• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek antidiare infusa kulit batang jambu mede (anarcardiae cortex) pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek antidiare infusa kulit batang jambu mede (anarcardiae cortex) pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal - USD Repository"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK ANTIDIARE INFUSA KULIT BATANG JAMBU MEDE

(Anarcardiae Cortex) PADA MENCIT PUTIH BETINA DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh :

Stefanus Dani Cahya Pamungkas

NIM : 058114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

EFEK ANTIDIARE INFUSA KULIT BATANG JAMBU MEDE

(Anarcardiae Cortex) PADA MENCIT PUTIH BETINA DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh :

Stefanus Dani Cahya Pamungkas

NIM : 058114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi

EFEK ANTIDIARE INFUSA KULIT BATANG JAMBU MEDE

(Anarcardiae Cortex) PADA MENCIT PUTIH BETINA DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

Yang diajukan oleh :

Stefanus Dani Cahya Pamungkas

NIM : 058114027

Skripsi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing

Drs. Mulyono, Apt.

(4)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)

”Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui”

(Yeremia 33:3)

”Ada tiga hal yang penting dalam kehidupan manusia: Yang pertama adalah berbuat baik. Yang kedua adalah berbuat baik. Dan yang ketiga adalah

berbuat baik” (Henry James)

”Seribu kata tidak akan meninggalkan kesan yang begitu dalam dibandinkan dengan satu perbuatan”

(Henrik Ibsen)

Kupersembahkan untuk : Bunda Maria.... Tuhanku dan Sahabatku..Tuhan Yesus Kristus.... Bapak dan Ibu sebagai tanda cinta dan baktiku.... Kakakku dan adikku.... dan semua orang yang telah memberikan goresan dalam hidupku....

(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efek

Antidiare Infusa Kulit Batang Jambu Mede (Anarcardiae Cortex) Pada Mencit Putih

Betina Dengan Metode Transit Intestinal”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma.

Naskah skripsi ini mengulas secara lengkap mengenai penelitian ”Efek

Antidiare Infusa Kulit Batang Jambu Mede (Anarcardiae Cortex) Pada Mencit Putih

Betina Dengan Metode Transit Intestinal”. Naskah skripsi ini terbagi dalam 5 bagian,

yaitu Bab I (Pengantar), Bab II (Penelaahan Pustaka), Bab III (Metode Penelitian), Bab

IV (Pembahasan), Bab V (Kesimpulan dan Saran).

Bab I (Pengantar) dalam naskah skripsi ini berisi tentang latar belakang

dilakukannya penelitian ini. Tentunya terdapat alasan mengapa penelitian ini dilakukan

dan apa dasar digunakannya bahan utama yaitu kulit batang jambu mede dalam

penelitian ini. Dalam latar belakang ini dijelaskan pula permasalahan, keaslian

penelitian, dan manfaat penelitian. Dengan adanya penjelasan tentang hal-hal di atas

hendaknya dapat menjadikan suatu gambaran yang jelas mengenai latar belakang

dilakukannya penelitian ini. Dalam Bab I ini juga dijelaskan tujuan penelitian yang

dapat menjawab apakah penelitian ini nantinya bisa berguna bagi orang lain disekitar

kita.

Bab II (Penelaahan Pustaka) dalam naskah penelitian ini berisi tentang

penjelasan secara menyeluruh mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian

ini yang diambil dari literatur-literatur baik dalam negeri maupun luar negeri untuk

mendukung penelitian ini. Penelaahan pustaka sangat diperlukan sebagai pondasi

(8)

dalam penelitian ini. Hal-hal yang dijelaskan dalam Bab II ini adalah mengenai diare,

antidiare, uraian tanaman, tanin, infusa, loperamide, metode uji. Dalam Bab II ini juga

dijelaskan tentang landasan teori dan hipotesis yang menjadi dasar dalam penarikan

kesimpulan penelitian.

Bab III (Metode Penelitian) dalam naskah skripsi ini menjelaskan tentang

jenis dan rancangan penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, bahan atau

materi penelitian, alat penelitian, tata cara penelitian, dan tata cara analisis hasil

penelitian. Penjelasan yang terdapat dalam Bab III ini menjadi sangat penting karena di

dalamnya berisi panduan dan penjelasan tentang bagaimana kita melakukan penelitian

ini secara baik dan benar, dan apa-apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian ini agar

penelitian ini dapat berjalan seperti apa yang kita harapkan.

Bab IV (Pembahasan) dalam naskah skripsi ini menjelaskan secara lengkap

mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Tiap bagian dalam pembahasan ini

menjelaskan secara lengkap, sistematis dan mendalam tentang hal apa saja yang

ditemui, pemecahan masalah dan analisisnya dalam proses pelaksanaan penelitian ini.

Harapannya adalah agar informasi tentang penelitian ini dapat dirangkum menjadi

sebuah informasi baru yang beguna bagi orang lain. Dalam Bab IV ini terbagi menjadi

5 bagian, yaitu determinasi tanaman, penetapan efek antidiare, penentuan kontrol

positif, negatif, dan marker; percobaan pendahuluan, dan pengujian efek antidiare.

Bab V (Kesimpulan dan Saran) berisi tentang hasil penelitian yang sudah

dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan dan juga menjelaskan tentang hal-hal yang

dapat dilakukan untuk memperkaya atau melengkapi informasi penelitian yang telah

dilakukan dengan melakukan modifikasi terhadap bagian-bagian dalam penelitian.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku pembimbing utama, inspirator dan dosen

penguji yang selalu memberikan masukan dan semangat hingga terselesainya

skripsi ini.

2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Seganap Dosen Fakultas Farmasi USD yang telah memberikan bimbingan yang

luar biasa selama ini.

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. sebagai pimpinan laboratorium Farmasi

yang telah memberikan izin dalam penggunaan fasilias laboratorium untuk

penelitian skripsi ini.

6. Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Kayat, Mas Yuono dan semua staf laboratorium

Farmasi yang telah banyak membantu dalam memberiakan berbagai kebutuhan

selama penelitian berlangsung.

7. Bapak (Antonius Sri Sadono) dan Ibu (Christina Purwanti) atas segala doa,

kasih sayang dan pendampingan yang tak pernah habis.

8. Mas Wawan dan adikku Agil dan Anti yang selalu mendukung dan

memberikan keceriaan dalam hidupku.

9. Kakakku Romo Sheko Swandi Marlindo, MB, Pr. yang selalu memberikan

dukungan dan bimbingan yang luar biasa.

(10)

10.Seluruh staf Campus Ministry, Romo Innugroho SJ., Fr.Beny Setiawan SJ.,

Mas Darto, Mbak Nita yang tak habis-habisnya selalu menyemangatiku.

11.Pendamping rohaniku Suster Inez, FCJ., yang selalu memberikan arahan,

bimbingan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Romo Sunu, SJ. atas segala bantuan dan masukannya.

13.Bapak Ir. Aris Dwiatmoko, M.Sc. yang telah membantuku dalam mengolah

data penelitian ini.

14.Teman seperjuanganku dalam penelitian ini Nixon, Inus dan Widdy yang telah

banyak membantu, menemani dan menyemangati selama penelitian dan

penulisan skripsi ini serta Lina, Aya dan Detta yang juga menjadi teman diskusi

dalam penulisan skripsi ini.

15.Teman-teman UKKA (Sinta, Erlin, Imel, Yoyok, Berto, Nixon, Inus, Made,

Sekar, Anni, Ana, Rini, Budi, dll) yang telah memberikan dukungan yang luar

biasa.

16.Teman-teman kosku (Wharton, Boy, Bayu, Anes, Chris, Paranso, Romi, Tomi,

Ari dan Wan) yang banyak mendukungku selama ini.

17.Saudara, sahabat dan teman-teman Jalinan Kasih Mahasiswa Katolik (JKMK)

yang selalu mengerti, mendukung dan menyemangati selama ini.

18.Saudara, sahabat dan teman-temanku Mudika Paroki Santo Mikael Gombong

yang tak habis-habisnya selalu menyemangatiku.

19.Frater-frater Projo Purwokerto dan teman-teman Forum Komunikasi

Mahasiswa/i Katolik Keuskupan Purwokerto (FKMKKP) yang selalu mengerti,

mendukung dan menyemangati selama ini.

20.Teman-teman redaksi majalah Tiramisu yang selalu mengerti, mendukung dan

menyemangati selama ini.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

22.Staf keamanan kampus III Paingan yang telah direpotkan selama penelitian ini.

23.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan yang maha kasih selalu menyertai dan memberikan rahmat yang

berlimpah dalam hidup mereka.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Namun

demikian, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi

masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 Mei 2008

Penulis

(12)

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

INTISARI

Telah dilakukan penelitian mengenai efek antidiare kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex) yang didasarkan pada kandungan zat kimia dari kulit batang jambu mede tersebut. Diketahui bahwa kulit batang jambu mede mengandung tanin, asam galat dan gingkol katekin. Efek antidiare kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex) ini diduga akibat kandungan tanin didalamnya. Tanin berkhasiat sebagai astringent, dalam hal antidiare, tanin dapat menyebabkan selaput lendir usus membentuk lapisan, sehingga dapat menciutkan selaput lendir usus tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap pola searah menggunakan mencit putih betina berumur 2-3 bulan, berat 20-25 gram. Pada penelitian ini digunakan metode transit intestinal. Pada proses penelitian digunakan 60 ekor mencit yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan tiga kelompok uji dengan tiga peringkat dosis berturut-turut 0,0025 gram/kg BB; 0,005 gram/kg BB; 0,01 gram/kg BB. Bahan uji yang berupa kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex) dibuat dalam sediaan infusa, diberikan dengan volume 0,2 ml tiap 20 gram BB mencit. Setelah 45 menit, hewan uji diberi larutan marker karbo adsorben sebanyak 0,2 ml/20 gram BB mencit secara oral. Setelah 20 menit, mencit dikorbankan kemudian diambil ususnya. Diukur panjang usus yang dilalui marker karbo adsorben (X) dan panjang usus seluruhnya (Y). Besarnya efek antidiare adalah nilai rasio antara X dan Y. Data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan statistik dengan metode Anova dan dilanjutkan dengan uji post hoc.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit batang jambu mete memiliki efek antidiare. Efek antidiare infusa kulit batang jambu mete dosis 0,0025 g/kg BB yaitu 0,4097; dosis 0,005 g/kg BB yaitu 0,3407 dan dosis 0,01 g/kg BB yaitu 0,2616.

Kata kunci : Anarcardiae Cortex, tanin, metode transit intestinal, infusa kulit batang jambu mete, anova.

(14)

ABSTRACT

A research had been conducted about the Antidiarrhea Effect of Anarcardiae Cortex based on the contain of chemical substance in Anarcardiae Cortex. Anarcardiae Cortex had been known containing tannin, galat acit and gingcol cathechin. The tanin content inside in Anarcardiae Cortex caused the Antidiarrhea effect of Anarcardiae Cortex itself. Tannin is beneficial as astringent. In antidiarrhea context tannin can construct a layer on mucus membrane of intestine. Therefore tannin can reduce that mucus membrane of intestine.

This study is an experimental research with the one way complete randomized design use white female mice, aged 2-3 month, weight 20-25 gram. This research was using intestinal transit method. In the process of the research was using 60 mice randomly devided into 6 groups – negative control group, positive group and three test group – with three phase dose of 0,0025 g/kg BW; 0,005 g/kg BW; 0,01 g/kg BW. The experimental material which was contained Anarcardiae Cortex and was made in infuses form, was given in volume 0,2 ml per 20 gram BW mice. After 45 minutes, the experimental mice were given 0,2 ml/20 gram BW mice of carbo adsorben marker solution orally. After 20 minutes, mice were terminated and then the intestine were bringing out through the surgery. The karbo adsorben marker solution trace (X) within the intestine and the total of intestine length (Y) were measured. The antidiarrhea effect was comparison ratio of X and Y values. The data obtained was analyzed statistically using Anova method and the computation using Post Hoc test.

The result data showed that Anarcardiae Cortex has the antidiarrhea effect. The dose of infusa Anarcardiae Cortex 0,0025 g/kg BW has 0,4097 antidiarrhea effect, in the 0,005 g/kg BW the effect was 0,3407 and at the dose of 0,01 g/kg BW the antidiarrhea effect was 0,2616.

Key word: Anarcardiae Cortex, tannin, intestinal transit method, infuses of Anarcardiae Cortex, Anova.

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PRAKATA... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... xi

INTISARI... xii

ABSTRACT... xiii

DAFTAR ISI... xiv

DARTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xxi

BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang... 1

1. Permasalahan... 3

2. Keaslian penelitian... 3

3. Manfaat penelitian... 7

a. Manfaat teoritis... 7

b. Manfaat praktis... 7

B. Tujuan Penelitian... 7

(16)

1. Tujuan umum... 7

2. Tujuan khusus... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Diare... 8

1. Pengertian... 8

2. Penyebab... 8

3. Gejala... 10

4. Patofisiologis... 11

B. Antidiare... 11

C. Uraian Tanaman... 14

1. Sistematika tanaman... 14

2. Morfologi... 14

3. Kulit jambu mete... 15

4. Kandungan dan kegunaan... 16

5. Nama daerah... 16

D. Tanin... 17

1. Kimia dan penyebaran... 17

2. Efek farmakologis dalam tubuh... 20

3. Mekanisme aksi tanin... 20

4. Efek samping dan toksikologi... 21

E. Infusa... 22

F. Loperamide Hydroclorida... 22

1. Kimia... 23

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

2. Farmakologi... 23

3. Penggunaan... 24

G. CMC Na... 25

H. Metode Uji... 25

1. Metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini... 25

2. Metode transit intestinal... 25

I. Landasan Teori... 26

J. Hipotesis... 26

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 27

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 27

1. Variabel penelitian... 27

2. Definisi operasional... 30

C. Bahan atau Materi Penelitian... 31

1. Bahan utama... 31

2. Bahan kimia... 31

D. Alat atau Instrumen... 32

E. Tata Cara Penelitian... 32

1. Pengumpulan bahan... 32

2. Penentuan metode uji... 33

3. Percobaan pendahuluan... 33

4. Penentuan efek antidiare... 38

5. Perhitungan efek antidiare... 39

(18)

6. Seleksi hewan uji... 40

7. Perlakuan terhadap hewan percobaan... 40

8. Skema kerja... 42

F. Tata Cara Analisis Hasil... 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman……… 44

B. Penetapan Efek Antidiare………..…………. 44

C. Penentuan Kontrol Positif, Negatif dan Marker………. 45

1. Kontrol positif………. 45

2. Kontrol negatif……… 46

3. Marker………. 47

D. Percobaan Pendahuluan……….. 47

E. Pengujian Efek Antidiare……….. 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 65

B. Saran………. 65

DAFTAR PUSTAKA………... 67

LAMPIRAN………. 10

BIOGRAFI………... 94

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Hasil percobaan pendahuluan kelompok kontrol

negatif, kontrol positif dan dosis infusa kulit batang

jambu mede dengan metode transit

intestinal……… 49

Tabel II. Rata-rata rasio efek antidiare kelompok kontrol

negatif, kelompok kontrol positif, kelompok CMC Na

1% dan kelompok perlakuan dengan metode transit

intestinal……….... 55

Tabel III. Hasil uji normalitas antar kelompok perlakuan

dengan menggunakan Kolmogorov Smirinov……….. 59

Tabel IV. Hasil uji varians antar kelompok perlakuan………….. 60

Tabel V. Hasil anova satu arah efek antidiare infusa kulit

batang jambu mede antar kelompok perlakuan……… 60

Tabel VI. Rangkuman hasil uji pos hoc (tukey) efek antidiare

infusa kulit batang jambu mete………. 62

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan rekomendasi pengobatan diare akut... 13

Gambar 2. Struktur kimia tanin yang dapat terhidrolisis (Geraniin) dan penyusunnya, Asam Heksahidroksidifenil dan Asam Galat... 18

Gambar 3. Struktur kimia tanin terkondensasi (Prosianidin B-2) dan penyusunnya, Katekin dan Epikatekin... 19

Gambar 4. Siklus tanin dalam saluran pencenaan... 20

Gambar 5. Perhitungan rasio marker karbo adsorben... 39

Gambar 6. Skema kerja kelompok kontrol dan kelompok uji... 42

Gambar 7. Diagram batang rata-rata efek antidiare... 56

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Penimbangan bahan... 70

Lampiran 2. Foto pohon Jambu Mete yang sudah diambil

kulitnya (Anacardium occidentale L)... 71

Lampiran 3. Foto serbuk kulit batang jambu mete (Anarcardiae

Cortex)... 72

Lampiran 4. Data hasil penelitian pada kelompok kontrol negatif

(NaCl fisiologik 0,9%)... 73

Lampiran 5. Data hasil penelitian pada kelompok kontrol positif

(Loperamide HCl dosis 7,28 x 10-6g/kgBB)... 74

Lampiran 6. Data hasil penelitian pada kelompok CMC Na 1%... 75

Lampiran 7. Data hasil penelitian pada kelompok perlakuan I

(infusa kulit batang jambu mete dosis 0,0025 g/kg

BB)... 76

Lampiran 8. Data hasil penelitian pada kelompok perlakuan II

(infusa kulit batang jambu mete dosis 0,005 g/kg

BB)... 77

Lampiran 9. Data hasil penelitian pada kelompok perlakuan II

(infusa kulit batang jambu mete dosis 0,01 g/kg

BB)... 78

(22)

Lampiran 10. Foto usus hasil perlakuan dengan kontrol negatif

(NaCl fisiologik 0,9%)... 79

Lampiran 11. Foto usus hasil perlakuan dengan kontrol positif

(dosis Loperamide HCl 7,28 x 10-6g/kg BB)... 80

Lampiran 12. Foto usus hasil perlakuan dengan CMC Na 1%... 81

Lampiran 13. Foto usus hasil perlakuan dengan dosis I infusa kulit

batang jambu mete (dosis 0,0025 g/kg BB)... 82

Lampiran 14. Foto usus hasil perlakuan dengan dosis II infusa

kulit batang jambu mete (dosis 0,005 g/kg BB)... 83

Lampiran 15. Foto usus hasil perlakuan dengan dosis III infusa

kulit batang jambu mete (dosis 0,01 g/kg BB)... 84

Lampiran 16. Analisis Statistik menggunakan SPSS ... 85

Lampiran 17. Histogram efek antidiare kelompok kontrol

negatif... 88

Lampiran 18. Histogram efek antidiare kelompok kontrol

positif... 89

Lampiran 19. Histogram CMC Na 1%... 90

Lampiran 17. Histogram efek antidiare kelompok perlakuan

infusa kulit batang jambu mete dosis I... 91

Lampiran 18. Hisrogram efek antidiare kelompok perlakuan

infusa kulit batang jambu mete dosis II... 92

Lampiran 19. Histogram efek antidiare kelompok perlakuan

infusa kulit batang jambu mete dosis III... 93

xxi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat

Indonesia sejak dulu, diantaranya adalah infeksi usus (diare). Diare adalah suatu

gejala klinis dari gangguan pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya

frekuensi defekasi lebih dari biasanya dan berulang-ulang yang disertai adanya

perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi lembek atau cair (Ajizah, 2004).

Diare juga bisa dikatakan suatu keadaan buang-buang air dengan banyak cairan

(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan

lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Penyakit diare merupakan salah satu penyebab

utama kematian dan kesakitan pada massa kanak-kanak di Negara berkembang.

Menurut catatan, setiap tahun terjadi kematian akibat diare sekurang-kurangnya

pada 135.000 anak balita dan 40.000 kematian dari kelompok umur diatas lima

tahun, termasuk dewasa (Anonim, 2002). Statistik menunjukkan bahwa setiap

tahun diare menyerang 50 juta penduduk indonesia, dan 2/3 dari penduduk adalah

balita dengan korban meninggal 600.000 jiwa (Widjaja, 2002). WHO mencatat,

diare menyebabkan 1 dari 5 kematian balita di negara berkembang, termasuk

Indonesia. UNICEF memperkirakan, setiap 30 detik ada satu anak meninggal

karena diare (Anonim, 2009).

Diare yang tak berkesudahan bisa menyebabkan penderita kehilangan

cairan dan elektrolit dalam tubuh. Akibatnya, terjadi dehidrasi, bahkan shock

(24)

2

(tidak sadarkan diri) bila penurunan bobot badannya lebih dari 15% (Anonim,

2002). Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium

(hipokalemia) dan adakalanya asidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang

berakhir dengan shock dan kematian. Sehingga pada penderita diare memerlukan

terapi pengganti dengan cairan dan elektrolit serta kalori, obat antibakteri atau

antiamuba tergantung penyebab diare, maupun obat-obat lain yang bekerja

memperlambat peristaltik usus, menghilangkan spasme dan nyeri, atau

menenangkan (Anonim, 1991).

Pengobatan diare lazimnya secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu;

pengobatan simtomatik dan kausatif. Pada pengobatan simtomatik daya kerja obat

adalah mengurangi peristaltik langsung ke usus atau memproteksi, menciutkan

lapisan permukaan usus (adstringensia), dan zat-zat yang dapat menyerap racun

yang dihasilkan bakteri (adsorben), sedangkan secara kausatif, bakteri dimasikan

dengan zat antibakteri (Winarno,1996).

Bahan alam yang mempunyai kemampuan sebagai adstringensia adalah

tanin. Tanin terdapat luas dalam tanaman berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987). Salah satu tanaman yang

mengandung tanin adalah jambu mede (Anacardium occidentale L.), pada

tanaman ini kandungan tanin terdapat pada bagian kulit batang. Kulit batang

jambu mede (Anarcardiae Cortex) mengandung tanin, asam galat dan gingkol

katekin (Anonim, 1989). Sehingga kulit batang jambu mede dimungkinkan

mempunyai kemampuan sebagai adstringensia akibat kandungan tanin

didalamnya. Dalam hal antidiare, tanin dapat menyebabkan selaput lendir usus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

membentuk lapisan, sehingga dapat menciutkan selaput lendir usus tersebut (Desi,

2005). Tanin juga mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang

menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang

(Ajizah, 2004).

1. Permasalahan

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang timbul

dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah infusa kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex)

mempunyai efek antidiare pada mencit putih betina dengan metode

transit intestinal?

b. Seberapa besar efek antidiare yang dimiliki infusa kulit batang jambu

mede?

Penelitian ini dibatasi hanya dalam lingkup untuk mengetahui apakah

infusa kulit batang jambu mede mempunyai efek sebagai antidiare dan seberapa

besar efek antidiare yang dimiliki pada tiap dosis yang digunakan.

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian tentang jambu mede (Anacardium occidentale L.)

digunakan sebagai pendukung penelitian uji efek infusa kulit batang jambu mede

(Anarcardiae Cortex) sebagai antidiare. Sampai saat ini belum ada penelitian

(26)

4

Penelitian-penelitian mengenai jambu mede yang telah dilakukan sebelumnya

antara lain :

a. Efek analgesik sari alkohol dan sari kloroform daun muda jambu mede pada mencit putih (Anonim, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgetik sari

alkohol dan sari kloroform serbuk kering daun muda jambu mede

terhadap nyeri yang ditimbulkan oleh asam asetat 1,96% pada mencit

putih dan membandingkan kekuatan efek analgetik kedua sari tersebut.

b. Pemeriksaan kandungan kulit batang jambu mede (Anacardium occidental Linn.,Anacardiaceae) varietas berbuah kuning dan merah (Anonim, 1995b).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kulit

batang jambu mede varietas berbuah kuning dan merah yang dilakukan

secara fitokimia. Hasil dari penapisan kimia ini menunjukkan adanya

senyawa sterioid/triterfenoid, flavonoid, saponin dan tanin. Secara KLT

dan spektrofotometri UV ekstrak kloroform menunjukan adanya asam

anakardat. Uji spektrofotodensitometri kuantitatif menunjukan

kandungan asam anakardat pada kulit batang berbuah kuning lebih tinggi

dari pada buah merah.

c. Pengujian efek antiinflamasi infus daun jambu mede (Anacardium occidental Linn) terhadap udem yang ditimbulkan dengan karagenin pada telapak kaki tikus putih (Anonim, 1996).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah infus daun

mede secara oral dapat menghambat udem. Secara empirik daun jambu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

mede digunakan untuk pengobatan radang gusi. sariawan dan rematik.

Penelilian dilakuakan menggunakan metode Winter dkk. yang telah

dimodifikasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa daya antiinflamasi daun jambu mede jauh lebih kecil dari Na

diklorofenak

d. Pemeriksaan efek analgetik daun jambu mede (Anacardium occidentale Linn), pada sukarelawan sehat (Anonim, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgetik dari daun

jambu mede pada manusia. Pada penelitian ini bahan uji dibuat dalam

sediaan infus dan diujikan pada sukarelawan sehat menggunakan metode

randomized single blind crossover design. Sebagai pembanding dalam

penelitian ini digunakan parasetamol. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa infusa daun muda jambu mede muda menunjukkan adanya efek

analgetik

e. Uji efek hipoglikemik fraksi fraksi yang mengandung flavonoid dan daun jambu mede (Anacardium occidental, L,) (Anonim, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hipoglikemik

dan kandungan kimia dari daun jambu mede (Anacardium occidentals).

Hasil uji tanpa toleransi glukosa pada kelinci, menunjukkan bahwa air

rebusan daun jambu mede tidak menunjukkan efek hipoglikemik. Pada

uji dengan toleransi glukosa, air rebusan daun jambu mede menunjukkan

(28)

6

toleransi glukosa tidak menunjukkan hipoglikemik, tetapi ekstrak

metanol serta fraksi eter dan etil asetat dari ekstrak metanol

menunjukkan efek hipoglikemik. Hasil uji dengan pereaksi kimia

menunjukkan bahwa dalam air rebusan daun, ekstrak metanol, fraksi eter

dan etil asetat dari ekstrak metanol mengandung senyawa flavonoid.

Dari fraksi eter dan etil asetat ekstrak metanol dapat diisolasi

senyawa-senyawa, yang dengan pengamatan spectra ultralembayung

menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah flavonoid.

f. Pemeriksaan efek analgesik hasil penyarian ekstrak metanol daun jambu mede (Anacardium occidentale Linn.) pada mencit putih (Anonim, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat efek

analgesik yang ditimbulkan oleh hasil penyarian daun jambu mede

menggunakan ekstrak etil asetat, ekstrak n-butanol, ekstrak air dan

residu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak air dan residu tidak

mempunyai efek analgesik. Ekstrak n-butanol dan ekstrak etil asetat

mempunyai efek analgesik. Ekstrak n-butanol dan ekstrak etil asetat

tersebut memiliki efek analgesik yang tidak berbeda bermakna dengan

asetosal pada mencit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

3. Manfaat penelitian

Dengan adanya penelitin mengenai efek antidiare infusa kulit batang

jambu mede (Anarcardiae Cortex) ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai

berikut :

a. Manfaat praktis : memberikan informasi tentang kulit batang jambu

mede (Anarcardiae Cortex) sebagai alternatif pengobatan terhadap

diare.

b. Manfaat teoritis : untuk melengkapi teori yang sudah ada mengenai

obat tradisional khususnya tentang tanaman jambu mede

(Anacardium occidentale L).

B. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang infusa kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex)

ini memiliki tujuan seperti di bawah ini :

1. Tujuan umum.

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuktikan

khasiat kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex) sebagai antidiare secara

pra klinis.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui

seberapa besar efek antidiare dari infusa kulit batang jambu mede (Anarcardiae

(30)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diare 1. Pengertian

Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir

terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu

serius (Sugiyanto, 1997). Ada beberapa definisi diare, antara lain diare adalah

suatu gejala klinis dan gangguan saluran pencernaan (usus) yang ditandai dengan

bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (berulang-ulang), disertai

adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari feses menjadi lembek atau cair

(Winarno dan Sundari, 1996). Mutschler (1986) menyatakan bahwa diare adalah

pengeluaran feses cair seperti bubur berulang kali (lebih dari tiga kali sehari).

Definisi lain menyatakan bahwa diare merupakan gejala infeksi saluran

pencernaan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih

dari biasanya, disertai perubahan bentuk dan konsistensi feses (Anonim, 2002).

2. Penyebab

Diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga perlintasan

chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat

meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir

menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus

akibat terganggunya resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung

pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa

hormon, yaitu resorpsi oleh enkafalin, sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin

dan neurohormon VIP (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya resorbsi melebihi

sekresi, tetapi karena suatu sebab sekresi menjadi lebih besar dari pada resorbsi,

maka terjadilah diare. Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan sekresi,

dengan diare sebagai gejala utama, sering kali terjadi pada gastroenteritis (radang

lambung-usus) yang disebabkan oleh kuman dan toksinnya. Penyebab diare

lainnya adalah alergi terhadap makanan atau minuman, gangguan gizi dan

kekurangan enzim tertentu. Begitu pula pengaruh psikis seperti keadaan terkejut

dan ketakutan (Tjay & Rahardja, 2002).

Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan

parasit. Bakteri yang menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus

cereus, Camphylobacter jejuni, Clostridium difficile, Clostridium perfringens,

Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Staphilococcus aurus, Vibrio

cholera, Vibrio parahaemolyticus. Jenis virus yang menyebabkan diare antara lain

Adnovirus, Rotavirus, virus Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus,

Minirotavirus, dan virus bulat kecil (Firdaus, 1997). Jenis parasit penyebab diare

adalah Balantidium coli, Capillaria philippinensis, Cryptosporodium, Entamoeba

hystolitica, Giardia lamblia, Isospora billi, Fasiolopis Sarcocystis suihominis

(Sugiyanto, 1997).

Diare karena faktor malabsorbsi dapat dikategorikan menjadi dua hal,

(32)

10

a. Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekatan terhadap laktoglobusis dalam

susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak

terganggu.

b. Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida,

dengan bantuan lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap

diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare

dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah

tinja mengandung lemak. Diare yang dilihat dari faktor makanan, diketahui

bahwa makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.

Faktor psikologis yang menyebabkan diare adalah rasa cemas, takut, dan

tegang, dan jika hal ini terjadi pada anak, dapat menyebabkan diare kronis

(Widjaja, 2002).

3. Gejala

Menurut Widjaja (2002), gejala-gejala klinis yang timbul apabila

penderita terkena diare adalah :

a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat,

dan nafsu makan berkurang.

b. Tinja makin encer, mengandung darah/lendir, warna tinja berubah

menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu.

c. Anusnya lecet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

d. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.

e. Muntah sebelum atau sesudah diare.

f. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

g. Dehidrasi (kekurangan cairan). Bila terjadi dehidrasi timbul rasa

haus, clastisitas (turgir san tonus) kulit menurun, bibir dan mulut

kering, mata cowong, air mata tidak keluar, tekanan darah rendah.

4. Patofisiologis

Ada empat mekanisme patofisiologis gangguan elektrolit pada diare.

Keempat mekanisme yang merupakan dasar diagnosis dan terapi antara lain:

perubahan aktivitas transport ion oleh penurunan absorpsi natrium atau

peningkatan sekresi klorida, perubahan motilitas intestinal, perubahan osmolaritas

usus, dan peningkatan tekanan hidrostatik otot polos. Dalam klinik, mekanisme

tersebut dapat dihubungkan dengan jenis diare yakni sekretori, osmotik, eksudatif,

dan perubahan transit usus (DiPirro dan Longe, 2000).

B. Antidiare

Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada hakikatnya sembuh

dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel epitel mukosa yang

rusak diganti oleh sel-sel baru. Maka, pada dasarnya tidak perlu diberikan obat,

hanya bila mencretnya hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya,

misalnya asam samak (tannalbin), aluminiumhidroksida, dan carbo adsorbens

(34)

12

tidak begitu layak untuk digunakan karena pada waktu diare pergerakan usus

sudah banyak berkurang, lagi pula virus dan toksin perlu dikeluarkan secepat

mungkin dari dalam tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002). Antidiare diberikan untuk

mengurangi peristaltik, spasme usus, menahan iritasi, absorbsi racun dan sering

terpadu dengan anti-mikroba. Pada kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah

besar perlu diberi substitusi secara parenteral (Mutschler, 1986).

Kelompok obat yang sering kali digunakan pada terapi diare adalah :

1. Kemoterapeutik untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab

diare. Contohnya antibiotika, sulfonamide, kinolon, dan furazolidon.

2. Obstipansia untuk terapi simptomatik, yang dapat menghentikan diare dengan

beberapa cara :

a. Zat-zat penekan peristaltik. Zat-zat ini memberikan lebih banyak waktu

untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contohnya adalah

candu dan alkaloidnya, turunan petidin (defenoksilat dan loperamida) dan

antikolinergik (atropine, ekstrak belladonna).

b. Adstrigensia, yang menciutkan selaput lendir usus. Misalnya asam samak

(tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.

c. Absorbensia, misalnya karbo adsorben yang pada permukaannya dapat

menyerap (adsorpsi) zat-zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri

atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk juga

zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan

suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

terdapat antara lain dalam buah apel), garam-garam bismuth dan

aluminium

3. Spasmolitika, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang

seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan

oksifenonium (Tjay dan Rahardja, 2002).

Longe dan Di Piro (2005) memberikan bagan rekomendasi untuk

pengobatan diare akut, seperti pada gambar berikut:

Diare

Anamnesis & Diagnosis

Diare Akut Diare kronik (< 3 hari) (>14 hari)

Tidak ada demam Demam atau gejala atau gejala sistemik sistemik

Pemeriksaan feses untuk mengetahui causa diare

Negatif Positif

Gunakan terapi Gunakan antibiotik simptomatik yang cocok dan

terapi simptomatik Gunakan terapi simptomatik,

meliputi :

a. Penggantian cairan dan elektrolit b. Loperamide, difenoksilat atau adsorben c. Diet

(36)

14

C. Uraian Tanaman

Beberapa informasi dari literatur yang didapatkan mengenai tanaman

jambu mede (Anacardium occidentale L.). antara lain membahas tentang :

1. Sistematika tanaman

Tanaman jambu mede (Anacardium occidentale L.) memiliki urut-urutan

determinasi sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dyicotyledonae

Bangsa : Anacardiules

Suku : Anacardiaceae

Marga : Anacardium

Jenis : Anacardium occidentale

(Van Steenis, 1992).

2. Morfologi

Pohon, yang berbatang bengkok, bercabang dekat tanah; tinggi 8-12 m;

mengandung lem. Ranting hanya berdaun pada ujungnya. Daun bertangkai, bulat

telur terbalik, kebanyakan dengan pangkal runcing dan ujung membulat, melikuk

ke dalam, gundul, 8-22 kali 5-13 cm. Bungan berumah satu, berkelamin

campuran. Malai berbentuk malai rata, lebar 15-25 cm, berambut. Daun pelindung

bulat telur memanjang lebar, meruncing, panjang 0,5-1 cm. Anak tangkai bunga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

2-5 mm. Kelopak berambut, tinggi 4-5 mm. Daun mahkota runcing, berambut,

putih, segara berganti warna merah. Panjang lk 1 cm, tonjolan dasar bunga sangat

kecil. Bunga jantan; tangkai sari panjang 1 cm; staminodia terkurung dalam

mahkota; putik rudimenter, terkurung dalam tabung benang sari. Bunga betina:

benang sari panjang lk 6 mm; staminodia 2-4 mm; bakal buah oval lebar. Tangkai

buah bentuk buah pir sampai bentuk jantung terbalik, kuning, kadang-kadang

bernoda merah, panjang 4-7,5 cm. Buah coklat tua, tinggi lk 3 cm (Van Steenis,

1992).

3. Kulit jambu mede

Pemerian. Bau lemah; rasa kelat dan lama-lama menimbulkan rasa tebal

di lidah.

Makroskopik. Potongan kulit melengkung atau menggulung membujur

pada kedua sisi, bentuk pipa, kadang-kadang agak pipih, tebal kulit 2 mm sampai

3 mm; lapisan gabus, warna kelabu kecoklatan mudah mengelupas, permukaan

luar kulit tanpa gabus berwarna kecoklatan, permukaan dalam berwarna coklat

muda dengan garis-garis halus membujur. Kulit agak sukar dipatahkan, agak liat,

bekas patahan berserabut berwarna coklat muda (Anonim, 1989).

Mikroskopik. Pada penampang melintang tampak lapisan gabus terdiri

dari beberapa lapis sel gabus, dinding mengandung suberin. Kambium gabus

terdiri dari sel berdinding tipis, jaringan sel batu terentang tangensial dinding

tebal, berlignin, bentuk sel parenkim korteks berisi bulir pati dan hablur kalsium

(38)

16

dinding tebal mempunyai saluran noktah, kelompok parenkim bernoktah, dinding

agak tipis, noktah nyata; dinding berlignin; kelompok serabut; jari-jari empulur

terdiri dari satu lapis sel; isi butir pati (Anonim, 1989).

Serbuk berwarna coklat muda. Fragmen pengenal adalah sel gabus

bentuk poligonal, dinding tebal berlapis-lapis; parenkim korteks dengan hablur

kalsium oksalat dan butir pati; sel batu dengan dinding tebal, saluran noktah jelas,

parenkim bernoktah, dinding agak tebal, lumen lebar, mengandung lignin; serabut

panjang, dinding tebal, lumen sempit; sel sekresi berupa massa berwarna coklat

(Anonim, 1989).

4. Kandungan dan kegunaan

Kulit batang jambu mede mengandung zat samak, asam galat, gingkol

katekin. Kegunaan dari kulit batang jambu mede ini adalah sebagai adstringen

(Anonim, 1989).

5. Nama daerah

Anacardium occidentale L., mempunyai nama yang berbeda-beda di

beberapa daerah. Berikut ini adalah nama Anacardium occidentale L., yang

dikenal di beberapa daerah di indonesia:

Sumatera : Jambu erang, jambu monyet, gaju.

Jawa : Jambu mede, jambu siki, jambu mete, jhambhu monyet.

Kalimantan : Jambu dipa, jambu gajus, jambu monyet, jambu parang, jambu

sempal, jambu seran, janggus, gajus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

Nusatenggara : Buwah monyet, jambu jipang, jambu dwipa, nyambu monyet,

nyambu nyebet.

Maluku : Kanoke, masapana, buwa yakis, buwa jaki ( Anonim, 1989).

D. Tanin 1. Kimia dan penyebaran

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi

dengan proteina membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam

industri tanin, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu

mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena

kemampuannya menyambungsilang proteina (Harborne, 1987).

Secara fitokimia, tanin dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan

utama yaitu tanin yang dapat terhidrolisis dan tanin terkondensasi (prosianidin

atau proantosianidin). Tanin yang dapat terhidrolisis biasanya terdiri dari sebuah

molekul inti glukosa yang terikat dengan molekul-molekul asam gallik (gallitanin)

atau asam heksahidroksidifenil (ellagitanin). Tanin terkondensasi adalah polimer

flavan dimana tidak mudah terhidrolisa. Biasanya terdiri dari molekul-molekul

katekin dan epikatekin yang tergabung karena adanya ikatan karbon-karbon (Mills

(40)

18 OH OH HO COOH Asam Galat Asam Heksahidroksidifenil OH HO HO OH COOH OH OH HOOC OH HO HO CO HO OH OH OC O O

H2C

O O O O CO OC CO OH OH OH OH OH O HO H OH OH O Geranin

Gambar 2. Struktur kimia tanin yang dapat terhidrolisis (Geraniin) dan

penyusunnya, Asam Heksahidroksidifenil dan Asam Galat (Mills and Kerry,

2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

Katekin HO OH O H OH OH OH HO OH O OH H OH OH Epikatekin HO OH O OH HO OH O OH OH OH OH OH

Prosianidin B-2

(42)

20

2. Efek farmakologis dalam tubuh

Beberapa kemungkinan efek farmakologis yang ditimbulkan oleh tanin

pada saat melewati saluran pencernaan.

Astringent, Antiinflamasi, Antimikroba, Antidiare, Antioksidan, Hipokolesterolamik Antiuramik Astringent, Antiinflamasi, Antimikroba, Antidiare, Antioksidan Kompleks tanin-protein,

Tanin, Produk dekomposisi tanin terhidrolisis Astringent, Antiinflamsi, Antimikrobia, Haemostasis, Antasid Astringent, Antiinflamasi, Antimikrobia

Kompleks tanin-protein, Tanin, Produk tanin terdekomposisi

Tanin, Kompleks tanin-protein Tanin Rongga mulut Perut Usus halus Usus besar

Tempat Kandungan Kimia Efek

Gambar 4. Siklus tanin dalam saluran pencernaan (Mills and Kerry, 2000).

3. Mekanisme aksi tanin

Tanin mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang

menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang.

Akan tetapi, efek spasmolitik ini juga mungkin dapat mengkerutkan dinding sel

atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat

terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga

pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah,2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

Ketika tanin kontak dengan membran mukosa, tanin akan bereaksi

dengan protein pada mukus dan sel-sel epitel dari mukosa membentuk ikatan

silang. Akibatnya mukosa menjadi lebih rapat dan kurang permeable, proses ini di

kenal dengan adstringensia. Adstringensia mampu meningkatkan proteksi

membran terhadap mikroorganisme dan zat-zat iritan (Mills and Kerry, 2000).

Tanin berkhasiat sebagai astringent, dalam hal antidiare, tanin dapat

menyebabkan selaput lendir usus membentuk lapisan, sehingga dapat menciutkan

selaput lendir usus tersebut (Desi, 2005). Selain itu tanin juga mempunyai daya

antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai

efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain

melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau

inaktivasi fungsi materi genetik. Penghambatan pertumbuhan bakteri Salmonella

typhimurium diduga juga disebabkan oleh mekanisme ini (Masduki,1996).

4. Efek samping dan toksikologi

Reaksi samping dari tanin akan muncul hanya ketika tanin dipergunakan

dalam jumlah yang signifikan dalam dosis tinggi. Tanin dengan dosis tinggi akan

meningkatkan sifat astringentnya pada membran mukosa yang mengalami iritasi

sehingga kekakuan dari membran mukosa akan semakin meningkat. Penambahan

asam tanin, tanin yang dapat terhidrolisis pada larutan barium sulfat dapat

menyebabkan terjadinya hepatotoksik akut. Tanin juga mempunyai sifat

(44)

22

E. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan

air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang

umumnya digunakan untuk menyari kandungan zat aktif dari bahan nabati.

Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah

tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara

ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Cara ini sangat sederhana dan sering

digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini

sering digunakan untuk membuat ekstrak (Anonim, 1986).

Pembuatan infusa sebagai berikut: Campur simplisia dengan derajat

halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air

selama 15 menit terhitung dari suhu 90°C sambil seksli-sekali diaduk. Serkai

selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas

hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki (Anonim, 1995).

F. Loperamide Hydrochlorida

Loperamide (Imodium) merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol,

suatu antipsikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi

tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan. Lagi

pula zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel

mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke

keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan lebih

lama. Efek sampingnya sama tetapi praktis tidak timbul (Tjay & Rahardja, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

1. Kimia

Loperamide adalah senyawa yang berbentuk serbuk, warna putih sampai

agak kuning; melebur pada suhu lebih kurang 225°C disertai peruraian (Dollery,

1991).

Nama kimia : 4-(p-klorofenil)-4-hidroksi-N, N-dimetil-α, α

-difenil-1-piperidina butiramida monohidroklorida.

Rumus kimia : C29H33ClN2O2.HCl

Bobot molekul : 513,51 (Anonim, 1995).

PKa : 8,7

Koefisien partisi : tinggi

Kelarutan : mudah larut dalam methanol, dalam isopropyl alkohol dan

dalam kloroform; sukar larut dalam air dan asam encer

(Anonim, 1995). Kelarutan dalam alkohol 1 : 10; kelarutan

dalam air 1 : 50000 (Dollery, 1991).

2. Farmakologi

Loperamide mencegah kemampuan peristaltik oleh otot pada saluran

pencernaan dengan interaksi kolinergik maupun non kolinergik dari tanggapan

mekaniseme saraf untuk menunjukkan gerakan peristaltik secara refleks.

Loperamide menekan reseptor opiat pada dinding usus, mengurangi gerakan

peristaltik dan menambah kemampuan menahan pada saluran pengeluaran.

Loperamide menunjukkan kemampuan mencegah sekresi cairan dan elektrolit

(46)

24

3. Penggunaan

a. Diare akut.

Pada penderita dewasa, Loperamide HCl diberikan dengan dosis awal

4 mg, diikuti 2 mg setiap setelah buang air besar, sampai paling lama 5 hari.

Dosis harian yang diperbolehkan adalah 6-8 mg/hari sampai maksimal 16

mg/hari (Dollery, 1991).

Untuk anak-anak berusia 9-12 tahun, dosis yang digunakan 2 mg

setiap 4 jam sekali sampai diare dapat diatasi, paling lama 3 hari. Sedangkan

untuk anak-anak berusia 2-5 tahun, dosis awalnya adalah 1 mg dilanjutkan 1

mg setiap setelah buang air besar dengan dosis maksimal 3 mg. Namun

sebenarnya Loperamide HCl tidak direkomendasikan untuk penderita dibawah

4 tahun (Dollery, 1991).

b. Diare kronik.

Untuk kontrol pada diare kronik yang dialami oleh orang dewasa,

pasien dapat diberikan dosis yang sesuai sehingga data berbeda untuk setiap

kondisi pasien. Dosis awal yang diberikan antara 4 mg dan 8 mg per hari,

diamati respon yang terlihat kemudian bila perlu dosis dapat diatur sampai

maksimal 16 mg per hari (Dollery, 1991).

Pada penelitian ini digunakan obat X yang mengandung Loperamide

HCl untuk digunakan sebagai pembanding atau kontrol positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

G. CMC Na (Carboxy Methyl Cellulosum Natrium)

Karboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari

polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak

lebih dari 9,5%, natrium (Na) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: Serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik ( Anonim, 1995).

H. Metode Uji

Pada penelitian mengenai antidiare diketahui ada dua metode uji yang

dapat digunakan, yaitu:

1. Metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini

Prinsip yang digunakan pada metode ini adalah kandungan utama dari

Oleum Ricini, yaitu trigliserida dari asam risinoleat akan mengalami hidrolisis di

dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinoleat.

Sebagai surfaktan anionik, zat ini bekerja mengurangi absorbsi cairan bersih

(neto) dan elektrolit serta menstimulasi peristaltis usus sehingga berkhasiat

sebagai laksansia berdasarkan kerja ini. Obat yang berkhasiat antidiare akan dapat

melindungi hewan percobaan mencit terhadap diare yang diinduksi dengan Oleum

Ricini tersebut (Anonim, 1991).

2. Metode transit intestinal

Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat antidiare

(48)

26

ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus

keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus (Anonim, 1991).

Obat antidiare akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia dan

obat antiplasmodik akan memperbesar rasio ini dibandingkan rasio pada hewan

atau perlakuan (Anonim, 1991).

Dalam penelitian ini digunakan metode transit intestinal. Dipilih metode

ini karena cara kerja metode ini, cara menentukan hasil penelitian dan cara

menganalisa data hasil penelitian lebih sederhana, mudah dan waktu yang

dibutuhkan relatif lebih sigkat.

I. Landasan Teori

Dari pustaka diketahui bahwa kulit batang jambu mede (Anarcardiae

Cortex) mengandung tanin, asam galat dan gingkol katekin. Tanin dalam hal

antidiare dapat berperan sebagai astringent yang dapat menyebabkan selaput

lendir usus membentuk lapisan, sehingga dapat menciutkan selaput lendir usus

tersebut. Tanin juga mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang

menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang.

Dengan adanya kandungan tanin dalam kulit batang jambu mede memungkinkan

kulit batang jambu mete mempunyai kemampuan sebagai sebagai antidiare.

J. Hipotesis

Infusa kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex) memiliki efek

sebagai antidiare.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni, dimana

dilakukan perlakuan terhadap subjek uji dan bersifat eksploratif yaitu untuk

mengtahui pengaruh pemberian infusa kulit batang jambu mede terhadap efek

antidiare.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

pola searah. Acak berarti pengelompokkan mencit dilakukan secara random.

Termasuk penelitian rancangan lengkap karena variabel yang terdapat dalam

penelitian ini sudah diperhitungkan sebelumnya baik bahan uji, sampel uji

maupun hewan uji yang akan digunakan dan semua hewan uji memperoleh

perlakuan yang sama. Termasuk penelitian pola searah karena variabel bebas pada

penelitian ini hanya ada satu yaitu dosis infusa kulit batang jambu mede yang

menentukan variabel tergantungnya yaitu efek antidiare yang ditunjukkan dengan

membandingkan (rasio) panjang usus yang dilalui marker karbo adsorben

terhadap panjang usus seluruhnya

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

Variabel utama pada penelitian ini adalah dosis infusa kulit batang

jambu mede dan efek antidiare yang dihasilkan oleh infusa kulit batang jambu

(50)

28

mede yang ditunjukkan dengan membandingkan (rasio) panjang usus yang

dilalui marker karbo adsorben terhadap panjang usus seluruhnya

a. Variabel bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis infusa kulit

batang jambu mede. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

0,0025 mg/kg BB; 0,005 mg/kg BB; dan 0,01 mg/kg BB.

b. Variabel tergantung.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah efek antidiare

yang dihasilkan oleh infusa kulit batang jambu mede. Efek antidiare infusa

kulit batang jambu mede ditunjukkan dengan membandingkan (rasio)

panjang usus yang dilalui marker karbo adsorben terhadap panjang usus

seluruhnya

c. Variabel pengacau terkendali.

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini antara lain :

1. Jenis sampel

Diguanakan kulit batang jambu mede yang diambil di daerah

pangkal pohon, sekitar + 30 cm dari permukaan tanah. Kulit batang jambu

mede ini kemudian di keringkan dan diserbuk agar menjadi halus.

2. Hewan uji

Digunakan hewan uji mencit dengan ketentuan atau persyaratan

sebagai berikut :

Jenis kelamin : betina

Berat badan : kurang lebih 20-25 g

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

Umur : 2-3 bulan

3. Lama perlakuan

Total lama perlakuan adalah 65 menit.

4. Cara pemberian

Cara pemberian pada penelitian ini dipilih secara oral. Dipilih

cara pemberian oral karena hasil penelitian yang diamati adalah usus

sebagai saluran pencernaan sehingga harus dilakukan dengan cara oral.

5. Volume pemberian

Semua senyawa diberikan dalam bentuk larutan dengan volume

pemberian sebanyak 0,2 ml/20 g BB.

d. Variabel pengacau tak terkendali.

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini antara lain:

1. Galur hewan uji.

Dalam penelitian ini galur hewan uji yang digunakan tidak

diketahui secara pasti.

2. Status kesehatan

Dalam penelitian ini subjek uji yang digunakan dalam keadaan

sehat, namun sampai mana keadaan sehat mencit betina sebagai subjek uji

(52)

30

2. Definisi operasional

a. Kulit batang jambu mede

Adalah bagian kulit batang jambu mede pada bagian pangkal

pohon, sekitar 30-50 cm dari permukaan tanah.

b. Sampel uji.

Sampel uji adalah infusa kulit batang jambu mede yang dibuat

dengan cara merebus serbuk kulit batang jambu mede yang sudah

ditimbang dengan air secukupnya selama 15 menit, terhitung sejak suhu

90°C. Kemudian dalam keadaan panas disaring dengan kertas saring

dengan bantuan vakum dan melalui ampasnya ditambah air panas hingga

volume yang diinginkan.

c. Rasio efek antidiare.

Rasio efek antidiare merupakan parameter ada tidaknya efek

antidiare yang ditunjukkan dari semua perlakuan. Didapat dengan cara

mengukur panjang usus yang dilalui marker karbo adsorben (X)

dibandingkan dengan panjang usus seluruhnya (Y) pada hewan percobaan.

d. Efek antidiare.

Efek antidiare adalah efek yang ditimbulkan oleh infusa kulit

batang jambu mede pada hewan uji apabila rasio panjang usus yang dilalui

marker karbo adsorben dibandingkan dengan panjang usus seluruhnya

nilainya (rasio) lebih kecil dari pada kontrol negatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

C. Bahan atau Materi Penelitian

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua

kelompok besar, yaitu :

1. Bahan utama

a. Bahan uji; digunakan kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex) pada

bagian pangkal pohon.

b. Hewan uji; diguanakan mencit putih betina, dewasa sehat berumur 2-3

bulan dengan berat badan 20-25 g sebanyak sepuluh ekor setiap kelompok

perlakuan. Mencit putih betina yang didapatkan berasal dari UD WISTAR,

Sewon-Bantul.

2. Bahan kimia

a. Gom Arab; diperoleh dari Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan

Solid Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

b. Karbo adsorben; diperoleh dari Laboratorium Formulasi Teknologi

Sediaan Steril Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

c. NaCl padat; diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Tosikologi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

d. Aquadest; diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Tosikologi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

e. Loperamide HCL; diperoleh dari obat antidiare X dengan zat aktif

(54)

32

f. CMC Na; diperoleh dari Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Solid

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Alat atau Instrumen

Alat atau instrumenyang digunakan meliputi:

1. Kandang mencit.

2. Kotak kaca.

3. Timbangan mencit.

4. Timbangan analitik.

5. Mistar.

6. Meja bedah dan alat bedah.

7. Alat suntik oral, berupa jarum sonde yaitu jarum yang pada bagian ujungnya

berbentuk bulat dan bagian tengahnya berlubang, yang digunakan untuk jalur

pemberian oral.

8. Peralatan pembuatan infusa (vakum, kertas saring, termomeder).

9. Alat-alat- gelas; berupa labu ukur, gelas ukur, mortir dan stamper, beker glas,

dan pipet tetes.

E. Tata Cara Penelitian

Pada penelitian dilakukan rangkaian proses sebagai berikut:

1. Pengumpulan bahan

Digunakan kulit batang jambu mede (Anarcardiae Cortex) yang di pilih

pada bagian pangkal pohon, sekitar 30-50 cm dari permukaan tanah. Kulit batang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)

jambu mede diambil dari desa Paingan, Maguwohardjo, Depok, Sleman,

Yogyakarta.

Bahan yang sudah dikumpulkan tersebut kemudian dipotong menjadi

bentuk yang lebih kecil agar mudah kering ketika dikeringkan di oven dan mudah

diserbuk. Setelah benar-benar kering, potongan-potongan kulit batang jambu

mede tersebut kemudian di serbuk dan di ayak agar didapat serbuk kulit batang

jambu mede yang homogen.

2. Penentuan metode uji

Metode uji yang digunakan adalah metode transit intestinal. Dipilih

metode ini karena metode transit intestinal sangat mudah dikerjakan dengan hasil

yang cukup akurat. Selain itu, pada pengerjaanya relatif tidak membutuhkan

waktu yang lama karena total waktu yang diperlukan adalah selama 65 menit.

Hasil yang ditunjukkan juga mudah untuk diamati karena hanya melakukan

pengukuran panjang usus yang ditempuh suatu penanda yaitu marker karbo

adsorben yang dibandingkan dengan panjang usus seluruhnya.

3. Percobaan pendahuluan

Sebelum dilakukan penelitian ini, dilakukan percobaan pendahuluan

yang berguna untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

(56)

34

a. Perlakuan hewan uji.

Hewan uji sebelum diberikan perlakuan, dipuasakan terlebih

dahulu selama lebih kurang 18 jam tetapi minum tetap diberikan. Hal ini

bertujuan agar saluran pencernakan (lambung dan usus) menjadi bersih

sehingga nantinya tidak mengganggu dalam proses absorbsi loperamide

dan infusa kulit batang jambu mede maupun pada saat pengamatan.

b. Penentuan dosis infusa kulit batang jambu mede.

Penentuan dosis infusa kulit batang jambu mede ini akan

ditetapkan berdasarkan percobaan pendahuluan yang dilakukan, hal ini

karena belum ada keterangan empiris tentang dosis penggunaan infusa

kulit batang jambu mede sebagai antidiare.

Dari hasil percobaan pendahuluan didapatkan bahwa dosis infusa

kulit batang jambu mede yang digunakan adalah 0,0025 g/kg BB; 0,005

g/kg BB dan 0,01 g/kg BB.

c. Pembuatan infusa kulit batang jambu mede.

Sejumlah kulit batang jambu mede yang sudah diserbuk,

ditimbang untuk 3 peringkat dosis. Volume larutan infusa yang digunakan

pada penelitian ini telah ditentukan yaitu sebanyak 1 ml/100 g BB

sehingga untuk mencit dengan berat rata-rata 20 g diberikan sebanyak 0,2

ml. Perhitungan berat sampel yang digunakan dan konsentrasi larutan

infusa adalah sebagai berikut :

1. Dosis 0,0025 g/kg BB dibuat dengan konsentrasi 0,025g/100 ml. Dosis

dihitung sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

V x C = D x BB

D = 0,00025 g/ml x 0,2 ml 0,02 kg BB

D = 0,0025 g/kg BB

2. Dosis 0,005 g/kg BB dibuat dengan konsentrasi 0,05 g/100 ml. Dosis

dihitung sebagai berikut :

V x C = D x BB

D = 0,0005 g/ml x 0,2 ml 0,02 kg BB

D = 0,005 g/kg BB

3. Dosis 0,01 g/kg BB dibuat dengan konsentrasi 0,1 g/100 ml. Dosis

dihitung sebagai berikut :

V x C = D x BB

D = 0,001 g/ml x 0,2 ml 0,02 kg BB

D = 0,01 g/kg BB

Serbuk kulit batang jambu mede selanjutnya dibuat infusa dengan

cara merebus serbuk kulit batang jambu mede yang sudah ditimbang

dengan air secukupnya selama 15 menit, terhitung sejak suhu 90°C.

Kemudian dalam keadaan panas disaring dengan kertas saring dengan

bantuan vakum dan melalui ampasnya ditambah air panas hingga volume

(58)

36

d. Pembuatan CMC Na 1%

Pembuatan CMC Na 1%, dilakukan dengan menimbang 1 gram

CMC Na (Carboxy Methyl Cellulosum Natrium). Kemudian CMC Na

ditaburkan diatas aquadest dalam beaker glass (dikembangkan), satu hari

sebelum digunakan. Setelah mengembang, larutan CMC Na kemudian

dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan kemudian ditambahkan aquadest

hingga tanda.

e. Pembuatan larutan loperamide HCl.

Pembuatan larutan Loperamide HCl diawali dengan

mengembangkan CMC Na dengan konsentrasi 1%. CMC Na berfungsi

untuk membantu pendispersian Loperamide dalam aquadest, hal ini

dilakukan karena Loperamide sangat sukar larut dalam air.

Tablet Loperamide sebanyak 10 tablet dihancurkan lalu

dihomogenkan. Selanjutnya menimbang seksama serbuk tablet loperamide

yang setara dengan 4 mg loperamide, kemudian didispersikan dalam CMC

Na 1%.

f. Penentuan dosis loperamide HCl.

Dosis awal pemberian Loperamide HCl pada terapi antidiare pada

orang dewasa Indonesia (dengan berat rata-rata 50 kg) adalah 4 mg, diikuti

2 mg setiap setelah buang air besar. Apabila dosis pemberian 4 mg

tersebut dikonversikan ke orang dewasa Eropa dengan berat badan 70 kg

adalah sebagai berikut :

70 x 0,004 g = 0,0056 g/70 kg BB. 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(59)

Sedangkan faktor konversi dosis dari manusia yang dikonversikan

ke mencit dengan berat badan 20 g sebesar 0,0026. Maka untuk mencit 20

g diberikan:

0,0056 x 0,0026 = 0,00001456 g/20 g BB

Dosis Loperamidee yang diberikan pada mencit :

1000 x 0,00001456 g/20 g BB = 0,000728 g/ kg BB 20

Sehingga dosis Loperamide yang digunakan dalam penelitian ini adalah

0,000728 g/kg BB.

g. Pembuatan larutan garam fisiologik 0,9 %

Larutan garam fisiologik dibuat dengan menimbang 0,9 g NaCl

kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Proses pelarutan dibantu

dengan pengadukan supaya serbuk NaCl lebih cepat larut.

h. Pembuatan suspensi marker

Dalam penelitian ini dibutuhkan marker yang terdiri dari suspensi

Gom Arab 20% yang diwarnai hitam dengan karbo adsorben 5 %. Oleh

sebab itu, dalam pembuatan marker dilakukan pembuatan dua macam

larutan, yaitu:

1) Suspensi Gom Arab 20%

Suspensi Gom Arab dibuat dengan menimbang 10 g Gom

Arab. Kemudian disuspensikan dengan aquadest dan dituangkan ke

(60)

38

dengan baik maka prosesnya dibantu dengan pengadukan yang cepat

dan sesering mungkin untuk menghindari penggumpalan Gom Arab.

Selanjutnya volume labu takar ditambah dengan aquadest hingga

mencapai 50 ml.

2) Karbo adsorben 5%

Karbo adsorben dengan konsentrasi 5% dibuat dengan

menimbang 2,5 g karbo adsorben kemudian disuspensikan dengan

aquadest dan dituang ke dalam labu takar 50 ml. Tambahkan aquadest

hingga tanda.

Pada proses selanjutnya, suspensi Gom Arab 20% tersebut

dicampur dengan larutan karbo adsorben 5% kemudian digunakan sebagai

marker.

4. Penentuan efek antidiare

Setelah 65 menit perlakuan, mencit dikorbankan dengan cara disoklasi

tulang leher. Usus dikeluarkan dengan hati-hati. Panjang usus yang dilalui marker

karbo adsorben mulai dari pylorus sampai ujung akhir yang berwarna hitam

diukur. Demikian pula panjang usus seluruhnya dari pylorus sampai rektum.

Kemudian dihitung rasio antara jarak yang ditempuh marker terhadap

panjang usus seluruhnya. Apabila nilai rasio kelompok uji lebih kecil

dibandingkan dengan rasio kelompok kontrol negatif maka infusa kulit batang

jambu mede mempunyai efek sebagai antidiare.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(61)

5. Perhitungan efek antidiare

Efek antidiare infusa kulit batang jambu mede ditunjukkan dengan

membandingkan (rasio) panjang usus yang dilalui marker karbo adsorben

terhadap panjang usus seluruhnya. Misalnya, panjang usus yang dilalui marker

karbo adsorben dilambangkan dengan X dan panjang usus seluruhnya

dilambangkan dengan Y. Maka efek antidiare (Ad) infusa kulit batang jambu

mede dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y X Ad=

Nilai Ad dari setiap

Gambar

Tabel I.
Gambar 1. Bagan rekomendasi pengobatan diare akut................
Gambar 1. Bagan rekomendasi pengobatan diare akut (Longe dan Di Piro, 2005).
Gambar 2. Struktur kimia tanin yang dapat terhidrolisis (Geraniin) dan penyusunnya, Asam Heksahidroksidifenil dan Asam Galat (Mills and Kerry, 2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap “Pengelolaan Budaya Sekolah Sehat di MIN Sekuduk Kecamatan Sejangakung Kabupaten Sambas

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga tersebut. Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud huruf c dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama

Mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah (kepadatan hunian, ventilasi, bahan bakar memasak, jenis lantai, dan kelembaban) terhadap kejadian ISPA pada balita

Daya tahan tubuh, terdiri dari utuhnya sel epitel mukosa dan gerak mukosilia , makrofag alveoli , dan Ig A (Amin, 2011). Umur mempunyai pengaruh besar terutama pada ISPA

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menentukan hasil dua varietas tanaman gandum Nias dan Gladius dengan penambahan pupuk cair Neoboost, pupuk cair Biso, dan pupuk

Calon Mahasiswa wajib mengisi data secara on line pada website pendaftaran ulang mahasiswa baru: https://sipmaba.its.ac.id (Gunakan nomor pendaftaran untuk login dan tanggal

PENGARUH TOTAL SOLID DAN TOTAL ALKALI AKTIF PADA BLACK LIQOUR (LINDI HITAM ) TERHADAP KUALITAS PULP YANG DIHASILKAN

Penelitian pengaruh pemberian pakan buatan sendiri, pabrik dan alami terhadap bobot ikan gurami ( Osphronemus gouramy Lac.) telah dilakukan.. Campuran diolah dan