• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dengan keberagaman suku, bahasa, agama, dan budaya menjadikan negara ini memiliki kekayaan cerita/legenda. Cerita dari setiap daerah memiliki kekhasan dan sarat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Cerita yang berkembang dalam lingkungan masyarakat merupakan identitas dari penghuninya.

Cerita rakyat yang sesungguhnya bagian dari folklor, merupakan salah satu sastra lisan yang berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun alam (Musfiroh, 2008: 69). Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut.

Folklor sebagai identitas masyarakat di suatu wilayah tertentu.

Sebagaimana diungkapkan oleh Sugono (2003: 169) bahwa folklor adalah bagian kebudayaan yang tersebar dan diadatkan turun-temurun dengan cara lisan atau dalam bentuk perbuatan. Folklor sebagai tradisi lisan mencakup bidang yang sangat luas, seperti cerita-cerita, ungkapan, peribahasa, nyanyian, tarian, adat resam, undang-undang, dan teka-teki permainan (Fang, 1991: 4). Sastra lisan tersebut dapat berwujud benda dan yang berwujud tak benda. Seluruh kekayaan budayanya dapat dijadikan media promosi pariwisata dan dapat pula dijadikan bahan ajar dalam dunia pendidikan dengan harapan generasi muda dapat mengetahui, mengembangkan, dan melestarikannya. Salah satu contohnya adalah legenda yang diajarkan sebagai materi ajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Legenda adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa sejarah atau kejadian alam yang bercampur dengan unsur-unsur fantasi, misal terjadinya nama suatu tempat dan bentuk topografi suatu daerah. Legenda terjadi di alam dunia yang dapat dibuktikan dengan keberadaan peninggalan benda-benda atau tempat tertentu. Namun, waktu terjadinya peristiwa suatu legenda ada yang dapat dilacak dan ada juga yang tidak dapat dilacak (Sugiarto, 2015: 171-172).

(2)

ancaman terhadap keberadaan cerita rakyat. Cerita rakyat hanya dipandang sebagai kisah-kisah yang tidak masuk akal dan berada di luar jangkauan akal sehat (Razali dan Johnson, 2000: 1). Oleh karena itu, banyak cerita rakyat yang bersifat lisan telah dikemas dalam media tulis dan diajarkan dalam dunia pendidikan.

Namun, cerita rakyat yang diajarkan di dunia pendidikan hanyalah cerita rakyat yang sangat terkenal yang notabene bukan dari daerah tempat tinggal siswa.

Dampaknya, siswa mengetahui cerita rakyat daerah lain tetapi tidak mengetahui cerita rakyat daerahnya sendiri.

Kehidupan modernitas dan era teknologi berdampak pada cerita rakyat legenda dan karakter bangsa Indonesia. Kemendiknas mencanangkan gerakan nasional berupa pendidikan karakter (2010-2025) melalui keputusan pemerintah Republik Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Mei tahun 2010 tentang gerakan nasional pendidikan karakter. Gerakan nasional pendidikan karakter tersebut diharapkan mampu menjadi solusi atas rapuhnya karakter bangsa selama ini (Suyadi, 2013: 2).

Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada guru Bahasa Indonesia untuk memberikan materi pelajaran legenda/cerita rakyat sesuai yang ada di daerah setempat. Cerita rakyat tersebut mengandung nilai pendidikan karakter yang dapat dicontoh oleh siswa. Selain itu, juga akan memberikan dampak positif terhadap keberadaan dan keberlangsungan cerita rakyat di masing-masing daerah.

Sangidu (2004: 11) menyatakan bahwa penelitian sastra sangatlah penting dan dipandang sangat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Cerita rakyat banyak sekali mengandung unsur-unsur budaya yang terkandung di dalamnya. Cerita rakyat khususnya legenda dapat dikaji dengan menggunakan antropologi sastra. Melalui kajian antropologi sastra dapat dilakukan pengkajian tentang makna kebudayaan yang terkandung dalam cerita rakyat. Antropologi memandang semua aspek budaya manusia dan masyarakat sebagai kelompok yang berinteraksi sedangkan sastra diyakini merupakan cermin kehidupan masyarakat pendukungnya.

(3)

Kabupaten Ngawi memiliki banyak kekayaan peninggalan pusaka tak benda, seperti legenda, dongeng, mitos, dan kesenian tradisional. Kearifan lokal yang ada di Kabupaten Ngawi patut untuk diangkat dan dipertunjukkan ke dunia luar. Beberapa penelitian terdahulu pernah dilakukan terhadap kearifan lokal Kabupaten Ngawi. Penelitian tersebut dilakukan oleh Rosikin dan Hartono (2016) yang berjudul “Museum Benteng Van Den Bosch (Benteng Pendem) di Kelurahan Pelem Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi (Latar Belakang Sejarah, Nilai, dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah)”. Penelitiannya ini meneliti sejarah berdirinya Benteng Van Den Bosch, pengelolaannya pasca kemerdekaan, dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rohananda dan Suprihardjo (2013) yang berjudul “Penentuan Deliniasi Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Ngawi”. Penelitiannya tersebut mencari karakteristik objek atau situs cagar budaya yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kawasan cagar budaya.

Penelitian yang dilakukan ini menitikberatkan pada kajian antropologi sastra yang ada pada legenda Kabupaten Ngawi. Selain antropologi yang peneliti kaji, terdapat juga nilai pendidikan karakter kerja keras yang terkandung dalam legenda Kabupaten Ngawi. Nilai pendidikan karakter kerja keras paling dominan yang dapat ditemukan pada legenda Kabupaten Ngawi. Nilai pendidikan karakter kerja keras tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa, bahwa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dibutuhkan usaha yang sungguh- sungguh .

Bentuk Legenda Kabupaten Ngawi yang akan diteliti adalah “Legenda Masinan Kijang”, “Legenda Desa Gerih”, “Legenda Gunung Lir-Liran”,

“Legenda Dusun Kesanga”, dan “Legenda Sungai Naga”. Pemilihan objek penelitian didasari pertimbangan bahwa di lokasi tersebut terdapat cerita yang masih dikenal oleh masyarakat sekitar. Selain itu, di lokasi legenda yang dipilih masih terdapat peninggalan-peninggalan atau benda-benda yang diyakini memiliki kaitan cerita serta berbagai tradisi juga masih dilakukan oleh masyarakat.

Pengkajian tentang Legenda Kabupaten Ngawi dimaksudkan agar dapat diinventarisasikan dan didayagunakan sebagai salah satu bahan ajar di sekolah.

(4)

legenda tersebut yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Hasil penelitian tersebut mempunyai relevansi dengan Kurikulum 2013 pada kompetensi dasar 3.11 mengidentifikasi informasi tentang fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar, 4.11 menceritakan kembali isi fabel/legenda daerah setempat, 3.12 menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar, dan 4.12 memerankan isi fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar (Kemendikbud, 2017:

12).

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka fokus penelitian yaitu unsur kebudayaan Legenda Kabupaten Ngawi, nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Legenda Kabupaten Ngawi, dan relevansi Legenda Kabupaten Ngawi dengan pembelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah unsur kebudayaan yang terdapat dalam Legenda Kabupaten Ngawi?

2. Bagaimanakah nilai pendidikan karakter kerja keras yang terdapat dalam Legenda Kabupaten Ngawi?

3. Bagaimanakah relevansi Legenda Kabupaten Ngawi dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan unsur kebudayaan yang terdapat dalam Legenda Kabupaten Ngawi.

2. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai pendidikan karakter kerja keras yang terdapat dalam Legenda Kabupaten Ngawi.

(5)

3. Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi Legenda Kabupaten Ngawi dengan pembelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Masing-masing manfaat tersebut diuraikan seperti di bawah ini.

1. Manfaat Teoretis

a. Sarana memperkaya khasanah pengetahuan mengenai sastra lisan di Kabupaten Ngawi.

b. Bahan kajian dan pembanding para peneliti dan pemerhati cerita rakyat.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa sebagai referensi cerita rakyat lisan yang dapat digunakan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru Bahasa Indonesia SMP/MTs kelas VII dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh sekolah dalam menentukan materi pembelajaran Bahasa Indonesia.

d. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam menentukan kebijakan tentang Tri Karsa Budaya (menggali, melestarikan, dan mengembangkan) kebudayaan yang ada di Kabupaten Ngawi.

e. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain untuk menggali legenda dan cerita rakyat di Kabupaten Ngawi selain yang sudah diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sei Menggaris pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Hak asasi manusia diakui oleh bangsa dan negara diseluruh dunia.. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan bagi bangsa

Jenis pengendap juga berpengaruh terhadap rendemen karaginan yang dihasilkan,rendemen yang dihasilkan dengan pengendap jenis etanol lebih besar dibanding pengendap jenis

Berdasarkan hal-hal di atas, maka sebaiknya obat-obat yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, yaitu guanetidin, guanadrel, alfa bloker dan

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

FAKTJ'-TAS PtrTERNAI'{N UNIVERSITAS

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier