• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Penulisan Jurnal Ilmiah Guru,Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah - WAWASAN PENDIDIKAN NUSANTARA Mustakim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Penulisan Jurnal Ilmiah Guru,Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah - WAWASAN PENDIDIKAN NUSANTARA Mustakim"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif

Melalui Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru dalam Workshop

Di SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang

Tahun Pelajaran 2009/2010

Oleh : Mustakim

SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru dalam Workshop di SMP Negeri 1 Mertoyudan Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tahapan (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Data dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes. Teknik nontes meliputi angket, pengamatan, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Berdasarkan data tindakan siklus 1 diperoleh peningkatan kinerja guru baik yang bersifat instruksional maupun noninstruksional. Untuk penyusunan RPP aktivitas instruksional meningkat menjadi 73,79, dan aktivitas noninstruksioanl meningkat menjadi 71,67. Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran, aktivitas instruksional meningkat menjadi 82,74, dan aktivitas noninstruksional meningkat menjadi 75%. Selanjutnya, berdasarkan tindakan siklus 2, juga diperoleh peningkatan kinerja guru baik yang bersifat instruksional dan noninstruksional dibandingkan dengan siklus 1. Untuk penyusunan RPP aktivitas instruksional meningkat menjadi 86,03, dan aktivitas noninstruksional meningkat menjadi 88,33%. Untuk pelaksanaan pembelajaran, aktivitas instruksional meningkat menjadi 89,84, dan aktivitas noninstruksional meningkat menjadi 90%.

Kata Kunci : model, kooperatif, kolaborasi.

Kompetensi manajerial dapat dijabarkan menjadi subkompetensi yang sekaligus menjadi indikator kinerja kepala sekolah. Penjabaran kompetensi manajerial yang menduduki peran strategis adalah kompetensi kepala sekolah dalam mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal, mengelola perubahan, dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang efektif, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, mengelola pengembangan kerukunan dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

Mengingat situasi dan kondisi masyarakat yang sangat dinamis dan cepat berubah, maka dalam upaya mencari terobosan strategi dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang berhubungan dengan kewirausahaan. Kompetensi kewirausahaan meliputi kemampuan kepala sekolah dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/ madrasah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sebagai sumber belajar peserta didik.

(2)

standar pembelajaran yang berkualitas. Berdasarkan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah diperoleh data bahwa 22 (dua puluh dua) guru PNS yang disupervisi baru 58,83% yang sudah menyusun perencanaan, baik berupa pengembangan silabus, maupun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Petunjuk Teknis Penilaian Kemampuan Guru dalam menyusun RPP maupun silabus. Berdasarkan supervisi pelaksanaan pembelajaran, terutama didasarkan pada Instrument Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) dalam pelaksanaan pembelajaran diperoleh data bahwa dari 22 guru PNS, yang sudah menggunakan atau menerapkan metode pembelajaran bervariasi (inovatif) hanya 67,86%. Data ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 1 Mertoyudan belum memenuhi standar proses, yaitu pelaksanaan pembelajaran belum interaktif dan inspiratif, tidak menyenangkan, tidak menantang, tidak memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta tidak memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan juga belum disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Pelaksanaan pembelajaran yang belum menggunakan metode yang bervariasi dan tidak inovatif ini mengakibatkan hasil prestasi akademik juga belum optimal. Disparitas atau perbedaan rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar antarkelas atau antartingkat kelas juga terlalu mencolok. Apabila di kelas tertentu, terutama di kelas IX, rata-rata nilai lebih tinggi, hasil tersebut bukan merupakan hasil dari proses pembelajaran yang efektif, melainkan kegiatan latihan soal/ drill yang berulang-ulang karena akan menghadapi ujian. Perolehan nilai Ulangan Akhir Semester dan Ulangan Umum Kenaikan Kelas dua tahun terkahir ( tahun pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010) sebagai berikut. Tahun 2008/2009 secara keseluruhan rata nilai UAS 67,68, rata-rata nilai UUKK 66,78. Tahun 2009/2010 secara keseluruhan rata-rata-rata-rata nilai UAS 65,05, rata-rata nilai UUKK 63,99. Perolehan nilai akademik tersebut masih jauh dari KKM SMPN 1 Mertoyudan yang rata-ratanya 75 (KKM minimal Sekolah Standar Nasional.

Berbicara tentang kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi. Masalah tersebut berhubungan dengan penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajran yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran kooperatif. Selain itu, macam-macam model pembelajaran kooperatif, karakteristik model pembelajaran kooperatif, kelebihan dan keunggulan model pembelajaran kooperatif, tahap-tahap pembelajaran kooperatif, dan tingkat keefektifan model-model pembelajaran kooperatif juga merupakan permasalahan yang layak untuk diteliti.

Strategi pemecahan masalah ini dimulai dari penyusunan RPP, praktik pelaksanaan pembelajaran, dan refleksi. Pembatasan masalah ini dilakukan dengan pertimbangan (1) ketersediaan waktu peneliti, (2) fokus penelitian agar lebih khusus dan mendalam, (3) ketersediaan referensi, (4) ketersediaan dana penelitian, dan (5) kemanfaatan hasil penelitian.

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru dalam Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif ?

Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk mendeskripsikan Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru dalam Workshop untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif.

(3)

menggunakan model pembelajaran yang menantang dan memberi kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran. Manfaat bagi guru, Manfaat bagi Guru

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik. Secara rinci manfaat penelitian bagi guru adalah sebagai berikut:

Guru mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran inovatif,Guru mendapat pengalaman dalam mengelola pembelajaran terutama menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,Guru mendapat pengalaman dalam memberdayakan potensi siswa melalui kegiatan pembelajaran.Dengan melaksanakan penelitian tindakan ini Kepala Sekolah sebagai manajer di sekolah dapat menemukan strategi yang tepat dalam memberdayakan guru terutama kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan pembelajaran sebagai kegiatan utama di sekolah dapat ditingkatkan kualitas dan keefektifannya.

Berkaitan dengan paradigma baru dalam pembelajaran ini, penulis mengemukakan pendapat para pakar tentang teori pembelajaran yang diyakininya.

Konfusius dalam Zaini dkk (2004: XVII) mengatakan bahwa pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif dalam menggunakan otak, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. berkaitan dengan pembelajaran, Konfusius menyatakan bahwa apa yang saya dengar, saya lupa. apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya ingat.

Lozanov dalam De Porter (2005: 3) mengatakan bahwa proses belajar mengajar atau yang sekarang disebut pembelajaran adalah fenomena yang kompleks. segala sesuatunya memiliki arti setiap kata, pikiran, tindakan, dan rancangan pembelajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya.

Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching memfokuskan hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, yaitu interaksi yang membangun landasan dan kerangka untuk belajar.

Glasserfeld dalam Pamnen dkk (2001) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran siswa mengalami perubahan konsep. pengetahuan siswa tidak sekali jadi, tetapi melalui proses perkembangan yang terus menerus. Dalam perkembangan tersebut, ada yang mengalami perubahan besar, dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, ad pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep lama melalui asimilasi. Guru membantu menciptakan suasana dan keadaan pembelajaran yang memungkinkan perubahan konsep terjadi pada diri siswa.

(4)

dampak pengiring. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan inti atau jantungnya strategi pembelajaran.

Walaupun secara teoretik terdapat banyak model pembelajaran di kelas, guru hendaknya dapat memilih model yang diperkirakan paling efektif. Houston, Clieft, Vreiberg, dan Warner dalam Saripudin (1986: 151) mengemukakan terdapat 5 (lima) factor yang menentukan efektivitas mengajar guru, yaitu :ekspektasi mengajar tentang kemampuan pembelajaran yang akan dikembangkan,keterampilan mengajar dalam mengelola kelas,jumlah waktu yang digunakan oleh pembelajar untuk melakukan tugas-tugas belajar yang bersifat akademis,kemampuan pengajar dalam mengambil keputusan pembelajaran, variasi metode mengajar yang dipakai oleh pengajar.

1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian

Pembelajaran kooperatif adalah gabungan teknik instruksional dengan filsafat belajar yang mendorong peserta didik untuk bekerjasama dalam kegiatan belajar (Killen, 1998:82). Slavin dan Johnson dalam Killen (1998:82) menyebutkan ada dua komponen penting dalam pembelajaran koopertif, yaitu a cooperative task (tampak pada kerja kelompok) dan a cooperative incentive structure (penghargaan kelompok). Hal ini berarti bahwa siswa mengerjakan tugas dalam kelompok yang terdiri dari dua tau lebih anggota kelompok. dalam kelompok, siswa termotivasi untuk saling membantu satu sama lain. Keberhasilan belajar bergantung pada usaha semua kelompok. semua anggota kelompok bertanggung jawab, baik secara kelompok atau individu.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Lie (2002:29) menjelaskan ada lima unsure dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :

1) Saling ketergantungan positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka

4) Komunikasi antar kelompok 5) Evaluasi proses kerja kelompok c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim (2000:7) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan, yaitu :

1) Hasil belajar akademik

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu 3) Pengembangan keterampilan sosial d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

(5)

e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Berbicara tentang macam-macam model pembelajaran kooperatif yang menurut penjelasan sebelumnya termasuk model pembelajaran efektif, penulis merangkum dari beberapa buku referensi. Beberapa pakar pembelajaran yang telah menulis buku tentang model pembelajaran kooperatif adalah Lie (2002); Slavin (1995); Zaini dkk (2004); De Porter & Hernaeki (2002); Dryden & Vos (2002); Meier (2003); De Porter dkk (2005). Dari buku-buku tentang model pembelajaran kooperatif yang ditulis oleh pakar pembelajaran tersebut, ada 20 (dua puluh) macam metode pembelajaran kooperatif. Akan tetapi, mengingat prinsip kemudahan dan kepraktisan dalam penerapannya, di bawah ini hanya dipilih 9 (sembilan) metode pembelajaran kooperatif. Kesembilan metode tersebut diterapkan dalam kegiatan Workshop Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Strategi Pembimbingan Kolaborasi Gurudalam Workshop. Di bawah ini diuraikan sembilan macam metode pembelajaran kooperatif tersebut. 1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)

2) Jigsaw

3) Mind Mapping

4) Think Pair and Share

5) Role Playing

6) Group Investigation

7) Demonstrasi

8) Gallery Walk

A. Stategi Kolaboratif Guru (Teaching Collaborative Strategy)

Istilah kolaboratif sebenarnya diambil dari istilah dalam model pembelajaran pannen (2001 = 67) menjelaskan bahwa belajar secara kolaboratif adalah model belajar yang ditandai oleh serangkaian kegiatan diskusi terhadap isu dan strategi pemecahan masalah. Di dalam model pembelajaran kooperatif setiap anggota bekerja sama untuk menentukan strategi dan cara untuk memecahkan kasus yang ditugaskan. Para anggota menetapkan keputusan bersama untuk mencari jalan keluar. Dialog antar anggota menimbulkan perasaan bahwa kegiatan adalah untuk bersama . Masing-masing anggota menguji idenya kepada mitranya maupun simulasi. Hal seperti ini sangat mendukung terjadinya proses pengembangan pengetahuan bersama, sekaligus pengembangan pengetahuan individu.

(6)

Dalam hal ini istilah kolaborasi yang sebenarnya merupakan sebuah model pembelajaran bagi peserta didik, dimodifikasi menjadi sebuah strategi peningkatan kemampuan guru terutama dalam pengelolaan pembelajaran, lebih fokus pada penerapan pembelajaran korporatif.

1. Karakteristik Strategi Kolaboratif

Strategi kolaboratif termasuk jenis strategi dalam pengembangan guru yang berbasis kerja kelompok, aktif, dinamis, dan produktif. Pannen (2001:67) mengemukakan ada empat macam karakteristik utama strategi pengembangan guru yaitu,

a. Guru bekerja dalam satu kelompok dan memiliki rasa saling ketergantungan (interdependent) dalam proses belajar, penyelesaian tugas kelompok mengharuskan semua kelompok bekerja sama.

b. Interaksi intensif secara tatap muka atau dimediasikan antar anggota kelompok. c. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap tugas yang

telah disepakati.

d. Anggota kelompok harus belajar dan memiliki keterampilan komunikasi interpersonal.

2. Aplikasi Strategi Kolaboratif Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif. Kondisi guru di SMP Negeri 1 Mertoyudan berdasarkan hasil analisis angket tentang jenis guru dan angket kolaborasi dan inovasi, menunjukan bahwa sebagian guru memiliki keinginan untuk secara bersama-sama ingin lebih maju, terutama dalam mrningkatkan kualitas prosesdan hasil pembelajaran. Akan tetapi, semangat guru untuk lebih maju, seperti yang ditulis lewat angket belum bias ditemukan dalam bentuk kenyataan (kondisi nyata). Data-data tentang kinerja prestasi guru terutama dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belum menunjukan hasil yang menggembirakan.

Berdasarkan data hasil penilaian kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diperoleh data 58,83% guru masih lemah dalam penyusunan RPP.Dari data supervisi akademik diperoleh data 67,86% guru belum berkualitas dalam melaksanakan pembelajaran. Yang lebih penting lagi berdasarkan data nilai Ulangan Akhir Semester dan Ulangan Umum Kenaikan Kelas, dua tahun terakhir ternyata daya serap dan ketuntasan belajarnya masih sangat rendah.

Dengan melihat kondisi seperti diuraikan di atas, penulis sebagai Kepala Sekolah merasa tertantang untuk mengujicobakan strategi kolaborasi guru, yang mermpunyai karakteristik kolegalitasdan produktivitas dalam memecahkan masalah pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dengan strategi ini diharapkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meningkat, ditandai dengan kualitas perencanaan pembelajaran (RPP) meningkat, pelaksanaan pembelajaran meningkat, hasil evaluasi baik penilaian proses, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, maupun Ulangan Umum Kenaikan Kelas juga meningkat.

Aplikasi strategi Kolaboratif Guru (SKG) dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan Workshop Standar Proses.Kegiatan Workshop dilakukan dalam dua bagian kegiatan, yaitu tahap pertama berupa Workshop dengan fokus kegiatan (1) kajian standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), (2) pengenalan Lesson Study, (3) proses menyusun RPP, (4) praktik menyusun media pembelajaran, (5) pengenalan model-model pembelajaran kooperatif. Kegiatan ini dipandu atau difasilitasi oleh Widya Iswara LPMP Jawa Tengah, yaitu Dra.Suminarsih M.Si.Guru-guru sebagai peserta Workshop secara kolaboratif sesuai kelompok mapel masing-masing melakukan kajian SI dan SKL, lesson study, dan juga secara kolaboratif praktis menyusun RPP dan media pembelajaran.

Aplikasi strategi kolaborasi Guru (SKG) berikutnya didahului dalam bentuk

(7)

Kerangka awal

Guru :

-Belum mampu menerapkan model kooperatif

-Kualitas pembelajaran rendah -motivasi untuk maju rendah -kolegalitas rendah

Siswa :

-Hail belajar ulha,UTS,UUKK rendah

-Motivasi belajar rendah

Tindakan

Menggunakan strategi Pembimbingan Kolaboratif Guru (SPKG)

Siklus I Strategi

PembimbingaKolaborasi Guru (SPKG) dalam Workshop dengan Real Teaching

Siklus II

Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru (SPKG) dalam Workshop dengan Real

Teaching

Kondisi

Akhir

-Guru terampil menerapkan metode pembelajaran kooperatif

-kualitas pembelajaran meningkat

-kolegalitas tinggi

-hasil belajar siswa meningkat

Kepala Sekolah dan pengawas sekolah, (2) praktik pembelajaran /real teaching

dengan menerapkan model pembelajaran Take in Pairs , Mind Mapping, Gallery Walk, Role Playing, Jigsaw, Problem Based Instruction (PBI), Demonstrasi, dan Group Investigation.Praktik mengajar dengan metode-metode tersebut secara kolaborasi sudah dibagi menurut karakteristik mata pelajaran, penentuan observer atau pengamat.

B. Kerangka Berpikir

v

Gambar 1.Kerangka Berpikir

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas dalam penelitian ini diajukan

hipotesis dengan berikut :

1. Strategi Pembimibingan Kolaborasi Guru (SPKG) dalam Workshop dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP.

(8)

3. Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru (SPKG) dalam Workshop melalui

Real – teaching dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan

model pembelajaran kooperatif.

Penelitian ini dilakukan dalam waktu satu setengah semester atau Sembilan bulan.Kegiatan ini dimulai bulan Juli 2009 dan berakhir bulan Maret 2010. Pelaksanaan tindakan sekolah yag berupa Strategi Kolaboratif Guru dalam Workshop dilaksaakan pada bulan Desember 2010, karena pada bulan ini termasuk bulan efektif untuk kegiatan pembelajaran. Selain itu, pada bulan Desember 2010, sudah direanakan di awal tahun pelaksaaan Workshop Standart Proses dalam rangka kegiatan pemanfaatan Dana Block Grant Sekolah Standart Nasional (SSN).

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mertoyudan. Tempat penelitian ini dipilih karena peulis yang mendapat tugas sebagai Kepala Sekolah bertugas atau bekerja di SMP Negeri 1 Mertoyuda. Dengan demikian peulis tidak perlu meninggalkan tugas karena untukkepentingan pengambilan data penelitian. Pertimbangan lain adalah, penulis ingin memperbaiki kinerja guru terutama dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Faktor lain yang menjadi alasan penelitin ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mertoudan adalah pembelajaran sebagai unsure utama kegiatan di sekolah.

Berdasarkandata supervise kunjungan kelas atau supervise akademik guru-guru di SMP Negeri 1 Mertoyudan dalam pelaksanaan pembelajaran masih belum optimal. Oleh karena itu, penelitian tentang pembelajaran terutama di SMP Negeri 1 Mertoyudanharus secara terus menerus dilakukan untuk perbaikan mutu pembelajaran.

Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SMP Negeri 1 Mertoyudan.Karakteristik guru bermacam- macam. Jumlah guru seluruhnya ada 26 Guru berstatus PNS ada 22 orang, guru berstatus GTT ada 4 orang. Menurut jenis kelamin guru laki-laki 12 orang, dan guru perempuan 14 orang. Berdasarkan usia guru yang berusia di atas 50 tahun 5 orang (19,23%), berusia 40-50 tahun ada 11 orang (42,31%), dan berusia 30-40 tahun ada 10 (38,46%).Guru yang menjadi model dalam peer teaching berjumlah 12 orang yang mewakili 12 mata pelajaran

Sumber data diambil dari nilai kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , nilai supervise lingkungan kelas oleh Kepala Sekolah, nilai Ulanan Akhir Kenaikan Kelas.

Sumber data yang lain diambil dengan lembar observasi oleh guru pengamat ketika guru model melakukan real-teaching atau praktik mengajar. Sumber data berikutnya adalah peserta didik .Data yan berasal dari peserta didik adalahmulaipre-tes dan post-tes selama pelakanaan pembelajaran.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik tes dan nontes.Teknik tes dilakukan pada tindakan siklus I dan pada tindakan siklus II.Tes pada setiap siklus dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes awal (pre-tes) dan tes akhir (post-tes).Untuk melihat tingkat keefektifan penerapan.Model atau metode pembelajaran kooperatif, nilai awal (pre-tes) dan nilai akhir (post-tes) dibandingkan untuk dihitung prosentase kenaikannya.

Teknik pengumpulan data yang kedua dengan cara nontes.Cara ini dilakukan dalam bentu observasi atau pengamatan.Setiap mata pelajaran menunjuk dua orang pengamat, satu Kepala Sekolah dan 1 orang pengawas.Panduan observasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

(9)

1 (satu) orang guru model, usaha penilaian juga hanya dilakukan pada satu mapel yaitu Bahasa Inggris.Tes pada tindakan siklus II dilakukan untuk 12 (dua belas mata pelajaran).

Selain alat pengumpul data yang berupa tes, juga berupa panduan observasi.Panduan observasi ini untuk mengamati dan menilai guru model ketika melakukan real teaching dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Cara meningkatkan validitas penelitian tindakan adalah meminimalkan subyektifitas melalui trianggulasi. Bentuk-bentuk trianggulasi adalah trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teoritis. Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, meliputi rentang waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama oleh beberapa peneliti/ pengamat sampai diperoleh data yang relative konstan. Trianggulasi teoritis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi berkaitan.

Data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi atau pengamatan, maka agar data valid divalidasi dengan cara trianggulasi baik waktu, peneliti maupun teoritis

Setelah data diperoleh baik dari angket maupun observasi/pengamatan, selanjutnya data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.Pada prinsipnya analisis data untuk mencari dan mengatur secara sistematis data yang terkumpul untuk kemudian disimpulkan. Analisis data secara deskriptif kualitatif, dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator yang terdapat dalam panduan observasi atau format pengamatan pelaksanaan pembelajaran guru dan format penilaian kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Indikator keberhasilan penelitian tindakan sekolah dengan judul “Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Strategi Pembimbingan Kolaboratif Guru (SPKG) adalah:

1. Kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meningkat dengan pencapaian skor 76 – 90 atau peringkat Baik.

2. Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran meningkat dengan pencapaian skor 76 – 90 atau peringkat Baik.

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masing-masing terdiri dari 4 (empat) tahap kegiatan, yaitu (1) perancangan planning, (2) pelaksanaan tindakan/acting, (3) pengamatan/observing, dan (4) refleksi/reflecting.

1. Prosedur Tindakan Siklus 1 a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus 1 dilakukan dengan :

1) Mengadakan rapat dengan seluruh dewan guru tentang permasalahan yang dihadapi terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran mengacu Standar proses.

2) Berkoordinasi dengan wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, penanggung jawab program Sekolah Standar Nasional (SSN), Koordinasi bidang Standar proses membahas tentang Rencana Kerja Sekolah yang berhubungan dengan penyelenggaraan Workshop Standar proses.

3) Menentukan struktur program dan desain workshop Standar proses, yaitu dengan fokus perbaikan kualitas pengelolaan pembelajaran terutama tahap perencanaan pembelajaran dan tahap pelaksanaan pembelajaran.

(10)

5) Tahap kedua, menggunakan teknik praktik pembelajaran (real teaching) baik dengan pola terbatas maupun pola lebih luas yang mencakup seluruh mata pelajaran.

6) Menentukan jadwal workshop yaitu : kajian SI dan SKL, lesson study, penyusunan RPP, dan pembuatan media pembelajaran, dilaksanakan hari Rabu, 23 Desember 2009. Pertemuan atau kegiatan kedua berupa workshop real teaching penerapan model pembelajaran kooperatif dilaksanakan pada hari Senin, 11 Januari 2010.

7) Menyiapkan proposal pelaksanaan workshop atau pelatihan di bawah bimbingan pengawas wilayah serta menyusun instrument penelitian beserta perlengkapan lainnya.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dalam bentuk real teaching

penerapan model pembelajaran koopeartif . Praktik pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif ini dilakukan secara berkolaborasi baik dalam menyusun perencanaan pembelajaran maupun ketika melakukan real teaching dalam workshop.

c. Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan cara :

1) Observasi atau penilaian terhadap dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Observasi atau penilaian terhadap praktik pembelajaran terutama difokuskan pada penggunaan metode kooperatif, dan pengguanaan alat bantu/media pembelajaran, dengan menggunakan pedoman penilaian pelaksanaan pembelajaran guru (IPKG).

d. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan dalam bentuk penyampaian kesan, dan pengalaman pembelajaran oleh guru model. Setelah guru model menyampaikan kesan dan pengalamannya ketika melakukan real teaching dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif , masing-masing guru yang menjadi pengamat secara bergantian menyampaikan hasil pengamatan, sekaligus penilaiannya. Dengan refleksi ini, diharapkan guru-guru model akan melakukan penyempurnaan pada kegiatan real-teaching berikutnya. Kekurangan-kekurangan atau kendala-kendala pembelajaran dapat disempurnakan pada taha refleksi dan bisa disempurnakan pada siklus yang kedua.

2. Prosedur Tindakan Siklus 2

a. Perencanaan Tindakan (Planning) hasil refleksi pada siklus 1 digunakan sebagai dasar menyusun perencanaan pada siklus 2. Kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Merumuskan bentuk atau desain pelatihan atau workshop berdasarkan data-data tentang kekurangan yang ditemukan pada siklus 1.

2) Menentukan metode atau teknik pelatihan, yaitu dengan bentuk real teaching yang lebih luas dan dilakukan secara kolaboratif.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahap pelaksanaan pada siklus 2, dilakukan dalam bentuk real teaching lebih luas yang dilakukan secara kolaboratif, baik antar guru dalam satu mata pelajaran atau antar guru mata pelajaran. Guru-guru yang pada tindakan siklus 1 sudah memiliki pengalaman karena mengamati temannya yang menjadi guru model. Guru-guru tersebut, yang berjumlah 12 orang, setiap guru mewakili mata pelajarannya, melakukan real teaching. Sebagai observer atau pengamat adalah satu guru sejenis/serumpun, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.Obsevasi Observasi pada tindakan siklus 2 dilakukan dalam bentuk :

(11)

2) Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif yang bervariasi, terutama difokuskan pada pengorganisasian peserta didik, metode, dan penggunaan alat bantu atau media pembelajaran.

3) Observasi terhadap keaktifan dan motivasi belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

c. Refleksi

Refleksi pada tindakan siklus 2 ini dilakukan dengan menganalisis hasil observasi terhadap tiga aspek, yaitu (1) kemampuan guru dalam menyusun RPP, (2) kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, (3) keaktifan dan motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Untuk selanjutnya dibuat kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan siklus 1 maupun siklus 2, atau disebut pra-tindakan. Data penilaian pra-tindakan diperoleh dari penilaian atau pengamatan terhadap dokumen perencanaan pembelajaran yang berupa RPP. Yang disusun oleh guru sebelum ada tindakan, data penilaian atau pengamatan terhadap pelaksanaan guru dalam pembelajaran sebelum tindakan yang diperoleh dari data supervisi akademik atau supervisi kunjungan kelas tahun 2009 sebelum ada tindakan.

Selain merupakan data penilaian yang berupa kemampuan guru dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, paad bagian ini juga dipaparkan data penelitian yang berupa tipe guru dan karakter juga yang meliputi kolaborasi, inovasi, dan kreativitas. Data penilaian tentang tipe guru dan karakter guru terutama berkaitan dengan budaya kolaborasi, inovasi, dan kreatif penting untuk dikaji pada kondisi awal (pra tindakan). Data ini dapat memberikan gambaran kepada Kepala Sekolah dalam mencari strategi pemecahan masalah. Pemilihan model pembelajaran kooperatif dan Strategi Kolaborasi Guru (Teachers Collaborative Strategy) sangat dipengaruhi oleh data penilaian tersebut.

Subjek penelitian pratindakan kolaborasi guru berhubungan dengan adalah 22 orang guru SMP Negeri 1 Mertoyudan. Angket kolaborasi guru terdiri dari 16 (enam belas pertanyaan) tentang atmosfir atau budaya guru di sekolah yang adalah budaya kolaborasi, inovasi, dan kreasi.

Angka persentase tentang budaya guru yang meliputi kolaborasi, inovasi, dan komitmen atau inisiatif, lebih besar. Secara berturut-turut budaya kolaborasi rata-rata 69,48%, inovasi rata-rata 75%, kreativitas rata-rata 68,18%, dan komitmen/tanggung jawab rata-rata 59,09%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar guru SMP N 1 Mertoyudan mempunyai karakter guru kolaboratif, inovatif, kreativitas, dan tanggung jawab dengan kategori cukup. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi kepala sekolah untuk mengembangkan guru lebih lanjut, terutama dalam peningkatan kemampuan guru berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran yang berbasis kolaborasi. Instrumen ada pada lampiran.

Guru – guru SMPN 1 Mertoyudan sebagian besar termasuk tipe 3, yaitu guru yang berkarakter fleksibel. Menurut teori psikologi tipe guru yang baik adalah sangat liberal. Angka persentase tipe 3 adalah 91%, tipe 2 adalah 9%. Dengan data ini dapat diketahui bahwa karakter guru-guru SMP N 1 Mertoyudan adalah kurang berani untuk berbeda pendapat, tidak kritis, kurang kuat menghadapi tekanan, dan cenderung mengikuti arus atau kemauan sebagian besar guru lainnya. Daftar angket ada pada lampiran penelitian ini.

(12)

dengan skor 58,83% dan 67,86%. Kondisi ini memberikan informasi kepada penulis bahwa kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran masih perlu untuk ditingkatkan.

Siklus 1 merupakan pemberlakuan tindakan penelitian pertama dengan menggunakan strategi pembimbingan kolaborasi guru berbentuk real – teaching. Ada 12 (dua belas) guru yang menjadi guru model dan diamati oleh guru – guru lain yang serumpun. Tahap – tahap pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:

a. Menentukan 12 orang guru yang akan melakukan real – teaching dalam Workshop Standar Proses. Guru yang menjadi guru model disepakati secara musyawarah dalam kelompok mata pelajaran masing – masing.

b. Panitia Workshop menyusun jadwal kegiatan real – teaching baik berhubungan dengan waktu, kelas yang digunakan, dan nama guru yang menjadi pengamat (observer).

c. Guru secara kolaborasi menyusun panduan/ format observasi.

d. Guru secara kolaborasi menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). e. Guru secara kolaborasi menyusun media dan lembar kerja siswa.

2. Tindakan (Action)

Tahap tindakan pada siklus 1 dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Guru melaksanakan real – teaching di kelas sesuai dengan jadwal mengajar dan Kompetensi Dasar masing –masing.

b. Guru pengamat melakukan observasi berdasarkan panduan lembar observasi yang disusun bersama.

c. Pengamatan atau observasi pembelajaran meliputi pengamatan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dan pengamatan pelaksanaan pembelajaran. Pada pengamatan pelaksanaan pembelajaran ada 2 (dua) hal yang diamati, yaitu (1) keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, (2) motivasi atau semangat guru dalam melaksanakan pembelajaran.

3. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi pada siklus 1 dilakukan sebagai berikut

a. Kepala sekolah, guru senior, dan pengawas mengamati kegiatan guru dalam menyusun RPP secara kolaboratif. Fokus pengamatan meliputi aktivitas noninstruksional dan aktivitas instruksional.

b. Kepala sekolah, guru senior, dan pengawas mengamati kegiatan real-teaching

pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif. Fokus pengamatan meliputi aktivitas noninstruksional dan aktivitas instruksional.

c. Hasil pengamatan yang berupa aktivitas non instruksional dianalisis kenaikannya disbanding dengan kondisi awal dan hasil pengamatan yang berupa aktivita instruksional dihitung skor pencapaian dan predikat kualitatifnya.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi siklus 1 ini semua guru model berkumpul secara pleno dengan pengamat (observer) yang difasilitasi kepala sekolah dan pengawas sekolah. Dari hasil refleksi, terutama pemaparan pengalaman guru model dan juga pemaparan observer ada beberapa hal yang diungkapkan, yaitu:

a. Guru merasa senang mengajar dengan metode kooperatif.

b. Sekolah diminta melengkapi sarana dan media pembelajaran untuk mendukung penggunaan metode pembelajaran yang bervarisasi dan inovatif.

c. Guru merasa belum terbiasa dengan persiapan penerapan model pembelajaran kooperatif karena persiapannnya baik yang berupa penyusunan RPP, pembuatan alat/media membutuhkan waktu yang lama dan persiapan yang matang.

d. Guru dalam melaksanakan pembelajaran belum sepenuhnya sesuai dengan scenario dalam RPP.

(13)

A. Deskripsi Hasil Siklus 2

Berdasarkan deskripsi pada siklus 1 yang sudah dibahas di atas, dapat diperoleh data bahwa pembimbingan kolaborasi guru dapat meningkatkan kemampuan guru dapat dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Peningkatan terjadi pada aktivitas noninstruksional dan aktivitas instruksional pada penyusunan RPP maupun real – teaching pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif. Beberapa hal penting berdasarkan refleksi pada siklus 1 menjadi pertimbangan dalam melaksanakan tindakan pada siklus 2. Tahap – tahap kegiatan pada tindakan siklus 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:

a. Masing – masing kelompok mata pelajaran menyepakati guru model yang melakukan real – teaching.

b. Guru model dengan bimbingan guru senior dan kepala sekolah, serta pengawas menyusun RPP. Kompetensi Dasar yang dipilih sesuai dengan program pembelajaran sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran yang sudah diprogramkan.

c. Guru model dengan bimbingan guru senior, kepala sekolah, dan pengawas sekolah menyusun alat bantu/ media pembelajaran yang akan digunakan untuk real – teaching dalam Workshop Standar Proses.

2. Tindakan (Action)

Tahap tindakan (action) dalam siklus 2 dilakukan sebagai berikut :

a. Guru model melaksanakan real-teaching dengan menerapkan di antara 8 (delapan) macam metode pembelajaran kooperatif, yaitu metode (1) demonstrasi, (2) jigsaw, (3) think pair share, (4) gallery walk, (5) problem based instruction,(6) mind mapping, (7) role playing, dan (8) group investigation.

b. Guru model menerapkan 5 (lima) tahap utama dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (1) presentasi kelas, (2) pembentukan kelompok, (3)kerja kelompok, (4) kuis, (5) penghargaan.

c. Guru model memanfaatkan alat bantu, alat peraga, dan media yang ada di sekolah, antara lain LCD, VCD, peta, internet, alat peraga IPA,dll.

3. Observasi (observing)

Pada tahap ini kepala sekolah, guru mitra, dan pengawas bertindak sebagai pengamat. Kegiatan pengamatan berpedoman pada lembar observasi aktivitas noninstruksional dan aktivitas instruksional.

4. Refleksi

(14)

B. Pembahasan Antar Siklus

Berdasarkan tab aktivitas instruksional dan aktivitas noninstruksional baik pada saat penyusunan RPP maupun real teaching pelaksanaan pembelajaran, seperti dipaparkan hasil tindakan siklus 1 dan siklus 2 dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada tindakan siklus 1 yang dilakukan dengan Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru dalam Workshop terutama dalam pembimbingan penyusunan RPP dan real teaching pelaksanaan pembelajaran, ada sebuah hasil atau perkembangan yang cukup menggembirakan. Guru-guru yang pada kondisi awal banyak mengalami masalah pembelajaran, terutama kualitas perencanaan pembelajaran yang rendah, pada siklus 1 terjadi perubahan yang positif. Perubahan ini terjadi pada aktivitas noninstruksional dan aktivitas instruksional, terutama berkaitan dengan kegiatan penyusunan RPP dan real teaching pelaksanaan pembelajaran persentase peningkatan skor dari kondisi awal dibandingkan hasil tindakan siklus .

Berkaitan dengan penyusunan RPP terjadi peningkatan aktivitas noninstruksional sebesar 23,34% dan aktivitas instruksional terjadi peningkatan rata-rata nilai sebesar 14,96. Begitu pula pada real teaching pelaksanaan pembelajaran dari kondisi awal ke siklus 1 terjadi peningkatan aktivitas noninstruksional sebesar 31,67 % dan aktivitas instruksional terjadi peningkatan rata-rata nilai sebesar 14,88.

Pada tahap siklus 1, meskipun sudah terjadi peningkatan seperti di atas, ternyata ada beberapa kendala yang dihadapi guru model yaitu :

1. Guru model mengalami kekurangan waktu untuk persiapan pelaksanaan real teaching.

2. Guru model merasa belum terbiasa dengan kegiatan kolaborasi maupun metode pembelajaran kooperatif.

3. Sarana atau media pembelajaran di sekolah belum digunakan secara optimal. Dari beberapa kendala pada siklus 1 tersebut, guru model melakukan kegiatan yang sama pada siklus 2, tetapi dengan waktu persiapan yang lebih matang, kepala sekolah member motivasi kepada guru model, dan juga pihak sekolah memfasilitasi media atau alat peraga yang dibutuhkan guru model. Dengan beberapa penyempurnaan tersebut ternyata aktivitas noninstruksional dan instruksional pada penyusunan RPP dan

real teaching pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah, dan pelaksanaan tindakan dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :

1. Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru pada Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif.

2. Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru dapat meningkatkan aktivitas baik instruksional maupun noninstruksioanl terutama dalam kegiatan penyusunan RPP dan real teaching pelaksanaan pembelajaran.

3. Peningkatan aktivitas instruksional maupun noninstruksional dengan terjadinya perkembangan skor pada siklus 1 dan siklus 2 dibandingkan kondisi awal.

(15)

Berdasarkan pengalaman penulis ketika mengadakan penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Apabila di sekolah terjadi masalah pembelajaran, terutama guru belum mampu mengelola

pembelajaran, penulis menyarankan untuk diadakan solusi dalam bentuk Workshop Standar Proses.

2. Hendaknya workshop dirancang dengan tahap-tahap seperti penelitian tindakan sekolah agar dapat diamati perubahannya.

(16)

Peningkatan Kemampuan Guru

Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif

Melalui Strategi Pembimbingan Kolaborasi Guru

Di SMP Negeri 1 Mertoyudan

Kabupaten Magelang

Tahun Pelajaran 2009/2010

Oleh : Mustakim, S.Pd., M.Pd.

Gambar

Gambar 1.Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

a) Melakukan pendampingan dalam meningkatakan kemampuan guru menyusun administrasi perencanaan pembelajaran; b) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan guru dalam

Aspek dari model multileterasi genre teks ini juga mencakup empat kegiatan yaitu: (1) penyampaian materi pembelajaran yang akan dipelajari, (2) penampilan beberapa contoh

7 5 Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di sekolah atau mata pelajaran Kemampuan Membimbing guru

Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 14 (2) : 99-112 111 Pengembangan media pembelajaran Articulate Storyline kurikulum 2013 berbasis kompetensi peserta

120 Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 14 (2) : 113 – 121 Berkaitan dengan hal tersebut berarti bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik

menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, 6) mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan

Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Kemampuan guru dalam mengajar pada Aspek Perencanaan, Pelaksanaan, Penilaian Hasil Belajar dan Pengawasan Proses Pembelajaran Pembahasan Dari paparan

Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Kemampuan guru dalam mengajar pada Aspek Perencanaan, Pelaksanaan, Penilaian Hasil Belajar dan Pengawasan Proses Pembelajaran Pembahasan Dari paparan