• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI WISATA ALAM DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL UNIT XIV TOBA SAMOSIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI WISATA ALAM DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL UNIT XIV TOBA SAMOSIR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI WISATA ALAM DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG

MODEL UNIT XIV TOBA SAMOSIR

(Potential of Ecotourism at Unit XIV Toba Samosir Forest Management Unit)

Esra Barus*1, Rahmawaty1 dan Pindi Patana1

1Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara Jl. Tridharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155

(Penulis Korespondensi, Email: esrabarus@gmail.com)

ABSTRACT

The region of Unit XIV Toba Samosir Forest Management Unit (KPHL Model Unit XIV Toba Samosir) has potential ecotourism which are spreaded in several locations. The potential flora and fauna is one of the attractions of ecotourism in this region. This study aimed to identify the potential of nature tourism in the area of KPHL Model Unit XIV Toba Samosir. The research was conducted from April to May 2015 use a survey method. There were five lines which can be develoved into an ecotourism region, they were Bukit Manja, Sampuran Jangga Dolok, Susur Sungai Lumbanjulu, Ekowisata Hutan Desa, Rumah Tarzan. Based on Eligibility Value, KPHL Toba

Samosir ecotourism region deserves to be developed.The name of the track arebukit manja, sampuran jangga

dolok, susur sungai lumbanjulu, ekowisata hutan desa, rumah tarzan. Keywords: Bukit Manja, Ecotourism, Forest Management Unit, Toba Samosir

PENDAHULUAN

Hutan di KPHL Tobasa memiliki peran sebagai hulu DAS Asahan dan memiliki peran penting dalam mata pencaharian penduduk disekitarnya. Masyarakat di sekitar KPHL sadar akan kelestarian lingkungan sehingga mereka memulai kegiatan konservasi dan pengembangan Ekowisata di wilayah tersebut seperti contoh Taman Eden 100 yang menerapkan kegiatan konservasi dan pendidikan wisata alam.

Beberapa alasan wisatawan berkunjung ke suatu daerah adalah untuk melihat keseharian penduduk setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik, atau mempelajari sejarah daerah tersebut (Zalukhu, 2009). Potensi pariwisata dapat didefinisikan sebagai daya tarik, keunikan, kekuatan dan kesanggupan yang dimiliki oleh suatu obyek yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan sesuatu yang menjadi aktual atau nyata. Pengertian lainnya dari potensi pariwisata adalah segala sesuatu yang dimiliki daerah tujuan wisata yang berguna untuk pengembangan industri pariwisata di daerah tersebut (Widowati, 2012).

Menurut Bappeda provinsi NTB (2013) Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat

digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute (Sugandi dkk, 2009).

Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler mengkhendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem (Fandeli, 2000). KPHL Model Unit XIV Toba Samosir memiliki daya tarik wisata alam yang tersebar. Kegiatan wisata alam yang berpotensi untuk dikembangkan adalah

Jungle Tracking atau kegiatan menelusuri hutan.

Terdapat dua jalur wisata yang telah dikembangkan yaitu Taman Eden 100 dan Ekowisata kemasyarakatan oleh penduduk di sekitar hutan yang mengandalkan potensi flora dan fauna di sekitar jalur. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi dan menganalisis kelayakan potensi wisata alam yang terdapat di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2015 di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(2)

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data spasial berupa: Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), Peta Daerah Aliran Sungai, dan Peta Penutupan Lahan Kabupaten Tobasa. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: perangkat computer, perangkat lunak GIS, printer untuk mencetak data/peta, Global

Positioning System(GPS), kamera digital, dan alat

tulis.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh di lapangan dengan metode survey yaitu dengan mengeksplorasi jalur ekowisata dan diperoleh data berupa titik koordinat potensi wisata pada jalur yang dibuat yaitu berupa potensi flora, fauna dan keunikan alam yang berpotensi menjadi objek wisata. Titik koordinat diperoleh dengan menggunakan GPS pada setiap titik titik potensial. Pengamatan potensi flora dan fauna dan objek potensial dilakukan secara bersamaan pada bagian kiri dan kanan jalur. Titik koordinat flora yang diperoleh merupakan flora yang lebih unik dan berbeda dengan flora jenis lain pada daerah atau jalur tersebut. Titik koordinat fauna yang diperoleh merupakan titik fauna tersebut dapat ditemukan dan jejak ditinggalkan.

Analisis Data Analis Potensi Objek

Data objek dan daya tarik yang telah diperoleh akan dianalisis sesuai dengan penskorsingan pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003 dalam Barus (2013) sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

S = N x B Keterangan :

S = Skor/nilai suatu kriteria

N = Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = Bobot nilai

Kriteria daya tarik diberi bobot 6 karena daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorangmelakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai kuat yaitu 5. Karsudi dkk (2010) dalam Barus (2013) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang tinggi berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang memadai. 2. Tingkat kelayakan 33,3 % - 66,6 % : belum layak

dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, saran dan prasarana yang sedang berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang cukup memadai.

3. Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang rendah berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta aksesibilitas yang kurang memadai.

Kriteria penilaian sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kriteria penilaian sarana dan prasarana penunjang (bobot 3).

No Unsur/ sub unsur Jumlah

≥4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada 1. Sarana a. Warung b. Bank c. Pasar d. Toko cinderamata e. Rumah makan 50 40 30 20 10 2. Prasarana penunjang a. Kantor pos b.Puskesmas c. Jaringan air minum d. Jaringan listrik e. Jaringan telepon

50 40 30 20 10

Kriteria penilaian aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5). No. Unsur/sub unsur Nilai 1. Kondisi jalan Baik

30 Cukup 25 Sedang 20 Buruk 15 2. Jarak dari pusat

kota <5 km 30 5-10 km 25 10-15 km 20 >15 km 10 3. Waktu tempuh dari

pusat kota 1-2 jam 30 2-3 jam 25 3-4 jam 20 ≥5 jam 15 Kriteria penilaian daya tarik dapat dilihat pada Tabel 3.

(3)

No Unsur/sub unsur Nilai 1. Keunikan sumber daya alam

a. Gua b. Flora c. Fauna d. Adat istiadat e. Danau Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

2. Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol: a. Batuan b. Sungai c. Adat istiadat d. Air e. Gejala alam Ada 5

30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

3. Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan: a. Menikmati keindahan alam

b. Melihat flora dan fauna c. Trekking d. Penelitian e. Berkemah Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

4. Kebersihan lokasi objek wisata, tidak ada pengaruh dari: a. Industri b. Jalan ramai c. Pemukiman penduduk d. Sampah e. Vandalisme (coret-coret) Ada 5

30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

5. Kenyamanan:

a. Udara yang bersih dan sejuk b. Bebas dari bau yang mengganggu c. Bebas dari kebisingan

d. Tidak ada lalu lintas yang mengganggu e. Pelayanan terhadap pengunjung yang baik

Ada 5

30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

Sumber: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2003 HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi wisata alam yang ditemukan berada di dua desa yaitu Lumban Rang dan Jangga Dolok. Potensi wisata berdekatan satu dengan yang lain, oleh karena itu sebaiknya potensi tersebut dijadikan ke dalam satu kawasan ekowisata sehingga memudahkan pengelolaan. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model XIV Toba Samosir berjarak sekitar 190 km dari kota Medan dan dapat ditempuh dengan waktu kira-kira 4-5 jam menggunakan kendaraan bermotor. Bus KBT beroperasi setiap hari selama 24 jam dengan rute Medan – Balige. Tarif angkutan dari Medan menuju KPHL Model XIV Toba Samosir adalah Rp. 55.000. Jalan menuju Toba Samosir berkondisi baik berupa jalan aspal dan memiliki banyak tikungan karena jalan tersebut berada pada perbukitan di pinggir Danau Toba. Jarak yang jauh dari pusat kota namun memiliki kiondisi fisik jalan yang bagusPotensi alam yang terdapat di KPHL Model Unit XIV Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Alam Pada Jalur Wisata. Potensi Alam Desa Koordinat

N E

Bukit Manja Lumban Rang 02 o35.754’ 099o03.052’ Air Terjun Sampuran Jangga Dolok Jangga Dolok 02 o35.600’ 099o03.907’ Susur Sungai

Lumbanjulu Lumban Rang 02

o36.117’ 099o02.576’ Ekowisata

Hutan Desa Jangga Dolok 02

o33.281’ 099o05.653’ Potensi Rumah Tarzan Lumban Rang 02 o35.665’ 099o02.437’

Jarak dan lama tempuh tertinggi adalah pada potensi wisata Bukit Manja. Perjalanan yang menanjak mendaki bukit, curam dan licin menambah lama perjalanan, sementara untuk mencapai Rumah Tarzan hanya dibutuhkan waktu 0,5 jam karena jarak yang relatif dekat dengan titik awal. Jarak tempuh menuju titik akhir setiap lokasi ekowisata dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. jarak tempuh menuju titik akhir

Potensi Alam Tempuh Jarak Perjalanan Lama Bukit Manja 1.800 m 3 jam

(4)

Air Terjun Sampuran

Jangga Dolok 1.200 m 2 jam Susur Sungai

Lumbanjulu 1.400 m 3 jam Ekowisata Hutan Desa 900 m 1 jam Potensi Rumah Tarzan 400 m 0,5 jam

Potensi utama pada Bukit Manja adalah pemandangan Danau Toba dan Kabupaten Toba Samosir dari ketinggian 1772 Mdpl. Perjalanan mendaki selama 2,5 Jam akan memberikan kesan menantang bagi wisatawan. Sepanjang jalur wisata akan ditemukan potensi flora seperti Kantong Semar, Jenis Anggrek dan tumbuhan merambat, terdapat 2 lokasi yang dapat dibuat menjadi camping ground, yaitu di 200 meter sebelum puncak dan di puncak Bukit Manja. Lokasi camping ground di puncak dapat menampung tiga buah tenda ukuran lima orang.

Potensi Ekowisata Jalur Bukit Manja Dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Potensi Ekowisata Jalur Bukit Manja. No Potensi N Koordinat E

1 Hutan Pinus 02o36.006’ 099o02.927’ 2 Camping Ground 02o35’925’ 099o02.978’ 3 Puncak 02o35.754’ 099o03.052’ Jalur ekowisata menuju Bukit Manja memiliki daya tarik vegetasi yang tinggi di sepanjang jalur seperti hutan yang didominasi oleh Pinus (Pinus

merkusii) dan Paku tiang, Kantong Semar, Perdu, dan

satwa yang beraneka ragam. Kantung Semar digunakan masyarakat sebagai obat mata, cara penggunaanya adalah dengan mengambil air di didalam kantung yang belum terbuka kemudian diteteskan ke mata. Air di dalam kantong semar juga dapat digunakan sebagai minuman ketika bertahan hidup di hutan. Selain kantung semar banyak ditemukan jenis anggrek yang memiliki keunikan sendiri. Anggrek yang dijumpai di kawasan tumbuh efifit di pohon dan ada beberapa jenis yang tumbuh di permukaan tanah. Potensi flora merupakan daya tarik yang khas bagi wisatawan karena memberi kesan alami. Jenis jenis flora yang berada di sepanjang jalur dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat atau tumbuhan hias yang bernilai ekonomi. Selain potensi flora, keanekaragaman fauna juga dapat dilihat di jalur tersebut.

Terdapat empat potensi ekowisata di sepanjang jalur Sampuran Jangga Dolok, tujuan akhir adalah air terjun. Kelemahan dari jalur tersebut adalah banyaknya pohon yang tumbang karena longsor, pohon yang tumbang membendung air dan

sawaktu-waktu terbawa arus air. Potensi yang ada di Sampuran Jangga Dolok dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Potensi Ekowisata Sampuran Jangga Dolok.

No Potensi N Koordinat E 1 Pertemuan dua sungai 02o33.556’ 099o05.562’ 2 Pemandian 02o33.469’ 099o05.450’ 3 Formasi Batuan 02o33.509’ 099o05.497’ 4 Air terjun 02o35.600’ 099o03.907’ Banyak terdapat tanaman Paku Tiang

(Polystichum setiferum) di sepanjang jalur, hal ini

disebabkan oleh lokasi yang berdekatan dengan sungai sehingga kadar air tanah tetap terjaga lembab, selain paku tiang juga terdapat tumbuhan aren yang banyak tumbuh di sekitar sungai, Paku Tiang digunakan masyarakat sebagai tanaman hias dan media penanaman Anggrek.

Jalur susur sungai memiliki pemandangan tebing yang curam disebelah kiri dan kanan sungai, akhir dari perjalanan adalah pertemuan dua buah sungai yang berbentuk air terjun yang dapat digunakan sebagai lokasi pemandian dan melompat ke dalam sungai yang berbentuk kolam. Sepanjang perjalanan akan dijumpai beberapa air terjun yang pendek namun memiliki kedalaman sampai dua meter, oleh karena itu perlu peralatan pelampung agar ketika melewati air terjun tubuh tidak tenggelam.

Potensi yang ada di jalur Susur Sungai Lumbanjulu dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Potensi Ekowisata pada Jalur Susur Sungai Lumbanjulu

No Potensi N Koordinat E 1 Panjat Tebing 02o36.317’ 099o02.839’ 2 Gua 02o36.345’ 099o02.858’ 3 Kolam Bendungan 02o36.174’ 099o02.599’ 4 Air Terjun Kecil 02o36.297’ 099o02.798’ 5 Pertemuan Dua Sungai 02o36.117’ 099o02.576’ Lokasi Ekowisata Susur Sungai berdekatan dengan Bukit Manja, sepanjang jalur menuju titik awal susur sungai akan dijumpai berbagai jenis tumbuhan yang unik, di sebelah kiri dan kanan jalur terdapat berbagai jenis rotan berukuran besar dan kecil, rotan ukuran besar digunakan masyarakat sebagai kursi dan tongkat pemukul batu, rotan berukuran kecil digunakan sebagai anyaman. Famili Piperaceae ditemukan di sepanjang jalur tersebut juga yaitu jenis tumbuhan yang merambat. Senduduk adalah tumbuhan yang dapat tumbuh di bawah tegakan pinus, senduduk mempunyai

(5)

buah warna ungu yang dapat dimakan sebagai makanan.

Banyak jenis tumbuhan tidak memiliki nama lokal karena kurangnya pemanfaatan tumbuhan yang berasal oleh masyarakat, umumnya masyarakat menggunakan tumbuhan bawah sebagai bahan baku obat-obatan tradisional.

Di awal jalur sebelum masuk ke dalam hutan Desa dijumpai sungai dengan formasi batuan yang menarik dan berpotensi untuk dibuat menjadi lokasi pemandian. Aliran sungai tersebut berasal dari gunung simanuk-manuk. Potensi ekowisata terdapat di jalur Ekowisata Hutan Desa dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Potensi Kawasan pada Jalur Ekowisata .Hutan

Desa

No Potensi N Koordinat E 1 Pemandian 02o33.427’ 099o05.374’ 2 Formasi Batuan 02o33.344’ 099o05.585’ 3 Puncak 02o33.281’ 099o05.653’ Terdapat tumbuhan jamur dalam bahasa lokal disebut Dan, warna jamur tersebut berwarna jingga mencolok. Tumbuh di ranting dan cabang pohon yang sudah lapuk.

Jalur ekowisata Rumah Tarzan dikelola oleh Taman Eden 100. Rumah Tarzan adalah bangunan berbentuk rumah pohon yang dibuat oleh Taman Eden 100 sebagai menara pengamatan dan tempat beristirahat. Lokasi Rumah Tarzan berada di luar kawasan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir. Potensi ekowisata Rumah Tarzan berdekatan dengan kawasan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir. Bukit Istirahat adalah lokasi pertama yang akan dijumpai menuju Rumah Tarzan. Lokasi Camping Ground

berada di hutan pinus berjarak 70 meter dari Rumah Tabel Potensi Kawasan di Jalur Rumah Tarzan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Potensi Ekowisata Rumah Tarzan No Potensi N Koordinat E

1 Bukit Istirahat 02o35.723’ 099o02.330’ 2 Camping Ground 02o35.703’ 099o02.409’ 3 Rumah Tarzan 02o35.665’ 099o02.437’ Silohot (Psilotum sp. ) adalah salah satu jenis tumbuhan yang unik yang terdapat di jalur Rumah Tarzan. Silohot adalah tumbuhan epifit, batang pipih, berwarna hijau kebiruan. Percabangannya membentuk garpu berjari dua, yang ujungnya bercabang dua lagi dan begitu seterusnya. Tiap spora tumbuh pada ketiak daun subur, bentuknya selalu berlekuk tiga (Lubis, 2009).

Analisis Kelayakan

Dari hasil penilaian diketahui bahwa kawasan ekowisata KPHL Model Unit XIV Toba Samosir layak untuk dikembangkan sebagai salah satu obyek daerah tujuan wisata dengan persentasi 84,81%. Pengembangan kawasan tersebut tidak terlepas dari peran serta dan kesiapan masyarakat dalam pengembangan kawasan ekowisata. Potensi yang belum dikelola sebaiknya dijaga keaslian dan kelestariannya untuk menambah jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut. Tabel Penilaian Kelayakan Ekowisata KPHL Model Unit XIV Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kelayakan Ekowisata KPHL Model Unit XIV Toba Samosir.

No. Kriteria Bobot Nilai Skor Maks Skor Indeks (%) Ket. 1. Daya Tarik 6 130 780 900 86,67 Layak 2. Sarana dan

Prasarana 3 90 270 300 90 Layak 3. Aksesibilitas 5 70 350 450 77,77 Layak

Tingkat

Kelayakan 84,81 Layak KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi wisata alam yang ditemukan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV adalah Jalur Bukit Manja, Air Terjun Sampuran Jangga Dolok, Susur Sungai Lumbanjulu, Jalur Ekowisata Hutan Desa,Jalur Ekowisata Rumah Tarzan. Bukit manja adalah jalur ekowisata dengan nilai kelayakan tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Peraiaran dan Lingkungan (BPP-PSPL). 2006. Potensi Wisata Bahari Di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna. Universitas Riau.

Fandeli. 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Lubis, S. 2009. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden 100 Kabupaten Tobasa Provinsi Sumatera Utara. Tesis. USU Repository. Medan.

Sugandi, Somantri, Sugito. 2009. Sistem Informasi Geografi (SIG). Jurusan Pendidikan Geografi,

(6)

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. Widowati, S. 2012. Kajian Potensi Dan Evaluasi

Penerapan Prinsip-Prinsip Dan Kriteria Ekowisata Di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Desa Taman Sari, Kabupaten Banyuwangi. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.

Zalukhu, S. 2009. Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata. UNESCO Office. Jakarta.

Gambar

Tabel  1.  Kriteria  penilaian  sarana  dan  prasarana  penunjang (bobot 3).
Tabel 4. Potensi Alam Pada Jalur Wisata.
Tabel 8. Potensi Ekowisata pada Jalur Susur Sungai    Lumbanjulu
Tabel 11. Kelayakan Ekowisata KPHL Model Unit XIV  Toba Samosir.

Referensi

Dokumen terkait

CONTOH PEREDA EDAM TUMBUKAN (CRASH CUSHION) PA PADA NOSE OFF RAMP.. CO CONTOH MARKA TEPI BERPROFIL

tindakan hukum lain kepada PIHAK KEDUA dalam menghadapi permasalahan hukum bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, untuk selanjutnya PIHAK KEDUA bersedia untuk

[r]

[r]

[r]

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

[r]