• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada umumnya semua tanaman dapat diusahakan secara organik karena pada mulanya tanaman tumbuh secara alami, tanpa tambahan (pemupukan) dari luar. Hanya saja, ada tanaman yang peka terhadap hama dan penyakit sehingga perlu pemeliharaan yang intensif. Selain itu, bila bertanam secara organik diarahkan untuk bisnis, pemilihan jenis tanaman harus mempertimbangkan jenis yang laku di pasaran, misalnya bawang merah, wortel,selada, cabai, dan tomat (Pracaya, 2003).

Sayuran organik adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh sistem pertanian organik selain buah-buahan, daging dan telur organik. Sayuran ini diproduksi tanpa pestisida dan pupuk dari zat kimia lain yang tujuannya untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan konsep kembali ke alam (back to nature). Hasil yang didapatkan adalah sayuran yang bebas dari residu kimia, aman dikonsumsi dan jauh lebih menyehatkan sehingga pada umumnya harga jual sayuran organik ini lebih mahal daripada sayuran konvensional.

2.1.1 Bayam (Amaranthus spp.)

Bayam merupakan tanaman sayuran yang banyak diminati, selain karena kandungan protein, bayam juga merupakan sayuran yang banyak khasiatnya, khususnya vegetarian. Bayam yang dilakukan dengan penanaman pola organik akan menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi, bisa dijual di supermarket dan tentunya juga saat ini masyarakat sudah banyak yang sadar akan pentingnya tanaman organik.Tanaman bayam paling cocok ditanam di daerah dataran dengan curah hujan lebih tinggi dari 1.500 mm/thn dengan ketinggian tempat 2000 m dpl .

(2)

Selain itu, tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh karena kebutuhan akan sinar matahari bayam sangat besar.

2.1.2 Seledri (Apium Gravolens)

Tanaman seledri (Apium graveolens) termasuk dalam keluarga Umbelliferae, tanaman yang sering dijadikan herba atau tanaman berkhasiat obat. Daun seledri dikonsumsi sebagai lalapan dan penghias hidangan. Bijinya dijadikan bahan penyedap dan ekstrak minyak seledri dimanfaatkan sebagai obat.Usaha tani budidaya seledri sangat cocok dilakukan di dataran tinggi dengan ketinggian 1000-1200 meter dari permukaan laut. Namun tanaman ini masih toleran ditumbuhkan di dataran rendah. Tanaman ini kurang tahan terhadap curah hujan tinggi.Jenis tanah yang dikehendaki dalam budidaya seledri adalah tanah yang gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanaman ini tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5,5-6,5. Apabila tanah terlalu asam sebaiknya tambahkan kapur atau dolomit.

2.1.3 Kangkung (Ipomea aquatica)

Kangkung dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/thn. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka untuk mendapat sinar matahri yang cukup. Kangkung di Indonesia terbagi 2 yaitu kangkung darat dan kangkung air. Perbedaannya adalah Kangkung darat berwarna hijau terang dengan ujung daun yang runcing. Warna bunga kangkung darat putih. Sedangkan kangkung air daunnya berwarna hijau agak gelap dengan ujung yang membulat atau lebih tumpul sehingga terlihat lebih lebar. Warna bunga kangkung air cenderung ungu. Selain itu, di Indonesia jenis kangkung organik yang umum dibudidayakan adalah kangkung darat karena kangkung darat lebih memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

(3)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tataniaga Pertanian

Tata niaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang manghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan lainnya kepada konsumennya. Dikaji dari segi ekonomi, tataniaga merupakan kegiatan yang produktif karena memberikan kegunaan benda, waktu, tempat, dan hak milik. Tataniaga memiliki banyak saluran yang

dapat dimanfaatkan oleh produsen dalam mendistribusikan produknya (Limbong, 2005).

Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek tataniaga yang menekankan bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen (distribusi). Tataniaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga Tataniaga beras merah, sebagai salah satu produk pertanian, masih kurang efisien, yaitu kurang adilnya pembagian keuntungan. Hal ini tergambar dari sangat rendahnya harga produk beras merah di tingkat pengusaha produsen sayuran, terutama pengusaha beras merah skala kecil (petani). Untuk menanggulangi masalah itu perlu diketahui mata rantai distribusi beserta permasalahannya (Rahardi, 2000).

Menurut Kottler (2009) mendefinisikan tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke titik konsumen. Produksi adalah penciptaan kepuasan, proses membuat kegunaan barang dan jasa.

(4)

Kepuasan dibentuk dari proses produktif yang diklasifikasikan menjadi kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan.

2.2.2 Saluran dan Lembaga Tataniaga

Lembaga tataniaga merupakan segala usaha yang berkait dalam dalam jaringan lalu lintas barang di masyarakat seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh agen-agen atau perusahaan dagnang, perbankan dan sebagainya itu memiliki peranan dalam menyampaikan produk-produk itu ke pasar (konsumen) dengan menjamin produk tersebut sampai ke konsumen tanpa ada kerusakan.

Menurut Kohl dan Uhl (1985) saluran tataniaga adalah sekumpulan pelaku-pelaku usaha (lembaga-lembaga tataniaga) yang saling melakukan aktivitas bisnis dalam membantu menyampaikan produk dari petani sampai konsumen akhir. Dalam saluran tataniaga, lembaga-lembaga tataniaga saling melakukan fungsi tataniaga sehingga kemudian akan terbentuk beberapa alternatif saluran tataniaga. Setiap alternatif saluran tataniaga memungkinkan terjadinya aliran produk yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada kepada siapa saja produk tersebut berhenti, apa saja perlakuan yang diberikan kepada produk selama melewati lembaga-lembaga tataniaga, dan seberapa panjang rantai tataniaga yang terbentuk (Sihombing, 2010).

Dalam saluran tataniaga ada lembaga-lembaga tataniaga yang saling melakukan fungsi-fungsi tataniaga dalam menyampaikan produk sampai kekonsumen akhir. Lembaga-lembaga tataniaga tersebut dapat berupa individu atau organisasi bisnis yang terlibat dalam aktivitas ekonomi dan peningkatan nilai tambah(value added) produk. Dengan mempelajari lembaga-lembaga tatanaga akan dapat dimengerti bahwa mengapa petani dan konsumen tidak dapat berhubungan secara langsung dalam melakukan proses pertukaran produk. Berikut adalah lembaga-lembaga tataniaga yang umum terlibat dalam proses tataniaga(Kohl dan Uhl 1985)

(5)

1.Pedagang Perantara (Merchant Middlemen), lembaga tataniaga yang menghimpun barang untuk kemudian barang tersebut dimiliki untuk ditangani dalam upaya memperoleh marjin tataniaga.

a) Pedagang Pengumpul (Assembler), mengumpulkan dan membeli produk langsung dari produsen (petani) dalam jumlah besar untuk memperoleh marjin tataniaga dengan menjual kembali kepada pedagang grosir atau lembaga tataniaga lain.

b) Pedagang Grosir (Wholeseller), menjual produk kepada pedagang pengecer dan pedagang grosir lain dan juga industri terkait, tetapi tidak untuk menjual produk dalam jumlah tertentu kepada konsumen akhir.

c) Pedagang Pengecer (Retailers), membeli produk untuk langsung dijual kembali kepada konsumen akhir.

2. Agen Perantara (Agent Middlemen),memperoleh pendapatan dari komisidan bayaran dari proses jual-beli. Agen perantara berbeda dengan pedagang yang memiliki hak atas produk untuk ditangani lebih lanjut. Agen perantaraannya mewakili pelanggan dalam transaksi jual-beli dan tidak memiliki hak atas produk yang mereka tangani.

a) Broker (Brokers), menyalurkan produk untuk memperoleh komisi tanpamemiliki hak untuk mengontrol produk secara langsung.

b) Komisioner (Commission Men), menyalurkan produk untuk memperoleh komisi. Komisioner diberi hak dan keleluasaan dalam mengontrol barang yang diperjual-belikan.

3. Spekulator (Speculative Middlemen), melakukan jual-beli produk dengantujuan utama memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan pergerakan harga di pasar.

4. Pengolah dan Pabrik (Processor and Manufacturers), melakukan beberapa tindakan pada produk yang ditangani untuk memperoleh marjin tataniaga berupa nilai tambah

(6)

5. Organisasi Pendukung (Facilitative Organizations), membantu berbagai perantara tataniaga dalam melakukan aktivitas bisnisnya.

Secara umum, pola saluran tataniaga di Indonesia

(Limbong dan Panggabean, 2005)

Gambar 1. Pola Saluran Tataniaga Secara Umum

Lembaga tataniaga yang membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol tingkat diartikan sebagai saluran dimana pihak produsen menjual langsung ke pihak produsen. Saluran satu tingkat mencakup satu lembaga tataniaga seperti pengecer. Saluran dua tingkat terdiri dari dua lembaga seperti pedagagang besar dan pengecer. Saluran tiga tingkat mencakup tiga lembaga seperti pedagang besar, pemborong dan pengecer.

Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang-barang dan jasa dari sektor produsen ke konsumen ini akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang berbeda-beda pada tiap lembaga tataniaga dimana dalam penyampaian tersebut penyampaian tersebut terdapat biaya tataniaga. Kemampuan menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut

Petani Tengkulak Pengecer Koperasi Pedagang Besar Perantara Pabrik/Eksportir Konsumen Akhir

(7)

serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi apabila ingin dianggap efisien dalam suatu sistem tataniaga (Mubyarto,2002).

Lembaga-lembaga tataniaga melakukan aktivitas bisnis selama proses tataniaga berlangsung. Aktivitas-aktivitas tersebut dinamakan fungsi tataniaga.Fungsi-fungsi tataniaga tersebut harus dilakukan oleh pelaku-pelaku bisnis yang terlibat selama proses tataniaga berlangsung. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi tataniaga, karena fungsi tataniaga yang dilakukan dapat meningkatkan nilai tambah dari produk agribisnis. Kohl dan Uhl (1985) mengklasifikasikan fungsi tataniaga menjadi3kelompok utama, yaitu:

1. Fungsi Pertukaran (Exchange Functions)

Fungsi pertukaran merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan pertukaran kepemilikan dari barang-barang yang diperjual-belikan antara penjual dan pembeli. Fungsi pertukaran terdiri atas:

a) Pembelian (Buying/Assembling)

Pembelian adalah kegiatan mencari barang atau jasa yang digunakan sebagai bahan baku ataudengan mengalihkan kepemilikan.

b) Penjualan (Selling)

Penjualan adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan tataniaga yang berusaha menciptakan permintaan dengan melakukan strategi promosi dan periklanan serta strategi tataniaga lainnya untuk dapat menarik minat pembeli.

2. Fungsi Fisik (Physical Functions)

Fungsi fisik adalah aktivitas- aktivitas yang melibatkan penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik atas produk. Fungsi fisik membantu menyelesaikan permasalahan yang

(8)

berhubungan dengan kapan, apa dan dimana tataniaga tersebut terjadi. Fungsi fisik terdiri atas:

a) Penyimpanan (Storage)

Penyimpanan membantu menyelesaikan permasalahan produk yang berhubungan dengan waktu. Penyimpanan membuat produk tersedia pada waktu yang diinginkan.

b) Pengangkutan (Transportation)

Pengangkutan membantu menyelesaikan permasalahan produk yang berhubungan dengan tempat. Pengangkutan membuat produk tersedia pada tempat yang tepat.

c) Pengolahan (Processing)

Pengolahan merupakan kegiatan merubah bentuk produk untuk meningkatkan nilai tambah produk tersebut. Pengolahan kadang tidak termasuk dalam kegiatan tataniaga karena pada dasarnya kegiatan pengolahan adalah kegiatan merubah bentuk produk, bukan kegiatan memasarkan produk.

3. Fungsi Fasilitas (Facilitating Functions)

Fungsi fasilitas merupakan aktivitas-aktivitas yang secara tidak langsung terlibat dalam proses tataniaga produk karena membutuhkan teknologi dan pengetahuan khusus dalam penanganannya. Dengan adanya fungsi fasilitas akan memperlancar fungsi pertukaran dan fisik sehingga kinerjanya akan menjadi lebih baik. Fungsi fasilitas terdiri atas:

a) Standarisasi (Standarization)

Standarisasi merupakan ukuran yang menjadi standar bagi semua produk agar menjadi seragam dalam hal kualitas dan kuantitas.

(9)

b) Pembiayaan (Financing)

Pembiayaan adalah kegiatan mengelola keuangan yang melibatkan banyak aspek penting dari tataniaga.

c) Penanggungan Risiko (Risk Bearing)

Fungsi penanggungan risiko digunakan untuk menghitung tingkat kemungkinan kehilangan atau kerugian dari proses tataniaga produk agribisnis yang dilakukan.

d) Informasi Pasar (Market intelligence)

Fungsi informasi pasar merupakan aktivitas mengumpulkan, menginterpretasi, dan menyebarluaskan berbagai macam informasi yang diperlukan untuk kelancaran proses tataniaga.

Dalam melakukan pendekatan fungsi tataniaga, ada beberapa karakteristik penting yang harus diperhatikan (Kohldan Uhl 1985), yaitu:

1. Dampak dari fungsi tataniaga tidak hanya terjadi pada biaya tataniagapangan, tetapi terhadap nilai dari produk pangan yang diterima oleh konsumen. Pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan menciptakan nilai guna bentuk, ruang, dan waktu bagi konsumen.

2. Walaupun sistem tataniaga memungkinkan mengeliminasi pedagang perantara

(middleman) untuk membuat tataniaga menjadi lebih efisien, fungsi-fungsi tataniaga akan

sulit untuk bisa dieliminasi.

3. Fungsi tataniaga dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja dalam sistem tataniaga. 2.2.3 Konsep Farmer’Share, Marjin dan Efisiensi Tataniaga

Farmer’s share merupakan salah satu indikator dalam menentukan efisiensi tataniaga secara kuantitatif. Kohl dan Uhl (1985) mendefinisikan farmer’s shares sebagai perbedaan harga di

(10)

tingkat petani danpedagang pengecer.Farmer’s share merupakan bagian dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang pada akhirnya diterima oleh petani, nilainya dinyatakan dalam presentase (%).

Marjin tataniaga mengacu pada perbedaan harga pada berbagai tingkatan sistem tataniaga. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga antara harga yang diterima oleh petani (Pf) dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Pr). Dengan kata lain, marjin tataniaga dapat dikatakan sebagai selisih dari harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Pr-Pf). Marjin tataniaga hanya mengacu pada perbedaan harga, tidak berhubungan dengan jumlah produk yang ada dipasar (Dahl dan Hammond,1977).

Pengertian marjin tataniaga yang lebih luas menurut Asmarantaka (2009) adalah marjin merupakan cerminan dari aktivitas-aktivitas bisnis atau fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan dalam dalam sistem tataniaga. Selain cerminan dari fungsi tataniaga, marjin tataniaga juga terdiri atas kumpulan balas jasa karena kegiatan produktif dari fungsi tataniaga yang telah dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam menyampaikan produk dari petani sampai kepada konsumen akhir. Marjin tataniaga merupakan salah satu indikator efisiensi tataniaga yang dalam penggunaannya harus teliti. Marjin tataniaga harus mempertimbangkan dan mengevaluasi fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan dalam meningkatkan nilai tambah

(value added). Selain itu, dalam mempergunakan marjin tataniaga sebagai salah satu

indikator efisiensi harus setara (equivalent) pada sistem tataniaga produk agribisnis.

Dalam menafsirkan dan mengevaluasi ukuran marjin tataniaga dan farmer’s share, kedua ukuran ini tidak dapat dijadikan ukuran utama dalam menentukan apakah sistem tataniaga sudah efisien atau tidak. Marjin tataniaga yang sangat besar dan farmer’s share yang sangat kecil belum tentu menjadi patokan utama dari pendapatan usahatani, efisiensi

(11)

tataniaga,tingkat keuntungan, atau nilai dari produk pangan untuk konsumen akhir (Kohl dan Uhl 1985).

Efisiensi tataniaga adalah maksimisasi penggunaan rasio input-output, yaitu mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen terhadap barang atau jasa. Kemampuan menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat merupakan syarat dalam ukuran efisiensi tataniaga.

Efisiensi dilihat dari rasio nilai output dan input.Efisiensi pada suatu tataniaga diukur berdasarkan kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga yang terlibat dalam mengalirkan produk mulai dari petani sampai konsumen akhir.Ukuran untuk menentukan tingkat kepuasan baik pada petani (produsen), lembaga tatanaiga, maupun konsumen merupakan hal yang sulit dan sangat relatif.

Asmarantaka (2009) menyatakan bahwa efisiensi tataniaga dapat dilihat dari efisiensi operasional (teknis) dan efisiensi harga. Efisiensi operasional merupakan pelaksanaan aktivitas tataniaga yang bertujuan memaksimumkan rasio output -input tataniaga. Analisis yang sering dilakukan untuk mengetahui efisiensi operasional adalah analisis marjin tataniaga dan farmer’s share.Efisiensi harga merupakan kemampuan sistem tataniaga dalam mengalokasikan sumber daya dan mengoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses tataniaga sehingga efisien sesuai dengan keinginan konsumen.

Menurut Soekartawi (2002) efisiensi tataniaga dapat terjadi jika :

1. Biaya tataniaga dapat ditekan sehingga keuntungn tataniaga yang lebih

(12)

3. Tersedianya fasilitas fisik tataniaga

2.2.4 Keterpaduan Pasar dan Struktur Pasar

Pasar dalam pengetian ekonomi adalah ruang atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan permintaan bekerja untuk menentukan atau merubah harga dan himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan,keinginan yang mungkin ingin dan mampu terlibat dalam pertukaran untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan (Hammond dan Uhl,1977).

Struktur pasar adalah karakteristik organisasi pasar. Terdapat empat kriteria pasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu (1) jumlah dan besar penjual dan pembeli, (2) keadaan produk yang diperjualbelikan, (3) kemudahan masuk dan keluar pasar dan (4) pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi. Pada umumnya karakteristik jumlah penjual dan keadaan komoditi yang diperjualbelikan merupakan karakteristik utama dalam menentukan pasar (Asmarantaka, 2009).

Kolhs dan Uhl (1985) mengemukakan empat jenis struktur pasar dengan berbagai karakteristiknya, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Karakteristik Struktur Pasar

Karakteristik Persaingan Persaingan Oligopoli Monopoli Jumlah

Perusahaan/

Sangat Banyak

Banyak Sedikit Satu

Sifat Produk Homogen Diferensiasi/ Serupa hingga Unik Kemudahan

Memasuki

Mudah, tidak ada hambatan

Relatif mudah Sulit dengan beberapa

(13)

Pengaruh Perusahaan Terhadap Tidak berpengaruh Sedikit berpengaruh, dibatasi oleh Berpengaruh, dibatasi oleh pesaing Berpengaruh

Sumber : Kohls dan Uhl, 1985

Menurut Kotler (2009) keterpaduan pasar menekankan pada keterkaitan harga antar berbagai tingkat lembaga tataniaga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan karena adanya perubahan tempat, waktu maupun bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat dicerminkan oleh besarnya koefisien korelasi harga. Kunci dari keadaan efisiensi tersebut adalah adanya sebaran dan ketersediaan informasi pasar yang lancar serta akurat. Hubungan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dapat didekati dengan pendekatan korelasi harga.Keterpaduan pasar dapat terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lainnya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Putra Bisuk (2009) yang berjudul analisis tataniaga dan elastisitas transmisi harga CPO internasional terhadap harga TBS kelapa sawit di desa Menanti kecamatan Sosa kabupaten Padang Lawas, metode analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan tabulasi sederhana dengan perhitungan price spread,share margin,perhitungan efisiensi dan elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua saluran tataniaga kelapa sawit di 14desa mananti yaitu petani - pedagang pengumpul/agen –PKS (saluran tataniaga I) dan petani –KUD –PKS (saluran tataniaga II). Saluran tataniaga kelapa sawit di daerah penelitian diperoleh share profityang berbeda antara pedagang pengumpul/agen dan KUD dan share profit KUD. Nilai efisien yang terdapat pada saluran pada saluran tataniaga I dan II kelapa sawit didaerah penelitian adalah lebih kecil daripada 50%, sehingga saluran tataniaga kelapa sawit didaerah penelitian efisien. Koefisien harga

(14)

CPO internasional bernilai 0,983, artinya dengan persentase perubahan peningkatan harga CPO internasional 1% maka persentase perubahan harga TBS naik sebesar 0,983%.

Dalam penelitian Hirorimus Limbong (2013) yang berjudul Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Hasil penelitianmenunjukkan pada tingkatan petani, price spreaduntuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share

margin sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spreaduntuk biaya

tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share margin sebesar 4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spreaduntuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share

margin sebesar 3,85%. 2. Biaya tataniaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi margin

(share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi,pedagang pengumpul memperoleh

keuntungan yang paling besar di banding lembaga tataniaga yang lain yang terlibat dalam saluran tataniaga. Saluran tataniaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efisien.

Kemudian berdasarkan penelitian Afthri Sutrati Ulya (2015) yang berjudul Analisis Tataniaga Pancake Durian di Kota Medan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis saluran pancake durian mulai dari produsen hingga konsumen dan fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga tataniaga pancake durian. Penelitian tersebut menyimpulkan terdapat empat saluran tataniaga. Pertama, produsen –pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen. Kedua, produsen –pedagang besar –konsumen. Ketiga, produsen –pedagang pengecer-konsumen. Keempat, produsen –konsumen. Saluran tataniaga pancake durian di kota Medan sudah tergolong efisien dan dari keempat saluran tataniaga tersebut share produsen diatas 70%

(15)

2.4 Kerangka Pemikiran

Sayuran organik adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh sistem pertanian organik selain buah-buahan, daging dan telur organik. Sayuran ini diproduksi tanpa pestisida dan pupuk dari zat kimialain yang tujuannya untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan konsep kembali ke alam (back to nature). Hasil yang didapatkan adalah sayuran yang bebas dari residu kimia, aman dikonsumsi dan jauh lebih menyehatkan sehingga padaumumnya harga jual sayuran organik ini lebih mahal daripada sayuran konvensional.

Sayuran Organik yang dihasilkan oleh petani tidak langsung dimanfaatkan oleh konsumen secar langsung. Untuk dapat sampai ke tangan konsumen, sayuran organik akan melalui serangkaian proses distribusi yang disebut tataniaga (tataniaga). Tataniaga dapar diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang membentuk mata rantai distribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir dengan melibatkan beberapa lembaga. Pola tataniaga yang terbentuk akan berpengaruh terhadap efektivitas pendistribusian sayuran organik dari petani ke tangan konsumen akhir. Selain itu, tataniaga yang terbentuk juga akan mempengaruhi struktur pasar dan keterpaduan pasar organik. Semakin banyak pembeli dan penjual yang terlibat dalam struktur pasar maka semakin besarlah kemungkinan tataniaga sayuran organik dikatakan efisien karena kunci dari keadaan efisiensi tersebut adalah adanya sebaran dan ketersediaan informasi pasar yang lancar serta akurat dalam sebuah keterpaduan pasar sayuran organik

Terbentuknya saluran tataniaga yang baik dan efisien tidak terlepas dari adanya peranan lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya. Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga berperan menyalurkan produk dari petani ke konsumen dan membentuk suatu saluran tataniaga. Saluran tataniaga yang terbentuk tergantung dari macam komoditi, lembaga tataniaga dan struktur pasar. Untuk mengetahui saluran tataniaga sayuran

(16)

organik di Kota Medan dilakukan dengan cara mendeskripsikan aliran tataniaga sayuran organik dari produsen sampai ke konsumen.

Kegiatan tataniaga dalam menyampaikan produk dari produsen ke konsumen membutuhkan biaya. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga berbeda-beda tergantung pada jenis perlakuan yang diterima produk selama proses tataniaga oleh lembaga tataniaga tersebut.

Suatu saluran tataniaga dianggap efisien secara ekonomis apabila saluran tataniaga tersebut mempunyai nilai presentase marjin tataniaga yang relatif rendah serta bagian yang diterima petani atau nilai presentase farmer’s share lebih dari 50 %. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan skema analisis efisiensi tataniaga sayuran organik.

(17)

: Menyatakan Pengaruh

: Menyatakan Hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Tataniaga Sayuran Organik Petani Sayuran Organik Lembaga-Lembaga Tataniaga Sayuran Organik yang terlibat

Biaya Tataniaga Sebaran Harga Produk

Marjin Tataniaga Efisiensi Tataniaga Keterpaduan Pasar Sayuran Organik Struktur Pasar Sayuran Organik

(18)

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Efisiensi tataniaga sayuran organik sudah tergolong efisien

2. Struktur pasar yang terbentuk adalah pasar monopsoni dan keterpaduan pasar yang terbentuk sudah terintegrasi secara baik dan efisien

Gambar

Gambar 1. Pola Saluran Tataniaga Secara Umum
Tabel 2. Karakteristik Struktur Pasar
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Tataniaga Sayuran Organik Petani Sayuran Organik Lembaga-Lembaga Tataniaga Sayuran Organik yang terlibat

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Dan Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 15 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Daratan Ds

Kedua, paradigma khusus (cabang), yaitu sejumlah kaidah umum dan mendasar dalam Syariah Islam yang lahir dari Aqidah Islam, yang secara khusus menjadi landasan bangunan sistem

dihasilkan sektor pertanian tidak berkurang dengan adanya transfonnasi tenaga. kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Perlu peningkatan effisiensi dan effektifitas di

utvrdio da je filmski fragment Šibenska luka dio filma Krunjenje kralja Petra I Karađorđevića i putovanje kroz Srbiju, Novi Pazar, Crnu Goru i Dalmaciju , autor u ovom

aastal külastas Moskvat üks üheteistkümnest Prabhupada poolt ame- tisse seatud gurust Harikesa Swami (Robert Compagnola), kelle vastutusalaks oli ISKCONi tegevus mitmetes

4.11 Model hubungan antara variabel persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP (X1) dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP (X2) dengan kompetensi

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui alasan Perpustakaan Keperawatan POLTEKES Surakarta menggunakan aplikasi open source digilib versi rumah

sebagai pihak yang harus mengikuti Perpres 54/2010, yaitu entitas yang mendapat bantuan, atau memperoleh lisensi ekslusif dari pemerintah. Monopoli atau quasi- monopoli untuk