• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. TINJAUAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV. TINJAUAN DATA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

40

BAB IV. TINJAUAN DATA

Tinjauan data disini berisikan data kualitatif dan kuantitatif. Adapun data kualitatif yaitu mengenai gambaran Kota Kudus yang berupa letak geografis, iklim, peranturan pembangunan, rencana tata ruang, , serta kelengkapan sarana dan juga prasarana. Sedangkan data kuantitatif yaitu berupa data pengguna pesantren modern serta pemetaan potensi pesantren modern berbasis technopreneur di Kudus.

A. Kondisi Umum Kota Kudus 1. Letak Geografis

Kudus merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di antara 4 (empat) Kabupaten yaitu Demak, Jepara, Grobogan, Dan Pati. Adapun jika dilihat dari letak geografis yaitu 110o36’ dan 110o50’ Bujur Timur dan antara 6o51’ dan 7o16’ Lintang Selatan.

Gambar 11. Peta wilayah Kabupaten Kudus Sumber : BPS Kabupaten Kudus

commit to user commit to user

(2)

41 Batas wilayah Kabupaten Kudus yaitu :

Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati Sebelah Barat : Kabupaten Demak dan Jepara

Sebelah Timur : Kabupaten Pati

Kabupaten Kudus memiliki luas sebesar 42.516 Ha atau sekitar 1,31% dari keseluruhan luas Provinsi Jawa Tengah yang terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 123 Desa serta 9 Kelurahan.

2. Kondisi Iklim

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus, Kabupaten ini memiliki iklim tropis dan bertemperatur sedang. Dan bercurah hujan rendah, dengan rata-rata di bawah 3000 mm/ tahun dan berhari hujan rata-rata di bawah 150 hari/

tahun.

Menurut data yang diambil dari Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus, jumlah hari hujan terbanyak yaitu pada bulan Desember 2017 selama 21 hari. Sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2017 yaitu 712 mm.

Suhu udara rata-rata pada Kabupaten Kudus di tahun 2017 yaitu berkisar antara 19,7oC hingga 29oC. Sedangkan kelembapan udara di Kabupaten Kudus bervariasi mulai dari 72,50% hingga 77,83% selama tahun 2017.

3. Kondisi Topografi

Kabupaten Kudus memiliki topografi yang datar, sehingga lebih mudah dalam hal pembangunan dan pengembangan bangunan. Ketinggian terendah yaitu 5 mdpl yang berada di Kecamatan Undaan. Sedangkan ketinggian tertinggi yaitu 1600 mdpl yang berada di Kecamatan Dawe. Adapun kelerengan Kabupaten Kudus cukup bervariasi. Kelerengan 0-8% yaitu daerah Kecamatan Undaan, Kaliwungu, Gebog, Dawe Dan Jekulo. Kelerengan 8-15% yaitu daerah Kecamatan Mejobo, Dawe Selatan, Gebog, dan sebagian Kecamatah Jekulo. Dan kelerengan 15-25 yaitu daerah Gunung Patiayam Utara. Dan kelerengan >45% yaitu daerah puncak Muria bagian Selatan. commit to user commit to user

(3)

42 B. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kudus

Gambar 12. Peta RTRW Kabupaten Kudus Sumber : RPJPD Kabupaten Kudus

commit to user commit to user

(4)

43 Ditinjau dari data Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Kudus, lokasi tapak yang sesuai dengan perancangan Pesantren Modern Berbasis Technopreneur ini yaitu di daerah Bae, Kudus. Hal ini dikarenakan daerah Bae memiliki beberapa aspek penting yang dapat menunjang perancangan Pesantren Modern Berbasis Technopreneur.

Pertama, Kecamatan Bae merupakan kawasan pendidikan di Kabupaten Kudus.

Kedua, daerah Bae merupakan daerah yang mudah dari segi akses, yaitu dilewati jalan utama Jalan Raya Kudus-Colo. Jarak dari pusat Kota ke Kecamatan Dawe hanyasekitar 5 km. Ketiga, daerah Bae merupakan daerah yang dekat dengan pusat Kota Kudus dimana hal ini akan menunjang kegiatan pesantren dalam aspek bisnis ataupun technopreneurship. Keempat, Kecamatan Bae berada di kaki gunung Muria dengan daerah kerkepadatan penduduk cukup tinggi. Maka daerah ini cocok untuk lembaga pendidikan pesantren yang membutuhkan kesejukan namun juga dekat dengan kawasan penduduk sebagai objek dakwah dan pengabdian pesantren kepada masyarakat. Maka dari itu, lokasi tapak perancangan Pesantren Modern Berbasis Technopreneur di Kudus akan dipilih di daerah Bae dengan ketiga pertimbangan yang telah disebutkan diatas..

C. Potensi Kota Kudus 1. Potensi Demografi

Berdasarkan data yang dikutip dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus, jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2017 yaitu sebesar 851.266 jiwa dengan perbandingan jenis kelamin 419.212 jiwa laki-laki (49,23%) dan 432.266 jiwa perempuan (50,77%). Sedangkan persebaran penduduk menurut jumlah terkecil ada pada Kecamatan Bae yaitu sebesar 8,63% dengan luas wilayah Kecamatan Bae yang cukup kecil yaitu 23,32 kilometer persegi, sehingga kecamatan Bae menjadi wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu ada pada Kecamatan Jati sebesar 12,83%

commit to user commit to user

(5)

44 Tabel 3. Penduduk Kabupaten Kudus di tiap kecamatan

Sumber : BPS Kabupaten Kudus, 2017

2. Potensi Perekonomian

Kondisi geografis yang terletak pada persimpangan jalur transportasi utama Jakarta-Semarang-Surabaya dan Jepara-Grobogan, Kabupaten Kudus menjadi wilayah yang sangat strategis dan cepat berkembang serta memiliki peran utama sebagai pusat aktivitas ekonomi yang melayani wilayah hinterland Kabupaten di sekitarnya.

Kegiatan perdagangan serta industri di Kudus berkembang cukup pesat. Adapun pendapatan perekonomian Kota yang dihasilkan oleh sektor industrial yaitu mencapai 72%, perdagangan 19%, dan sisanya dari kegiatan perdagangan sebesar 9%. Hal ini menunjukkan bahwasanya sektor penyokong perekonomian Kudus terbesar masih ada pada perindustrian atau perdagangan disamping sektor lain seperti pendidikan, pemerintahan, pariwisata, dan lain-lain.

commit to user commit to user

(6)

45 kegiatan Kota dari agraris menjadi industri yang membuat peningkatan pembentukan struktur ekonomi Kota Kudus. Meskipun demikian, mayoritas warga Kudus masih bergantung terhadap lahan kerja perusahaan yang jumlahnya terbatas.

D. Potensi Pendidikan Pesantren di Kudus

Penduduk Kabupaten Kudus yang bersekolah mengalami fluktuasi selama tahun 2014 hingga tahun 2017. Pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) di tahun 2017, jumlah murid mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,60%. Sedangkan tingkat SMA juga mengalami kenaikan sebesar 5,32%.

Tabel 4. Jumlah sekolah, guru dan murid MTs di Kudus tahun 2017

Sumber : KEMENAG Kabupaten Kudus, 2017

commit to user commit to user

(7)

46 Sumber : KEMENAG Kabupaten Kudus, 2017

Tabel 6. Pesantren, Kiai, ustadz dan santri di Kudus tahun 2017

Sumber : KEMENAG Kabupaten Kudus, 2017

commit to user commit to user

(8)

47 lembaga pendidikan Islam termasuk pesantren yang berperan besar dalam mewadahi siswa/ santri belajar ilmu agama dan ilmu umum. Namun daerah Kecamatan Bae termasuk daerah dengan sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang relatif sedikit yaitu dengan jumlah 4 (empat) Madrasah Tsanawiyyah (MTs) dan 3 (tiga) Madrasah Aliah (MA) serta lembaga pesantren yang hanya ada 8 (delapan) pesantren. Jumlah ini termasuk paling rendah dibanding kecamatan lainnya di Kota Kudus. Hal ini menjadikan daerah Kecamatan Bae layak untuk menjadi destinasi pembangunan lembaga pendidikan Islam termasuk Pesantren.

E. Kesimpulan

Kudus merupakan Kota dengan potensi industri yang menjanjikan serta budaya religi keislaman yang masih kental. Terbukti hingga saat ini masih cukup banyak yang mempercayakan anak-anaknya untuk bersekolah di lembaga pendidikan Islam. Kondisi ini potensial untuk diangkat menjadi atraksi penyediaan wadah atau lembaga yang mewadahi pelajar untuk dapat belajar di lembaga pendidikan Islam dengan serta memanfaatkan potensi Kota yang ada sebagai upaya menjawab tantangan zaman.

commit to user commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat adalah karya saya dengan arahan dari

karakteristik yang dapat diramalkan, f.)terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, g) setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial. Faktor-faktor yang

Inovasi mungkin merupakan kunci kesuksesan organisasi, akan tetapi tenaga kerja yang mempunyai skill yang tinggi merupakan faktor yang penting untuk inovasi. Kegiatan pelatihan

Dari kelima faktor tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pengalaman, artinya siswa yang sering diberikan soal-soal pembuktian matematis akan lebih

individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika mereka

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

Kelemahan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta saat ini adalah sebagai berikut: (1) pengembangan kampus belum terpadu dan memperhitungkan

Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 (H 1 ), didapat bahwa pada tingkat signifikansi dibawah 0,05 Perbandingan nilai antara t hitung sebesar 5,593 lebih besar dengan nilai t tabel