• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan da"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan dalam Perusahaan Nike

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis yang dibimbing oleh : Ibu Nina Nuraini, DR., S.E., M.Si.

Kelompok 6

Disusun Oleh :

Fitri Andriani AdiSaputra 0216101045 Muhammad Riyan Prayoga 0216101307

Raisa Siti Mardiani 0216101533

Kelas A

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan. Para manajer puncak,sebagai

contoh menetukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi, bagaimana sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan unit kegiatan dan sebagainya,

termasuk manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangannya masing-masing.

Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari effektivitas manejer. Proses

pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu pentingnya adalah

pengambilan keputusan.

Tidak ada pembahasan pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkanya etika, mengapa, karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting

dalam pengambilan keputusan organisasional. Pada ksempatan kali ini kami penyusun akan membahas etika dalam pengambilan keputusan.

1.2 Identifikasi Masalah

Di awal-awal tahun, perusahaan Niketidak memiliki sumber dana untuk membeli

(3)

karena tidak memiliki pabrik manufacture sendiri, Nike hanya perantara antara supplier dengan retailer.

Nike fokus pada menemukan inovasi sepatu terbaru. Kombinasi dari pekerja yang murah dan perkembangan pasar yang baik memungkinkan perusahaan untuk bersaing dalam research

and development. Di awal 80-an, Nike menjadi produsen sepatu atletik nomor 1 di dunia. Untuk memastikan bahwa supplier Nike memiliki kualitas yang tinggi, Knight menuntut mereka untuk

mempunyai hubungan dengan perusahaan lainnya. Jika supplier percaya dan bekerja sama dengan Nike, Knight memastikan bahwa mereka akan puas dengan dirinya sendiri. Kemudian jika salah satusupplier menjadi sangat mahal, Nike bisa mengganti supplier dengan tetap

menjaga kualitas yang ditetapkan.

Ditahun 1983, orang kepercayaan Knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan Nike. Si pelaksana ini melihat celah untuk ekspansi ke pasar sepatu biasa. Data statistic mereka menunjukkan hampir 90 % pembeli sepatu Nike tidak menggunakan sepatu tersebut untuk

atletik. Mereka percaya bahwa sepatu casual akan diterima lebih baik oleh konsumen. Sayangnya, hal tersebut salah. Pendatang baru, Reebok, berkembang karena sepatu aerobic dan

mengambil posisi Nike sebagai produsen sepatu atletik nomor satu, berdampak pada Nike untuk memberhentikan 350 karyawannya. Melihat perusahaannya mengalami kekacauan, Knight kembali ke posisinya. Knight memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu

nomor satu melalui kecepatan penjualannya. Seperti biasanya, Nike memiliki anggaran iklan yang sangat kecil, kebanyakan dari promosinya dilakukan oleh para pengecernya. Knight

(4)

majalah. Di bawah image baru Knight, superstar seperti Michael Jordan dan Bo Jackson memberi merek sepatunya sendiri, kampanye “Air Jordan” dan “Bo Knows” menunjukkan pada

konsumen bahwa atlet terbaik di dunia memakai Nike.

Bagaimanapun suksesnya Nike, mereka akan selalu menghadapi kompetisi. Reebok

adalah industri nomor dua yang selalu menunggu kesempatan untuk menjadi nomor satu lagi. Jaringan supply di Asia sekarang digunakan oleh pesaing Nike, tidak lama setelah perusahaan

mendapat keuntungan produksi. Jika Nike melanjutkan perkembangannya, Phil Knight dan staffnya harus melanjutkan untuk mengembangkan inovasi sepatu terbaru yang sesuai dengan image atletik.

http://tam-sky.blogspot.co.id/2015/12/tou-2-strategi-pengambilan-keputusan.html 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut , maka ada beberapa masalah yang bisa dirumuskan antaralain :

1. Apakah perusahaan Nike mengambil keputusan secara klasifikasi?

2. Apakah perusahaan Nike mengambil keputusan secara etis?

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf

Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan dan menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Etika mencakup analisis dan

penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan

system nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi.

Etika juga diartikan pula sebagai yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas baik atau buruk atau nilai-nilai tindakan

manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat

spontan kita Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk

mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.

(6)

a. Konsekuensi Luas : keputusan etika membawa konsekuensi yang luas. Misalnya, karena menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka diputuskan penutupan

perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari karyawan. Hal itu akan berpengaruh terhadap kehidupan karyawan, keluarganya, masyarakat dan bisnis lainnya.

b. Alternatif Ganda: beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan keputusan dengan jalur di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam melayani karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga sementara terhadap karyawan yang lain

menggunakan aturan yang ada.

c. Akibat Berbeda: keputusan-keputusan dengan dimensi-dimensi etika bisa menghasilkan akibat yang berbeda yaitu positif dan negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan di suatu pabrik dalam waktu relatif lama mungkin akan mengurangi peluang para karyawan

lainnya untuk bekerja di pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi pihak karyawan dirugikan.

d. Ketidakpastian Konsekuensi : konsekuensi keputusan-keputusan bernuansa etika sering tidak diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada karyawan tertentu yang

hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya padahal karyawan tersebut benar-benar kualifaid.

e. Efek Personal : keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan karyawan dan keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping membuat sedih si karyawan

juga akan membuat susah keluarganya. Misal lainnya, kalau para pelanggan asing tidak menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka akan berpengaruh negatif pada masa depan karir para “sales” tersebut.

http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-pengambilan-keputusan_27.html

(7)

Pengambilan keputusan pada umumnya adalah memilih suatu jalur tindakan di antara

beberapa alternatif yang tersedia melalui suatu proses mental dan berfikir yang logis. Ketika mencoba untuk membuat keputusan yang terbaik, seseorang harus menimbang sisi positif dan negatif dari setiap pilihan, dan mempertimbangkan semua alternatif. Untuk pengambilan

keputusan yang efektif, seseorang harus mampu memprediksikan hasil dari setiap pilihan, dan berdasarkan pada semua item tersebut, menentukan pilihan mana yang terbaik untuk situasi

tertentu. Pengambilan keputusan harus berdasarkan beberapa tahapan yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan seterusnya.

Keputusan (decision) adalah hasil membuat pilihan di antara beberapa alternatif, sedangkan istilah pengambilan keputusan (decision making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai

keputusan itu tercapai.

Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian dari beberapa alternatif

yang ada. Keputusan yang kita ambil tentunya perlu di dukung berbagi faktor yang akan memberikan keyakinan kepada kita sebagai pengambil keputusan bahwa keputusan tersebut

adalah tepat.

2.2 Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

(8)

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.

2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan

untung ruginya, baik buruknya keputusan yang akan dihasilkan. 3. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan

lapang dada. 4. Wewenang

Biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.

5. Rasional

Keputusan yang dihasilkan lebih objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan

mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

(9)

Kata proses pada dasarnya berkaitan dengan urutan langkah yang mengarah pada hasil tertentu, sehingga didalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas dari:

1. Intelligence (Penyelidikan), yaitu pencarian kondisi yang memerlukan keputusan.

2. Design (Rancangan), yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai kemungkinan tindakan.

3. Choice (Pemilihan), yaitu yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.

C. Etika Pengambilan Keputusan

Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan

moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri,

melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusa, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:

I. Autonomy

Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugikan terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan

keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah

tersebut tidak layak untuk hidup. II. Non-malfeasance

Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak

(10)

III. Beneficence

Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi

terbaik yang bisa diambil. IV. Justice

Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk

implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam

adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.

 hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan

tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.

 hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar

pekerjaanya.

 hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang

melanggar moral dan norma agamanya.

 hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan

yang dilakukan orang lain.

 hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas

(11)

 hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap

kesehatan dan keamananya.

E. Pilihan-pilihan Etis Seorang Manajer

 Tingkat prekonvesional mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman. Bertindak dalam

kepentingannya sendiri.

 Tingkat konvensional menghidupkan pengharapan orang lain. Memenuhi kewajiban

 Tingkat poskonvensional mengikuti prinsip keadilan dan hak yang dipilih sendiri. Mengetahui

bahwa orang-orang menganut nilai-nilai yang berbeda dan mencari solusi kreatif untuk

mengatasi dilema etika. Menyeimbangkan kepentingan diri dan kepentingan orang banyak. F. Teori Pengambilan Keputusan Dalam Hadapi Etik/Moral

a. Teori Utilitariansme adalah tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau kepuasan yang maksimal

b. Teori Deontologi adalah tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima kepada

semua orang secara obyektif.

c. Teori Hedonisme merupakan dasar yang menjadi alasan kepuasan Yang ditimbulkannya

mencari kesenangan, menghindari ketidaksenangan.

d. Teori Eudemonisme adalah tujuan akhir untuk kebahagiaan.

G. Factor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Beberapa tahap yang menjadi factor keberhasilan sebuah keputusan, diantaranya: I. Tahap perkembangan moral :

Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang

berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis. Sebagai contoh, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan

(12)

ketahap-tahap yang lebih tinggi menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak peduli akan pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi

yang mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru.

II. Lingkungan Organisasi

Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai

pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan

hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar promosi bagi individu-individu, dan hukuman bagi individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh

nyata dari kondisi lingkungan organisasional sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis

III. Tempat kedudukan kendali

Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya

individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan

keputusan etis, ada kemungkinan individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang

mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis.

H. DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(13)

Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan factor kejiwaan lagi. Meskipun memiliki beberapa

kekurangan keputusan yang didasari intuisi atau perasaan juga memiliki keuntungan diantaranya pengambilan keputusan dilakukan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.

II. Berdasarkan rasional atau masuk akal

K e p u t u s a n y a n g b e r s i f a t r a s I o n a l b e r k a i t a n d e n g a n d a y a

g u n a m a s a l a h - masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.

Dalam masyarakat.

III. Berdasarkan fakta

B a n y a k yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh

sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkandengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan

data.Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan

demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan

dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang c u k u p I t u m e m a n g m e r u p a k a n k e p u t u s a n y a n g b a I k d a n s o

l i d .

IV. Berdasarkan pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman sering kali diterapkan pimpinan dengan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi.

Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang

(14)

Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.

V. Berdasarkan wewenang

Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya

tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan,diantarana banyak diterimanya oleh bawahan, juga karenad idasa r i

wewena ng yang resmi maka akan lebih bersif at permanen.

(15)

BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus yang menyangkut tentang etika dan pengambilan keputusan adalah kasus yang menyangkut pada perusahaan Nike :

Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit, Nike tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan image

dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk menekan biaya yang besar, Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan harga yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah.

Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu PT.Pratama Abadi

Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe running shoes dalam berbagai jenis ukuran baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe

sepatu telah diberikan oleh pihak Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT. Pratama abadi Industri sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah ada. Hasil produksi yang telah dihasilkan

oleh PT. Pratama abadi Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam negeri. Semua hasil produksi yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada di Beverton (USA) untuk kemudian akan diekspor lagi ke negara lain, seperti Perancis, swedia, India, Belgia, Kanada, USA, Afrika

(16)

Nike sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan kerjasama bila harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi pekerja karena mereka

tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan tunjangan pekerja otomatis akan menambah biaya produksi yang mengakibatkan harga yang lebih mahal.Seperti yang terjadi di China, Vietnam, Indonesia dan Meksiko. Nike dikritik karena berusaha menutupi kondisi kerja

yang buruk serta eksploitasi buruh. Nike juga adalah perusahaan besar yang tidak memiliki pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing kebutuhan-kebutuhan mereka terutama

kepada sektor informal, ataupun perusahaan lainnya, sehingga mengefisienkan dan meminimalisir ongkos produksi.

Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun 1983 Nike mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari pelaksana yang dipercaya oleh

Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight mengubah image Nike dari sepatu atletik menjadi sepatu kasual. Padahal saingannya Reebok lebih dahulu mengembangkan sepatu untuk aerobik, sehingga konsumen lebih percaya pada Reebok. Nike membutuhkan perencanaan

(17)

BAB IV

MENGANALISA KASUS

Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori seorang atlet atau suatu klub olahraga sehingga akan timbul image bahwa Nike dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini

tidak dilakukan oleh saingannya seperti Reebok yang justru hanya mensponsori suatu event olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek dagang. Banyaknya masalah ataupun

konflik yang terpublikasi, tidak akan membuat kosumen beralih ke merek lain. Hal ini karena ikatan psikologis antara Nike dengan konsumen fanatiknya telah terjadi, selebihnya, biarlah konsumen yang menilai.

Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses pertumbuhan organisasi. Menurut Lary Greiner ada 5 tahap pertumbuhan organisasi, 1) kreativitas, 2) pengarahan, 3)

pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike mengalami krisis disaat tahap pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang ketat sehingga keputusan bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian melakukan terobosan kilat untuk

membentuk kembali brand image dari Nike. Menurut Agyris “intervensi merupakan suatu aktivitas masuk ke dalam sistem relationship yang berjalan, baik diantara individu, kelompok,

maupun organisasi, dengan tujuan membantu menuju suatu perubahan yang sukses” Dalam intervensi, terkadang perlu mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi intervensi terbanyak dapat dilakukan oleh managemen internal. Apa yang dilakukan oleh Knight

merupakan intervensi dari manajemen internal. Marketing differentiation strategy mencoba menciptakan kesetiaan para pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan tertentu secara khusus.

(18)

melalui iklan, segmentasi pasar, dan harga yang bersaing. Hal tersebut salah satu strategi yang dilakukan oleh Knight dengan menciptakan produk baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak

lepas dari image olah raga.

Nike sebenarnya memiliki posisi yang sedikit lemah bila dihadapkan dengan retailer. Keuntungan Nike didapat dari penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan bersaing dengan

retailer lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike karena dengan hal tersebut maka retailer akan menekan Nike untuk menjual sepatunya dengan lebih murah.

Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier Asia sehingga mereka saling bersaing tidaklah dapat dipandang dari hanya salah satu sudut pandang saja. Pada intinya dengan sistem semacam tender ini maka akan tercipta persaingan, kompetisi untuk menjadi lebih baik sehingga

akan meningkatkan motivasi pekerja. Dengan kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari sudut pandang pekerja hal ini bisa menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut

untuk bekerja lebih giat demi untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi para pekerja bekerja di luar jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike yang berhak memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga terlalu tinggi dapat

mengakibatkan supplier menggunakan tenaga kerja anak-anak agar biayanya lebih murah. Isu ini muncul di Pakistan, bahwa Nike mengambil sepatu dari Pakistan yang dibuat oleh anak-anak

pekerja di bawah umur.

Apabila supplier dari Amerika atau Australia. Hal ini bisa berdampak bagi Nike maupun bagi konsumen. Bagi Nike ini merupakan mimpi buruk karena tentunya tidak akan ada pekerja

yang murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena biaya produksi yang lebih tinggi bila diproduksi di Amerika atau Australia. Bagi konsumen ada dua kemungkinan yang akan

(19)

Australia yang sangat memperhatikan kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena konsumen percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga mutunya akan

dianggap sama saja dengan buatan Amerika. Peran Phill Knight tentunya sangat besar dalam mengembangkan Nike hingga saat ini. Dengan gaya kepemimpinannya, dengan solusinya yang cepat dan tepat saat menghadapi krisis Nike di tahun 1983 membuat Nike dapat bertahan dan

mampu menempati posisi nomor satu lagi sebagai produsen sepatu di dunia. Membicarakan keberhasilan Nike tidak lepas dari Bill Bowerman, co-founder Nike. Bowerman sangat berjasa

dalam mendirikan Nike, ide untuk memberi semacam karet di sepatu olahraga datang darinya yang disebut waffle sole. Bowerman jugalah yang memiliki ide untuk memberi karet pada lintasan lari. Pada awalnya Bowerman beserta Knight menjual sepatu yang dibuat oleh

(20)

BAB V SIMPULAN

Masalah pengambilan keputusan sangat penting dipelajari karena hal tersebut menjelaskan dengan cara bagaimana para manajer berhasil membuat keputusan strategis dan operasional.

Manajer harus menghadapi beberapa tipe keputusan dan keputusan ini berbeda sesuai dengan jumlah risiko, ketidakpastian, dan ambiguitas dalam suatu lingkungan. Manajer harus memilih

salah satu tiga macam pendekatan pengambilan keputusan.

Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa

pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi. Dimana

pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari

keputusan yang diambil.

Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat, masalah

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang yang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Komitmen Profesional dan Pengalaman Kerja Terhadap Dilema Etika Internal Auditor Dalam Pengambilan keputusan Etis dengan

ini akan diuji sebuah person-situation interactionist model untuk internal auditor. Faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan etis internal.. auditor

Penelitian ini mengeksplorasi sensitivitas etika dan moral Judgement pada mahasiswa akuntansi, dimana kelak akan akan menjadi akuntan yang harus mampu mengambil keputusan

Terdapat gambaran yang kuat bahwa ada standar prilaku kepala sekolah dalam langkah-langkah pengambilan keputusan, dalam melibatkan orang-orang untuk mengambil keputusan dan

Biasanya dalam mengambil keputusan digunakan model yang sederhana .Alasan mengapa para pengambil keputusan cenderung memilih model pengambilan keputusan yang sederhana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis adanya pengaruh ESQ, Self Efficacy, Etika Profesi dan Sensivitas Etika terhadap pengambilan keputusan etis auditor.

• Yang termasuk kedalam teori etika yaitu egoism dimana masing-masing individu memiliki tujuan hidup dan tindakan yang dilakukan setiap orang pada dasarnya adalah untuk mengejar