• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM BIDANG PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) AHMAD ADI WINARTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGUNG JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM BIDANG PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) AHMAD ADI WINARTO"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM BIDANG

PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S2

Program Studi

Magister Kenotariatan

Oleh:

AHMAD ADI WINARTO, S.H.

B4B000092

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

TESIS

TANGGUNG JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM BIDANG

PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI

Disusun Oleh:

AHMAD ADI WINARTO, S.H.

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

pada tanggal 16 November 2008

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Menyetujui,

Pembimbing

Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan

Yunanto, S.H., M.Hum

Mulyadi, S.H., MS.

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan

yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan,

sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang,

Yang menyatakan,

AHMAD ADI WINARTO, S.H.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim,

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT dan atas

kuasa-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “TANGGUNG

JAWAB DEVELOPER SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN

DALAM BIDANG PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI” dengan baik, untuk

memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Magister Kenotariatan di

Program Pascasarjana Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro.

Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa kesemuanya ini tidak

mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dan dorongan dari bapak dan ibu

dosen serta pihak-pihak yang terkait. Untuk itu pada kesempatan ini, perkenankan

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang

terhormat:

1.

Bapak Mulyadi, S.H., M.S., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang;

2.

Bapak Yunanto, S.H, M. Hum., selaku dosen pembimbing tesis yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyusun tesis;

3.

Bapak A. Kusbiyandono, S.H, M.Hum., selaku penguji;

4.

Bapak dan ibu dosen dan karyawan Program Studi Magister Kenotariatan

Universitas Diponegoro;

5.

Direktur PT.Griya Kusuma Mukti, yang telah memberikan ijin kepada penulis

untuk melakukan penelitian di PT. Griya Kusuma Mukti;

6.

Direktur PT. Wahyu Multi Prakosa, yang dengan tangan terbuka menerima

penulis untuk mengadakan penelitian;

7.

Direktur CV. Bima Abadi, yang telah berkenan untuk memberikan ijin dan segala

informasi yang dibutuhkan penulis;

(5)

9.

Bapakku H. Kastoer dan Ibuku Roebijatun yang selalu mendoakan akan

keberhasilan penulis;

10.

Mertuaku dr. H. Moh. Istikmal (alm), yang selalu mendorong penulis sampai

detik terakhirnya dan Ulfah Hanum, yang selalu mendoakan penulis agar segala

sesuatu menjadi lancar;

11.

Istriku Maya Silvia, S.H., M.Kn, yang membantuku siang dan malam

mencurahkan segenap pikiran dengan ide-idenya dan anak-anakku, Muhammad

Iqbal Fadillah, Zerlin Nabila, Aliya Kamila yang selalu menghibur;

12.

Kakakku Ir. Andi Reman Sugiar, yang selalu memberi obat pendorong semangat

agar penulis selalu maju pantang menyerah;

13.

Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan tesis ini baik

secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan secara

keseluruhan.

Penulis berharap, semoga tesis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat

bagi para pihak yang membutuhkan informasi seputar tanggung jawab developer

sebagai upaya perlindungan konsumen khususnya dibidang perumahan. Penulis

mohon maaf apabila terdapat kesalahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam

penulisan tesis ini karena hal ini bukan merupakan kesengajaan, melainkan

semata-mata karena kekhilafan penulis. Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak

retak”.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk lebih

sempurnanya tesis tersebut.

Semarang, November 2008

Penulis,

(6)

ABSTRAK

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat manusia

melakukan aktifitas hidup dan berfungsi untuk melindungi manusia dari gangguan

eksternal.

Di Indonesia kebutuhan masyarakat akan rumah semakin meningkat terutama

pada masyarakat perkotaan. Tetapi, memiliki sebuah rumah, membutuhkan dana

yang besar. Hal tersebut disebabkan terbatasnya lahan dan mahalnya harga tanah.

Mengatasi masalah tersebut, kemudian pemerintah membuat program

perumahan yang segment pasarnya lebih diperuntukkan bagi masyarakat golongan

ekonomi menengah ke bawah. Pemerintah juga menghimbau kepada para pengusaha

property agar membuat perumahan bagi segment pasar tersebut. Dalam

perkembangannya ternyata usaha di bidang properti sangat menjanjikan. Maka

tidaklah heran banyak pengusaha properti yang kemudian melirik usaha tersebut.

Akibatnya persaingan bisnis semakin ketat. Mereka berlomba untuk menarik

orang-orang untuk membelinya dengan berbagai cara. Mereka mengadakan promosi

produknya dengan mengumbar janji-janji bahwa konsumen akan mendapatkan

kualitas bangunan yang baik, fasilitas yang lengkap, uang muka, cicilan serta bunga

yang ringan disamping itu kemudahan dalam masalah legalitas. Tapi dalam

pelaksanaannya tidak semua janji-janji terealisasi sehingga para konsumen/pembeli

banyak yang kecewa karena apa yang mereka peroleh tidak sesuai seperti yang

dijanjikan. Dan konsumen merasa dirugikan.

Melihat kenyataan tersebut di atas pemerintah berupaya mencari jalan keluar.

Kemudian pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Tapi ternyata dalam penerapannya dilapangan mengalami kendala salah

satunya adalah kurangnya kesadaran konsumen akan hak-haknya dalam hukum.

Berdasarkan penelitian di tiga tempat yaitu PT. Griya Kusuma Mukti, PT.

Wahyu Multi Prakosa dan CV. Bima Abadi (di mana pemilihan ketiga tempat

tersebut didasarkan pada tehnik non probabilitas sampling dengan jenis sampel yang

digunakan adalah purposive sampling), diperoleh data-data yang dibutuhkan

kemudian dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di

lapangan, sehingga diperoleh gambaran secara pasti bagaimana pelaksanaan

perjanjian jual beli rumah antara developer dengan konsumen, yang ternyata

pelaksanaan perjanjian tidak selalu sesuai dengan perjanjian. Ini dapat dilihat dari

kasus di ketiga developer tersebut, di mana dalam perjanjian telah disepakati apabila

pihak konsumen membatalkan pesanan padahal konsumen telah membayar uang

muka, maka pihak konsumen akan mendapat pengembalian uang muka dengan

dikenakan penalty dari developer. Tetapi kenyataannya, apabila pihak konsumen

membatalkan pesanan, maka uang muka yang disetorkan tidak akan dikembalikan

oleh developer dengan alas an barang yang telah dipesan tidak dapat dibatalkan.

(7)

plafon yang mulai copot, yang dikhawatirkan membahayakan keselamatan bagi

penghuninya. Disaat hujan, air hujan rembes di tembok sehingga tembok mudah

lumutan dan hal tersebut tentunya mengganggu kenyamanan hidup bagi konsumen.

Dalam praktek , untuk menampung komplain dari konsumen, developer

menyediakan kotak komplain dan kemudian pihak developer akan menindaklanjuti

komplain tersebut dengan penanganan sesegera mungkin dengan syarat masih dalam

masa garansi pemeliharaan. Apabila masa garansi habis, maka developer tidak

bertanggung jawab atas kerusakkan yang terjadi. Masa garansi di tiga developer juga

berlainan, ada yang bergaransi 100 hari, 150 hari dan 200 hari, hal tersebut menurut

mereka sebagai realisasi tanggung jawab mereka terhadap konsumen dan menurut

mereka hal tersebut sudah memenuhi aturan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu pasal 27 poin e.

(8)

ABSTRACT

House is one of the basic needs for human. It’s a place where human can do

their activities in life and has a function to protect the human from external

disturbances.

In Indonesia, the people who needs a house is getting more especially in

urban area. But having a house needs a big fund. It’s caused by the limitation of

lands and its price which is very expensive.

Resolving the problem, the government makes a settlement program which

has special large market segment for the mid-lower economy class. The government

also appeals for the property businessman to make the settlements for the market

segment. In its development, in fact, the businessman in property field is very

promising. So, it’s not wonder that many property businessman glances at the

business. The consequence is the business competition become tight. They compete

to attack the people to buy it in many ways. They promote their products by giving

some promises that the consumers will get the good quality building, the complete

facilities, advance payment, installment and also the tower interest, beside that it also

makes easy in legality problem. But in its implementation, not all of this promises

become real so that many buyers or customers feel disappointed because they don’t

get something like what they have promised before. And the customers feel losing

out.

Looking at the fact above, the government tries to find the way out. Then in

1999 the government issues the policy, that is Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

about The Customer Protection. But, in fact, in its application outside, it experiences

some barriers, one of them is the less of customer awareness about their rights in law.

Based on the research in three places such as PT. Griya Kusuma Mukti, PT. Wahyu

Multi Prakosa and CV. Bima Abadi (where the choosing of the three places are based

on improbability sampling technic by using purposive sampling), it’s got some data’s

which are needed, then they’re analyzed qualitavely to know the problem happened

in the field so that it’s got the certain description how the implementation of buying

and selling agreement ideal of the house between the developer and the consumer

which is in fact that the deal/agreement implementation isn’t always suitable with the

agreement. It can be seen from the case between the three developers, that in the

agreement, it has been agreed if the customer cancels the order whereas the customer

has paid the advance payment so the customer will get the refunds of the advance

payment by giving a penalty from the developer. But, in fact, if the customer cancels

the order so the advance payment paid will not refunded by the developer with some

reasons that the things/goods which have been ordered can’t be cancelled.

Another problem often is when the customer get the agreement object of

buying and selling house, they must feel a disappointment because in fact the house

quality promised isn’t fulfilled.

(9)

can danger the occupier. When it’s raining, the rain water penetrates into the wall so

that the wall is easy to become mossy and it can disturb the customer pleasure in life.

In practical, to take in all complaints from the customer, the developer

prepares the complaint box from here then the developer will follow up the

complaints by handling as soon as possible with the requirement that it’s still in

maintenance guarantee period. If the guarantee period is over so the developer isn’t

responsible for the damage happened. The guarantee period in three developers is

also different; there is 100 days in guarantee, 150 days in guarantee and 200 days in

guarantee. They think that it’s one realization of their responsibility to the customer

and they think that it has been fulfilled the rules in Undang-Undang Nomor 8 tahun

1999 about the customer Protection is pasal 27 point e.

Keyword: The Customer Protection

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

... i

Halaman Judul...

i

Halaman Pengesahan ...

ii

Halaman Pernyataan...

iii

Kata Pengantar ...

iv

Abstrak ... vi

Abstract ... viii

Daftar Isi ...

x

Bab I

Pendahuluan ...

1

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Perumusan Masalah ...

7

C.

Tujuan Penelitian ...

7

D.

Manfaat Penelitian ...

7

E.

Sistematika Tesis...

8

Bab II.

Tinjauan Pustaka ...

9

A.

Tinjauan Umum Terhadap Perjanjian ...

9

1.

Pengertian Perjanjian Pada Umumnya...

9

2.

Asas-asas Hukum Perjanjian...

10

3.

Syarat sahnya Perjanjian ...

12

4.

Jenis-jenis Perjanjian...

15

5.

Wanprestasi dan Akibatnya...

16

6.

Perjanjian Jual Beli Rumah...

17

a.

Pengertian Jual Beli ...

17

b.

Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah ...

18

(11)

d.

Dokumen-dokumen Hukum Yang Timbul Dari

Perjanjian Jual Beli Rumah...

18

B.

Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab Developer ...

19

1.

Pengertian Umum Tentang Developer (Pelaku Usaha) ...

19

2.

Hak, Kewajiban, Dan Tanggung Jawab Developer

(Pelaku Usaha) ...

20

C.

Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen Dalam

Bidang Perumahan ...

27

1.

Pengertian Umum Tentang Konsumen ...

27

2.

Hak dan Kewajiban Konsumen...

27

3.

Pengertian Perlindungan Konsumen ...

33

4.

Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ...

33

5.

Sengketa Konsumen...

34

a.

Pengertian Sengketa Konsumen...

34

b.

Pihak-pihak dalam Sengketa Konsumen...

35

c.

Bentuk-bentuk sengketa konsumen ...

35

d.

Penyelesaian sengketa konsumen ...

36

BAB III. METODE PENELITIAN...

40

A.

Metode Pendekatan ...

41

B.

Jenis Penelitian...

41

C.

Populasi ... 41

D.

Penentuan Sampel ...

42

E.

Jenis dan Sumber Data ...

43

F.

Tehnik Pengumpulan Data...

44

G.

Alat Pengumpul Data ...

44

(12)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 46

A.

Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah Antara Developer

dengan Konsumen Sebagai Upaya Perlindungan Konsumen

dalam Bidang Perumahan di Kabupaten Pati...

46

B.

Tanggung Jawab Developer Sebagai Upaya Perlindungan

Konsumen Dalam Bidang Perumahan di Kabupaten Pati. ...

60

BAB V. PENUTUP...

65

A.

Kesimpulan ... 65

B.

Saran... 66

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A . La ta r Be la ka ng Ma sa la h

Se ja la n d e ng a n jum la h p e nd ud uk ya ng m a kin p e sa t, tuntuta n a ka n

te rse d ia nya b e rb a g a i fa silita s ya ng m e nd ukung ke hid up a n m a sya ra ka t jug a

m e ng a la m i p e ning ka ta n. Ha l te rse b ut m e nd o ro ng p iha k p e m e rinta h

m a up un sw a sta untuk m e la ksa na ka n p e m b a ng una n, te ruta m a d i b id a ng

p e rum a ha n.1

Pe rum a ha n m e rup a ka n sa la h sa tu ke b utuha n d a sa r m a nusia (Ba sic

Ne e d) ya ng te la h a d a , se iring d e ng a n ke b e ra d a a n m a nusia itu se nd iri.

Me d ia p e rum a ha n m e nja d i sa ra na b a g i m a nusia g una m e la kuka n b e rb a g a i

m a c a m a ktifita s hid up d a n sa ra na untuk m e m b e rika n p e rlind ung a n uta m a

te rha d a p a d a nya g a ng g ua n-g a ng g ua n e kste rna l, b a ik te rha d a p ko nd isi

iklim m a up un te rha d a p g a ng g ua n la innya .

Sa a t ini ko nse p p e rum a ha n te la h m e ng a la m i p e ng g e se ra n, tid a k

ha nya se b a g a i ke b utuha n d a sa r sa ja , a ta up un se b a g a i m e d ia ya ng

m e m b e rika n p e rlind ung a n, na m un p e rum a ha n te la h m e nja d i g a ya hid up

(life style), m e m b e rika n ke nya m a na n d a n m e nunjukka n ka ra kte ristik a ta u ja ti

d iri, ya ng m e rup a ka n sa la h sa tu p o la p e ng e m b a ng a n d iri se rta sa ra na

p riva te , se b a g a im a na d ib utuhka n p a d a m a sya ra ka t g lo b a l.

1

(14)

Pe m b a ng una n p e re ko no m ia n na sio na l p a d a e ra g lo b a lisa si, ha rus

d a p a t m e nd ukung tum b uhnya d unia usa ha , se hing g a m a m p u

m e ng ha silka n b e ra ne ka b a ra ng / ja sa ya ng m e m iliki ka nd ung a n te kno lo g i

d a n d a p a t m e ning ka tka n ke se ja hte ra a n b a nya k se rta se ka lig us

m e nd a p a tka n ke p a stia n a ta s b a ra ng d a n/ a ta u ja sa ya ng d ip e ro le h d i

p a sa r.

Di Ind o ne sia , ke b utuha n te rha d a p p e rum a ha n jug a te la h m e ng a la m i

p e ning ka ta n, se b a g a im a na ya ng te rja d i p a d a m a sya ra ka t d unia , te ruta m a

p a d a m a sya ra ka t p e rko ta a n, d i m a na p o p ula si p e nd ud uknya sa ng a t b e sa r,

se hing g a m e m a ksa p e m e rinta h untuk b e rup a ya m e m e nuhi ke b utuha n a ka n

p e rum a ha n d i te ng a h b e rb a g a i ke nd a la se p e rti ke te rb a ta sa n la ha n

p e rum a ha n.

Pe rm a sa la ha n la in ya ng ke ra p m unc ul d a la m p e m e nuha n

ke b utuha n te rha d a p p e rum a ha n a d a la h a sp e k-a sp e k m e ng e na i ko nsum e n,

d i m a na ko nsum e n b e ra d a p a d a p o sisi ya ng d irug ika n. Pe rm a sa la ha n

te rse b ut m e rup a ka n p e rso a la n ya ng kla sik d a la m sua tu siste m e ko no m i,

te ruta m a p a d a ne g a ra -ne g a ra b e rke m b a ng , ka re na p e rlind ung a n

te rha d a p ko nsum e n tid a k m e nja d i p rio rita s uta m a d a la m d unia b isnis,

m e la inka n ke untung a n ya ng d ip e ro le h o le h p ro d use n a ta u p e la ku usa ha ,

tid a k te rke c ua li d a la m b id a ng p e rum a ha n.

Pa d a b e b e ra p a ka sus ya ng te rja d i, um um nya p iha k ko nsum e n tid a k

b e rd a ya m e m p e rta ha nka n ha k-ha knya , ka re na ting ka t ke sa d a ra n

(15)

m inim nya ting ka t p e ng e ta hua n ko nsum e n itu se nd iri,2 b a ik te rha d a p a sp e k

Ketentuan Umum, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Citra Umbara, Bandung, 2007.

3

(16)

se b e sa r 3% (tig a p e rse n) d a ri Rp . 18. 425. 100,- (d e la p a n b e la s juta e m p a t

ra tus d ua p uluh lim a rib u se ra rus rup ia h) se tia p b ula nnya . Ad a p un d a la m

a m a r p utusa n m a je lis ha kim te rse b ut d inya ta ka n b a hw a p e ng e m b a ng te la h

m e la kuka n p e rb ua ta n m e la w a n hukum ka re na tid a k m e m b e rika n

p e la ya na n ya ng b a ik ke p a d a ko nsum e nnya ya ng a nta ra la in a d a la h la la i

m e ng urus Kre d it Pe m ilika n Rum a h (KPR) d i b a nk se sua i sub sta nsi ya ng

d ike m uka ka n p e ng e m b a ng d a la m b ro surnya , tid a k m e m b e rika n b ukti

kuita nsi p e m b a ya ra n d a n p e rja njia n p e ng ika ta n jua l b e li (PPJB). Da la m

b ro sur ya ng d ike lua rka n p e ng e m b a ng d inya ta ka n b a hw a untuk p e m b e lia n

ka vling / ta na h p e ng urusa n Kre d it Pe ng urusa n Rum a h (KPR)m e nja d i

ta ng g ung ja w a b ko nsum e n, se d a ng ka n untuk p e m b e lia n rum a h b e rikut

ta na h tid a k a d a ke te ra ng a n a p a -a p a . Ha l itu b e ra rti p e ng urusa n Kre d it

Pe ng urusa n Rum a h (KPR)nya m e nja d i ta ng g ung ja w a b p e ng e m b a ng . Tid a k

te rd a p a t sa la h ta fsir ko nsum e n a ta s b ro sur te rse b ut, te ta p i justru info rm a si

ya ng d isa jika n p e ng e m b a ng itu d id ug a m e nye sa tka n ko nsum e n.

Dud uk p e rka ra d a ri ka sus te rse b ut d i a ta s te rja d i, ke tika p e ng e m b a ng

m e m utuska n p e rja njia n p e ng ika ta n jua l b e li rum a h se c a ra se p iha k d a n

m e m o to ng 10% (se p uluh p e rse n) ua ng m uka ya ng te la h d ise to rka n

ko nsum e n, d e ng a n a la s a n ko nsum e n tid a k d a p a t m e nye le sa ika n

p e m b a ya ra n p e m b e lia n rum a h d e ng a n m e ng a juka n b a nk se b a g a i

p e nya nd a ng d a na Kre d it Pe m ilika n Pe rum a ha n (KPR).

Da la m ke nya ta a nnya p a d a ting ka t b a nd ing m a up un ting ka t ka sa si,

(17)

m e ng a ng g a p , b a hw a ko nsum e n ya ng te la h m e m b a ta lka n p e rja njia n

te rse b ut, se hing g a ko nsum e n d ike na ka n p o to ng a n 10% (se p uluh p e rse n)

d a ri ua ng m uka ya ng te la h d ise to rka n.

Pe ninja ua n hukum te rus d ila kuka n o le h ko nsum e n d e ng a n

m e ng a juka n p e ninja ua n ke m b a li. Te rnya ta d a la m up a ya p e ninja ua n

ke m b a li te rse b ut ko nsum e n d im e na ng ka n. Di d a la m m e m o ri Ma hka m a h

Ag ung (MA) te la h m e la kuka n sua tu ke khiila fa n a ta u ke ke lirua n nya ta se sua i

Pa sa l 67 b utir f Und a ng -Und a ng No m o r 14 ta hun 1985 te nta ng Ma hka m a h

Ag ung , a nta ra la in ya itu:

(1) Ko nsum e n d inya ta ka n te la h m e la kuka n p e m b a ta la n, p a d a ha l p e ng e m b a ng la h ya ng m e la kuka n p e m b a ta la n.

(2) Ma hka m a h Ag ung (MA) te la h m e la kuka n p e la ng g a ra n a sa s ke b e b a sa n b e rko ntra k (Pa sa l 1338 jo Pa sa l 1320 Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pe rd a ta ). Pe rja njia n Pe ng ika ta n Jua l Ba li (PPJB) ya ng tid a k p e rna h d ita nd a ta ng a ni ke d ua b e la h p iha k d ija d ika n d a sa r untuk m e m b e rla kuka n Pa sa l 4 b utir 6 d a n Pa sa l 1 huruf a , Pa sa l 2 huruf f d a n huruf g la m p ira n ke p utusa n Me nte ri Ne g a ra Pe rum a ha n Ra kya t No m o r 09/ KPTS/ M/ 1995 te nta ng Pe d o m a n Pe ng ika ta n Jua l Be li Rum a h, p a d a ha l se m e stinya Sura t Rinc ia n Ang sura n (SRA) ya ng te la h d ita nd a ta ng a ni ke d ua b e la h p iha k m e rup a ka n d a sa r p e rika ta n a nta ra p e ng e m b a ng d e ng a n ko nsum e n.

Be rd a sa rka n ka sus te rse b ut d a p a t d iliha t b a hw a b e ta p a sulitnya

ko nsum e n m e nd a p a t p e rlind ung a n hukum . Pa d a d a sa rnya p e nye le sa ia n

(18)

ka re na itu, m e na ng a ta u ka la h, ko nsum e n je la s te la h m e ng e lua rka n b ia ya ,

w a ktu d a n te na g a ya ng b e sa r.

Ka sus d i a ta s ha nya sa tu d i a nta ra b a nya k ka sus ya ng te rja d i d a la m

b isnis p ro p e rty/ p e rum a ha n d i Ind o ne sia . Ma sih b a nya k ka sus la in d a la m

b isnis p ro p e rty/ p e rum a ha n ya ng a nta ra la in ka sus ya ng m e nya ng kut

ke tid a kse sua ia n b e rup a ja d w a l p e nye ra ha n rum a h ya ng m o lo r, g a m b a r

a rsite ktur, g a m b a r d e na h d a n sp e sifika si te knik b a ng una n, kua lita s

b a ng una n tid a k se sua i p e rja njia n, se rta fa silita s-fa silita s la in se p e rti fa silita s

p e m a sa ng a n a ir, insta la si listrik d a n sa ra na p ra sa ra na ling kung a n (fa silita s

um um d a n so sia l), m a up un m a sa la h le g a lita s se p e rti m isa lnya Izin Me nd irika n

Ba ng una n (IMB) d a n se rtifika t rum a h. IMB d a n se rtifika t ya ng d ija njika n

ke p a d a ko nsum e n p a d a sa a t p ro m o si p e njua la n rum a h tid a k d ip e nuhi.4

Be rb a g a i p e rso a la n te rse b ut d i a ta s, m e nd o ro ng p e m e rinta h untuk

m e ng e lua rka n b e rb a g a i m a c a m ke b ija ka n d i b id a ng hukum , untuk

m e ng a tur ha l-ha l ya ng b e rhub ung a n d e ng a n p e rum a ha n d a n

p e nye d ia a nnya , se p e rti ha lnya d i d a la m Kita b Und a ng -Und a ng Hukum

Pe rd a ta d a n Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pid a na . Da la m KUHPe rd a ta

te la h d ia tur m e ng e na i ha k-ha k ko nsum e n untuk m e la kuka n up a ya hukum ,

a p a b ila d ila ng g a r o le h p e la ku usa ha . Ko nsum e n d a p a t m e nuntut g a nti

ke rug ia n, b a ik b e rd a sa rka n p e rb ua ta n m e la w a n hukum /Onre c htma tig e

4

(19)

Da a d (Pa sa l 1365-1367, 1369 KUHPe rd a ta ) m a up un te rha d a p a d a nya c a c a t

te rse m b unyi (Pa sa l 1504 d a n 1506 KUHPe rd a ta ).

Se c a ra le b ih sp e sifik m e ng e na i p e rlind ung a n ko nsum e n, p e m e rinta h

jug a te la h m e ng e lua rka n ke b ija ka n b e rup a Und a ng -Und a ng Pe rlind ung a n

Ko nsum e n No m o r 8 ta hun 1999, g una m e nje m b a ta ni ke b utuha n a ka n

p e rlind ung a n hukum b a g i ko nsum e n, d e ng a n m e w ujud ka n ke se im b a ng a n

p e rlind ung a n ke p e nting a n ko nsum e n d a n p e la ku usa ha , se hing g a te rc ip ta

p e re ko no m ia n ya ng se ha t, te rm a suk m e ng e na i a sp e k-a sp e k p e rum a ha n.

Na m un b e rb a g a i m a c a m p e ra tura n tid a k a ka n b e rja la n d e ng a n e fe ktif,

a p a b ila tid a k te rla ksa na ka n se c a ra o p tim a l, d i sa m p ing m inim nya

ke sa d a ra n ko nsum e n te rha d a p ha k-ha knya d a la m hukum .

Und a ng -Und a ng Pe rlind ung a n Ko nsum e n (UUPK), d im a ksud ka n

m e nja d i la nd a sa n hukum ya ng kua t b a g i p e m e rinta h d a n le m b a g a

p e rlind ung a n sw a d a ya m a sya ra ka t, untuk m e la kuka n up a ya

p e m b e rd a ya a n ko nsum e n, m e la lui p e m b ina a n d a n p e nd id ika n ko nsum e n.

Up a ya p e m b e rd a ya a n te rse b ut p e nting , ka re na tid a k m ud a h

m e ng ha ra p ka n ke sa d a ra n p e la ku usa ha ya ng , p a d a d a sa rnya se c a ra

p rinsip e ko no m i le b ih m e ng uta m a ka n untuk m e nd a p a t ke untung a n ya ng

se m a ksim a l m ung kin, d e ng a n m o d a l se m inim m ung kin. Prinsip ini sa ng a t

p o te nsia l m e rug ika n ke p e nting a n ko nsum e n, b a ik se c a ra la ng sung m a up un

tid a k la ng sung .

Me ng ing a t a d a nya ka sus ya ng m e rug ika n ko nsum e n, te ruta m a

(20)

k-a sp e k p e rtk-a ng g ung jk-a w k-a b k-a n d e ve lo p e r, se b k-a g k-a i up k-a yk-a p e rlind ung k-a n

ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n.

B. Rum usa n Ma sa la h

Be rd a sa rka n ura ia n te rse b ut d i a ta s, m a ka p e rm a sa la ha n ya ng d a p a t

d ike m uka ka n d a la m te sis ini a d a la h:

1. Ba g a im a na p e la ksa na a a n p e rja njia n jua l b e li rum a h a nta ra d e ve lo p e r

d e ng a n ko nsum e n, se b a g a i up a ya p e rlind ung a n ko nsum e n d a la m

b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n Pa ti?

2. Ba g a im a na ta ng g ung ja w a b d e ve lo p e r, se b a g a i up a ya p e rlind ung a n

ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n Pa ti?

C . Tujua n Pe ne litia n

Tujua n ya ng ing in d ic a p a i d a la m p e ne litia n ini a nta ra la in :

1. Untuk m e ng e ta hui d a n m e m a ha m i p e la ksa na a a n p e rja njia n jua l b e li

rum a h a nta ra d e ve lo p e r d e ng a n ko nsum e n, se b a g a i up a ya

p e rlind ung a n ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n Pa ti.

2. Untuk m e ng e ta hui d a n m e m a ha m i ta ng g ung ja w a b d e ve lo p e r, se b a g a i

up a ya p e rlind ung a n ko nsum e n d a la m b id a ng p e rum a ha n d i Ka b up a te n

(21)

D. Ma nfa a t Pe ne litia n

Ke g una a n d a la m p e ne litia n ini a nta ra la in :

1. Ke g una a n te o ritis

Diha ra p ka n ha sil p e ne litia n ini m e m p unya i ke g una a n b a g i

p e rke m b a ng a n ilm u hukum khususnya b e rka ita n d e ng a n hukum

p e rlind ung a n ko nsum e n.

2. Ke g una a n p ra ktis

a . Me na m b a h w a w a sa n p e nulis d a la m m a sa la h p e rlind ung a n hukum

b a g i ko nsum e n p e rum a ha n d i Pa ti.

b . Se b a g a i m a suka n b a g i p iha k-p iha k ya ng te rka it d e ng a n m a sa la h

Te sis

E. Siste m a tika Pe nulisa n

Te sis ini te rd iri d a ri 5 (lim a ) b a b , ya itu:

Ba b I. Me ng e na i p e nd a hulua n, ya ng m e ng ura ika n fa kta -fa kta ya ng m e nja d i la ta r b e la ka ng p e ne litia n, p e rm a sa la ha n, tujua n, d a n

m a nfa a t p e ne litia n.

Ba b II. Me rup a ka n tinja ua n p usta ka , ya ng m e ng ura ika n m e ng e na i p e ng e rtia n p e rja njia n, a sa s-a sa s p e rja njia n, sya ra t sa hnya

p e rja njia n, je nis-je nis p e rja njia n d a n w a np re sta si se rta a kib a tnya ,

(22)

ta ng g ung ja w a b d e ve lo p e r, m e ng ura ika n m e ng e na i

p e rlind ung a n ko nsum e n.

Ba b III. Me rup a ka n m e to d o lo g i p e ne litia n, ya ng te rd iri d a ri m e to d e p e nd e ka ta n, je nis p e ne litia n,p o p ula si, p e ne ntua n sa m p e l, je nis

d a n sum b e r d a ta , a la t p e ng um p ul d a ta , te knis a na lisis d a ta .

Ba b IV. Me rup a ka n ha sil p e ne litia n d a n p e m b a ha sa n te rha d a p ha sil p e ne litia n te rse b ut.

Ba b V. Me rup a ka n b a b p e nutup ya ng m e ng ura ika n te nta ng ke sim p ula n d a ri p e ne litia n d ise rta i sa ra n-sa ra n ya ng d ia ng g a p p e rlu.

Da fta r Pusta ka

(23)

BA B II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Tinjauan Umum Terhadap Perjanjian

1. Pe ng e rtia n Pe rja njia n Pa d a Um um nya

KUHPe rd a ta m e nye b ut p e rja njia n d e ng a n istila h p e rse tujua n. Me nurut

Pa sa l 1313 KUHPe rd a ta , p e ng e rtia n p e rse tujua n d a p a t d id e finisika n se b a g a i

b e rikut :

“Suatu pe rse tujuan adalah suatu pe rb uatan de ng an m ana 1 (satu)

o rang atau le b ih m e ng ikatkan diriny a te rhadap 1 (satu) o rang lain atau le b ih”5

Me nurut R. Wirjo no Pro jo d iko ro , d ise b utka n, b a hw a p e rja njia n

m e rup a ka n p e rb ua ta n hukum m e ng e na i ha rta b e nd a ke ka ya a n a nta ra

d ua p iha k, d a la m ha l m a na sa tu p iha k b e rja nji untuk m e la ksa na ka n se sua tu

ha l, se d a ng p iha k la in b e rha k untuk m e nuntut p e la ksa na a n ja nji itu.6

Dike m uka ka n o le h R. Sub e kti, b a hw a p e rja njia n a d a la h sua tu

p e ristiw a d i m a na se o ra ng b e rja nji ke p a d a se o ra ng la in a ta u d i m a na d ua

o ra ng itu sa ling b e rja nji untuk m e la ksa na ka n se sua tu ha l. Da ri p e ristiw a itu

5

R Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya Paramita, 1995, hal 282. 6

(24)

tim b ula h sua tu hub ung a n hukum a nta ra d ua p iha k ya ng d ina m a ka n

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Jakarta, Alfabeta, 2004, hal 74. 8

Ibid hal 74. 9

Ibid hal 74.

(25)

se m a ta -m a ta m e rup a ka n a la t p e m b uktia n sa ja , te ta p i m e rup a ka n sya ra t

untuk a d a nya (b e sta a nwa a rde) p e rja njia n itu. Misa lnya p e rja njia n

m e nd irika n p e rse ro a n te rb a ta s ha rus d e ng a n a kta no ta ris10 (Pa sa l 7 a ya t (1)

Und a ng -Und a ng No m o r 1 ta hun 1995 te nta ng Pe rse ro a n Te rb a ta s) a ta u a kta

jua l b e li ta na h ha rus d e ng a n a kta Pe ja b a t Pe m b ua t Akta Ta na h (PPAT).11

2. A sa s- A sa s Hukum Pe rja njia n

Asa s-a sa s hukum d a la m p e rja njia n m e nurut Sud ikno Me rto kusum o ,

a d a la h p ikira n d a sa r ya ng um um sifa tnya , d a n m e rup a ka n la ta r b e la ka ng

d a ri p e ra tura n hukum ya ng ko ng krit, ya ng te rd a p a t d a la m p e ra tura n

p e rund a ng -und a ng a n d a n p utusa n ha kim ya ng m e rup a ka n hukum p o sitif

d a n d a p a t d ike te m uka n d e ng a n m e nc a ri sifa t-sifa t d a la m p e ra tura n

ko ng krit te rse b ut.12

Asa s-a sa s hukum p e rja njia n m e lip uti :

a . Asa s Ko nse nsua lism e

Ko nse nsua l b e ra sa l d a ri b a ha sa la tin C O NC ENSUS ya ng b e ra rti se p a ka t.

Ha l ini d ia tur d a la m Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta ya ng m e nya ta ka n :

“Se m ua pe rjanjian y ang dib uat se c ara sah b e rlaku se b ag ai undang

-undang b ag i m e re ka y ang m e m b uatny a”.

b . Asa s Ke b e b a sa n Be rko ntra k

10

Sutarno, Op.cit, hal 74. 11

Ibid 12

(26)

Pa d a d a sa rnya m a nusia b e b a s untuk m e ng a d a ka n hub ung a n d e ng a n

o ra ng la in, te rm a suk d i d a la m nya untuk m e ng a d a ka n p e rja njia n. Ha l ini

d a p a t d isim p ulka n d a ri Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta ya ng

m e nya ta ka n :

“Se m ua pe rjanjian y ang dib uat se c ara sah b e rlaku se b ag ai undang -undang b ag i m e re ka y ang m e m b uatny a”.

c . Asa s Ke kua ta n Me ng ika tnya Sua tu Pe rja njia n

Pe rja njia n ya ng te la h d ib ua t d a n d ise p a ka ti m e m p unya i ke kua ta n

m e ng ika t se b a g a i und a ng -und a ng b a g i p a ra p iha k. Asa s ini d isim p ulka n

d a ri Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta .

d . Asa s Itika d Ba ik

Asa s itika d b a ik d a la m a rti o b je ktif te rd a p a t d a la m Pa sa l 1338 a ya t (3)

KUHPe rd a ta , ya ng b unyinya :

“Suatu pe rjanjian harus dilaksanakan de ng an iktikad b aik”.

e . Asa s Ke p rib a d ia n

Dia tur d a la m Pa sa l 1315 KUHPe rd a ta ya ng m e nya ta ka n :

(27)

Pe ng e c ua lia n d a ri a sa s ini ya itu d a la m ha l ja nji untuk p iha k ke tig a d ia tur

d a la m Pa sa l 1317 KUHPe rd a ta , Pa sa l 1318 KUHPe rd a ta , Pa sa l 1340 a ya t

(2) KUHPe rd a ta .

3. Sya ra t Sa hnya Pe rja njia n

Pe rja njia n ya ng d ib ua t o le h p a ra p iha k d a p a t d ika ta ka n “ sa h”

a p a b ila m e m e nuhi sya ra t-sya ra t te rte ntu ya ng te la h d ite ntuka n o le h

und a ng -und a ng . Akib a t d a ri p e rja njia n ya ng d ib ua t te rse b ut m e m p unya i

a kib a t hukum .

Me nurut Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta , sya ra t sa hnya p e rja njia n a d a la h :

a . Se p a ka t Me re ka Ya ng Me ng ika tka n Diri

Se p a ka t b e ra rti a d a nya p e rse sua ia n ke he nd a k a nta ra p a ra p iha k a ta u

p a ra p iha k se tuju m e ng e na i ha l-ha l p o ko k ya ng d ip e rja njika n. Be ra rti a p a

ya ng d ike he nd a ki o le h p iha k sa tu jug a d ike he nd a ki o le h p iha k la in. Pa ra

p iha k m e ng he nd a ki se sua tu se c a ra tim b a l b a lik.

Se p a ka t d a p a t d inya ta ka n d e ng a n te g a s d a p t p ula d inya ta ka n d e ng a n

w ujud te rtulis d a n p e rnya ta a n lisa n. Se d a ng ka n ke he nd a k ya ng tid a k

se c a ra te g a s d a p a t b e rw ujud ting ka h la ku d a ri m e re ka ya ng

m e ng ika tka n d iri d a la m p e rja njia n. Pe rja njia n itu la hir se ja k te rja d inya

ka ta se p a ka t d ia nta ra p a ra p iha k. Na m un a d a p ula p e rja njia n ya ng

untuk sa hnya d ip e rluka n b e ntuk te rte ntu. Jika b e ntuk ini tid a k d ip e nuhi

(28)

Pa sa l 1321 Kita b Und a ng -und a ng Hukum Pe rd a ta ya ng intinya

m e nya ta ka n b a hw a :

“Tiada se pakat y ang sah apab ila se pakat itu dib e rikan kare na ke khilafan, atau dipe ro le hny a de ng an paksaan atau pe nipuan.”

Pa sa l te rse b ut d i a ta s m e ne ra ng ka n b a hw a a p a b ila p e rja njia n d id a p a t

ka re na ke khila fa n, p a ksa a n, d a n p e nip ua n m a ka p e rja njia n itu

m e ng a la m i c a c a t hukum . Me nurut p a sa l 1324 Kita b Und a ng -und a ng

Hukum Pe rd a ta ya ng intinya m e ng a ta ka n b a hw a :

“Paksaan te lah te rjadi, apab ila pe rb uatan itu se de m ikian rupa hing g a

dapat m e nakutkan se o rang y ang b e rpikiran se hat, dan apab ila pe rb uatan itu dapat m e nim b ulkan ke takutan pada o rang te rse b ut b ahwa diriny a atau ke kay aanny a te ranc am de ng an suatu ke rug ian y ang te rang dan ny ata.”

Pa sa l te rse b ut d i a ta s d a p a t d ita rik ke sim p ula n b a hw a se p a ka t ha rus

m e m e nuhi sya ra t-sya ra t d i m a na tid a k b o le h te rd a p a t c a c a t ke he nd a k

d a la m p e rja njia n te rse b ut, ya ng m e lip uti:

1). Pa ksa a n (dwa ng)

Pa ksa a n a d a la h sua tu ke a d a a n d i m a na se se o ra ng m e la kuka n

p e rb ua ta n ka re na ta kut d e ng a n a nc a m a n a ta u d ib a w a h a nc a m a n

b a ik a nc a m a n fisik m a up un a nc a m a n ro ha ni. Ha l ini d isim p ulka n d a ri

(29)

Me nurut R. Sub e kti ya ng d im a ksud d e ng a n p a ksa a n a d a la h p a ksa a n

ro ha ni a ta u p a ksa a n jiw a d a n ya ng d ia nc a m ka n itu a d a la h tind a ka n

ya ng d ila ra ng o le h Und a ng -und a ng .13

2). Ke se sa ta n a ta u ke khila fa n (Dwa ling)

Ya itu ke a d a a n d i m a na m a sing -m a sing p iha k sa ling te rse sa t te rha d a p

o b je k d a ri p e rja njia n a ta u p e rnya ta a n ke se sua ia n ke he nd a k d a ri

sa la h sa tu p iha k tid a k se sua i d e ng a n ke he nd a knya . Me nurut R.

Sub e kti ke khila fa n a ta u ke ke lirua n te rja d i jika sa la h sa tu p iha k khila f

te nta ng ha l-ha l p o ko k a p a ya ng d ip e rja njika n a ta u te nta ng d e ng a n

o ra ng -o ra ng sia p a p e rja njia n itu d ia d a ka n.14 Ke khila fa n itu a d a d ua

m a c a m :

a ). Me ng e na i o ra ng nya

b ). Me ng e na i b e ntuknya ya itu o b je k p e rja njia n.

3). Pe nip ua n (b e d ro g )

Pa sa l 1328 KUHPe rd a ta m e nya ta ka n:

“Pe nipuan m e rupakan suatu alas an untuk pe m b atalan pe rjanjian, apab ila tipu m uslihat, y ang dipakai o le h salah satu pihak, adalah se de m ikian rupa hing g a te rang dan ny ata b ahwa pihak y ang lain tidak te lah m e m b uat pe rikatan itu jika tidak dilakukan tipu m uslihat

te rse b ut."

13

R. Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan VII, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hal 23. 14

(30)

Me nurut R. Sub e kti p e nip ua n te rja d i a p a b ila sa tu p iha k d e ng a n

se ng a ja m e m b e rika n ke te ra ng a n-ke te ra ng a n ya ng tid a k b e na r

d ise rta i tip u m usliha t untuk m e m b ujuk p iha k la w a nnya m e m b e rika n

p e rizina nnya .15

b . Ke c a ka p a n untuk Me m b ua t sua tu Pe rja njia n

Pa d a um um nya sya ra t sa hnya sua tu p e rja njia n a p a b ila d ib ua t o le h

o ra ng ya ng sud a h c a ka p hukum , a rtinya a d a la h o ra ng ya ng sud a h

d e w a sa d a n se ha t p ikira nnya . Pa sa l 1330 KUHPe rd a ta m e ne ntuka n

o ra ng tid a k c a ka p m e m b ua t p e rja njia n a nta ra la in o ra ng ya ng b e lum

d e w a sa , m e re ka ya ng d i b a w a h p e ng a m p ua n, o ra ng -o ra ng

p e re m p ua n d a la m ha l d ite ta p ka n o le h und a ng -und a ng .

15

(31)

c . Sua tu Ha l Te rte ntu

Pe rja njia n d ib ua t ha rus m e ng e na i sua tu ha l te rte ntu, a rtinya a p a ya ng

d ip e rja njika n ha rus te g a s m e ng e na i se sua tu ha l, ka re na ha l ini

m e nya ng kut ha k d a n ke w a jib a n ke d ua b e la h p iha k jika te rja d i

p e rse lisiha n. Ha l te rse b ut d ia tur d a la m Pa sa l 1332, 1333, 1334 KUHPe rd a ta

d . Se b a b ya ng Ha la l

Sya ra t ke e m p a t ini b uka n m e rup a ka n untuk a d a nya p e rja njia n, te ta p i

sua tu p e rja njia n ta np a se b a b ya ng ha la l a ka n m e ng a kib a tka n p e rja njia n

te rse b ut b a ta l d e m i hukum . Pe rja njia n se la in ha rus te rte ntu m a ka isinya

jug a ha rus ha la l, se b a b isi p e rja njia n itula h ya ng a ka n d ila ksa na ka n.

4. Je nis- Je nis Pe rja njia n

Pa sa l 1338 KUHPe rd a ta m e nye b utka n ya ng intinya b a hw a ;

“Pe rjanjian dib uat se c ara sah b e rlaku se b ag ai undang - undang b ag i

m e re ka y ang m e m b uatny a”.

Je nis-je nis p e rja njia n d a p a t d iliha t d a ri b e rb a g a i a sp e k :

a . Be rd a sa rka n c a ra la hirnya :

1. Pe rja njia n Ko nse nsuil

2. Pe rja njia n Fo rm a l

3. Pe rja njia n Riil

b . Be rd a sa rka n p e ng a tura nnya :

(32)

2. Pe rja njia n Tid a k Be rna m a

c . Be rd a sa rka n sifa t p e rja njia n :

1. Pe rja njia n Po ko k

2. Pe rja njia n Ac c e so ir

d . Be rd a sa rka n p re sta si ya ng d ip e rja njika n :

1. Pe rja njia n Se p iha k

2. Pe rja njia n Tim b a l Ba lik

e . Be rd a sa rka n a kib a t ya ng d itim b ulka n :

1. Pe rja njia n O b lig a to ir

2. Pe rja njia n Ke b e nd a a n

5. Wa np re sta si d a n A kib a tnya

Se b e lum m e m b a ha s ya ng d ise b ut d e ng a n w a np re sta si, te rle b ih

d a hulu p e rlu d ike ta hui a p a ya ng d im a ksud d e ng a n p re sta si ka re na

w a np re sta si te rja d i d e ng a n a d a nya tuntuta n p re sta si ya ng tid a k te rp e nuhi.

Ma shud i d a n Mo c h. C hid ir Ali b e rp e nd a p a t, b a hw a ya ng d im a ksud

d e ng a n p re sta si a d a la h ke w a jib a n ya ng ha rus d ituna ika n o le h p iha k

p e rta m a , te rha d a p p e nuna ia n m a na p iha k ya ng la in m e m p unya i ha k

m e nuntut p e la ksa na a nnya .

Be ntuk p re sta si se b a g a im a na d ia tur d a la m Pa sa l 1234 KUHPe rd a ta

te rd iri a ta s ke w a jib a n untuk:

a . Me m b e rika n se sua tu, a ta u

(33)

c . Tid a k m e la kuka n se sua tu.

Pe m e nuha n p re sta si ini tid a k se la m a nya d a p a t te rla ksa na , a d a

ka la nya p re sta si tid a k d a p a t te rp e nuhi ya ng d ise b a b ka n sa la h sa tu d ise b ut

w a np re sta si.

Ahli hukum se p e rti M. Ya hya Ha ra ha p m e rum uska n, w a np re sta si

se b a g a i p e la ksa na a n ke w a jib a n ya ng tid a k te p a t p a d a w a ktunya a ta u

d ila kuka n tid a k m e nurut se la ya knya .16

Me nurut R. Sub e kti, b e ntuk w a np re sta si d a ri p a ra p iha k d a p a t

b e rup a :

a . Tid a k m e la kuka n a p a ya ng d isa ng g up i a ka n d ila kuka nnya ;

b . Me la ksa na ka n a p a ya ng d ija njika n, te ta p i tid a k se b a g a im a na

d ip e rja njika nnya ;

c . Me la kuka n a p a ya ng d ip e rja njika n na m un te rla m b a t;

d . Me la kuka n se sua tu m e nurut p e rja njia n tid a k b o le h d ila kuka nnya .17

Piha k ya ng w a np re sta si d a p a t d ib e rika n sa nksi ya ng b e rup a :

a . Me m b a ya r ke rug ia n ya ng d id e rita p iha k ya ng d irug ika n

b . Pe m b a ta la n p e rja njia n

c . Pe ra liha n re siko

d . Me m b a ya r b ia ya p e rka ra ka la u sa m p a i d ip e rka ra ka n d im uka ha kim .

6. Pe rja njia n Jua l Be li Rum a h

16

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal 60. 17

(34)

a . Pe ng e rtia n Jua l Be li

Me nurut Pa sa l 457 Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pe rd a ta m e nye b utka n

p e ng e rtia n jua l b e li, ya itu:

“Suatu Pe rse tujuan de ng an m ana pihak y ang satu m e ng ikatkan diriny a untuk m e ny e rahkan suatu ke b e ndaan, dan pihak lain untuk

m e m b ay ar harg a y ang te lah dipe rjanjikan.”

b . Pe d o m a n Pe ng ika ta n Jua l Be li Rum a h

Be rd a sa rka n Ke p utusa n Me nte ri Ne g a ra Pe rum a ha n Ra kya t No m o r

09/ KPTS/ 1995 ta ng g a l 23 Juni 1995 te nta ng Pe d o m a n Pe ng ika ta n Jua l

Be li Rum a h, d ise b utka n a d a nya 2 p iha k d a la m p e rja njia n, ya itu: p iha k

Pe rusa ha a n Pe m b a ng una n Pe rum a ha n d a n Pe m ukim a n a ta u De ve lo p e r

a ta u Pe la ku Usa ha ya ng b e rtind a k se b a g a i p e njua l rum a h d a n p iha k

ko nsum e n rum a h se la ku Pe m b e li Rum a h.

c . Be ntuk Pe rja njia n Jua l Be li Rum a h

Pa d a p rinsip nya Und a ng -Und a ng No m o r 8 Ta hun 1999 te nta ng

Pe rlind ung a n Ko nsum e n, tid a k m e la ra ng d e ve lo p e r (Pe la ku Usa ha ) untuk m e m b ua t p e rja njia n b a ku ya ng m e m ua t kla usula b a ku, a sa l tid a k

(35)

Und a ng -Und a ng No m o r 8 Ta hun 1999 te nta ng Pe rlind ung a n Ko nsum e n

d a n p e rja njia n b a ku ya ng d ib ua t tid a k b e rte nta ng a n d e ng a n Pa sa l 18

a ya t (2) Und a ng -Und a ng No m o r 8 Ta hun 1999 te nta ng Pe rlind ung a n

Ko nsum e n.

d . Do kum e n-Do kum e n Hukum Ya ng Tim b ul Da ri Pe rja njia n Jua l Be li Rum a h

Pe rja njia n ya ng d ila kuka n d a la m b id a ng p e rum a ha n a ka n m e la hirka n

d o kum e n-d o kum e n hukum (le g a l d o c um e nts) ya ng p e nting a nta ra la in:

1. Pe rja njia n Pe ng ika ta n Jua l Be li (PPBJ) a ta u se ring p ula d ike na l d e ng a n

istila h Pe rja njia n Pe nd a hulua n Pe m b e lia n, p e rja njia n a ka n jua l b e li

a nta ra d e ve lo p e r (p e la ku usa ha ) d a n ko nsum e n. Do kum e n ini

m e rup a ka n d o kum e n ya ng m e m b uktika n a d a nya hub ung a n hukum

(hub ung a n ko ntra ktua l) a nta ra d e ve lo p e r (p e la ku usa ha ) d a n

ko nsum e n.

2. Pe rja njia n Jua l Be li ya ng d ib ua t d a n d ita nd a ta ng a ni d i ha d a p a n

Pe ja b a t Pe m b ua t Akta Ta na h (PPAT).

3. Pe rja njia n Kre d it Pe m ilika n Rum a h, d id a la m nya m e ng a tur m e ng e na i

jum la h p inja m a n, ja ng ka w a ktu p e luna sa n Kre d it Pe m ilika n Rum a h

(KPR), d a n b e sa rnya p e rhitung a n b ung a p inja m a n.

Ke b e ra d a a n d o kum e n-d o kum e n te rse b ut sa ng a t p e nting se b a g a i sa la h

(36)

B.

Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab Developer

1. Pe ng e rtia n Um um Te nta ng De ve lo p e r (Pe la ku Usa ha )

Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut kamus bahasa

inggris artinya adalah pembangun perumahan. Sementara itu menurut Pasal 5 ayat

(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1974,disebutkan pengertian

Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula masuk dalam pengertian

developer, yaitu :

“Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang

berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis

dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan

suatu kesatuan lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan

prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang

diperlukan oleh masyarakat penghuninya.”

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Developer masuk dalam

kategori sebagai pelaku usaha. Pengertian Pelaku Usaha dalam Pasal 1 angka 3

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu:

“Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik

yang berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi.”

2. Ha k, Ke wa jib a n d a n Ta ng g ung Ja wa b De ve lo p e r (Pe la ku Usa ha )

Untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan untuk menciptakan pola

hubungan yang seimbang antara developer (pelaku usaha) dan konsumen maka perlu

adanya hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hal tersebut lebih lanjut diatur

dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

(37)

a.

Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

b.

Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidak baik.

c.

Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum

sengketa konsumen.

d.

Hak untuk merehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang/jasa yang diperdagangkan.

Sedangkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen mengatur mengenai Kewajiban Developer (Pelaku Usaha)

yang meliputi:

a.

Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b.

Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikkan, dan

pemeliharaan.

c.

Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif

d.

Menjamin mutu barang/jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

(38)

f.

Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatanbarang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

g.

Memberi kompensasi dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai

dengan perjanjian.

Bagi developer (pelaku usaha), selain dibebani kewajiban sebagaimana

disebutkan di atas, ternyata dikenakan larangan-larangan yang diatur dalam Pasal 8

sampai dengan 17 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen mengatur larangan bagi pelaku usaha yang sifatnya umum dan secara

garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a . La ra ng a n m e ng e na i p ro d uk itu se nd iri, ya ng tid a k m e m e nuhi sya ra t d a n

sta nd a r ya ng la ya k untuk d ip e rg una ka n a ta u d ip a ka i a ta u

d im a nfa a tka n o le h ko nsum e n.

b . La ra ng a n m e ng e na i ke te rse d ia a n info rm a si ya g tid a k b e na r, tid a k

a kura t, d a n ya ng m e nye sa tka n ko nsum e n.18

Di samping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh

developer (pelaku usaha), ada tanggung jawab (Product Liability) yang harus dipikul

oleh developer (pelaku usaha) sebagai bagian dari kewajiban yang mengikat

kegiatannya dalam berusaha. Sehingga diharapkan adanya kewajiban dari developer

(pelaku usaha) untuk selalu bersikap hati-hati dalam memproduksi barang/jasa yang

dihasilkannya.

18

(39)

Tanggung jawab (Product Liability) dapat didefinisikan sebagai suatu

tanggung jawab secara hukum dari orang/badan yang menghasilkan suatu produk

(producer, manufacturer), dari orang/badan yang bergerak dalam suatu proses untuk

menghasilkan suatu produk (processor, assembler) atau mendistribusikan (seller,

distributor) produk tersebut.

Berbicara mengenai tanggung jawab, maka tidak lepas dari prinsip-prinsip

sebuah tanggung jawab, karena prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal

yang sangat penting dalam perlindungan konsumen. Secara umum prinsip-prinsip

tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan, yaitu :

a.

Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan (liability based on fault), yaitu

prinsip yang menyatakan bahwa seseorang baru dapat diminta

pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang

dilakukannya;

b.

Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab (Presumption of libility), yaitu

prinsip yang menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggung jawab sampai ia

dapat membuktikan, bahwa ia tidak bersalah, jadi beban pembuktian ada pada

tergugat.

c.

Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (Presump of nonliability),

yaitu prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu

bertanggung jawab, di mana tergugat selalu dianggap tidak bertanggung jawab

sampai dibuktikan, bahwa ia bersalah.

(40)

pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab,

misalnya keadaan force majeur.

e.

Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability), dengan

adanya prinsip tanggung jawab ini, pelaku usaha tidak boleh secara sepihak

menentukan klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal

tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan, maka harus berdasarkan pada

perundang-undangan yang berlaku.

19

Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian konsumen dalam

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diatur khusus dalam

BAB VI, mulai dari Pasal 19 sampai dengan Pasal 28, Memperhatikan substansi

Pasal 19 ayat (1) Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dapat

diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi :

a.

Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan,

b.

Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran,

c.

Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.

20

Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang cacat

bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal ini

berarti, bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami

konsumen.

21

Penerapan konsep product liability ternyata tidak mudah, dalam system

pertanggungjawaban secara konvensional, tanggung gugat produk didasarkan adanya

19

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta, Gramedia, 2000, hal 58. 20

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo, Jakarta, 2004, hal 125.

21

(41)

wanprestasi (default) dan perbuatan melawan hukum (fault). Berdasarkan pasal 1365

KUHPerdata, konsumen yang menderita kerugian akibat produk barang/jasa yang

cacat bisa menuntut pihak produsen (pelaku usaha) secara langsung. Tuntutan

tersebut didasarkan pada kondisi telah terjadi perbuatan melawan hukum. Atau

dengan kata lain, konsumen harus membuktikan terlebih dahulu kesalahan yang

dilakukan oleh pelaku usaha.

Langkah pembuktian semacam itu sulit dilakukan karena konsumen berada

pada kondisi yang sangat lemah dibandingkan dengan posisi pelaku usaha.

Disamping sulitnya pembuktian, konsumen nantinya juga sulit mendapatkan hak

ganti rugi (kompensasi) atas pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha.

Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan konsep strict liability

(tanggung jawab mutlak), yaitu bahwa produsen seketika itu juga harus bertanggung

jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa mempersoalkan kesalahan dari

pihak produsen.

22

Jika dicermati sebenarnya UU Perlindungan Konsumen

mengadopsi konsep strict liability. Dalam pasal 19 ayat (1) UU Perlindungan

Konsumen disebutkan bahwa:

“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, atau kerugian yang diderita konsumen akibat mengkonsumsi

barang/jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.”

Pasal 28 UU Perlindungan Konsumen menyatakan:

“Pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur dalam gugatan ganti rugi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 22, dan pasal 23, merupakan beban

dan tanggung jawab pelaku usaha.”

22

(42)

Lebih lanjut apabila membicarakan mengenai tanggung jawab developer

maka hal tersebut berkaitan dengan tanggung jawab moral si developer kepada

konsumennya. Pada umumnya developer yang bernaung dalam Persatuan Perusahaan

Real Estate Indonesia (REI) memiliki tanggung jawab moral terhadap konsumen.

Tanggung jawab moral developer ini terangkum dalam kode etik Persatuan

Perusahaan Real Estate Indonesia yang dikenal dengan “Sapta Brata”. Adapun isi

dari Sapta Brata adalahal sebagai berikut:

1.

Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa

berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2.

Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa

mentaati segala undang-undang maupun peraturan yang berlaku di Indonesia.

3.

Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa

menjaga keselarasan antara kepentingan usahanya dengan kepentingan

pembangunan bangsa dan negara.

4.

Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa

menempatkan dirinya sebagai perusahaan swasta nasional yang bertanggung

jawab, menghormati dan menghargai profesi usaha real estate dan menjunjung

tinggi rasa keadilan, kebenaran dan kejujuran.

(43)

6.

Anggota Real Estate dalam melaksanakan usahanya, dengan sesama pengusaha

senantiasa saling menghormati, menghargai, dan saling membantu serta

menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.

7.

Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa

memberikan pelayanan pada masyarakat dengan sebaik-baiknya.

23

Tujuh kode etik tersebut merupakan pedoman bagi seluruh developer anggota

Real Estate Indonesia.

Dikemukakan oleh J. Sudijanto, bahwa para developer anggota Real Estate

Indonesia secara organisatoris tunduk pada AD/ART Real Estate Indonesia terutama

kode etik “Sapta Brata”. Dalam Pasal 7 misalnya, mewajibkan anggota Real Estate

Indonesia untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Hal ini

dapat diartikan bahwa dalam melaksanakan kegiatannya terutamadalam menawarkan

rumah kepada konsumen, developer senantiasa memberikan pelayanan yang baik dan

tidak merugikan konsumen.

24

C.

Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen Dalam Bidang

Perumahan

1. Pe ng e rtia n Um um Te nta ng Ko nsum e n

Me nurut ke te ntua n Pa sa l 1 a ng ka 2 Und a ng -Und a ng No m o r 8 ta hun

1999 te nta ng Pe rlind ung a n Ko nsum e n, d ije la ska n p e ng e rtia n ko nsum e n

se b a g a i b e rikut :

23

AD/ART Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia. 24

(44)

“ Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

Ko nsum e n m e m a ng tid a k se ke d a r p e m b e li (b uye r a ta u ko p e r), te ta p i

se m ua o ra ng (p e rse o ra ng a n a ta u b a d a n usa ha ) ya ng m e ng ko nsum si ja sa

d a n/ a ta u b a ra ng . Ja d i, ya ng p a ling p e nting te rja d inya sua tu tra nsa ksi

ko nsum e n (c o nsume r tra nsa c tio n) b e rup a p e ra liha n b a ra ng d a n/ a ta u ja sa ,

te rm a suk p e ra liha n ke nikm a ta n d a la m m e ng g una ka nnya .25

2. Ha k Da n Ke wa jib a n Ko nsum e n

Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan

kewajiban.

Hak konsumen berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal

4 adalah sebagai berikut:

a . Ha k a ta s ke nya m a na n, ke a m a na n, d a n ke se la m a ta n d a la m

m e ng ko nsum si b a ra ng / ja sa .

b . Ha k untuk m e m ilih d a n m e nd a p a tka n b a ra ng / ja sa se sua i d e ng a n nila i

tuka r d a n ko nd isi se rta ja m ina n ya ng d ija njika n.

c . Ha k a ta s info rm a si ya ng b e na r, je la s, d a n jujur m e ng e na i ko nd isi d a n

ja m ina n b a ra ng / ja sa .

d . Ha k untuk d id e ng a r p e nd a p a t d a n ke luha nnya a ta s b a ra ng / ja sa ya ng

d ig una ka n.

25

(45)

e . Ha k untuk m e nd a p a tka n a d vo ka si, p e rlind ung a n, d a n up a ya

p e nye le sa ia n se ng ke ta p e rlind ung a n ko nsum e n se c a ra p a tut.

f. Ha k untuk m e nd a p a t p e m b ina a n d a n p e nd id ika n ko nsum e n

g . Ha k untuk d ip e rla kuka n a ta u d ila ya ni se c a ra b e na r d a n jujur se rta tid a k

d iskrim ina tif.

h. Ha k untuk m e nd a p a tka n ko m p e nsa si, g a nti rug i, a ta u p e ng g a ntia n, jika

b a ra ng / ja sa ya ng d ite rim a tid a k se sua i d e ng a n p e rja njia n a ta u tid a k

se b a g a im a na m e stinya .

i. Ha k-ha k ya ng d ia tur d a la m ke te ntua n p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n

la innya .

Ha k-ha k ko nsum e n ya ng te rse b ut d ia ta s b e rg una untuk m e lind ung i

ke p e nting a n ko nsum e n, se b a g a im a na te rc a ntum d a la m tujua n d a ri

p e rlind ung a n ko nsum e n ya itu m e ng a ng ka t ha rka t hid up d a n m a rta b a t

ko nsum e n. Se hing g a d iha ra p ka n ko nsum e n m e nya d a ri a ka n ha k-ha knya

d a n p e la ku usa ha d iha ruska n untuk m e m e rha tika n a p a sa ja p e rb ua ta

n-p e rb ua ta n usa ha ya ng d ila ra ng m e nurut Und a ng -Und a ng Pe rlind ung a n

Ko nsum e n se hing g a tid a k a d a la g i p e la ng g a ra n ha k-ha k ko nsum e n.

Be ntuk-b e ntuk p e la g g a ra n ha k ko nsum e n m e nurut Und a ng -Und a ng

Pe rlind ung a n ko nsum e n b e rup a :

1. Me njua l p ro d uk a ta u ja sa ya ng d ila ra ng

Me nurut p a sa l 8 a ya t (1) Und a ng - Und a ng No . 8 ta hun 1999 te nta ng

(46)

a . Tid a k m e m e nuhi a ta u tid a k se sua i d e ng a n sta nd a r ya ng

d ip e rsya ra tka n d a la m ke te ntua n p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n

b . Tid a k se sua i d e ng a n b e ra t b e rsih, isi b e rsih a ta u ne tto , d a n jum la h

d a la m hitung a n se b a g a im a na ya ng d inya ta ka n d a la m la b e l a ta u

e tike t b a ra ng te rse b ut.

c . Tid a k se sua i d e ng a n ukura n, ta ka ra n, tim b a ng a n, d a n jum la h

d a la m hitung a n m e nurut ya ng se b e na rnya .

d . Tid a k se sua i d e ng a n ko nd isi, ja m ina n, ke istim e w a a n, a ta u

ke m a njura n se b a g a im a na d inya ta ka n d a la m la e l, e tike t a ta u

ke te ra ng a n b a ra ng d a n/ a ta u ja sa te rse b ut.

e . Tid a k se sua i d e ng a n m utu, ting ka t ko m p o sisi,p ro se s p e ng o la ha n,

g a ya , m o d e , a ta u p e ng g una a n te rte ntu se b a g a im a na d inya ta ka n

d a la m la b e l a ta u ke te ra ng a n b a ra ng d a n/ a ta u ja sa te rb ut.

f. Tid a k se sua i d e ng a n ja nji ya ng d inya ta ka n d a la m la b e l, e tike t,

ke te ra ng a n, ikla n a ta u p ro m o si p e njua la n b a ra ng / ja sa te rb ut.

g . Tid a k m e nc a ntum ka n ta ng g a l ka d a lua rsa a ta u ja ng ka w a ktu

p e ng g una a n/ p e m a nfa a ta n ya ng p a ling b a ik a ta s b a ra ng

te rse b ut.

h. Tid a k m e ng ikuti ke te ntua n b e rp ro d uksi se c a ra ha la l, se b a g a im a na

p e rnya ta a n ” ha la l” ya ng d ic a ntum ka n d a la m la b e l.

i. Tid a k m e m a sa ng la b e l a ta u m e m b ua t p e nje la sa n b a ra ng ya ng

m e m ua t na m a b a ra ng , ukura n, b e ra t/ isi b e rsih a ta u ne tto ,

(47)

na m a d a n a la m a t p e la ku usa ha se rta ke te ra ng a n la in untuk

p e ng g una a n ya ng m e nurut ke te ntua n ha rus d ip a sa ng / d ib ua t.

j. Tid a k m e nc a ntum ka n info rm a si d a n/ a ta u p e tunjuk p e ng g una a n

b a ra ng d a la m Ba ha sa Ind o ne sia se sua i d e ng a n ke te ntua n

p e rund a ng -und a ng a n ya ng b e rla ku.

Disa m p ing itu, d e ve lo p e r (p e la ku usa ha ) d ila ra ng

m e m p e rd a g a ng ka n b a ra ng ya ng rusa k, c a c a t a ta u b e ka s, d a n

te rc e m a r ta np a m e m b e rika n info rm a si se c a ra le ng ka p d a n b e na r

a ta s b a ra ng d im a ksud (p a sa l 8 a ya t (2) Und a ng -Und a ng

Pe rlind ung a n Ko nsum e n.

2. Me m a nip ula si Pro d uk a ta u ja sa

Dia tur d a la m p a sa l 9 ya ng m e nje la ska n b a hw a p ro d uk b a ra ng / ja sa

ya ng d ita w a rka n, d ip ro m o sika n, a ta u d iikla nka n se c a ra tid a k b e na r o le h

p e la ku usa ha d ila ra ng , se o la h b a ra ng / ja sa itu:

a. te la h m e m e nuhi a ta u m e m iliki p o to ng a n ha rg a , ha rg a khusus,

sta nd a r m utu te rte ntu, g a ya a ta u m o d e te rte ntu, ka ra kte ristik

te rte ntu, se ja ra h a ta u g una te rte ntu;

b. d a la m ke a d a a n b a ik a ta u b a ru;

c. te la h m e nd a p a tka n a ta u m e m iliki sp o nso r p e rse tujua n, p e rle ng ka p a n

te rte ntu, ke untung a n te rte ntu, c iri-c iri ke rja , a ta u a kse so ri te rte ntu;

d. d ib ua t o le h p e rusa ha a n ya ng m e m p unya i sp o nso r, p e rse tujua n, a ta u

a filia si;

Gambar

Gambar 4.1 Hubungan Hukum para Pihak

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh variabel ukuran pemerintah daerah, pertumbuhan ekonomi, kompleksitas pemerintah

Classic Dangdut (Dangdut Lawas) merupakan program acara yang menyajikan tembang-tembang lawas setelah seharian beraktifitas, disini saatnya untuk menikmati suasana

Keberhasilan ZA dalam menyebarkan JSR ditunjang dengan pemanfataan internet guna menyebarluaskan pesan-pesan dakwahnya. Meskipun tetap melakukan kegiatan dakwah

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa nabi menganjurkan umatnya untuk memanfaatkan mekanisme pasar dalam penyelesaian masalah ekonomi dan menghindari sistem

Namun, pengembangan sektor pariwisata juga membawa pengaruh lain, yaitu terancamnya lingkungan kebudayaan masyarakat kita.. Padahal, kemajuan sektor pariwisata sedikit

Pusat Pelatihan Olahraga Prestasi (PPOP) Sepak Takraw Kabupaten Jepara salah satu pusat pelatihan yang ada di kabupaten jepara berdiri sejak tahun 2010, dan

Ketika fuel solenoid valve membuka, bahan bakar yang bertekanan akan mengalir menuju fuel atomizer.. Atomizer akan menyemburkan bahan bakar ke