• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-1 BAB VI

PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

A. Kerjasama antar Daerah.

1. Kebijakan dan Kegiatan.

Pasal 195 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penyediaan pelayanan publik, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan daerah lainnya atau bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan, yang pelaksanaannya diatur dengan PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah.

Kerjasama antar daerah merupakan sarana untuk memantapkan hubungan dan keterikatan antar daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah serta mensinergikan potensi antar daerah.

Dengan memperhatikan esensi penyelenggaraan kerjasama, kebijakan kerjasama antar daerah diarahkan pada peningkatan kerjasama untuk menciptakan sinergitas antar daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, baik yang dilaksanakan secara bilateral maupun regional sesuai dengan arah kebijakan pembangunan kewilayahan.

Sesuai dengan arah kebijakan tersebut, telah dilaksanakan Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Kerjasama antar Daerah dan Pihak Ketiga, untuk mendukung pengembangan kerjasama antar daerah melalui Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama, BKSP Jabodetabekjur dan kerjasama perbatasan, serta penyusunan model kerjasama regional CIAYUMAJAKUNING dan peningkatan pemahaman aparatur pengelola kerjasama daerah. Disamping itu, dilaksanakan pula Kegiatan Rapat Kerja Nasional APPSI Tahun 2010 sesuai dengan keputusan Rapat Kerja Nasional APPSI Tahun 2009 di Palangkaraya, yang menetapkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi penyelenggara Rapat Kerja Nasional APPSI Tahun 2010 sebagai wahana komunikasi antar provinsi seluruh Indonesia dalam rangka mendukung keberhasilan implementasi otonomi daerah.

2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan.

a) Fasilitasi kerjasama antar daerah provinsi di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama yang beranggotakan 10 (sepuluh) provinsi, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa

(2)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-2 Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, yang dilaksanakan melalui Rapat Sekretariat Bersama, Rapat Gabungan dan Rapat Kerja Gubernur Mitra Praja Utama, yang menghasilkan 4 (empat) Keputusan Bersama Gubernur Anggota Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama, tentang :

(1) Jadwal Rapat Kerja Gubernur Anggota Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama XI Tahun 2011;

(2) Program Prioritas Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama Tahun 2011-2015;

(3) Program dan Kegiatan Kerjasama Pembangunan Tahun 2011; (4) Rekomendasi kepada Pemerintah Pusat.

b) Fasilitasi kerjasama antar daerah melalui forum Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur dalam rangka perencanaan program/kegiatan kerjasama antar daerah provinsi, kabupaten dan kota di wilayah Jabodetabekjur, yang telah menghasilkan 6 (enam) naskah kerjasama, yaitu Keputusan Bersama tentang Revitalisasi Kelembagaan BKSP Jabodetabekjur; Keputusan Bersama tentang Penetapan Jadwal Rapat Forum BKSP Jabodetabekjur; Peraturan Bersama kelembagaan BKSP Jabodetabekjur sehubungan dengan bergabungnya Kota Tangerang Selatan dalam keanggotaan BKSP Jabodetabekjur; Kesepakatan Bersama tentang Penyediaan Produk Hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) bagi Konsumen di Wilayah Provinsi DKI Jakarta, Kesepakatan Bersama tentang Pengembangan Pemasaran Produk Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di wilayah Provinsi DKI Jakarta serta kerjasama hibah;

c) Fasilitasi kerjasama perbatasan antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Jawa Tengah dalam bidang perencanaan program penyelenggaraan pembangunan daerah perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat, kerjasama pembangunan daerah antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, kerjasama penanganan korban trafficking antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan Kalimantan Timur, kerjasama pengembangan Puskesmas PONED di Jawa Barat antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta fasilitasi kerjasama pengelolaan pelayanan air minum oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung dan pengelolaan sampah di wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat di TPPAS Sarimukti;

d) Pelaksanaan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) pada tanggal 1-4 Desember 2010 di Kota Bandung, yang menghasilkan

(3)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-3 rumusan rekomendasi para Gubernur seluruh Indonesia kepada Pemerintah mengenai pelaksanaan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah berdasarkan PP No. 19 Tahun 2010, pengembangan potensi ekonomi daerah, pengembangan sektor usaha kecil dan menengah, serta peningkatan investasi di daerah.

3. Permasalahan dan Solusi

a) Permasalahan :

(1) adanya inkonsistensi peraturan perundang-undangan kerjasama antar daerah dan ketidakselarasan antara Undang-Undang Pemerintahan Daerah dengan peraturan perundang-undangan sektoral;

(2) adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest) yang menghambat penyelenggaraan kerjasama antar daerah;

(3) Belum semua Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki lembaga khusus yang menangani kerjasama daerah;

(4) Keterbatasan sumber daya manusia pengelola kerjasama baik secara kualitas maupun kuantitas;

(5) Belum tersedianya Rencana Induk Program Kerjasama antar Daerah untuk pembangunan perekonomian dan peningkatan pelayanan publik;

(6) Terbatasnya dukungan anggaran untuk pelaksanaan kerjasama. b) Solusi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilaksanakan upaya-upaya sebagai berikut :

(1) Peningkatan konsultasi kepada Pemerintah dan koordinasi antar organisasi perangkat daerah pelaksana kerjasama;

(2) Intensifikasi pembinaan dan koordinasi dalam pelaksanaan kerjasama khususnya di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota.

(3) Peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola kerjasama sesuai dengan Permendagri No. 19 Tahun 2009 melalui sosialisasi, bimbingan teknis, dan lain sebagainya.

B. Kerjasama Pihak Ketiga

1. Kebijakan dan Kegiatan

Perubahan dan konsepsi govermment kepada governance, merubah pola hubungan antar sektor (public-private) serta hubungan pusat dan daerah menjadi lebih sejajar (egaliter) dan demokratis. Pada pola seperti itu, penyelenggaraan jasa layanan atau fungsi pemerintahan tertentu tidak lagi didominasi oleh satu pihak (c.q

(4)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-4 Pemerintah), sehingga kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak harus lebih ditingkatkan.

Mengacu pada peraturan perundang-undangan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah kurun waktu 2005 - 2025 yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah 20 (duapuluh) tahun mendatang, dan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang telah dirumuskan di dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Rencana Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat (RPJMD) Tahun 2008 – 2013.

Perlu kiranya dipertegas tentang cara dan upaya pencapaian tujuan dan sasaran Visi dan Misi melalui strategi pembangunan daerah yang akan dilaksanakan selama lima tahun sampai dengan tahun 2013. Strategi Pembangunan Daerah terdiri dari Kebijakan Pembangunan, Program Pembangunan, dan Kebijakan Kewilayahan.

Sehubungan dengan hal tersebut, kebijakan-kebijakan kerjasama daerah dengan pihak ketiga diarahkan pada peningkatan kerjasama dalam rangka pemberdayaan potensi daerah dan peningkatan pelayanan publik, baik dengan kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, badan usaha swasta maupun dengan perguruan tinggi.

Perkembangan yang pesat di berbagai bidang menuntut semua kalangan untuk dapat mengantisipasi dan menangkap hal-hal tersebut sebagai suatu peluang yang sangat potensial untuk dikembangkan melalui kerjasama daerah, seperti :

a) Bidang Pendidikan

Pembangunan bidang pendidikan menitikberatkan pada upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan seperti ; peningkatan partisipasi anak usia sekolah, pengembangan pendidikan luar sekolah, pengembangan sekolah alternatif, serta peningkatan jumlah dan pemerataan distribusi tenaga pendidik. Dari gambaran kondisi yang ada dan berdasaarkan kebutuhan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menjalin Kerjasama diantaranya dengan Institut Teknologi Bandung, Universitas Siliwangi, Universitas Islam Syarif Hidayatullah dan Univesitas Padjajaran dalam Bidang Pengembangan Tri Dharma yaitu Bidang Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pembangunan Jawa Barat. b) Bidang Infrastruktur

Pengembangan infratruktur pedesaan adalah program strategis dalam rangka peningkatan cakupan dan kualitas layanan infratruktur untuk masyarakat perdesaan, sehingga dapat dijadikan input dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

(5)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-5 Pada aspek transportasi yang terdiri dari transportasi darat, udara dan laut, rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan antara lain dicirikan dengan rendahnya nilai indeks aksesibilitas dan mobilitas rata-rata jaringan jalan dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk jaringan jalan provinsi; belum optimalnya kemantapan jalan provinsi terutama di jalur jalan vertikal yang menghubungkan wilayah tengah dan selatan Jawa Barat;

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam bidang Infrastruktur telah melaksanakan kerjasama dengan beberapa instasnti dan kementeraian mengenai pembangunan pelayanan Publik diantaranya , kerjasama di bidang persampahan yaitu pembanguan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Regional (TPASR) yang berlokasi di Nambo, Legok Nangka dan Leuwi Gajah. Kesejasama lainnya seperti Pembangunan Jalan Tol (Tol Soroja, Cisundawu dan Bandung dalam Kota BIUTR) dan kerjasama Pengembangan Perkeretaapian dan Jaringan Jalan di Jawa Barat. Selama tahun 2010 telah dilakukan konsilidasi dan koordinasi mengenai rencana Kerjasama pembangunan Bandara Internasional Kartajati, Pembangunan Pelabuhan Laut Cilamaya, Pembangunan Pelabuhan Cirebon dan Pembangunan Pembangkit Listrik Cisokan, Pembangunan Waduk Jatigede yang sampai sekarang masih dalam proses.

c) Bidang Kesehatan

Program Kesehatan adalah salah satu aspek inti suksesnya pembangunan di Jawa Barat, Di sisi lain, pembangunan kesehatan di Jawa Barat masih membutuhkan dorongan besar dari semua kalangan. Program peningkatan akses kesehatan masyarakat dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat tetap menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah Provinsi Jawa barat telah melakukan Kerjasama dengan Beberapa Rumah Sakit di Jawa Barat. Serta Bekerja sama dengan Pihak Swata dalam bidang pembinaan tenaga kesehatan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta pengembangan dan sosialisasi Ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan

d) Bidang Ekonomi.

Bidang ekonomi yang digarap meliputi berbagai bidang, antara lain bidang pertanian. Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum sudah ada dan tumbuh di masyarakat, memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan, dan hutan).

Selain itu Jawa Barat juga memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan terutama dalam pengembangan usaha perikanan tangkap, usaha budidaya laut, bioteknologi kelautan, serta berbagai macam jasa lingkungan

(6)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-6 kelautan. Pemerintah Provinsi Jawa barat telah melakukan Kerjasama dengan Beberapa Pihak dalam uapaya meningkatakan pertumbuhan ekonomi dan diantara kerjasama mengenai Penanggulangan Kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perdesaan antara Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kerjasama tentang Peningkatan penggunaan produk berbahan baku lokal khususnya di bidang industri pangan, kerajinan dan furnitur rotan yang dihasilkan Jawa Barat antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, Kerjasama tentang sistem Informasi Pendukung Pengembangan Daya Saing Jawa Barat dengan Strategi Peningkatan Nilai Tambah Mata Rantai produksi Melalui Pengembangan Kawasan Terpadu, serta kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Institute Teknologi Bandung tentang Peningkatan Kapasitas Sumber Daya manusia, dan beberapa kerjasama berkaitan dengan pembinaan dan peningkatan kualitas tenaga Kerja.

e) Bidang Hukum

Dalam rangka pembinan Hukum bagi masyarakat jawa barat, Pemerintah Provinsi Jawa barat telah melaksanakan kerjasama Peningkatan Jejaring Bidang Hak Asasi Manusia antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan KOMNAS HAM yang mempunyai tujuan utama pembinaan hukum pada masyarakat.

f) Bidang Lingkungan

Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup pemerintah provinsi jawa barat telah melaksanakan kerjasama dalam bidang konservasi Sumberdaya Air, Kerjasama tentang tentang Pembangunan Air Minum, Sanitasi, Sampah dan Air Limbah di Kawasan Perkotaan Bandung Raya, serta rencana pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati.

2. Realisasi Kegiatan Fasilitasi Kerjasama

a) Fasilitasi kerjasama daerah dengan pihak ketiga antara lain :

(1) Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Kas Umum Daerah antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten .

(2) Kesepakatan Bersama tentang Peningkatan Kualitas SDM melalui Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Di Jawa Barat dengan Institute Teknologi Bandung.

(3) Kesepakatan Bersama Percepatan proses Persertifikatan Tanah Aset Milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Badan Pertanahan Nasional.

(4) Kesepakatan Bersama Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur di bidang ketransmigrasian dengan Departemen Tenaga Kerja dan Tranmigrasi .

(7)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-7 (5) Kesepakatan Bersama di Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada

Masyarakat dengan Universitas Siliwangi.

(6) Perjanjian Kerjasama tentang Penyediaan Akses Jalan menuju ke TPPAS Regional di Desa Nambo dan Desa Lulut, Kec. Klapanunggal, Kab. Bogor antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kab Bogor dan PT Indocement

(7) Perjanjian Kerjasama tentang Diseminasi Informasi melalui Penerbitan Buku Petunjuk Sarana Kesehatan dan Medis antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat PT. Cahaya Sinar Mentari.

(8) Kesepakatan Bersama tentang Penggunaan dan Pemanfaaatan Aset antara Kementerian Sosial dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

(9) Perjanjian Kerjasama tentang Pemafaaatan Sampah menjadi Kompos di tempat Tempat Pembuangan akhir Sampah Sarimukti antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan PT Perhutani.

(10) Kesepakatan Bersama tentang Peningkatan penggunaan produk berbahan baku lokal khususnya di bidang industri pangan, kerajinan dan furnitur rotan yang dihasilkan Jawa Barat antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia.

(11) Kesepakatan Bersama tentang Pelaksanaan Program Pembangunan Air Minum, Sanitasi, Sampah dan Air Limbah di Kawasan Perkotaan Bandung Raya antara Kementerian Pekerjaan Umum, Pemkot Bandung, Cimahi, Pemkab Bandung, Bandung Barat, Sumedang dan Garut,

(12) Perjanjian Kerjasama tentang Pembangunan Paperless Office Internal Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT Telkom, Tbk.

(13) Perjanjian Kerjasama tentang Penanggulangan Kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perdesaan antara Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

(14) Perjanjian Kerjasama tentang Bangun Guna Serah Tanah Milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan UIN Syarif Hidayatullah.

(15) Addendum Perjanjian Kerjasama tentang Pembangunan dan Pengelolaan Lapangan Golf di Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kab. Sumedang antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat PT. Langen Kridha Pratyangga.

(16) Perjanjian Kerjasama tentang Pendayagunaan Dokter Spesialis Paru dan Radiologi antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati.

(8)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-8 (17) Perjanjian Kerjasama tentang Pelaksanaan Pengujian Kadar Tar dan Nikotin Rokok Produksi Perusahaan di Jawa Barat dengan Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Semarang

(18) Kesepakatan Bersama tentang Program Rekrutmen dan Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia di Jawa Barat antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI).

(19) Perjanjian Kerjasama tentang Langganan Paket Layanan Sewa Virtual Private Server Telkomvp antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT TELKOM, Tbk.

(20) Kesepakatan Bersama tentang Peningkatan Jejaring Bidang Hak Asasi Manusia antara Kemente antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan KOMNAS HAM.

(21) PerjanjIan Kerjasama tentang Sistem Informasi Pendukung Pengembangan Daya Saing Jawa Barat dengan Strategi Peningkatan Nilai Tambah Mata Rantai produksi Melalui Pengembangan Kawasan Terpadu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Institute Teknologi Bandung.

(22) Kesepakatan Bersama tentang Bidang Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pembangunan Jawa Barat antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Institut teknologi Bandung.

(23) Kesepakatan Bersama tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Tenaga Kerja Indonesia Jawa Barat antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI),

(24) Kesepakatan Bersama tentang Penyediaan Pembiayaan Untuk Pengadaan tanah Dalam Rangka Pembangunan Jalan Tol Dalam Kota Bandung dengan Kota Bandung dan Jasa Sarana.

(25) Kesepakatan Bersama tentang Pengadaan tanah untuk Pembangunan Jalan Tol dalam Kota Bandung BIUTR, antara Pemerintah Provinsi Jawa barat Kementerian Pekerjaan Umum.

b) Dalam rangka peningkatan kapasitas dan kapabilitas aparatur pengelola kerjasama daerah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman Peningkatan Kapasitas Pelaksana Kerja Sama Daerah, yang menjadi dasar Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menyelenggarakan kegiatan Advokasi Teknis Kerja Sama Pihak Ketiga pada Tahun 2010 telah dilaksanakan kegiatan Peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola kerjasama (capacity

building) melalui kegiatan Advokasi Teknis Kerjasama Pihak Ketiga yang diikuti

(9)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-9 (OPD) di Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan materi yaitu Peningkatan Kapasitas Kerja Sama Antar Daerah Dan Kerjasama Dalam Bidang Teknik Berkomunikasi Dan Bernegosiasi, tujuan dari advokasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya Aparatur pengelola kegiatan pada Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat demi meningkatnya kinerja penyelenggara kerjasama daerah sehingga akselerasi pembangunan daerah dapat tercapai.

3. Permasalahan dan Solusi

a) Permasalahan

(1) Masih adanya peraturan perundang-undangan sektoral yang tidak sinkron dengan undang-undang pemerintahan daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjasama daerah.

(2) Keterbatasan sumber daya manusia pengelola kerjasama baik secara kualitas maupun kuantitas.

(3) Keterbatasan anggaran untuk membiayai pelaksanaan kerjasama. b) Solusi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilaksanakan upaya-upaya sebagai berikut :

(1) Peningkatan koordinasi antar organisasi perangkat daerah sebagai pelaksana kerjasama dan konsultasi dengan Pemerintah.

(2) Peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola kerjasama melalui sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang kerjasama daerah dan Bimbingan Teknis.

(3) Mencari alternatif sumber pembiayaan lain sehingga tidak tergantung dari APBD.

C. Kerjasama Luar Negeri

1. Kebijakan dan Kegiatan.

Meningkatnya interaksi dan interdependensi antar negara dan antar bangsa yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan peningkatan hubungan internasional yang diwarnai dengan kerjasama dalam berbagai bidang. Era globalisasi juga telah memunculkan aktor-aktor baru pelaku hubungan internasional yang sebelumnya dimonopoli oleh negara. Kondisi ini telah membuka peluang bagi peran Pemerintah Daerah dalam turut serta memperjuangkan kepentingan nasional dengan berperan aktif dalam hubungan internasional sesuai dengan kewenangan dan peraturan perundang-undangan.

(10)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-10 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional menyatakan peluang keterlibatan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan hubungan internasional, dengan tetap merujuk kepada politik luar negeri Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk turut serta memperjuangkan kepentingan daerah pada khususnya dan kepentingan nasional pada umumnya. Keterlibatan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan hubungan internasional dilakukan melalui konsultasi dan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk memastikan kesatuan tindak di dalam pelaksanaan kerjasama luar negeri.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kebijakan hubungan luar negeri dan diplomasi juga diarahkan untuk memberdayakan dan mempromosikan potensi Daerah, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juga mengatur bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki tugas dan wewenang untuk memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah serta memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Sebagai pedoman pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, telah diterbitkan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 09/A/KP/XII/2006/01 tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri, yang diantaranya mengatur prosedur dan mekanisme kerjasama provinsi kembar (sister province).

Kerjasama sister province merupakan salah satu bentuk keterlibatan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan diplomasi total (total diplomacy) yang dilakukan dengan memperhatikan hubungan diplomatik, tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan dalam negeri, mengedepankan prinsip saling menghormati dan saling menguntungkan, serta tidak mengarah kepada campur tangan urusan dalam negeri masing-masing. Kerjasama sister province didasarkan kepada kesetaraan status administrasi, kesamaan karakteristik, kesamaan permasalahan, upaya saling melengkapi dan peningkatan hubungan antar masyarakat (people to people contact).

Sesuai dengan arah kebijakan termaksud, telah dilaksanakan Kegiatan Fasilitasi dan Evaluasi Kerjasama Pemerintahan dan Badan/Kelembagaan Luar Negeri oleh Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama untuk mengakomodasi penyelenggaraan kerjasama sister province antara Pemerintah Provinsi di Jawa Barat dengan pemerintah

(11)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-11 provinsi di luar negeri, kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Lembaga Swadaya Masyarakat internasional (Non Govermental Organization), Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri dan pengkajian terhadap rencana kerjasama luar negeri.

2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan.

Kegiatan fasilitasi dan evaluasi kerjasama pemerintahan dan badan/kelembagaan luar negeri yang dilakukan oleh Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama, antara lain :

a) Kegiatan fasilitasi kerjasama antar pemerintahan :

1) Kerjasama sister province di bidang pendidikan, kebudayaan, pertanian, ekonomi, perdagangan, pariwisata dan ilmu pengetahuan antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Provinsi Heilongjiang, RRC, yang dituangkan dalam bentuk Letter of Intent (LoI);

2) Penjajakan tindak lanjut kerjasama sister province melalui LoI di bidang pendidikan, kebudayaan, perdagangan, kesehatan, pariwisata, lingkungan, teknologi dan investasi antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Provinsi Guanajuato, Meksiko.

b) Kegiatan fasilitasi rencana kerjasama antar badan/kelembagaan luar negeri : 1) Kerjasama di bidang Pengembangan Pusat Dukungan Anak dan Keluarga

antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan organisasi non-pemerintah Save the Children;

2) Kerjasama di bidang Pencegahan Penularan HIV/AIDS dikalangan Pengguna Narkotika, Psikotoprika dan Zat Adiktif NAPZA Suntik, antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan HIV Cooperation Program for Indonesia (HCPI); 3) Fasilitasi penawaran kerjasama dari beberapa badan/lembaga di luar negeri

lainnya.

c) Peningkatan kapasitas aparatur pengelola kerjasama luar negeri melalui penyelenggaraan Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri yang diikuti oleh pengelola kerjasama luar negeri di lingkup OPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Jawa Barat, dengan materi sebagai berikut :

1) Bentuk dan Materi Perjanjian Internasional (treaty, convention, charter,

covenant, protocol, agreement, arrangement, statuta);

2) Mekanisme dan Tata Naskah Korespondensi Diplomatik; 3) Manajemen Pemanfaatan dan Pengembangan Infrastruktur;

(12)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-12

3. Permasalahan dan Solusi

a) Permasalahan :

(1) adanya inkonsistensi peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjasama daerah dengan luar negeri dan ketidakselarasan dengan peraturan perundang-undangan sektoral;

(2) Keterbatasan sumber daya manusia pengelola kerjasama luar negeri, mulai dari tingkat pengambil kebijakan hingga pelaksana, baik secara kualitas maupun kuantitas;

(3) Pengorganisasian dan koordinasi penyelenggaraan kerjasama luar negeri belum tertata dengan baik.

b) Solusi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilaksanakan upaya-upaya sebagai berikut :

(1) Melaksanakan konsultasi dan koordinasi kepada Pemerintah secara berkesinambungan, khususnya dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri;

(2) Peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola kerjasama luar negeri, mulai dari tingkat pengambil kebijakan hingga pelaksana, sesuai dengan Permendagri No. 19 Tahun 2009;

(3) Meningkatkan koordinasi dengan organisasi perangkat daerah dalam rangka pelaksanaan kerjasama luar negeri yang sinergi dan tertib administrasi.

D. Evaluasi Kerjasama dan Penyelesaian Perselisihan

1. Kebijakan dan Kegiatan.

Perkembangan pesat bidang ekonomi, politik, sosial budaya, pelayanan umum dan pendidikan, menuntut semua kalangan untuk dapat mengantisipasi dan menyikapi peluang kerjasama daerah yang potensial untuk dikembangkan melalui kerjasama daerah.

Kerjasama daerah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik dengan prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum, sehingga memudahkan tercapainya kesepakatan dan tujuan kerjasama.

Sehubungan hal tersebut, evaluasi dan monitoring terhadap kerjasama yang telah dibuat perlu dilakukan secara efektif dan berkesinambungan. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang potensial menimbulkan konflik dan perselisihan

(13)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-13 serta menyelesaikan perselisihan kerjasama, telah dilakukan evaluasi hasil perjanjian kerjasama daerah yang dilaksanakan oleh OPD terkait.

Pelaksanaan evaluasi dan monitoring kerjasama daerah yang telah dilakukan, berpedoman kepada Permendagri Nomor 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerjasama Antar Daerah. Hal tersebut sebagai upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tingkat keberhasilan kerjasama daerah yang sudah dilaksanakan. Dalam hal penyelesaian perselisihan kerjasama diupayakan diselesaikan secara non-litigasi (prinsip mediasi dan musyawarah mufakat), tetapi jika tidak mencapai mufakat, dilakukan upaya litigasi (penyelesaian perselisihan melalui pengadilan) bersifat final dan mengikat.

2. Realisasi Kegiatan.

a) Kegiatan evaluasi dan inventarisasi kerjasama, meliputi :

1) Evaluasi hasil perjanjian kerjasama di lingkup Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota se Jawa Barat;

2) Penyusunan Raperda Penyelenggaraan Kerjasama Daerah; 3) Penyusunan SIM Database Kerjasama Daerah (Modul);

4) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Bank Jabar Banten tentang pengelolaan kas Daerah;

5) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan ITB tentang Peningkatan Kualitas SDM melalui Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi;

6) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan BPN Provinsi Jawa Barat tentang penyelesaian sengketa dan konflik aset tanah;

7) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Departemen Tenaga Kerja dan Tranmigrasi tentang penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur di bidang ketransmigrasian;

8) Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan UNSIL tentang Kerjasama di Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat; 9) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Cahaya

Sinar Mentari tentang Diseminasi Informasi melalui Penerbitan Buku Petunjuk Sarana Kesehatan dan Medis;

10) Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Kementerian Sosial tentang Penggunaan Aset Milik Kementerian Sosial oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat;

11) Addendum Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Perum Perhutani tentang Kerjasama Sampah menjadi Kompos di tempat TPK Sarimukti;

(14)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-14 12) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia tentang Penggunaan Bahan Lokal;

13) Kesepakatan Bersama dengan Kementerian PU, Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kota Cimahi, Pemerintah Kabupaten Bandung, Pemerintah kabupaten Bandung Barat, Pemeritah Kabupaten Sumedang dan Pemerintah Kabupaten Garut tentang Kerjasama Regional dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Air Minum, Sanitasi, Sampah dan Air Limbah di Kawasan Perkotaan Bandung Raya;

14) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan UIN Syarif Hidayatullah tentang Bangun Guna Serah Tanah Milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat;

15) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan KODAM III Siliwangi tentang Pemulihan Lingkungan Hidup di Jawa Barat;

16) Addendum Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Langen Kridha Pratyangga tentang Pembangunan dan Pengelolaan Lapangan Golf di Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

17) Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati tentang Pendayagunaan Dokter Spesialis Paru dan Radiologi;

18) Addedum perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. POS tentang Pengiiriman surat;

19) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau tentang Kerjasama Pembangaunan Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Kepulauan Riau;

20) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentang Kerjasama Pembangaunan Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

21) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tentang Kerjasama Pembangaunan Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Kepulauan Kalimantan Timur;

22) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat tentang Kerjasama Pembangaunan Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Kalimanatan Barat;

(15)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-15 23) Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI) tentang Rekrutmen dan Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia di Jawa Barat;

24) Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan PT. Telkom Indonesia, Tbk. tentang Langganan Paket Layanan Sewa Virtual Private Server Telkomvp;

25) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentang Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Serta Tindak Pidana Perdagangan Orang;

26) Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau tentang Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Serta Tindak Pidana Perdagangan Orang;

27) Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tentang Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Serta Tindak Pidana Perdagangan Orang;

28) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tentang Peningkatan Jejaring Bidang Hak Asasi Manusia;

29) Kesepakatan bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Institut Teknologi Bandung tentang Kerjasama di Bidang Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pembangunan Jawa Barat;

30) Addendum Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan ITB tentang Peningkatan Kualitas SDM melalui Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi;

31) Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pekerjaan Umum dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang Pendanaan Tanah Jalan Tol Bandung

Intra Urban Toll Road (BIUTR) Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan

Soreang-Pasir Koja (Soroja).

b) Kegiatan penyelesaian perselisihan kerjasama, meliputi :

1) Fasilitasi penyelesaian perselisihan perjanjian kerjasama antar daerah kabupaten/kota di Jawa Barat.

2) Penyelesaian perselisihan kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan pihak ketiga.

(16)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-16

3. Permasalahan dan Solusi.

a) Permasalahan.

(1) Belum dipahaminya ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kerjasama, sehingga menimbulkan masalah dan perselisihan terutama dalam hal pelaksanaan isi perjanjian kerjasama.

(2) Adanya disharmonisasi peraturan perundang-undangan pembentukan kerjasama, sehingga menimbulkan kerancuan dalam hal implementasi pembentukan perjanjian kerjasama.

(3) Lemahnya proses pembentukan perjanjian kerjasama dalam hal negosiasi hak dan kewajiban serta terbatasnya sumber daya manusia secara kuantitas dan kualitas dalam melakukan evaluasi dan monitoring kerjasama.

b) Solusi.

(1) Perlu pemahaman dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kerjasama, sehingga perjanjian yang dibuat memiliki kekuatan hukum yang sah, karena hal ini berkaitan dengan hak dan kewajiban ketika terjadi perselisihan.

(2) Perlu peninjauan dan pengujian terhadap peraturan perundang-perundangan tentang kerjasama sehingga menimbulkan kerancuan.

(3) Perlu peningkatan kapasitas dan kapabilitas aparat Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai negosiator dalam perjanjian kerjasama, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2009 tentang Peningkatan Kapasitas Pengelola Kerjasama Daerah.

E. Pembinaan Batas Wilayah

1. Kebijakan dan Kegiatan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, menyatakan bahwa penegasan batas daerah dititikberatkan pada upaya mewujudkan batas daerah yang jelas dan pasti baik dari aspek yuridis maupun fisik di lapangan.

2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Dalam rangka memfasilitasi penegasan batas daerah antar kabupaten/kota maupun batas daerah antar Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Banten, tahun 2010 Pemerintah Provinsi Jawa Barat melaksanakan Program Pemantapan Otonomi Daerah dan Sistem Administrasi Daerah melalui Kegiatan Penataan Batas Wilayah Antar Kabupaten/Kota dan Antar Provinsi, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.184.200.000,-

(17)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-17 dan realisasi keuangan sebesar Rp. 181.280.000,-. Anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan verifikasi batas daerah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar, rapat koordinasi membahas perumusan draft Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Batas Daerah Kabupaten/Kota dengan instansi teknis, antara lain Bakosurtanal, Direktorat Topografi Angkatan Darat, Biro Hukum Setjen Kemendagri, Ditjen PUM Kemendagri serta Bagian Pemerintahan Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Majalengka, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Untuk penegasan batas daerah antara Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Banten, telah dilaksanakan verifikasi oleh Tim Penegasan Batas Daerah Tingkat Pusat yang didampingi unsur Biro Pemerintahan Umum dari kedua provinsi.

3. Permasalahan dan Solusi

a) Sebagian besar daerah belum melaksanakan penegasan batas daerah sistematis dan terkoordinasi. Batas daerah masih imajiner, hal tersebut memudahkan terjadinya konflik di wilayah perbatasan sehingga mengganggu penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Solusinya melaksanakan penegasan batas daerah daerah secara sistematis, terkoordinasi dan bertahap.

b) Penegasan batas daerah antara Kabupaten Ciamis dengan Kabupaten Majalengka belum mencapai kesepakatan pada PBU 017 ke arah Barat Laut sampai pada PBU 018 dengan koordinat 07° 03′ 12.00889″ LS dan 108° 12′ 34.54993″ BT yang terletak pada batas Desa Girimukti Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka dengan Desa Buana Mekar Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Solusinya, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah melakukan mediasi yang dihadiri kedua belah pihak dengan melibatkan unsur Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, Desa serta tokoh masyarakat. Hasil pertemuan tersebut mencapai kesepakatan yang akan ditindaklanjuti dengan penyelesaian administratif.

F. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana.

1. Status Bencana

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana tentang Status dan Tingkatan Bencana, yang berwenang menetapkan "status bencana" adalah Pemerintah (Presiden) dan Pemerintah Daerah (Gubernur/Bupati/ Walikota). Penetapan "status bencana" dilakukan atas rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana, dalam hal ini BNPB/BPBD. "Status bencana" meliputi potensi terjadinya bencana dan tanggap darurat.

(18)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-18

2. Antisipasi Daerah Dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana.

Dalam upaya mengantisipasi kemungkinan bencana, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan :

a) Menyusun Rencana Aksi Daerah – Pengurangan Resiko Bencana (RAD-PRB), yang merupakan prioritas kegiatan pengurangan resiko bencana.

b) Melakukan penyusunan Data Informasi Bencana Jawa Barat, sebagai bahan pengambilan keputusan dan perencanaan kegiatan pengurangan resiko bencana; c) Menyelenggarakan Pelatihan Mitigasi Bencana di tingkat masyarakat, untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengurangan resiko bencana di lingkungan perumahan dan permukiman; d) Menyelenggarakan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan dalam Kegiatan

Mitigasi Bencana;

e) Menyelenggarakan Sosialisasi Kegiatan Pengurangan Resiko Bencana kepada seluruh Stakeholders kebencanaan Jawa Barat.

3. Potensi yang mungkin terjadi di Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 26 kabupaten/kota merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, yaitu sekitar 18 % dari total penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Barat memiliki karakteristik perpaduan antara daerah pegunungan yang berada di wilayah selatan dan dataran rendah di wilayah pantai utara. Dengan curah hujan rata-rata 219 mm/Th dan berada pada jalur gempa tektonik yang topografinya bergunung-gunung serta aliran sungai yang pada umumnya bermuara diwilayah pantai utara, sehingga beberapa daerah merupakan daerah rawan banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain, dengan ilustrasi sebagai berikut : a) Gempa Bumi dan Tsunami

Tatanan geologi dan tektonik di Jawa Barat membentuk jalur gempa dengan ribuan titik pusat gempa yang berpotansi menjadi ancaman. Gerakan seismik yang kemudian menimbulkan gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergeseran di dalam perut bumi. Pusat Gempa Bumi dengan kedalaman 185-300 kilometer terbentang di pulau Jawa. Bencana gempa bumi yang terjadi di laut dapat mengakibatkan gelombang pasang (tsunami) yang menghantam pemukiman pesisir pantai. Tercatat 5 kabupaten/kota yang rawan gempa bumi dan tsunami yaitu Kota. Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Sukabumi).

b) Gunung Berapi

Rangkaian gunung api membentang di Jawa Barat, sehingga letusan gunung berapi merupakan salah satu bencana yang menjadi ancaman bagi masyarakat

(19)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-19 Jawa Barat. Terdapat 6 gunung berapi aktif dan berpotensi ancaman bencana, yaitu Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Ciremai, Gunung Gede Pangrango, Gunung Guntur, dan Gunung Salak.

c) Angin Topan dan Badai

Karakter klimatologi dan meteorologi Jawa Barat menimbulakn pertukaran musim yang diwarnai depresi tropis sampai dengan badai dan angin topan. Daerah Jawa bagian utara merupakan kawasan yang berpotensi mengalami bencana angin

topan dan badai. Tercatat 6 Kabupaten/Kota yang rawan angin topan dan badai yaitu Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon, Kabupaten Bandung, Kabupaten

Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, dan Kota Bogor. d) Banjir

Alam Jawa Barat bergunung-gunung dan berlembah dengan berbagai ngarai dan sungai, berpotensi untuk mengalami banjir, longsor dan erosi. pada umumnya, Banjir terjadi di wilayah Jawa Barat bagian utara dan selatan. Daerah rawan banjir tersebut diperburuk dengan adanya penggundulan hutan dan perubahan tataguna lahan yang kurang mempertimbangkan daerah resapan air sehingga menimbulkan banjir. Tercatat 9 Kabupaten/Kota yang merupakan daerah rawan banjir yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kota Bekasi, dan Kota Depok.

e) Longsor

Longsor sering terjadi di daerah yang memiliki derajat kemiringan tinggi, yang diperburuk oleh penataan penggunaan lahan yang tidak sesuai. Pada umumnya, longsor terjadi pada musim basah ketika terdapat peningkatan curah hujan. Terdapat 12 Kabupaten/Kota yang merupakan daerah rawan longsor, yaitu Kabupaten, Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kabupaten Cianjur.

f) Kekeringan

Bencana kekeringan biasanya terjadi pada musim kemarau panjang yang mengakibatkan kegagalan panen hasil pertanian. Tercatat 3 Kabupaten/Kota yang merupakan daerah rawan kekeringan, yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang.

g) Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor alam dan kesalahan manusia. tidak bertanggungjawabnya para pengusaha/pemegang hak penguasaan hutan

(20)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-20 dan rendahnya kesejahteraan dan pendidikan penduduk di sekitar dan di dalam hutan dapat merupakan penyebab kebakaran hutan dan lahan.

h) Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa

Epidemi, wabah dan kejadian luar biasa (KLB) merupakan ancaman yang diakibatkan oleh penyebaran penyakit menular yang berjangkit di suatu daerah. Pada skala besar, epidemi/wabah/KLB dapat mengakibatkan korban jiwa dan meningkatnya jumlah penderita penyakit.

i) Kecelakaan Transportasi

Beberapa kecelakaan yang terjadi pada berbagai mode transpotasi darat, laut maupun udara, terutama pada sarana transportasi umum (kapal laut, pesawat terbang dan angkutan darat termasuk kereta api) dapat mengakibatkan korban jiwa yang cukup besar. Sektor utama dalam penanganan bencana akibat kecelakaan transportasi adalah sektor perhubungan.

j) Pencemaran Lingkungan

Pesatnya pertumbuhan industri di Jawa Barat yang tidak memperhatikan analisis dampak lingkungan mengakibatkan pencemaran tanah, air maupun udara.

k) Kerusuhan Sosial

Kerusuhan sosial terjadi apabila terdapat konflik vertikal dan horizontal baik langsung maupun tidak langsung. Tercatat a Kabupaten/Kota yang rawan kerusuhan sosial, yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Bogor.

G. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum.

Berdasarkan hasil evaluasi dan pelaporan situasi keamanan dan Ketertiban di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat selama tahun 2010, teridentifikasi beberapa aksi demonstrasi/unjuk rasa dan atau penyampaian aspirasi sebanyak 77 kali yang meliputi 17 aspirasi ketanegakerjaan, 8 aspirasi hukum, 5 aspirasi pemerintahan, 2 aspirasi lingkungan hidup, 2 aspirasi bencana alam, 3 aspirasi pendidikan, 2 aspirasi kehutanan, 4 aspirasi penolakan kenaikan Tarif Dasar Listrik. Adapun untuk perhubungan, organisasi kemasyarakatan, perdagangan, keagamaan, peranan wanita, keuangan daerah, pengadaan barang jasa lelang, rancangan undang-undang, perekonomian, pertanahan, dan kepegawaian, masing-masing 1 aspirasi.

Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat yang menangani ketentraman dan ketertiban umum, baik operasional maupun tekhnis adalah Satuan Polisi Pamongpraja Provinsi Jawa Barat dengan jumlah pegawai 130 orang, terdiri dari Golongan IV 6 Orang , Golongan III 58 Orang, Golongan II 62 Orang dan Golongan I 4 Orang, sedangkan berdasarkan pendidikan antara lain, Strata 2 sebanyak 5 orang, Strata

(21)

LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 VI-21 1 sebanyak 22 Orang, Diploma 3 sebanyak 9 Orang, SLTA sebanyak 78 Orang, SLTP sebanyak 10 orang, dan SD 6 orang.

Selain hal tersebut, dibentuk Tim Koordinasi Pemeliharaan Ketertiban umum di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari unsur Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, Badan Kesatuan Bangsa Politik Perlindungan Masyarakat Daerah Provinsi Jawa Barat, DPRD Provinsi Jawa Barat dan Polda Jawa Barat, berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 300.05/Kep.1315-Pem um/2009, tangal 16 September 2009 tentang Tim Koordinasi 300.05/Kep.1315-Pemeliharaan Ketertiban Umum di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Guna kelancaran penanganan ketentraman dan ketetiban umum, Provinsi Jawa Barat menganggarkan biaya sebesar Rp. 17.409.372.159,- pada Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat dan sebesar Rp. 350.000.000,- pada Sub Bagian Perlindungan Masyarakat dan Ketentraman Ketertiban Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

Dalam menanggulangi berbagai potensi gangguan dan ketertiban umum yang disebabkan oleh kesenjangan sosial, ekonomi, faktor politik, faktor kebudayaan, etnis, agama, serta psikologis diperlukan langkah-langkah early worning dan early

detection, melalui koordinasi dengan instansi terkait dalam pengumpulan data dan

informasi yang dipergunakan untuk mencari atau menemukan sebab serta akar permasalahan dari peristiwa yang terjadi, keikutsertaan aparat, meningkatkan intensitas penanggulangan dengan mengedepankan aparat serta unsur pendukung pengamanan lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air di Sungai Plumbon dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dan menganalisis pengaruh kondisi tata

Pada kalimat (3) kata bujing-bujing ‘gadis-gadis’ dalam kalimat ketiga menunjukkan makna yang jelas bahwa bujing-bujing ‘gadis-gadis’ yang dimaksud sudah dewasa,

garis B), profil B’ (hilangnya lung sliding dengan garis B), profil C (konsolidasi paru yang ekuivalen dengan gambaran garis pleura yang tebal dan

Pembuatan mekanik alat solar dryer ini berfokus pada pengeringan yang cepat serta merata dan hasil akhir penjemuran yang diinginkan secara otomatis, dimana sistem bekerja

Homogenisasi Peralatan tidak steril Penggunaan alat yang telah disterilisasi Bukan CCP Tidak terdapat penggumpalan susu Pemantauan peralatan secara berkala

IBADAH GABUNGAN : Sesuai dengan Program Kerja Majelis Gereja bahwa Setiap Minggu ke-4 dilaksanakan ibadah Gabungan di Gedung Gereja Tiban III, dalam Rangka Pembinaan

Wawancara guru mata pelajaran Fisika MAN Model Palangka Raya (tanggal 13/11/2013). Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar,

Ujang Suyatman, M.Ag Fakultas Adab dan Humaniora Desa Karyamekar Kecamatan Cibatu Purwakarta Kabupaten 80 190 300.. Mohamad Agus Salim,