• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pneumonia

2.1.1 Definisi Pneumonia

Menurut (Aditasari Fathin1 , R. Lia Kusumawati, 2022) menyatakan bahwa pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan bawah akut pada parenkim paru- paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah, 2017 dalam (Abdjul and Herlina, 2020)). Pneumonia sendiri penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).

World Health Organization mencatat kurang lebih 22.000 kasus kematian yang diakibatkan oleh pneumonia di Indonesia, dari sejumlah kasus tersebut sebanyak 33% dari 33 propinsi di Indonesia mengalami peningkatan insidensi kasus pneumonia, yang salah satunya adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Erviana, 2018).

Sedangkan menurut Riskesdas 2013 dan 2018, Prevalensi pengidap pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia tahun 2013 mencapai 1,6 %, sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 2.0 % (Riskesdas, 2018). Jadi pada tahun 2013 dan 2018 penyakit pneumonia mengalami peningkatan sebanyak 0,4 % seperti yang dijelaskan pada data diatas. Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Lalu, menurut (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2014) Pneumonia merupakan penyakit yang memiliki tingak crude fatality rate (CFR) yang tinggi, yaitu sekitar 7,6%.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Dalam

(2)

komunitas dewasa berupa sesak napas (60,93%), batuk (54,88%), demam (48,37%) (Ranny, 2016 dalam (Abdjul and Herlina, 2020)).

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi

A. Anatomi System Pernapasan

Gambar 2. 1 Sistem Pernapasan ( Nurarif & Kusuma, 2018) Sistem Pernafasan

Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persedian oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produksinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbondioksida dan air dihilangkan.

(3)

7

Pernapasan sendiri merupakan proses ganda yang dimana terjadinya pertukaran gas dalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru-paru atau “pernapasan luar”. Udara di tarik ke dalam paru-paru pada waktu menarik napas dan di dorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas ( Nurarif

& Kusuma, 2018) 1. Anatomi

A. Menurut (Djojodibroto Darmanto, 2014) saluran pernapasan bagian atas terdiri dari:

a. Lubang Hidung ( Cavum Nasalis)

Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) sisanya terdiri atas tulang rawan (kartilago) dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian Dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang hidung kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring kasar terhadap benda asing yang masuk. Sedangkan pada permukaan hidung sendiri (mukosa) yang mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk dalam pernapasan. Resepto bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung saraf kranial 1 (Nervous Olfactorius).

Hidung sendiri berfungsi sebagai jalan nafas, pengatur udara, pengatur dan menjaga kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu, perlindungan dan penyaring udara, serta sebagai indra penciuman .

(4)

b. Sinus Paranalisis

Sinus paranalisis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.

Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maxilarris. Sinus sendiri berfungsi untuk :

1) Membantu menghangatkan dan humidifikasi 2) Meringankan berat tulang tengkorak

3) Mengatur bunyi suara manusia dengan ruangan resonansi.

c. Faring

Faring adalah pipa berotot berbentuk cerobong (kurang lebih 13 cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernapas.

Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu dibelakang hidung (naso faring), belakang mulut (oro faring), dan belakang laring (laringo-faring).

d. Laring

Laring sering disebut dengan ‘ voice box’ yang dibentuk oleh struktur epitelium lined yang berhubungan dengan faring (diatas) dan trakhea (dibawah). Letak laring sendiri berada di anterior tulang belakang (vertebre)ke 4 dan ke 6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring.

Fungsi utama dari laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitai proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas:

1) Epiglotis 2) Glotis

3) Kartilago tiroid 4) Kartilago krikoid 5) Pita suara

B. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas:

1. Saluran Udara Konduktif

a. Trakhea (Batang Tenggorokkan)

Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter

(5)

9

panjangnya. Trakea berjan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebratorakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan pernasan dapat di keluarkan.

Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka;

karena itu, disebelah belakangnya tidak tersambung, yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.

Trakea servikalis yang berjalan melalui leher di silang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisa- sisa trakea. Trakea torasika berjalan melintasi mediastinum, di belakang sternum menyentuh arteri inominata dan arkus aorta.

Usofagus terletak di belakang trakea.

b. Bronkhus (Cabang Tenggorrokkan)

Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebratorakalis ke IV dan V mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari enam-delapan cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebuh panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9- 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.

c. Bronkhiolus

Bronkhiolus merupakan cabang yang paling kecil. Pada bronkhiolus terdapat gelembung paru / gelembung hawa (Alveolu).

(6)

2. Saluran Respiratorius Terminal a. Alveoli

b. Paru-paru

c. Dada, Diafragma dan Pleura

d. Sirkulasi Pulmoner (Djojodibroto Darmanto, 2014)

(7)

11 B. Anatomi Paru – Paru

Paru-paru manusia terletak dirongga dada, bentuk dari paru-paru adalah berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan bagian dasarnya berada pada bagian diafragma. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru – paru kiri mempunyai dua lobus.

Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa sub – bagian yaitu terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru- paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum (Bruno, 2019).

Gambar 2. 3 Anatomi Paru-Paru (Bruno, 2019)

Paru – paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura terbagi menjadi 2 macam yaitu: pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat bagian rongga yang disebut cavum pleura.

Gambar 2. 4 Paru-paru Manusia (Bruno, 2019)

(8)

Sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan bagian atas dan pernafasan bagian bawah:

a) Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring

b) Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru

Sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi.

Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari 10 dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru.

Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu:

a) Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna, sterno- kleidomastoideus, skalenus dan diafragma

b) Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus (R.Sunasih.H.Mardi, 2016).

C. Fisiologi Paru

Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser dan bergerak pada dinding dada karena memiliki struktur yang elastis. Tekanan yang masuk pada ruangan antara paru – paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer.

Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses terjadinya pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan pasokan oksigen yang berguna bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida yang merupakan sisa dari proses metabolisme didalam tubuh. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa normal.

Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem yang berbentuk berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) dan bercabang di kedua belah paru – paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung –

(9)

13

gelembung paru – paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru – paru manusia dan bersifat elastis. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu:

a) Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer

b) Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah

c) Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel

d) Pengaturan ventilasi pada sistem pernapasan

Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Selama bernafas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai 6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang.

Gambar 2. 5 Fisiologi Pernapasan Manusia

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi paru-paru manusia adalah sebagai berikut:

a) Usia

Kekuatan otot maksimal paru-paru pada usia 20 – 40 tahun dan dapat berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Selama proses penuan terjadi penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronkial, penurunan kapasitas paru b) Jenis kelamin

(10)

Fungsi ventilasi pada laki – laki lebih tinggi sebesar 20 – 25% dari pada funsgi ventilasi wanita, karena ukuran anatomi paru pada laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Selain itu, aktivitas laki-laki lebih tinggi sehingga recoil dan compliance paru sudah terlatih

c) Tinggi badan

Seorang yang memiliki tubuh tinggi memiliki fungsi ventilasi lebih tinggi daripada orang yang bertubuh kecil pendek (Bruno, 2019).

1) Volume dan Kapasitas Paru

Volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a) Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali pernafasan normal. Nilai dari volume tidal sebesar ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa

b) Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal, dan biasanya mencapai maksimal ± 3000 ml

c) Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya adalah ± 1100 ml

d) Volume residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru- paru setelah ekspirasi kuat. Nilainya sebesar ± 1200 ml

Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru-paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

a) Kapasitas inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum

b) Kapasitas residu fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal

c) Kapasitas vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu

(11)

15

mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak- banyaknya

d) Kapasitas vital paksa (KVP) atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Hasil ini didapat setelah seseorang menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat

e) Volume ekspirasi paksa satu detik (VEP1) atau Forced Expiratory Volume in One Second (FEV1) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum per satuan detik. Hasil ini didapat setelah seseorang terlebih dahulu melakukakan pernafasan dalam dan inspirasi maksimal yang kemudian diekspirasikan secara paksa sekuat-kuatnya dan semaksimal mungkin, dengan cara ini kapasitas vital seseorang tersebut dapat dihembuskan dalam satu detik

f) Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu.

Besarnya ±5800ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa.Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20 – 25% lebih kecil daripada pria, dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis (R.Sunasih.H.Mardi, 2016).

2.1.3 Etiologi Pneumonia

Menurut ( Misnadiarly, 2019) di Indonesia sediri, Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah kardiovaskulas dan tuberculosis. Etiologi pneumonia sendiri dapat disebabkan oleh:

1. Bermacam golongan mikroorganisme, yaitu yang disebabkan oleh:

- Bakteri : Streptococus pneumoniae, Staphylococus aureus - Virus : Influenza, Parainfluenza, Adenovirus

- Jamur : Candidiasis, Histoplasmosis, Aspergifosis, Coccidioido Mycosis, Cryptococosis, Pneumocytis Carinii.

- Aspirasi: Makanan, cairan, laimbung

(12)

- Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu, dan gas.

2. Virus, diantaranya:

- Virus sinsisialis pernapasan - Hantavirus

- Virus Influenza - Virus parainfluenza - Adenovirus

- Rhinovirus

- Virus herpes simpleks - Sitomegalovirus

3. Mikoplasma (Menyerang anak di atas usia balita)

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri biasanya menyerang siapa saja dan pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan pernapasan, yang sedang terinfeksi virus atau juga sedang dalam kondisi tubuh yang menurun atau beresiko.

Bakteri penyebab pneumonia paling umum adalah bakteri streptococcus Pneumoniae, bakteri ini sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan/ kekebalan tubuh menurun yang disebabkan oleh usia, sakit atau malnutrisi, bakteri akan segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

Seluruh jaringan paru-paru dipenuhi oleh cairan dan infeksi yang secara cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pasien yang terinfeksi pneumonia akan mengalami panas tinggi, berkeringat, nafas terengah-engah dan denyut jantung meningkat cepat. Mukosa membiru karen tubuh kekurangan oksigen. Pada beberapa kasus ekstream, pasien akan mengalami menggigil, gigi bergemulutuk, sakit dada/nyeri dada, apabila batuk akan mengeluarkan lender berwarna hijau.

Sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh virus akan menyebabkan gangguan jauh lebih berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walaupun tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi oleh cairan ( bercak).

(13)

17

Pneumonia dengan jenis lain termassuk pada golongan Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur . PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP dapat diobati, namun penyakit ini bisa saja muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah dan menunda kekambuhan (Palange and Rohde, 2019)

2.1.4 Manifestasi Klinis Pneumonia

Pneumonia bervariasi dalam tanda dan gejalanya tergantung pada jenis, penyebabnya organisme, dan adanya penyakit yang mendasari.

Namun, itu tidak mungkin untuk mendiagnosis bentuk spesifik atau klasifikasi pneumonia secara klinis manifestasi saja. Pasien dengan streptokokus (pneumokokus) pneumonia biasanya tiba-tiba menggigil, demam yang meningkat dengan cepat (38,5°C hingga 40,5°C, dan nyeri dada pleuritik yang diperburuk oleh napas dalam dan batuk. Pasien sakit parah, dengan tanda takipnea (25 hingga 45 napas / menit), disertai tanda- tanda lain gangguan pernapasan (mis., sesak napas dan penggunaan aksesori otot dalam respirasi). Seorang kerabat bradikardia (defisit suhu-nadi di mana denyut nadi lebih lambat dari yang diharapkan untuk suhu tertentu) mungkin menandakan infeksi virus, infeksi mikoplasma, atau infeksi organisme Legionella.

Beberapa pasien menunjukkan infeksi saluran pernapasan atas (nasal hidung tersumbat, radang tenggorokan), dan timbulnya gejala pneumonia tersebut bertahap dan tidak spesifik. Gejala utama mungkin sakit kepala, demam ringan, nyeri pleuritik, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, dahak mukoid atau mukopurulen keluar. Sangat parah pneumonia, pipi memerah dan bibir serta bantalan kuku terlihat sianosis sentral (tanda akhir oksigenasi yang buruk [hipoksemia]) (Hinkle &

Cheever, 2018).

(14)

2.1.5 Klasifikasi Pneumonia

Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi dengan berdasarkan anatomi dan etiologis yang dimana berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :

A. Pembagian anatomis

1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau ganda.

2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.

3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

B. Pembagian etiologis

1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.

2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.

3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus 4) Neuroformans,Blastornyces Dermatitides

5) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,benda asing

6) Pneumonia Hipostatik 7) Sindrom Loeffler

C. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:

1) Usia 2 bulan – 5 tahun

- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yangdilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.

(15)

19

- Pneumonia, ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih,dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.

- Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.

1) Usia 0 – 2 bulan

- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.

- Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.

Sedangkan menurut (Abdjul and Herlina, 2020) Pada penyakit pneumonia itu sendiri, dapat terjadi komplikasi seperti dehidrasi, bacteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas.

2.1.6 Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2019)

Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus danepitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru- paru , partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratoriusterbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial

(16)

debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-toleft shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2015)

(17)

21

2.1.7 Gejala Klinis Pneumonia

Pada penderita pneumonia sering kali mengalami tanda gejala seperti yang dijelaskan oleh ((Mandan, 2019 dalam Abdjul & Herlina, 2020) dijelaskan pada pathway (Mandan, 2019) terjadinya gejala seperti demam menggigil merupakan sebuah tanda adanya peradangan atau inflamasi yang terjadi didalam tubuh sehingga hipotalamus bekerja dengan memberi respon menaikan suhu tubuh. Adapun Gejala lain seperti mual dan tidak nafsu makan disebabkan oleh peningkatan produksi secret dan timbulnya batuk, sehingga dengan adanya batuk berdahak menimbulkan penekanan pada intra abdomen dan saraf pusat menyebabkan timbulnya gejala tersebut.

Sedangkan menurut (Mandan, 2019) gejala pneumonia lainnya adalah batuk. Batuk merupakan gejala dari suatu penyakit yang menyerang saluran pernapasan, hal ini disebabkan karena adanya mikroorganisme atau non- mikroorganisme yang masuk ke saluran pernapasan sehingga diteruskan ke paru-paru dan bagian bronkus maupun alveoli. Dengan masuknya mikroorganisme dapat mengakibatkan terganggunya kinerja makrofag sehingga terjadilah proses infeksi, jika infeksi tidak ditangani sejak dini akan menimbulkan peradangan atau inflamasi sehingga timbulnya odema pada paru dan menghasilkan secret yang banyak. Selain itu, adanya gejala sesak nafas pada pasien pneumonia dapat terjadi karena penumpukan secret/ dahak pada saluran pernapasan sehingga udara yang masuk dan keluar pada paru-paru mengalami hambatan. Mandan (2019) menjelaskan bukan hanya batuk, sesak nafas saja yang sering dijumpai pada tanda gejala pneumonia namun terdapat gejala lain seperti lemas atau kelelahan, juga merupakan tanda dari Pneumonia, hal ini disebabkan karena adanya sesak yang dialami seorang klien sehingga kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas normal dan kebutuhan energy yang juga terkuras akibat usaha dalam bernapas. Lalu gejala orthopnea juga dapat terjadi pada klien dengan Pneumonia. Orthopnea sendiri merupakan suatu gejala kesulitan bernapas saat tidur dengan posisi terlentang.Selain itu, terjadinya penurunan hemoglobin pada klien Ny. L dikarenakan adanya gangguan

(18)

pertukaran gas, dimana oksigen yang masuk ke dalam paru-paru berkurang sehingga menyebabkan fungsi hemoglobin dalam mengangkut oksigen untuk seluruh tubuh terganggu.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Pneumonia

Abdjul & Herlina, 2020 Menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang pada penderita pneumonia diantaranya pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan laboratorium lengkap (adanya peningkatan leukosit dan LED), pemeriksaan mikrobiologi (biakan sputum dan kultur darah), pemeriksaan analisa gas darah, serta tindakan pungsi untuk dilakukan pemeriksaan pada cairan paru-paru.

Sedangkan menurut Ryusuke (2017) pemeriksaan penunjang dan diagnostic diantaranya:

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal:

lobar,bronchial); dapat juga menyatakan abses.

2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luasberat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7.

Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

2.1.9 Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

1. Subjektif: keluhan utama saat MRS dan saat pengkajian, pengkajian PQRST apabila terdapat nyeri, riwayat kesehatan sebelum sakit dan riwayat kesehatan keluarga

2. Objektif

(19)

23

a. Keadaan umum, tanda – tanda vital

b. B1 (Breathing): pergerakan dada simetris atau tidak, retraksi intercostae ada atau tidak, suara nafas: ronchi/wheezing, batuk:

produktif/tidak produktif, apabila ada sputum bagaimana warnanya, terpasang alat bantu napas atau tidak

c. B2 (bleeding/cardiovascular): suara dan irama jantung, berapa detik CRT, JVP normal/tidak, adakah edema diekstremitas

d. B3 (Brain/persyarafan): GCS, reaksi cahaya pupil, diameter pupil e. B4 (Bladder/perkemihan): jumlah urine per 8 jam, warna dan

kondisi urine, terpasang kateter/tidak, terdapat gangguan BAK/

tidak

f. B5 (Bowel): kondisi mukosa bibir apakah kering atau pucat, kondisi lidah, terdapat nyeri telan/tidak, abdomen supel/tidak terdapay nyeri tekan/tidak, berapa peristaltik usus permenit, ada mual/muntah, melena, terpasang NGT/tidak, terdapat konstipasi/

tidak

g. B6 (Bonel/musculoskeletal): keadaan turgor, apakah terdapat perdarahan eksternal, icterus, kondisi akral apakah terdapat sianosis, bagaimana pergerakan sendi: bebas/terbatas, terdapat fraktur, luka terbuka atau luka post OP

2.1.10 Diagnosa Keperawatan Pneumonia (SDKI)

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dengan diagnose medis Pneumonia adalah sebagai berikut :

1. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas D.0005

2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekret yang tertahan D. 0001 3. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik

4. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Gangguan toleransi glukosa darah d.d Hiperglikemia D. 0027

(20)

2.1.11 Rencana Intervensi Keperawatan (SIKI)

Tabel 2. 1 Rencana Intervensi Keperawatan Pada Kasus Pneumonia No Diagnosa

Keperawatan

SLKI SIKI

1. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas D.0005

Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam pasien diharapkan kriteria pola nafas dengan Kriteria:

- Dispnea cukup meningkat - Penggunaan

otot bantu cukup meningkat - Pernapasan

cuping hidung cukup meningkat - Frekuensi

napas Cukup Memburuk - Kedalaman

napas Cukup memburuk

Pemantauan respirasi Observasi

1. Monitor (frekuensi, kedalaman, usaha napas) 2. Monitor pola nafas seperti bradypnea, takipnea dll 3. Monitor adanya

produksi sputum 4. Monitor saturasi

oksigen

5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas

Terapeutik

1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi px 2. Dokumentasikan

hasil

(21)

25

pemantauan Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2 Bersihan Jalan

Napas Tidak Efektif b.d Sekret yang tertahan

Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam pasien diharapkan kriteria bersihan jalan nafas meningkat dengan Kriteria:

- Produksi Sputum Meningkat - Wheezing

Meningkat - Dispnea

Meningkat - Frekuensi

Napas Membaik

Manajemen Jalan Nafas:

Observasi:

1. Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:

gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)

3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik:

1. Pertahankan

kepatenan jalan napas.

2. Posisikan semi- fowler atau fowler 3. Lakukan

penghisapan lender kurang dari 15 detik 4. Lakukan

hiperoksigenasi

(22)

sebelum penghisapan endotrakeal

5. Berikan oksigen.

Edukasi :

1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi.

Kolaborasi:

1. kolaborasi pemberian bronkodilator,mukolitik, ekspektoran, jika perlu.

3. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik

Manajemen Nyeri Observasi:

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi respons

nyeri non verbal 3. Identifikasi faktor

yang memperberat dan memperingan nyeri

4. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

5. Identifikasi

pengaruh nyeri pada kualitas hidup 6. Monitor

keberhasilan terapi

(23)

27

komplementer yang sudah diberikan 7. Monitor efek

samping penggunaan analgetik Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

3. Fasilitasi istirahat dan tidur

4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan

memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan

menggunakan

(24)

analgetik secara tepat

5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi 1. Kolaborasi

pemberian analgesik

4. Ketidakstabilan Kadar Glukosa

Darah b.d

Gangguan

toleransi glukosa

darah d.d

Hiperglikemia D.

0027

Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam pasien diharapkan kriteria Kestabilan Kadar Glukosa Darah dengan Kriteria:

- Mengantuk Meningkat - Lelah/lesu

Sedang - Pusing

Cukup Meningkat - Berkeringat

Meningkat - Kadar

Glukosa dalam darah Memburuk

Menejemen Hiperglekima Observasi

- Monitor kadar glukosa darah

- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (Lelah / berkeringat berlebih atau tidak, kepala pusing)

Terapeutik:

- Berkan asupan cairan oral

Edukasi

- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri - Anjurkan kepatuhan

dalam diet dan berolahraga

- Ajarkan pengelolaan diabetes

(25)

29

(menggunakan insulin)

Kolaborasi:

1. Pemberian insulin

Referensi

Dokumen terkait

Broncho pneumonia adalah radang paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat ( Whalley and Wong,1996).. Broncho pneumonia adalah

Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri dan paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita.. Pneumonia

Walaupun timing merupakan salah satu bagian dasar dari sebuah animasi, timing bagi animasi hybrid cukup berbeda dari animasi biasa, disebabkan bahwa kedua medium animasi yang

Di bagian anterior rami pubis, pada satu atau kedua sisi mengalami fraktur dan di bagian posterior terdapat strain sacroiliaca yang berat atau fraktur pada ilium, baik pada sisi

Pneumonia balita merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut, yaitu terjadi peradangan atau iritasi pada salah satu atau kedua paru, disebabkan oleh infeksi

Menurut Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (2007), tuberkulosis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi atau organ tubuh yang terkena (paru-paru atau

Logam induk (parent metal), adalah bagian logam lasan yang tidak terkena pengaruh panas karena proses pengelasan dan temperatur yang disebabkan saat pengelasan tidak