TANGGUNG JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM BIDANG
PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S2
Program Studi
Magister Kenotariatan
Oleh:
AHMAD ADI WINARTO, S.H.
B4B000092
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
TESIS
TANGGUNG JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM BIDANG
PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI
Disusun Oleh:
AHMAD ADI WINARTO, S.H.
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal 16 November 2008
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Menyetujui,
Pembimbing
Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan
Yunanto, S.H., M.Hum
Mulyadi, S.H., MS.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan,
sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang,
Yang menyatakan,
AHMAD ADI WINARTO, S.H.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim,
Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT dan atas
kuasa-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “TANGGUNG
JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN
DALAM BIDANG PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI” dengan baik, untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Magister Kenotariatan di
Program Pascasarjana Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro.
Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa kesemuanya ini tidak
mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dan dorongan dari bapak dan ibu
dosen serta pihak-pihak yang terkait. Untuk itu pada kesempatan ini, perkenankan
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang
terhormat:
1.
Bapak Mulyadi, S.H., M.S., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang;
2.
Bapak Yunanto, S.H, M. Hum., selaku dosen pembimbing tesis yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyusun tesis;
3.
Bapak A. Kusbiyandono, S.H, M.Hum., selaku penguji;
4.
Bapak dan ibu dosen dan karyawan Program Studi Magister Kenotariatan
Universitas Diponegoro;
5.
Direktur PT.Griya Kusuma Mukti, yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian di PT. Griya Kusuma Mukti;
6.
Direktur PT. Wahyu Multi Prakosa, yang dengan tangan terbuka menerima
penulis untuk mengadakan penelitian;
7.
Direktur CV. Bima Abadi, yang telah berkenan untuk memberikan ijin dan segala
informasi yang dibutuhkan penulis;
9.
Bapakku H. Kastoer dan Ibuku Roebijatun yang selalu mendoakan akan
keberhasilan penulis;
10.
Mertuaku dr. H. Moh. Istikmal (alm), yang selalu mendorong penulis sampai
detik terakhirnya dan Ulfah Hanum, yang selalu mendoakan penulis agar segala
sesuatu menjadi lancar;
11.
Istriku Maya Silvia, S.H., M.Kn, yang membantuku siang dan malam
mencurahkan segenap pikiran dengan ide-idenya dan anak-anakku, Muhammad
Iqbal Fadillah, Zerlin Nabila, Aliya Kamila yang selalu menghibur;
12.
Kakakku Ir. Andi Reman Sugiar, yang selalu memberi obat pendorong semangat
agar penulis selalu maju pantang menyerah;
13.
Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan tesis ini baik
secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan secara
keseluruhan.
Penulis berharap, semoga tesis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
bagi para pihak yang membutuhkan informasi seputar tanggung jawab developer
sebagai upaya perlindungan konsumen khususnya dibidang perumahan. Penulis
mohon maaf apabila terdapat kesalahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
penulisan tesis ini karena hal ini bukan merupakan kesengajaan, melainkan
semata-mata karena kekhilafan penulis. Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak
retak”.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk lebih
sempurnanya tesis tersebut.
Semarang, November 2008
Penulis,
ABSTRAK
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat manusia
melakukan aktifitas hidup dan berfungsi untuk melindungi manusia dari gangguan
eksternal.
Di Indonesia kebutuhan masyarakat akan rumah semakin meningkat terutama
pada masyarakat perkotaan. Tetapi, memiliki sebuah rumah, membutuhkan dana
yang besar. Hal tersebut disebabkan terbatasnya lahan dan mahalnya harga tanah.
Mengatasi masalah tersebut, kemudian pemerintah membuat program
perumahan yang segment pasarnya lebih diperuntukkan bagi masyarakat golongan
ekonomi menengah ke bawah. Pemerintah juga menghimbau kepada para pengusaha
property agar membuat perumahan bagi segment pasar tersebut. Dalam
perkembangannya ternyata usaha di bidang properti sangat menjanjikan. Maka
tidaklah heran banyak pengusaha properti yang kemudian melirik usaha tersebut.
Akibatnya persaingan bisnis semakin ketat. Mereka berlomba untuk menarik
orang-orang untuk membelinya dengan berbagai cara. Mereka mengadakan promosi
produknya dengan mengumbar janji-janji bahwa konsumen akan mendapatkan
kualitas bangunan yang baik, fasilitas yang lengkap, uang muka, cicilan serta bunga
yang ringan disamping itu kemudahan dalam masalah legalitas. Tapi dalam
pelaksanaannya tidak semua janji-janji terealisasi sehingga para konsumen/pembeli
banyak yang kecewa karena apa yang mereka peroleh tidak sesuai seperti yang
dijanjikan. Dan konsumen merasa dirugikan.
Melihat kenyataan tersebut di atas pemerintah berupaya mencari jalan keluar.
Kemudian pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Tapi ternyata dalam penerapannya dilapangan mengalami kendala salah
satunya adalah kurangnya kesadaran konsumen akan hak-haknya dalam hukum.
Berdasarkan penelitian di tiga tempat yaitu PT. Griya Kusuma Mukti, PT.
Wahyu Multi Prakosa dan CV. Bima Abadi (di mana pemilihan ketiga tempat
tersebut didasarkan pada tehnik non probabilitas sampling dengan jenis sampel yang
digunakan adalah purposive sampling), diperoleh data-data yang dibutuhkan
kemudian dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di
lapangan, sehingga diperoleh gambaran secara pasti bagaimana pelaksanaan
perjanjian jual beli rumah antara developer dengan konsumen, yang ternyata
pelaksanaan perjanjian tidak selalu sesuai dengan perjanjian. Ini dapat dilihat dari
kasus di ketiga developer tersebut, di mana dalam perjanjian telah disepakati apabila
pihak konsumen membatalkan pesanan padahal konsumen telah membayar uang
muka, maka pihak konsumen akan mendapat pengembalian uang muka dengan
dikenakan penalty dari developer. Tetapi kenyataannya, apabila pihak konsumen
membatalkan pesanan, maka uang muka yang disetorkan tidak akan dikembalikan
oleh developer dengan alas an barang yang telah dipesan tidak dapat dibatalkan.
plafon yang mulai copot, yang dikhawatirkan membahayakan keselamatan bagi
penghuninya. Disaat hujan, air hujan rembes di tembok sehingga tembok mudah
lumutan dan hal tersebut tentunya mengganggu kenyamanan hidup bagi konsumen.
Dalam praktek , untuk menampung komplain dari konsumen, developer
menyediakan kotak komplain dan kemudian pihak developer akan menindaklanjuti
komplain tersebut dengan penanganan sesegera mungkin dengan syarat masih dalam
masa garansi pemeliharaan. Apabila masa garansi habis, maka developer tidak
bertanggung jawab atas kerusakkan yang terjadi. Masa garansi di tiga developer juga
berlainan, ada yang bergaransi 100 hari, 150 hari dan 200 hari, hal tersebut menurut
mereka sebagai realisasi tanggung jawab mereka terhadap konsumen dan menurut
mereka hal tersebut sudah memenuhi aturan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu pasal 27 poin e.
ABSTRACT
House is one of the basic needs for human. It’s a place where human can do
their activities in life and has a function to protect the human from external
disturbances.
In Indonesia, the people who needs a house is getting more especially in
urban area. But having a house needs a big fund. It’s caused by the limitation of
lands and its price which is very expensive.
Resolving the problem, the government makes a settlement program which
has special large market segment for the mid-lower economy class. The government
also appeals for the property businessman to make the settlements for the market
segment. In its development, in fact, the businessman in property field is very
promising. So, it’s not wonder that many property businessman glances at the
business. The consequence is the business competition become tight. They compete
to attack the people to buy it in many ways. They promote their products by giving
some promises that the consumers will get the good quality building, the complete
facilities, advance payment, installment and also the tower interest, beside that it also
makes easy in legality problem. But in its implementation, not all of this promises
become real so that many buyers or customers feel disappointed because they don’t
get something like what they have promised before. And the customers feel losing
out.
Looking at the fact above, the government tries to find the way out. Then in
1999 the government issues the policy, that is Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
about The Customer Protection. But, in fact, in its application outside, it experiences
some barriers, one of them is the less of customer awareness about their rights in law.
Based on the research in three places such as PT. Griya Kusuma Mukti, PT. Wahyu
Multi Prakosa and CV. Bima Abadi (where the choosing of the three places are based
on improbability sampling technic by using purposive sampling), it’s got some data’s
which are needed, then they’re analyzed qualitavely to know the problem happened
in the field so that it’s got the certain description how the implementation of buying
and selling agreement ideal of the house between the developer and the consumer
which is in fact that the deal/agreement implementation isn’t always suitable with the
agreement. It can be seen from the case between the three developers, that in the
agreement, it has been agreed if the customer cancels the order whereas the customer
has paid the advance payment so the customer will get the refunds of the advance
payment by giving a penalty from the developer. But, in fact, if the customer cancels
the order so the advance payment paid will not refunded by the developer with some
reasons that the things/goods which have been ordered can’t be cancelled.
Another problem often is when the customer get the agreement object of
buying and selling house, they must feel a disappointment because in fact the house
quality promised isn’t fulfilled.
can danger the occupier. When it’s raining, the rain water penetrates into the wall so
that the wall is easy to become mossy and it can disturb the customer pleasure in life.
In practical, to take in all complaints from the customer, the developer
prepares the complaint box from here then the developer will follow up the
complaints by handling as soon as possible with the requirement that it’s still in
maintenance guarantee period. If the guarantee period is over so the developer isn’t
responsible for the damage happened. The guarantee period in three developers is
also different; there is 100 days in guarantee, 150 days in guarantee and 200 days in
guarantee. They think that it’s one realization of their responsibility to the customer
and they think that it has been fulfilled the rules in Undang-Undang Nomor 8 tahun
1999 about the customer Protection is pasal 27 point e.
Keyword: The Customer Protection
DAFTAR ISI
Halaman
... i
Halaman Judul...
i
Halaman Pengesahan ...
ii
Halaman Pernyataan...
iii
Kata Pengantar ...
iv
Abstrak ... vi
Abstract ... viii
Daftar Isi ...
x
Bab I
Pendahuluan ...
1
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Perumusan Masalah ...
7
C.
Tujuan Penelitian ...
7
D.
Manfaat Penelitian ...
7
E.
Sistematika Tesis...
8
Bab II.
Tinjauan Pustaka ...
9
A.
Tinjauan Umum Terhadap Perjanjian ...
9
1.
Pengertian Perjanjian Pada Umumnya...
9
2.
Asas-asas Hukum Perjanjian...
10
3.
Syarat sahnya Perjanjian ...
12
4.
Jenis-jenis Perjanjian...
15
5.
Wanprestasi dan Akibatnya...
16
6.
Perjanjian Jual Beli Rumah...
17
a.
Pengertian Jual Beli ...
17
b.
Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah ...
18
d.
Dokumen-dokumen Hukum Yang Timbul Dari
Perjanjian Jual Beli Rumah...
18
B.
Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab Developer ...
19
1.
Pengertian Umum Tentang Developer (Pelaku Usaha) ...
19
2.
Hak, Kewajiban, Dan Tanggung Jawab Developer
(Pelaku Usaha) ...
20
C.
Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen Dalam
Bidang Perumahan ...
27
1.
Pengertian Umum Tentang Konsumen ...
27
2.
Hak dan Kewajiban Konsumen...
27
3.
Pengertian Perlindungan Konsumen ...
33
4.
Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ...
33
5.
Sengketa Konsumen...
34
a.
Pengertian Sengketa Konsumen...
34
b.
Pihak-pihak dalam Sengketa Konsumen...
35
c.
Bentuk-bentuk sengketa konsumen ...
35
d.
Penyelesaian sengketa konsumen ...
36
BAB III. METODE PENELITIAN...
40
A.
Metode Pendekatan ...
41
B.
Jenis Penelitian...
41
C.
Populasi ... 41
D.
Penentuan Sampel ...
42
E.
Jenis dan Sumber Data ...
43
F.
Tehnik Pengumpulan Data...
44
G.
Alat Pengumpul Data ...
44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 46
A.
Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah Antara Developer
dengan Konsumen Sebagai Upaya Perlindungan Konsumen
dalam Bidang Perumahan di Kabupaten Pati...
46
B.
Tanggung Jawab Developer Sebagai Upaya Perlindungan
Konsumen Dalam Bidang Perumahan di Kabupaten Pati. ...
60
BAB V. PENUTUP...
65
A.
Kesimpulan ... 65
B.
Saran... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A . La ta r Be la ka ng Ma sa la h
Se ja la n d e ng a n jum la h p e nd ud uk ya ng m a kin p e sa t, tuntuta n a ka n
te rse d ia nya b e rb a g a i fa silita s ya ng m e nd ukung ke hid up a n m a sya ra ka t jug a
m e ng a la m i p e ning ka ta n. Ha l te rse b ut m e nd o ro ng p iha k p e m e rinta h
m a up un sw a sta untuk m e la ksa na ka n p e m b a ng una n, te ruta m a d i b id a ng
p e rum a ha n.1
Pe rum a ha n m e rup a ka n sa la h sa tu ke b utuha n d a sa r m a nusia (Ba sic
Ne e d) ya ng te la h a d a , se iring d e ng a n ke b e ra d a a n m a nusia itu se nd iri.
Me d ia p e rum a ha n m e nja d i sa ra na b a g i m a nusia g una m e la kuka n b e rb a g a i
m a c a m a ktifita s hid up d a n sa ra na untuk m e m b e rika n p e rlind ung a n uta m a
te rha d a p a d a nya g a ng g ua n-g a ng g ua n e kste rna l, b a ik te rha d a p ko nd isi
iklim m a up un te rha d a p g a ng g ua n la innya .
Sa a t ini ko nse p p e rum a ha n te la h m e ng a la m i p e ng g e se ra n, tid a k
ha nya se b a g a i ke b utuha n d a sa r sa ja , a ta up un se b a g a i m e d ia ya ng
m e m b e rika n p e rlind ung a n, na m un p e rum a ha n te la h m e nja d i g a ya hid up
(life style), m e m b e rika n ke nya m a na n d a n m e nunjukka n ka ra kte ristik a ta u ja ti
d iri, ya ng m e rup a ka n sa la h sa tu p o la p e ng e m b a ng a n d iri se rta sa ra na
p riva te , se b a g a im a na d ib utuhka n p a d a m a sya ra ka t g lo b a l.
1
Pe m b a ng una n p e re ko no m ia n na sio na l p a d a e ra g lo b a lisa si, ha rus
d a p a t m e nd ukung tum b uhnya d unia usa ha , se hing g a m a m p u
m e ng ha silka n b e ra ne ka b a ra ng / ja sa ya ng m e m iliki ka nd ung a n te kno lo g i
d a n d a p a t m e ning ka tka n ke se ja hte ra a n b a nya k se rta se ka lig us
m e nd a p a tka n ke p a stia n a ta s b a ra ng d a n/ a ta u ja sa ya ng d ip e ro le h d i
p a sa r.
Di Ind o ne sia , ke b utuha n te rha d a p p e rum a ha n jug a te la h m e ng a la m i
p e ning ka ta n, se b a g a im a na ya ng te rja d i p a d a m a sya ra ka t d unia , te ruta m a
p a d a m a sya ra ka t p e rko ta a n, d i m a na p o p ula si p e nd ud uknya sa ng a t b e sa r,
se hing g a m e m a ksa p e m e rinta h untuk b e rup a ya m e m e nuhi ke b utuha n a ka n
p e rum a ha n d i te ng a h b e rb a g a i ke nd a la se p e rti ke te rb a ta sa n la ha n
p e rum a ha n.
Pe rm a sa la ha n la in ya ng ke ra p m unc ul d a la m p e m e nuha n
ke b utuha n te rha d a p p e rum a ha n a d a la h a sp e k-a sp e k m e ng e na i ko nsum e n,
d i m a na ko nsum e n b e ra d a p a d a p o sisi ya ng d irug ika n. Pe rm a sa la ha n
te rse b ut m e rup a ka n p e rso a la n ya ng kla sik d a la m sua tu siste m e ko no m i,
te ruta m a p a d a ne g a ra -ne g a ra b e rke m b a ng , ka re na p e rlind ung a n
te rha d a p ko nsum e n tid a k m e nja d i p rio rita s uta m a d a la m d unia b isnis,
m e la inka n ke untung a n ya ng d ip e ro le h o le h p ro d use n a ta u p e la ku usa ha ,
tid a k te rke c ua li d a la m b id a ng p e rum a ha n.
Pa d a b e b e ra p a ka sus ya ng te rja d i, um um nya p iha k ko nsum e n tid a k
b e rd a ya m e m p e rta ha nka n ha k-ha knya , ka re na ting ka t ke sa d a ra n
m inim nya ting ka t p e ng e ta hua n ko nsum e n itu se nd iri,2 b a ik te rha d a p a sp e k
Ketentuan Umum, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Citra Umbara, Bandung, 2007.
3
se b e sa r 3% (tig a p e rse n) d a ri Rp . 18. 425. 100,- (d e la p a n b e la s juta e m p a t
ra tus d ua p uluh lim a rib u se ra rus rup ia h) se tia p b ula nnya . Ad a p un d a la m
a m a r p utusa n m a je lis ha kim te rse b ut d inya ta ka n b a hw a p e ng e m b a ng te la h
m e la kuka n p e rb ua ta n m e la w a n hukum ka re na tid a k m e m b e rika n
p e la ya na n ya ng b a ik ke p a d a ko nsum e nnya ya ng a nta ra la in a d a la h la la i
m e ng urus Kre d it Pe m ilika n Rum a h (KPR) d i b a nk se sua i sub sta nsi ya ng
d ike m uka ka n p e ng e m b a ng d a la m b ro surnya , tid a k m e m b e rika n b ukti
kuita nsi p e m b a ya ra n d a n p e rja njia n p e ng ika ta n jua l b e li (PPJB). Da la m
b ro sur ya ng d ike lua rka n p e ng e m b a ng d inya ta ka n b a hw a untuk p e m b e lia n
ka vling / ta na h p e ng urusa n Kre d it Pe ng urusa n Rum a h (KPR)m e nja d i
ta ng g ung ja w a b ko nsum e n, se d a ng ka n untuk p e m b e lia n rum a h b e rikut
ta na h tid a k a d a ke te ra ng a n a p a -a p a . Ha l itu b e ra rti p e ng urusa n Kre d it
Pe ng urusa n Rum a h (KPR)nya m e nja d i ta ng g ung ja w a b p e ng e m b a ng . Tid a k
te rd a p a t sa la h ta fsir ko nsum e n a ta s b ro sur te rse b ut, te ta p i justru info rm a si
ya ng d isa jika n p e ng e m b a ng itu d id ug a m e nye sa tka n ko nsum e n.
Dud uk p e rka ra d a ri ka sus te rse b ut d i a ta s te rja d i, ke tika p e ng e m b a ng
m e m utuska n p e rja njia n p e ng ika ta n jua l b e li rum a h se c a ra se p iha k d a n
m e m o to ng 10% (se p uluh p e rse n) ua ng m uka ya ng te la h d ise to rka n
ko nsum e n, d e ng a n a la s a n ko nsum e n tid a k d a p a t m e nye le sa ika n
p e m b a ya ra n p e m b e lia n rum a h d e ng a n m e ng a juka n b a nk se b a g a i
p e nya nd a ng d a na Kre d it Pe m ilika n Pe rum a ha n (KPR).
Da la m ke nya ta a nnya p a d a ting ka t b a nd ing m a up un ting ka t ka sa si,
m e ng a ng g a p , b a hw a ko nsum e n ya ng te la h m e m b a ta lka n p e rja njia n
te rse b ut, se hing g a ko nsum e n d ike na ka n p o to ng a n 10% (se p uluh p e rse n)
d a ri ua ng m uka ya ng te la h d ise to rka n.
Pe ninja ua n hukum te rus d ila kuka n o le h ko nsum e n d e ng a n
m e ng a juka n p e ninja ua n ke m b a li. Te rnya ta d a la m up a ya p e ninja ua n
ke m b a li te rse b ut ko nsum e n d im e na ng ka n. Di d a la m m e m o ri Ma hka m a h
Ag ung (MA) te la h m e la kuka n sua tu ke khiila fa n a ta u ke ke lirua n nya ta se sua i
Pa sa l 67 b utir f Und a ng -Und a ng No m o r 14 ta hun 1985 te nta ng Ma hka m a h
Ag ung , a nta ra la in ya itu:
(1) Ko nsum e n d inya ta ka n te la h m e la kuka n p e m b a ta la n, p a d a ha l p e ng e m b a ng la h ya ng m e la kuka n p e m b a ta la n.
(2) Ma hka m a h Ag ung (MA) te la h m e la kuka n p e la ng g a ra n a sa s ke b e b a sa n b e rko ntra k (Pa sa l 1338 jo Pa sa l 1320 Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pe rd a ta ). Pe rja njia n Pe ng ika ta n Jua l Ba li (PPJB) ya ng tid a k p e rna h d ita nd a ta ng a ni ke d ua b e la h p iha k d ija d ika n d a sa r untuk m e m b e rla kuka n Pa sa l 4 b utir 6 d a n Pa sa l 1 huruf a , Pa sa l 2 huruf f d a n huruf g la m p ira n ke p utusa n Me nte ri Ne g a ra Pe rum a ha n Ra kya t No m o r 09/ KPTS/ M/ 1995 te nta ng Pe d o m a n Pe ng ika ta n Jua l Be li Rum a h, p a d a ha l se m e stinya Sura t Rinc ia n Ang sura n (SRA) ya ng te la h d ita nd a ta ng a ni ke d ua b e la h p iha k m e rup a ka n d a sa r p e rika ta n a nta ra p e ng e m b a ng d e ng a n ko nsum e n.
Be rd a sa rka n ka sus te rse b ut d a p a t d iliha t b a hw a b e ta p a sulitnya
ko nsum e n m e nd a p a t p e rlind ung a n hukum . Pa d a d a sa rnya p e nye le sa ia n
ka re na itu, m e na ng a ta u ka la h, ko nsum e n je la s te la h m e ng e lua rka n b ia ya ,
w a ktu d a n te na g a ya ng b e sa r.
Ka sus d i a ta s ha nya sa tu d i a nta ra b a nya k ka sus ya ng te rja d i d a la m
b isnis p ro p e rty/ p e rum a ha n d i Ind o ne sia . Ma sih b a nya k ka sus la in d a la m
b isnis p ro p e rty/ p e rum a ha n ya ng a nta ra la in ka sus ya ng m e nya ng kut
ke tid a kse sua ia n b e rup a ja d w a l p e nye ra ha n rum a h ya ng m o lo r, g a m b a r
a rsite ktur, g a m b a r d e na h d a n sp e sifika si te knik b a ng una n, kua lita s
b a ng una n tid a k se sua i p e rja njia n, se rta fa silita s-fa silita s la in se p e rti fa silita s
p e m a sa ng a n a ir, insta la si listrik d a n sa ra na p ra sa ra na ling kung a n (fa silita s
um um d a n so sia l), m a up un m a sa la h le g a lita s se p e rti m isa lnya Izin Me nd irika n
Ba ng una n (IMB) d a n se rtifika t rum a h. IMB d a n se rtifika t ya ng d ija njika n
ke p a d a ko nsum e n p a d a sa a t p ro m o si p e njua la n rum a h tid a k d ip e nuhi.4
Be rb a g a i p e rso a la n te rse b ut d i a ta s, m e nd o ro ng p e m e rinta h untuk
m e ng e lua rka n b e rb a g a i m a c a m ke b ija ka n d i b id a ng hukum , untuk
m e ng a tur ha l-ha l ya ng b e rhub ung a n d e ng a n p e rum a ha n d a n
p e nye d ia a nnya , se p e rti ha lnya d i d a la m Kita b Und a ng -Und a ng Hukum
Pe rd a ta d a n Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pid a na . Da la m KUHPe rd a ta
te la h d ia tur m e ng e na i ha k-ha k ko nsum e n untuk m e la kuka n up a ya hukum ,
a p a b ila d ila ng g a r o le h p e la ku usa ha . Ko nsum e n d a p a t m e nuntut g a nti
ke rug ia n, b a ik b e rd a sa rka n p e rb ua ta n m e la w a n hukum /Onre c htma tig e
4
Da a d (Pa sa l 1365-1367, 1369 KUHPe rd a ta ) m a up un te rha d a p a d a nya c a c a t
te rse m b unyi (Pa sa l 1504 d a n 1506 KUHPe rd a ta ).
Se c a ra le b ih sp e sifik m e ng e na i p e rlind ung a n ko nsum e n, p e m e rinta h
jug a te la h m e ng e lua rka n ke b ija ka n b e rup a Und a ng -Und a ng Pe rlind ung a n
Ko nsum e n No m o r 8 ta hun 1999, g una m e nje m b a ta ni ke b utuha n a ka n
p e rlind ung a n hukum b a g i ko nsum e n, d e ng a n m e w ujud ka n ke se im b a ng a n
p e rlind ung a n ke p e nting a n ko nsum e n d a n p e la ku usa ha , se hing g a te rc ip ta
p e re ko no m ia n ya ng se ha t, te rm a suk m e ng e na i a sp e k-a sp e k p e rum a ha n.
Na m un b e rb a g a i m a c a m p e ra tura n tid a k a ka n b e rja la n d e ng a n e fe ktif,
a p a b ila tid a k te rla ksa na ka n se c a ra o p tim a l, d i sa m p ing m inim nya
ke sa d a ra n ko nsum e n te rha d a p ha k-ha knya d a la m hukum .
Und a ng -Und a ng Pe rlind ung a n Ko nsum e n (UUPK), d im a ksud ka n
m e nja d i la nd a sa n hukum ya ng kua t b a g i p e m e rinta h d a n le m b a g a
p e rlind ung a n sw a d a ya m a sya ra ka t, untuk m e la kuka n up a ya
p e m b e rd a ya a n ko nsum e n, m e la lui p e m b ina a n d a n p e nd id ika n ko nsum e n.
Up a ya p e m b e rd a ya a n te rse b ut p e nting , ka re na tid a k m ud a h
m e ng ha ra p ka n ke sa d a ra n p e la ku usa ha ya ng , p a d a d a sa rnya se c a ra
p rinsip e ko no m i le b ih m e ng uta m a ka n untuk m e nd a p a t ke untung a n ya ng
se m a ksim a l m ung kin, d e ng a n m o d a l se m inim m ung kin. Prinsip ini sa ng a t
p o te nsia l m e rug ika n ke p e nting a n ko nsum e n, b a ik se c a ra la ng sung m a up un
tid a k la ng sung .
Me ng ing a t a d a nya ka sus ya ng m e rug ika n ko nsum e n, te ruta m a
k-a sp e k p e rtk-a ng g ung jk-a w k-a b k-a n d e ve lo p e r, se b k-a g k-a i up k-a yk-a p e rlind ung k-a n
ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n.
B. Rum usa n Ma sa la h
Be rd a sa rka n ura ia n te rse b ut d i a ta s, m a ka p e rm a sa la ha n ya ng d a p a t
d ike m uka ka n d a la m te sis ini a d a la h:
1. Ba g a im a na p e la ksa na a a n p e rja njia n jua l b e li rum a h a nta ra d e ve lo p e r
d e ng a n ko nsum e n, se b a g a i up a ya p e rlind ung a n ko nsum e n d a la m
b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n Pa ti?
2. Ba g a im a na ta ng g ung ja w a b d e ve lo p e r, se b a g a i up a ya p e rlind ung a n
ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n Pa ti?
C . Tujua n Pe ne litia n
Tujua n ya ng ing in d ic a p a i d a la m p e ne litia n ini a nta ra la in :
1. Untuk m e ng e ta hui d a n m e m a ha m i p e la ksa na a a n p e rja njia n jua l b e li
rum a h a nta ra d e ve lo p e r d e ng a n ko nsum e n, se b a g a i up a ya
p e rlind ung a n ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n Pa ti.
2. Untuk m e ng e ta hui d a n m e m a ha m i ta ng g ung ja w a b d e ve lo p e r, se b a g a i
up a ya p e rlind ung a n ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n
D. Ma nfa a t Pe ne litia n
Ke g una a n d a la m p e ne litia n ini a nta ra la in :
1. Ke g una a n te o ritis
Diha ra p ka n ha sil p e ne litia n ini m e m p unya i ke g una a n b a g i
p e rke m b a ng a n ilm u hukum khususnya b e rka ita n d e ng a n hukum
p e rlind ung a n ko nsum e n.
2. Ke g una a n p ra ktis
a . Me na m b a h w a w a sa n p e nulis d a la m m a sa la h p e rlind ung a n hukum
b a g i ko nsum e n p e rum a ha n d i Pa ti.
b . Se b a g a i m a suka n b a g i p iha k-p iha k ya ng te rka it d e ng a n m a sa la h
Te sis
E. Siste m a tika Pe nulisa n
Te sis ini te rd iri d a ri 5 (lim a ) b a b , ya itu:
Ba b I. Me ng e na i p e nd a hulua n, ya ng m e ng ura ika n fa kta -fa kta ya ng m e nja d i la ta r b e la ka ng p e ne litia n, p e rm a sa la ha n, tujua n, d a n
m a nfa a t p e ne litia n.
Ba b II. Me rup a ka n tinja ua n p usta ka , ya ng m e ng ura ika n m e ng e na i p e ng e rtia n p e rja njia n, a sa s-a sa s p e rja njia n, sya ra t sa hnya
p e rja njia n, je nis-je nis p e rja njia n d a n w a np re sta si se rta a kib a tnya ,
ta ng g ung ja w a b d e ve lo p e r, m e ng ura ika n m e ng e na i
p e rlind ung a n ko nsum e n.
Ba b III. Me rup a ka n m e to d o lo g i p e ne litia n, ya ng te rd iri d a ri m e to d e p e nd e ka ta n, je nis p e ne litia n,p o p ula si, p e ne ntua n sa m p e l, je nis
d a n sum b e r d a ta , a la t p e ng um p ul d a ta , te knis a na lisis d a ta .
Ba b IV. Me rup a ka n ha sil p e ne litia n d a n p e m b a ha sa n te rha d a p ha sil p e ne litia n te rse b ut.
Ba b V. Me rup a ka n b a b p e nutup ya ng m e ng ura ika n te nta ng ke sim p ula n d a ri p e ne litia n d ise rta i sa ra n-sa ra n ya ng d ia ng g a p p e rlu.
Da fta r Pusta ka
BA B II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Terhadap Perjanjian
1. Pe ng e rtia n Pe rja njia n Pa d a Um um nya
KUHPe rd a ta m e nye b ut p e rja njia n d e ng a n istila h p e rse tujua n. Me nurut
Pa sa l 1313 KUHPe rd a ta , p e ng e rtia n p e rse tujua n d a p a t d id e finisika n se b a g a i
b e rikut :
“Suatu pe rse tujuan adalah suatu pe rb uatan de ng an m ana 1 (satu)
o rang atau le b ih m e ng ikatkan diriny a te rhadap 1 (satu) o rang lain atau le b ih”5
Me nurut R. Wirjo no Pro jo d iko ro , d ise b utka n, b a hw a p e rja njia n
m e rup a ka n p e rb ua ta n hukum m e ng e na i ha rta b e nd a ke ka ya a n a nta ra
d ua p iha k, d a la m ha l m a na sa tu p iha k b e rja nji untuk m e la ksa na ka n se sua tu
ha l, se d a ng p iha k la in b e rha k untuk m e nuntut p e la ksa na a n ja nji itu.6
Dike m uka ka n o le h R. Sub e kti, b a hw a p e rja njia n a d a la h sua tu
p e ristiw a d i m a na se o ra ng b e rja nji ke p a d a se o ra ng la in a ta u d i m a na d ua
o ra ng itu sa ling b e rja nji untuk m e la ksa na ka n se sua tu ha l. Da ri p e ristiw a itu
5
R Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya Paramita, 1995, hal 282. 6
tim b ula h sua tu hub ung a n hukum a nta ra d ua p iha k ya ng d ina m a ka n
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Jakarta, Alfabeta, 2004, hal 74. 8
Ibid hal 74. 9
Ibid hal 74.
se m a ta -m a ta m e rup a ka n a la t p e m b uktia n sa ja , te ta p i m e rup a ka n sya ra t
untuk a d a nya (b e sta a nwa a rde) p e rja njia n itu. Misa lnya p e rja njia n
m e nd irika n p e rse ro a n te rb a ta s ha rus d e ng a n a kta no ta ris10 (Pa sa l 7 a ya t (1)
Und a ng -Und a ng No m o r 1 ta hun 1995 te nta ng Pe rse ro a n Te rb a ta s) a ta u a kta
jua l b e li ta na h ha rus d e ng a n a kta Pe ja b a t Pe m b ua t Akta Ta na h (PPAT).11
2. A sa s- A sa s Hukum Pe rja njia n
Asa s-a sa s hukum d a la m p e rja njia n m e nurut Sud ikno Me rto kusum o ,
a d a la h p ikira n d a sa r ya ng um um sifa tnya , d a n m e rup a ka n la ta r b e la ka ng
d a ri p e ra tura n hukum ya ng ko ng krit, ya ng te rd a p a t d a la m p e ra tura n
p e rund a ng -und a ng a n d a n p utusa n ha kim ya ng m e rup a ka n hukum p o sitif
d a n d a p a t d ike te m uka n d e ng a n m e nc a ri sifa t-sifa t d a la m p e ra tura n
ko ng krit te rse b ut.12
Asa s-a sa s hukum p e rja njia n m e lip uti :
a . Asa s Ko nse nsua lism e
Ko nse nsua l b e ra sa l d a ri b a ha sa la tin C O NC ENSUS ya ng b e ra rti se p a ka t.
Ha l ini d ia tur d a la m Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta ya ng m e nya ta ka n :
“Se m ua pe rjanjian y ang dib uat se c ara sah b e rlaku se b ag ai undang
-undang b ag i m e re ka y ang m e m b uatny a”.
b . Asa s Ke b e b a sa n Be rko ntra k
10
Sutarno, Op.cit, hal 74. 11
Ibid 12
Pa d a d a sa rnya m a nusia b e b a s untuk m e ng a d a ka n hub ung a n d e ng a n
o ra ng la in, te rm a suk d i d a la m nya untuk m e ng a d a ka n p e rja njia n. Ha l ini
d a p a t d isim p ulka n d a ri Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta ya ng
m e nya ta ka n :
“Se m ua pe rjanjian y ang dib uat se c ara sah b e rlaku se b ag ai undang -undang b ag i m e re ka y ang m e m b uatny a”.
c . Asa s Ke kua ta n Me ng ika tnya Sua tu Pe rja njia n
Pe rja njia n ya ng te la h d ib ua t d a n d ise p a ka ti m e m p unya i ke kua ta n
m e ng ika t se b a g a i und a ng -und a ng b a g i p a ra p iha k. Asa s ini d isim p ulka n
d a ri Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta .
d . Asa s Itika d Ba ik
Asa s itika d b a ik d a la m a rti o b je ktif te rd a p a t d a la m Pa sa l 1338 a ya t (3)
KUHPe rd a ta , ya ng b unyinya :
“Suatu pe rjanjian harus dilaksanakan de ng an iktikad b aik”.
e . Asa s Ke p rib a d ia n
Dia tur d a la m Pa sa l 1315 KUHPe rd a ta ya ng m e nya ta ka n :
Pe ng e c ua lia n d a ri a sa s ini ya itu d a la m ha l ja nji untuk p iha k ke tig a d ia tur
d a la m Pa sa l 1317 KUHPe rd a ta , Pa sa l 1318 KUHPe rd a ta , Pa sa l 1340 a ya t
(2) KUHPe rd a ta .
3. Sya ra t Sa hnya Pe rja njia n
Pe rja njia n ya ng d ib ua t o le h p a ra p iha k d a p a t d ika ta ka n “ sa h”
a p a b ila m e m e nuhi sya ra t-sya ra t te rte ntu ya ng te la h d ite ntuka n o le h
und a ng -und a ng . Akib a t d a ri p e rja njia n ya ng d ib ua t te rse b ut m e m p unya i
a kib a t hukum .
Me nurut Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta , sya ra t sa hnya p e rja njia n a d a la h :
a . Se p a ka t Me re ka Ya ng Me ng ika tka n Diri
Se p a ka t b e ra rti a d a nya p e rse sua ia n ke he nd a k a nta ra p a ra p iha k a ta u
p a ra p iha k se tuju m e ng e na i ha l-ha l p o ko k ya ng d ip e rja njika n. Be ra rti a p a
ya ng d ike he nd a ki o le h p iha k sa tu jug a d ike he nd a ki o le h p iha k la in. Pa ra
p iha k m e ng he nd a ki se sua tu se c a ra tim b a l b a lik.
Se p a ka t d a p a t d inya ta ka n d e ng a n te g a s d a p t p ula d inya ta ka n d e ng a n
w ujud te rtulis d a n p e rnya ta a n lisa n. Se d a ng ka n ke he nd a k ya ng tid a k
se c a ra te g a s d a p a t b e rw ujud ting ka h la ku d a ri m e re ka ya ng
m e ng ika tka n d iri d a la m p e rja njia n. Pe rja njia n itu la hir se ja k te rja d inya
ka ta se p a ka t d ia nta ra p a ra p iha k. Na m un a d a p ula p e rja njia n ya ng
untuk sa hnya d ip e rluka n b e ntuk te rte ntu. Jika b e ntuk ini tid a k d ip e nuhi
Pa sa l 1321 Kita b Und a ng -und a ng Hukum Pe rd a ta ya ng intinya
m e nya ta ka n b a hw a :
“Tiada se pakat y ang sah apab ila se pakat itu dib e rikan kare na ke khilafan, atau dipe ro le hny a de ng an paksaan atau pe nipuan.”
Pa sa l te rse b ut d i a ta s m e ne ra ng ka n b a hw a a p a b ila p e rja njia n d id a p a t
ka re na ke khila fa n, p a ksa a n, d a n p e nip ua n m a ka p e rja njia n itu
m e ng a la m i c a c a t hukum . Me nurut p a sa l 1324 Kita b Und a ng -und a ng
Hukum Pe rd a ta ya ng intinya m e ng a ta ka n b a hw a :
“Paksaan te lah te rjadi, apab ila pe rb uatan itu se de m ikian rupa hing g a
dapat m e nakutkan se o rang y ang b e rpikiran se hat, dan apab ila pe rb uatan itu dapat m e nim b ulkan ke takutan pada o rang te rse b ut b ahwa diriny a atau ke kay aanny a te ranc am de ng an suatu ke rug ian y ang te rang dan ny ata.”
Pa sa l te rse b ut d i a ta s d a p a t d ita rik ke sim p ula n b a hw a se p a ka t ha rus
m e m e nuhi sya ra t-sya ra t d i m a na tid a k b o le h te rd a p a t c a c a t ke he nd a k
d a la m p e rja njia n te rse b ut, ya ng m e lip uti:
1). Pa ksa a n (dwa ng)
Pa ksa a n a d a la h sua tu ke a d a a n d i m a na se se o ra ng m e la kuka n
p e rb ua ta n ka re na ta kut d e ng a n a nc a m a n a ta u d ib a w a h a nc a m a n
b a ik a nc a m a n fisik m a up un a nc a m a n ro ha ni. Ha l ini d isim p ulka n d a ri
Me nurut R. Sub e kti ya ng d im a ksud d e ng a n p a ksa a n a d a la h p a ksa a n
ro ha ni a ta u p a ksa a n jiw a d a n ya ng d ia nc a m ka n itu a d a la h tind a ka n
ya ng d ila ra ng o le h Und a ng -und a ng .13
2). Ke se sa ta n a ta u ke khila fa n (Dwa ling)
Ya itu ke a d a a n d i m a na m a sing -m a sing p iha k sa ling te rse sa t te rha d a p
o b je k d a ri p e rja njia n a ta u p e rnya ta a n ke se sua ia n ke he nd a k d a ri
sa la h sa tu p iha k tid a k se sua i d e ng a n ke he nd a knya . Me nurut R.
Sub e kti ke khila fa n a ta u ke ke lirua n te rja d i jika sa la h sa tu p iha k khila f
te nta ng ha l-ha l p o ko k a p a ya ng d ip e rja njika n a ta u te nta ng d e ng a n
o ra ng -o ra ng sia p a p e rja njia n itu d ia d a ka n.14 Ke khila fa n itu a d a d ua
m a c a m :
a ). Me ng e na i o ra ng nya
b ). Me ng e na i b e ntuknya ya itu o b je k p e rja njia n.
3). Pe nip ua n (b e d ro g )
Pa sa l 1328 KUHPe rd a ta m e nya ta ka n:
“Pe nipuan m e rupakan suatu alas an untuk pe m b atalan pe rjanjian, apab ila tipu m uslihat, y ang dipakai o le h salah satu pihak, adalah se de m ikian rupa hing g a te rang dan ny ata b ahwa pihak y ang lain tidak te lah m e m b uat pe rikatan itu jika tidak dilakukan tipu m uslihat
te rse b ut."
13
R. Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan VII, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hal 23. 14
Me nurut R. Sub e kti p e nip ua n te rja d i a p a b ila sa tu p iha k d e ng a n
se ng a ja m e m b e rika n ke te ra ng a n-ke te ra ng a n ya ng tid a k b e na r
d ise rta i tip u m usliha t untuk m e m b ujuk p iha k la w a nnya m e m b e rika n
p e rizina nnya .15
b . Ke c a ka p a n untuk Me m b ua t sua tu Pe rja njia n
Pa d a um um nya sya ra t sa hnya sua tu p e rja njia n a p a b ila d ib ua t o le h
o ra ng ya ng sud a h c a ka p hukum , a rtinya a d a la h o ra ng ya ng sud a h
d e w a sa d a n se ha t p ikira nnya . Pa sa l 1330 KUHPe rd a ta m e ne ntuka n
o ra ng tid a k c a ka p m e m b ua t p e rja njia n a nta ra la in o ra ng ya ng b e lum
d e w a sa , m e re ka ya ng d i b a w a h p e ng a m p ua n, o ra ng -o ra ng
p e re m p ua n d a la m ha l d ite ta p ka n o le h und a ng -und a ng .
15
c . Sua tu Ha l Te rte ntu
Pe rja njia n d ib ua t ha rus m e ng e na i sua tu ha l te rte ntu, a rtinya a p a ya ng
d ip e rja njika n ha rus te g a s m e ng e na i se sua tu ha l, ka re na ha l ini
m e nya ng kut ha k d a n ke w a jib a n ke d ua b e la h p iha k jika te rja d i
p e rse lisiha n. Ha l te rse b ut d ia tur d a la m Pa sa l 1332, 1333, 1334 KUHPe rd a ta
d . Se b a b ya ng Ha la l
Sya ra t ke e m p a t ini b uka n m e rup a ka n untuk a d a nya p e rja njia n, te ta p i
sua tu p e rja njia n ta np a se b a b ya ng ha la l a ka n m e ng a kib a tka n p e rja njia n
te rse b ut b a ta l d e m i hukum . Pe rja njia n se la in ha rus te rte ntu m a ka isinya
jug a ha rus ha la l, se b a b isi p e rja njia n itula h ya ng a ka n d ila ksa na ka n.
4. Je nis- Je nis Pe rja njia n
Pa sa l 1338 KUHPe rd a ta m e nye b utka n ya ng intinya b a hw a ;
“Pe rjanjian dib uat se c ara sah b e rlaku se b ag ai undang - undang b ag i
m e re ka y ang m e m b uatny a”.
Je nis-je nis p e rja njia n d a p a t d iliha t d a ri b e rb a g a i a sp e k :
a . Be rd a sa rka n c a ra la hirnya :
1. Pe rja njia n Ko nse nsuil
2. Pe rja njia n Fo rm a l
3. Pe rja njia n Riil
b . Be rd a sa rka n p e ng a tura nnya :
2. Pe rja njia n Tid a k Be rna m a
c . Be rd a sa rka n sifa t p e rja njia n :
1. Pe rja njia n Po ko k
2. Pe rja njia n Ac c e so ir
d . Be rd a sa rka n p re sta si ya ng d ip e rja njika n :
1. Pe rja njia n Se p iha k
2. Pe rja njia n Tim b a l Ba lik
e . Be rd a sa rka n a kib a t ya ng d itim b ulka n :
1. Pe rja njia n O b lig a to ir
2. Pe rja njia n Ke b e nd a a n
5. Wa np re sta si d a n A kib a tnya
Se b e lum m e m b a ha s ya ng d ise b ut d e ng a n w a np re sta si, te rle b ih
d a hulu p e rlu d ike ta hui a p a ya ng d im a ksud d e ng a n p re sta si ka re na
w a np re sta si te rja d i d e ng a n a d a nya tuntuta n p re sta si ya ng tid a k te rp e nuhi.
Ma shud i d a n Mo c h. C hid ir Ali b e rp e nd a p a t, b a hw a ya ng d im a ksud
d e ng a n p re sta si a d a la h ke w a jib a n ya ng ha rus d ituna ika n o le h p iha k
p e rta m a , te rha d a p p e nuna ia n m a na p iha k ya ng la in m e m p unya i ha k
m e nuntut p e la ksa na a nnya .
Be ntuk p re sta si se b a g a im a na d ia tur d a la m Pa sa l 1234 KUHPe rd a ta
te rd iri a ta s ke w a jib a n untuk:
a . Me m b e rika n se sua tu, a ta u
c . Tid a k m e la kuka n se sua tu.
Pe m e nuha n p re sta si ini tid a k se la m a nya d a p a t te rla ksa na , a d a
ka la nya p re sta si tid a k d a p a t te rp e nuhi ya ng d ise b a b ka n sa la h sa tu d ise b ut
w a np re sta si.
Ahli hukum se p e rti M. Ya hya Ha ra ha p m e rum uska n, w a np re sta si
se b a g a i p e la ksa na a n ke w a jib a n ya ng tid a k te p a t p a d a w a ktunya a ta u
d ila kuka n tid a k m e nurut se la ya knya .16
Me nurut R. Sub e kti, b e ntuk w a np re sta si d a ri p a ra p iha k d a p a t
b e rup a :
a . Tid a k m e la kuka n a p a ya ng d isa ng g up i a ka n d ila kuka nnya ;
b . Me la ksa na ka n a p a ya ng d ija njika n, te ta p i tid a k se b a g a im a na
d ip e rja njika nnya ;
c . Me la kuka n a p a ya ng d ip e rja njika n na m un te rla m b a t;
d . Me la kuka n se sua tu m e nurut p e rja njia n tid a k b o le h d ila kuka nnya .17
Piha k ya ng w a np re sta si d a p a t d ib e rika n sa nksi ya ng b e rup a :
a . Me m b a ya r ke rug ia n ya ng d id e rita p iha k ya ng d irug ika n
b . Pe m b a ta la n p e rja njia n
c . Pe ra liha n re siko
d . Me m b a ya r b ia ya p e rka ra ka la u sa m p a i d ip e rka ra ka n d im uka ha kim .
6. Pe rja njia n Jua l Be li Rum a h
16
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal 60. 17
a . Pe ng e rtia n Jua l Be li
Me nurut Pa sa l 457 Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pe rd a ta m e nye b utka n
p e ng e rtia n jua l b e li, ya itu:
“Suatu Pe rse tujuan de ng an m ana pihak y ang satu m e ng ikatkan diriny a untuk m e ny e rahkan suatu ke b e ndaan, dan pihak lain untuk
m e m b ay ar harg a y ang te lah dipe rjanjikan.”
b . Pe d o m a n Pe ng ika ta n Jua l Be li Rum a h
Be rd a sa rka n Ke p utusa n Me nte ri Ne g a ra Pe rum a ha n Ra kya t No m o r
09/ KPTS/ 1995 ta ng g a l 23 Juni 1995 te nta ng Pe d o m a n Pe ng ika ta n Jua l
Be li Rum a h, d ise b utka n a d a nya 2 p iha k d a la m p e rja njia n, ya itu: p iha k
Pe rusa ha a n Pe m b a ng una n Pe rum a ha n d a n Pe m ukim a n a ta u De ve lo p e r
a ta u Pe la ku Usa ha ya ng b e rtind a k se b a g a i p e njua l rum a h d a n p iha k
ko nsum e n rum a h se la ku Pe m b e li Rum a h.
c . Be ntuk Pe rja njia n Jua l Be li Rum a h
Pa d a p rinsip nya Und a ng -Und a ng No m o r 8 Ta hun 1999 te nta ng
Pe rlind ung a n Ko nsum e n, tid a k m e la ra ng d e ve lo p e r (Pe la ku Usa ha ) untuk m e m b ua t p e rja njia n b a ku ya ng m e m ua t kla usula b a ku, a sa l tid a k
Und a ng -Und a ng No m o r 8 Ta hun 1999 te nta ng Pe rlind ung a n Ko nsum e n
d a n p e rja njia n b a ku ya ng d ib ua t tid a k b e rte nta ng a n d e ng a n Pa sa l 18
a ya t (2) Und a ng -Und a ng No m o r 8 Ta hun 1999 te nta ng Pe rlind ung a n
Ko nsum e n.
d . Do kum e n-Do kum e n Hukum Ya ng Tim b ul Da ri Pe rja njia n Jua l Be li Rum a h
Pe rja njia n ya ng d ila kuka n d a la m b id a ng p e rum a ha n a ka n m e la hirka n
d o kum e n-d o kum e n hukum (le g a l d o c um e nts) ya ng p e nting a nta ra la in:
1. Pe rja njia n Pe ng ika ta n Jua l Be li (PPBJ) a ta u se ring p ula d ike na l d e ng a n
istila h Pe rja njia n Pe nd a hulua n Pe m b e lia n, p e rja njia n a ka n jua l b e li
a nta ra d e ve lo p e r (p e la ku usa ha ) d a n ko nsum e n. Do kum e n ini
m e rup a ka n d o kum e n ya ng m e m b uktika n a d a nya hub ung a n hukum
(hub ung a n ko ntra ktua l) a nta ra d e ve lo p e r (p e la ku usa ha ) d a n
ko nsum e n.
2. Pe rja njia n Jua l Be li ya ng d ib ua t d a n d ita nd a ta ng a ni d i ha d a p a n
Pe ja b a t Pe m b ua t Akta Ta na h (PPAT).
3. Pe rja njia n Kre d it Pe m ilika n Rum a h, d id a la m nya m e ng a tur m e ng e na i
jum la h p inja m a n, ja ng ka w a ktu p e luna sa n Kre d it Pe m ilika n Rum a h
(KPR), d a n b e sa rnya p e rhitung a n b ung a p inja m a n.
Ke b e ra d a a n d o kum e n-d o kum e n te rse b ut sa ng a t p e nting se b a g a i sa la h
B.
Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab Developer
1. Pe ng e rtia n Um um Te nta ng De ve lo p e r (Pe la ku Usa ha )
Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut kamus bahasa
inggris artinya adalah pembangun perumahan. Sementara itu menurut Pasal 5 ayat
(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1974,disebutkan pengertian
Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula masuk dalam pengertian
developer, yaitu :
“Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang
berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis
dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan
suatu kesatuan lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan
prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang
diperlukan oleh masyarakat penghuninya.”
Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Developer masuk dalam
kategori sebagai pelaku usaha. Pengertian Pelaku Usaha dalam Pasal 1 angka 3
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu:
“Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.”
2. Ha k, Ke wa jib a n d a n Ta ng g ung Ja wa b De ve lo p e r (Pe la ku Usa ha )
Untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan untuk menciptakan pola
hubungan yang seimbang antara developer (pelaku usaha) dan konsumen maka perlu
adanya hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hal tersebut lebih lanjut diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
a.
Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
b.
Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
c.
Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
d.
Hak untuk merehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang/jasa yang diperdagangkan.
Sedangkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen mengatur mengenai Kewajiban Developer (Pelaku Usaha)
yang meliputi:
a.
Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b.
Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikkan, dan
pemeliharaan.
c.
Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
d.
Menjamin mutu barang/jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
f.
Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatanbarang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
g.
Memberi kompensasi dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
Bagi developer (pelaku usaha), selain dibebani kewajiban sebagaimana
disebutkan di atas, ternyata dikenakan larangan-larangan yang diatur dalam Pasal 8
sampai dengan 17 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen mengatur larangan bagi pelaku usaha yang sifatnya umum dan secara
garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a . La ra ng a n m e ng e na i p ro d uk itu se nd iri, ya ng tid a k m e m e nuhi sya ra t d a n
sta nd a r ya ng la ya k untuk d ip e rg una ka n a ta u d ip a ka i a ta u
d im a nfa a tka n o le h ko nsum e n.
b . La ra ng a n m e ng e na i ke te rse d ia a n info rm a si ya g tid a k b e na r, tid a k
a kura t, d a n ya ng m e nye sa tka n ko nsum e n.18
Di samping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh
developer (pelaku usaha), ada tanggung jawab (Product Liability) yang harus dipikul
oleh developer (pelaku usaha) sebagai bagian dari kewajiban yang mengikat
kegiatannya dalam berusaha. Sehingga diharapkan adanya kewajiban dari developer
(pelaku usaha) untuk selalu bersikap hati-hati dalam memproduksi barang/jasa yang
dihasilkannya.
18
Tanggung jawab (Product Liability) dapat didefinisikan sebagai suatu
tanggung jawab secara hukum dari orang/badan yang menghasilkan suatu produk
(producer, manufacturer), dari orang/badan yang bergerak dalam suatu proses untuk
menghasilkan suatu produk (processor, assembler) atau mendistribusikan (seller,
distributor) produk tersebut.
Berbicara mengenai tanggung jawab, maka tidak lepas dari prinsip-prinsip
sebuah tanggung jawab, karena prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal
yang sangat penting dalam perlindungan konsumen. Secara umum prinsip-prinsip
tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan, yaitu :
a.
Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan (liability based on fault), yaitu
prinsip yang menyatakan bahwa seseorang baru dapat diminta
pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukannya;
b.
Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab (Presumption of libility), yaitu
prinsip yang menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggung jawab sampai ia
dapat membuktikan, bahwa ia tidak bersalah, jadi beban pembuktian ada pada
tergugat.
c.
Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (Presump of nonliability),
yaitu prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu
bertanggung jawab, di mana tergugat selalu dianggap tidak bertanggung jawab
sampai dibuktikan, bahwa ia bersalah.
pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab,
misalnya keadaan force majeur.
e.
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability), dengan
adanya prinsip tanggung jawab ini, pelaku usaha tidak boleh secara sepihak
menentukan klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal
tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan, maka harus berdasarkan pada
perundang-undangan yang berlaku.
19Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian konsumen dalam
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diatur khusus dalam
BAB VI, mulai dari Pasal 19 sampai dengan Pasal 28, Memperhatikan substansi
Pasal 19 ayat (1) Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dapat
diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi :
a.
Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan,
b.
Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran,
c.
Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.
20Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang cacat
bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal ini
berarti, bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami
konsumen.
21Penerapan konsep product liability ternyata tidak mudah, dalam system
pertanggungjawaban secara konvensional, tanggung gugat produk didasarkan adanya
19
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta, Gramedia, 2000, hal 58. 20
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo, Jakarta, 2004, hal 125.
21
wanprestasi (default) dan perbuatan melawan hukum (fault). Berdasarkan pasal 1365
KUHPerdata, konsumen yang menderita kerugian akibat produk barang/jasa yang
cacat bisa menuntut pihak produsen (pelaku usaha) secara langsung. Tuntutan
tersebut didasarkan pada kondisi telah terjadi perbuatan melawan hukum. Atau
dengan kata lain, konsumen harus membuktikan terlebih dahulu kesalahan yang
dilakukan oleh pelaku usaha.
Langkah pembuktian semacam itu sulit dilakukan karena konsumen berada
pada kondisi yang sangat lemah dibandingkan dengan posisi pelaku usaha.
Disamping sulitnya pembuktian, konsumen nantinya juga sulit mendapatkan hak
ganti rugi (kompensasi) atas pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha.
Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan konsep strict liability
(tanggung jawab mutlak), yaitu bahwa produsen seketika itu juga harus bertanggung
jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa mempersoalkan kesalahan dari
pihak produsen.
22Jika dicermati sebenarnya UU Perlindungan Konsumen
mengadopsi konsep strict liability. Dalam pasal 19 ayat (1) UU Perlindungan
Konsumen disebutkan bahwa:
“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, atau kerugian yang diderita konsumen akibat mengkonsumsi
barang/jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.”
Pasal 28 UU Perlindungan Konsumen menyatakan:
“Pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur dalam gugatan ganti rugi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 22, dan pasal 23, merupakan beban
dan tanggung jawab pelaku usaha.”
22
Lebih lanjut apabila membicarakan mengenai tanggung jawab developer
maka hal tersebut berkaitan dengan tanggung jawab moral si developer kepada
konsumennya. Pada umumnya developer yang bernaung dalam Persatuan Perusahaan
Real Estate Indonesia (REI) memiliki tanggung jawab moral terhadap konsumen.
Tanggung jawab moral developer ini terangkum dalam kode etik Persatuan
Perusahaan Real Estate Indonesia yang dikenal dengan “Sapta Brata”. Adapun isi
dari Sapta Brata adalahal sebagai berikut:
1.
Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa
berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2.
Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa
mentaati segala undang-undang maupun peraturan yang berlaku di Indonesia.
3.
Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa
menjaga keselarasan antara kepentingan usahanya dengan kepentingan
pembangunan bangsa dan negara.
4.
Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa
menempatkan dirinya sebagai perusahaan swasta nasional yang bertanggung
jawab, menghormati dan menghargai profesi usaha real estate dan menjunjung
tinggi rasa keadilan, kebenaran dan kejujuran.
6.
Anggota Real Estate dalam melaksanakan usahanya, dengan sesama pengusaha
senantiasa saling menghormati, menghargai, dan saling membantu serta
menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.
7.
Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa
memberikan pelayanan pada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
23Tujuh kode etik tersebut merupakan pedoman bagi seluruh developer anggota
Real Estate Indonesia.
Dikemukakan oleh J. Sudijanto, bahwa para developer anggota Real Estate
Indonesia secara organisatoris tunduk pada AD/ART Real Estate Indonesia terutama
kode etik “Sapta Brata”. Dalam Pasal 7 misalnya, mewajibkan anggota Real Estate
Indonesia untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Hal ini
dapat diartikan bahwa dalam melaksanakan kegiatannya terutamadalam menawarkan
rumah kepada konsumen, developer senantiasa memberikan pelayanan yang baik dan
tidak merugikan konsumen.
24C.
Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen Dalam Bidang
Perumahan
1. Pe ng e rtia n Um um Te nta ng Ko nsum e n
Me nurut ke te ntua n Pa sa l 1 a ng ka 2 Und a ng -Und a ng No m o r 8 ta hun
1999 te nta ng Pe rlind ung a n Ko nsum e n, d ije la ska n p e ng e rtia n ko nsum e n
se b a g a i b e rikut :
23
AD/ART Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia. 24
“ Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
Ko nsum e n m e m a ng tid a k se ke d a r p e m b e li (b uye r a ta u ko p e r), te ta p i
se m ua o ra ng (p e rse o ra ng a n a ta u b a d a n usa ha ) ya ng m e ng ko nsum si ja sa
d a n/ a ta u b a ra ng . Ja d i, ya ng p a ling p e nting te rja d inya sua tu tra nsa ksi
ko nsum e n (c o nsume r tra nsa c tio n) b e rup a p e ra liha n b a ra ng d a n/ a ta u ja sa ,
te rm a suk p e ra liha n ke nikm a ta n d a la m m e ng g una ka nnya .25
2. Ha k Da n Ke wa jib a n Ko nsum e n
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan
kewajiban.
Hak konsumen berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal
4 adalah sebagai berikut:
a . Ha k a ta s ke nya m a na n, ke a m a na n, d a n ke se la m a ta n d a la m
m e ng ko nsum si b a ra ng / ja sa .
b . Ha k untuk m e m ilih d a n m e nd a p a tka n b a ra ng / ja sa se sua i d e ng a n nila i
tuka r d a n ko nd isi se rta ja m ina n ya ng d ija njika n.
c . Ha k a ta s info rm a si ya ng b e na r, je la s, d a n jujur m e ng e na i ko nd isi d a n
ja m ina n b a ra ng / ja sa .
d . Ha k untuk d id e ng a r p e nd a p a t d a n ke luha nnya a ta s b a ra ng / ja sa ya ng
d ig una ka n.
25
e . Ha k untuk m e nd a p a tka n a d vo ka si, p e rlind ung a n, d a n up a ya
p e nye le sa ia n se ng ke ta p e rlind ung a n ko nsum e n se c a ra p a tut.
f. Ha k untuk m e nd a p a t p e m b ina a n d a n p e nd id ika n ko nsum e n
g . Ha k untuk d ip e rla kuka n a ta u d ila ya ni se c a ra b e na r d a n jujur se rta tid a k
d iskrim ina tif.
h. Ha k untuk m e nd a p a tka n ko m p e nsa si, g a nti rug i, a ta u p e ng g a ntia n, jika
b a ra ng / ja sa ya ng d ite rim a tid a k se sua i d e ng a n p e rja njia n a ta u tid a k
se b a g a im a na m e stinya .
i. Ha k-ha k ya ng d ia tur d a la m ke te ntua n p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n
la innya .
Ha k-ha k ko nsum e n ya ng te rse b ut d ia ta s b e rg una untuk m e lind ung i
ke p e nting a n ko nsum e n, se b a g a im a na te rc a ntum d a la m tujua n d a ri
p e rlind ung a n ko nsum e n ya itu m e ng a ng ka t ha rka t hid up d a n m a rta b a t
ko nsum e n. Se hing g a d iha ra p ka n ko nsum e n m e nya d a ri a ka n ha k-ha knya
d a n p e la ku usa ha d iha ruska n untuk m e m e rha tika n a p a sa ja p e rb ua ta
n-p e rb ua ta n usa ha ya ng d ila ra ng m e nurut Und a ng -Und a ng Pe rlind ung a n
Ko nsum e n se hing g a tid a k a d a la g i p e la ng g a ra n ha k-ha k ko nsum e n.
Be ntuk-b e ntuk p e la g g a ra n ha k ko nsum e n m e nurut Und a ng -Und a ng
Pe rlind ung a n ko nsum e n b e rup a :
1. Me njua l p ro d uk a ta u ja sa ya ng d ila ra ng
Me nurut p a sa l 8 a ya t (1) Und a ng - Und a ng No . 8 ta hun 1999 te nta ng
a . Tid a k m e m e nuhi a ta u tid a k se sua i d e ng a n sta nd a r ya ng
d ip e rsya ra tka n d a la m ke te ntua n p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n
b . Tid a k se sua i d e ng a n b e ra t b e rsih, isi b e rsih a ta u ne tto , d a n jum la h
d a la m hitung a n se b a g a im a na ya ng d inya ta ka n d a la m la b e l a ta u
e tike t b a ra ng te rse b ut.
c . Tid a k se sua i d e ng a n ukura n, ta ka ra n, tim b a ng a n, d a n jum la h
d a la m hitung a n m e nurut ya ng se b e na rnya .
d . Tid a k se sua i d e ng a n ko nd isi, ja m ina n, ke istim e w a a n, a ta u
ke m a njura n se b a g a im a na d inya ta ka n d a la m la e l, e tike t a ta u
ke te ra ng a n b a ra ng d a n/ a ta u ja sa te rse b ut.
e . Tid a k se sua i d e ng a n m utu, ting ka t ko m p o sisi,p ro se s p e ng o la ha n,
g a ya , m o d e , a ta u p e ng g una a n te rte ntu se b a g a im a na d inya ta ka n
d a la m la b e l a ta u ke te ra ng a n b a ra ng d a n/ a ta u ja sa te rb ut.
f. Tid a k se sua i d e ng a n ja nji ya ng d inya ta ka n d a la m la b e l, e tike t,
ke te ra ng a n, ikla n a ta u p ro m o si p e njua la n b a ra ng / ja sa te rb ut.
g . Tid a k m e nc a ntum ka n ta ng g a l ka d a lua rsa a ta u ja ng ka w a ktu
p e ng g una a n/ p e m a nfa a ta n ya ng p a ling b a ik a ta s b a ra ng
te rse b ut.
h. Tid a k m e ng ikuti ke te ntua n b e rp ro d uksi se c a ra ha la l, se b a g a im a na
p e rnya ta a n ” ha la l” ya ng d ic a ntum ka n d a la m la b e l.
i. Tid a k m e m a sa ng la b e l a ta u m e m b ua t p e nje la sa n b a ra ng ya ng
m e m ua t na m a b a ra ng , ukura n, b e ra t/ isi b e rsih a ta u ne tto ,
na m a d a n a la m a t p e la ku usa ha se rta ke te ra ng a n la in untuk
p e ng g una a n ya ng m e nurut ke te ntua n ha rus d ip a sa ng / d ib ua t.
j. Tid a k m e nc a ntum ka n info rm a si d a n/ a ta u p e tunjuk p e ng g una a n
b a ra ng d a la m Ba ha sa Ind o ne sia se sua i d e ng a n ke te ntua n
p e rund a ng -und a ng a n ya ng b e rla ku.
Disa m p ing itu, d e ve lo p e r (p e la ku usa ha ) d ila ra ng
m e m p e rd a g a ng ka n b a ra ng ya ng rusa k, c a c a t a ta u b e ka s, d a n
te rc e m a r ta np a m e m b e rika n info rm a si se c a ra le ng ka p d a n b e na r
a ta s b a ra ng d im a ksud (p a sa l 8 a ya t (2) Und a ng -Und a ng
Pe rlind ung a n Ko nsum e n.
2. Me m a nip ula si Pro d uk a ta u ja sa
Dia tur d a la m p a sa l 9 ya ng m e nje la ska n b a hw a p ro d uk b a ra ng / ja sa
ya ng d ita w a rka n, d ip ro m o sika n, a ta u d iikla nka n se c a ra tid a k b e na r o le h
p e la ku usa ha d ila ra ng , se o la h b a ra ng / ja sa itu:
a. te la h m e m e nuhi a ta u m e m iliki p o to ng a n ha rg a , ha rg a khusus,
sta nd a r m utu te rte ntu, g a ya a ta u m o d e te rte ntu, ka ra kte ristik
te rte ntu, se ja ra h a ta u g una te rte ntu;
b. d a la m ke a d a a n b a ik a ta u b a ru;
c. te la h m e nd a p a tka n a ta u m e m iliki sp o nso r p e rse tujua n, p e rle ng ka p a n
te rte ntu, ke untung a n te rte ntu, c iri-c iri ke rja , a ta u a kse so ri te rte ntu;
d. d ib ua t o le h p e rusa ha a n ya ng m e m p unya i sp o nso r, p e rse tujua n, a ta u
a filia si;