang perpustakaan, informasi dan dokumentasi (PUSDOKINFO), kepemimpinan dan etika dalam profesi, manajemen layanan perpustakaan berbasis IT, dan kemampuan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.””

Peran pustakawan pada saat ini semakin dibutuhkan sebagai sumber daya yang berpotensial dalam mewujudkan bidang akademis. Karena pustakawan yang berhasil melaksanakan pekerjaan nya ialah pustakawan yang bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik, bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan, bisa menyesuaikan situasi apabila dalam bekerja menemui hambatan, berkompetensi, terus menerus berusaha, tidak menyerah sehingga tujuan yang di tetapkan oleh perpustakaan dapat tercapai.

Perpustakaan Universitas Negeri Medan sudah menjadi perpustakaan digital sejak tahun 2013, Di dalamnya terdiri dari lima lantai dan memiliki beberapa fasilitas seperti koleksi pinjam singkat (KPS), ruang baca, pengembalian dan peminjaman, koleksi referensi, terbitan berseri (jurnal, majalah, koran), koleksi standart, ruang

(12)

perawatan koleksi, ruang koleksi karya ilmiah (skripsi, thesis, disertasi dan laporan penelitian), ruang internet, dan ruang multimedia (audio visual, theater).

Perpustakaan Universitas Negeri Medan yang sudah digitalisasi dalam melakukan kegiatan dan tugas di perpustakaan, membutuhkan pustakawan yang berkompetensi dalam penguasaan teknologi informasi dan kemampuan bahasa Inggris khususnya dalam berkomunikasi. Hubungan kemampuan bahasa Inggris dalam pekerjaan pustakawan yaitu untuk mempermudah pustakawan dalam memberikan informasi dan layanan kepada pemustaka. Selain itu, agar memudahkan pustakawan dalam melakukan pengolahan bahan pustaka yang berbahasa Inggris.

Serta memudahkan pustakawan dalam penggunaan teknologi informasi karena bahasa pemrogramannya menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Inggris juga digunakan untuk berkomunikasi dengan tamu perpustakaan atau pemustaka yang berasal dari luar negeri. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan bahasa Inggris yaitu dengan mengikuti kursus ataupun TOEFL untuk mengetahui tingkat kemampuan pustakawan dalam menggunakan bahasa Inggris.

Selain itu, TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) pustakawan yang membutuhkan kemampuan bahasa Inggris, yaitu: pengadaan dan pengembangan bahan pustaka, pengelolaan bahan pustaka, penelusuran literatur secara manual ataupun online, penanganan informasi terseleksi dan kesiagaan informasi, serta publikasi Dua bahasa untuk tujuan promosi. Karena sumber informasi dengan berbagai format sangat banyak yang menggunakan bahasa Inggris”dari pada bahasa Indonesia. Hal ini bisa di laksanakan dengan optimal apabila“pustakawan bisa

(13)

mengerti dengan baik jangkauan dan keadaan sekarang sumber informasi bukan berupa yang berbahasa Indonesia namun yang berbahasa Inggris juga. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Perpustakaan Universitas Negeri Medan di Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan Estate. Staff Perpustakaan saat ini berjumlah 43 orang yang terbagi atas 20 orang pustakawan. Diantaranya 10 orang pustakawan sudah mengikuti TOEFL. Dari hal tersebut, dapat di simpulkan bahwa pustakawan yang sudah pernah mengikuti tes TOEFL sebanyak 10 orang (50%). Pustakawan yang menggunakan teknologi informasi berjumlah 20 orang.

Dari penjelasan“diatas, peneliti berkeinginan melakukan penelitian dengan”judul “Upaya Pustakawan Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dalam Berbahasa Inggris Di Perpustakaan Universitas Negeri Medan”

1.2 Rumusan Masalah

Berlandaskan latar belakang tersebut, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:”

Bagaimana upaya pustakawan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam berbahasa Inggris di Perpustakaan Universitas Negeri Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah:

Untuk mengetahui upaya pustakawan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam berbahasa Inggris di Perpustakaan Universitas Negeri Medan

(14)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Manfaat untuk Perpustakaan Universitas Negeri Medan, menjadi bahan acuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dalam berbahasa Inggris pustakawan

2. Manfaat untuk“peneliti berikutnya, hasil penelitian ini bisa di jadikan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan tema yang sama dan yang berhubungan.”

3. Manfaat bagi penulis, sebagai bahan bacaan untuk menambah informasi serta pengetahuan dan pemahaman tentang upaya pustakawan dalam meningkatkan keterampilan komunikasi dalam berbahasa Inggris.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini di batasi dengan batasan penelitian menggunakan teori (Wallace dalam Saleh: 2015, 58) membahas tentang upaya yang dilakukan pustakawan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dalam hal keterampilan komunikasi berbahasa Inggris di Perpustakaan yaitu: motivasi,“belajar degan sendiri melalui metode antonomous learning atau Self Direct Learning (SDL), private course atau TOEFEL, in house training,“memanfaatan media audio visual yang terdapat pada perpustakaan,”membentuk club meeting/discussion, memegang prinsip.

(15)

BAB II

LANDASAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan Perpustakaan yang terdapat pada lingkungan Perguruan Tinggi, Sekolah tinggi, atau Akademi yang pada dasarnya merupakan bagian integral dari suatu Perguruan Tinggi

Purwono (2013, 18) menyatakan”Perpustakaan Perguruan Tinggi ialah mencakup Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Poiliteknik, dan Perguruan Tinggi lain yang sederajat. Perguruan Tinggri merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) perguruan tinggi yang ikut melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi dengan cara“memilih, menghimpun, mengolah, merawat, serta melayangkan sumber informasi kepada lembaga induknya dan masyarakat akademis. Kelima tugas tersebut dilakukan dengan tata cara administrasi, dan organisasi yang berlaku bagi penyelenggaraan sebuah perpustakaan.”

Sutarno (2003, 35) menyatakan”Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah bagian terpenting Universitas, karena tanpa sebuah Perpustakaan di Perguruan Tinggi maka proses pelaksanaan pembelajaran menjadi kurang efisien. Dari pengelolaan nya Perpustakaan Perguruan Tinggi di kelola oleh lembaga pendidikan tinggi yang berkaitan, tetapi dalam pengembangannya bisa juga melakukan kerja sama dengan pihak lain.”

(16)

Hermawan dan Zein (2006, 33) menyatakan“perpustakaan yang berada pada lingkunganglembaga pendidikan tinggi yaitu universitas, institut, sekolah tinggi, akademi dan lembaga perguruan tinggi lainnya di sebut Perpustakaan Perguruan Tinggi

Purwono (2013, 19) menyatakan bahwa dilihat dari konsep manajemen maka perpustakaan Perguruan tinggi sebagian besar memiliki hal-hal berikut ini:

1. Misik(mission) 2. Sasarani(goals)

3. Tujuang(objectives). Kegiatang(activities) 4. Programi(programmed)

5. Kegiatan (activities) 6. Program (programmed)

Misigperpustakaan perguruan tinggi biasanya menyesuaikan dengan misigperguruan tinggi induknya yang dicantumkan dalam status. Jika misi perpustakaan tidak dinyatakan secara jelas maka misifperpustakaan perguruan tinggi pada umumnya ialah pendidikan, penelitian, informasi apabila dilihat dari dasar filosofisnya maka misitperpustakaan perguruan tinggi adalah membantu mencerdaskangkehidupangbangsa. Misitini, lalu di jelaskan menjadi sasaran, antara lain berikut ini:”

1. OrganisasiRdanTadministrasi yang baik”

2. DanaRyang cukup”

3. Pengadaangdan pengembangan sumber daya manusia”

(17)

4. Jasadyang baik

5. Fasilitas fisik yang memadair

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaaan Perguruan Tinggi memiliki perangpenting dalam meningkatkan kualitas mutuSakademik Perguruan Tinggi danakeberadaangPerpustakaan Perguruan Tinggi menunjukkangkeberadaan Perguruan Tinggi.

Purwono (2013, 19) menyatakan Tujuan dari Perpustakaan Perguruan Tinggi iaalah sebagai berikut:

1. Memenuhi(kebutuhanginformasi mahasiswa dan pengajar.)

2. Menyediakan(bahangpustaka rujukangkepada semua tingkat akademis.)”

3. Menyediakan“ruanganguntuk pengguna.

4. Menyediakan jasadinformasi dan jasadpeminjaman aktif untuk pemakai.”

Lalu, dapat di nyatakan fungsi perpustakaan perguruan tinggi ialah berikut ini:

1. Pengadaangdan pemilihan”

2. Pengolahangbahan pustaka.”

3. Pelayanan.

4. Tata usaha.

(18)

2.2 Pustakawan

2.2.1 Pengertian Pustakawan

Pustakawangmerupakan profesi yang bertuga di perpustakaan dalam pengolahan bahan pustaka, memberikan pelayanan kepada pemustaka dan membantu pemustaka dalam pencarian sumber informasi yang di butuhkan.

Sudarsono (2006, 78) menyatakan“bahwa tenaga kerja bidang perpustakaangyang telah mempunyai pendidikan ilmu perpustakaan, baik melalui pelatihan, seminar, kursus, maupun dengan kegiatan sekolah formal di sebut pustakawan atau librarian. Pustakawangmerupakan(seseorang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan perpustakaan. Maka diwilayah Pegawai Negeri Sipil (PNS), pustakawangtermasuk kepada jabatan fungsional. Secara umum, kata pustakawan menunjuk pada kelompok atau perorangan dengan karya atau profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.)

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam kodeRetiknya yang dikutip oleh Hermawan dan Zen (2006, 45-46) menyatakan“bahwa pustakawangadalah seorang yang melaksanakangkegiatangperpustakaangdengan tujuangmemberikan pelayanan kepada masyarakat sesuaiRdengan tugas lembaga induknya berdasarkangilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi melalui pendidikan yang di milikinya.”

Lasa HS (2009, 295) menyatakan pustakawan ialah“seseorang yang melaksanakan kegiatangperpustakaan dengan jalan memberikangpelayanangkepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkangilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.”

Berdasarkan pendapat tersebut di pahami bahwa, Pustakawan merupakan seseorang yang“bekerja di perpustakaan, dokumentasi dan informasi dengan

(19)

memberikan pelayanangkepada masyarakat”dalam memenuhi kebutuhan informasinya sesuai dengan ilmu pendidikan yang dimilikinya.

2.2.2 Peran Pustakawan

Pustakawan(merupakan“penggagas sistem pada perpustakaan, dengan demikian bisa di katakan pustakawan mempunyai fungsi yang sangat penting pada perpustakaan.)Hermawan dan Zen (2006, 57-59) menyatakan bahwa peran pustakawan sebagai berikut:”

1. Edukator

Sebagai”edukatora(pendidik), pustakawangdalam melaksanakan tugasnya tentu berfungsi dan berjiwa sebagaiLpendidik. Sebagai seorang pendidik, ia harus melaksanakan fungsi pendidikangyaitu mendidik, mengajar dan melatih.“Mendidik adalah mengembangkan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih”adalah membina dan mengembangkan keterampilan. Oleh karenanya, pustakawangharus memiliki kecakapangmengajar, melatih dan mengembangkan, baik para pegawai maupun para pengguna jasa yang dilayaninya.

Sebagai seorang Pustakawan pendidik, pustakawan juga harus memahami prinsip - prinsip yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:”

1. “lngangarsarsung tulada”, artinya ia harus bisa lewati perilaku dan perbuatannya menjadikan dirinya sebagai pola panutan dan ikutan orang- orang yang dilayaninya

2. “Ing madya mangungkarsa”, artinya ia harus membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dilayaninya

(20)

3. “Tut wurishandayani”, artinya ia harus bisa mendorong orang-orang yang dilayaninya agar berani bergerak di depan dan siap bertanggung jawab.

Pustakawan umumnya menyediakan informasi melalui kegiatan penyediaan berbagai sumber informasi, sedangkan peran pustakawan sebagaipedukator banyak memberikan pelajarangatau informasinmelalui lisangdan bersifat spontan.

2. Manajer

Pada dasar nya pustakawangadalah “manajer informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan penggunaginformasi pada sisi lain.(Informasi yang banyak danaterdapat dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah)harus dikelola dengan baik.”Kebutuhanginformasi pengguna merupakan dasar pengelolaan informasi. Bila di hubungksn dengan lembaga jasadlainnya, maka pustakawan memiliki kedudukan yang sama dengan manajer sebuah toko buku, restoran hotel dan sebagainya.”Sebagai manajer pustakawangharus mempunyai jiwa kepemimpinan.

Kemampuangmemimpin dan menjalankan, serta mampu bertindak sebagai koordinator dan integrator dalam melaksanakangtugasnya sehari-hari.”

Pustakawangdalam peran nya sebagai“manajer“juga harus dapat mengoptimalkangsemua sumber daya yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya manusia, sumber daya informasi, termasuk saranatdanaprasarana. Untuk mendukung tercapainya visi, misi perpustakaan.”Selain itu, pustakawan harus mampu menjembataniLantara para generalis danaspesialis, serta para politisi dengan para professional.”

(21)

3. Administrator

Sebagai administrator“pustakawangharus mampu menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasitprogram perpustakaan, serta dapat melakukanganalisis atas hasil yang telah dicapai, (kemudian melakukangupaya-upaya perbaikanguntuk mencapai hasil yang lebih baik.”Oleh karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas di bidang organisasi, sistem dan prosedur kerja.)Dengan pengetahuan nya itu, diharapkangpustakawan memiliki kemampuangdalam mengartikan prosedur ke dalam kegiatan-kegiatan nyata, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja, berdayanguna, berhasil guna, dan tepat guna.”

4. Supervisor

Sebagai supervisor pustakawan harus:”a). Dapat melaksanakangpembinaan profesional, untuk mengembangkangjiwa kesatuangdan persatuangantar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkangdan peningkatangsemangat kerja, dan kebersamaan; b). Dapat meningkatkangprestasi, pengetahuangdan keterampilan, baik rekan-rekangsejawat maupungmasyarakat penggunagyang di layaninya; c).

Mempunyai wawasangyang luas, pandangangjauh ke depan, memahami bebangkerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakangtugasnya; dan d). Mampu berkoordinasi, baik dengang sesamar pustakawang maupungdengan para pembinanya dalam menyelesaikangberbagai persoalang dan kendala, sehingga bisa meningkatkangkinerja unit organisasinya.”

Berdasarkan pendapat diatas, bisa dinyatakan bahwa, peran pustakawan di perpustakaan memiliki beberapa peran yaitu sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor yang bertujuan memberikan layanan yang baik kepada

(22)

pemustaka, membantu pemustaka dalam pencarian sumber informasi yang di butuhkannya. Tanpa peran pustakawan tersebut tentunya pemustaka merasa kesulitan dalam pengguanaan layanan yang terdapat pada perpustakaan.

2.2.3 Kompetensi Pustakawan

Pustakawangsebagai sistem penggerak dalam perpustakaan, tentunya harus mempunyai kompetensi dan keahlian dalam menjalankan tugasnya dan memberikan layanan kepada pemustaka yang menggunakan perpustakaan.

Bambang Suproyono Utomo yang di kutip oleh Hermawan (2006, 174) menyatakangbahwa“kompetensidadalah kemampuan, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, karakteristik, dan perilaku, seseorang yang di perlukanguntuk melaksanakangpekerjaangtertentup dengan tingkat kesuksesangsecara optimal.”

Purwono (2013, 108) menyatakan bahwa”kompetensigadalah keseluruhan dari kemampuang dan dayandukung yang dengan ril di miliki seseorang. Dengan hal tersebut seseorang dapat merealisasikangkehendak atau idealnya. Dalam kehidupangsehari – hari, seseorang tidak menilai seseorang berdasarkan apa yang kita inginkan atau berdasarkan idealnya, mereka menilai seseorang berdasarkangapanyang dapat di lakukan atau berdasarkan kemampuan bertidaknya. Dengan kata lain, mereka tidak pernah menanyakan visi-misi kita tapi, mereka menanyakan seberapa mampu kita merealisasikan yang kita inginkan.”

Yusup yang dikutip oleh Batubara (2011, 54-55) menyatakan kompetensi komunikasifpustakawan adalah suatu kemampuanguntuk memilih perilaku komunikasi yang pas dan efektif bagi situasirtertentu. Model kompetensitkomunikasi ini meliputi tiga komponengyaitu pengetahuang(knowledge), keahliang(skill), dan motivasif(motivation). Dengangkonsep ini pustakawangbisa menghadapi pemustaka dan membantu pemustakaguntuk keperluangpengembangangcitra diri profesi pustakawan.

(23)

Sehubungan dengan kemampuan kompetensi pustakawan di perpustakaan Widianto yang di kutip oleh Makmur (2015, 63) menyatakan bahwa:

1. Komampuan intelektual antara lain“berupa kemampuangkreatif (meneliti dan menemukan), kemampuan berpikir dan bernalar, kemampuangmenyelesaikan masalah, dan kemampuangmengambil keputusangyang mendukung kehidupanpglobal”

2. Komampuan pribadi antara lain“berupa ketahan bantingan, kejujuran, keberanian, ke independenan, keadilan, mengelola diri sendiri, keterbukaan, kemandirian, dan menempatkangdiri sendiri secara bermakna serta orientasi pada keunggulangyang sesuai dengan kehidupangglobal”

3. Komampuan komunikatif antara lain“berupa kemampuangmenguasai sarana kemampuangbekerja sama, komunikasi mutakhir, kemahirwacanaangdan kemampuan membangunghubungan - hubungan dengan pihak lain yang mendukung kehidupangglobal dalam satu sistem dunia”

4. Kemampuan sosial-budaya antara lain“berupa kemampuanghidup bersama orang lain, kemampuangmemahami dan menyelami keberadaangorang/pihak lain, kemampuan berhubungan atau berinteraksi dengan pihak lain, kemampuaangmemahami dan menghormati kebiasaan orang lain, dan kemampuangbekerja sama secara multikultural;”

5. Kemampuan kinestis-vokasional antara lain“berupa keahlian mengoperasikangsarana-sarana komunikasifterbaru, dari keahlian menggunakan alat-alat terbaru yang mendukung perpustakaan untuk bergerak dalam kehidupangglobal.”

Sehubungan dengan hal tersebut, Nanan Khasanah yang dikutip oleh Syahrir (2008, 5) menyatakan ciri – ciri kompetensi pustakawan ada 2 (dua) jenis yaitu:

1. Kompetensi Profesional yaitu terkait dengan pengetahuangpustakawan dibidang sumber informasi, teknologi, manajemengdan penelitian, dan kemampuangmenggunakan pengetahuangtersebut sebagai dasar untuk menyediakan layanangperpustakaan dan informasi.

2. Kompetensi Individu yaitu menggambarkan satu kesatuan keterampilan, perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawangagar dapat bekerja secara efektif, menjadi kominikator yang baik, selalu meningkatkangpengetahuan, dan memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya.

Sedangkan Wicaksono yang di kutip oleh Putra (2017, 44) menyatakan bahwa seorang pustakawan disebut kompeten apabila memiliki kemampuan antara lain:

(24)

1. Kemampuan manajemen informasi, yaitu“bisa melakukan pencarianginformasi (mendefenisikan informasi, melakukangpenelusuran, menformulasikan strategi penlusuran), menggunakanginformasi (evaluasi sumber, menilai informasi, mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber berbeda, memilah informasi, interpretasi informasi), menciptakanginformasi, mengorganisasikanginformasi (melakukan abstraksi, melakukan pengindeksan, melakukan retensifatau riview) dan bisa menyebarkan informasi.”

2. Kemampuan interpersonal, yang“berguna bagi pustakawangdalam berhubungan dengan pemakai dan sesama rekangkerja seperti kemampuan berkomunikasi, mendengarkangdan mendiskusikan pendapat orang lain, memberikan feed-back yang baik, mengatasi konflik dengan memberikan respon yang tepat, menggunakangmekanisme formal dan informal, membangun tim dan memotivasiforang lain, self-learning skill, self- initiation, bekerja sama dengan tim, bisa melakukan sesuatu terfokus dan punya jiwa entrepreneurship.”

3. Kemampuan teknologi informasi, yaitu kemampuanguntuk menggunakan berbagai perangkat Teknologi Informasi (TI) untuk membantursemua proses kerja.

4. Kemampuan manajemen, yaitu administrasi, memahamirproses kegiatan perpustakaan, manajemen perubahan, melakukangkodinasi, mempunyai karakter kepemimpinan, pengukurangkinerja, mampu memanajemen sumber daya manusia, proyek, hubungan baik dengan sesame pustakawan dan memanajemen waktu.

Shapiro dan Hughes yang dikutip oleh Pendit (2007, 55) mensyaratkan 7 (tujuh) kemampuan yang harus dimiliki pustakawan dalam era digitalisasi yaitu:

1) Tool literacy, yaitu kemampuangmemahami dan menggunakan alat teknologi informasi, baik secara konseptualymaupungpraktikal, keterampilangpenggunakan perangkaty lunak, perangkat keras, multimedia, dsbnya.

2) Resource literacy, yaitu kemampuangmemahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkanginformasitterutama dari jaringan informasi yang selalu berkembang.

3) Social-structural literacy, pemahamangyang benar bagaimana informasi dihasilkang oleh berbagai pihak dalam masyarakat.

4) Reserach literacy, kemampuangmenggunakan peralatangberbasis teknologi informasi sebagai alat riset.

5) Pulishing literacy, kemampuan menerbitkanginformasi dan ide ilmiah kekalangan luas dengan memanfaatkangkomputer dan internet.

6) Emerging technology literacy, kemampuangterus menerus menyesuikangdiri dengan perkembangan teknologisdan bersama

(25)

komunitasnya menentukangarah pemanfaatangteknologi informasi untuk kepentingangpengembangan ilmu.

7) Critical literacy, kemamuan mengevaluasi sercara kritis terhadap untung ruginya menggunakan teknologi telematikan dalam kegiatan ilmiah.

Untuk mengatasi tantangan yang semakin berat dan kompleks,“pustakawan harus memiliki kompetensi baik masalah keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (ability) antara lain kemampuan analisis atau pemecahan masalah, pengambilan keputusan, keterampilan berkomunikasi, memiliki kreatifitas dan pemikiran yang inovatif, memiliki keahlian dan pengetahuan teknis, fleksibel/mampu beradaptasi, kemampuan berinteraksi secara individu maupun kelompok, kemampuan kepemimpinan, pemahaman organisasi dan pemikiran global, merasa mempunyai tanggung jawab, kemampuan merencanakan dan pengorganisasian, mengelola sumber daya, sikap”melayani dan kemampuan memberi kepuasan kepada pengguna perpustakaan.

Tjitropranoto yang dikutip oleh Purwono (2013, 55) menyatakan bahwa“melihat tantangangmasa depan, peluang yang ada danamasalah yang di hadapi masa ini, maka kualitas pustakawangyang di harapkangdi masa datang adalah sebagai berikut:”

1. Dalam menjalankangtugasnya“mempunyai kemampuanguntuk berorientasi kepadatkeperluan – keperluangpemakai perpustakaan. Tenaga yang bertugas di perpustakaan harus dapat memenuhi keperluangpemakai perpustakaan atau bukangmempersulitnya.”

2. Memiliki kemampuangberkomunikasi“sehinggapdapat dengan mudah mengidentifikasi keperluangpemakai.”

3. Memiliki kemampuangteknis di bidang perpustakaan paling sedikit setara dengan pendidikangsarjana muda (diploma 2) di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

4. Dapat berbahasa asing“khususnya bahasa Inggris untuk memudahkan berhubungangdengangdunia internasional.”

(26)

5. Mampu mengembangkangteknik dan prosedur kerja di bidang perpustakaan.

6. Mampu memanfaatkangperkembangan“ilmu pengetahuan dan teknologi untuk keperluangpengembanan perpustakaan.”

7. Mampu melaksanakangpenelitiangdi bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasitsecara mandiri.

Sehubungan dengan hal tersebut, Aziz (2012, 155) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi yang yang perlu dimiliki seorang pustakawan meliputi:

a. Listening skills,“kemampuangmendengar, mampu mendengarkangdan mendiskusikangpendapat orang lain dari beragam sudut pandang dan bisa mendapat ide dari pendapat orang lain, serta mampu memberikangkomentar yang konstruktif.”

b. Mampu memberikangfeedback yang baik bagimberagam situasi yang dihadapi orang lain.”

c. Conflict resolution,“mampusmengatasi konflik dengan memberikangrespon yang tepat dalam berbagai situasi. Bisa memberikangalasan jika tidak setuju terhadap sesuatu, memahami posisi dan kepentingangdalam sebuah konflik dan bisa menghasilkangwin-win solutions.”

d. Relationship building,“menggunakangmekanisme formal dan informal dalam menjaga hubungangbaik dengan sesama staf maupungpemakai perpustakaan.”

e. Self initiative,“memiliki inisiatif tanpaRharus di perintah.”

f. Teamwork, kemampuan untuk bekerjasama dalam sebuah tim dalam era global yang ditandai dengan sarana penelusuran internet.

(27)

Selain itu, Tjahjono Widijanto (2008, 137) menyatakan bahwa dalam penggunakan aplikasi TI di perpustakaan, pustakawan juga harus memiliki standart kompetensi yang paling dasar, yaitu:

1) Memiliki“kemampuan dalam penggunaan komputer (computer literacy)”

Kemampuan sistem operasi komputer untuk melakukan kegiatan pribadi, yang berhubungan dengan tugas pekerjaan, rowser dan pencarian di internet untuk mengambil kebutuhan informasi dan berkomunikasi dnegan orang lain dengan mengirim dan menerima email adalah bagian penting bagi setiap seseorang termasuk pustakawan. Pustakawan dengan melek komputer mampu mengkomunikasikan informasi lebih efektif bila mereka tahu bagaimana membuat dan menggunakan excel spreadsheet atau presentasi power point. Pustakawan juga dapat mencapai dengan mudah melampaui batas–batas komunitas mereka ketika mereka mampu menggunakan HTML untuk membuat halaman web sehingga mereka dapat mempublikasi sumber daya, artikel, opini dan dokumen kepada dunia. Allison (2005) menunjukkan bahwa mereka yang tidak memiliki keterampilan dasar komputer maka mengalami kesulitan ketika mencari pekerjaan dan berhubungan dengan masyarakat lokal dan global. Selain itu pustakawan seharusnya menguasai:

a. Keterampilan word processing b. Keterampilan spreadsheet c. Keterampilan database

d. Keterampilan presentasi elektronik

(28)

e. Keterampilan navigasi web f. Keterampilan desain situs web g. Keterampilan manajemen E-mail h. Kamera digital

i. Pengetahuan jaringan komputer

j. Keteramilan berkas manajemen dan windos explorer

k. Mendownload software dari web (pengetahuan termasuk E-book) l. Menginstal perangkat lunak komputer ke sistem komputer

m. Keterampilan pengajaran WebCT atau blackboard n. Keterampilan video conference

o. Computer terkait stronge device (pengetahuan: disk, CD, USB drive, Zip disk, DVD, dan lainnya)

p. Pengetahuan scanner q. Pengetahuan tentang PDA r. Pengethuan deep web

s. Pengetahuan pendidikan hak cipta t. Pengetahuan keamanan computer

Pada kegiatan di perpustakaan, pustakawan juga harus memiliki kompetensi komunikasi seperti yang di sampaikan“William V. Hanney dalam khitbah (2014) pada bukunya, Communication and Organizational Behavior,”menjelaskan kompetensi komunikasi pustakawan yaitu “Organisasi terdiri atas sejumlah orang yang melibatkan keadaan saling bergantungan, kebergantungan memerlukan koordinasi, koordinasi mensyaratkan komunikasi”. Oleh karena itu, Williem

(29)

menyatakan komunikasifadalah suatu sine qua non bagi organisasi,“termasuk lembagardalam perpustakaan. Tanpa adanya komunikasi, maka kerja samardalam sebuah organisasi tidak bisa di lakukan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasifdalam perpustakaan. Karena jasa dasar yang harus dilakukangsetiap jenis perpustakaangadalah pemberianginformasi, penyediaanginformasi, bantuan dalam penelusurangdokumen, bantuan dalam meggunakangkatalog, bantuan dalam menggunakangbukurreferensi. Begitu besar bebangdan tanggung jawab pustakawan, maka pelayanangyang primatmerupakan salah satu tolak ukur keberhasilangkegiatan perpustakaan. Pelayanangyang prima tidak terjadi begitu saja, pelayanangprima tidak terlepas dari latar belakang pendidikan, dan kemampuangpustakawan dalam berkomunikasi.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat di pahami bahwa, pentingnya kompetensi yang dimiliki bagi pustakawan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka. Hal ini agar citra profesionalisme nya semakin berkembang, kemampuan kompetensi yang dimiliki pustakawan tidak hanya kemampuan dalam berbahasa Indonesia melainkan kemampuan berbahasa Inggris. Seperti dalam membantu penelusuran informasi pemusaka, informasi yang tersedia banyak yang menggunakan format bahasa Inggris, Kemampuan menggunakan teknologi informasi yang bahasa pemrogramannya menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, kemampuan berbahasa Inggris khususnya dalam berkomunikasi bagi pustakawan tentunya memudahkan pustakawan memberikan pelayanan yang baik kepada pemustaka yang berasal dari luar negeri.

(30)

2.3 Komunikasi

2.3.1 Pengertian Komunikasi

Joseph A. Davito (2011, 24) menyatakan bahwa”komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistori oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk umpan balik.”

Priyanto (2009, 8) menyatakan bahwa“komunikasi merupakangsuatu proses penyampaianginformasi antar individuratau kelompok, baik secara verbal maupun non-verbal yang dapat menimbulkangrespon timbal balik atara pengirim informasi dan penerima informasi.”

Moekijat (2003, 3) menyatakan bahwa“komunikasi merupakan seni mengembangkan, dan mendapatkan pengertian diantara orang – orang. Komunikasi meurpakan proses penukaran informasi dan perasaan diantara dua orang atau lebih, dan penting bagi manajemen yang efektif.”

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat diaktakan bahwa komunikasi merupakan sarana atau alat untuk berinteraksi kepada satu orang atau lebih dalam memberikan indormasi atau memperoleh informasi yang di dalamnya mengandung makna sehingga dapat menimbulakn respon timbal balik diantara keduanya.

2.3.2 Fungsi Komunikasi

Wijaya yang di kutip oleh Musrifah (2017, 88) menyatakan bahwa Komunikasi mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:

a. Informasi,“pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat

(31)

dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.”

b. Sosialisasi,“penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif”

c. Motivasi,“menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.”

d. Perdebatan dan diskusi,“menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan buktibukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum.”

e. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

f. Memajukan kebudayaan,“penyebaranghasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masalalu.”

g. Rekreasi luasan, penyebaran sinyal, symbol suarandanaimage, drama, danglain-lain.

h. Integrasi,“menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti, menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa, fungsi komunikasi ialah sebagai informasi dalam memproses suatu berita, sosialisai, motivasi, diskusi yang dilakukan untuk saling tukar menukar fakta atau berita, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan luasan, dan integritas antar bangsa.

2.3.3 Tujuan Komunikasi

Joseph A Devito (2011, 31-33) menyatakan bahwa Tujuan dari komunikasi ialah:

(32)

a) Menemukan

Salah satu tujuangkomunikasi adalah“menyangkut penemuangdiri. Dengan berkomunikasi, setiap individurdapat memahami secara lebih baik mengenai diri kita sendiri, dan orang lain.”

b) Untuk berhubungan

Setiap individurmemiliki keinginanguntuk merasakan dicintai dan disukai begitupun menyukai dan mencintai.“Salah satu motivasifyang paling kuat dalam melakukangkomunikasi adalah membinarhubungangdengan orang lain melalui komunikasi.”

c) Untuk meyakinkan

Di dalam komunikasifpada jaman modern ini manusia kerapukali bertindak sebagai konsumengdari penyampaiangpesan yang dilakukan oleh media.“Media massa sebagiangbesar meyakinkan setiap manusia untuk melakukan perubahangsikap dan perilaku.”

d) Untuk Bermain

Dalam kehidupangsehari-hari, setiap individu tidak terlepas dari hal yang menghibur, kini hiburangmenjadi salah satu kebutuhan.“Untuk melakukan hiburangatau bermain, komunikasi menjadi alat yang tepat dalam mengutarakangdan bertukar informasi - informasi yang menarik yang dapat menghibur.”

2.3.4 Jenis – Jenis Komunikasi

Dalam hal berkomunikasi, tidak semua orang dapat terampil untuk

(33)

Berdasarkan penyampaianginformasi bisa di bedakan menjadi komunikasifverbalydan non-verbal.

A. Komunikasi Verbal

Agus M. Hardjana (2003, 23) menyatakan bahwa“Komunikasifverbal ialah komunikasifyang menggunakangkata- kata, entahalisan maupungtulisan.

Komunikasifini paling sering di gunakan untuk hubungangantar manusia.

Melalui kata- katakmerekammengungkapkangperasaan, emosi, gagasan, pemikiran, atau maksud mereka, menyampaikangfakta, data, danginformasi serta menjelaskan nya, saling bertukar pikirangdan pemikiran, saling berdebat danabertengkar”

Agus M. Hardjana (2003, 23) menyatakan bahwa Unsur – unsur penting dalam komunikasi verbal yaitu:

1. Bahasa

Bahasa ialah“suatupsistem lambang yang memungkinkan orang berbagimmakna. Pada komunikasifverbal, lambangebahasa yang digunakangadalah bahasa verbal entahelisan, tertulis pada kertas, maupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungangantara warga nya satu sama lain. Bahasa yang memiliki fungsi, namungsekurang- kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakangkomunikasi yang efektif.

Ketiga fungsi itu adalah:”

(34)

1. Untuk mempelajarintentang dunia sekeliling kita.

2. Untuk membina hubungangyang baik diantarapsesama manusia.

3. Untuk menciptakangikatan- ikatan dalam kehidupan manusia.

2. Kata

Julia T. Wood, dalam bukunya Communication in Our Lives yang di kutip oleh Hardjana (2003, 24) mengartikan kata ialah:

“Lambang yang mewakili hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang”

B. Komunikasi Non-Verbal

Julia T. Wood, dalam bukunya Communication in Our Lives menyatakan“Komunikasi non verbal adalah semua aspek komunikasifselain kata- kata sendiri. Ini mencakup bagaimanakkita mengucapkangkata- kata (infleksi, volume), fitur, lingkungangyang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda- benda yang mempengaruhitcitra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel)”

Komunikasifnon verbal dapat berupa “bahasa tubuh, tanda, tindakan perbuatan (action), atau objek.”

(35)

a. Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh yang berupatraut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak- gerik tubuh mengungkapkangberbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang.”

b. Tanda Dalam komunikasifnon verbal“tanda menggantiskata- kata, misalnya bendera, rambu- rambutlalu lintas, aba- abatdalam olahraga.”

c. Tindakan atau PerbuatangTindakan atau perbuatangini tidak khusus dimaksudkan untuk mengganti kata- kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras- keras pada saat meninggalkangrumah, menekan gas mobil kuat- kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri.”

d. Objek Objek“sebagai bentuk komunikasifnon verbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikangarti tertentu. Misalnya pakaian, aksesoris, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, dan hadiah.”

C. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non-Verbal

Julia T. Wood dalam bukunuya yang berjudul “Communication in Our Life” (2009, 131- 132) mengemukakangpendapatnya mengenai perbedaan antara komunikasifverbal dan non verbal yaitu:

Komunikasifverbal adalah“diskrit, sedangkan komunikasifnonverbal adalah terus menerus. Simbol verbal mulai dan berhenti, kami mulai berbicara pada satu saat dan berhenti berbicarapsaat yang lain. Sebaliknya, komunikasi nonverbal cenderung mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah

(36)

dan postur mengungkapkangperasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita, dan mengkomunikasikangpenampilan, dan setelah kita berbicarappostur tubuh berubah mungkin santai.”

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dinyatakan bahwa komunikasi memiliki dua jenis yaitu komunikasi verbal dan non verbal, yang mana kedua nya saling berhubungan yaitu verbal berupa bentuk komunikasi tulisan atau tulisan sedangkan non-verbal lebih kepada bagaimana cara seseorang menjelaskan menggunakan kalimat serta gerakan bahasa tubuh untuk menjelaskan informasi yang disampaikan melalui komunikasi.

2.3.5 Komunikasi Bahasa Inggris

Handayani (2016, 103) pada era globalisasi atau dikenal dengan pasar bebas menuntut setiap individu untuk mempersiapkangsumber daya yang handal terutama dalam bidang komunikasi. Pada hal tersebut, bahasa Inggris sangat di perlukangbaik dalam menguasai teknologi komunikasifmaupungberinteraksi secara langsung.

Sebagai sarana komunikasifglobal, bahasa Inggris harus dikuasai secara aktif baik lisan maupun tulisan.

Kustanti dan primahyadi (2017, 171) bahasa Inggris sebenarnya dipahami oleh kebanyakangorang bukan tidak tidak mengerti hanya seberapa mampu orang berkomunikasi dengan bahahasa Inggris. Ini merupakangsalah satu problem, karena bahasa inggris bukangmatematika yang di hitung-hitung dahulu tapi sebuah perilaku yang harus di praktekkangdan ada keberanian untuk berbicara.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dinyatakan bahwa komunikasi berbahasa

(37)

seorang individu dalam berinteraksi dengan individu lain menggunakan bahasa Inggris.

2.4 Manfaat Bahasa Inggris Bagi Pustakawan

Pada penguasaan bahasa Inggris tentunya memiliki berbagai manfaat dalam diri seorang pustakawan, karena kemampuan bahasa Inggris tersebut sudah menyebar di seluruh dunia dan sudah menjadi bahasa internasional selain itu bahasa Inggris juga dibutuhkan dalam penggunaan teknologi informasi.

Seong yang dikutip oleh Firmansyah (2019, 3) menyatakan bahasa Inggris tidak hanya sebagai persyaratan akademis untuk penguasaan terbatas dalam aspek pengetahuan bahasa. Tetapi juga sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.

Artinya bahasa Inggris di gunakan untuk berkomunikasi dan di ubah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagian besar menggunakan bahasa Inggris, dan bahkan beragam dokumen dan pedoman teknis untuk penggunaaan dan peningkatan perangkat juga berbahasa Inggris.

Sedangkan, Brumfit (2001, 35) menyatakan salah satu manfaat bahasa Inggris ialah bahasa Inggris digunakan sebagai sarana komunikasi antara bangsa-bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Inggris merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang sering digunakan di Indonesia bahkan telah menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat di pahami bahwa, manfaat bahasa Inggris untuk pustakawan ialah dapat membantu putakawan dalam memberikan pelayanan yang di butuhkan kepada pemustaka seperti membantu memberikan sumber informasi yang akurat sesuai kebutuhan pemustaka, dapat menguasai teknologi informasi karena melaksanakan tugasnya menggunakan aplikasia pada teknologi informasi di perpustakaan, Seperti yang di ketahui bahwa pada teknologi

(38)

informasi penggunaan bahasa pemrogramannya ialah bahasa Inggris, Serta dapat berkomunikasi dengan pengunjung yang berasal dari luar negeri. Karena dengan keterampilan komunikasi bahasa Inggris yang di miliki pustakawan dapat menguasai ilmu pengetahuan. Maka, pustakawan tidak hanya bisa menguasai teknologi informasi tetapi juga menguasai bahasa Inggris yang dapat membantu tugas dan pekerjaan pustakawan di perpustakaan.

2.5 Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Bagi Pustakawan

Pustakawan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris tentunya memiliki berbagai upaya yang di lakukan agar dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Wallace yang di kutip oleh Saleh (2015, 58) menyatakan bahwa ada beberapa upaya dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, antara lain:

1. Motivasi

Kita wajib mempunyai doronganfyang tinggi untuk belajar bahasa Inggris dengan suka rela, maka harus mempunyai kesadarangbahwa saat ini pketerampilangbahasa Inggris tidak hanya kewajiban tetapi menjadi kebutuhan. Pustakawangyang menguasai bahasa Inggris tentu memiliki karir yang akan meningkat terus dan akangmendapatkan penghasilangyang lebih tinggi jika di bandingkangdengan pustakawangyang memiliki perilaku negatif terhadap bahasa Inggris. Di Jakarta contohnya pustakawangyang menguasai bahasa Inggris banyak yang bekerja di lambaga internasional seperti di The World Bank, Library of Congress, British Council, AIF, dsb.”

2. Belajar Sendiri Dengan Pendekatan Antonomous Learning Atau Self Direct Learning (SDL)

Merencanakan sendirifmateri yang di perlukan, jadwal dan cara belajar.“Di toko buku misalnya banyak sekali buku - buku bahasa Inggris yang bisardi gunakan untuk belajar sendiri oleh pustakawan yang di lengkapindengan CD, audio-visual dan DVD. Selain dari toko buku, di perpustakaan yang juga memiliki American Corner seperti perpustakaangakademik, merupakangsumber pelajarang(learning resources) yang bisa membantu untuk menyediakangbuku ajar dan media pembelajarangsecara gratis untuk di gunakan oleh pustakawan.”

(39)

3. Private Course atau TOEFEL

Kursus bahasa Inggris atau TOEFEL yang banyak tersedia di kota metropolitan“juga menghadirkanglembaga pendidikangyang di manfaatkan bagi pustakawansyang sibuk dengan tugas-tugas di perpustakaan. Tempat kursus tersebut lebih mudah untuk menentukangtingkatan, dan jadwal pembelajaran.”

4. In house Training

Bekerja samardengan pusat bahasa Universitas“untuk memberi intensive course kepada pustakawangdengan memfokuskangpada keterampilan“membacardanamenulisisertapberkomunikasi.

Keterampilangtersebut sangat berkaitangdengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pustakawangdalam hal menhimpun, mengolah, memformat serta menyebarluakan informasi baik secara tulisan maupun tulisan.”

5. Pemanfaatan Media Audio Visual Yang Tersedia Di Perpustakaan Di perpustakaangPerguruan Tinggi banyak menyediakan koleksi audio-visual sesuai kebutuhan.“Koleksi multi mediantersebut harus nya bisa di manfaatkan oleh pustakawangsebagai media pembelajarangantara lain CD, cassette, VCD tape recorder dan lainnya.”

6. Membentuk Clubmeeting/Discussion

Di lingkungan sosial pustakawangmembentuk kelompok diskusi untuk mengangkat topik yang aktual dalam masyarakat.“Kegiatan tersebut bisa di laksanakangdua kali dalam sebulan. Kegiatan dapat juga di lakukangseperti kegiatangbedah bukusatau diskusi film berbahasanInggris”

7. Memegang Prinsip

Memiliki keyakinan terhadap diri sendiri bahwa““tidak ada kata terlambat untuk belajar bahasanAsing” membuat seseorang atau pustakawan akan terusiberusaha tanpa ada kata menyerah untuk belajar bahasanasing khususnya bahasa Inggris.”

2.6 Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pustakawan Yang Membutuhkan Keterampilan Bahasa Inggris

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi pustakawan di perpustakaan di era informasi saat ini, tentunya membutuhkan kemampuan bahasa Inggris untuk dapat mengelola sumber informasi di perpustakaan.

Hermawan yang dikutip oleh Saleh (2015, 57) menyatakan ada beberapa tugas pokok pustakawan yang membutuhkan keterampilan bahasa Inggris, yaitu sebagai berikut:

(40)

1. Pengadaan Dan Pengembangan Bahan Pustaka

Pustakawangpada devisitini“dituntut untuk proaktif melacak katalog mutakhir yang memuatijudul data bibliografiskdan harga buku.

Daftar tersebut diperoleh melalui importer, distributer, penerbit dan toko- toko buku. Selaingdari itu datarmengenai bukusasing dapat juga diperoleh melalui internet. Dalam membuat daftar judul buku-buku, pustakawangharus pahamibetul maksud dari judul dan sub judulnya untuk dikelompokkangsesuai subjek atau disiplingilmunya. Salah satu sumber akurat dan komprehensip untuk memperoleh datarbukusdari berbagai macam adalah “Books in Print” (BIP) yang diterbitkangdi London dan New York. Selaingitu daftar bukus“tersedia” dari mancarnegara dapat diperoleh melalui AMAZONA dan PENROS, atau importer buku lainnya.”

2. Pengolahan Bahan Pustaka

Dalam kegiatangini“pustakawangmelalakukangdua kegiatangteknis yang juga membutuhkangkemampuangmembaca Inggris yang juga membutuhkangkemampuan membaca kritis yaitu klasifikasi dan katalogisasi. Umumnya Perpustakaan di Indonesia melakukan pengolahan bahan pustaka menggunakan Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Clasification). Pada sistem DDC buku – buku non-fiksi di kelompokkan kedalam 10 subjek utama, lalu di tulisangke dalam subsubjek, seksi dan subseksi. Untuk menentukangnomer klasifikasi sebuah buku, pustakawan harus membaca secara detail mengenai bagiangfisik seperti judul, daftar isi, pengantar, keterangan lainnya. Buku yang sudah di beri nomer klasifikasi di buat katalog dalam bentuk kartu atau format komputer.

Karena setiap tahun”perpustakaan Pergaruan Tinggi diharuskan membeli buku-buku berbahasanInggris sekitar 20 s.d. 30% dari jumlah judul buku yang dibeli, maka pustakawangpada devisi pengolahan tidak bisa menghindaridari pengolahangbuku asing. Sebagai tambahan, pada pengembangangkoleksi, selain pengadaangpada bentuk pembelian, perpustakaan Perguruan Tinggi juga sering mendapatihadiah buku-buku dari lembaga intcmasional seperti The World Bank, UNESCO, the British Council, Kedutaangnegara sahabat di Jakarta dan perusahaangasing lainnya. Umumnya buku - bukuryang disumbangkangoleh instansi tersebut adalah buku-buku berbahasanInggris. Catatangdi perpustakaan perguruan tinggi dalam pembeliangbuku ajar selalu ada pertimbangangantara buku terbitangdalam negeri dengan terbitangluar negeri. Selain dari itu banyak juga buku-buku sumbangangdari lembagarinternasional seperti The World Bank, Asia Fondation, The British Council yang berbahasa asing.”

3. Penelusuran Literature Baik Secara Manual Maupun Secara Online Keberadaangjurnal elektronik, membuat penelusurangsemakin canggih, cepat dan lengkap.“Hanya saja semua artikel dalam jurnal elektronik tersebut di sediakangdalam format bahasa lnggris, sehingga

(41)

menyeleksi dan menyaring literaturiyang muncul secara massif. Hal tersebut berharap sikap profesional pustakawangdalam membanturmereka. Sangat sulit untuk pustakawan memberi layanangprimatkepada pengguna jika kemampuan bahasa Inggris nya terutama kemampuangmembaca terbatas.”

4. Penanganan Informasi Terseleksi Dan Kesiagaan Informasi

Salah satu wujud kepeduliangpustakawan professional ialah“selalu menyediakangsumber-sumber informasi terbaru yang dibutuhkangoleh masyarakat pemakai nya. Hal ini seperti membuat format sumber informasi subyek tertentupatau kelompok pemakai tertentu. Hal tersebut dapat di lakukan secara optimal bila pustakawangmengertindengan baik jangkauan dan era saat ini,gsumber informasi tidak hanya yang berbahasa Indonesia namun juga yang berbahasanInggris. Dan pada kejelasan nya sumber - sumber informasi jauh lebih banyak dalam berbagai format yang berbahasanInggris dari pada berbahasa Indonesia.”

5. Publikasi Dwi Bahasa Untuk Tujuan Promosi

Brosur, poster, leaflet, dangvideo profile, adalah“bentuk medianformat kecil yang sangat penting untuk kegiatangpromosi layanangperpustakaan.

Produksi mediantersebut sebaiknya di terbitkan ke dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan Inggris. Hal ini memudahkangketika ada tamu luar negari atau pimpinanguniversitas berkunjung ke luar negeri dapat mempromosikangperpustakaan melalui media dua bahasa tersebut.”

Berdasarkan pendapat yang telah di sampaikan dapat di pahami bahwa, kehadiran pustakawan yang berkompetensi dan kehadiran sumber daya manusia (Pustakawan) secara efektif merupakan jalan bagi suatu orgaisasi untuk mempertahankan perkembangan hidup, bersaing dan pertumbuhan di masa yang terus mengalami perubahan. Sebaliknya, walaupun Suatu perpustakaan hanya memiliki koleksi terbatas, tetapi mempunyai keuntungan Sumber daya manusia (Pustakawan) yang kreatif dan inovatif, maka bisa dipastikan pustakawan bisa survival di masa yang akan datang. Dengan kata lain, kekuatan organisasi ditentukan oleh kompetensi orang- orang yang mendukung organisasi tersebut, baik tingkat tinggi, sedang maupun rendah.

(42)

Di era informasi ini pustakawan di tuntut agar dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman. Dimana kegiatan pustakawan di perpustakaan tidak lagi bersifat konveksional melainkan sudah berbasis digitalisasi. Untuk mengatasi tantangan di masa ini pustakawan di haruskan memiliki keterampilan, pegetahuan, dan kemampuan antara lain kemampuan dalam pengambilan keputusan, memiliki keahlian pengetahuan teknis, mampu beradaptasi, memiliki tanggung jawab, mampu mengelola sumber daya, mampu menggunakan teknologi informasi dan memiliki keterampilan berbahasa Inggris.

Kemampuan pustakawan yang harus di miliki pada saat ini ialah kemampuan TI dan kemampuan berbahasa Inggris, karena kegiatan dan tugas pustakawan tidak terlepas dari dua komponen tersebut. Misalkan dalam pengolahan bahan pustaka pustakawan harus mampu menguasai bahasa Inggris karena untuk mengklasifikasi subjek dan subsubjek bahan pustaka pustakawan menggunakan DDC (Dewey Decimal Clasification) yang di dalamnya menggunakan bahasa Inggris, selain itu dalam pencarian sumber literature dengan menggunakan perangkat komputer dan internet tentunya aplikasi komputer tersebut dalam menjalankan programnya menggunakan bahasa Inggris, dan dalam pencarian sumber literature kebanyakan informasi yang akurat di peroleh ialah informasi yang berbahasa Inggris.

2.7 Pustakawan di Era Digital

Pada era digital saat ini, pustakawan telah mengalami berbagia macam perubahan yang dinamakan revolusi pustakawan. Maka dari itu pustakawan tidak hanya mengelola perpustakaan konveksional melainkan sudah mampu mengelola

(43)

Khasanah yang dikutip oleh Syahrir (2008, 7) menyatakan“Pustakawan digital adalah spesialis informasi professional, dapat mengelolasperpustakaangdigital, mengkombinasikannyahsecara professional untuk perencanaan, data mining, penggaliangpengetahuan, layanangrujukan digital, layananginformasi digital, representasi informasi, ekstraksi, distribusi informasi, koordinasi, www berbasiskan internet, akses dan penelusurangmultimedia.”

Ranganathan yang dikutip oleh Hapsari (2015, 56) menyatakan bahwa“Dalam 5 hukum dasar perpustakaan yang dikemukakangoleh Ranganathan, hukum kelima adalah library is growingnorganism. This law focused more on theyneed for internal change than on changes in theyenvironment it self. Dr. Ranganathan argued that library organizations must accommodatefgrowth in staff, the physical collection, and patron use. This involved allowing for growth in the physical building, reading areas, shelving, and in space for theycatalog.”

Hal ini berarti“keberadaangperpustakaan terus berkembang dinamiskmengikuti perubahan, termasuk juga di era digital seperti saat ini. Hadirnya teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, telah membuat perpustakaan berubah dalam banyak hal. Misalnya saja, untuk layanan yang awalnya bersifat manual, perlahan kini mulai beralih menuju otomatisasi. Selain itu, koleksi di perpustakaan banyak menggunakan format bahasa Inggris baik itu buku, majalah, jurnal dan lain sebagainya yang membutuhkangkeahlian khusus untuk mengelolanya, agar dapat terus berkembang. Semua komponengdi perpustakaan harus selarasedalam bekerja. Faktor sumber daya manusia dalam hal ini adalah pustakawan, mau tidak mau harus berperan aktif mengikuti perkembangangera globalisasi.”

Purwono (2013, 112) menyatakan dalam kemajuan perpustakaan seorang pustakawan harus menguasai IT dan ICT, berkaitan dengan penguasaan TI, maka pustakawan harus memiliki kompetensi yang mendasar yaitu:“1) memiliki kemampuangdalam penggunaangkomputer (computer literacy), 2) kemampuan menguasainbasis data (database), 3) kemampuangdan penguasaangperalatan TI, 4)

(44)

kemampuangdalam penguasaangteknologi jaringan, 5) kemampuangdanapenguasaan internet, 6) kemampuangdalam berkomunikasi bahasa Inggris.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat di pahami bahwa, pada era globalisasi ini pustakawan harus memiliki keterampilan di bidang teknologi informasi dan komunikasi khususnya keterampilan berbahasa Inggris, karena kegiatan pustakawan di perpustakaan tidak terlepas dari penguasaan bahasa Inggris, dalam penggunaan aplikasi TI tentunya pustakawan harus memiliki kemampuan bahasa Inggris karena dalam menjalankan aplikasi tersebut bahasa pemrograman yang di gunakan adalah bahasa Inggris.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode yang di gunakangpada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif Penelitian deskriptif adalah“penelitiangyang di lakukanguntuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabele atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkangantara variabel satu dengangvariabel lain.

(Sugiyono, 2016: 11). Kualitatif yaitu penelitiangyang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh objek penelitiangsecara holistik, dan dengan cara deskripsifdalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkangberbagai metode ilmiah. (Moleong, 2007: 6)”

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Perpustakaan Universitas Negeri Medan. Jalan Williem Iskandar, Pasar V, Kenangan Baru, Percut Sei Tuan, Sumatera Utara 20371

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian adalah pustakawan yang telah mengikuti tes TOEFL pada Perpustakaan UNIMED yaitu 3 orang. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling ialah teknik pengambilan sampel dengan penetuan ciri khusus yang sesuai dengan penelitian dan dapat menjawab permasalahan ini.

(46)

I1 (Informan 1 = Bidang Digitalisasi) Rumusan Tugas:

Menyusun/merivisi rencana kerja, kebijakan, tata kerja, seleksi software computer, pemeriksaan, memberi tugas dan menilai pelaksanaan kegiatan Unit Automasi Perpustakaan serta memberikan bimbingan teknis Perpustakaan di lingkungan Perpustakaan berdasarkan peraturan, perundang-undangan yang berlaku untuk kelancaran tugas.

I2 (Informan 2 = Bidang Pengolahan Bahan Pustaka) Rumusan Tugas:

Membuat deskripsi bibliografi, melakukan verifikasi catalog, menentukan tajuk entri utama, melakukan klasifikasi sederhana, pelabelan, entri data, menyusun T.Slip, accession list, dan membuat statistic buku siap pakai.

Pedoman Tugas Menggunakan: Peraturan Pengatalogan (AACR), Klasifikasi (DDC), Tajuk Subjeck (LCSH).

I3 (Informan 3 = Bidang Pelayanan Pengguna) Rumusan Tugas:

Menyusun rencana, membagi tugas, memberi petunjuk, dan menilai pelaksanaan kegiatan Pelayanan Pengguna serta memberi layanan di bidang peminjaman, pengembalian. Perpanjangan, penataan koleksi, porter lingkungan Perpustakaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk kelancaran tugas.

(47)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang di gunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah:

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan studi lapangan ke Perpustakaan Universitas Negeri Medan

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan memberikan pertanyaan kepada pustakawan.

3. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan msalah yang di teliti.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang di peroleh langsung dari responden melalui wawancara

2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2016, 119) menyatakan bahwa Instrumen penelitian suatu alat yang di gunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini di sebut variabel penelitian.

(48)

Adapun instrumen penelitian ini adalah:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini berisi daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi melalui informan. Pedoman ini bersifat fleksibel dan hanya sebgai pembuka dalam mengarahkan pada pembicaraan.

2. Alat perekam wawancara

Alat perekam ini digunakan agar membantu peneliti untuk merekamahasil wawancara dengan informan“karena ingatan manusia sangat terbatas. Peneliti menggunakan alat perekam berupa telepon seluler (HP)”

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitiangkualitatif terdiri dari beberapa alur kegiatangyaitu reduksi data, penyajiangdata, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data

Reduksi data yang dilakukangpada tahap ini“peneliti memfokuskan mengenainupaya pustakawan dalam meningkatkangkemampuan berbahasa Inggris di Perpustakaan Universitas Negeri Medan.”

2. Penyajian data

Penyajian data yang digunakangdalam penelitian ini“peneliti melakukan penyajiangdata dengan bentuksteks naratif yang terdapat pada BAB IV hasil dan pembahasangpenelitian.”

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berbeda dengan Tarekat Idrisiyyah dimana Mursyid nya (Pimpinan Tertingginya) justru menginstruksikan bahwa tarekat ini harus bisa mandiri tidak boleh

Selain itu, keindahan alam danau yang ditawarkan juga adalah potensi ikan endemik yang memiliki kekhasan dan spesifik habitat tersendiri, nilai keunikan di atas merupakan peluang

Analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi sikap terhadap pelaksanaan skrining thalassemia pada siswa-siswi kelas XI SMAN 1 Sumedang pada Tabel 3 menunjukkan bahwa

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan p=0,00 dimana p < 0,05 yang bermakna Ha

mempertimbangkan putusannya dengan memperhatikan asas keseimbangan dalam perjanjian, karena sejatinya menurut penulis karcis parkir adalah bukti dari suatu perjanjian dan dalam

Hal ini sejalan dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa pemberian mata pelajaran matematika agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah yang

Sampel data yang sudah diolah kemudian ditransformasi menggunakan batasan aturan yang diteliti dengan hasil akhir pengolahan sampel data berupa hasil transformasi

2 Salah satu solusi sudah ditawarkan di prodi Perbankan Syariah pada tahun ini (2014), bagi mahasiswa yang akan mengikuti ujian komprehensif harus dibuktikan dengan surat