• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Pengambilan Keputusan Indiv (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Persepsi dan Pengambilan Keputusan Indiv (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Individu

1.Definisi Persepsi

Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.

2.Faktor yang mempengaruhi Persepsi

1. Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)

(2)

dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.

2. Target (Characteristics of the perceived)

Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.

3. Situasi ( Situation Context)

Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.

(3)

Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda, bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan bahwa ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan apakah itu disebabkan dari internal atau eksternal.

 Atribusi Internal

Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena anak itu malas, terlalu banyak main, atau bodoh.

 Atribusi eksternal

Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang tuanya bercerai, hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman, ataupun gurunya yang tidak menarik.

4. Tiga Penentu Teori Atribusi a) Konsensus

Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin banyak yang melakukannya, makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.

b) Konsistensi

Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau “ya”, konsistensinya tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.

(4)

Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang bersangkutan memiliki distingsi yang rendah.

5. Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum

a) Persepsi Selektif (Selective Perpection)

Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang liat dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi kita untuk menasimilasikan semua hal yang kita lihat, kita dapat mengambil hanya rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif membuat kita membaca orang lain dengan cepat, tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang tidak akurat. Kita dapat menggambarkan kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari sebuah keadaan yang ambigu.

b) Efek Halo (Halo Effect)

Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang indivdu berdasarkan karakteristik tunggal.

Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik dimana objek diberikan sebuah daftar-daftar sifat cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat, serta hangat. Subjek diminta untuk mengevaluasi orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek menilai orang itu bijaksana, humoris, populer, dan imajinatif. Ketika daftar yang sama menggantukan “dingin” dengan “hangat”, satu gambaran yang benar-benar berbeda muncul. Subjek membuat sebuah sifat tunggal yang mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas orang lain yang mereka nilai.

Contoh : Ketika seseorang kritikus diminta untuk mengatakan 10 hal baik dari orang yang dikritiknya maka hal itu akan sulit. Demikian juga ketika seorang pengagum diminta untuk mengatakan 10 hal buruk dari orang yang dikaguminya. Maka hal itu akan sangat sulit.

(5)

Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam karakteristik yang sama.

Contoh :

Ketika seseorang dalam tahap wawancara kerja. Kemungkinan ia akan diterima akan lebih besar jika yang diwawancara sebelum ia adalah seseorang yang biasa-biasa saja. Namun sebaliknya, jika yang diwawancara sebelumnya adalah seseorang yang luar biasa dan sangat baik. Maka kemungkinan ia diterima akan lebih kecil.

d) Stereotip (Stereotype)

Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-kalimat seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih tua tidak dapat mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja keras dan hati-hati”, merupakan contoh dari menilai orang lain secara stereotip.

Jadi stereotyping adalah menilai sesuatu secara menyeluruh atau general atau secara mayoritasnya.

Contohnya : Orang-orang yang berpenampilan rock dan punk pasti berkepribadian buruk. Padahal hal ini belum tentu benar karena sangat banyak pula orang-orang yang berpenampilan rapih dan berdasi tetapi berperilaku buruk.

Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah alam sadar, membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip adalah adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenaran ketika diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.

Terdapat pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi : 1.Wawancara Kerja

(6)

diperoleh dari awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang diperoleh sedudahnya.

2. Ekspektasi Kinerja

Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Ekspektasi menjadi realita

3. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian bisa jadi objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif. Tentu ini adalah peikiran yang keliru.

6. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual

Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih alternatif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan, yang mengharuskan kita untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut. Terkadang masalah yang kita alami dapat menjadi kondisi yang menyenangkan bagi orang lain.

Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan mebgevaluasi informasi yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari berbagai sumber yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perceptual kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan, kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

(7)

a) Pengambilan keputusan rasional

Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.

Enam langkah model pengambilan keputusan rasional : 1) Mendefinisikan masalahnya

Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan dihadapi 2) Mengidentifikasikan kriteria keputusan

Pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan. Langkah ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa dari si pembuat keputusan

3) Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya

Dalam langkah ini pengambil keputusan memberikan prioritas yang benar dalam mengambil keputusan dengan mengalokasikan bobot pada kriteria

4) Membuat alternatif

Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif yang mungkin bisa berhasil menyelesaikan masalah

5) Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria

Pembuat keputusan harus menganalisis dan mengevaluasi setia alternatif dengan seksama. Kelebihan dan kekurangaan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternafif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh dari langkah kedua dan ketiga

6) Memperhitungkan keputusan yang optimal

Dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria berbobor dan memilih alternatif dengan skror total tertinggi

b) Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )

(8)

Contoh : Manajer Tingkat Atas Pada Nike Inc. membuat sebuah fasilitas baru di China dengan berinvestasi 100 juta USD agar mengurangi waktu pendistribusian sebanyak 14% ke 3000 tokonya di China. Hal ini membuat China menduduki peringkat ke-2 sebagai pasar terbesar nike dibawah Amerika Serikat.

c) Intuisi ( Intiutive decision making )

Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat,dan secara efektif di bebankan berarti melibatkan emosi.

Contoh : Ketika dollar mencapai angka 14.000 di tahun ini banyak spekulan rupiah yang menukarkan dollar ke rupiah tanpa berpikir panjang karena tanpa sadar memiliki intuisi bahwa rupiah akan semakin melemah ke depannya. Selain itu intuisi ini dipengaruhi potongan pengalaman-pengalaman pada krisis multi-dimensi tahun 1998.

8. Bias umum dan Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan

1. Overconfidence Bias

Individu yang kemampuan intelektual dan interpersonalnya lemah adalah orang yang sering melebih-lebihkan kinerja serta kemampuannya.Ada juga dampak negative yang timbul terhadap kinerja usaha apabila seorang pengusaha terlalu optimis.Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organizational mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalah yang berada diluar bidang keahlain mereka.

Contoh :

Ketika diadakan sebuah survey dikatakan bahwa 90% orang dewasa ingin berada di surge ketika meninggal. Tetapi ketika diadakan survey lain hanya 86% yang berpikir bahwa Mother Theressa masuk surga.

(9)

Kecenderungan untuk terpaku pada informasi awal,kemudian kita gagal untuk menyesuaikan diri dengan informasi berikutnya. Anchoring bias biasanya digunakan oleh individu yang berkecimpung dalam pekerjaan seperti periklanan, manajemen, politik, realsted dan hukum dimana ketrampilan persuasi sangat penting.

3. Confirmation bias

Kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan kembali pilihan masa lalu dan mengurangi informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu. Proses rational decision making menganggap kita mengumpulkan informasi secara objektif, tetapi kita sebetulnya mengumpulkannya secara selektif.

4. Availability bias

Kecenderungan seseorang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang tersedia bagi mereka.

Contoh, orang lebih takut naik pesawat daripada menyetir mobil, karena media lebih memberikan sorotan pada kecelakaan pesawat udara dibandingkan kecelakaan darat, jadi kita cenderung melebih-lebihkan risiko naik pesawat terbang. Padahal menurut data keselamatan perjalananan. Resiko kecelakaan ketika naik pesawat relative sangat kecil.

5. Escalation of commitment

Sikap yang mempertahankan sebuah keputusan meskipun terdapat bukti nyata bahwa keputusan tersebut salah.

6. Randomness Error

(10)

7. Risk Aversion (Menghindari resiko),

Yaitu kecenderungan seseorang untuk lebih memilih hal yang pasti dibandingkan hal yang beresiko tinggi, walaupun ada kalanya hal yang lebih beresiko ini menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.

Kebanyakan pegawai memilih untuk bekerja sesuai dengan keseharian yang mereka lakukan, dibandingkan dengan melakukan inovasi dan berkreativitas.

Seorang manajer yang ambisius akan cenderung menghindari resiko.

Seorang CEO juga sangat berusaha untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi pada strategi dan investasi yang ada dalam perusahaannya.

Disamping itu ada juga individu yang berani untuk mengambil kesempatan saat mereka berusaha untuk mencegah hasil negatif, yaitu Risk Preference (Mengambil resiko). Keadaan yang membuat stress akan menjadikan orang-orang yang berani mengambil resiko ini menjadi lebih kuat. Kebanyakan orang cenderung berani mengambil resiko saat menghadapi hal yang negatif dan menghindari resiko untuk hal yang positif.

8. Hindsight Bias (Memandang ke masa lampau),

Yaitu kecenderungan seseorang untuk melihat suatu hasil sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan, serta melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam memprediksikan hal tersebut sebelumnya. Terus memandang ke masa lampau ini menyebabkan seseorang justru kehilangan kemampuannya untuk belajar dari masa lampau. Contohnya adalah saat kira mendengar sesuatu dan tau hasilnya, seseorang akan cenderung mengatakan “Kok bisa begitu, padahal kan harusnya seperti ini?”

9. Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi

(11)

Tentu setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian ini mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sebagai contoh dari kepribadian yg memiliki kehati-hatian dan harga diri. Kehati-hatian bisa mempengaruhi eskalasi komitmen, khususnya aspek kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan kepatuhan. Harga diri juga juga mempengaruhi pengambilan keputusan pada dasarnya orang yg memiliki harga diri tinggi sangat termotivasi untuk mempertahankan keputusannya, sehingga mereka menggunakan bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya, mereka menyalakan orang lain atas kegagalannya dan mengambil kredit atas kesuksesannya.

• Jenis Kelamin

Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dala pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama, dari segi pengambilan keputusan itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banak waktu dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan, wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.

• Kemampuan Mental

Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin mengekspekasikan mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan umum, karna orang yang lebih cerdas itu lebih baik dalam menghindari kesalahan logis seperti silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.

• Perbedaan Budaya

(12)

Amerika Serikat masuk dalam kategori memecahkan masalah sedangkan Thailand dan Indonesia termasuk dalam negara yang menerima situasi sebagaimana adanya.

b) Batasan Organisasi • Evaluasi Kinerja

Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika seorang manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya beroprasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.

• Sistem Imbalan

Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengna menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi menghargai pengindraan risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan konservatif. Dari tahun 1930-an General Motors secara konsisten memberikan promosi dan bonus pada manajer yang tetap low profile dan menghindari kontroversi. Eksekutif ini menjadi ahli dalam menghindari isu-isu dan menyerahkan keputusan-keputusan kontroversial pada komite.

• Peraturan Baku

Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian, mereka membaasi pilihan-pilihan keputusan.

• Batasan Waktu Akibat Sistem

(13)

membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.

• Contoh Historis

Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan; yang dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-pilihan sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini adalah anggaran tahun lalu. Pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.

10. Tiga Kriteria Keputusan Ethis

a) Kriteria Utilitarianisme

Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang dibuat berdasarkan hasil atau konsekuensinya. Tujuan dari keputusan utilitarianisme adalah memberikan kebaikan besar pada jumlah yang terbanyak. Pandangan ini mendominasi keputusan bisnis dan konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi.

Contoh :

1. Penggusuran Kampung Pulo di Jakarta dilakukan agar bantaran sungai yang dipakai pemukiman warga dapat direhabilitasi dan menjadi fungsi yang semestinya untuk tanggul di kala banjir datang. Dengan begini diharapkan banjir Jakarta dapat teratasi.

2. Pembuatan Tol Cipali yang mengharuskan menggusur warga yang ada pada jalan tol. Proyek ini dilakukan untuk memecah kemacetan di kala arus mudik lebaran dan yang terpenting adalah mempercepat pereknomian dan distribusi barang.

b) Kriteria Etis yang Terfokus Pada Hak

(14)

dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak asasi manusia seperti hak pribadi, berbicara dengan bebas, dan berhubungan dengan proses. Penggunaan kriteria ini dapat melindungi pembocor rahasia (whistle-brower) individu yang melaporkan perbuatan-perbuatan tidak etis atau ilegal dari pemberi kerja mereka kepada pihak luar ketika mereka mengungkapkan perbuatan-perbuatan tidak etis oleh organisasi mereka kepada pers atau agensi-agensi pemerintahan dengan dasar hak untuk berbicara dengan bebas.

c) Kriteria Terfokus pada Keadilan

Kriteria terfokus pada keadilan ini mengharuskan individu untuk menentukan dan menjalankan peraturan-peraturan dengan baik dan adil sehingga terdapat distribusi laba dan biaya secara adil. Anggota-anggota serikat kerja biasanya menyukai pandangan ini , pandangan ini membenarkan pemberian bayaran yang sama untuk setiap individu atas pekerjaan tertentu, tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan kinerja,dan penggunaan senioritas sebagai penentu utama dalam membuat keputusan-keputusan pemberhentian.

Tiap-tiap kriteria memiliki kelebihan dan kekurangan. Kriteria utilitarianisme meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi padat mengakibatkan pengabaian hak-hak beberapa individu, terutama individu-individu yang memiliki perwakilan minoritas dan organisasi. Penggunaan hak sebagai kriteria melindungi individu dari luka dan konsisten dengan kebebasan dan privasi, tetapi kriteria ini dapat menciptakan sebuah lingkungan kerja yang terlalu sesuai dengan hukum yang menghalangi produktivitas dan efisiensi. Kriteria fokus pada keadilan melindungu kepentingan individu-individu yang tidak mempunyai perwakilan yang cukup dan tidak begitu kuat, tetapi kriteria ini bisa mendorong rasa pemberian hak yang mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan produktivitas. Para pembuat keputusan, terutama organisasi-organisasi pencari laba, cenderung merasa aman dan nyaman ketika mereka menggunakan utilitarianisme. Banyak tindakan yang meragukan bisa dibenarkan ketika disusun dalam kepentingan organisasi dan pemegang saham.

(15)

a) Pengertian Kreativitas

Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude,dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

b) Model tiga tahap dari kreativitas ( three-stage model of creativity )

 Sebab ( Potensi kreatif dan lingkungan kreatif)

 Perilaku kreatif, dan

 Hasil kreatif ( inovasi)

c) Perilaku Kreatif

Terdapat empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku kreatif : 1. Formulasi masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan sebuah

masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.

2. Pengumpulan informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang mungkin atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.

3. Pemunculan ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan solusi – solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan yang relevan.

4. Evaluasi ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk mengidentifikasi yang terbaik.

d) Penyebab perilaku kreatif Terbagi menjadi tiga sebab : 1) Potensi Kreatif

2) Lingkungan Kreatif

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Besar Syarat Guna Memperoleh

No Jenis/kategori Penilaian Nama Wilayah kerja/ binaan Jumlah nilai5. Gabungan 

Nilai koefisien path pengaruh dari variabel sustainability reporting dalam aspek lingkungan terhadap rasio likuiditas adalah sebesar 0.031 dengan t hitung sebesar 0.682

Pembuktian lebih lanjut terhadap jenis flavo - noid yang terdapat dalam daun sirih merah: Da- niel [14] telah berhasil mengisolasi suatu senya- wa flavonoid dari fraksi etil

perkembangan siswa, karena proses pembelajaran yang demikian dapat memberikan pengalaman langsung ke pada siswa, dan pengalaman langsung memungkinkan materi pelajaran akan

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa GPM dan OPM berpengaruh positif signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun kedepan dengan tingkat signifikansi

Berdasarkan hasil perhitungan, sebagai akibat dari keberadan tabat di lokasi kajian Eks PLG Blok A, Mentangai, dalam dua tahun terakhir ini (2004/05- 2005/06), karbon atas

kujelajahi. Mereka banyak mengambil tema-tema sosial seperti kehidupan urban, keluarga kampung kota, anak-anak, dan benda-benda yang berserakan di sepanjang trotoar yang