• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI LKPJ ATA 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB VI LKPJ ATA 2012"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

VI-1 BAB VI

PENYELENGGARARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

A. KERJASAMA ANTAR DAERAH 1. Kebijakan dan Kegiatan

Pasal 195 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penyediaan pelayanan publik, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan daerah lainnya atau bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan, yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah.

Kerjasama antar daerah merupakan sarana untuk memantapkan hubungan dan keterikatan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah dan mensinergikan potensi antar daerah.

Dengan memperhatikan esensi penyelenggaraan kerjasama termaksud, maka kebijakan kerjasama antar daerah diarahkan pada peningkatan kerjasama untuk menciptakan sinergitas antar daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, baik yang dilaksanakan secara bilateral maupun regional sesuai dengan arah kebijakan pembangunan kewilayahan.

2. Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

a. Kegiatan Pengembangan Kerjasama Antar Daerah dengan alokasi anggaran sebesar Rp.500.000.000,-, realisasi keuangan sebesar Rp.455.236.000,- atau 91%. Adapun Keluaran dari kegiatan ini terdiri dari :

(2)

VI-2 Tahun 2013, Keputusan Bersama tentang Program Kerjasama Pembangunan Tahun 2013, dan Rekomendesi di bidang ekonomi dan keuangan, lingkungan dan infrastruktur, kesejahteraan sosial dan bidang pemerintahan kepada Pemerintah

2) Pemerintah Provinsi Jawa Barat turut aktif dalam serangkaian kegiatan forum kerjasama Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Tahun 2012 yang telah menghasilkan program kerja APPSI Tahun 2013 yang diantaranya program kerja Rapat Kerja Nasional APPSI pada bulan Juni tahun 2013 serta Fasilitasi kerjasama antar daerah provinsi dalam Forum APPSI yang lebih bersifat kebijakan (rekomendasi) dalam kerangka implementasi otonomi daerah;

3) kemudian Pemerintah Provinsi Jawa Barat berperan aktif dalam Forum kerjasama lingkup Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur yang telah menghasilkan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama wilayah Jabodetabekjur tentang Pembangunan Jalur Busway Koridor Utama Regional Jakarta-Bekasi Dan Jakarta-Tangerang, Pemulangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Pmks) Jalanan Provinsi Dki Jakarta Ke Daerah Asal Di Provinsi Jawa Barat, serta dalam bidang Pendidikan dan Kesehatan lintas batas di wilayah Perbatasan Jabodetabekjur.

Pada kesempatan ini, perlu disampaikan keluaran kerjasama antar daerah pada Tahun 2012, sebagai berikut :

1) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa Barat tentang Pengembangan Puskesmas Menjadi Puskesmas Berfungsi Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED) di Jawa Barat.

2) Tersedianya naskah Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa Barat tentang Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Barat.

3) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tentang Pengembangan Puskesmas Menjadi Puskesmas Berfungsi Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (Poned) Di Jawa Barat Tahun 2012.

(3)

VI-3 5) Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Penegakan Peraturan Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Jawa Tengah.

6) Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Pemerintah Provinsi Banten Tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Penegakan Peraturan Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Banten. 7) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan

Pemerintah Provinsi Banten Tentang Penanganan Gangguan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Pelanggaran Peraturan Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Banten.

8) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Pemerintah Provinsi Dki Jakarta Tentang Penanganan Gangguan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Pelanggaran Peraturan Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Dki Jakarta. 9) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tentang Penanganan Gangguan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Pelanggaran Peraturan Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Jawa Tengah.

10) Perjanjian Kerjasama Antara Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Dki Jakarta, Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Kota Bekasi, Dan Pemerintah Kota Tangerang Tentang Pembangunan Jalur Busway Koridor Utama Regional Jakarta-Bekasi Dan Jakarta-Tangerang

11) Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Kuningan, Bupati Cirebon,Walikota Cirebon, Bupati Ciamis, Bupati Cilacap, Walikota Banjar, Bupati Brebes Dan Bupati Majalengka Tentang Badan Kerjasama Antar Daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Kuningan, Cirebon, Ciamis, Cilacap, Majalengka, Brebes Dan Banjar.

(4)

VI-4 b. Kegiatan Fasilitasi kegiatan Rapat Kerja Gubernur Mitra Praja Utama XII Tahun 2012 dengan alokasi anggaran sebesar Rp.750.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.730.100.000,- atau 97%. Adapun keluaran dari kegiatan ini yaitu berupa fasilitasi pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pribumi penyelenggaraan Rapat Kerja Gubernur Mitra Praja Utama XII Tahun 2012, yang menghasilkan Keputusan Bersama Gubernur anggota MPU tentang jadwal Rapat Kerja Gubernur Anggota FKD MPU Tahun 2013, Keputusan Bersama tentang Program Kerjasama Pembangunan Tahun 2013, Rekomendesi di bidang ekonomi dan keuangan, lingkungan dan infrastruktur, kesejahteraan sosial dan bidang pemerintahan kepada Pemerintah.

3. Permasalahan dan Solusi

a. Adanya inkonsistensi ketidakselarasan antara peraturan perundang-undangan yang mengatur kerjasama daerah dengan peraturan perundang-undangan sektoral. Solusi peningkatan konsultasi kepada Pemerintah Pusat dan koordinasi antar organisasi perangkat daerah pelaksana kerjasama.

b. Perlu dioptimalkan peran Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah baik di lingkungan provinsi maupun kabupaten/kota.Solusi intensifikasi pembinaan dan koordinasi dalam pelaksanaan kerjasama khususnya di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. c. Keterbatasan sumber daya manusia pengelola kerjasama baik secara kualitas

maupun kuantitas. Solusi peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola kerjasama dan optimalisasi peran Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah baik di lingkungan provinsi maupun kabupaten/kota.

d. Belum tersedianya Rencana Induk Kerjasama antar Daerah untuk percepatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan publik. Solusi Penyusunan Rencana Induk Kerjasama antar Daerah untuk percepatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan publik;

B. Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga 1. Kebijakan dan Kegiatan

(5)

VI-5 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kerjasama Daerah, disamping itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kerjasama Daerah.

2. Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan kerjasama dengan pihak ketiga, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.400.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.395.725.000,- atau 98,93%. Hasil pelaksanaan kegiatan adalah terfasilitasinya kerjasama yang diajukan oleh OPD di lingkungan Pemerintah Jawa Barat dengan pihak ketiga dan tercapainya target setiap OPD yang melibatkan atau yang bekerja sama dengan pihak ketiga dalam melaksanakan kegiatan/program yang dimiliki setiap OPD, terselenggaranya bimbingan teknis/advokasi tata cara penyusunan anggaran kerjasama daerah, tersusunnya kajian akademis ajian Akademis Pengembangan Kerjasama Publik Private Partner Ship dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Tol BIUTR, Soroja dan Cisundawu dan Kajian tentang Pemanfaatan Aset sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah melalui mekanisme Kerjasama.

Adapun dalam pelaksanaan kerjasama daerah dengan pihak ketiga, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah memfasilitasi 25 (dua puluh lima) naskah kerjasama daerah dengan Pihak Ketiga, sebagai berikut :

a. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bogor, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dan PT. Cibinong

Center Industrial EstateTentang Penyediaan Akses Jalan Menuju Tempat Pengolahan Dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Di Desa Nambo Dan Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

b. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Tentang Konservasi Sumberdaya Air Di Daerah Aliran Sungai Citarum.

c. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang Pengembangan, Pembinaan dan Perlindungan Bahasa dan Sastera.

d. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung dan Institut Teknologi Bandung tentang Penataan Seputar Kampus Institut Teknologi Bandung.

(6)

VI-6 f. Perjanjian Kerjasama Antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tentang Pembangunan

Shortcut Jalur Kereta Api Cibungur-Tanjungrasa.

g. Kesepakatan Bersama Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Kuningan, Pemerintah Kabupaten Brebes Tentang Pembangunan Bendungan Kuningan Di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.

h. Perjanjian Kerjasama Antara Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Pemerintah Kabupaten Garut Tentang Penanganan Dan Penyelesaian Pembangunan Daerah Irigasi Leuwi Goong Di Kabupaten Garut. i. Perjanjaan Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan PT. Bank

Pembangunan Daerah Jawa Barat Dan Banten Tenang Pengelolaan Kas Umum Daerah.

j. Perjanjian Kerjasama UNPAD dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pelatihan dan Fasilitasi Program Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) serta Pelatihan dan Fasilitasi Pengolahan Hasil Pertanian (PHP) dalam Kegiatan Program Hibah Kompetisi Institusi (PHKI).

k. Kesepakatan Bersama Pembangunan/Pengembangan di Wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur Sebagai Dampak Pembangunan PLTA

Upper Cisokan Pumped Storage.

l. Perjanjian Kerja Sama Antara Kementerian Pertanian, Kerjasama Tentang Pelaksanaan Program Uji Zuriat Sapi Perah Nasional Periode II.

m. Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) Tentang Penyusunan Kriteria Indikator Green Province Jawa Barat

n. Perjanjian Kerjasama Antara Jhpiego, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung, Pemerintah Kabupaten Cirebon, Pemerintah Kabupaten Bogor, Pemerintah Kabupaten Karawang, Dan Pemerintah Kabupaten Indramayu, Tentang Pelaksanaan Program Expanding Maternal And Newborn Survival (Emas) Di Jawa Barat.

o. Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tentang Penanganan Perkara Bidang Hukum Perdata dan Hukum Tata Usaha Negara di Luar dan di Dalam Pengadilan.

p. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Tentang Pemberian Beasiswa Pendidikan Kepada Masyarakat Jawa Barat Dan/Atau Pegawai Negeri Sipil Provinsi Jawa Barat q. Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan ITB Tentang Bidang

(7)

VI-7 r. Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Perhubungan tentang Pembangunan dan Penyelenggaraan Bandar Udara Baru di Kabupaten Majalengka.

s. Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung, Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kota Cimahi, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Dan Pemerintah Kabupaten Sumedang, Tentang Pelaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sehari-Hari (Spgdt-S) Di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat Dan Kabupaten Sumedang.

t. kesepakatan bersama antara Karang Taruna Provinsi Jawa Barat dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.

u. Addendum Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Perum Bulog Divisi Regional Jawa Barat Tentang Subsidi Operasi Pasar Murah Kebutuhan Pokok Masyarakat.

v. Addendum Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Dan Banten, Tbk. TentangPengelolaan Dana Bergulir Bagi Usaha Mikro Dan Kecil.

w. Addendum Perjanjina Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Tritunggal Lestari Makmur tentang Pembangunan, Pengelolaan dan Penyerahan (Build, Operate and Transfer/BOT) aset Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupa lahan yang terletak dijalan Diponegoro Nomor 27 dan Jalan Surapati Nomor 6 Bandung.

x. Perjanjian antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Pakar Indah tentang kerjasama Bangun Guna Serah (Build, Operate and Transfer/BOT) aset milik /dikuasai Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupa lahan lapang Golf yang terletak di Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik Kota Bandung.

y. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tentang Pelaksanaan Program 300 Doktor Luar Negeri Bagi Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat.

z. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero) Dengan Tentang Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Dan Rawat Inap Bagi Peserta Askes Sosial.

3. Permasalahan dan Solusi

(8)

VI-8 pelaksanaan kerjasama daerah. Solusi, peningkatan koordinasi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana kerjasama serta konsultasi dengan Pemerintah;

b. Belum seluruh kementerian mengetahui dan memahami tentang peraturan kerjasama yang telah dibuat oleh pihak kementerian dan telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang tanpa terlebih dahulu dibahas dengan pemerintah provinsi. Solusi, peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola kerjasama baik di Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten/kota melalui sosialisasi peraturan perundang-Undangan tentang kerjasama daerah;

c. Keterbatasan anggaran untuk membiayai pelaksanaan kerjasama. Solusi, mengusulkan anggaran yang diperlukan, baik yang bersumber dari APBD maupun APBN.

d. Masih kurangnya minat swasta untuk melakukan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan Pelayanan Publik di dalam pembangangunan ekonomi khususnya tentang investasi swasta pada bidang bidang infrastruktur di Provinsi Jawa Barat.

C. Kerjasama Pembangunan 1. Kebijakan dan Kegiatan

Pasal 195 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penyediaan pelayanan publik, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan daerah lainnya atau bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan, karena hubungan luar negeri masih menjadi domain dari Pemerintah Pusat maka ada Undang-Undang nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri serta dalam pembentukan perjanjian ada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Sebagai pedoman pelaksanaan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri selain itu ditambah dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 09/A/KP/XII/2006/01 tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah.

(9)

VI-9 yang diantaranya mengatur bahwa pembinaan dan pengawasan kerja sama Pemerintah Daerah Pihak Luar Negeri dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, dan pembinaan dan pengawasan kerja sama Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan oleh Gubernur.

Kerjasama antar daerah baik di dalam maupun di luar negeri pada hakikatnya merupakan sarana untuk memantapkan hubungan dan keterikatan antara daerah di luar negeri dan badan/lembaga luar negeri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan dengan rencana pembangunan daerah dan mensinergikan potensi antar daerah.

Dengan memperhatikan esensi penyelenggaraan kerjasama termaksud, maka kebijakan kerjasama antar daerah dan badan lembaga luar negeri diarahkan pada peningkatan kerjasama untuk menciptakan sinergitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan antara Provinsi, Kabupaten dan Kota.

2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Sesuai dengan arah kebijakan termaksud, telah dilakukan kegiatan Revitalisasi Kerjasama dengan Salah Satu Provinsi di Wilayah Asia dan Penjajakan Kerjasama di Wilayah Afrika Selatan serta Kegiatan Fasilitasi dan Evaluasi Kerjasama antar Pemerintah dan dengan Badan/Lembaga Luar Negeri, dengan hasil sebagai berikut :

a. Kegiatan Revitalisasi Kerjasama dengan Salah Satu Provinsi di Wilayah Asia dan Penjajakan Kerjasama di Wilayah Afrika Selatan:

1) Revitalisasi kerjasama dengan salah satu provinsi di wilayah Asia dilakukan melalui kunjungan kerja delegasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat ke Provinsi Chiang Rai, Kerajaan Thailand. Hasil dari kunjungan tersebut adalah Draft

Agreed Minutes antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Chiang Rai untuk bertukar pengetahuan dan tenaga ahli dalam bidang pertanian, pendidikan, budaya dan pariwisata, perdagangan dan industri, Penawaran beasiswa untuk 2 (dua) orang per tahun serta Intensive Training Program for Tourism Hospitality Industry untuk 10 (sepuluh) orang selama 1½ bulan dari Universitas Mae Fah Luang, promosi potensi Jawa Barat melalui Indonesian Corner di lingkungan Universitas Mae Fah Luang, dan

Transfer of Knowledge tentang pengelolaan organic farm.

(10)

VI-10 Diplomatic & Executive Networking Centre (DENC) tentang Penguatan Kerjasama di Bidang Perdagangan dan Perekonomian, Business Forum

antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Pengusaha Provinsi Mpumalanga dan Limpopo dan pengusaha Jawa Barat, serta data peluang kerjasama antara Provinsi Jabar dan Limpopo.

3) Rapat Koordinasi Kerjasama Luar Negeri tentang Prospek Kerjasama dengan Provinsi Chiang Rai, Thailand & Provinsi di Afrika Selatan dan Rapat Koordinasi dalam rangka revitalisasi kerjasama dengan salah satu Provinsi di Wilayah Asia & Penjajakan Kerjasama di Wilayah Afrika Selatan.

4) Kajian Pakar Pengembangan Kerjasama Luar Negeri melalui Kerjasama Sister Province Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi di Afrika Selatan dalam Penguatan Kerjasama Pembangunan Ekonomi guna Meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah.

b. Kegiatan Fasilitasi dan Evaluasi Kerjasama antar Pemerintah dan dengan Badan/Lembaga Luar Negeri:

1) Fasilitasi Implementasi kerjasama antara Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, Kementerian Agama dengan Lembaga Pemerintah Amerika Serikat Peace Corps dalam Bidang Pengajaran Bahasa Inggris dan Pelatihan Guru Bahasa Inggris.

2) Kerangka Acuan Kerja Program USAID PRIORITAS antara Pemprov Jabar dan USAID tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar di Jawa Barat. 3) Monitoring ke Kabupaten/Kota dalam rangka Inventarisir dan Evaluasi

Kerjasama Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah/Badan/Lembaga di Luar Negeri.

4) Kajian Pemetaan Potensi Unggulan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Jawa Barat.

5) Nota Pernyataan Kehendak Rencana Kerjasama Bidang Infrastruktur antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Intercorp International Limited, Amerika Serikat, dan New Frontiers Resources, Lebanon.

6) Rapat Koordinasi Kerjasama Luar negeri: Sosialisasi Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri serta prosedur izin perjalanan dinas Luar Negeri.

3. Permasalahan dan Solusi

(11)

VI-11 penanggungjawab urusan hubungan luar negeri untuk menghindari multitafsir peraturan perundang-undangan secara berkesinambungan.

b. SDM pengelola kerjasama baik di tingkat provinsi maupun di Kabupaten/Kota di Jawa Barat perlu ditingkatkan. Solusi peningkatan kapasitas aparatur pengelola kerjasama secara berkesinambungan melalui kegiatan sosialisasi peraturan perundang-undangan kerjasama luar negeri, advokasi teknis mengenai tatacara/prosedur dalam penyelenggaraan kerjasama luar negeri guna terciptanya suatu mekanisme pengelolaan kerjasama yang mampu menjaring mitra kerjasama yang potensial dengan kapabilitas dan kompetensi yang sesuai dan pertukaran informasi/pengetahuan dengan melakukan kunjungan kerja ke provinsi di Indonesia yang telah berhasil dalam menjalin kemitraan dengan pihak pemerintah di luar negeri maupun dengan badan/lembaga luar negeri.

c. Pengorganisasian dan pelaksanaan penyelenggaraan kerjasama luar negeri masih belum tertata dengan baik serta terkoordinasi di dalam satu atap baik di lingkup OPD maupun Pemerintah Kota/Kabupaten. Solusi peningkatan koordinasi antar pengelola kerjasama luar negeri di lingkungan Provinsi Jawa Barat untuk meciptakan sinergi dan harmonisasi program dan menciptakan jejaring pengelola kerjasama luar negeri.

d. Kurangnya komitmen untuk menindaklanjuti kerjasama yang telah dijalin oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui alokasi anggaran dan kegiatan yang konkrit baik di lingkup OPD maupun Pemerintah Kota/Kabupaten sehingga kerjasama cenderung berjalan stagnan. Solusi perlu adanya komitmen dan Political Will yang kuat dari Pimpinan untuk merealisasikan kerjasama yang telah dijalin dan juga komitmen dari OPD serta Pemerintah Kota/Kabupaten melalui pengalokasian anggaran kegiatan.

D. Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Provinsi 1. Kebijakan dan Kegiatan

(12)

VI-12 secara efektif di seluruh wilayah Indonesia. Penyerahan urusan pemerintahan yang sebagian besar diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota menuntut Pemerintah untuk memastikan bahwa kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan tersebut sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menempatkan posisi gubernur selaku kepala daerah provinsi sekaligus berkedudukan sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi. Dalam hal ini gubernur mempunyai fungsi menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan di wilayah provinsi.

Dalam Pasal 38 Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi mempunyai tugas dan wewenang: a) pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota; b) koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan kabupaten/kota; c) koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota. Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakili Pemerintah mempunyai tugas: a) menjaga kehidupan berbangsa, bernegara dalam rangka memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b) menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila dan kehidupan demokrasi; c) memelihara stabilitas politik; dan d) menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

(13)

VI-13 bagian dari Program Penguatan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan Kegiatan Penyelenggaraan Hubungan Pusat Dan Daerah serta Kerjasama Daerah.

Penguatan fungsi gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi juga dimaksudkan memperkuat hubungan antar tingkatan pemerintahan. Dalam pelaksanaan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah, maka hubungan antara gubernur dengan bupati/walikota bersifat bertingkat, dimana gubernur dapat melakukan peran pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebaliknya bupati/walikota dapat melaporkan permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, termasuk dalam hubungan antar kabupaten/kota.

Penyelenggaraan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 118-026 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Dekonsentrasi Kegiatan Peningkatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi Tahun Anggaran 2012 dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun Anggaran 2012 Provinsi Jawa Barat, dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan.

Program dan kegiatan dimaksud meliputi:

a. Fasilitasi forum koordinasi pimpinan daerah dalam wewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

b. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan umum di wilayah provinsi;

c. Fasilitasi kesekretariatan gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi; d. Koordinasi perencanaan dan pelaporan kinerja penyelenggaraan urusan

pemerintah di wilayah provinsi;

e. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan pembangunan daerah; f. Koordinasi pengendalian dan pelaporan administrasi keuangan dan aset

pemerintah di wilayah provinsi;

g. Pengendalian urusan pemerintah di wilayah provinsi; dan

(14)

VI-14 2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Realisasi pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Peningkatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi pada satuan kerja Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat adalah terselenggaranya rapat pimpinan daerah dalam mewujudkan Ketentraman dan ketertiban masyarakat, terselenggaranya rapat koordinasi penyelenggaraan pemerintahan umum di wilayah Provinsi dengan pokok bahasan batas daerah, pertanahan, kerjasama daerah, otonomi daerah dan Standar Pelayanan Minimum (SPM), terselenggaranya rapat fasilitasi kesekretariatan gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi, terselenggaranya rapat koordinasi perencanaan dan pelaporan kinerja penyelenggaraan urusan Pemerintah di wilayah Provinsi, terselenggaranya rapat koordinasi pengendalian dan pelaporan administrasi keuangan dan aset Pemerintah di wilayah Provinsi, terselenggaranya rapat pengendalian penyelenggaraan urusan Pemerintah di wilayah Provinsi dan terselenggaranya rapat penegakan peraturan perundang-undangan.

3. Permasalahan dan Solusi

Pelaksanaan tugas gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi masih lemah. Salah satu faktor utama yang menyebabkan lemahnya pelaksanaan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi adalah keterbatasan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disediakan untuk mendanai pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil Pemerintah. Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Peningkatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi satker Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat adalah keterlambatan dalam penetapan RKAKL menyebabkan kegiatan perencanaan (musrenbangprov) tidak dapat dilaksanakan, belum ada ketentuan yang mengatur mengenai penyampaian laporan keuangan (SAI) dari satker instansi vertikal ke gubernur selaku wakil Pemerintah di daerah, jumlah satker yang ada di Jawa Barat sebanyak 1114 satker sedangkan dalam juklak DIPA/RKAKL hanya dialokasikan untuk 60 satker.

(15)

VI-15 E. Pembinaan Batas Wilayah

1. Kebijakan dan Kegiatan

Landasan kebijakan dalam pelaksanaan batas daerah, sebagai berikut : a. Undang Undang yang berlaku sebagai Lex Generalis, yaitu Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan acuan dasar dan umum terkait segala hal pemerintahan daerah;

b. Undang Undang yang berlaku sebagai Lex Specialis, yaitu berbagai undang-undang tentang Pembentukan Daerah Otonom;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2002 jo Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Daerah;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Ketelitian Peta Tata Ruang;

e. Peraturan Daerah/Peraturan Pemerintah yang terkait dengan Pembentukan Wilayah Tingkat Kecamatan/Desa;

f. Kesepakatan Antar Daerah Tentang Batas;

g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah; dan

h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 Tentang Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, menyatakan bahwa Penegasan Batas Daerah adalah kegiatan penentuan batas secara pasti di lapangan yang dititikberatkan pada upaya mewujudkan batas daerah yang jelas dan pasti, baik dari aspek yuridis maupun fisik di lapangan serta dilakukan dalam rangka menentukan letak dan posisi batas secara pasti di lapangan sampai dengan titik koordinat di atas peta.

Beberapa prinsip pokok penegasan batas daerah, yaitu mewujudkan batas antar daerah yang jelas dan pasti baik dari aspek yuridis maupun fisik di lapangan, berpedoman pada batas-batas daerah tersebut dalam undang-undang pembentukannya daerah, melalui tahapan yang disepakati, dilakukan oleh Tim Penegasan Batas Daerah (PBD) Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota serta penyelesaian perselisihan batas daerah antar provinsi, dan kabupaten/kota.

(16)

VI-16 mempermudah koordinasi pelaksanaan pembangunan maupun pembinaan kehidupan masyarakat di wilayahnya. Jadi kunci suksesnya adalah kesepakatan.

Peran Pemerintah Provinsi adalah memfasilitasi penegasan batas daerah, melaksanakan penegasan batas daerah, memfasilitasi penyelesaian perselisihan batas daerah dan koordinator Tim Penegasan Batas Daerah yang bersangkutan.

Provinsi Jawa Barat terdiri dari 26 kabupaten/kota memiliki 65 segmen perbatasan, baik yang berbatasan antar kabupaten/kota di Jawa Barat maupun antar kabupaten/kota di Jawa Barat dengan kabupaten/kota di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Dari 65 segmen batas yang sudah mendapatkan penetapan dari Menteri Dalam Negeri, baru 22 segmen yang sudah ditetapkan. Jadi masih terdapat 43 segmen yang belum ditetapkan.

2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Perkembangan penyelesaian penegasan batas daerah di Provinsi Jawa Barat, dari 48 segmen batas daerah yang belum ditetapkan tersebut secara bertahap telah dilaksanakan penegasan batas secara pasti di lapangan dan diajukan kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan penetapan.

Segmen batas daerah yang sudah ditetapkan sebanyak 22 segmen, sebagai berikut:

No Segmen Status Panjang

Batas 1. Kab. Ciamis Kab. Cilacap Prov.Jateng Permendagri

No. 2 Tahun 2009

±61.2498 KM

2. Kab. Cirebon Kab. Brebes Prov.Jateng Permendagri No. 2 Tahun 2009

±31.5795 KM

3. Kota Banjar Kab. Cilacap Prov.Jateng Permendagri No. 2 Tahun 2009

+ 20.5017 KM

4. Kab. Kuningan Kab. Brebes Prov.Jateng Permendagri No. 2 Tahn 2009

+ 29.8701 KM

5. Kab. Kuningan Kab. Cilacap Prov.Jateng Permendagri No. 2 Tahun 2009

+ 19.3695 KM

6. Kab. Kuningan Kabupaten Majalengka Permendagri No.14 Tahun 2009

+34.4655 KM

7. Kab. Subang Kabupaten Sumedang Permendagri No.13 Tahun 2008

+ 46.4979 KM

8. Kab. Majalengka Kabupaten Sumedang Permendagri No.13 Tahun 2008

+ 84.1491 KM

9. Kab. Indramayu Kabupaten Sumedang Permendagri No.13 Tahun 2008

+ 43.2234 KM

10. Kab. Garut Kabupaten Sumedang Permendagri No.13 Tahun 2008

(17)

VI-17 11. Kab. Bandung Kabupaten Sumedang Permendagri No.13

Tahun 2008

+ 44.9661 KM

12. Kab. Ciamis Kabupaten Kuningan Permendagri No.14 Tahun 2009

+ 27.8388 KM

13. Kab. Cirebon Kabupaten Indramayu Kepmendagri No.246 Th 2004

+ 41.2587 KM

14. Kab. Cirebon Kabupaten Kuningan Kepmendagri No.246 Th 2004

+ 66.5334 KM

15. Kab. Cirebon Kabupaten Majalengka Kepmendagri No.246 Th 2004

+ 31.3575 KM

16. Kab. Ciamis Kota Banjar Permendagri No.59 Tahun 2011

+ 59.9733 KM

17. Kab. Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Permendagri No.58 Tahun 2011

+ 118.1484 KM

18. Kab. Ciamis Kota Tasikmalaya Permendagri No.56 Tahun 2012

+ 13.8306 KM

19. Kab. Ciamis Kab. Majalengka Permendagri No.54 Tahun 2012

+ 29.5704 KM

20. Kota Tasikmalaya Kab. Tasikmalaya Permendagri No.58 Tahun 2012

+ 67.5213 KM

21. Kab. Bogor Kab. Lebak Provinsi Banten Permendagri No.55 Tahun 2012

+ 74.7252 KM

22. Kab. Sukabumi Kab. Lebak Provinsi Banten Permendagri No.57 Tahun 2012

+ 39.6381 KM

Segmen Batas Daerah yang masih dalam proses penetapan, sebagai berikut:

No Segmen Status Panjang

Batas Tindak Lanjut

1 Kab. Indramayu Kab.Majalengka PBD APBN 2009, Verifikasi 2010

+ 72.594 KM FINALISASI PERMENDAGRI

Penegasan Batas Daerah yang dilaksanakan Tahun 2012, sebagai berikut:

No SEGMEN STATUS PANJANG

BATAS

TINDAK LANJUT

1 Kab.Karawang Kab. Subang 12 Pilar + 36.9963 KM PBD APBN 2012 2 Kab. Bandung Kota Bandung 25 Pilar + 43.0014 KM PBD APBN

2012 3 Kab. Bekasi Kota Bekasi 27 Pilar + 41.7027 KM PBD APBN

2012 4 Kab. Bogor Kota Bogor 37 Pilar + 73.3599 KM PBD APBN

2012 5 Kab. Garut Kab. Tasikmalaya 41 Pilar + 107.2371 KM PBD APBN

(18)

VI-18 6 Kota Bandung Kota Cimahi 5 Pilar + 12.2211 KM PBD APBN

2012 7 Kab. Bogor Kota Bekasi 21 Pilar + 41.7582 KM PBD APBD

2012 8 Kab. Majalengka Kab. Tasikmalaya 2 Pilar + 6.2271 KM PBD APBD

2012

Segmen Penegasan Batas Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Banten dan DKI. Jakarta Tahun 2012, sebagai berikut :

No SEGMEN STATUS PANJANG

BATAS

TINDAK LANJUT 1 Kab. Bogor Kota Tangerang Selatan

Prov.Banten

PBD Belum

+ 0.1554 KM PBD APBN 2012 2 Kota Depok Kota Tangerang Selatan

Prov.Banten

PBD Belum

+ 11.5218 KM PBD APBN 2012 3 Kab. Bogor Kabupaten Tangerang

Prov.Banten

PBD Belum

+ 50.5272 KM PBD APBN 2012 4 Kota Depok Kota Jakarta Selatan

Prov.Dki Jkt

PBD Belum

+ 22.9326 KM PBD APBN 2012 5 Kab. Bekasi Kota Jakarta Timur

Prov.Dki Jkt

PBD Belum

+ 3.0858 KM PBD APBN 2012 6 Kota Bekasi Kota Jakarta Timur

Prov.Dki Jkt

PBD Belum

+ 38.4171 KM PBD APBN 2012 7 Kota Depok Kota Jakarta Timur

Prov.Dki Jkt

PBD Belum

+ 15.3846 KM PBD APBN 2012 8 Kab. Bekasi Kota Jakarta Utara

Prov.Dki Jkt

PBD Belum

+ 6.6378 KM PBD APBN 2012

Verifikasi Batas Daerah Tahun 2012 untuk proses penetapan Permendagri, sebagai berikut:

No Segmen Status Panjang Batas

1. Kab. Subang Kab. Indramayu PBD Selesai + 84.1491 KM 2 . Kab.Bandung Barat Kab.Bandung PBD Selesai + 63.9693 KM

(19)

VI-19 3. Permasalahan dan Solusi

Sampai saat kondisi di Jawa Barat masih banyak daerah belum melaksanakan penegasan batas daerah secara pasti di lapangan yang dilaksanakan dengan sistematis dan terkoordinasi. Batas daerah yang ada masih imajiner, hal ini akan memudahkan terjadinya konflik di wilayah perbatasan, sehingga dapat mengganggu penyelenggaraan fungsi pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat di wilayah perbatasan menjadi tidak optimal.

Agar pelaksanaan penegasan batas daerah dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

F. Pencegahan Dan Penanggulangan Bencana 1. Bencana Yang Terjadi

Berdasarkan Kajian Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 terdapat 12 potensi bencana di Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut :

Potensi Bencana Provinsi Jawa Barat

POTENSI BENCANA PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN CATATAN SEJARAH

1. Banjir 7. Kekeringan

2. Gelombang ekstrim dan abrasi 8. Epidemi dan wabah penyakit

3. Gempa bumi 9. Konflik Sosial

4. Kebakaran Hutan dan lahan 10. Cuaca ekstrim 5. Gagal teknologi 11. Tanah Longsor 6. Letusan gunung Api 12. Tsunami Sumber : Data & Informasi Bencana Indonesia 2012

(20)

VI-20 Tabel di bawah ini memperlihatkan bahwa masyarakat terdampak terbesar terjadi bila Provinsi Jawa Barat terkena bencana kekeringan. Kerugian terbesar terjadi bila Provinsi Jawa Barat secara masif terkena bencana gempabumi atau kekeringan. Kerusakan lingkungan parah akan terjadi bila Provinsi Jawa Barat terkena bencana longsor secara masif. Longsor masif ini terjadi bila Provinsi Jawa Barat terkena letusan gunung api yang menimbulkan gempabumi dan longsoran sebagai bencana turunannya.

Jenis Bencana dan Tingkat Kerugian Bencana Prioritas Provinsi Jawa Barat

Potensi Bencana

Masyarakat Terdampak

(orang)

Potensi Kerugian (Trilyun Rupiah)

Potensi Kerusakan Lingkungan

(Hektar)

Gempabumi 32.792.740 734,458 3.749.911

Tsunami 126.908 14,624 27.945

Letusan Gunung Api 572.471 45,004 35.150

Banjir 8.664.638 324,901 670.563

Longsor 37.239.279 734,458 3.753.445

Cuaca Ekstrim 12.538.639 565,423 1.142.105

Kekeringan 37.695.006 734,458 3.696.161

Total 129.629.681 3.153,326 13.075.280

Sumber: Kajian Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat, 2012

Dari 7 bencana prioritas ini, terlihat bahwa 5 diantaranya adalah jenis potensi bencana yang tidak dapat dicegah. Potensi bencana tersebut adalah gempabumi, tsunami, letusan gunung api, cuaca ekstrim dan kekeringan. Untuk potensi-potensi bencana tersebut, pola mitigasi merupakan salah satu strategi yang diharapkan mampu mengurangi dampak kejadian bencana. Mitigasi adalah upaya untuk meredam risiko bencana dengan memberikan penghalang baik secara fisik (struktural) maupun non fisik (non struktural) antara potensi bencana dengan kerentanan wilayah.

[image:20.595.129.524.230.433.2]
(21)

VI-21 Kabupaten Bogor Desa Cibunian dan Desa Purwabakti, dari beberapa kejadian atas mengalami beberapa susulan kejadian.

2. Penanganan Bencana

Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan jumlah dan variasi bencana terbanyak di indonesia. Dari mulai gempa bumi, tsunami, gunung berapi, puting beliung, banjir, tanah longsor, banjir bandang dan lain-lain. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat telah menangani 574 bencana terjadi pada Tahun 2012 dan diantaranya bencana hidrometeorologi seperti banjir 86 kejadian dan longsor 122 kejadian. Badan Penanggulangan Bencana daerah Provinsi Jawa Barat juga memprediksi bahwa sebanyak 14 Kabupaten/Kota dan 199 Kecamatan berpotensi banjir serta 12 Kabupaten/Kota dan 81 Kecamatan berpotensi terjadi bencana tanah longsor.

3. Antisipasi Daerah Dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana

Dalam upaya mengantisipasi kemungkinan bencana, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sudah mempersiapkan :

a. Anggaran APBD TA 2012 untuk kegiatan dalam rangka penanggulangan bencana sebesar Rp.14.371.542.947,- .

b. Personil BPBD sebanyak 64 orang, TRC 50 orang dari unsur PNS, Relawan 2.500 orang dari unsur masyarakat dan Fasilitator RR sebanyak 921 orang dari Kab/Kota di Jawa Barat.

c. Kebutuhan dasar logistik dan peralatan yaitu :

1) Tenda (Tenda Regu sebanyak 20 Unit, Tenda Pleton 20 Unit, Tenda Gulung/Terpal sebanyak 100 buah);

2) Perahu Karet (Perahu Kapasitas 8 orang sebanyak 4 Unit, Perahu Kapasitas 6 orang sebanyak 14 Unit);

3) Alat-alat Komunikasi (Handy Talkie sebanyak 20 buah, Rig sebanyak 4 buah, GPS sebanyak 6 buah;

4) Mobil Dapur Umum Lapangan 2 unit; 5) Kendaraan Rescue 6 Unit;

6) Kendaraan Pic up 1 Unit;

7) Mobil Box 1 Unit, Mobil Tangki Air 1 Unit, Mobil Penjernih Air 1 Unit, Motor Trail 2 Unit;

(22)

VI-22 9) Peralatan Tim Rescue 5 Unit, Personal Equipmen 15 Unit, Sepatu boat 200 buah, Lampu Sorot 14 Unit dan Peralatan bantuan dari Bank Mandiri dan BRI berupa Perahu 5 unit, dan genset 5 Unit, Tenda Pleton 10 serta 5 set Peralatan Dapur Umum Lapangan.

10) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Bajir dan Tanah Longsor di Jawa Barat;

11) Menyelenggarakan Pelatihan Mitigasi Bencana di tingkat masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengurangan resiko bencana di lingkungan perumahan dan permukiman;

12) Menyelenggarakan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan dalam Kegiatan Mitigasi Bencana;

13) Menyelenggarakan Sosialisasi Kegiatan Pengurangan Resiko Bencana kepada seluruh Stakeholders kebencanaan Jawa Barat. Serta memetakan Daerah Rawan Bencana secara komprehensif, guna optimalisasi dan sinkronisasi program mitigasi bencana di Jawa Barat.

14) Melakukan Simulasi & Sosialisasi Kebencanaan secara berlanjut kepada masyarakat, sehingga tercapai masyarakat sadar bencana di Jawa Barat, khususnya di daerah rawan bencana.

15) Melakukan Penguatan Kelembagaan Pusdalops BPBD Provinsi Jawa Barat, sebagai basis data pengambilan kebijakan dan pengendalian operasional kebencanaan di Jawa Barat.

16) Menginventarisasi Daerah Rawan Bencana sebagai dasar untuk memetakan ancaman bencana yang terjadi.

17) Menyusun Rencana Kedaruratan Penanggulangan Bencana dan Rencana Mitigasi Bencana.

18) Melakukan sinergi program dan kegiatan lintas SKPD, baik dalam lingkup kab/kota, provinsi maupun dengan Kementerian & Lembaga di tingkat pusat yang dirumuskan dalam Forum OPD Bidang Kebencanaan serta Rakor Kebencanaan di Tingkat wilayah Perwakilan.

G. Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum 1. Kebijakan dan Kegiatan

(23)

VI-23 mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum sebagai upaya penegakan hukum yang tegas dan konsisten.

Dalam rangka peningkatan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum di Jawa Barat arah kebijakan ditujukan pada penegakan hukum, kepastian hukum dan budaya hukum dalam rangka supremasi hukum, serta pembinaan kerukunan hidup dalam bermasyarakat guna pelaksanaan penyelenggaraan ketenteraman, ketertiban dan keamanan yang kondusif.

2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Realisasi dari pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemeliharaan, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat di Jawa Barat adalah terselenggaranya hubungan dan jalinan kerjasama antar pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat dan Instansi terkait yang menangani keamanan dan ketertiban di Jawa Barat.

3. Permasalahan dan Solusi

Gambar

Tabel di bawah ini memperlihatkan bahwa masyarakat terdampak terbesar

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

garis B), profil B’ (hilangnya lung sliding dengan garis B), profil C (konsolidasi paru yang ekuivalen dengan gambaran garis pleura yang tebal dan

Unit ini berfungsi sebagai pendingin unit condenser pada unit Chiller dengan media yang digunakan adalah air, dimana sistim kerja Cooling Tower dapat di jelaskan

Homogenisasi Peralatan tidak steril Penggunaan alat yang telah disterilisasi Bukan CCP Tidak terdapat penggumpalan susu Pemantauan peralatan secara berkala

Wawancara guru mata pelajaran Fisika MAN Model Palangka Raya (tanggal 13/11/2013). Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar,

Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit (empiris), obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Digunakan untuk

Pada proyek akhir kali ini akan digunakan metode pengisian baterai metoda hybrid yaitu dengan dua sumber tegangan yang berasal dari tegangan jala-jala PLN dan

Terdapat 11 tabel pada database dalam aplikasi penentuan pemasok, yang terdiri dari: data negara, data pemasok, data jenis, data kategori, data bahan baku, data

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2012) mengenai strategi pengembangan usaha budidaya ikan air tawar, dimana ancaman bagi pengembangan