PENGARUH PESTISIDA NABATI EKSTRAK BATANG TEMBAKAU TERHADAP PREFERENSI HAMA DAUN PADA
TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)
THE EFFECT OF BOTANICAL PESTICIDES EXTRACTED TOBACCO STEM AGAINST LEAVES PEST PREFERENCES ON Brassica juncea L.
Lalu Raftha Manuh 1), Hery Haryanto 2), Irwan Muthahanas 3) Mahasiswa1), Dosen Pembimbing Utama2), Dosen Pembimbing Pendamping3)
Korespondensi: email: raftha.manuh@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pestisida nabati ekstrak batang tembakau dalam mengendalikan hama daun pada tanaman sawi. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2014 di lahan milik petani di Desa Bug-bug, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan yaitu perlakuan tanpa pestisida (P0), perlakuan pestisida kimia Demolish 18 EC 1 cc/L (P1), perlakuan pestisida nabati ekstrak batang tembakau 200 ml/L (P2), perlakuan pestisida nabati ekstrak batang tembakau 300 ml/L (P3), perlakuan pestisida nabati ekstrak batang tembakau 400 ml/L (P4), dan perlakuan pestisida nabati ekstrak batang tembakau 500 ml/L (P5). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga terdapat 30 unit percobaan. Hasil penelitian ditemukan dua jenis hama daun pada tanaman sawi yaitu Ulat tritip (Plutella xylostella L.) dan Kumbang anjing (Phyllotreta striolata F.). Berdasarkan analisis keragaman dan uji lanjut BNJ pada taraf nyata 5%, menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau memiliki pengaruh dalam mengendalikan jumlah populasi serta mampu menekan intensitas serangan hama Ulat tritip dan Kumbang anjing. Dalam lingkup penelitian yang telah dilakukan, pada perlakuan menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau, P5 dengan dosis 500 ml/L merupakan dosis yang paling tepat dan efektif dalam mengendalikan populasi hama dan menekan intensitas serangan hama Ulat tritip maupun Kumbang anjing.
Kata kunci : pestisida nabati, hama daun, tanaman sawi
ABSTRACT
The objective of this research to determine the effect of botanical pesticides extracted tobacco stem to control leaves pests on Brassica juncea L.. This research was done on May - June 2014 at land owned by farmers at the Bug-bug village, District Lingsar, West Lombok. The method was used in this research is the experimental with field experiments. The experimental design used Randomized Complete Block Design (RCBD) consist of 6 treatments such as without pesticide (P0), chemical pesticide Demolish 18 EC 1 cc/L (P1), botanical pesticide extracted tobacco stem 200 ml/L (P2), botanical pesticide extracted tobacco stem 300 ml/L (P3), botanical pesticide extracted tobacco stem 400 ml/L (P4), and botanical pesticides extracted tobacco stems 500 ml/L (P5). Each treatment was repeated 5 times, so that there are 30 experimental units. This research was found two types of leaves pests on the Brassica juncea L. namely Plutella xylostella L. and Phyllotreta striolata F.. Based on analysis of variance and HSD test at 5% significance level, indicates that treatment used botanical pesticides extracted tobacco stem has effect to control the population and be able to suppress the intensity of P. xylostella L. and P. striolata F.. In scope of research that has been done, the treatment used botanical pesticides extracted tobacco stem, P5 with dose of 500 ml/L is the most appropriate dose and effective in controlling pest populations and suppressing the intensity of pest P. xylostella L. and P. striolata F..
PENDAHULUAN
Sawi adalah kelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang populer dan banyak dikonsumsi, karena kaya sumber vitamin serta mineral yang dibutuhkan oleh tubuh (Yudharta, 2009).
Saat ini produktivitas sawi di Indonesia berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2011 produksi sawi mencapai 580.969 ton dan pada tahun 2012 produksi sawi meningkat menjadi 594.394 ton (BPS, 2012). Untuk mempertahankan peningkatan produksi serta menjaga kualitas dan kuantitas hasil tanaman sawi maka perlu dilakukan upaya pencegahan serangan hama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil dari tanaman tersebut. Tanaman sawi merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi mendapat serangan hama sejak tanaman mulai tumbuh hingga menjelang panen.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman sawi adalah Ulat tritip (Plutella xylostella L.) dan Kumbang anjing (Phyllotreta striolata F.) yang dapat menyebabkan kehilangan hasil antara 58-100% terutama pada musim kemarau. Pengendalian serangan hama selama ini menggunakan pestisida kimia. Pestisida kimia memiliki kelemahan seperti bersifat non spesifik yaitu tak hanya membunuh jasad sasaran tetapi juga membunuh organisme lain. Pestisida sintetik atau kimia dianggap sebagai bahan pengendali hama dan penyakit yang paling praktis, mudah diperoleh, mudah dikerjakan dan hasilnya cepat terlihat. Disamping itu penggunaan pestisida sintetik sering menimbulkan masalah seperti pencemaran lingkungan, residu dalam makanan, keracunan terhadap manusia dan dapat mengakibatkan
resistensi serta resurgensi bagi hama (Thamrin, 2003).
Pencarian alternatif insektisida yang lebih ramah lingkungan sangat dibutuhkan, harga insektisida kimia yang tinggi juga dapat mempengaruhi biaya produksi (Oka,1995).
sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama adalah tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah batang dan tulang daun tembakau mempunyai potensi dan prospek sebagai bahan baku pestisida nabati karena mengandung zat beracun berupa nikotin.
Berdasarkan uraian dan keberhasilan tersebut, maka dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Pestisida Nabati Ekstrak Batang Tembakau Terhadap Preferensi Hama Daun Pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)”.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pestisida nabati ekstrak batang tembakau memberikan efek positif dalam mengendalikan hama daun pada tanaman sawi.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi petani dalam menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau untuk mengendalikan hama daun pada tanaman sawi secara aman dan relatif murah.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014 di lahan milik petani di desa Bug-bug, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Knapsack sprayer, mesin perajang tembakau, timbangan, gelas ukur, penyaring, penumbuk, dan wadah tempat mencampur serbuk batang tembakau dengan air.
Bahan Penelitian
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan-perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
P0 : Kontrol (tanpa perlakuan)
P1 : Perlakuan insektisida kimia Demolish 18 EC 1 cc/L.
P2 : Perlakuan ekstrak batang tembakau 200 ml/L
P3 : Perlakuan ekstrak batang tembakau 300 ml/L
P4 : Perlakuan ekstrak batang tembakau 400 ml/L
P5 : Perlakuan ekstrak batang tembakau 500 ml/L
Pelaksanaan Penelitian a. Persemaian benih b. Persiapan lahan c. Penanaman bibit d. Perawatan tanaman
- Penyiraman - Penyulaman - Penyianagan - Pemupukan e. Persiapan perlakuan f. Aplikasi pestisida nabati g. Panen
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman pada taraf nyata 5% dan hasil analisis yang berbeda nyata diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%..
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Grafik 1. Grafik populasi hama Ulat tritip (Plutella. xylostella L.) pada tiap waktu pengamatan setelah aplikasi pestisida.
Keterangan : angka-angka pada hari yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut BNJ 5%.
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
9 hst 18 hst 23 hst
P0
P1
P2
P3
P4
P5
0,12 (a)
0 (b)
0,1 (ab)
0,1 (ab)
0,04 (ab)
0,02 (ab)
0,16 (a)
0 (c)
0,1 (b)
0,1 (b)
0 (c)
0 (c)
0,16 (a)
0,02 (b)
0,1 (ab)
0,1 (ab)
0,06 (ab)
Grafik 2. Grafik intensitas serangan hama Ulat tritip (Plutella xylostella L.) pada tiap waktu pengamatan setelah aplikasi pestisida
Keterangan : angka-angka pada hari yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut BNJ 5%.
Grafik 3. Grafik populasi hama Kumbang anjing (Phyllotreta striolata F.) pada tiap waktu pengamatan setelah aplikasi pestisida.
Keterangan : angka-angka pada hari yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada 0
2 4 6 8 10 12 14
9 hst 18 hst 23 hst
P0
P1
P2
P3
P4
P5
6,38 (a)
1,37 (b)
4,17 (ab)
4,89 (ab)
2,46 (ab) 2,20
(ab) 9,45 (a)
1,30 (c)
4,66 (b) 4,01
(bc)
2,68 (bc)
1,73 (bc)
12,66 (a)
1,72 (b)
5,54 (ab)
6,95 (ab)
5,15 (ab) 4,75
(b)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
9 hst 18 hst 23 hst
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1,54 (a)
0,04 (c)
0,70 (ab)
1,06 (ab)
0,32 (bc)
0,20 (bc)
1,64 (a)
0,24 (b)
0,84 (ab)
0,70 (b)
0,40 (b) 0,36
(b)
1,80 (a)
0,34 (b)
0,50 (b)
0,58 (b)
0,36 (b) 0,32
Grafik 4. Grafik intensitas serangan hama Kumbang anjing (Phyllotreta striolata F.) pada tiap waktu pengamatan setelah aplikasi pestisida.
Keterangan : angka-angka pada hari yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut BNJ 5%.
Grafik 5. Grafik jumlah daun tanaman sawi pada tiap waktu pengamatan
Keterangan : angka-angka pada hari yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut BNJ 5%.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
9 hst 18 hst 23 hst
P0
P1
P2
P3
P4
P5
15,94 (a)
5,02 (c)
12,14 (ab) 10,4
(abc) 9,45
(bc) 9,78 (bc)
28,92 (a)
8,96 (c)
19,91 (ab) 16,79
(bc)
14,72 (bc) 16,56 (bc)
43,66 (a)
11,08 (b)
17,16 (b)
17,34
(b) 14,90
(b) 16,07
(b)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
14 hst 24 hst
P0
P1
P2
P3
P4
P5
5,32 (b)
5,96 (a) 5,72
(ab) 5,78 (ab)
5,86 (a)
5,86 (a)
7,26 (b)
8,96 (a)
8,06 (ab)
8,20 (ab) 8,08
Grafik 6. Grafik tinggi tanaman sawi pada tiap waktu pengamatan
Keterangan : angka-angka pada hari yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut BNJ 5%.
Grafik 7. Grafik berat tanaman sawi pada tiap perlakuan
Keterangan : angka-angka pada hari yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut BNJ 5%.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
14 hst 24 hst
P0
P1
P2
P3
P4
P5
25,58 (b)
30,02 (a) 29,62(a)
29,72 (a)
29,86 (a)
29,98 (a)
41,26 (b)
46,1 (a) 43,56
(ab)
44,68 (ab) 43,82
(ab) 44,28 (ab)
0 20 40 60 80 100 120 140
25 hst
P0
P1
P2
P3
P4
P5
106 (b)
135,2 (a) 125,2
(ab)
126,5 (ab)
128,4 (ab)
intensitas serangan hama Ulat tritip. Hal ini menunjukkan bahwa pada P1 berpengaruh langsung karena bersifat repelan dan dapat membunuh hama, sedangkan pada perlakuan menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau memiliki beberapa kelemahan dibanding pestisida kimia. Seperti yang dikemukakan oleh Anonim (2014) bahwa pestisida nabati tidak membunuh hama secara langsung dan daya kerja relatif lamban.
Pada pengamatan 18 hst setelah aplikasi, semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap P0 dalam mengendalikan populasi serta menekan intensitas serangan hama Ulat tritip (Plutella xylostella L). Pestisida nabati ekstrak batang tembakau P2 dan P3 tidak terlalu baik dalam menekan populasi dan intensitas serangan hama Ulat tritip dibandingkan pada P4 dan P5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin baik pestisida nabati tersebut menekan jumlah populasi hama Ulat tritip. Sesuai dengan pernyataan Susilowati (2005) bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun tembakau mempengaruhi efektivitasnya sebagai insektisida.
Perlakuan menggunakan pestisida kimia (P1), dan perlakuan yang menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau (P5) pada 23 hst menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol (P0) dalam mengendalikan populasi dan menekan intensitas serangan hama Ulat tritip. P1 dengan senyawa Abamektin dapat bertindak sebagai racun kontak sehingga berpengaruh langsung dalam mempengaruhi jumlah populasi dan menekan intensitas serangan hama. Sedangkan pada perlakuan yang menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau (P5) merupakan dosis yang paling tepat sehingga bahan aktif yang terkandung mampu bekerja secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarjan dan Muthahanas (2007) bahwa bahan aktif pestisida nabati akan mampu bekerja secara optimal apabila konsentrasi yang diberikan tepat.
Hasil analisis populasi hama pada pengamatan 9, 18, dan 23 hst sama dengan hasil analisis intensitas serangan hama pada pengamatan 9, 18, dan 23 hst, ini menunjukkan bahwa kemampuan menekan intensitas serangan adalah sama dengan kemampuan menekan populasi, karena populasi akan berbanding lurus dengan intensitas serangan (Ulyati et al., 2007).
Kemudian pada Grafik 3 dan 4 mengenai populasi dan intensitas serangan
Kumbang anjing, pengamatan 9 hst setelah aplikasi menunjukkan P1, P4, dan P5 mempunyai pengaruh berbeda nyata terhadap P0 dalam mengendalikan populasi dan menekan intensitas serangan hama Kumbang anjing (Phyllotreta striolata F.) sedangkan P2 dan P3 tidak menunjukan pengaruh yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pada P4 dan P5 menggunakan pestisida ekstrak batang tembakau merupakan dosis yang tepat dalam mengendalikan populasi dan menekan intensitas serangan hama Kumbang anjing, sedangkan pada P2 dan P3 perlakuan dosis rendah. Prijono (1999) menyatakan bahwa pada dosis rendah bahan aktif yang terkandung dalam pestisida nabati kurang aktif.
Pada pengamatan 18 hst setelah aplikasi, P1, P3, P4, dan P5 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap P0, hanya pada P2 yang tidak menunjukkan pengaruh berbeda nyata. P3 meskipun menunjukkan pengaruh berbeda nyata namun tidak terlalu baik dalam mengendalikan populasi serta menekan intensitas serangan hama Kumbang anjing. Sedangkan pada P4 dan P5 merupakan dosis yang tepat untuk menekan populasi hama Kumbang anjing. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dosis perlakuan yang diberikan maka semakin baik dalam mengendalikan populasi dan menekan intensitas serangan hama Kumbang anjing. sesuai dengan pernyataan Purba (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan dosis berbanding lurus dengan peningkatan bahan racun tersebut sehingga mempengaruhi efektivitasnya sebagai insektisida.
Semua perlakuan pada pengamatan 23 hst setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol (P0). Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau mampu mengendalikan populasi dan menekan intensitas serangan hama disebabkan senyawa nikotin yang terkandung. Kardinan (2001) menyatakan bahwa pestisida ekstrak batang tembakau mengandung senyawa nikotin menimbulkan toksisitas terhadap serangga hama dan dapat berperan sebagai racun perut. Hasil analisis populasi hama pada pengamatan 9, 18, dan 23 hst setelah aplikasi sama dengan hasil analisis intensitas serangan hama pada pengamatan 9, 18, dan 23 hst setelah aplikasi, ini menunjukkan bahwa kemampuan menekan intensitas serangan hama sama dengan kemampuan menekan populasi hama. Heryanto
hama cenderung akan diikuti oleh perkembangan intensitas serangannya.
Berdasarkan Grafik 1 dan 3 mengenai populasi hama,serta Grafik 2 dan 4 mengenai intensitas serangan hama menunjukkan bahwa rata-rata populasi dan intensitas serangan hama pada 9, 18, dan 23 hst setelah aplikasi tertinggi terdapat pada P0 (kontrol) dibanding dengan P1 (pestisida kimia), P2, P3, P4, dan P5 yang menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau. Hal ini diduga disebabkan oleh hama Ulat tritip yang lebih menyukai tanaman sawi yang tidak disemprot baik menggunakan pestisida kimia maupun pestisida nabati. Pestisida kimia mengandung senyawa Abamektin yang bersifat racun bagi hama dan pestisida nabati ekstrak batang tembakau seperti yang dijelaskan oleh Arya dan Yori (2007) mengandung senyawa nikotin. Senyawa nikotin ini dapat membunuh serangga hama dengan cara kerja spesifik yaitu mengganggu komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makan, mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan, dan mengusir serangga sehingga serangga hama enggan untuk mendekati atau memakan tanaman yang diberikan perlakuan.
Berdasarkan Grafik 5 mengenai jumlah daun tanaman sawi, pada pengamatan 14 hst menunjukkan bahwa P1, P4, dan P5 berpengaruh nyata terhadap P0. Sedangkan pada P2 dan P3 tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah populasi dan intensitas serangan hama baik dari Ulat tritip (P. xylostella L.) maupun Kumbang anjing (P. striolata F.) lebih tinggi pada P2 dan P3 dibanding pada P1, P4, dan P5 sehingga daun yang rusak akibat terserang oleh hama dapat mengakibatkan jumlah daun berkurang. Malik (2013) menyatakan bahwa serangan yang parah oleh hama Ulat tritip dapat mengakibatkan daun yang dimakan hanya menyisakan tulang daun saja.
Pada pengamatan 24 hst hanya P1 yang menunjukkan pengaruh berbeda nyata, sedangkan P2, P3, P4, dan P5 tidak menunjukkan pengaruh berbeda nyata
maka akan dapat meningkatkan jumlah daun pada tanaman sawi.
Pada Grafik 6, hasil analisis data tinggi tanaman sawi menunjukkan bahwa pada 14 hst P1, P2, P3, P4, dan P5 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap P0 (kontrol). Hal ini disebabkan oleh intensitas serangan hama tertinggi terdapat pada P0 sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Anonim (2013) menjelaskan bahwa faktor hama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hama adalah serangga yang menyebabkan gangguan pada tanaman dengan tanda-tanda adanya kerusakan pada tanaman berupa gigitan, tusukan, lubang dan lain lain sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan dan hasil.
Pengamatan tinggi tanaman sawi pada 24 hst menunjukkan bahwa hanya P1 yang memberikan pengaruh berbeda nyata sedangkan P2, P3, P4, dan P5 tidak memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap P0. Hasil analisis tinggi tanaman sawi sama dengan hasil analisis jumlah daun sawi pada 24 hst. Berdasarkan hal tersebut terdapat indikasi bahwa faktor jumlah daun mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, dan jumlah daun dari tanaman dipengaruhi oleh intensitas serangan hama. Anonim (2013) menjelaskan bahwa daun merupakan organ tanaman yang memiliki peran penting dalam mengubah energi matahari menjadi energi kimia, semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak energi matahari yang dapat diubah menjadi energi kimia sehinga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
(Plutella xylostella L.) dan Kumbang anjing (Phyllotreta striolata F.).
2. Dalam lingkup penelitian yang telah dilakukan, pestisida nabati ekstrak batang tembakau dengan dosis 500 ml/L merupakan dosis yang paling tepat dan efektif dalam mengendalikan populasi serta menekan intensitas serangan hama Ulat tritip (P. xylostella L.) dan Kumbang anjing (P. striolata F.).
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlakuan menggunakan pestisida nabati ekstrak batang tembakau dengan dosis 500 ml/L merupakan dosis yang paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan alternatif pengganti pestisida kimia dalam mengendalikan jumlah populasi dan menekan intensitas serangan hama Ulat tritip dan Kumbang anjing pada tanaman sawi. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pestisida nabati ekstrak batang tembakau terhadap intensitas serangan hama pada tanaman sawi dengan dosis yang lebih tepat sehingga intensitas kerusakan diharapkan lebih kecil dibandingkan penyemprotan menggunakan pestisida kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. http://www. anakindonesia95.blogspot.com. Tanggal 20 Agustus 2014
Anonim, 2014. Pestisida Nabati. http://www.informasitips.com. Tanggal 20 Agustus 2014
Arya dan Yori. 2007. Biovermint Pestisida Nabati. http://www.biovermint. com. Tanggal 20 Agustus 2014 BPS. 2012. Produksi Sayuran Indonesia.
http://www.bps.go.id. Tanggal 14 November 2013.
Heryanto H, Sarjan, Muthahanas I. 2007.
Pemanfaatan Insektisida Nabati dan Hayati Untuk Mengendalikan Hama tanaman Tomat yang dibudidayakan Secara Organik. Fakultas Pertanian. Universitas Mataram.
Kardinan A. 2001. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Malik H. 2013. Hama yang Sering Menyerang
pada Tanaman Sawi.
http://simple420.blogspot.com. Tanggal 14 November 2013.
Oka N.I. 1995. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pracaya .1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prijono D. 1999. Prospek dan Strategi Pemanfaatan Insektisida Alami Dalam PHT. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami- Pusat Kajian PHT, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purba S. 2007. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Plutella xylostella L. (Lepidoptera : Plutellidae) di Laboratorium. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sarjan M dan Muthahanas I. 2007.
Pemanfaatan Batang dan Daun Tembakau sebagai Bahan Pestisida
dan Kompos pada Tanaman
Sayuran di Lombok Timur. Laporan Penelitian BPTP-NTB 2007.
Sartono dan Sumarmi. 2007. Kajian Insektisida Hayati terhadap Daya Bunuh Ulat Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis pada Tanaman Kubis Krop. Fakultas Pertanian. Universitas Tanjungpura. Pontianak Susilowati, Eka Yuni. 2005. Identifikasi Nikotin
dari Daun Tembakau Kering dan Uji Efektifitas Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Insektisida
Penggerek Batang Padi.
http://lib.unnes.ac.id/. Tanggal 20 Agustus 2014
Thamrin M. 2003. Pestisida Sintetik. Erlangga. Surabaya.
Ulyatu F, Surahman A dan Hilmiati N. 2007.
Laporan Akhir Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya
Lokal. BPTP NTB.
Fi3pdata.litbang.deptan.go.id/dokum en/one/120/.../Lap-inlok_07.pdf. Tanggal 20 Agustus 2014