• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibatkan negara-negara lain dan negara-negara asal tanaman karet sendiri. (Tim Penulis, 1999).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanian karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet tahun 2002 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar di wilayah seluruh Indonesia..Jumlah ini masih di tingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan pemberdayaan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif dan sesuai untuk perkebunan karet. (Soekartawi, 2002).

Dalam dunia tumbuhan, tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

(2)

Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea (Setyamidjaja, 1993) bransilensis

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15o LS dan 15o LU, curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500- 4000 mm/tahun. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600 m dpl, dengan suhu 25o – 23o C (Setyamidjaja, 1993).

2.2. Jenis – Jenis Karet

Ada dua jenis karet, yaitu, karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet memiliki karakteristik yang berbeda sehingga keberadaannya saling melengkapi. A. Karet Alam.

a. Sifat Karet Alam

Sifat – sifat atau kelebihan karet alam yaitu : 1. Daya elastis atau daya lentingnya sempurna. 2. Sangat plastis, sehingga mudah diolah. 3. Tidak mudah panas.

(3)

b. Jenis Karet Alam

Tujuh jenis karet alam yang dikenal di pasaran yakni sebagai berikut : 1. Bahan Olah Karet

Bahan Olah Karet adalah Lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang didapat dari penyadapan pohon karet Havea Brasiliensis. Bahan olah karet ini umumnya merupakan produksi perkebunan karet rakyat, sehingga sering disebut dengan bokar ( bahan olah karet rakyat ).

Bokar terdiri dari empat jenis yaitu : • Lateks Kebun

Lateks Kebun adalah getah yang didapat dari kegiatan menyadap pohon karet. Syarat-syarat lateks kebun yang baik adalah :

 Telah disaring menggunakan saringan berukuran 40 mesh.

 Bebas dari kotoran dan benda – benda lain, seperti serpihan kayu atau daun.

 Tidak bercampur dangan bubur lateks, air, atau serum lateks.

 Warna putih dan berbau khas karet segar.

 Kadar karet kering untuk mutu 1 sekitar 28% dan untuk mutu 2 sekitar 20%. • Sheet Angin.

Sheet Angin merupakan produk lanjutan dari lateks kebun yang telah disaring dan digumpalkan menggunakan asam semut. Kriteria sheet angin yang baik adalah :

 Tidak ada kotoran.

 Kadar karet kering untuk mutu 1 sebesar 90% dan mutu 2 sebesar 80%.

(4)

Slab Tipis

Slab Tipis merupakan bahan olahan karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut. Syarat – syarat slab tipis yang baik adalah :

 Bebas dari air atau serum.

 Tidak tercampur gumpalan yang tidak segar.

 Tidak terdapat kotoran.

Slab Tipis mutu 1 berkadar karet kering sebesar 70% dan mutu 2 memiliki kadar karet kering 60%.

 Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan ketebalan kedua 40 mm. • Lump Segar

Bahan olahan karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampungan disebut Lump Segar. Kriteria

lump sagar yang baik adalah :

 Bersih dari kotoran.

 Mutu 1 berkadar karet kering 60% dan mutu 2 berkadar karet kering 50%.

 Tingkat ketebalan pertama 40 mm dan ketebalan kedua 60 mm.

2. Karet Alam Konvensional

Jenis-jenis karet alam olahan yang termasuk karet alam konvensional dengan standar mutunya adalah sebagai berikut:

(5)

Ribbed Smoked Sheet

Ribbed Smoked Sheet yang disingkat RSS berupa lembaran sheet yang diproses melalui pengasapan yang baik. Beberapa kelas dalam RSS sebagai berikut :

 X RSS

Merupakan karet yang benar – benar bersih, kuat, kering, bagus, dan setiap bagian mendapat pengasapan sempurna.

 RSS 1

Merupakan karet yang jika pembungkusnya terdapat jamur masih diperbolehkan, dengan catatan jamur tersebut tidak sampai masuk kedalam karetnya.

 RSS 2

Merupakan karet yang masih diperbolehkan terdapat gelembung udara dan serpihan – serpihan kayu..

 RSS 3

Merupakan karet yang diperbolehkannya terdapat cacat warna, gelembung besar atau noda – noda dari permukaan kulit tanaman karet.

 RSS 4

Merupakan karet yang diperbolehkan terdapat gelembung – gelembung udara, karet agak rekat, atau terdapat serpihan – serpihan kulit pohon asalkan tidak terlalu banyak.

(6)

 RSS 5

Merupakan karet yang paling rendah mutunya dibandingkan dengan kelas-kelas lainnya dalam kelompok RSS. Dalam kelas-kelas RSS 5 ini bintik – bintik, gelembung kecil, noda, serpihan kulit pohon, karet agak rekat, kelebihan asap, dan belum kering benar masih diperbolehkan.

White Crepe Pale Crepe

Crepe jenis ini memiliki warna putih atau muda, ada yang tebal dan ada pula yang tipis. Standar mutu dalam kelompok white crepe dan pale crepe adalah sebagai berikut :

No. 1 X Thin White Crepe

Karet yang termasuk kelas ini harus kering, kokoh, dan warnanya putih merata. Warna yang luntur, bau asam atau tidak enak, noda, debu, pasir, minyak, atau bekas oksidasi tidak diperbolehkan.

No. 1 Thin White Crepe

Pada kelas ini masih mentoleransi perubahan warna asalkan sangat kecil.

No. 1 Thin Pale Crepe

Kelas ini tidak memperbolehkan adanya kelunturan, bau asam, dabu, noda – noda pasir, atau benda – benda asing, dan bekas – bekas oksidasi.

No. 2 Thin Pale Crepe

Dikelas ini karet harus dalam keadaan kering dan kokoh dengan warna lebih tua dari no 1 thin pala crepe, hanya ada belang- belang masih diperbolehkan asalkan tidak lebih dari 10%.

(7)

No. 3 Thin Pale Crepe

Karet untuk kelas ini harus kering, kokoh, dan warnanya sedikit kekuningan. Dalam kelas ini perubahan warna menjadi sedikit lebih tua, belang- belang , atau garis- garis masih diperbolehkan.

Estate Brown Crepe

Sesuai dengan namanya, crepe ini memiliki warna coklat muda, biasanya diproduksi oleh perkebunan-perkebunan besar. Dibuat dari bahan-bahan yang kurang baik, seperti sisa lateks, lump, atau koagulum yang berasal dari prokoagulasi, serta scrap atau lateks kebun yang sudah kering dibidang penyadapan.

Kelompok Estate Brown Crepe berdasarkan standar mutu adalah sebagai berikut :

No. 1 Thin Brown Crepe

Karet kelas ini harus kering, bersih, dan berwarna coklat muda. Diperbolehkan adanya noda, benda-benda asing semacam pasir, bekas oksidasi, bau asam dan warna yang luntur.

No. 2 Thin Brown Crepe

Kelas ini kualifikasinya sama dengan kelas no 1 thin brown crepe, perbedaannya terletak pada warnanya yang tidak harus coklat muda, tetapi coklat sadang.

No. 3 Thin Brown Crepe

Karet kelas ini sama hampir sama dengan kelas diatasnya, warna coklat hingga coklat tua masih diperbolehkan.

(8)

Compo Crepe

Compo Crepe ini terbuat dari bahan lump, srap pohon, potongan-potongan sisa RSS, atau slab basah. Standar mutu Compo Crepe adalah sebagai berikut :

No. 1 Compo

Dikelas ini karet harus dalam keadaan kering, bersih, dan berwarna coklat muda. Luntur, noda-noda, pasir,atau benda-benda asing, minyak dan bekas oksidasi tidak diperbolehkan.

No. 2 Compo

Kelas ini sama dengan kelas di atasnya, perbedaannya adalah adanya coklat dan belang-belang masih bias ditolerir.

No. 3 Compo

Pada kelas ini kualifikasinya sama dengan no 2 compo, hanya dalam kelas ini noda-noda kulit pohon masih diperbolehkan dan warnanya dari coklat hingga coklat tua

Thin Brown Crepe Remills

Thin Brown Crepe Remills adalah Crepe coklat yang tipis karena digiling ulang, sehingga didapat crepe dengan ketebalan yang dikehendaki.

No. 1 Thin Brown Crepe Remills

Karet kelas ini berwarna coklat muda, kering dan bersih. Tidak terdapat noda-noda kulit pohon, lumpur, pasir, dan benda-benda lainnya serta harus bebas dari minyak, bintik-bintik dan bekas oksidasi. Belang –belang masih diperbolehkan asal dalam jumlah kecil.

(9)

N.o 2 Thin Brown Crepe Remills

Kualifikasi secara umum sama dengan kelas di atasnya. Namun warnanya dari coklat muda sampai sedang.

No. 3 Thin Brown Crepe Remills

Kualifikasi sama dengan kelas di atasnya, tetapi warnanya coklat sedang hingga coklat tua sedang.

No. 4 Thin Brown Crepe Remills

Kualifikasi sama dengan kelas di atasnya,. Perbedaannya terletak pada warnanya yang coklat tua sadang hingga coklat tua.

Thick Blanket Crepe Ambers

Thick Blanket Crepe Ambers adalah Crepe Blanket yang tebal dangan warna coklat, dan terbuat dari slab basah, sheet tanpa pengasapan, lump, dan

scrap dari perkebunan besar atau kebun rakyat yang baik mutunya. Standar mutu jenis ini sebagai berikut :

No. 2 Thick Blanket Crepe Ambers

Karet no.2 thick blanket crepe ambers harus kering dan bersih dengan warna coklat muda. Benda-benda asing seperti noda kulit kayu, pasir, lumpur, minyak, bintik-bintik, bekas panas atau oksidasi, serta warna luntur tidak diperbolehkan.

No.3 Thick Blanket Crepe Ambers

Kualifikasinya hampir sama dengan kelas di atasnya, perbedaannya warnanya dari coklat sedang hingga coklat. Belang-belang masih ditolerir asalkan dalam jumlah tidak terlalu banyak.

(10)

No.4 Thick Blanket Crepe Ambers

Syaratnya sama dengan kelas di atasnya. Perbedaannya hanya pada warna yaitu dari coklat hingga coklat tua.

Flat Bark Crepe

Flat Bark Crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yakni crepe yang dihasilkan dari karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam. Karet ini harus kering dangan warna coklat tua sampai kehitaman dan bertekstur sedang hingga lembek. Tidak diperbolehkan adanya kelenturan, bekas panas, pasir, lumpur, dan pengepakan tidak bersih.

Pure Samoked Blanket Crepe

Crepe ini didapatkan dari penggilingan karet asap yang berasal dari ribbed smoked sheet, termasuk karet bongkah atau block sheet dan sisa potongannya. Standar mutunya adalah kering, bersih, kuat, liat, dan berbau karet asap yang khas. Warnanya dari coklat hingga coklat tua.

Off Crepe

Crepe jenis ini terbuat dari bahan- bahan sisa atau bermutu jelek, misalnya lembaran-lembaran ribbed smoked sheet yang penggilingannya tidak sempurna, busa lateks, dan bekas air cucian yang masih banyak mengandung lateks. Tidak ada standar mutu pada jenis karet ini.

3. Lateks Pekat

Berbeda dengan jenis karet lain yang berbentuk lembaran atau bongkahan, lateks pekat berbentuk cairan pekat. Pemerosesan bahan baku menjadi lateks pekat bisa melalui pendadihan (creamed latex) atau pemusingan (centrifuged

(11)

latex). Lateks pekat ini biasanya merupakan bahan untuk pembuatan barang-barang yang tipis dan bermutu tinggi.

4. Karet bongkah

Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dangan ukuran yang telah ditentukan.

5. Karet Spesifikasi Teknis

Karet Spesifikasi Teknis atau crumb rubber merupakan karet yang dibuat secara khusus, sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Karet spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkahan-bongkahan kecil dengan berat dan ukuran seragam.

6. Type Rubber

Type Rubber merupakan karet setengah jadi, sehingga bias langsung digunakan oleh konsumen, seperti untuk membuat ban atau barang-barang lain yang berbahan karet alam.

Tujuan pembuatan type rubber adalah meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintetis. Karet ini juga memiliki daya campur yang baik, sehingga mudah digabungkan dangan karet sintetis.

7. Karet Reklim

Karet Reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang didaur ulang dari karet bekas. Umumnya bekas ban mobil atau ban berjalan dipabrik-pabrik besar. Kelebihan karet reklim ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, tahan lama dalam

(12)

pemakaian, serta lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan dengan karet yang baru dibuat. Kelemahannya kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.

B. Karet Sintetis

Jika karet alam dibuat dari getah pohon karet, karet sintetis atau karet buatan dibuat dari bahan baku minyak bumi. Sama dengan karet alam, karet sintetis juga terdiri dari beberapa jenis dengan sifat-sifat yang khas dari setiap jenisnya. Ada yang tahan terhadap panas, suhu tinggi, minyak, pengaruh udara, dan ada pula yang kedap gas.

a. Jenis Karet Sintetis

Secara umum karet sintetis dibedakan menjadi dua, yaitu karet sintetis untuk kegunaan umum dan kegunaan khusus.

1. Karet Sintetis untuk Kegunaan Umum

Dinamakan untuk kegunaan umum karena sintetis ini dapat digunakan untuk bermacam-macam kebutuhan. Ada beberapa jenis karet sintetis yang bahkan

dapat menggantikan fungsi karet alam.

Beberapa jenis karet sintetis untuk kegunaan umum sebagai berikut :

SBR atau Styrena Butadiene Rubber

SBR merupakan jenis karet sintetis yang paling banyak diproduksi atau digunakan

SBR memiliki ketahanan kikis yang baik dengan kalor dan panas yang ditimbulkannya rendah.

(13)

BR (Butadiene Rubber) atau PR (Polybutadiene Rubber)

BR memiliki daya lekat lebih rendah dibandingkan dengan BSR, sehingga dalam penggunaannya BR biasanya harus dicampur dengan karet alam atau BSR

IR atau Isoprene Rubber

Karet sintetis jenis ini memiliki banyak kemiripan dengan karet alam karena merupakan polimer isoprene.

IR bahkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan karet alam, yaitu bahannya lebih murni dan lebih mantap.

2. Karet Sintetis untuk Kegunaan Khusus

Karet Sintetis untuk kegunaan khusus ini memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh karet sintetis untuk kegunaan umum, yakni tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu tinggi, dan kedap terhadap gas.

Beberapa jenis karet untuk kegunaan khusus ini diantaranya IIR (isobutene isoprene rubber), NBR (nytrile butadine rubber), CR (chloroprene rubber ), dan EPR (ethylenepropylene rubber ).

b. Manfaat Karet Sintetis

Disebabkan kelebihannya yang tidak dimiliki karet alam, seperti tahan minyak, karet sintetis banyak digunakan untuk pembuatan pipa karet untuk minyak dan bensin, membran, seal, gasket, serta barang-barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau industri gas.

(14)

Jenis IIR yang tahan gas digunakan untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor, pembalut kawat listrik, serta pelapis tangki penyimpan minyak atau lemak. (Setiawan, D.H, dkk, 2005)

2.3. Landasan Teori

Usahatani pada dasarnya adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanah atau memelihara ternak. Kenyataan objektif yang senantiasa harus diperhatikan adalah (1) Sekitar 70% rakyat hidup di pedesaan, (2) Hampir 50% dari angkatan kerja nasional rakyat kita menggantungkan nasibnya berkerja di sektor pertanian dan (3) sekitar 80% rakyat mengenyam pendidikan formal paling tinggi selama 6 tahun. (Husodo, 2004).

1. Faktor Sosial Petani a. Umur

Bagi petani yang lebih tua bisa jadi mempunyai kemampuan berusahatani yang lebih berpengalaman dan keterampilannya lebih baik, tetapi biasanya lebih konservatif dan lebih mudah lelah. Sedangkan petani muda mungkin lebih miskin dalam pengalaman dan keterampilan tetapi biasanya sifatnya lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih kuat. Dalam hubungan dengan perilaku petani terhadap resiko, maka faktor sikap yang lebih progresi terhadap inovasi baru inilah yang lebih cenderung membentuk nilai perilaku petani usia muda untuk lebih berani menangung resiko (Soekartawi, 2002).

(15)

b. Tingkat Pendidikan

Rendahnya tingkat petani dan keterbatasan teknologi modern merupakan dua faktor penyebab utama yang menyebabkan kemiskinan di sektor pertanian di Indonesia. Keterbatasan dua faktor produksi tersebut yang sifatnya komplementer satu sama lain mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas yang pada akhirnya membuat rendahnya tingkat pendapatan riil petani sesuai mekanisme pasar yang sempurna. (Tambunan, 2003).

Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukanlah pendidikan formal yang acap kali mengasingkan petani dari realitas. Pendidikan petani tidak hanya berorientasi kepada peningkatan produksi petanian semata, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial masyarakat petani. Masyarakat petani yang terbelakang lewat pendidikan petani diharapkan dapat lebih aktif, lebih optimis pada masa depan, lebih efetkif dan pada akhirnya membawa pada keadaan yang lebih produktif. (Soetpomo., 1997).

c. Pengalaman Bertani

Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena merupakan cara yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri informasi yang ada. Misalnya seorang petani dapat mengamati dengan seksama dari petani lain yang lebih mencoba sebuah inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar. Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari. (Soekartawi, 2005).

(16)

2. Faktor Ekonomi a. Luas Lahan

Ketersediaan lahan garapan yang dimiliki petani yang jauh dibawa skala usaha ekonomi menjadi salah satu penyebab yang membuat rendahnya pendapatan petani di Indonesia. Baik didaerah perkotaan maupun daerah pedesaan, jumlah petani miskin yang tidak memiliki lahan jauh lebih banyak dibandingkan dengan petani miskin yang memiliki lahan. (Tambunan, 2003).

Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni padi, kacang-kacangan dan tanaman keras yang sejenisnya. Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga kerja. Kebun kelapa sawit, Karet, Kopi misalnya juga bisa menggunakan acuan luas lahan untuk menentukan skala usahanya.(Rahardi, 2003).

b. Jumlah Tanggungan Keluarga

Ada hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus berhati-hati alam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang riskan terhadap risiko. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha tani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan mendapatkan pendapatan. (Soekartawi, 2002).

(17)

c. Curahan Tenaga Kerja

Faktor utama masalah ketenagakerjaan adalah produktivitas. Semakin produktif pekerja akan semakin besar pendapatan yang diperoleh. Jika seluruh tenaga kerja dalam satu unit kegiatan sangat produktif, maka unit kegiatan tersebut akan menjadi produktif. Jika produktivitas itu disertai dengan efesien, maka unit kegiatan tersebut akan memperoleh laba usaha yang sangat besar. (Rahardi, 2003).

Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai seperti yang telah diketahui bahwa skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan (Soekartawi, 2005).

(18)

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = Py. Y Dimana :

TR = Total Penerimaan Harga = Harga

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani

Pendapatan usaha tani adalah antara penerimaan dan semua biaya, jadi : Pd = TR – TC Dimana : Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995)

Return on Investmen (ROI) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang telah digunakan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh tingkat tingkat perpuataran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. Dengan kriteria sebagai berikut yaitu bila ROI lebih besar atau sama dengan satu artinya usahatani tersebut layak diusahakan, jika ROI lebih kecil dari satu maka usahatani tersebut tidak layak diusahakan. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

ROI =

Modal Keuntungan

x 100%

(19)

Faktor produksi mempunyai peranan penting dalam melaksanakan usahatani Pemilikan lahan yang semakin luas memberikan potensi yang besar dalam mengembangkan usahatani. Modal juga mempunyai peranan penting, digunakan untuk membeli sarana produksi seperti, bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Faktor produksi ini sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, untuk membeli saprodi adalah faktor yang penting di antara faktor produksi lain (Soekartawi, 2005).

(20)

2.4. Kerangka Pemikiran

Petani sebagai individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda satu sama lain baik secara sosial maupun ekonomi. Dimana kedua faktor tersebut berpengaruh besar terhadap kegiatan petaniannya serta keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tani tersebut. Adapun faktor-faktor sosial petani dalam hal ini adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani pada usahatani karet rakyat dan status kepemilikan lahan. Sedangkan faktor-aktor ekonomi adalah menyangkut luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan curahan tenaga kerja.

Dalam usaha petanian produksi diperoleh melalui suatu proses yang panjang dan penuh resiko. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga ikut sebagai faktor penentu pencapaian produktivitas. Dalam segi waktu tanaman perkebunan membutuhkan periode yang lebih panjang dibanding dengan tanaman lainnya. Input produksi yang dibutuhkan antara lain adalah modal, lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan lain-lain.

Modal merupakan biaya yang harus dimiliki petani dalam menjalankan usahataninya. Digunakan untuk membeli sarana produksi seperti bibit, pupuk, biaya tenaga kerja, alat dan lain-lan.

Lahan merupakan media tanam yang harus di milki oleh petani untuk melakukan usahatani diukur dengan satuan (ha). Semakin luas lahan yang dimiliki semakin besar pula hasil yang didapat dengan memperhatikan faktor-faktor produksi seperti penggunaan bibit, jarak tanam, pemupukkan dan juga obat-obatan yang digunakan.

Tenaga kerja adalah orang yang bekerja dalam melakukan proses usaha tani, dari pembukaan lahan sampai kepada proses pemanenan. Bibit adalah

(21)

tanaman yang dipakai dalam usahatani yaitu bibit tanaman karet dan obat-obatan digunakan untuk memberantas dan menanggulangi hama penyakit tanaman karet dengan menggunakan anjuran dan dosis yang baik dan benar.

Produktivitas merupakan suatu perbandingan antara sejumlah output dengan beberapa input. Produktivitas merupakan suatu ukuran seberapa baik suatu sumber kekayaan yang dikombinasikan dan digunakan untuk mencapai suatu hasil. (hasil yang dicapai : sumber daya yang digunakan). Semakin baik produktivitas dilakukan semakin baik pula hasil yang dicapai dan sebaliknya. Pendapatan bersih usahatani perkebunan karet rakyat dapat dengan mengurangi semua nilai produksi dengan seluruh pengeluaran selama proses produksi berlangsung. Dimana nilai produksi dari karet basah yang dijual berdasarkan harga jual yang bersaing di pasar lelang yang nantinya pendapatan ini sebagian digunakan petani untuk melanjutkan usahataninya dan sebagian lagi untuk kegiatan usahataninya. Skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan seperti pada gambar berikut :

(22)

Skema Kerangka Pemikiran Gambar 1 :

Usahatani Karet Rakyat

Desa Sialang Kec. Bangun Purba Desa Jaharun B Kec. Galang Umur Pendi- dikan Pengalaman Bertani Luas Lahan Jumlah tanggungan Curahan Tenaga Kerja Umur Pendi- dikan Pengalaman Bertani Luas Lahan Jumlah tanggungan Curahan Tenaga Kerja Produksi Penerimaan Pendapatan Bersih Produktivitas Harga Biaya Produksi

(23)

2.5. Hipotesis

1. Ada perbedaan produktivitas usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.

2. Ada perbedaan biaya produksi usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian

3. Ada perbedaan pendapatan bersih usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.

4. Ada perbedaan tingkat efisiensi usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.

5. Ada perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani karet (umur, tingkat pendidikan, pengalaman petani, luas lahan, curahan tenaga kerja jumlah tanggungan antar dua daerah penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Uji kestabilan sistem dilakukan dengan berbagai output serta mengambil data parameter terbang pada roket tipe RKX-LAPAN yang dianalisa dari beberapa kondisi

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari adanya media internal “IntraPAS” terhadap pemenuhan kebutuhan informasi bagi

Berdasarkan teori Dwi Faktor tersebut maka pada saat seorang dosen memiliki motivasi yang baik dalam dirinya maka dosen akan terpacu untuk mengajukan jabatan fungsional negeri demi

Beberapa penelitian dan pengertian di atas, menunjukkan jika sarana prasarana dan kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar

Mata kuliah yang dapat diambil adalah mata kuliah baru yang akan diselenggarakan pada semester yang bersangkutan dengan memperhatikan ketentuan tentang persyaratan

Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun dan atau 60 tahun keatas, mengalami demensia dan tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Yogyakarta Unit

But the result of α - glucosidase inhibitor activity test of analysis of variance and LSD 5% showed that the activity of α -glucosidase inhibitor in guava

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh kualitas pelayanan, kualitas produk dan citra merek terhadap niat beli ulang mobil merek Toyota di PT Agung